Anda di halaman 1dari 15

TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI I

RINGKASAN FORMULASI SIRUP

KELOMPOK :3

Ahda Sabila (1904015204)

Jundi Rabbani (1904015138)

Mertia Ningsih (1904015058)

Nur Alifa Azyyati (1904015266)

Wulan Aprilia Enjelika (1904015268)

KELAS 3B

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2020
BAB I

A. Pendahuluan
Sirup adalah bentuk sediaan cair yang di kenal luas oleh masyarakat.
Biasanya, orang menggunakan sediaan sirup karna mudah penggunaanya,
mempunyai rasa yang manis dan aroma yang harum serta warna yang
menarik sehingga banyak disukai oleh banyak orang terutama anak- anak
dan orang yang susah menelan obat dalam bentuk sediaan oral lainnya.
Sirup di definisikan sebagai sediaan cair yang mengandung sakarosa.
Kecuali dinyatakan lain, kadar sakrosa tidak kurang dari 64% dan tidak
lebih dari 66%.
Non Medicated Sirup adalah sediaan syrup yang tidak mengandung
bahan obat, melainkan hanya mengandung gula, perasa, pengawet dan
perwarna sedangkan Sirup Obat mengandung bahan obat/Zat berkhasiat.

B. Definisi
Menurut Farnakope Indonesia III,  sirup adalah sedian cair berupa
larutan yang mengandung sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64.0%
dan tidak lebih dari 66%.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain
dalam kadar tinggi. Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula
yang ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa
manis. Syrup adalah sediaan cair kental yang minimal mengandung 50%
sakarosa (Ansel et al., 2005).
Sirup adalah sediaan cairan kental untuk prmakaian dalam, yang
minimal mengandung 90% sakarosa (Voight, 1984).

C. Penggolongan Sirup
Berdasarkan fungsinya, sirup dikelompokan menjadi 2 golongan, yaitu
1. Sirup Simplex
Mengandung gula 65% dengan penambahan nipagin 0,25% b/v.
2. Sirup Obat
Mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan dan digunakan untuk pengobatan.
3. Sirup Pewangi
Tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat
penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi
rasa dan bau obat yang tidak enak.

D. Keuntungan dan Kerugian Sirup


 Keuntungan
1. Merupakan campuran yang homogen
2. Dosis dapat diubah- ubah dalam pembuatan
3. Obat lebih mudah di absorbs
4. Mempunyai rasa manis
5. Mudah diberi aroma dan warna sehingga menimbulkan daya tarik
untuk anak
6. Membantu pasien yang kesulitan dalam menelan obat tablet atau
kapsul.
 Kerugian
1. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
2. Volume dan bentuk larutan lebih besar
3. Ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup.

E. Sifat Fisika Kimia Sirup


1. Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang
berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan
didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan
secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan
datar lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara
permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan
kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat uji yang
diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang
kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti untuk
pengukuran sediaan farmasi. Suhu dipertahankan dalam batas idak lebi
dari 0,1 C.

2. Uji Mudah Tidaknya Dituang


Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas
sirup. Uji ini berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah
menjadikan cairan akan smakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat
fiik ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair
selama penyimpanan.Besar kecilnya kadar suspending agent
berpengaruh terhadap kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat
penstabil yang terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar
dituang.

3. Uji Intensitas Warna


Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan
pada warna sirup mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama
penyimpanan dibandingkan dengan warna pada minggu 0. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang
disimpan Selama waktu tertentu.
BAB II

A. PREFORMULASI
Sebelum formulasi suatu zat obat menjadi bentuk sediaan, itu
penting bahwa itu secara kimiawi dan bercirikan fisik. Studi preformulasi
berikut dan lainnya menyediakan jenis informasi yang dibutuhkan untuk
mendefinisikan sifat zat obat. Informasi ini memberikan kerangka kerja
kombinasi obat dengan bahan farmasi dalam pembuatan bentuk sediaan.
Sirup paling sering dibuat oleh salah satu dari empat metode
umum, tergantung fisiknya dan karakteristik kimiawi bahan. Secara garis
besar, metode ini adalah (a) solusi dari bahan dengan bantuan panas, (b)
larutan bahan dengan agitasi tanpa menggunakan panas, atau campuran
sederhana dari komponen cair, (c) penambahan sukrosa ke dalam
persiapan cairan obat atau cairan flavour, dan (d) perkolasi baik dari
sumber bahan obat atau sukrosa.
Terkadang ada sirup disiapkan oleh lebih dari satu ini metode, dan
pemilihan mungkin hanya menjadi masalah preferensi di pihak apoteker.
Banyak sirup resmi yang tidak memiliki resep resmi metode persiapan
yang ditentukan. Hal ini karena kebanyakan sirup resmi tersedia secara
komersial dan tidak disiapkan secara mendadak oleh apoteker.

Deskripsi Fisik
Penting untuk memahami gambaran fisik suatu zat obat sebelum
bentuk sediaan pengembangan. Sifat fisik meliputi ciri-ciri seperti
deskripsi fisiknya, ukuran partikelnya, Kristal struktur, titik leleh, dan
kelarutan. Biologis properti terkait dengan kemampuannya untuk masuk
ke situs tindakan dan mendapatkan respons biologis
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis bahan baku obat merupakan langkah
penting dalam praformulasi kerja. Ini memberikan indikasi ukuran partikel
dan berbagai ukuran bahan baku bersama dengan struktur kristal.
Photomicrographs dari awal dan batch selanjutnya dari banyak bahan obat
dapat memberikan informasi penting dalam kasus masalah dalam proses
formulasi yang disebabkan untuk perubahan karakteristik partikel atau
Kristal obat. Selama beberapa prosedur pemrosesan, bubuk obat padat
harus mengalir bebas dan tidak menjadi terjerat. Serbuk bulat dan oval
mengalir lebih mudah daripada bubuk berbentuk jarum dan mempermudah
pemrosesan.

B. FORMULASI
Kebanyakan sirup mengandung komponen berikut ini selain air
yang dimurnikan dan apa saja agen obat hadir: (a) gula, biasanya sukrosa,
atau pengganti gula yang digunakan untuk menyediakan rasa manis dan
viskositas; (b) pengawet antimikroba; (c) perasa; dan (d) pewarna. Juga,
banyak jenis sirup, terutama yang diolah.

a. Sirup berbahan sukrosa dan nonsukrosa


Sukrosa adalah gula yang paling sering digunakan dalam sirup,
meskipun dalam keadaan khusus, itu dapat diganti seluruhnya atau
sebagian dengan gula atau zat lain seperti sorbitol, gliserin, dan
propilen glikol. Dalam beberapa kasus, semuanya zat glikogenetik
(bahan diubah untuk glukosa dalam tubuh), termasuk agen yang
disebutkan sebelumnya, digantikan oleh zat nonglikogenetik, seperti
metilselulosa atau hidroksietilselulosa. Kedua bahan ini tidak
terhidrolisis dan diserap ke dalam aliran darah, dan penggunaannya
menghasilkan hasil yang sangat baik kendaraan seperti sirup untuk
pengobatan yang dimaksudkan untuk digunakan oleh pasien diabetes
dan orang lain yang makanan harus dikontrol dan dibatasi pada zat
nonglikogenetik. Viskositas yang dihasilkan dari penggunaan turunan
selulosa tersebut mirip seperti sirup sukrosa. Penambahan satu atau
lebih pemanis buatan biasanya menghasilkan faksimili yang sangat
baik dari yang benar sirup
b. Pengawet Antimikroba
Jumlah pengawet yang diperlukan untuk melindungi sirup dari
pertumbuhan mikroba bervariasi proporsi air yang tersedia untuk
pertumbuhan, sifat dan aktivitas pengawet yang melekat beberapa
bahan formulatif (misalnya, banyak minyak flavoring yang secara
inheren steril dan dimiliki aktivitas antimikroba), dan kapabilitas
pengawet itu sendiri. Diantara bahan pengawet yang biasa digunakan
dalam sirup dengan konsentrasi yang biasanya efektif adalah asam
benzoat 0,1% - 0,2%, natrium benzoat 0,1% - 0,2%, dan berbagai
kombinasi methylparabens, propylparabens, dan butylparabens yang
berjumlah sekitar 0,1%. Seringkali, alkohol digunakan dalam sirup
untuk membantu melarutkan bahan yang larut dalam alkohol, tapi
biasanya tidak ada di akhirproduk dalam jumlah yang akan
dipertimbangkan cukup untuk pengawetan (15% - 20%).

c. Perasa
Kebanyakan sirup dibumbui dengan perasa sintetis atau
dengan bahan alami, seperti minyak atsiri (misalnya minyak jeruk),
vanillin, dan lainnya, untuk membuat sirup terasa enak. Karena sirup
adalah sediaan encer, penyedap rasa ini harus larut dalam air.
Namun, terkadang ada sedikit alkohol ditambahkan ke dalam sirup
pastikan solusi lanjutan dari bahan yang tidak mudah larut dalam air.

d. Pewarna
Untuk meningkatkan daya tarik sirup, pewarna agen yang
berkorelasi dengan perasa yang digunakan (misalnya : hijau dengan
mint, coklat dengan coklat, dll.) digunakan. Umumnya pewarna
adalah air larut, tidak reaktif dengan komponen sirup lainnya, dan
warna stabil pada kisaran pH dan di bawah intensitas cahaya yang
kemungkinan sirup untuk ditemui selama umur simpannya.
Contoh formulasi sirup
R/ Pseudoefedrin HCl 15mg/5 ml
Sorbitol 30 %
Nipagin 0,02 %
Aquadest 60 ml

C. PEMESANAN BAHAN
Pengadaan dan pemesanan barang dilakukan berdasarkan history
penjualan, pareto, permintaan pasar, dan program pihak marketing. Dalam
sistem pengadaan, dilakukan penentuan level persediaan produk
berdasarkan penentuan nilai Level Stock, Buffer Stock, Lead Time, dan
ReOrder Point (ROP). Pengadaan dilakukan oleh Apoteker Penanggung
Jawab (APJ) PBF dengan membuat defekta, berkoordinasi dengan
supervisior penjualan dan bagian marketing dalam membuat daftar
kebutuhan barang. Pada proses pengadaan dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu pengadaan produk reguler, produk e-catalogue, dan produk berupa
Narkotika/Psikotropika/Prekursor (NPP). Pengadaan yang dilakukan harus
mengikuti kaidah CDOB, yaitu setiap pengadaan dikendalikan dengan
prosedur tertulis dan rantai pasok diidentifikasi serta didokumentasikan.

D. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN


Sebelum melakukan pembuatan pada sediaan dilakukan terlebih
dahulu sterilisasi untuk mencegah adanya kontaminasi suatu bakteri dalam
ruangan serta alat dan bahan. Adapun alat yang dimaksud adalah botol
atau kemasan dalam membuat sediaan, stamper, penimbangan, gelas ukur,
beaker glass serta pipet tetes. Untuk bahan adanya suatu zat aktif untuk
membuat suatu sediaan, zat tambahan, pemanis, perasa, pengaroma,
pengawet agar suatu sediaan dapat terjaga dengan baik.
E. PEMBUATAN
Proses pembuatan sediaan sirup dapat dilakukan dengan beberapa
metode/cara, tergantung dari bahan yang digunakan, terutama menyangkut
sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan aktif. metode pembuatan sirup
tersebut antara lain:

1. Metode pelarutan dengan pemanasan.


Mula-mula gula (sucrose) dilarutkan di dalam air murni
(purified water) yang telah dipanaskan pada suhu 50-700C sambil
diaduk hingga larut. Selanjutnya bahan aktif dan bahan pengawet
dimasukkan ke dalam larutan gula dan diaduk hingga semua bahan
larut sempurna, kemudian didinginkan hingga suhu 300C. Masukkan
ke dalam larutan tersebut bahan-bahan tambahan lain (pengental,
pewarna dan perasa), aduk hingga homogen. saring larutan dengan
penyaring yang sesuai, selanjutnya sirup tersebut dimasukkan ke
dalam wadah. (botol) yang dikehendaki dan dilakukan proses
pengemasan.

2. Metode pengadukan tanpa pemanasan


Larutan atau sirup dengan bantuan pengadukan, tanpa
pemanasan ( untuk menghindari panas yang merangsang inverse
sukrosa ). Proses ini memakan waktu yang lebih lama tapi produknya
mempunyai kestabilan yang maksimal, contoh sirup ferro sulfa

3. Metode penambahan bahan aktif ke dalam sirup sederhana (sirup


simpleks atau Flavoring Syrup).

4. Metode perkolasi.
Perkolasi sumber-sumber bahan obat atau sukrosa
menggunakan alat percolator, contoh sirup tolu balsam dan sirup
ipecae.
F. EVALUASI
1. Uji Organoleptis
a. Penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas ,
ukuran dan bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar
dan diameter serta bentuk bahan.
b. Indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan
konsistensi. Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun,
tekstur merupakan sensasi tekananyang dapat diamati dengan mulut
atau perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan
halus.
c. Indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu
indicator terjadinya kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk
yang menandakan produk tersebut telah mengalamikerusakan.
d. Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa, maka rasa manis, asin,
asam, pahit, dan gurih. Serta sensasi lain seperti pedas, astringent
(sepat), dll.

2. Penetapan pH
Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga
sesuai instruksi kerja alat setiap kali akan melakukan
pengukuran.Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi,
kondisikan contoh uji sampai suhu kamar.Keringkan dengan kertas
tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air suling. Bilas elektroda
dengan contoh uji.Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH
meter menunjukkan pembacaan yang tetap.Catat hasil pembacaan
skala atau angka pada tampilan dari pH meter.

3. Uji Kejernihan
Uji di lakukan secara visual oleh praktikan, dengan mengamati
sediaan. Hasil uji sediaan sirup seharusnya jernih, dan tidak
mengandung pengotor di dalamnya.
4. Bobot Jenis
Gunakan piknometer yang bersih dan kering. Timbang
piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar
piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2). Buang air suling
tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan
diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air
suling, dan timbang (W3). Hitung bobot jenis cairan.

Rumus perhitungan bobot jenis :


rx=:b–a/c–a
Keterangan:
r x = Bobot jenis sampel
a = Berat pikno kosong
b = Berat sampel sebelum diuji
c = Berat sampel air.

5. Viskositas
Viskositas/ kekentalan Viskometer kapiler / ostwold dengan
cara waktu air dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang
dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui
(biasanya air) untuk lewat dua tanda tersebut. Jika h1 dan h2 masing-
masing adalah viskositas dari cairan yang tidak diketahui dan cairan
standar, ρ1dan ρ2 adalah kerapatan dari masingmasing cairan, t1 dan
t2 adalah waktu alir dalam detik.
Cara kerja : menyiapkan viskometer (viskometer ostwald), lalu
dipasangkan spindle 01 pada viskositer, dimasukan larutan uji
kedalam cup yang telah disiapkan, diarahkan spindle yang telah
terpasang kedalam cup secara tegak lurus sampai tanda batas,
kemudian dihidupkan stopwatch,diamati aliran cairan sampai menuju
garis batas bawah pipa kemudia diamati waktu yang diperoleh untuk
cairan dari batas atas sampai batas bawah.Selanjutnya dihitung
menggunakan rumus
Rumusnya adalah:

Keterangan :
η : Viskositas cairan sampe
η1: Viskositas cairan pembanding
t1 : Waktu aliran cairan sampel
t2 : Waktu aliran cairan pembanding
ρ1 : Massa Jenis cairan sampel
ρ2 : Massa Jenis cairan pembanding.

6. Volume terpindahkan
Pilih tidak kurang 30 wadah, kocok isi 10 wadah satu per satu,
tuang isi perlahan-lahan ke dalam gelas ukur. Kemudian diamkan
selama 30 menit. Ukur volume tiap-tiap wadah, volume nrata-rata 10
wadah tidak kurang dari 100%, tidak satupun wadah yang kurang dari
95% etiket.

G. PENGEMASAN
Kemasan, label, dan penyimpanan farmasi Pengemasan, pelabelan,
dan penyimpanan yang tepat dari produk farmasi semuanya penting untuk
stabilitas produk dan penggunaan yang efektif.
Standar untuk pengemasan obat-obatan oleh produsen terkandung
dalam “Current Good Manufacturing Practice” dari Kode Peraturan
Federal (1), di USP – NF (15), dan dalam Pedoman FDA untuk
Mengirimkan Dokumentasi untuk Kemasan untuk Obat Manusia dan
Biologis (16). Saat mengirimkan NDA, file pabrikan harus menyertakan
semua spesifikasi yang relevan untuk pengemasan produk. Selama awal
tahap investigasi klinis, kemasan harus terbukti memberikan stabilitas obat
yang memadai untuk durasi uji klinis.
Secara klinis uji coba maju ke tahap terakhir, informasi tentang
karakteristik kimia dan fisik dari wadah, penutup, dan bagian komponen
lainnya dari sistem kemasan untuk produk yang diusulkan harus
dikembangkan untuk memastikan stabilitas obat, umur simpan diantisipasi.

H. DISRTIBUSI
Metode saving matrix adalah metode yang digunakan untuk
menentukan rute distribusi produk ke wilayah pemasaran dengan cara
menentukan rute distribusi yang harus dilalui dan jumlah kendaran
berdasarkan kapasitas dari kendaraan tersebut agar diperoleh rute
terpendek dan biaya transportasi yang minimal. Metode saving matrix juga
merupakan salah satu tehnik yang digunakan untuk menjadwalkan
sejumlah kendaraan terbatas dari fasilitas yang memiliki kapasitas
maksimum yang berlainan.
Tujuan dari metode saving adalah untuk meminimasi total jarak
perjalanan semua kendaraan dan untuk meminimasi secara tidak langsung
jumlah kendaraan yang diperlukan untuk melayani setiap tempat
perhentian. Kemudian dua tempat perhentian digabung dalam satu rute
yang sama sehingga satu kendaraan tersebut dieliminasi dan jarak
tempuh/perjalanan dapat dikurangi. Pendekatan saving mengizinkan
banyak pertimbangan yang sangat penting dalam aplikasi yang realistis.
Sebelum tempat perhentian dimasukkan de dalam sebuah rute, rute dengan
tempat perhentian berikutnya harus dilihat.
Perlindungan stabilitas suatu obat produk selama transportasi
adalah pertimbangan penting. Namun, pemeliharaan kondisi suhu dan
kelembaban memuaskan selama pengiriman tidak selalu dilakukan. Variasi
suhu dan kelembapan dapat terjadi selama pengiriman dari pabrikan ke
grosir atau ke apotek, dari apotek ke pasien, selama pengiriman resep
melalui pos dan waktunya di kotak surat, dan masuk kendaraan perawatan
darurat. Transportasi ke dan dalam wilayah geografis dengan suhu ekstrim
dan kelembapan membutuhkan pertimbangan khusus.
BAB III

A. KESIMPULAN
Dalam pembuatan sirup harus diperhatikan berbagai aspek
yang dapat mempengaruhi hasil akhir dari sediaan yang dihasilkan.
Berbagai aspek itu antara lain pemahaman dasar mengenai sediaan
sirup, komponen dalam sirup, sifat kimia fisika, dan prinsip-prinsip
dalam pengerjaan mulai dari pemilihan metode kerja yang sesuai
dengan bahan yang digunakan sampai pada uji mutu dan kestabilan
obat dalam penyimpanan. 

B. DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV.
Terjemah oleh Farida Ibrahim. UI Press:Jakarta.
Lachman L, LiebermanHA, Kanig jl. 1986. Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Edisi III jilid 2.UI Press. Jakarta.
Voigt, R., 1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Terjemah oleh
Soewandhi, S.N. Edisi V. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Bakhtiar , Meliza Rahmi 2017. Penentuan Rute Distribusi Sirup Untuk
Meminimalkan Biaya Transportasi. Aceh: Corresponding Author.

Anda mungkin juga menyukai