Disusun Oleh :
Topaz Argadiyan Adzan (16670033)
Tsalis Kamilah N R (16670043)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2019
1. DASAR TEORI
A. Definisi GEL
Gel didefenisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari pertikel anorganik yang kecil atau molekul organik
yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 2011). Menurut Farmakope Indonesia
Edisi III penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua yaitu: Gel sistem dua fase.
Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar , massa
gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya magma bentonit. Baik gel
maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan
menjadi cair pada pengocokan.Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan
untuk menjamin homogenitas.
Bentuk yang kedua adalah Gel sistem fase tunggal. Gel fase tunggal terdiri dari
makromolekul organik yang tersebar sama dalam suatu cairan sedemikian hingga
tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel
fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik misalnya karboner atau dari
gom alam misanya tragakan.
B. Penggolongan GEL
Pengolongan (Disperse Sistem), (Lachman, 2008):
1. Berdasarkan sifat fasa koloid :
Gel anorganik, contoh : bentonite magma
Gel organik, pembentuk gel berupa polimer
2. Berdasarkan sifat pelarut :
Hidrogel (pelarut air). Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer
hidrofilik yang saling sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti
interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel mempunyai
biokompatibilitas yang tinggi sebab hidrogel mempunyai tegangan permukaan
yang rendah dengan cairan biologi dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan
adsorbsi protein dan adhesi sel; hidrogel menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel
biological, sel dan jaringan dengan berbagai cara; hidrogel bersifat lembut/lunak,
elastis sehingga meminimalkan iritasi karena friksi atau mekanik pada jaringan
sekitarnya. Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan
yang rendah setelah mengembang. Contoh: bentonit magma, gelatin
Organogel (pelarut bukan air/ pelarut organik). Contoh : plastibase (suatu
polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak mineral dan didinginkan
secara shock cooled), dan disperse logam stearat dalam minyak.
Xerogel. Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah
diketahui sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut,
sehingga sisa – sisa kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan
pada keadaan semula dengan penambahan agen yang mengimbibisi, dan
mengembangkan matriks gel. Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia
tears, dan sellulosa kering dan polystyrene .
E. Komponen Gel
Untuk kompenen gel di bagi menjadi dua gilling agents dan bahan tambahan.
Disetiap sedian gel harus memilik kedua komponen seperti yang ada di bawah ini
(Ansel, 2011):
1. Gelling Agent.
1. Bahan tambahan
a. Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua
gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba.
Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan
gelling agent.
c. Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat.
Contohnya EDTA.
c. Efek Farmakologi
Zinc Oxide diindikasikan untuk perawatan Infeksi kulit ringan, Sun luka
bakar, Eksim, Iritasi pada kulit, Ruam popok, Haemmorhoids, Terbakar sinar
matahari, Eksim, Iritasi kulit, Wasir dan kondisi lainnya.
d. Efek samping
Iritasi kulit, Reaksi alergi serius terhadap obat ini jarang terjadi. Namun,
segeralah minta bantuan medis jika Anda menyadari gejala dari reaksi alergi
serius, termasuk: ruam, gatal/bengkak (khususnya pada
wajah/lidah/tenggorokan), pusing yang parah, masalah pernapasan.
Bentuk sediaan yang terpilih adalah gel karena zinc oxide sendiri tidak larut
air ini cocok dengan sistem gel dimana zat aktifnya terdisperi bukan terlarut
(sistem suspensi). selain itu tabir surya dari zinc oxyde ini lebih nyaman dibuat
gel karena basis dari gel sendiri yang 60 % air sehingga nyaman digunakan
diseluruh permukaan kulit daripada sediaan krim yang basisnya minyak.
a. Pertakaran kecil
6. SPESIFIKASI PRODUK
1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert,
aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.
2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang
baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan
kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan
tube, atau selama penggunaan topical.
5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan
gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC,
HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan
yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.
4 Nipasol Pengawet
5 Etanol Pelarut
6 Parfum pewangi
7 Aquades Pelarut
1 Zinc Oxyde 20 %
2 CMC Na 3%
3 Propilen Glikol 15 %
4 Nipasol 0,2 %
5 Etanol qs
6 Parfum qs
5 Etanol qs qs qs
6 Parfum qs qs qs
5 Etanol qs qs qs qs
6 Parfum qs qs qs qs
9. CARA EVALUASI
A. Macam-Macam Evaluasi
Berikut adalah macam-macam evaluasi yang dilakukan :
1. Uji Organoleptis
Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sediaan sudah
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan uji ini merupakan uji
awal sediaan yang telah dibuat. Uji organoleptis meliputi bentuk sediaan
warna dan bau (Muharni, 2009).
2. Uji Homogenitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui homogenitas bahan aktif dan bahan
tambahan lainnya dalam sediaan (Muharni, 2009).
3. Uji Ph
Uji ph dilakukan untuk mengukur ph (derajat keasaman) sediaan dan
untuk menguji apakah sediaan sudah memnuhi syarat ph yang sesuai dengan
kondisi ph kulit (Muharni, 2009).
4. Uji Viskositas
Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui besarnya tahanan suatu
cairan untuk mengalir. Jika semakin tinggi viskositas, maka semakin besar
tahanannya (Muharni, 2009).
5. Uji Daya Sebar
Uji ini dilakukan untuk mengetahui luas permukaan daya sebar sediaan
pada kulit (Muharni, 2009).
B. Nama Alat
C. Metode/Cara Kerja
1. Uji Organoleptis
- Dikeluarkan sediaan dari dalam wadah
- Diamati bau, warna, bentuk sediaan dan rasa pada kulit
- Dicatat hasil yang diperoleh
2. Uji Homogenitas
- Diambil salep pada bagian atas, tengah atau bawah
- Dioleskan pada kaca objek kemudian diratakan dengan kaca objek lain
- Diamati secara visual
3. Uji Daya Sebar
- Diletakkan 0,5 gram salep diatas cawan petri
- Diletakkan cawan petri lain diatasnya
- Diberi beban 50 mg dan diukur diameternya
- Ditambah beban 50 mg dan diukur diameternya
- Ditambah beban 50 mg dan diukur diameternya
4. Uji Ph
- Diambil sediaan dan dimasukkan dalam beaker glass
- Dilarutkan salep dalam aquadest ataupun pelarut yang sesuai
- Diaduk hingga homogen
- Dikalibrasi Ph meter
- Dimasukkan Ph meter kedalam sediaan yang telah larut
5. Uji Viskositas
- Diambil dan dimasukkan ke dalam alat viskosimeter
- Ditungu hingga nilai viskositas diketahui
D. Cara Pengolahan Data Hasil Evaluasi
Pada uji evaluasi sediaan krim terdapat 5 uji evaluasi yang dilakukan.
Dalam masing-masing uji terdapat data kuantitatif dan kualitatif. Dimana data
kuantitatif meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji ph, dan
uji viskositas.
10. ETIKET
APOTEK WARAS
Jl. Melati No. 2 Malang
APA: Topaz Argadiyan Adzan, S.Farm, Apt.
SIPA: 1650/SIPA/2018
No. 01 Tgl. 20-03-19
Pro: Nn. Kamil (20th)
2 x1 oleskan pada bagian yang iritasi
OBAT LUAR
ZO- GEL
ZO- GEL
DAFTAR PUSTAKA