PENDAHULUAN
BAB II
ISI
e. Komposisi Larutan
1. Solvent (zat pelarut), contohnya :
a. Air, untuk melarutkan bermacam-macam garam.
b. Spiritus, untuk melarutkan kamfer, iodine, mentol.
c. Gliserin, untuk melarutkan tannin, zat samak, boraks, fenol.
d. Eter, untuk melarutkan kamfer, fosfor, sublimat.
e. Minyak, untuk melarutkan kamfer, mentol.
f. Paraffin liquidum, untuk melarutkan cera, cetasium, minyak-minyak, kamfer, mentol,
klorbutanol.
g. Kloroform, untuk melarutkan minyak-minyak, lemak.
2. Solut (zat pelarut), contohnya :
a. Kamfer i. Sublimat
b. Iodin j. Cera
c. Mentol k. Cetasium
d. Tannin l. Minyak
e. Zat samak m. Lemak
f. Boraks n. Klorbutanol
g. Fenol o. Macam-macam garam
h. Fosfor
f. Istilah Kelarutan
1. Sangat mudah larut (kurang dari 1)
2. Mudah larut (1 sampai 10)
3. Larut (10 sampai 30)
4. Agak sukar larut (30 sampai 100)
5. Sukar larut (100 sampai 1000)
6. Sangat sukar larut (1000 sampai 10.000)
7. Praktis tidak larut atau tidak larut (lebih dari 10.000)
h. Syarat-syarat Larutan
1. Komponen berupa : cairan, gas, padatan
2. Pelarutnya berupa cairan
3. Zat terlarut harus dapat larut dalam pelarutnya
b. Macam-macam Suspensi
1. Suspensi menurut jenisnya
Suspensi yang digunakan
Suspensi yang dikonstitusikan dengan sejumlah air inteksi atau pelarut lain yang sesuai
sebelum digunakan
2. Suspensi menurut penggunaanya (Ilmu Resep Syamsuni, hal 35)
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditunjukan untuk pengunaan oral.
Suspensi topical adalah sedissn cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditunjukan untuk penggunaan pada kulit.
Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel yang sangat halus yang
ditunjukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
Suspensi opthalmik adalah sediaan cair mengandung partikel yang sangat halus, terdispersi
dalam cairan pembawa ditunjukan untuk pemakaian pada mata.
Suspensi ophtalmik harus steril, zat yang terdispersi harus sangat halus, jika di simpan dalam
wadah dosis ganda harus mengandung bakterisida, dan zat terdispersi tidak boleh menggumpal
pada penyimpanan.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai
dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang
sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai.
d. Stabilitas suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut
merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :
1. Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya
tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan
terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan keatas
merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas
penampangnya.
2.Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental
suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).
3.Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila di dalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel
tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel
tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu
makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam
waktu yang singkat.
4.Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang
sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan
tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan
tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi. Ukuran partikel dapat
diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir.
Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang
dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai
suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air
(hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1. Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid. Gom
dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk
mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah
dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas,PH,
dan proses fermentasi bakteri.
a. Termasuk golongan gom :
Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin.
b. Golongan bukan gom :
Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
f. Formulasi suspensi
Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :
1. Pada penggunaan ”Structured Vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi
Structured Vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dll.
2. Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, tetapi dengan pengocokan
ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah :
1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium.
2. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
4. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah Structured
Vehicle.
5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam Structured Vehicle.
c. Syarat-syarat Emulsi
Sediaan emulsi dapat terbentuk jika :
- Terdapat 2 zat yang tidak saling melarutkan
- Terjadi proses pengadukan (agitasi)
- Terdapat emulgator
Sediaan emulsi yang baik adalah sediaan emulsi yang stabil, dikatakan stabil apabila sediaan
emulsi tersebut dapat mempertahankan distribusi yang teratur dan fase terdispersi dalam jangka
waktu yang lama. (R. voight 434)
Syarat-syarat emulsi topical ( Formularium Kosmetik Indonesia 1985, hal 33), yaitu :
- Mudah dioleskan merata pada kulit
- Mudah dicuci
- Tidak berbau tengik
- Tidak menodai pakaian
- Bebas partikulasi keras
- Tidak mengiritasi kulit
- Sifatnya dalam penyimpanan : a) tetap homogeny dan stabil. b) tidak berbau tengik.
d. Keuntungan Sediaan Emulsi
1. Meningkatkan bioavalailibilitas obat
2. Memberikan perlindungan terhadap obat yang rentan terhadap oksidasi dan hidrolis
3. Mentupi rasa tidak enak
4. Sebagai topikaal : membersihkan, pembawa air (pelembut yang excellent) ke kulit.
5. Viskositas, penampilan dan tingkat lemak dari emulsi kosmetik atau dermatologi dapat di
control.
6. Emulsi parenteral, karena tetesan harus dipertahankan stabil dengan ukuran < 1 µ untuk
mencegah emboli.
Dasar teori
Guttae Auriculares adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara diteteskan pada
telinga.
Monografi
1. Chloramphenicolum (FI IV, hal 189)
Nama lain : Kloramfenikol
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang ; putih hingga
putih kelabu atau kekuningan ; larut praktis netral terhadap lakmus P ; stabil dalam larutan netral
atau larut agak asam.
Kelarutan : Sukar larut dalam air ; mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol,
dalam aseton dan dalam etil asetat.
Khasiat : Antibiotik
2. Propylenglycolum (FI IV, hal 712)
Nama lain : Propilen glikol
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan kloroform, larut dalam eter
dan dalam beberapa minyak esensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Khasiat : Zat tambahan sebagai pelarut (FI III, hal 534)
Perhitungan Bahan
1. Kloramfenikol = 1g/10 ml x 10 ml = 1 g = 1 ml
2. Propilen glikol = 10 ml – 1 ml = 9 ml
Alat dan Bahan
Alat Bahan
Anak timbangan Kloramfenikol
Timbangan kasar dan halus Propilen glikol
Gelas ukur Kertas perkamen
Beaker glass Tissue
Batang pengaduk
Sendok tanduk
Pipet
Pinset
Botol coklat
Mortir + stemper
Serbet
Cara Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Timbangan disetarakan
3. Kalibrasi botol 10 ml
4. Ditimbang kloramfenikol 1 g, kemudian diletakkan pada mortar, gerus add halus
5. Diambil propylenglikol 9 ml menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam gelas ukur,
kemudian dituang dalam beaker glass.
6. Dimasukkan kloramfenikol ke dalam beaker glass tadi yang berisi propylenglikol, aduk add
homogen.
7. Dimasukkan dalam botol coklat, ditutup kemudian diberi etiket biru.
Larutan topical
R/ Rivanol 2%
Aquades add 60 ml
m.f. Solutio
s.u.e
Dasar teori
Solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia terlarut.
Monografi
1. Rivanol (FI IV, hal 61)
Nama lain : Aethacridin Lactas
Pemerian : Serbuk hablur ; tidak berbau ; rasa sepat dan pahit ; larutan dalam air
bereaksi netral ; jika diencerkan berfluoresensi hijau.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam air panas, sukar larut dalam
etanol. Larut dalam etanol 50 bagian air, dalam 9 bagian air panas dan dalam 100 ml etanol
(95%) P. (FI III, hal 62)
Khasiat : Antseptikum ekstern. (FI III, hal 63)
2. Aquadest
Nama latin : Aqua Destilla
Nama lain : Air suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Perhitungan Bahan
1. Rivanol 2 % = 2 g/ 100 ml x 60 ml = 1,2 gram
2. Aquades add 60 ml = 60 ml – 1,2 g = 58,8 ml
Alat dan bahan
Alat Bahan
Anak timbangan Rivanol
Timbangan Aquades
Beaker glass Tissue
Gelas ukur Kertas saring
Sendok tanduk
Pinset
Mortar + stemper
Sendok tanduk
Batang pengaduk
Botol coklat
Pinset
Corong
Cara Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Timbangan disetarakan
3. Dikalibrasi botol 60 ml
4. Ditimbang rivanol 1,2 g
5. Dimasukkan rivanol ke dalam beaker glass yang berisi air mendidih di aduk add homogeny,
ditunggu sampai dingin.
6. Disiapkan corong beralas kertas saring, kemudian larutan dimasukkan ke dalam botol coklat.
7. Ditutup, diberi etiket biru.
Larutan oral
R/ Potio Nigra Contra Tussim 60 ml
S4 dd 1 c
Monografi
1. Ammonium Chlorida (FI III, hal 87)
Nama lain : Ammonium klorida
Pemerian : Serbuk atau hablur putih ; tidak berbau ; rasa asin dan dingin ; higroskopis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserol, lebih mudah larut dalam air
mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%) P.
Khasiat : Ekspektoran
2. S.a.s.a (Solutio Ammoniae Spirituosa Anisata) (Fh 5, hal 522)
Minyak adas manis 4
Spiritus 76
Ammonia 20
Cara pembuatannya : Larutkan 4 bagian minyak adas manis dalam 76 bagian spiritus,
tambahkan 20 bagian ammonia zat cair yang mula-mula tidak berwarna lama kelamaan menjadi
kuning muda, bau kuat seperti minyak adas manis seperti ammonia.
3. Succi Liquir / Chlyrhizae Succus / Ekstrak akar manis (FI IV, hal 416)
Pemerian : Batang berbentuk silinder atau bongkah besar licin agak mengkilap, hitam
coklat tua atau serbuk berwarna coklat.
Khasiat : Zat tambahan (FI III, hal 276), ekspektoran (OOP, hal 274).
Perhitungan Dosis
1. DM Ammonium klorida = (- / 10 g)
- DM 1xh = 10/20 x 10 g = 5 gram
- DR 1xp = 15ml / 60 ml x 1,2 g = 0,3 gram
1xh = 0,3 gram x 4 = 1,2 gram
- % DR 1xh = DR / DM x 100 %
= 1,2g / 5g x 100 %
= 24 %
Perhitungan Bahan
1. Succi liquir 10 = 10 / 300 ml x 60 ml = 2 g
2. Ammonium klorida 6 = 6 / 300 ml x 60 ml = 1,2 g
3. S.a.s.a 6 = 6 / 300 ml x 60 ml = 1,2 g
4. Aquades add 60 ml = 60 ml – (10 + 6 + 6) = 38 ml
Alat dan Bahan
Alat Bahan
Timbangan + anak timbangan Ammonium Chlorida
Mortar + stemper S.a.s.a
Batang pengaduk Succi liquir
Beaker glass Aquades
Gelas ukur Tissue
Botol coklat Kertas perkamen
Gelas arloji + penara
Serbet
Pinset
Cara Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Timbangan disetarakan
3. Ditimbang succi liquir 2 g, dimasukkan ke dalam beaker glass
4. Ditimbang ammonium klorida dengan gelas arloji, dimasukkan ke campuran no. (3), aduk add
homogeny.
5. Dimasukkan dalam botol coklat.
6. Ditambahkan s.a.s.a ke dalam botol 2-3 tetes
7. Tutup botol dan diberi etiket putih
Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil yang kurang maksimal seperti pada
sediaan OBH yang tidak larut sempurna karena masih ada yang menggumpal. Hal itu disebabkan
karena beberapa hal, seperti mungkin pada saat menggerus atau pada pengadukannya kurang
lama sehingga menyebabkan sediaan yang di buat kurang memuaskan. Namun pada sediaan
kloramfenikol dan rivanol didapatkan hasil yang baik karena pada kloramfenikol dan rivanol
sediaan larut sempurna dan volumenya juga sesuai.
Larutan topical
R/ Asam citrat 0,75
Asam tartat qs
Na. Bicarbonat 2
Syrup simplex 10 %
Aquades add 100
m.f. Saturasi
S dd 2 vic 1
Monografi
1. Asam Citrat (FI IV, hal 48)
Nama latin : Acidum Citricum
Pemerian : Hablur bening ; tidak berwarna / serbuk hablur granul sampai halus ; putih,
tidak berbau atau praktis tidak berbau ; rasa sangat asam.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak sukar larut
dalam eter.
2. Asam Tartat (FI IV, hal 53)
Nama latin : Acidum Tartanicum
Pemerian : Hablur ; tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur sampai granul,
warna putih ; tidak berbau ; rasa asam dan stabil di udara.
Kelarutan : Sangat mudah larut dala air, mudah larut dalam etanol.
3. Natrium Bicarbonat (FI IV, hal 60)
Nama latin : Natrii Subcarbonas
Pemerian : Serbuk hablur, putih stabil di udara kering, tetapi dalam udara lembab
secara perlahan-lahan, terurai larut segar dalam air dingin tanpa di kocok, bersifat basa terhadap
lakmus.
Kelarutan : Larut dalam air, tidak larut dalam etanol.
4. Syrup Simplex (FI III, hal 567)
Nama lain : Sirup gula
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna.
Cara pembuatan : Larutkan 65 bagian sukrosa dalam larutan metal paraben 0,25 % b/v qs
hingga diperoleh 100 bagian sirup. Terdiri dari 64 bagian gula dan 36 bagian air. (PH ned, hal
516)
Perhitungan Bahan
1. Asam citrat = 0,75 g = 750 mg
2. Asam tartat = qs (IMO, hal 119)
10 bagian Asam citrat = 12 bagian Na. bicarbonate
0,75 = x
x = 0,75 x 12 / 10 = 0,9 bagian Na. bicarbonate
Natrium bicarbonat = 2 – 0,9 = 1,1 gram
10 bagian Na. bicarbonat = 8,9 bagian asam tartat
1,1 = x
x = 1,1 x 8,9 / 10 = 0,97 bagian asam tartat
3. Natrium Bicarbonat = 2 gram
4. Syrup simpelex = 10/100 x 100 = 10 gram
+ basa
Suspensi Oral
R/ Susp. Kloramfenikol 60 ml
S t dd 1 c
Cara Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Timbangan disetarakan
3. Ditimbang CMC-Na 0,6 g, masukkan dalam mortar yang berisi 12 ml air dengan cara
ditaburkan, tunggu sampai mengembang dan membentuk suspending agent.
4. Ditimbang kloram. Palmitat 2,61 g, masukkan dalam cawan
5. Ditimbang polysorbatum-80 sebanyak 300 mg dalam gelas arloji, masukkan ke cawan
penguap no. (4)
6. Diambil propilen glikol 12 ml, masukkan ke cawan no. (4)
7. Dimasukkan sirup simplex 18 ml ke cawan penguap no. (4)
8. Semua bahan yang sudah di campur dimasukkan dalam mortar yang sudah membentuk
mucilage, gerus add halus.
9. Ditambahkan sisa air ke dalam mortir, gerus dan ditambahkan rasa dan pewarna yang
diinginkan, gerus add homogen.
10. Dimasukkan dalam botol, tutup dan diberi etiket putih.
Pembahasan
Organoleptis :
Bau : Strowberry
Rasa : Manis
Warna : Merah muda
Kelarutan : Larut
Volume : 60 ml
Homogenitas : homogen
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada pembuatan sediaan suspense ini,
didapatkan hasil yang baik karena dilihat dari kelarutannya, volume dan tingkat homogenitas
sudah sesuai.
Emulsi Oral
R/ Oleum Lecoris Aseli 100
Gliserin 10
Gom Arabicum 30
Oleum Cinamoni gtt IV
Aqua add 215
Formula Rancangan
R/ Oleum Lecoris Aseli 13,95
Gliserin 1,39
Gom Arabicum 4,18
Oleum Cinamoni gtt IV
Aqua add 30
Monografi
1. Olemu Lecoris Aseli
Nama lain : Minyak ikan
Pemerian : Cairan kental, encer, berbau khas, tidak tengik, rasa, dan bau seperti ikan.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam eter, dalam kloroform, dalam
karbon disulfida dan dalam etil asetat.
Khasiat : Sumber vitamin A dan vitamin D
2. Glyserin
Nama lain : Gliserin
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna ; rasa manis, hanya boleh berbau
khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopis, netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol ; tidak larut dalm
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.
Khasiat : Pemanis
3. Gummi Arabicum
Nama lain : Gom arab, Gummi acacieae adalah eksudal yang mengeras di udara seperti
gom, yang mengalir secara alami atau dengan penorehan batang dan cabang tanaman Acacia
Senegal L. Willdenow (famillia lequminosae) dan spesies lain Acacia yang berasal dari Afrika.
Kelarutan : Larut hampir sempurna dalam 2 bagian bobot air, tetapi sangat lambat,
meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit ; praktis tidak larut dalam
etanol dan dalm eter.
Khasiat : Emulgator
4. Oleum Cinamoni (FI III, hal 454)
Nama lain : Minyak kayu manis
Pemerian : Cairan, suling segar berwarna kuning, baud an rasa khas.
Kelarutan : Dalam etanol larutkan 1 ml dalam 8 ml etanol (70 %) P, opeilesensi yang
terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi larutan yang dibuat dengan menambahkan 0,5 ml perak
nitrat 0,1 N ke dalam campuran 0,5 ml NaCl 0,2 N dan 50 ml air.
Perhitungan Bahan
1. Oleum lecoris aseli = 100 / 215 ml x 30 ml = 13,95 ml
2. Gliserin = 10 / 215 ml x 30 ml = 1,39 ml
3. Gom arab = 30 / 215 x 30 ml = 4,18 g = 4180 mg
Alat dan Bahan
Alat Bahan
Timbangan + anak Oleum lecoris aseli
timbangan
Beaker glass Gliserin
Sendok tanduk Gom arab
Gelas ukur Oleum cinamoni
Botol Aquades
Mortir + stemper Tissue
Pipet Kertas perkamen
Serbet
Cara Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Timbangan disetarakan
3. Dikalibrasi botol 30 ml
4. Ditimbang gom arab 4,18 g, masukkan dalam mortir tambahkan air 10,45 ml, aduk sampai
terbentuk mucilago.
5. Diambil oleum lecoris aseli 13,95 ml, masukkan sedikit demi sedikit ke dalam mortir no. (4),
aduk sampai terbentuk corpor emulsi.
6. Di ambil gliserin 1,39 ml dan oleum cinamoni 4 tetes. Dituang dalam bahan no. (3)
7. Dimasukkan sisa aquades sedikit demi sedikit ke dalam mortir, tambahkan rasa dan pewarna
yang diinginkan, aduk add homogeny.
8. Dimasukkan ke dalam botol coklat, tutup beri etiket putih.
Pembahasan
Organoleptis :
Bau : Jeruk
Rasa : Manis
Warna : Orange
Kelarutan : Larut
Volume : 30 ml
Homogenitas : homogen
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada pembuatan sediaan emulsi ini, didapatkan
hasil yang baik karena dilihat dari kelarutannya, volume dan tingkat homogenitas sudah sesuai
dan hasil sediaanya juga bercampur dengan baik.
BAB I
PENDAHULUAN
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara membuat, mecampur, memformulasi dan
melakukan pembakuan senyawa obat. Obat adalah bahan tunggal atau campuran yang digunakan
semua makhluk untuk bagian luar maupun dalam guna mencegah maupun mengobati penyakit.
Inkompatibilitas adalah pencampuran antara dua reaksi atau lebih antara obat-obatan dan
menimbulkan ketidakcocokan atau ketidaksesuaian. Sediaan cair atau suspensi adalah sediaan yang
mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus yag terdispersi ke dalam fase cair. Inkompatibilitas
sediaan cair adalah inkomp yang terjadi pada sediaan cair seperti larutan. Inkompatibilitas pada sediaan
cair, Inkompatibilitas atau biasa dikenal dengan OTT (obat tak tercampurakan) pada sediaan cair biasanya
terjadi inkomp secara fisika ataupun kimia tergantung pada larutan tersebut. Perubahan yang terlihat
seperti larutan yang terjadi perubahan warna yang tidak diinginkan, Perubahan warna tak
tercampurkannya dengan sediaan galenika, bahan-bahan tidak dapat bercampur, terbentuk endapan yang
tidak larut, reaksi yang berasal dari pengaruh zat-zat yang bereaksi asam atau basa, reaksi yg terjadi
karena oksidasi atau reduksi, dan tidak stabil dalam larutan. Interaksi dapat terjadi antara pelarut dengan
pelarut, pelarut dengan zat terlarut, dan zat terlarut dengan zat terlaut.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Inkompatibilitas adalah pencampuran antara dua reaksi atau lebih antara obat-obatan yang
menimbulkan ketidakcocokan atau ketidaksesuaian. inkompatibilitas sediaan cair adalah inkomp yang
Sediaan cair atau potio adalah obat minum dengan penggunaan secara oral yang berupa sirup,
A. Larutan (Solutions)
Menurut FI IV, solutions atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut. Larutan biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan
atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya. Misalnya terdispersi secara
molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang caling bercampur (FI ed IV). Contoh
dari larutan antara lain, Larutan penyegar cap kaki tiga dan Iodine povidon solution.
Ada beberapa cara untuk mengenal kerusakan yang terjadi pada larutan, yaitu:
4) Perubahan viskositas
1) Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat
dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran
kosolven air.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (sirop simplex
adalah sirop yang hamper jenuh dengan sukrosa). Larutan oral yang tidak mengandung gula tetapi
bahan pemanis buatan seperti sorbitol atau aspartam, dan bahan pengental, seperti gom selulosa,
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol (95%) sebagai kosolven (pelarut). Untuk mengurangi
kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin dan
propilen glikol.
2) Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering kali mengandung pelarut
lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain oral topikal.
Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi.
Penggunaan telinga luar, misalnya larutan otik benzokain dan antipirin, larutan otik neomisin B sulfat,
Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap umumnya
Tingtur adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan
Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak, mudah menguap atau senyawa
aromatik, atau bahan mudah menguap lainnya. Pelarut yang biasa digunakan :
- Air untuk melarutka garam – garam
c. Berdasarkan jumlah zat A yang dilarutkan dalam air atau pelarut lain
Larutan encer yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
Larutan yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
Larutan jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larutdalam air pada
Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas
3. Penyimpanan
Memiliki pengertian bahwa molekul polar (zat terlarrut) larut dalam pelarut polar, sebaliknya
molekul non polar (zat terlarut) akan larut dalam pelarut non polar.
2. Co-solvency
adalah suatu peristiwa terjadinya kenaikan kelarutan dengan penambahan pelarut lain, atau
modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air tetapi larut dalam campuran air + gliserin
a. Keuntungan
3. Dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit diencerkan
b. Kerugian
2. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan
2. Zat harus stabil, baik pada suhu kamar dan pada penyimpanan
3. Jernih
Komposisi Larutan
Contoh :
3. Bahan tambahan
Contoh: oleum cinnamommi, oleum rosarum, oleum citri, oleum menthae pip.
Contoh: saccharosa/sirup simplex, sirup auratiorum, tingtur cinnamommi, aqua menthae piperithae.
Masukkan zat padat yang akan dilarutkan dalam Erlenmeyer, setelah itu masukkan zat pelarutnya,
dipanasi diatas tangas air atau api bebas dengan digoyang – goyangkan sampai larut. Zat padat yang
hendak dilarutkan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dulu, mencegah jangan sampaai ada yang lengket
pada Erlenmeyer. Pemanasan dilakukan dengan api bebas sambil digoyang – goyang untuk menjaga
3. Untuk zat yang akan terbentuk hidrat, maka air dimasukkan dulu dalam erlenmeyer agar tidak terbentuk
4. Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes besar dalam dasar erlenmeyer atau botol
maka perlu dalam melarutkan digoyang – goyangkan atau dikocok untuk mempercepat larutnya zat
tersebut.
5. Zat – zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan pemanasan atau
7. Obat – obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah sudah larut semua. Dapat
8. Perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya diperlukan untuk mempercepat larutnya suatu zat, tidak
untuk menambah kelarutan sebab bila keadaan dingin maka akan terjadi endapan (Anief, Moh., 2004.
Halaman 99 – 101)
1. Natrium bikarbonat
Dilarutkan dengan pemanasan. Pada proses pemanasan akan terbentuk batu kawi (MnO2). Oleh
sebab itu setelah dingin tanpa dikocok – kocok dituangkan ke dalam botol atau dapat juga
Harus dilarutkan dengan air sekaligus, kemudian disaring. Karena jika air ditambahkan sedikit demi
sedikit maka akan terbentuk zink oksida klorida (ZnOCl) yang sukar larut dalam air. Jika terdapat asam
salisilat, larutkan zink klorida dengan sebagian air, kemudian tambahkan asam salisilat dan sisa air, baru
disaring.
4. Kamfer (Camphorae)
Kelarutan dalam air 1:650. Dilarutkan dengan spiritus fortiori (95%) sebanyak 2 kali bobot kamfer di
dalam botol kering. Kocok – kocok, kemudian tambahkan air panas sekaligus, kocok lagi.
5. Tanin
Tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin, tetapi tanin selalu mengandung hasil oksidasi yang larut
dalam air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga larutannya dalam gliserin harus disaring dengan
kapas yang dibasahi. Jika ada air dan gliserin, larutkan tannin dalam air, kocok, baru tambahkan
gliserinnya.
6. Fenol
Diambil fenol liquifactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah yang
diambil 1,2 kali jumlah yang diminta. Jika pengenceran dalam air cukup akan diperoleh larutan yang
8. Jika ada bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil pengenceran yang diambil paling sedikit
adalah 2 ml.
Contoh inkompatibilitas:
Kelarutan suatu garam dalam air dapat berkurang karena penambahan suatu garam. Dalam
praktek peristiwa ini digunakan pada pembuatan sabun natrium. Larutan sabun dengan penambahan
Contoh resep :
R/ Papaverini Hydrochloridi 1
S.3.d.d.c.
Cara membuatnya adalah dengan melarutkan garam bromide dari solution Charcot dan di dalam
mortar dibuat mucilago dari pulvis Gummosus lalu ditambahkan Papaverin Hidrokloridum, Belladonnae
Extractum dan sisa air setelah itu baru dicampur dengan larutan garam bromida tadi. Jumlah pulvis
B. Suspensi (Suspensiones)
2.1.1. Definisi
1. Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut,
2. Suspensiones (suspensi) adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bendtuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat
mengendap. Kekentalan suspensi tidak boleh terlali tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang
Dari beberapa definisi yang tertera dapat disimpulkan bahwa suspensi adalah sediaan yang
mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut yang terdispersi ke dalam fase cair
serta kekentalan suspenditidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi
2. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang
3. Suspensi tetes telinga sediaan cair yang mengandung partikel dalam bentuk halus yang terdispersi
4. Suspensi oftalmik sediaan cair yang mengandung partikel sangat halus yang terdispersi dalam cair
5. Suspensi ijeksi adalah sediaan padat dan kering dengan bahan pembawa yang sesuai persyaratan
A. Suspending Agent
Larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum mucilagonya dalam pH
5-9. Akasia digunakan dengan kadar 35% yang kira-kira memiliki kekentalan sama dengan gliserin. Akasia
ini mudah dirusak oleh bakteri. Oleh karena itu dalam penggunaannya perlu ditambahkan pengawet.
Cara pembuatannya yaitu dimasukkan PGA dalam mortir, digerus dan ditambahkan air 1,5 kalinya
b. Chondrus
Larut dalam air, tidak larut dalam alkohol dan bersifat basa. Karagen merupakan derivat dari
sakarida. Chondrus ini mudah dirusak oleh bakteri. Oleh karena itu dalam penggunaannya perlu
ditambahkan pengawet.
Cara pembuatannya yaitu chondrus dimasukkan dalam mortir, ditambhakan air dan diaguk sampai
homogen.
c. Tragacanth
Sangat lambat mengalami hidrasi sehingga untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan
pemanasan. Mucilago tragacanth lebih kental dibanding PGA. Musilago tragacanth hanya baik sebgai
statbilisator suspensi, tetapi bukan sebagai emulgator. Kadar yang digunakan sebagai suspending agent
yaitu 2%.
Cara pembuatannya yaitu Tragacanth 2% dimasukkan dimortir dan digerus, ditambahkan sir 20 kali
lebih banyak sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan kemudian mengencerkannya dengan sisa
air.
Cara pembuatannya Gummi Arabicum 10% dibuat dengan jalan membuat dahulu Mucilago Gummi
e. Benthonit
Digunakan sebagai suspending agent yaitu 0,5-5%. Benthonit berbentuk mineral, kristal, tidak
f. Mucilago Saleb
Dugunakan sebagai suspending agent yaitu 1%. Cara pembuatannya yaitu dengan serbuk saleb 1%
sebaiknya dengan serbuk yang telah dihilangkan petinya dengan pengayakan. Mula-mula botol ditara,
dicuci dengan air mendidih masukkan air mendidih 20 kali sebanyak serbuk saleb. Kemudian dikocok
hingga massa menempel pada dinding botol, sir 20 kali hanya perlu dikira-kira. Tambahakn sisa air didih
g. Solutio gummosa
Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis gummosa
dengan air 7 kali banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan mengencerkannya sedikit
demi sedikit.
Mengandung pulvis gummosus 1% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis gummosa
dengan air 7 kali banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan mengencerkannya sedikit
demi sedikit.
i. CMC-Na
B. Bahan Pengawet
a. Natrium Benzoat
Granul putih atau kristal, agak higroskopik, agakberbau benzoin, rasa manis dan asin yang kurang
enak. Mudah alrut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%.
Sebagai pengawet digunakan dalam dosis 0,02-0,5%. (Anonim b. 1995. Halaman 584 ).
b. Propylis paragenum/Propil paragen/Nipasol
Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna. Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih. Sebagai pengawet digunakan dalam dosis 0,05-
Hablur halus tidak berwarna atau serbuk putih. Sangat sukar larut dalam air dan dalam gliserin,
mudah larut dalam aseton, dalam etanol, dalam eter dan dalam propilen gilkol. Sebagai pengawet
Serbuk hablur putih kecil, tidak berwarna. Sukar larut dalam air dan dalam gliserin, mudah larut
dalam aseton, dalam methanol, dalam eter dan dalam propilen gilkol.
C. Bahan Pewarna
b. Tartazin ( kuning )
c. Eritrosin ( merah )
d. Klorofil ( hijau )
e. Kurkumin ( kuning )
f. Antosianin ( orange/merah )
D. Bahan Pengaroma
a. Oleum Citri
Nama lainnya yaitu minyak jeruk. Merupakan cairan kuning pucat/kuning kehijauan, bau khas, rasa
pedas agak pahit. Larut dalam 12 volume ethanol 90% P, larutan agak beropalesensi, dapat bercampur
b. Oleum Annamomi
Nama lainnya yaitu minyak kayu manis. Merupakan suling segar berwarna kuning, bau dan rasa
khas. JIka disimpan tidak menjadi coklat kemerahan. Dalam ethanol larutkan 1 ml dalam 8 ml ethanol
70% P, opalesensi yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi larutan yang dibuat dengan
menambahkan 0,5 ml perak nitrat 0,1 N ke dalam campuran 0,5 ml natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air.
c. Oleum Menthae
Nama lainnya yaitu minyak permen. Cairan tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas kuat
menusuk, rasa pedas diikuti rasa dingin jika udara dihirup melalui mulut. (Anonim b. 1995. Halaman 629
).
Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang
Ukuran partikel, erat hubungannya dengan luas penampang partikel serta daya tekan ke atas dari cairan
suspensi
Jumlah partikel, makin besar konsentrasi maka semakin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel
Sifat atau muatan partikel, terjadinya interaksi antara bahan yang menghasilkan bahan yang sukar larut
(Anonim b. 1995)
Contoh inkompatibilitas :
R/ carb.adsorb 10
Natrii sulfas
Magnesia sulfas aa 5
Aquam ad 100
Carbo adsorben sering digunakan sebagai obat diare karena mempunyai daya absorpsi terhadap
toksi dan bakteri, maka itu tidak benar kalau ditambah lendir, karena akan mengurangi daya kerjanya
maka itu hanya digerus dengan air dan bila terdapat sirup maka di gerus dengan sirup.
1. Metode Dispersi, metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam misilago
2. Metode Prestipitasi, zat yang hendak didespersiakan di larutkan terlebih dulu kedalam pelarut organik
(Syamsuni, A. 2006)
1. Sistem defukolasi, partikel defukolasi mengendap perlahan akhir nya membentuk sedimen,akan terjadi
agregasi, dan akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
2. Sistem flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi
(Syamsuni, A. 2006)
C. EMULSI
3.1.1 Definisi
1. Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri9 dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang
terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, Howard. 2005. Halaman 376 )
2. Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk
3. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan
pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (Anonim a. 1979. Halaman 9 )
4. Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak,
cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain (sistem dispersi, formulasi
Dari beberapa defini yang tertera dapat disimpulkan bahwa emulsi adalah sistem dua fase yang salah
satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan
1. Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat tertutupi, minyak bila
dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.
2. Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek
terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan efek lokal.
3. Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Contoh : Vit. A diserap cepat melalui jaringan, bila diinjeksi
a. Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam
b. Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam
minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal (Syamsuni, A. 2006)
1. Creaming : terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu nagian mengandung fase dispersi lebih banyak
dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya jika dikocok perlahan akan terdispersi
kembali.
2. Koalesensi dan cacking (breaking) : pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butiran
minyak berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat irreversible. Hal
3. Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau sebaliknya sifatnya
irreversible.
A. Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas:
a. Fase dispersi: zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lainnya.
b. Fase pendispersi: zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi
tersebut.
Contoh emulgator :
Emulgator alam
Kuning telur : Cara Pembuatan emulsi dengan kuning telur dalam mortir luas dan digerus dnegan stemper
kuat-kuat, setelah itu dimasukkan minyaknya sedikit demi sedikit, lalu diencerkan dengan air dan disaring
dengan kasa.
Adeps lanae
Emulgator mineral
Emulgator buatan/sintesis
1. Tween : Ester dari sorbitan dengan asam lemak disamping mengandung ikatan eter dengan oksi etilen,
minyak.
2. Span : Ester dari sorbitan dengan asam lemak. Berikut jenis span :
B. Komponen Tambahan yaitu bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya : pewarna, pengaroma, perasa, dan pengawet.
3.1.6 Metode Pembuatan Emulsi
3. Metode botol
~ Sedikit demi sedikit minyak ditambahkan sambil terus dikocok (Ansel, Howard. 2005).
Jika memisah antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi
Contoh inkompatibilitas:
R/ paraffin.liq. 25
Tragacanthae 2
Aquam ad 150
S. Vesp.c.
Selain PGA juga digunakan tragacanthae sebagai emulgator tetapi karena tragacanthae tidak larut dalam
air tetapi mengembang, karena itu fase dari elmusi menjadi kurang halus dan tidak stabil. Maka itu
diperlukan kombinasi tragacanthae dari PGA untuk menaikkan viskositas fase kontinu hingga dapat
KESIMPULAN
Berdasarkan dari data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan beberapa tentang inkompatibilitas
1. Inkompatibilitas sediaan cair adalah inkomp yang terjadi pada sediaan cair seperti larutan, emulsi
2. Sediaan cair atau potio adalah obat minum dengan penggunaan secara oral yang berupa sirup,
3. Inkompatibilitas atau biasa dikenal dengan OTT (obat tak tercampurakan) pada sediaan cair
biasanya terjadi inkomp secara fisika ataupun kimia tergantung pada larutan tersebut. Perubahan yang
terlihat seperti larutan yang terjadi perubahan warna yang tidak diinginkan, Perubahan warna tak
tercampurkannya dengan sediaan galenika, bahan-bahan tidak dapat bercampur, terbentuk endapan yang
tidak larut, reaksi yang berasal dari pengaruh zat-zat yang bereaksi asam atau basa, reaksi yg terjadi
Anief, Moh, 1987, Ilmu Meracik Obat, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Syamsuni, A., 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta