Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM SEMI SOLID DAN LIQUID

PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN SIRUP

KELOMPOK IV

1. DESI NOPITASARI P (171040400102)

2. EKA APRY NUR CAHYANI (171040400155)

3. FAJRIATIN (171040400154)

4.KHAIRUN NISA (171040400105)

5. MISBAHUDDIN A (171040400169)

6. RETNO SETIYA W (171040400115)

7. SRI UTAMI (171040400180)

04FARE003

PROGRAM STUDI D3 FARMASI REGULAR B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA PERSADA

JL PADJAJARAN PAMULANG TANGERANG SELATAN -BANTEN

2019
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,

mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,

pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau campuran konsolven.

Beberapa contoh sediaan larutan oral, antara lain: Sirup adalah sediaan pekat

dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan

pewangi dan zat obat. Komponen-komponen dari sirup : (1) gula, biasanya

sukrosa atau pengganti gula yang digunakan untuk memberi rasa manis dan

kental, (2) pengawat antimikroba, (3) pembau, dan (4) pewarna.

Faktor utama pemilihan penggunaan obat bentuk sediaan cair

khususnya larutan yaitu lebih mudah ditelan dibandingkan dengan bentuk

sediaan padat seperti tablet atau kapsul, sehingga lebih cocok untuk

pemberian pada bayi, anak-anak, dan usia lanjut yang susah menelan obat

dalam bentuk kapsul atau tablet. Sediaan tablet atau kapsul dihindari untuk

anak kurang dari 5 tahun. Disamping itu, larutan juga memberikan efek yang

lebih cepat karena obat cepat di absorbsi tanpa mengalami proses disintegrasi

dan pelarutan karena sudah berada dalam bentuk larutan. Untuk pemakaian

luar , larutan lebih mudah digunakan. Namun ada beberapa obat yang tidak

stabil atau mudah rusak bila dibuat dalam larutan, sehingga harus selalu

dibuat baru bila akan digunakan.

Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan

dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada
suatu organisme sehingga tidak mudah terkena penyakit. Jika sistem imun

bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi

bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam

tubuh. Vitamin merupakan satu dari berbagai jenis senyawa yang dapat

menghambat reaksi perusakan tubuh oleh senyawa radikal bebas terkait

dengan aktivitas antioksidannya.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana perancangan

formula dan membuat sediaan sirup vitamin B kompleks yang bebas alkohol

yang sesuai dengan persyaratan mutu yaitu aman, stabil, efektif, serta dapat

diterima.

2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana proses

pembuatan sediaan.

3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana perhitungan dosis

serta aturan pakai sediaan.

4. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi dan penilaian terhadap hasil

sediaan yang dibuat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.3 Definisi Sirup

Menurut Farmakope Indonesia III, sirup adalah sediaan cair berupa

larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak

kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Sirup adalah larutan oral yang

mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (Anonim, 1995).

Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat

atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah

sediaan cair kental yang minimal mengandung 50% sakarosa. Dalam

perkembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah

sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Sirup adalah sediaan

cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90%

sakarosa.

1. Komponen Sirup

a. Pemanis

Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori

yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis

berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin

dan sukrosa sedangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.

b. Pengawet antimikroba

Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat

bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
c. Perasa dan Pengaroma

Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-

bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang

enak. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai

kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup

untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini

harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk

diberi aroma citrus.

d. Pewarna

Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan

komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama

penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung

pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisen

dengan rasa. Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam

perdagangan mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan,

pengental dan stabilisator.

2. Sifat Fisika Kimia Sirup

a. Viskositas

Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat

dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya

yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu

permukaan datar melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan

tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan

ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat uji yang


diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang kecil

dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti untuk pengukuran

sediaan farmasi. Suhu dipertahankan dalam batas tidak lebih dari 0,1 oC.

b. Uji mudah tidaknya dituang

Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini

berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan

akan semakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fisik ini digunakan untuk

melihat stabilitas sediaan cair selama penyimpanan. Besar kecilnya kadar

suspending agent berpengaruh terhadap kemudahan sirup untuk dituang.

Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan

sukar dituang.

c. Uji Intensitas Warna

Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna

sirup mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan

dibandingkan dengan warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk

mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan selama waktu

tertentu.

3. Pembuatan Sirup

Kecuali dinyatakan lain, sirup dibuat dengan cara sebagai berikut :

 Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan

hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh

bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi.

 Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glukosida

antrakinon, di tambahkan natrium karbonat sejumlah 10% bobot


simplisia. Pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan di

tambahkan Nipagin 0,25% b/v atau pengawet yang cocok. Sirop

disimpan dalam wadah tertutup rapar, dan di tempat yang sejuk.

4. Keuntungan dan kerugian sediaan cair :

A. Keuntungan Sediaan Cair :

1. Cocok untuk penderita yang sukar menelan tablet.

2. Absorpsi obat lebih cepat di bandingkan dengan sediaan oral lain. Urutan

kecepatan absorpsinya larutan > emulsi > suspensi.

3. Homogenitas lebih terjamin.

4. Dosis/takaran dapat di sesuaikan.

5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan semi padat, terutama bentuk

larutan. Untuk emulsi dan suspensi, keseragaman dosis tergantung pada

pengocokan.

6. Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung atau

di rusak cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat. Hal ini

dapat di kurangi dengan memberikan obat dalam bentuk sediaan cair karena

faktor pengenceran.

B . Kerugian Sediaan Cair :

1. Tidak dapat di buat untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air.

2. Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar di tutupi.

3. Tidak praktis.

4. Takaran penggunaan obat tidak dalam dosis terbagi, kecuali sediaan dosis

tunggl, dan harus menggunakan alat khusus.


5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Larutan

1. Sifat dari solute dan solvent

Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-

garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent

yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik)

larut dalam kloroform.

2. Cosolvensi

Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya

penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak

larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.

3. Kelarutan

Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar

larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan

dalam farmasi umumnya adalah :

a. Dapat larut dalam air

Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat

larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4,

CaSO4.

b. Tidak larut dalam air

Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida

dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua

garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Kelarutan suatu zat yang tidak

diketahui secara pasti dapat dinyatakan dengan istilah sebagai berikut:


Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
Istilah kelarutan untuk melarutkan 1 bagian zat

Sangat mudah larut <1

Mudah larut 1- 10

Larut 10-30

Agak sukar larut 30-100

Sukar larut 100-1000

Sangat sukar larut 1000-10000

Praktis tidak larut >10000

4. Temperatur

Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat

tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya

membutuhkan panas.

Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh

dipanaskan, misalnya :

a. Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.

b. Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.

c. Saturation

d. Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.

5. Salting Out

Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai

kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan

kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air

tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.

6. Salting In

Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan

zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak

larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.

7. Pembentukan Kompleks

Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa

tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.

Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.

Kecepatan kelarutan dipengauhi oleh :

a. Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ;

makin luas permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin

cepat larut.

b. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelaruta solute.

c. Pengadukan.

5. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan

merupakan katalis reaksi.

6. Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang khusus

(sediaan parenteral).

1.4 Jenis Vitamin

Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok

besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak.

Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan
vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak.

Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa

(lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan

diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya

dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin

lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh

1.4.1 Vitamin yang Larut dalam Lemak

Jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan

biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan

pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran

darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin

ini akan segera dibuang tubuh bersama urine. Oleh karena hal inilah, tubuh

membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus. Vitamin A yang

juga dikenal dengan nama retinol merupakan vitamin yang berperan dalam

pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari, dan

sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain itu,

vitamin ini juga berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan imunitas

tubuh. Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh paparan panas, cahaya matahari,

dan udara. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin A, antara lain

susu, ikan sayur-sayuran (terutama yang berwarna hijau dan kuning), dan juga

buah-buahan (terutama yang berwarna merah dan kuning, seperti cabai

merah, wortel dan papaya. Apabila terjadi defisiensi vitamin A, penderita

akan mengalami rabun senja dan katarak. Selain itu, penderita defisiensi

vitamin A ini juga dapat mengalami infeksi saluran pernapasan, menurunnya


daya tahan tubuh, dan kondisi kulit yang kurang sehat. Kelebihan asupan

vitamin A dapat menyebabkan keracunan pada tubuh. Penyakit yang dapat

ditimbulkan antara lain pusing-pusing, kerontokan rambut, kulit kering

bersisik, dan pingsan. Selain itu, bila sudah dalam kondisi akut, kelebihan

vitamin A di dalam tubuh juga dapat menyebabkan kerabunan, terhambatnya

pertumbuhan tubuh, pembengkakan hati, dan iritasi kulit.

l . Vitamin E

berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai

dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini

juga dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan

ini terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa anti

oksidan alami. Vitamin E banyak ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur,

ragi, dan minyak tumbuh-tumbuhan. Walaupun hanya dibutuhkan dalam

jumlah sedikit, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan gangguan

kesehatan yang fatal bagi tubuh, antara lain kemandulan baik bagi pria

maupun wanita. Selain itu, saraf dan otot akan mengalami gangguan yang

berkepanjangan.

2. Vitamin K

banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang baik dan

penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di

dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau

pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk

mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamate. Oleh karena itu,

kita perlu banyak mengonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar yang
merupakan sumber vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam

tubuh.

1.4.2 Vitamin yang Larut dalam Air

Menurut Girindra (1986) vitamin yang larut dalam air memiliki sifat-sifat

umum, antara lain :

1. Tidak hanya tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen

2. Tidak memiliki provitamin

3. Terdapat di semua jaringan

4. Sebagai prekusor enzim-enzim

5. Diserap dengan proses difusi biasa

6. Tidak disimpan secara khusus dalam tubuh

7. Diekskresi melalui urin

8. Relatif lebih stabil, namun pada temperatur berlebihan menimbulkan

kelabilan

Vitamin-vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B kompleks dan

vitamin C. Vitamin B kompleks umumnya didapatkan bersama-sama dalam

makanan dan minuman tertentu, misalnya sayuran dan biji-bijian.

1. Tiamin

Dinamakan pulsa sebagai vitamin B1, zat anti beri-beri, vitamin antineuritis,

aneurin. Fungsinya yaitu sebagai bentuk derivat tiamin, adalah koenzim Ko-

karboksilase bentuk TPP (Tiamin Piro Phosphat), misalnya ko-enzim priruvat

dekarboksilase, dan koenzim transketolase, berturut-turut, dan lebih baik lagi,

asam ben piruvat menjadi asetilSKoA; dan reaksi ribosa-5P + xylulosa-5P


menghasilkan sedohep- tulosa-7P + gliseraldehid-3P (HMP-shunt / atau

hexose mono phosphate shunt) Pembentukan TPP

dari tiamin dikatalisis oleh tiamin pirofosfokinase, enzim ini dijumpai di

jaringan - jaringan tubuh ego, otak TPP-ase, yaitu enzim fosfatase yang

mengkatalisis pelepasan pirofosfat dari molekul TPP Metabolisme Tiamin.

Ekskresi tiamin dalam urin., diagnosa defisiensi tiamin, karena defisiensi

ringan sekalipun sudah memberikan penurunan enzim. Kebutuhan akan

tiamin lipat dengan jumlah total energi yang dikeluarkan, dianjurkan 0,5 mg

/ 1000 Kalori / Hari.

2. Riboflavin

Dinamakan pula sebagai vitamin B2, laktoflavin. Merupakan bagian dari

molekul koenzim Dehidrogenase, bentuk: 1. FAD (lavin adenin dinukleotida)

oksidasi-reduk FMN (flavin mono nukleotida) dalam jaringan-jaringan

tubuh, ternyata pemakaian FAD lebih dibandingkan dengan FMN. FMN

misalnya Ko- Dehidrogenase sementara FAD misalnya Ko- Dehidrogenase

D-Asam amino 2. Dehidrogenase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi

oksid L-Asam Amino di mukosa intestin, riboflavin lanjut fosforilasi

dikatalisi flavokinase membentuk FMN. FMN tersebut disalurkan melalui

vena hati. Enzim flavokinase yang dihambat oleh oleh kloropr atau obat-obat

golongan fenotiazin. Seorang dewasa membutuhkan 1,0-1,5 mg /

hari.Kekurangan Riboflavin menimbulkan kelainan klinis, "stomatitis gulal".

Dinamakan pula sebagai PP-factor dari Godberger (Pellagra Preventive factor

dari Godberger), asam nikotinat.


3. Niasin

Fungsi asam nikotin adalah untuk pertumbuhan dan perbanyakan sel,

perombakan karbohidrat, lemak dan protein. Juga berperan penting sebagai

koenzim yang diperlukan oleh semua proses hidup dalam sel. Bila terjadi

kekurangan niasin, maka akan mengakibatkan penyakit pelagra. Penyakit

pelagra disertai dengan gejala 3-D sebagai berikut : Dermatitis, yaitu kulit

memerah, mengelupas, dan pecah-pecah, anemia, serta eksim yang simetris

kiri dan kanan tubuh. Diare, yaitu buang air besar terus menerus dan terjadi

pendarahan pada usus dan gusi. Dimensia, terjadi kekacauan mental,

pelupa, letih dan suka melamun.

4. Piridoksin

Dinamakan pula sebagi vitamin B6, factor antidermatitis tikus. Defisiensi

Menimbulkan penyakit pellagra Kebutuharn Pellagra dapat dicegah dengan

pemberian 4.4 mcq niasin p tidak kurang dari 9 mcq sehari. Sumber vitamin

yang baik adalah daging, jero dan biji-bijian. Pellagra banyak dijajakan pada

makanan bahan pokok jagung.

5. Vitamin B12

Dinamakan pula sebagai sianokobalamin, kobamida, factor anti anemia

pernisiosa, factor ekstrinsik Castle. Vitamin B12 adalah Kristal merah yang

larut air. Warna merah karena kehadiran kobalt. Vitamin B12 secara perlahan

rusak oleh asam encer, alkali, cahaya, dan bahanbahan pengoksidasi dan

pereduksi. Pada pemasakan, kurang lebih 70% vitamin B12 dapat

dipertahankan. Sianokobalamin adalah bentuk paling stabil dank arena itu

diproduksi secara komersial dari fermentasi bakteri. Vitamin B12 berperan


penting pada saat pembelahan sel yang berlangsung dengan cepat. Vitamin

B12 juga memelihara lapisan yang mengelilingi dan melindungi serat syaraf

dan mendorong pertumbuhan normalnya. Selain itu juga berperan dalam

aktifitas dan metabolisme sel-sel tulang. Vitamin B12 juga dibutuhkan untuk

melepaskan folat, sehingga dapat membantu pembentukan sel-sel darah

merah.

6. Asam Askorbat

Dinamakan pula sebagai Vitamin C, adalah kristal putih yang mudah larut

dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam

keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara

(oksidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran

tembaga dan besi. Vitamin C stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil

dalam larutan asam. Vitamin C adalah vitamin yang paling labil. Vitamin C

mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, diantaranya sebagai sintesis

kolagen. Vitamin C pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati,

yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nanas, rambutan,

papaya, gandaria, dan tomat.

1.5 Pemilihan Bahan Aktif

1. Metil paraben / Nipagin (Sumber ; FI Edisi III, Halaman 378)

Warna : Putih

Rasa : Tidak mempunyai rasa

Bau : Hampir tidak berbau

Pemerian : Serbuk hablur halus


Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,

dalam 25 bagian etanol (95 %) P, dan dalam 3 bagian aseton P ; mudah larut

dalam eter P, dan dalam alkali hidroksida.

Titik Lebur : 1250C sampai 1280C

Pka/pkb : 8,4

Bobot Jenis : 1,352 gr/cm3 atau 1,352 gr/ml

pH larutan : 3-6

Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar

Khasiat : Bahan Pengawet

2. Vitamin B1

Thiamin Hidroklorida (Depkes RI 1995, hal. 784)

Nama resmi : THIAMINI HYDROCHLORIDUMNama lain : Tiamin hidro

kloridaRumus molekul : C12H17ClN4OS.HCL

Berat molekul : 337,27

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih, bau khaslemah

Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam gliserin,sukar larut dalam

etanol, tidak larutdalam eter dan dalam benzena

pH : <1071> Antara 2,7 dan 3,4

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembuscahaya

Khasiat : Antineuritikum ;komponen vitamin B kompleks

3. Vitamin B6

( FI IV hal 723. Martindale hal 1815 )

Nama lain : Piridoksin HCL

Pemerian : Serbuk hablur putih/ hampir putih


Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam

eter

OTT : tidak bercampur dengan larutan alkalis dan tetrasiklin, eritromisin dan

streptomisin.

Stabilitas : terjaga dari udara dan cahaya

Dosis : 200 mg – 500 mg sehari.( DI 88 hal 2100)

Khasiat : Defisiensi B6 dan anemia

PH : 2 – 3,8 ( Martindale 28 hal 1643)

Sterilisasi : Filtrasi

4. Vitamin B12

( FI IV hal 263, Martindale 28 hal 1644, DI 88 hal 2104 )

Nama lain : Sianokobalamin

Pemerian : Hablur merah tua, atau serbuk hablur merah

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, larut dalam etanol, tidak larut dalam

aseton dan eter.

Wadah : wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya

Dosis : 1000 mcg/ml (DI 88 hal 2107)

Stabilitas : terlindung dari cahaya

OTT :klorpromazin HCl, pitonadione,proklorperazin, Na walfirin

PH : 3,8 – 5,5 ( DI 88 hal 2104)

Khasiat : Defisiensi Sianokobalamin

Sterilisasi : Otoklaf
5. Sirup Simpleks

Sirup Simpleks (Farmakope Indonesia edisi III)

Nama resmi : Sirupus Simpleks

Nama lain : Sirup gula

Rumus struktur :-

Rumus kimia :-

Bobot Molekul : 1,587

Kelarutan : Larut dalam air dan air panas

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna

Khasiat : Sebagai pemanis

Penyimpanan : Wadah tertutup rapat

6. Aquadest

Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III)

Nama resmi : Aqua destillata

Nama lain : Air suling

Rumus struktur :-

Rumus kimia :

Bobot molekul :18,02

Kelarutan :-

Pemerian : Cairan Jernih tidak berwarna, tidak mempunyai rasa

Khasiat : Sebagai Zat Pembawa

Penyimpanan : Wadah tertutup baik


7. Essence Leci

Nama resmi :-

Nama lain :-

Rumus struktur :-

Rumus kimia :-

Bobot molekul :-

Pemerian : Cairan berwarna putih dan bau khas buah leci

Kelarutan : Mudah larut dalam air

Fungsi : Odoris / zat perasa (Depkes RI , 2010)

Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup baik, tempat sejuk, kering

Dan terhindar dari cahaya matahari


BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum pembuatan sediaan sirup ini berlangsung pada hari selasa

tanggal 27 Juni 2019 di laboratorium 1 STIKes KHARISMA

PERSADA

B. Alat dan Bahan

a) Alat :

 Gelas ukur

 Timbangan

 Batang pengaduk

 Pipet tetes

 Botol cokelat 100 ml

 Kertas perkamen

 Spatel

 Erlenmeyer

 Beaker glass

 Mortar dan stamper

 Stopwatch

 Alat evaluasi sediaan

b) Bahan :

 Metil paraben ( Nipagin )

 Vitamin B1 ( Thiamin Hidroklorida )

 Vitamin B6 ( piridoksin HCL )


 Vitamin B12 ( Sianokobalamin )

 Sirup simplek

 Aquadest

 Essence Leci

C. Formulasi resep

R/ Vitamin B1 5 mg

Vitamin B2 2 mg

Vitamin B3 20 mg

Vitamin B5 3 mg

Vitamin B6 2,5 mg

Vitamin B12 3 mg

Sirup simplek 30%

Nipagin 0,1%

Essence q.s

Aquadest ad 100 ml

D. Prosedur Pembuatan formulasi resep :

 Siapkan alat dan bahan

 Setarakan timbangan

 Kalibrasi 100 ml

 Timbang nipagin 100 mg , vitamin B1 mg , vitamin B6 mg

 Larutkan vitamin B1 dan vitamin B6 di dalam beaker glass yang

berisi air hangat sampai tidak ada endapan dan larutan menjadi

jernih
 Tambahkan sirup simplek dan nipagin aduk sampai homegen

 Tambahkan aquadest sampai batas kalibraasi ( ad 100 ml )

 Selanjutnya terakhir tambahkan essence Leci secukupnya ( 5 tts )

, dan lakukan evaluasi.


BAB IV

EVALUASI DAN PEMBAHASAN

A. Evaluasi Sediaan

1. Organoleptis :

 Warna : putih jernih

 Bau : bau khas leci

 Rasa : manis

2. Uji PH

Indicator universal ( kertas Ph ) dimasukan ke dalam sirup

selama menit kemudian di ukur nilai Ph nya. Ph yang di

hasilkan adalah 7, yang berarti sirup ini bersifat netral

3. Uji bobot jenis

 Alat dan bahan disiapkan

 Disiapkan 3 piknometer kosong, ditimbang

 Sebelum di timbang Piknometer 1: 22,715

 Sebelum di timbang Piknometer 2: 23,630

 Sebelum di timbang piknometer 3: 22,505

 Piknometer diisi kekurangan air pada piknometer

 Piknometer di tutup, kemudian di timbang dan di

catat hasilnya

 Sesudah di timbang piknometer 1 : 49,475

 Sesudah di timbang piknometer 2: 51,235

 Sesudah di timbang piknometer 3: 47,420

4. Uji viskositas
 Alat dan bahan disiapkan

 10 ml sirup dimasukan kedalam lubang yang besar

pada viscometer

 Selanjutnya sedot air dari lubang kecil hingga air

naik sampai batas garis ( tanda atas )

 Tutup lubang kecil , selanjutnya penyedot di lepas

bersamaan dengan menyalakan stopwatch

 Di catat waktu air yang turun dari batas garis atas

sampai batas bawah

 Waktu turun air :

B. Pembahasan

- Dalam pembuatan sirup vitamin ini langkah pertama yang

dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan – bahan yang

akan di gunakan kemudian timbang bahan sesuai yang kita

butuhkan.

- Kemudian masukan vit B1 dan B6 kedalam beker glass

tambahkan air hangat untuk melarutkan bahan obat, kemudian

aduk ad larut.

- Kemudian tambahkan sirup simplek dan nipagin aduk ad

homogeny kemudian tambahkan aquadest sampai tanda

kalibrasi.

- Setelah sediaan sirup vitamin dibuat sesuai formula, kemudian

sediaan tersebut di evaluasi. Adapun evaluasi yang dilakukan


meliputi uji organoleptis , viskositas, pemeriksaan PH, dan uji

bobot jenis.

- Pada pengujian organoleptis, yang menguji sediaan dari

warna, bau, dan rasanya. Dipantau dari warna sediaan sirup

vitamin ini memiliki warna bening, memiliki bau khas leci dan

rasanya manis. Warna bening di timbulkan dari penambahan

pewarna atau essense leci, dan rasa manis di timbulkan dari

formula dari sirup simplex.

- Pada pengujian PH yaitu menggunakan indicator universal,

yaitu dengan mencelupkan indicator universal selama 1 menit

kemudian setelah itu dicocokkan dengan tabel universal. Dan

diperoleh PH sebesar 7. Yang menandakan sirup vitamin ini

bersifat netral.

- Selanjutnya dilakukan pemeriksaan uji viskositas, siapkan alat

viscometer ambil sirup vitamin sebanyak 10 ml masukan pada

lubang yang besar pada alat viscometer, selanjutnya sedot dari

lubang kecil sampai air naik hingga tanda atas.

- Tutup lubang kecil , selanjutnya penyedot di lepas bersamaan

dengan menyalakan stopwatch, kemudian dicatat waktu air

yang turun dari garis batas atas sampai garis batas bawah.

- Dan yang terakhir dilakukan pada pemeriksaan uji bobot jenis

pada sirup vitamin ini di siapkan alat piknometer kosong,

kemudian timbang piknometer kosong, lalu tambahkan sirup


tadi kemudian timbang lagi, lakukan sebanyak 3 kali dengan

menggunakan alat piknometer sebanyak 3.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

- Sirup adalah sediaan oral yang mengandung sukrosa atau gula

lain yang berkadar tinggi (sirup simplek adalah sirup yang

hamper jenuh dengan sukrosa ). Kadar dalam sirup adalah 64

– 66 %, kecuali dinyatakan lain.

- Vitamin B1 dan B6 adalah obat untuk memenuhi kebutuhan

vitamin B1 dan B6 bisa untuk mual dan muntah selama hamil.

- Selama pembuatan sirup vitamin ini dilakukan dengan

mencampur vit B1 dan B6 menggunakan air hangat kemudian

diaduk ad larut kedian tambahkan sirup simplek dan nipagin.

- PH sirup sebesar 7 yang bersifat netral.

B. SARAN

- Diharpakn kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak

belajar mengenai sifat, stabilitas, tipe sirup maupun cara

melarutkan dan penyimpanannya. Pada saat pembuatan sirup,

praktikan juga harus mengetahui factor – factor yang dapat

mempengaruhi stabilitas sirup, agar dapat menghasilkan sirup

yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gajah Mada

Universitas press

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia

Edisi III . Jakarta : Depkes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia

Edisi IV. Jakarta : Depkes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1978 . Formularium Nasionaal

Edisi 2 . Jakarta : Depkes RI


LAMPIRAN

A. PERHITUNGAN BAHAN

- Vitamin B1 = 5 mg

- Vitamin B6 = 2,5 mg

- Sirup simplex = 30/100 x 100 ml = 30 ml

- Nipagin = 0.1/100 x 100 ml = 100 mg

- Essense leci = 5 tetes

Anda mungkin juga menyukai