Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PROSES PEMBUATAN SEDIAAN GRANULASI & TABLETTING

MATA KULIAH TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI SOLIDA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Ujian Tengah Semester

Disusun Oleh : BUDI ADIANA

NIM : 201851045

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGY AL-KAMAL


FAKULTAS FARMASI
Jl. Raya Al –Kamal no.02, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, DKI Jakarta 11520

Telp: (021)5811088, 58350692 FAX : (021)58300105

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu
banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga merasa sangat
bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya.

Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
yang merupakan tugas mata. mata kuliah Teknologi Sediaan Farmasi Sediaan Solida. Penulis
sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Teknologi Sediaan
Farmasi Sediaan Solida Bapak Hendry M.farm, Apt dan semua pihak yang turut membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-kekurangan dan
kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.

Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan
khususnya bagi penulis sendiri. Amin.

Jakarta ,19 Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………..i
Daftar Isi………………………………………………………………………………....ii

BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………………1

BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………………………….2
a. Granulasi Basah…………………………………………………………………….. ..2
b. Granulasi Kering………………………………………………………………………2
c. Kempa Langsung………………………………………………………………………3
d. Tablet……………………………………………………………………………….5-16
Alat & Bahan
Perhitungan dan Pembahasan
Evaluasi Granul dan Tablet
Pembahasan Kemasan

BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………18
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan
disukai oleh masyarakat karena tablet mempunyai beberapa keuntungan diantaranya adalah ketepatan
dosis, mudah cara pemakaiannya, relatif stabil dalam penyimpanan, mudah dalam transportasi dan
distribusi kepada konsumen, serta harganya relatif murah. (Banker dan Anderson, 1986).

Bahan penghancur merupakan salah satu bahan tambahan yang penting dalam pembuatan tablet,
bahan penghancur berfungsi melawan aksi bahan pengikat dari tablet dan melawan tekanan pada saat
penabletan. Bahan ini akan menghancurkan tablet bila bersentuhan dengan air atau cairan saluran
pencernaan. Tablet akan hancur menjadi granul selanjutnya pecah menjadi partikel-partikel halus dan
akhirnya obat akan hancur (Gunsel et al, 1970)
Amilum (pati) merupakan bahan penolong yang sering digunakan pada pembuatan tablet. Salah
satunya adalah sebagai bahan penghancur. Amilum akan melepaskan kekuatannya dari bahan pengikat dan
menyebabkan pembengkakan dari beberapa komponen penyusun sehingga sebagian atau seluruh aksinya
membantu hancurnya tablet (Voigts , 1984).

Ibuprofen ((±)-2-(p-isobutilfenil) asam propionat) dengan rumus molekul C13H18O2 dan berat
molekul 206,28. Rumus bangun ibuprofen seperti yang ditunjukkan pada buprofen berupa serbuk hablur,
putih hingga hampir putih, berbau khas lemah. Ibuprofen praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut
dalam etanol, metanol, aseton dan dalam kloroform, sukar larut dalam etil asetat (Ditjen POM, 1995). Larut
dalam larutan alkali hidroksida dan karbonat. Senyawa ini mempunyai titik lebur 75-77º C dengan pKa 4,4;
5,2 dan log P (oktanol/air) 4,0 (Moffat, et al., 2005).

Ibuprofen diabsorpsi dengan cepat melalui saluran pencernaan dengan bioavailabilitas lebih besar
dari 80%. Puncak konsentrasi plasma dapat dicapai setelah 1-2 jam. Ibuprofen menunjukkan pengikatan
(99%) yang menyeluruh dengan protein plasma (Anderson, 2002). Pada manusia sehat volume distribusi
relatif rendah yaitu (0,15 ± 0,02 L/kg). Waktu paruh plasma berkisar antara 2 - 4 jam. Kira-kira
90% dari dosis yang diabsorpsi akan dieksresi melalui urin sebagai metabolit atau konyugatnya. Metabolit
utama merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi (Stoelting, 2006; Sinatra, et al., 1992).

Mekanisme kerja ibuprofen melalui inhibisi sintesa prostaglandin dan menghambat


siklooksigenase-I (COX I) dan siklooksigenase-II (COX II). Namun tidak seperti aspirin hambatan yang
diakibatkan olehnya bersifat reversibel. Dalam pengobatan dengan ibuprofen, terjadi penurunan pelepasan
mediator dari granulosit, basofil dan sel mast, terjadi penurunan kepekaan terhadap bradikinin dan histamin,
mempengaruhi produksi limfokin dan limfosit T, melawan vasodilatasi dan menghambat agregasi platelet
(Stoelting, 2006)

Ibuprofen dapat digunakan untuk mengurangi nyeri yang ringan hingga sedang, khususnya nyeri
oleh karena inflamasi seperti yang terdapat pada arthritis dan gout (Trevor, et al., 2005; Anderson, et al.,
2002). Untuk mengurangi nyeri ringan hingga sedang dosis dewasa penggunaan ibuprofen per oral adalah
200-400 mg, untuk nyeri haid 400 mg per oral kalau perlu. Untuk arthritis rheumatoid 400-800 mg. Untuk
demam pada anak-anak 5 mg/kg berat badan, untuk nyeri pada anak-anak 10 mg/ kg berat badan, untuk
arthritis juvenil 30-40 mg/ kg berat badan/hari (Anderson, et al., 2002).
BAB II
PEMBAHASAN

Metode Pembuatan Tablet : granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung

A. Granulasi basah (wet granulation)

granulasi basah adalah cara pembuatan tablet dengan mencampurkan zat aktif dan eksipien menjadi partikel
yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dengan jumlah yang tepat sehingga diperoleh masa
lembab yang dapat digranulasi. metode ini bisa dilakukan apabila zat aktif tahan lembab dan tahan panas dan
sifat alirannya buruk.

Keuntungan granulasi basah :


- memperoleh aliran yang lebih baik
- meningkatkan kompresibilitas
- untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
- mengontrol pelepasan
- mencegah pemisahan komponen selama prose
- meningkatkan distribusi keseragaman kandungan

Kekurangan/kerugian granulasi basah :


- tahap pengerjaan lebih lama
- banyak tahapan validasi yang harus dilakukan
- biaya cukup tinggi
- zat aktif tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan metode ini

B. Granulasi kering (slugging)


Granulasi kering adalah proses pembuatan tablet dengan cara mencampurkan zat aktif dan bahan dalam
keadaan kering, untuk kemudian dikempa, lalu dihancurkan menjadi partikel yang lebih besar, lalu dikempa
kembali untuk mendapatkan tablet yang memenuhi persyaratan. prinsipnya membuat granul yang baik
dengan cara mekanis, tanpa pengikat dan pelarut. metode ini boleh digunakan apabila :
-zat aktif memiliki sifat aliran yang buruk (tidak amorf)
-zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
-kandungan zat aktif dalam tablet tinggi

Keuntungan granulasi kering :


- peralatan lebih sedikit dibanding granulasi basah
- cocok digunakan pada zat aktif tidak tahan panas dan lembab
- tahap pengerjaan tidak terlalu lama
- biaya lebih efisien dibanding granulasi basah
- mempercepat waktu hancur obat dalam tubuh karna tidak menggunakan pengikat
Kerugian/kekurangan granulasi kering :
- memerlukan mesin tablet khusus untuk slug
- tidak dapat mendistribusikan zat warna dengan seragam
- proses banyak menghasilkan debu, sehingga rentan terhadap kontaminasi silang

◦ Metode granulasi kering

Granulasi kering, yaitu metode yang memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa
campuran bahan kering menjadi massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang
berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).

◦ Evaluasi granul

Evaluasi granul mencakup uji susut pengeringan, uji laju alir, uji distribusi granul, dan uji
kerapatan

◦ Evaluasi tablet berdasarkan standar quality control (QC) :

Evaluasi tablet mencakup uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji
friabilitas, dan uji waktu hancur

C. Kempa langsung (KL)


Kempa langsung adalh proses pembuatan tablet dengan cara pengempaan zat aktif dan bahan tambahan
secara langsung tanpa perlakuan awal terlebih dahulu. metode ini digunakan apabila sifat alirannya baik,
dosis kecil, rentang dosis terapi zat tidak sempit, zat aktif tidak tahan pemanasan dan lembab. beberapa zat
seperti NaCl, NaBr, dan KCl dapat langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat tidak dapat langsung
dikempa, umumnya pengisi yang digunakan adalah avicel.\

Keuntungan metode kempa langsung :


- lebih ekonomis
- lebih singkat prosesnya
- dapat diterapkan pada zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab
- waktu hancur dan disolusi lebih baik karna tidak memakai pengikat

Kerugian/kekurangan metode kempa langsung :


- kurang seragamnya kandungan zat aktif karna kerapatan bulk antar zat aktif dan pengisi berbeda.
- zat aktif dengan dosis besar tidak mudah untuk dikempa langsung
- sulit memilih eksipien, karna harus memiliki sifat mudah mengalir, memiliki kompresibilitas, kohesifitas
dan adhesifitas yang baik. Dsb
Namun demikian, walaupun obat tersebut baik kempanya, melarutnya, dan tidak mempunyai masalah
bioavailabilitas, mendesain dan memproduksi obat itu masih penuh tantangan, sebab masih banyak tujuan
bersaing dari bentuk sediaan ini (FI IV,1995).

Metode granulasi kering disebut juga slugging, merupakan salah satu metodepembuatan tablet dengan
cara mengempa campuran bahan kering (partikel zat aktif dan eksipien) menjadi massa padat yang
selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar (granul) dari serbuk
semula. Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan
pelarut, ikatannya didapat melalui gaya (Kloe,2010).

Pada proses ini komponen-komponen tablet dikompakkan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke
dalam die dan dikompakkan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut
slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya
mengalirnya lebih baik dari campuran awal. Bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas
dapat diulang (Kloe,2010).

Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme pengikatan tertentu. Granul
dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan granul terbagi, kapsul, maupun tablet. Berbagai proses
granulasi telah dikembangkan, dari metode konvensional seperti slugging dan granulasi dengan bahan
pengikat musilago amili hingga pembentukan granul dengan peralatan terkini seperti spray dry dan freeze
dry. Granulasi peleburan atau hot melt granulation merupakan metode pembentukan dispersi padat berbentuk
granulat dengan bahan pengikat yang melebur di atas suhu kamar. Granulasi peleburan ini dapat digunakan
untuk membentuk granul dengan bahan pengikat hidrofob seperti lemak dan wax dengan tujuan penyalutan
dan/ atau pembentukan matriks sediaan pelepasan dimodifikasi (modified release drug). Keunggulan dari
granulasi peleburan ini adalah : tidak membutuhkan bahan pelarut, tidak memerlukan proses pengeringan,
dan prosesnya berlangsung cepat serta bersih (Kloe,2010).

Pemeriksaan kualitas granul

Bahan obat sebelum ditablet, pada umumnya dicampur terlebih dahulu, bentuk serbuk yang seragam,
menyebabkan keseragaman pada bentuk tablet (Voigt, 1984).
Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk dan warna teratur, memiliki daya alir yang baik (free flowing),
menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan, tidak terlampau kering, dan hancur baik di dalam air
(Voigt, 1984).

Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui kualitas fisik serbuk antara lain:

1). Waktu alir serbuk


Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah pemeriksaan laju alirnya. Massa tablet
dimasukkan sampai penuh ke dalam corong alat uji waktu alir dan diratakan. Waktu yang diperlukan seluruh
massa untuk melalui corong dan berat massa tersebut dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai jumlah gram
massa tablet yang melalui corong perdetik (Lachman et al, 1994).

2). Sudut diam serbuk


Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang
horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk dituang ke dalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam
dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30°
menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama dengan 40° biasanya
daya mengalirnya kurang baik (Lachman et al, 1994).

3). Pengetapan serbuk


Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan/tapping terhadap sejumlah serbuk dengan menggunakan
alat volumeter/mechanical tapping device. Pengetapan dilakukan dengan mengamati perubahan volume
sebelum pengetapan (Vo) dan volume setelah konstan (Vt) (Sulaiman,2007).

D. Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler,
kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obatatau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat,
zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (FI III,1979).

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.Berdasarkan
metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet
kempa. Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak tantangannya didalam mendesain dan
membuatnya. Misalnya kesukaran untuk memperoleh bioavailabilitas penuhdan dapat dipercaya dari obat
yang sukar dibasahi dan melarutkannya lambat, begitu juga kesukaran untuk mendapatkan kekompakan
kahesi yang baik dari zat amorf atau gumpalan.

Namun demikian, walaupun obat tersebut baik kempanya, melarutnya, dan tidak mempunyai masalah
bioavailabilitas, mendesain dan memproduksi obat itu masih penuh tantangan, sebab masih banyak tujuan
bersaing dari bentuk sediaan ini (FI IV,1995).

Uji Fisik Tablet

1). Keseragaman ukuran tablet


Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet

2). Kekerasan
Uji kekuatan tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan
memberikan tekanan pada tablet (Sulaiman,2007).

3). Kerapuhan (friability)


Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan tablet dalam melawan berbagai
perlakuan yang menyebabkan abrasi pada permukaan tablet. Kerapuhan dapat dievaluasi dengan
menggunakan friabilator. Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibebas debukan dan
ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran (4
menit). Tablet tersebut selanjutnya ditimbang kembali, dan dihitung prosentase kehilangan bobot sebelum
dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1 % (Sulaiman, 2007).

4). Keseragaman bobot


Farmakope Indonesia memberi aturan cara uji keseragaman bobot dan batas toleransi yang masih dapat
diterima, yaitu tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai
berikut : timbang 20 tablet satu per satu, hitung bobot rata-ratanya dan penyimpangan bobot rataratanya.
Persyaratan keseragaman bobot terpenuhi jika tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak satu pun
tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom
B. Apabila tidak mencukupi dari 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang lebih dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom B (Tabel 1) (Sulaiman, 2007)
5). Waktu hancur
Suatu sediaan tablet yang diberikan peroral, agar dapat diabsorbsi maka tablet tersebut harus terlarut
(terdisolusi) atau terdispersi dalam bentuk molekular. Tahap pertama untuk tablet agar dapat terdisolusi
segera adalah tablet harus hancur (Sulaiman, 2007).
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-
turunkan ke ranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37 oC. Dalam monografi yang lain disebutkan
mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet
yang paling terakhir hancur. Pernyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15
menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit. Sementara untuk tablet salut enterik
tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa
(Sulaiman, 2007).

ALAT BAHAN

Alat : Bahan :
1. Disentigrator tester 1. Amprotab
2. Flow tester 2. Avicel PH 102
3. Friabilator 3. Ibuprofen
4. Hardness tester 4. Mg stearat
5. Jangka sorong digital 5. Starch RX 1500
6. Moisture balance 6. Talkum
7. Tap Density tester
8. Timbangan Digital

Gambar Alat :

Friabilator

Hardness Tester
Jangsorong digital

Moisture Balance

Timbangan Digital
Tap Density Tester

Pembuatan granul

Ayak bahan sebelum ditimbang menggunakan neraca analit. Kemudian timbang fase dalam. Lalu
dilakukan pembuatan granul. Tahap awalnya adalah Ibuprofen dan semua bahan yang telah diayak kemudian
diaduk homogen dalam wadah. Hasil pencampuran kemudian dibentuk slug melalui proses slugging dengan
dimasukkan kedalam rotary tablet press. Slug digranulasi dengan granulator mesh 10. Granul kemudian
dicetak hingga terbentuk tablet yang kompak.

Evaluasi granul

a. Uji laju susut pengeringan


10 g granul ditimbang alat dinyalakan dengan menekan tombol on/off. Suhu dan waktunya diatur. Lalu
tombol “tare” ditekan hingga layar menunjukkan angka nol. Kemudian granul dimasukkan ke atas piringan
alumunium dan tekan tombol “start”. Setelah pengujian selesai, dilakukan pencatatan granul yang tertera di
layar.
b. Uji laju alir
Granul 15 g ditimbang dan alat untuk menentukan kecepata alir granul dan sudut istirahat disiapkan. Lalu
bagian bawah alat (berupa corong) dipastikan telah tertutup rapat dan diberi alas berupa kertas pada bagian
bawah alat untuk membuat plot diameter granul yang terbentuk. Kemudian granul dimasukkan. Setelah itu,
bagian penutup bawah dibuka dan waktu yang dibutuhkan oleh granul untuk mengalir dicatat. Kemudian
diameter lingkaran gunung serbuk yang terbentuk dihitung dan tinggi puncak juga sudut istirahat dihitung.

c. Uji kompresibilitas
Granul ditimbang sebanyak 15 g. Lalu granul yang telah ditimbang dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml,
tanda batas dilihat dan dicatat. Kemudian gelas ukur berisi granul diketuk-ketukan dengan interval 2 detik 1
ketukan. Setelah itu tanda batas di gelas ukur diperhatikan, bila granul tidak mengalami penurunan lagi
setelah 5 ketukan terakhir, pengujian telah selesai dan volume akhirnya dicatat. Lalu kerapatan nyata,
kerapatan mampat, dan kompresibilitas dihitung.

Pencetakkan tablet

Granul yang telah diuji dicampurkan dengan fasa luar yang telah ditimbang yaitu PVP 14,9 g, talcum
5,96 g, dan Mg stearat 2,98 g. Setelah itu dimasukkan ke dalam alat pencetak tablet. Alat pencetak tablet
dinyalakan dan diatur hingga didapat tablet dengan massa 0,609-0,670 g. Lalu dicetak hingga mencapai 265
kaplet.

Evaluasi tablet

a. Keseragaman bobot
Alat timbang dinyalakan dan ditara. Kemudian 20 butir kaplet ditimbang satu per satu dan bobot masing-
masing kaplet dicatat. Setelah itu bobot rata-rata kaplet dihitung.
b. Keseragaman ukuran
Sebanyak 20 kaplet disiapkan. Lalu masing-masing kaplet diukur diameter dan ketebalannya dengan jangka
sorong. Hasil pengukuran dicatat dan rata-rata diameter juga tebal dihitung.
c. Kekerasan
20 kaplet disediakan. Kaplet dipasang pada hardness tester dan alat dinyalakan hingga kaplet pecah. Lalu
tekanan yang tertera pada alat dicatat.
d. Friabilitas
Bobot satu kaplet ditimbang, jika satu kaplet kurang dari 650 mg maka sampel ditimbang sebanyak 6-6,5 g
dan didapatkan berat awal. Kemudian sampel kaplet dimasukkan dalam friability tester. Alat kemudian
dinyalakan selama 4 menit dan kaplet ditimbang serta dihitung berat akhirnya.
e. Waktu hancur
Sebanyak 500 ml aquadest dimasukkan dalam beaker glass dengan suhu 37 oC. Lalu masing-masing kaplet
dimasukkan ke dalam cakram dan beaker glass dimasukka ke dalam alat disintegrator. Kemudian alat
dinyalakan dan tombol start ditekan. Setelah itu waktu hancur obat dicatat.

DATA PERHITUNGAN

Formula
R/ Ibuprofen 500 mg
Starch Rx 1500 75 mg
Amprotab 22 mg
Avicel pH 102 35 mg
Talcum 5 mg
Mg Stearat 3 mg

Evaluasi granul

a.Uji laju susut pengeringan


Massa awal = 10,002 g
LOD = 2,01%
b. Uji laju alir
Waktu = 4,3 detik
Tinggi (h) = 1,1 cm
Diameter = 10,25 cm
Jari-jari (r) = 5,125 cm
Tan α =
α = 12,134o (Sudut istirahat)
c. Uji kompresibilitas
Massa serbuk = 15 gr
Vawal = 24 ml
Vakhir = 23,5 ml

Kerapatan nyata =

Kerapatan mampat =

Kompresibilitas =
= = 2,037%

d. Friabilitas

Sebelum diuji = 6,4323


Setelah diuji = 6,218
Rpm = 25
Waktu = 4 menit
% Friabilitas =
=
= 3,32 %
e.Waktu hancur
Waktu hancur = 20,2 Detik

PEMBAHASAN

Tahap yang pertama kali dilakukan adalah menyiapkan semua bahan yang akan digunakan yang
terdiri dari Ibuprofen, Starch Rx 1500, Amprotab, Avicel pH 102, Talkum, dan Mg Stearat. Bahan-bahan
tersebut dibagi menjadi dua yaitu fasa dalam dan fasa luar. Zat-zat fase dalam adalah; Ibuprofen, Starch Rx
1500, Amprotab, dan Avicel pH 102. Kemudian fasa luar adalah; Mg Stearat dan Talkum. Bahan fase
dalam nantinya langsung dicampurkan dengan fase luar agar mengurangi kelengketan yang
disebabkan Ibuprofen yang dapat membuat alat slugging rusak.
Tahap awal proses granulasi kering yaitu pengecilan partikel-partikel dengan proses pengayakan.
Hal ini dilakukan karena distribusi ukuran partikel mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia serbuk yang
kemudian akan berpengaruh terhadap kestabilan obat. Ukuran juga berperan penting pada homogenitas tablet
akhir. Bila terdapat perbedaan ukuran partikel yang besar antara zat aktif dan eksipien, maka akan terjadi
kesulitan pencampuran. Setelah proses pengayakan, bahan ditimbang sesuai ketentuan.
Selanjutnya, tahap pembuatan slug (tablet besar-besar). Pertama yang dilakukan adalah
mencampurkan seluruh bahan dari formulasi. Tahap pencampuran ini dilakukan hingga homogen di dalam
baskom berukuran sedang karena jumlah serbuk cukup banyak yaitu 448 g untuk 700 tablet.
Tahap yang dilakukan selanjutnya adalah proses slugging. Pada proses ini komponen–komponen
tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch
sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug
kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang sifat alirnya lebih baik dari campuran awal bila
slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Setelah itu dilihat tingkat
kelengketan dengan melihat nilai susut pengeringannya melalui uji LOD. Apabilan nilai LOD > 2 % maka
harus dilakukan ulang proses slugging karena tablet masih terlalu lengket (kadar airnya tinggi).
Pembuatan granul adalah tahap berikutnya yang dilakukan. Slug dengan kadar air yang telah sesuai
dimasukkan ke alat granulator untuk membentuk granul. Prinsip metode ini adalah membuat granul secara
mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Tujuan granulasi ini
adalah untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).
Granul lalu dilakukan pengujian granul yaitu uji kadar air (LOD). Sebanyak 10 gram granul dari
granul kering ditimbang lalu diuji LOD. Uji LOD dilakukan dengan cara granul diletakkkan di atas piring
aluminium lalu dimulaikan alat, kemudian dipanaskan hingga suhu 70 0. Apabila suhu LOD mencapai atau
lebih dari 700C, maka granul akan rusak sehingga bila suhu telah mencapai 700C, lampu harus digeser
kemudian dilihat kadar airnya. Kadar air yang bagus mempunyai rentang kurang dari 2%. Bila kadar airnya
lebih dari 2%, maka granul harus dikeringkan kembali. Hal ini dilakukan agar pada saat pencetakan, tablet
yang terbentuk tidak basah dan tidak menempel pada cetakan tablet. Kadar air granul yang diperoleh pada
percobaan adalah 2,01%.
Kemudian dilakukan uji kompresibilitas. Pertama ditimbang sebuk kering sebanyak 15g lalu
dimasukkan kedalam Gelas Ukur. Setelah dimasukkan kedalam Gelas Ukur dicatatkan volume awalnya
(didapat hasil 24ml) agar dapat dihitung kompresibilitasnya. Kemudian alat dinyalakan selama 5 menit,
kemudian dicatatkan volume akhir (didapat hasil 23,5ml). Hasil kompresibilitas setelah melalui perhitungan
adalah 2,037%.
Uji selanjutnya adalah uji Laju alir. Uji ini dimulai dari ditimbangnya granul 15g dan dimasukkan
kedalam hopper, dan disiapkan stopwatch untuk dihitungkan waktu jatuhnya serbuk (didapat hasil 4.3 detik).
Kemudian diameter dan tinggi serbuk yang telah dijatuhkan dihitung (didapat hasil diameter: 10,25 cm,
Tinggi: 1,1 cm). Sudut istirahat yang diperoleh adalah sebesar 12,134 o.
Tahap selanjutnya adalah pencetakkan tablet. Tablet dicetak dengan mesin pencetak tablet yang
telah diseting sesuai ukuran yang diinginkan. Tablet yang telah dicetak lalu dilakukan uji Keseragaman
bobotnya, dimulai dengan dikalibrasikan alat timbangan lalu sebanyak 20 tablet ditimbangkan satu per satu,
kemudian dicatat bobot masing-masingnya, dan ini dilakukan agar dapat dihitung rata-rata tabletnya.
kemudian dihitung rata-rata dari tabletnya (didapat hasil 0.5432g).
Uji selanjutnya adalah uji keseragaman ukuran. Dimulai dengan disiapkan 20 tablet dan masing-
masing tablet diukur dengan alat Jangka Sorong Digital, kemudian dicatat semua hasil dari ukuran yang
didapatkan, dan hal ini dilakukan agar bisa dihitung rata-rata dari ukurannya (didapat hasil Diameter:
13,0285 mm, Tebal: 3,9095 mm).
Kemudian dilakukan uji kekerasan. Dimulai dengan 20 tablet yang telah disiapkan dipasang pada
alat Hardness Tester kemudian dimulai pengujian, lalu dicatat hasil tekanan yang didapatkan yang
menunjukkan kekerasan dari tablet yang telah dibuat. Rata-rata tekanan yang diperoleh adalah 45,025.
Uji selanjutnya adalah uji Friabilitas. Dimulai dengan ditimbang tablet-tablet yang telah diproduksi.
Tablet ditimbang hingga 6 - 6.5g dan berat satuan dari tablet yang ditimbang adalah ± 643.23 mg / 6.4323 g,
kemudian sample tablet dimasukkan ke alat Friability Tester, lalu alatnya dinyalakan selama 4 menit, dan
ditimbangkan lagi berat akhirnya (didapat hasil ± 621.8 mg / 6.218 g), kemudian dihitung persentase
friabilitasnya dan didapat hasil 3.32 %.
Uji terakhir adalah uji waktu hancur. Diisi sebanyak 500ml aquadest kedalam beaker glass, lalu
dimasukkan kedalam alat Desintegrator lalu diset suhu 37°C kemudian masing-masing tablet dimasukkan
kedalam cakram, lalu dipasang ke alat dan dimasukkan kedalam beaker glass, kemudian alat mulai
dinyalakan. Hasil yang didapat dari uji ini adalah 20.02 detik untuk waktu hancur seluruh obatnya.

EVALUASI GRANUL

Pada percobaan pembuatan tablet dengan metode granulasi kering, dilakukan evaluasi terhadap
granul dan tablet. Evaluasi granul dilakukan setelah terbentuk granul dari hasil pemecahan slugging, yang
meliputi pengujian laju alir & sudut istirahat, kompresibiltas, dan susut pengeringan (LOD).
Pengujian laju aliran granul bertujuan untuk memastikan homogenitas komposisi tablet selama proses
pencetakan. Berdasarkan hasil percobaan, waktu alir untuk 15 gram granul adalah 4,3 detik. Artinya granul
tersebut memiliki laju alir 3,5 gram/detik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa laju alir granul buruk, sesuai
dengan parameter watu alir yaitu :
> 10 gram/ detik Sangat baik
4 – 10 gram/ detik Baik
1,6 – 4 gram/ detik Buruk
< 1,6 gram/ detik Sangat buruk
Waktu alir berpengaruh terhadap keseragaman bobot. Waktu alir yang buruk dapat menyebabkan terjadinya
segregasi partikel granul (pemisahan partikel di mana partikel dengan ukuran paling kecil berada pada posisi
paling bawah) sehingga partikel dengan ukuran paling kecil yang biasanya merupakan zat aktif, akan turun
terlebih dahulu selama pencetakan. Hal ini menyebabkan tablet yang dicetak lebih awal akan memiliki dosis
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tablet yang dicetak di akhir. Oleh karena itu, kecepatan alir yang
buruk dapat menyebabkan ketidakseragaman bobot dan kandungan zat aktif atau dosis dalam sediaan tablet
yang dibuat.

Sudut istirahat diperoleh dengan mengukur tinggi dan diameter tumpukan granul yang terbentuk, lalu
dihitung dengan rumus :
Sudut istirahat yang diperoleh pada percobaan yaitu 12,134o. Data tersebut menunjukkan bahwa sifat alir
granul yaitu mudah mengalir sesuai standar sifat alir yaitu :
< 25o = mudah mengalir
o
25-45 = mengalir
> 45o = sukar mengalir
Berarti granul yang melewati lubang corong dapat mengalir bebas.

Selanjutnya dilakukan uji kompresibilitas. Uji ini digunakan untuk melihat daya alir granul serta
menunjukkan bahwa granul memiliki sifat yang mudah dikempa atau sulit dikempa. Dalam metode slugging,
kompresibilitas sangat penting karena akan berpengaruh terhadap pengempaan. Untuk menghitung
kompresibilitas, diperlukan kerapatan mampat dan kerapatan nyata. Kerapatan diperoleh dari rumus.

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kerapatan nyata = 0,625 gram/ml dan kerapatan mampat =
0,638 gram/ml. Sedangkan kompresibilitas dihitung menggunakan rumus :

Sehingga diperoleh persen kompresibiltas yaitu 2,04%. Syarat kompresibilitas yang baik yaitu < 20%. Jadi,
data percobaan menunjukkan bahwa daya alir granul baik dan memenuhi syarat. Kompresibilitas
berhubungan dengan proses pencetakan dari tablet. Apabila kompresibilitas baik berarti granul akan mudah
untuk dicetak. Karena kompresibitas bagus, maka granul siap untuk dikempa.

Susut pengeringan atau loss on drying dilakukan untuk mengetahui kelembaban granul dan kadar air
yang terkandung di dalamnya. Pengujian loss on drying dilakukan dengan menggunakan alat moisture
balance. Berdasarkan hasil percobaan, LOD yang diperoleh yaitu 2,01%. Data tersebut menunjukkan bahwa
kadar air granul berada dalam batas standar untuk LOD yaitu 2%. Kadar air granul pada percobaan agak
berlebih. Hal itu mungkin disebabkan oleh zat aktif yaitu ibuprofen bersifat mudah meleleh. Kadar
air granul berhubungan dengan kompresibilitas tablet, karena kadar air yang terbentuk beperan sebagai
pengikat yang akan mengisi ruang kosong antar partikel. Selain itu, kadar air akan mempengaruhi daya serap
granul yang kemudian berpengaruh pada waktu hancur tablet. Selain itu, jika tablet memiliki kadar air yang
berlebih, maka tablet juga akan mudah ditumbuhi oleh mikroba.

EVALUASI TABLET

Setelah tablet dicetak, diambil beberapa tablet untuk diuji. Pengujian yang dilakukan disebut in
process control (IPC) yang terdiri dari pengukuran bobot, diameter, tebal, fribilitas, kekerasan tablet serta
waktu hancur tablet.

Uji penampilan dilakukan dengan mengamati tablet secara visual. Tablet yang diperoleh dari hasil
percobaan berbentuk bulat, berwarna putih dengan permukaan licin dan agak mengkilat. Selain itu diukur
keseragaman ukuran yang meliputi diameter dan tebal. Menurut FI III, diameter tablet tidak boleh lebih dari
3 kali tebal tablet dan tidak boleh kurang dari 11/3 tebal tablet. Dari data percobaan diperoleh rata-rata tebal
tablet yaitu 3.91 mm dan diameter 13,03 mm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa diameter tablet tidak
memenuhi criteria dalam Farmakope karena lebih dari 3x tebalnya. Diameter tablet pada percobaan
mempunyai nilai 3,3 kali dari tebal tablet. Hal itu terjadi karena kesalahan optimasi tablet. Seharusnya bobot
tablet yang dicetak yaiatu 0,64 gram. Namun yang dilakukan dalam percobaan yaitu 0,5 gram sehingga tablet
lebih tipis dari standar yang seharusnya.

Uji keseragaman bobot dilakukan untuk melihat homogenitas granul karena apabila bobot tidak
seragam kemungkinan disebabkan oleh homogenitas yang kurang baik. Keseragamn bobot dilihat dari
persen deviasi maksimum. Untuk tablet dalam percobaan, syaratnya tidak boleh ada 2 tablet yang masing-
masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 5% dan tidak boleh satu pun tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 10%. Bobot tablet rata-rata yang
diperoleh yaitu 542,3 mg, sehingga bobot tablet harus berada dalam rentang 515,185– 569,415 mg. Dalam
percobaan, 19 tablet berada dalam rentang tersebut dan ada 1 tablet yang tidak termasuk rentang ±5%.
Namun hasil tersebut masih memenuhi syarat karena hanya ada 1 tablet yang melebihi 5% dari rata-rata dan
tidak melebihi 10%-nya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keseragaman bobot tablet pada percobaan
memenuhi persyaratan. Keseragaman bobot dipengaruhi oleh laju alir. Apabila laju alir bagus, berarti
keseragaman bobot juga bagus. Pada percobaan dapat dikatakan bobot tablet seragam. Hal ini sesuai, karena
pada percobaan laju alir pun menunjukkan laju alir yang baik.

Evaluasi selanjutnya yaitu uji kekerasan. Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui seberapa keras
tablet yang dihasilkan dari proses formulasi. Tablet yang keras diperlukan untuk mencegah kerusakan fisik
selama proses produksi, penyimpanan, dan transportasi. Namun kekerasannnya harus berada pada batas yang
telah ditentukan. Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bentuk dan waktu hancur
tablet. Berdasarkan percobaan, diperoleh rata-rata kekerasan tablet yaitu 45,025 N. Kekerasan yang baik
berada pada rentang 60-70 N. Dengan demikian kekerasan tablet dalam percobaan tidak memenuhi syarat.
Kekerasan tablet terlalu rendah, dengan kata lain tablet rapuh. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya
pengikat seperti avicel. Tablet diharapkan memiliki tingkat kekerasan yang cukup untuk membuat tablet
tetap stabil, namun dapat hancur ketika masuk ke saluran cerna di dalam tubuh. Kekerasan tablet juga sangat
dipengaruhi oleh kinerja mesin tablet. Mesin tablet yang baik akan memberian nilai kekerasan yang seragam.

Setelah IPC, dilakukan pula pengujian waktu hancur dan pengujian friabilitas. Uji friabilitas
digunakan untuk melihat tingkat kerapuhan tablet terhadap gesekan dan bantingan. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan jenis pengikat dan distribusi pengikat dalam tablet. Dalam friabiitas, yang dipengaruhi adalah
daya ikat eksternal tablet. Pengikat yang efektivitasnya tinggi akan memberikan % friabilitas yang rendah
karena pengikat tersebut akan mengikat kuat massa tabet sehingga massa yang lepas dari tablet akan lebih
sedikit. % friabilitas yang baik yaitu < 1% Persen friabilitas dapat dihitung menggunakan rumus :

Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh bobot awal sebelum uji yaitu 6,4323 gram dan setelah uji
yaitu 6,2189 gram. Pengurangan bobot tersebut terjadi karena adanya gesekan antar tablet yang
menyebabkan fasa luar tablet terkikis. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh % friabilitas tablet
yaitu 3,32%. Data tersebut menunjukkan bahwa bobot tablet yang hilang setelah bergesekan dengan tablet
lain jumlahnya melebihi standar yang telah ditentukan. Dengan demikian, pembuatan tablet pada percobaan
tidak memenuhi persyaratan friabilitas. Hal itu mungkin diakibatkan oleh tablet yang rapuh atau tidak kuat
karena daya ikat yang kurang. Daya ikat yang kurang kemungkinan disebabkan oleh penggunaan pengikat
kering. Penambahan pengikat secara basah lebih baik karena daya ikatnya lebih tinggi.

Uji waktu hancur dilakukan untuk melihat seberapa lama obat (tablet) bisa hancur di dalam
tubuh/ saluran cerna yang ditandai dengan sediaan menjadi larut, terdispersi, atau menjadi lunak karena tidak
lagi memiliki inti yang jelas, kecuali bagian penyalut yang tidak larut. Waktu hancur berkaitan dengan
penggunaan disintegran dan daya ikat dalam formulasi tablet. Uji ini bertujuan untuk menetapkan kesesuaian
batas waktu hancur sesuai monografi zat aktif. Berdasarkan hasil percobaan, waktu hancur tablet yaitu 20.2
detik. Berdasarkan Farmakope Indonesia : kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus hancur ≤ 15 menit
(tanpa salut) dan ≤ 60 menit (dengan salut). Dengan demikian dapat diketahui bahwa tablet memiliki waktu
hancur yang cepat dan memenuhi persyaratan. Dilihat dari waktu hancurnya yang relatif cepat, obat ini akan
bekerja efektif di lambung. Waktu hancur yang cepat ini disebabkan oleh pengunaan pengikat yang
dicampurkan secara kering. Hal ini juga kemungkinan dapat disebabkan karena kualiatas bahan yang kurang
baik terutama Avicel PH 102 dan kekerasan dari tablet kurang. Waktu hancur yang baik menggambarkan
tablet yang baik pula karena jika dikonsumsi, tablet tersebut akan mudah larut menjadi molekul obat dalam
tubuh.

Pembahasan Kemasan

Kemasan yang digunakan dalam mengemas tablet ibuprofen yang telah dibuat adalah kemasan
dalam yang biasanya terbuat dari bahan PET, sedangkan kemasan luar nya terbuat dari bahan karton/kertas.
Logo obat yang digunakan adalah warna hijau, menandakan bahwa obat yang dibuat adalah termasuk
golongan obat bebas. Nama obat adalah Mamaprofen, berasal dari bahan aktifnya, yaitu Ibuprofen. Tanggal
kadaluarsa adalah 2 tahun sejak obat tersebut dibuat, yaitu tahun 2015. Keterangan mengenai indikasi,
kontraindikasi, dll dapat dilihat pada brosur. Nomor batch : M 041304001 , dan nomor Registrasi : GBL 13
411 001 10 A1. Penjelasan mengenai penomoran batch dan reg. ada dibawah ini :

Penomoran Reg :
G : Nama Dagang

B : Golongan obat bebas

L : Obat jadi produksi dalam negeri/local

13 : Obat jadi yang telah di setujui pendaftarannya pada priode 2013-2015

411 : menunjukkan Nomor urut pabrik

001 : menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui untuk masing-masing pabrik
10 : Sediaan Tablet

A : Menunjukkan kekuatan obat yang pertama di setujui

1 : Menunjukkan kemasan yang pertama

Penomoran batch :
Produksi Ruahan

Digit 1 : Untuk produk (tahun)


Digit 2 & 3 : Kode produk dari produk ruahan
Digit 4,5 & 6 : Urutan produk
Produk jadi

2-6 digit pada produk ruahan ditambah di depan.


BAB III
KESIMPULAN

Granulasi kering, yaitu metode yang memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa
campuran bahan kering menjadi massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang
berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).

Uji Quality Control (QC) terhadap tablet dilakukan dengan evaluasi berikut ini :

a. Kemampuan alir dan sudut istirahat


α = 12,134o (Sudut istirahat)
waktu alir = 4,3 detik
b. Kompresibilitas
= 2,037%

c. Kadar air (loss on drying)


= 2,01 %
d. Keseragaman bobot dan ukuran
Rata-rata bobot = 0,5423 g
Rata-rata tebal = 3,888 mm
Rata-rata diameter = 13,0325 mm
e. Waktu hancur = 20,2 detik
f. Kekerasan Rata-rata tekanan = 44,5
g. Friabilitas = 3,32 %
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Depkes. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Kloe. 2010. Metode granulasi kering. Available online at : http://duniafarmasi.com/farmasetika/metode-


granulasi-kering [diakses 27 April 2013]

Lachman, L., A. L. Herbert, & L. K. Joseph. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Diterjemahkan oleh:
Siti Suyatmi. Universitas Indonesis Press. Jakarta

Sulaiman, T. N. S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Pustaka Laboratorium Teknologi
Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai