Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Tujuan Praktikum
Untuk memberikan pengatahuan dan keterampilan tentang pembuatan tablet.

1.2

Dasar Teori
Tablet adalah suatu bentuk sediaan farmaseutik yang berupa padat. Sifatnya
praktis, dan relative lebih tahan lama karena kadar air yang rendah dan tidak terjadi
reaksi hidrolisis. Cara pembuatan tablet antara lain adalah dengan granulasi basah.
Tujuan granulasi ini adalah memperbaiki sifat alir ke mesin tablet dan untuk
memperbaiki komprebilitas. Granulasi basah ini menggunakan air atau zat cair lain
apabila zat aktif tidak stabil terhadap air.
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa. (Depkes RI, 1994).
Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet
dibuat dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi menggunakan mesin
yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan
berbagai bentuk punch dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari
berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat serta
produksi rata- rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan atau
dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet ke dalam cetakan,
kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikelurkan dari cetakan dan dibiarkan
sampai kering.
Berdasarkan cara pemberian atau fungsinya, sistem penyampaian obat dan
bentuk serta metode pembuatannya, tablet dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Tablet Oral untuk Dimakan
o Tablet Kempa (Compressed Tablets/ CT)
o Tablet Kempa Lapis Ganda (Multiple Compressed/ MCT)
o Tablet Berlapis
o Tablet Kempa yang Bersalut
o Tablet dengan Reaksi Berulang-ulang

o Tablet Salut Lapisan Tipis


o Tablet Kunyah
2. Tablet yang Digunakan dalam Rongga Mulut
o Tablet Buccal
o Tablet Sublingual
o Troche atau Lozenges
3. Tablet yang Diberikan dengan Rute Lain
o Tablet Implantasi
o Tablet Vaginal
4. Tablet yang Digunakan untuk Membuat Larutan
o Tablet Effervescent
o Tablet Hipodermik
o Tablet Triturat (tablet yang diremukkan)
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/ mekanik
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga
memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan
4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/ diperkecil.
Dibandingkan bemtuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan antara
lain:

1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat ( merupakan bentuk sediaan oral
yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, penyimpanan
dan pengangkutan
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh ( mengandung dosis zat aktif yang
tepat/ teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral
3.
4.
5.
6.
7.

untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah


Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil
Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil
Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air
Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet
Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak

yang bermonogram atau berhiasan timbul


8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/ hancurnya tablet
tidak segera terjadi
9. Pelepasan zat aktif dapat diatur ( tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali)
10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak
enak, dan untuk terapi local ( salut enterik)
11. Dapat diproduksi besar- besaran, sederhana, cepat sehingga biaya produksinya
lebih rendah
12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah
13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,
mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunyai beberapa kerugian,
antara lain :
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet ( dalam keadaan tidak sadar/
pingsan)
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
o Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat
amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis
o Zat aktif yang sulit terbasahi ( hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup
besar atau tinggi, absorbs optimumnya tinggi melalui saluran carna, atau
kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi ( harus
diformulasi sedemikian rupa)
o Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak atau bau yang tidak disenangi, atau
zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer dan kelembaban udara,

memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul


menjadi lebih baik daripada tablet.
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi
basah, granulasi kering dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan
tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet,
apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya
dosis, dan lain sebagainya.
Granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah
yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya
digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif
yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan komprebilitasnya tidak baik.
Keuntungan metode granulasi basah :
1. Terbentuknya granul

memperbaiki sifat alir dan komprebilitas, proses

kompaksasi lebih mudah karena pecahnya granul membentuk permukaan baru


yang lebih aktif
2. Obat- obat dosis tinggi yang mempunyai sifat alir dan komprebilitas jelek
maka dengan proses granulasi basah hanya perlu sedikit bahan pengikat
3. Untuk bahan dengan dosis rendah dengan pewarna, maka distribusi lebih baik
dan menjamin keseragaman isi zat aktif
4. Granulasi basah mencegah segregasi komponen- komponen campuran yang
sudah homogeny
5. Memperbaiki disolusi obat yang bersifat hidrofob
Kekurangan metode granulasi basah :
1. Proses lebih panjang disbanding dengan 2 metode lainnya sehinggs secara
ekonomis lebih mahal
2. Peralatan yang digunakan lebih banyak sehingga secara otomatis lebih banyak
pula personel yang diperlukan
3. Tidak bisa digunakan untuk obat- obat yang sensitive terhadap kelembaban
dan pemanasan
4. Pada tablet berwarna dapat terjadi peristiwa migrasi dan ketidak homogeny
sehingga tablet berbintik- bintik

5. Incompabilitas antar komponen di dalam formulasi akan diperbesar, terutama


untuk obat- obat campuran ( multivitamin, dll)
Masalah dalam pembuatan tablet

1. Capping
Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang disebabkan
terlalu banyak tekanan saat pencetakan, adanya udara yang terperangkap saat
granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines, pemasangan punch dan
dies yang tidak pas.
2. Lamination
Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi segera setelah
kompresi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya dalah udara yang terjerat
dalam granul yang tidak dapat keluar selama kompresi atau overlubrikasi dengan
stearat.
3. Sticking
Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga punch bawah tidak
bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang bersih, tablet dikompresi
pada kelembaban tinggi.
4. Picking
Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada

permukaan

punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan


kurang bahan yang dikompresi berminyak/ lengket.
5. Filming
Adanya kelembaban yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan bahan dengan
titik lebur rendah seperti lemak/ wax. Bisa juga karena punch kehilangan
pelican. Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan bahan yang bertitik leleh
rendah dengan bahan yang titik lelehnya tinggi sehingga mengurangi
penempelan.
6. Chipping dan Cracking
Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas karena
tekanan yang berlebih.
7. Binding
Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.
8. Molting
Distribusi za warna yang tidak homogeny. Penyebabnya adalah migrasi zat
warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah masih basah).

BAB II
METODE KERJA

2.1

Alat dan Bahan


Alat

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Nama Alat
Beaker Glass 500 ml
Beaker Glass 250 ml
Batang pengaduk
Gelas Ukur 100 ml
Mangkok plastic Besar
Nampan Aluminium
Ayakkan Kawat No.6-12 mesh
Ayakkan kawat No.14-20 mesh
Kaos Tangan Karet
Timbangan Teknis (neraca) dengan anak

11.
12.
13.

timbangan
Hot Plate
Oven
Friablitas tester

1
1
1

Bahan
No
1.
2.
3.
4.
5.

2.2

Jumlah
1
1
1
1
2
2
1
1
6 Pasang
1 Set

Nama Bahan
Paracetamol
Amylum oryzae
Laktosa
Gelatin
Aquadest

Cara kerja
1. Cara pembuatan solution gelatin :
a. Timbang gelatin sebanyak 2 gram
b. Larutkan dalam aquadest sampai 20 ml
c. Panaskan di atas hot plate hingga warna jernih
2. Pembuatan Granul :
a. Campurkan amylum dan laktosa hingga homogen

Jumlah
5 gram
3 gram
2 gram
2 gram
20 ml

b. Ayak dengan ayakkan


c. Timbang paracetamol 5 gram kemudian campur dengan hasil ayakkan
amylum oryzae dan laktosa.
d. Tambahkan solution gelatin sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa
granul yang baik. Catat volume solution gelatin yang digunakkan.
e. Ayak massa graul dengan ayakkan No. 6-12 mesh
f. Letakkan granul basah diatas nampan aluminium yang telah dilapisi
dengan kertas perkamen dan oven pada suhu 60C. Balik granul apabila
telah setengah kering. Catat waktu yang diperlukan sampai granul kering.
g. Setelah kering keluarkan granul dari oven, ayak dengan menggunakan
h.
i.
j.
k.
2.3

ayakkan No. 14-20 mesh.


Timbang hasil granul kering dan lakukan evaluasi mutu granul
Lakukan pencetakkan tablet dari hasil penggranulan yang sebelumnya
Jadikan granul menjadi 10 tablet
Lakukan evaluasi tablet

Evaluasi Mutu Granul


Hitung bobot yang hilang loose weight dari pembuatan granul (bobot bahan awalbobot bahan kering).

2.4

Evaluasi Tablet
1. Lakukan uji keseragaman bobot/keseragaman kandungan
2. Lakukan uji ukuran tablet
3. Lakukan uji friabilitas tablet
4. Lakukan uji kekerasan tablet
5. Lakukan uji waktu hancur tablet
6. Lakukan uji disolusi tablet
7. Untuk tablet efervescen lakukan uji tambahan uji waktu larut.

BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1

Hasil pengamatan
1. Evaluasi mutu granul
Volume gelatin yang digunakan
Berat granul sebelum dimasukkan ke dalam oven
Bobot granul setelah dimasukkan oven

= 2,5 ml
= 13,67 g
= 10,5 g

Bobot granul yang hilang loose werght dari pembuatan granul


= Bobot granul sebelum dimasukkan ke dalam oven - Bobot granul setelah dimasukkan oven
= 13,67 g - 10,5 g
= 3,17 g
Jadi, bobot granul yang hilang dari pembuatan granul adalah sebesar 3,17 g

2. Uji friabilitas tablet


o Bobot tablet sebelum di masukkan dalam friablitas tester
Tablet ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Bobot
0,6066 g
0,6183 g
0,5975 g
0,5979 g
0,6059 g
0,5988 g
0,6157 g
0,6167 g
0,6122 g
0,6246 g
0,6108 g
0,5903 g
0,6074 g
0,6013 g
0,6067 g

16
17
18
19
20
Jumlah
Rata-rata

0,6127 g
0,6067 g
0,6012 g
0,6033 g
0,5944 g
12,129 g
0,60645 g

o Bobot tablet sesudah dimasukan dalam friablitas tester


Tablet ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jumlah
Rata-rata

Bobot
0,5959 g
0,6105 g
0,6045 g
0,6100 g
0,6234 g
0,6057 g
0,5977 g
0,6169 g
0,6066 g
0,6143 g
0,5966 g
0,5931 g
0,6010 g
0,6112 g
0,5986 g
0,5985 g
0,6011 g
0,6018 g
0,6155 g
0,6058 g
12,1087 g
0,605435 g

Pengukuran bobot yang hilang = (Rata rata sebelum dimasukkan friablitas tester)
Rata rata sesudah dimasukkan friablitas tester)
= 0,60645 g - 0,605435 g
= 0,001015 g

Persentase bobot yang hilang = 0,001015 X 100%


= 0,1015 %

Gambar proses penimbangan tablet

Gambar friablitas tester

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1

Pembahsan
Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet kompresi yang
paling banyak digunakan. Caranya yaitu dengan memproses campuran partikel zat
aktif dengan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat
digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab
dan panas. Umumnya zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi
massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebebasan
tertenru pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk perekat (cairan
pengikat) sebagai penganti pengompakan, teknik ini membutuhkan larutan, suspense
atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke dalam
campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukkan kering kedalam
campuran serbuk atau cairan dimasukkan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki
peranan yang sangat penting dimana jembatan cair yang terbentuk diantara partikel
dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan
meningkat. Gaya tegangan permukaan dan kapiler paling penting pada awal
pembentukkan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan
sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika
sudah diperoleh masa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakkan dan
diberik tekanan alat pengiling atau oscilating granulator tujuannya agar terbentuk
granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih
cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali.
Keuntungan metode granulasi basah :
1. Memperoleh aliran yang baik
2. Meningkatkan kompresibilitas dan sifat kohesinya
3. Untuk serbuk dengan BJ nyata rendah (voluminous) sehingga dapat
mencegah kontaminasi silang

4. Dapat digunakan untuk tablet dengan system pelepasan zat aktif terkendali
5. Mencegah segregasi komponen sehingga diperoeh sediaan dengan
keseragaman kandungan yang baik
6. Distribusi keseragaman kandungan
7. Meningkatkan kecepatan disolusi untuk obat yang kurang larut (dengan
cara pemilihan pengikat yang sesuai dengan penambahan zat pengikat
kelarutan obat).
Kekurangan metode granulasi basah :
1. Banyak tahap dalam proses yang harus dikalibrasi
2. Biaya cukup tinggi karena diperlukan ruang, energy, dan peralatan yang
besar
3. Zat aktif yang sensitive terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan
dengan cara ini
4. Remendemen akan lebih kecil karena hilangnya massa campur pada setiap
tahap.
Parasetamol

adalah

derivate

p-aminofenol

yang

mempunyai

sifat

antipiretik/analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan


mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
Amilum :
o Sinonim
o Struktur
o Pemerian
o
o
o
o

: amido; amidon; amil; amilum


: (C6H10O5)n, n=300-1000
: sedikit berbau dan sedikit berasa, serbuk berwarna
putih
Kelarutan
: praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan
dalam air dingin
Fungsi
: glidant, diluents tablet, desingtegran tablet, pengikat
tablet
pH
: 5,5-6,5 untuk 2% w/v lautan disperse dari amilum
jagung,pada suhu 25 C
Stabilitas dan kondisi penyimpanan : kering, amilum sangat tidak stabil
jika dilindungi dari kelembaban tinggi. Ketika digunakan sebagai
diluents atau disintegran pada sediaan padat, amilum menjadi inert
dibawah kondisi penyimpanan normal. Meskipun, pemanasan pasta
amilum secara fisik tidak stabil dan dengan mudah diserang oleh
mikroorganisme dari berbagai jenis dari turunan amilum dan

modifikasi amilum. Amilum seharusnya disimpan ditempat yang


dingin dan kering.
Laktosa adalah serbuk atau massa hablur keras putih atau putih krem,
tidak berbau dan rasa sedikit manis, stabil di udara tapi tidak mudah menyerap
bau. Mudah dan pelan-pelan larut dalam air, dan lebih mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan
eter. khasiat : bahan pengisi. (Anonim,1995).
Gelatin

merupakan

lembaran,

kepingan

serbuk/butiran,

tidak

berwarna/kekuningan pucat, berbau lemah. Jika di rendam dalam air akan


mengembang dan menjadi lunak, berangsur-angsur menyerap air 5-10
bobotnya. Larut dalam air panas dan jika didinginkan terbentuk gudir, praktis
tidak larut dalam etanlo (95%)P, dan air, jika dipanaskan lebih mudah larut,
larut dalam basa asetat P, khasiat : bahan pengikat (Anonim,1979).
Pada praktikum teknologi farmasi kali ini tentang pembuatan tablet
parasetamol dengan metode granulasi basah kami telah melakukan cara atau
pembuatan granul sebelum dikempa menjadi tablet. Pada proses pembuatan
granul bahan campuran yang digunakan pada percobaan kali ini adalah
parasetamol 5 gram, amilum oryzae 3 gram, laktosa 2 gram, gelatin 2 gram,
dan aquadest 20 ml. Pada uji evaluasi mutu granul , bobot granul yang hilang
loose werght dari pembuatan granul adalah sebesar 3,17 g.
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur
ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu
pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya
adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar
dalam friabilator selama waktu tertentu.
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan
dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam friablitas tester, dan diputar sebanyak 100 putaran
selama 6 menit, jadi kecepatan putarannya 16 putaran per menit. Setelah
selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan
seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan

sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari
1% . Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang
terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan,
maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan
mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet.
Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil),
adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif
yang masih terdapat dalam tablet.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika
dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka
tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran
meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang
sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang
telah dilakukan.
Pada uji kerapuhan ( uji Friabilitas ) yang kami lakukan, didapatkan
pengukuran bobot yang hilang adalah sebesar 0,001015 g dan didapatkan
persentase bobot yang hilang sebesar 0,1015 %.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan praktikum yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan

keterampilan bagi praktikan tentang cara pembuatan tablet parasetamol dengan


metode granulasi basah.
Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet kompresi
yang paling banyak digunakan. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan
obat dengan atau tanpa bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Parasetamol
adalah derivate p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesic. Dalam
metode granulasi basah memerlukan proses pengerjaan yang banyak, hal ini
menyebabkan metode granulasi basah memiliki keuntungan dan kerugian.
Pada saat praktikum hanya melakukan 2 uji yaitu uji mutu granul dan uji
kerapuhan. Pada uji evaluasi mutu granul , bobot granul yang hilang loose
werght dari pembuatan granul adalah sebesar 3,17 g. Pada uji kerapuhan ( uji
Friabilitas ) yang kami lakukan, didapatkan pengukuran bobot yang hilang adalah

sebesar 0,001015 g dan didapatkan persentase bobot yang hilang sebesar 0,1015
%.

DAFTAR PUSTAKA

Anief M,. 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM press, Yogyakarta.
Anief M,. 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM press, Yogyakarta.
Anonim,1995 Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta;
Anonim,1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI


TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL
DENGAN CARA GRRANULASI BASAH

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 (KELAS B)
Ayu Wandari (13.71.014455)
Eka Ary Ramadhani (13.71.014691)
Puspita Kusma Ramadhani (13.71.014457)
Septia Siska (13.71.014461)
Tri Lisani Sholihah (13.71.014459)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2015

Anda mungkin juga menyukai