Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini cuaca tidak menentu pada saat hujan deras seringkali anak-anak bermain
hujan-hujanan dan pola makan yang tidak teratur juga mejadi pemicu menurunnya daya
tahan tubuh sehingga suhu tubuh menjadi meningkat atau biasa disebut demam.
Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit demam adalah
paracetamol.Paracetamol adalah obat yang bersifat analgesik dan antipiretik. Analgesik
adalah obat-obatan yang diminum untuk meredakan rasa nyeri dan antipiretik untuk
menurunkan panas.Paracetamol memiliki sifat rasa pahit sehingga membuat anak-anak
sukar mengonsumsi obat paracetamol.Untuk membuat anak-anak mudah menelan obat
ini, dibuat sediaan tablet dengan rasa jeruk sehingga anak-anak tidak merasakan rasa
pahit. Tablet adalah sediaan solid yang terdiri dari zat aktif dan tambahan yang memiliki
ciri khas kering serta dibuat dengan proses pencetakan. Tablet memiliki keunggulan dapat
dikonsumsi tidak terlalu sulit dan dapat dibawa dikemana-mana.
Sediaan tablet merupakan sediaan farmasi yang lebih sering digunakan dibandingkan
dengan bentuk sediaan framasi yang lain. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor, antara
lain: tablet lebih mudah digunakan, praktis dan mudah dibawa karena bentuknya yang
kecil dan ringan, tablet merupakan sediaan yang lebih stabil dibandingkan dengan sediaan
lainnya, serta mempunyai dosis yang relatif tepat. Sediaan tablet yang baik mempunyai
daya tahan yang baik, zat aktif yang stabil jika ditambahkan dengan bahan lain, bebas dari
kerusakan misanya tidak terjadi keretakan dan distribusi warna tidak merata.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mampu mengaplikasikan pembuatan sediaan tablet dengan zat aktif parasetamol
yang memenuhi standart
1.2.2 Tujuan khusus
1. Dapat membuat formulasi tablet dengan zat aktifparasetamol yang memenuhi
standart
2. Mampu memproduksi sediaan parasetamol yangsesuai dengan standart
3. Dapat mengevaluasi sediaan tablet dengan zat aktif parasetamol yang sesuai
dengan persyaratan tablet

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Konsumen
1. Tablet yang telah dibuat dapat digunakan oleh masyarakat sebagai pengobatan,
kususnya nyeri.
2. Konsumen dapat memperoleh sediaan tablet parasetamol yang memenuhi
standart
1.3.2 Bagi Industri
Industri dapat memproduksi sediaan dengan prosedur/persyaratan yang berlaku
1.3.3 Bagi Praktikan
Mahasiswa dapat membuat sediaan parasetamol yang sesuai dengan standart
1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan
1. Sebagai wadah bagi mahasiswa dalam pembuatan sediaan tablet
2. Institusi mampu memperoleh tablet dengan zat aktif parasetamol yang sesuai
dengan standart
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Penyakit


2.1.1 Demam
1. Pengertian
Demam adalah juga suatu gejala dan bukan merupakan penyakit
tersendiri.Para ahli berpendapat bahwa demam adalah suatu reaksi tangkis yang
berguna dari tubuh terhadap infeksi.Pada suhu diatas 37°C limfosit dan makrofag
menjadi lebih aktif.Bila suhu melampaui 40-41°C, barulah terjadi situasi kritis yang
bisa menjadi fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh (Tjay dan Rahardja,
2010).
2. Mekanisme Kerja Demam

Partikel virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi,
selanjutnya perangkat sistem imun tubuh, seperti fagosit, leukosit, makrofag jaringan,
dan limfosit pembunuh granular besar, akan aktif untuk merespon adanya bentuk
infeksi tersebut. Terjadi peningkatan panas akibat produksi sitokin pirogen yang
meningkat pula karena ada aktivitas rangsangan endogen seperti eksotoksin dan
endotoksin yang dikeluarkan virus yang menyebabkan infeksi.

Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam batas yang wajar
maka efeknya akan menguntungkan tubuh, seperti meningkatnya sistem imun.
Namun, apabila peningkatan ini telah melampaui batas kritis maka dipastikan sitokin
akan berbahaya bagi tubuh. Secara pasti batas kritis dari sitokin pirogen sistemik
tersebut sejauh ini belum diketahui. Selama terjadinya peningkatan panas pada tubuh,
perangkat sistem imun juga mensintesis beberapa senyawa kimia, diantaranya adalah
pirogen endogen IL-1(interleukin 1), TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IL-6
(interleukin 6), dan INF (interferon), yang berperan untuk menetralisir panas berlebih
di tubuh.

Pendogen ini bekerja di sistem saraf pusat tingkat OVLT (Organum


Vasculosum Laminae Terminalis). Selanjutnya, OVLT ini akan mensintesis
prostaglandin sehingga menimbulkan peningkatan suhu tubuh (demam).Mekanisme
demam juga dapat terjadi melalui jalur lainnya (non prostaglandin), yaitu melalui
sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh protein yang disebut MIP-1
(machrophage inflammatory protein-1). Gejala khas yang terjadi adalah timbulnya
meriang atau menggigil pada tubuh akibat peningkatan produksi panas, yang
kemudian dikeluarkan melalui kulit. Dengan demikian, pembentukan demam sebagai
respon terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan
disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi.

Secara normal, dalam tubuh panas dihasilkan melalui gerakan otot asimilasi
makanan dan aktivitas metabolisme basal. Panas yang terbentuk kemudian
dikeluarkan tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran), dan penguapan air di sistem
saluran pernafasan dan kulit. Sejumlah panas juga dikeluarkan melalui urine dan
feses. Tubuh mempunyai mekanisme tersendiri dalam mempertahankan suhu
idealnya. Tubuh terus menjaga suhu agar tetap ideal atau normal, ini dilakukan agar
tidak mengganggu fungsi metabolisme rumit yang terjadi pada tubuh. (RF)

3. Akibat Demam
a) Kerusakan pada otak/susunan syaraf pusat
b) Kerusakan otot tubuh
c) Kerusakan organ seperti jantung dan ginjal.

4. Gejala Demam
Gejala yang menyertai demam tergantung kepada penyebab demam itu
sendiri. Contoh gejala yang bisa menyertai demam: Sakit kepala, berkeringat dingin,
menggigil, dehidrasi, batuk-batuk, sakit tenggorokan, sakit pada telinga, diare dan
muntah-muntah, kehilangan selera makan dan merasa kelelahan.

5. Penyebab Demam
Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit.Demam adalah respon normal
tubuh terhadap adanya infeksi.Infeksi adalah keadaan masuknya mikroorganisme
tersebut dapat berupa virus, bakteri, parasit, maupun jamur.Kebanyakan demam
disebabkan oleh paparan panas yang berlebihan (overhating), dehidrasi atau
kekurangan cairan, alergi maupun dikarenkan gangguan sistem umum (Lubis, 2009).
6. Pengobatan
Demam dapat disembuhkan dengan dua cara yaitu tanpa obat dan
menggunakan obat. Demam yang masih ringan bisa dilakukan pengompresan dengan
air hangat yang bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh. Pengobatan ke dua dengan
cara mengkonsumsi obat demam salah satunya bisa menggunakan parasetamol , ibu
rofen , asetosal tetapi harus sesuai dengan anjuran dokter. Pada demam yang sudah
berangsur-angsur dianjurkan untuk chek up ke rumah sakit untuk memastikan itu
penyakit demam atau gejala lainya.

2.2 Parasetamol

Parasetamol atau asetaminofen adalah obatanalgesik dan antipiretik yang populer dan
digunakan untuk melegakan sakit kepala, pegal-pegal dan sakit ringan, serta demam.
Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesikselesma dan flu. Parasetamol aman
dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapat, overdosis obat baik sengaja ataupun tidak
sering terjadi. Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen,
parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis
obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS). Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti
permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal, atau duktus arteriosus pada
janin.

2.2.1 Indikasi
Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri
sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai
sedang.(Cranswick 2000).

2.2.2 Farmakokinetik
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak
dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 %
diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam
glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama,
sebagian dihidroksilasi menjadi Nasetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi
menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari
glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril dari
protein hati (Lusiana Darsono 2002).

2.2.3 Farmakodinamik
Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan
sampai sedang.Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mechanism, efek anti inflamasinya
sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik.Parasetamol
merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah. Efek iritasi, erosi dan
perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga gangguan pernapasan
dan keseimbangan asam basa.(Mahar Mardjono 1971).
Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan
siklooksigenase.Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam
arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu.Setiap obat menghambat siklooksigenase secara
berbeda.Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah
yang menyebabkan parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat
pengaturan panas.Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase
perifer.Inilah yang menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa
nyeri ringan sampai sedang.Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek
langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa
prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin.Obat ini menekan efek zat pirogen
endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin, tetapi demam yang ditimbulkan akibat
pemberian prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain,
seperti latihan fisik. (Aris 2009)

2.2.4 Dosis
Dosis Lazim :
1xp = 500 mg
Ihp = 2.000 mg

2.2.5 Kontra Indikasi


Penderita fungsi hati yang berat, penderita hipersensitif terhadap obat ini (ISO
Vol.5,2016)
2.2.6 Efek Samping Umum
Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati
dan reaksi sensitifitas.

2.2.7 Interaksi Obat


1. ibu profen: penggunaan parasetamol dan ibu profen jangka panjang dapat
menyebabkan peningkatan resiko nefrotoksisitas ( kerusakan ginjal)
2. metklopramid: pemberian metklopramid bersama parasetamol dapat mempercepat
penyerapan parasetamol.
3. Hepatotoksik: pemberian senyawa-senyawa obat lain yang bersifat hepatotoksik
atau menginduksi enzim microsomal dengan parasetamol dapat mempertinggi
resiko toksi,
4. Colestyramine: pemberian colestyramin dengan parasetamol dapat mengurangi
penyerapan parasetamol jika diberikan dalam 1 jam parasetamol (martindale edisi
36:108)

2.3 Tinjauan Tentang Tablet


2.3.1 Definisi Tablet
1. Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau
cembung-rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan. (Moh. Anief)
2. Tablet merupakan obat yang diberikan melalui mulut berbentuk padat dan
terdapat ukuran yang tepat dari dosis lazim. (Buku Teori dan Praktek Farmasi
Industri)
3. Tablet adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan
atau tanpa berbagai zat tambahan, berbentuk rata atau cembung rangkap
umumnya bulat.
4. Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan
sebagai tablet atau tablet kompresi.(USP 26, Hal 2406)
5. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak
dan tablet kempa. (FI IV, Hal 4)
6. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai.(ANSEL, Hal 244)
7. Tablet adalah bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif
dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet,
kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat
antilekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin
tablet(Teknologi Farmasi Sediaan Tablet, Hal 1)
2.3.2 Karakteristik Tablet
Kriteria tablet
a. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
b. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
c. Memiliki keseragaman bobot
d. Secara visual memiliki penampilan yang memenuhi persyaratan
e. Memiliki waktu hancur yang memenuhi persyaratan
f. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
g. Bebas dari kerusakan fisik
h. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
i. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
j. Memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku

2.3.3 Keuntungan dan Kerugian Tablet


1. Keuntungan tablet
a. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan
terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling rendah.
b. Tablet merupakan bentuk sediaan yang biaya pembuatannya paling rendah.
c. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk
dikemas serta dikirim.
d. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah : tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan
pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
e. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah / hancurnya
tablet tidak segera terjadi.
f. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi
besar-besaran.
g. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran, sifat
kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang baik.
h. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisi dapat dicegah atau diperkecil.

2. Kerugian tablet
a. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet atau dalam keadaan tidak
sadar atau pingsan.
b. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung
pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
c. Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan atau tinggi,
absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari
sifat di atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam
bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavabilitas obat cukup.
d. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau
obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan
atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau perlu
penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat merupakan jalan keluar
terbaik serta lebih murah.

2.3.4 Jenis dan Penggolongan Tablet


1. Tablet kempa langsung atau tablet kempa standart.
Menunjukkan bahwa tablet yang tidak disalut standar dibuat dengan pencetakan
dan menggunakan salah satu dari ketiga metode dasar dari pembuatan tablet yaitu
granulasi basah, pencetakan ganda, atau pencetakan langsung. Tablet pada
kategori ini biasanya dikehendaki untuk memberikan disintegrasi dan pelepasan
obat yang cepat. Kebanyakan tablet jenis ini mengandung obat yang diharapkan
berefek lokal dalam saluran cerna. Misalnya : adsorben dan antasida
2. Tablet kempa ganda
Dibagi menjadi dua yaitu tablet berlapis dan tablet yang disalut dengan
pengempaan. Kedua jenis tablet ini merupakan sistem dua komponen atau tiga
komponen, kedua jenis tablet ini biasanya mengalami pengempaan ringan sambil
setiap komponen diletakkan, dengan pencetak utama pada akhirnya menjadi
satu.Tablet dalam kategori ini biasanya dibuat untuk salah satu dari dua alasan
yaitu : untuk memisahkan secara fisika dan kimia bahan-bahan yang tidak mudah
bercampur, atau untuk menghasilkan produk dengan kerja ulang atau produk
dengan kerja yang diperpanjang.
3. Tablet dengan kerja berulang
Cara kerja dari tablet dengan kerja berulang, dan batasan-batasan berdasarkan
pada pengosongan lambung yang tidak dapat dikontrol dan tidak dapat
diramalkan.

4. Tablet aksi diperlama dan tablet salut enteric


Bentuk sediaan tablet aksi diperlma dimaksudkan untuk melepas obat
sesuadah penundaan beberapa lama, atau setelah tablet melalui satu bagian
saluran cerna ke bagian lainnya. Semua tablet salut enterik ( yang tetap utuh
dilambung, tetapi dengan cepat melepas diusus bagian atas ) merupakan tipe
tablet aksi diperlama. Pada penerapannya obat untuk manusia, suatu produk bisa
didesign melewati lambung dalam keadaan utuh, kemudian melepaskan zat aktif
perlahan-lahan selama beberapa jam atau lebih lama dalam usus halus.
Spesifikasi farmakope untuk tablet salut enterik ialah bahwa semua dari 6
tablet yang diperiksa dalam tabung alat disintegrasi USP (dengan menggunakan
lempeng-lempeng) tetap utuh setelah dibiarkan 30 menit dalam cairan lambung
buatan pada 370C ± 20 C dan kemudian hancur dalam waktu yg ditentukan untuk
monografinya, ±30 menit. Jika satu atau 2 tablet gagal hancur sempurna dalam
cairan usus itu, uji diulang dengan menggunakan 12 tablet tambahan tidak kurang
dari 16 dari total 18 tablet yang diperiksa harus hancur dengan sempurna.
5. Tablet salut gula dan tablet salut coklat
Pada mulanya salut gula menambah berat tablet menjadi dua kali lipat. Saat
ini, polimer-polimer yang larut dalam air sering dicampur dalam larutan gulanya,
dikerjakan dengan penyalutan yang mempunyai penyemprot otomatis dan
menggunakan panci penyalut dengan sisi yang berlubang dengan efisiensi
pengeringan yang tinggi. Hasil yang diperoleh berupa salut yang lebih elastis dan
secara mekanik stabil dengan berat larutan kira-kira 50% atau kurang dari berat
inti tablet.
6. Tablet bersalut lapisan tipis
Komposisi penyalut lapis tipis yang pertama digunakan adalah satu atau
lebuh polimer yang biasanya sudah mengandung bahan pembentuk plastik untuk
polimer itu dan mungkin suatu surfaktan untuk memudahkan pembagian partikel,
semua diberikan ketablet dalam larutan dari pelarut organik. Prosedur penyalutan
dengan penyemprotan tanpa udara merupakan jenis yang dipakai untuk komposisi
penyalutan lapis tipis, yang menggunakan panci penyalut konvensional atau
peralatan dengan lubang pada sisinya.

2.4 Praformulasi Sediaan

2.4.1 Definisi Pra Formulasi

Praformulasi adalah bagian dari kegiatan formulasi, dimana menitikberatkan pada


kegiatan investigasi karakteristik bahan yang menjadi keunggulan bahan untuk kemudian
dijadikan dasar dalam pemilihan bahan tersebut dalam suatu formula
2.4.2 Tujuan Praformulasi
Tujuan dilakukannya praformulasi adalah untuk mengetahui khasiat dan fungsi bahan
sehingga bisa dijadikan dasar dalam pemilihan formula.

2.5 Formulasi

2.5.1 Definisi Formulasi


Formulasi merupakan suatu kegiatan dalam pembuatan sediaan dimana menitikberatkan
pada kegiatan merancang komposisi bahan baik bahan aktif maupun bahan tambahan
yang diperlukan untuk membuat sediaan tertentu yang meliputi nama dan takaran bahan,
dimana penentuan bahan harus selalu melewati proses studi praformulasi
2.5.2 Tujuan Formulasi

Tujuan dilakukannya formulasi adalah untuk mengetahui ketersesuaian efek terapi,


Meningkatkan kestabilan obat, menghindari efek toksik, meningkatkan penampilan obat
dan meningkatkan kepraktisan penggunaan obat

2.4 Tinjauan produksi


2.5.1 Definisi

Produksi merupakan serangkaian kegiatan untuk membuat, merubah bentuk,


menambah bahan, menambah daya guna suatu bahan awal (raw material) menjadi suatu
sediaaan rumahan ataupun sediaan jadi sesuai dengan spesifikasi standar nasional maupun
internasional.
2.5.2 Alasan Dilakukan Produksi

1. Kebutuhan pasien
2. Aplikasi gagasan baru
3. Up grade sediaan
4. Up grade teknologi farmasi
5. Sarana evaluasi langsung

2.5.3 Komponen Produksi

1. Ruang Produksi

Ruang produksi adalah suatu ruang yang dirancang dengan khusus sebagai
tempat dilaksanakan kegiatan produksi dimana di dalamnya mengakomodasi berbagai
macam kebutuhan produksi ( alat, bahan, personal, manajemen ) dengan spesifikasi
khusus.Spesifikasi ruang produksi :

a. Konstruksi bangunan tahan bencana: Bangunan didesain tahan bencana, tidak


goyang saat terjadi bencana gempa, tidak roboh saat terjadi bencana banjir dan
sebagainya
b. Mendukung alur produksi one way: Ruangan didesain hanya untuk satu arah.
Maksudnya adalah pintu masuk dan pintu keluar dibedakan agar saat bekerja tidak
terjadi saling senggol atau saling bersimpangan saat melakukan produksi
c. Terdapat pengaturan suhu, cahaya, tekanan, dan higienitas: ruangan dilengkapi
dengan pengatur suhu, cahaya, tekanan serta higenitas karena saat produksi kadang
antara yang satu dengan yang lain akan berbeda kadar cahaya serta suhu nya
sehingga perlu dilakukan pengaturan sesuai keperluan
d. Ruang tidak bersudut: hal ini dilakukan agar ruangan terhindar dari sarang binatang
serta debu-debu yang biasanya banyak terdapat pada sudut ruanagan.
e. Berlapiskan epoksi: epoksi berguna untuk melapisi lantai atau atap ruang, hal ini
berguan karena dengan epoksi lantai akan menjadi lebih bersih dan lebih kuat
f. Terdapat interlock door: ruang yang dilengkapi dengan interlock door ini adalah
ruang yang jika pada satu pintu dibuka, maka pintu lain akan tertutup secara
otomatis, hal ini karena agar tidak banyak mikroba atau udara yang tidak baik
(terkontaminasi) masuk kedalam ruang produksi
 Macam-macam ruang produksi
1. Berdasar kelas
Ruang kelas I, II, III, IV
1) Kelas I ( White Area ): jumlah partikel ( non patogen ) Ø ≥ 0,5 µm maks.
100/ft3.
2) Kelas II ( Clean Area ): jumlah partikel ( non patogen ) Ø ≥ 0,5 µm maks.
10.000/ft3.
3) Kelas III ( Grey Area ): jumlah partikel ( non patogen ) Ø ≥ 0,5 µm maks.
100.000/ft3.
4) Kelas IV ( Black Area ): jumlah partikel ( non patogen ) Ø ≥ 0,5 µm >
100.000/ft3 (dengan ventilasi udara memadai).
2. Berdasar label warna
Ruang kelas black, grey, black
1) Unclassified Area
Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (Unclassified area) tetapi
untuk kepentingan tertentu ada beberapa parameter yang dipantau. Termasuk
didalamnya adalah laboratorium kimia (suhu terkontrol), gudang (suhu terkontrol
untuk cold storage dan cool room), kantor, kantin, ruang ganti dan ruang teknik.
2) Black area
Area ini disebut juga area kelas E. Ruangan ataupun area yang termasuk
dalam kelas ini adalah koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan area
produksi, area staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder. Setiap karyawan
wajib mengenakan sepatu dan pakaian black area (dengan penutup kepala)
3) Grey area
Area ini disebut juga area kelas D. Ruangan ataupun area yang masuk dalam
kelas ini adalah ruang produksi produk non steril, ruang pengemasan primer, ruang
timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi),
ruang sampling di gudang. Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib
mengenakan gowning (pakaian dan sepatu grey). Antara black area dan grey area
dibatasi ruang ganti pakaian grey dan airlock.
4) White area
Area ini disebut juga area kelas C, B dan A (dibawah LAF). Ruangan yang
masuk dalam area ini adalah ruangan yang digunakan untuk penimbangan bahan
baku produksi steril, ruang mixing untuk produksi steril ,background ruang filling ,
laboratorium mikrobiologi (ruang uji sterilitas). Setiap karyawan yang akan
memasuki area ini wajib mengenakan pakaian antistatik (pakaian dan sepatu yang
tidak melepas partikel). Antara grey area dan white area dipisahkan oleh ruang ganti
pakaian white dan airlock.
3. Berdasar nomer area
Ruang kelas 100, 1000, 10.000,100.000
Berdasarkan CPOB, ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana
setiap kelas memiliki persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan,
kelembaban udara dan air change rate.
Tabel pembagian kelas ruangan berdasarkan jumlah partikel
Jumlah partikel/m3
Hygine
Kelas At rest In Operational
Zoning
0,5 (µm) 5,0 (µm) 0,5 (µm) 5,0 (µm)
A 100 ≤ 3.520 ≤ 20 ≤ 3.520 ≤ 20
B 100 ≤ 3.520 ≤ 29 ≤ 352.000 ≤ 2.900
C 10.000 ≤ 352.000 ≤ 2.900 ≤ 3.520.000 ≤ 29.000
D 100.000 ≤ 3.520.000 ≤ 29.000 NS NS
E1 UC NS NS NS NS
E2 UC NS NS NS NS
E3 UC NS NS NS NS

2.5.4 Alat produksi


Alat produksi adalah seperangkat instrument yang digunakan untuk membuat, mengolah
ataupun memodifikasi suatu bahan awal menjadi sediaan ruahan maupun sediaan jadi dengan
fungsi dan standar tertentu.
 Penggolongan macam-macam alat adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan kinerja alat
a. Alat manual (mortir dan stemper)
Alat manual yang digunakan untuk memroduksi sediaan farmasi dalam skala
kecil misalnya adalah mortir. Mortir dan stemper terbuat dari porselen, kaca
atau batu granit yang dapat digunakan untuk menghancurkan dan
mencampurkan padatan kimia.
b. Alat otomatis (liquid filling machine)
Alat otomatis yang digunakan untuk memproduksi sediaan farmasi dalam
skala industri.Liquid filling machine adalah suatu produk dalam bentuk cairan
dapat dikemas di kemasan berbagai bentuk dan ukuran

2. Berdasarkan ukuran alat


a. Alat ringan (gelas ukur)
Alat ringan yang digunakan untuk memproduksi sediaan farmasi dalam skala
kecil, misalnya gelas ukur. Gelas ukur adalah sebagai alat ukur volume cairan
yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi.
b. Alat berat
Alat berat yang digunakan untuk memroduksi sediaan farmasi dalam skala
industri seperti mixer untuk mencampurkan bahan.

3. Berdasarkan bahan alat


a. Alat kaca
Alat yang terbuat dari kaca seperti labu ukur, tabung reaksi dan pipet tetes.
b. Alat logam
Alat yang terbuat dari logam seperti timbangan dan anak timbang.
c. Alat porselen
Alat yang terbuat dari poeselin misalnya adalah cawan porselin, spatula
porselen.
2.5.5 Personal produksi

Salah satu aspek CPOB adalah personalia yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di
industri farmasi.Apoteker sebagai personalia profesional harus memahami aspek-
aspek teknik dan non teknik penerapan CPOB disamping adanya pengetahuan dan
keterampilan baik yang berhubungan dengan kefarmasian ataupun
kepemimpinan.Kedudukan apoteker diatur oleh peraturan pemerintah yang
dituangkan dalam Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), yaitu apoteker
berperan sebagai penanggung jawab produksi dan pengendali mutu.Untuk
menghasilkan sediaan obat jadi yang tetap memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaanya, maka setiap industri farmasi wajib
menerapkan CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi.
Personalia menjadi salah satu aspek dalam CPOB karena secara prinsip
sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan system
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.Oleh sebab itu
industri farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi
dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.Tiap personil
hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.Seluruh personil
hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaan.Dalam menjalankan tugasnya, tiap personil tidak dibebani tanggung jawab
yang berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat.Maka dari itu, perlu
adanya suatu struktur organisasi untuk memperjelas tugas tiap personal.
Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga
bagian produksi, manajemen mutu (pemastian mutu)/pengawasan mutu dipimpin oleh
orang berbeda serta tidak saling bertanggungjawab satu terhadap yang lain. Adapun
beberapa jabatan dalam struktur organisasi industri farmasi adalah kepala bagian
produksi, kepala bagian pengawasan mutu, kepala bagian manajemen mutu.
a. Kepala Bagian Produksi
Kepala bagian produksi hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar dan
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis
yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan memepunyai keterampilan
manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara
profesional. Kewenangan dan tanggungjawab kepala bagian produksi dalam
produksi obat, adalah:
1) Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan
2) Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan
memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat.
3) Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh
Kepala Bagian Produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
4) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
produksi.
5) Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan
6) Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
b. Kepala bagian Pengawasan Mutu
Kepala bagian pengawasan mutu hendaklah seorang terkualifikasi dan lebih
diutamakan seorang Apoteker, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki
pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga
memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian
Pengawasan Mutu mempunyai kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam
pengawasan mutu, termasuk:
1) Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi
2) Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan
3) Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan
contoh, metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain
4) Memberi persetujuan dan memantau semua kontrak analisis
5) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
pengawasan mutu
6) Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan dan
7) Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
c. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
Kepala bagian manajemen mutu hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar
dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman
praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan
untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian manajemen mutu
berwenangan dan bertanggungjawab penuh untuk melaksanakan tugas yang
berhubungan dengan sistem mutu/pemastian mutu, termasuk:
1) Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) system mutu.
2) Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan acuan mutu perusahaan
3) Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala
4) Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu
5) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit
terhadap pemasok)
6) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi
7) Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Otoritas
Pengawasan Obat (OPO) yang berkaitan dengan mutu produk jadi
8) Mengevaluasi/mengkaji catatan bets dan
9) Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait.
Personel yang bekerja di industri farmasi tidak begitu saja langsung
diberi tugas, tetapi mereka diberi pelatihan terlebih dahulu. Pemberian pelatihan
menjadi penting bagi seluruh personil karena tugasnya harus berada di dalam
area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik,
perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya
dapat berdampak pada mutu produk. Di samping pelatihan dasar dalam teori dan
praktik CPOB, personil baru dilatih sesuai dengan tugas yang
diberikan.Pelatihan yang diberikan merupakan pelatihan yang
berkesinambungan, dan efektifitas penerapannya dinilai secara berkala.Program
pelatihan tersebut hendaknya disetujui oleh kepala bagian masing-
masing.Personil yang bekerja di area dimana pencemaran merupakan bahaya,
misalnya area bersih atau area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau
bersifat sensitisasi, diberi pelatihan yang lebih spesifik.Pengunjung atau personil
yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak masuk ke area produksi dan
laboratorium pengawasan mutu.Bila tidak dapat dihindarkan, hendaklah mereka
diberi penjelasan lebih dahulu, terutama mengenai higiene perorangan dan
pakaian pelindung yang dipersyaratkan serta diawasi dengan ketat.Pelatihan ini
diberikan oleh orang yang terkualifikasi.
Syarat-syarat:
1. Sehat jasmani rohani : Tidak punya penyakit yang sering kambuh, sehingga
mengganggu dalam proses produksi

2. Lebih diutamakan pria : Hal ini berhubungan dengan pekerja perempuan yang
sering menggunakan make up saat bekerja. Karena bahan kimia dalam make up
dapat bereaksi dengan udara dan bahan yang digunakan dalam produksi.
3. Kompeten : Pelaku produksi harus berkompeten, karena dalam
produksi pelaku harus mengetahui dengan benar cara produksi.
4. Menggunakan APD : Penggunaan APD penting untuk pelaku produksi
karena agar terlindung dari paparan bahan kimia berbahaya serta agar terlindung dari
kecelakaan kerja. Adapun jenis – jenis Alat Pelindung diri yang digunakan yaitu :
a. Alat pelindung kepala
Topi pengaman ( safety helmet ), untuk melindungi kepala dari benturan atau
pukulan benda benda
Topi / Tudung, untuk melindungi kepala dari api, uap, debu, kondisi iklim yang
buruk.
Tutup kepala, untuk melindungi kebersihan kepala dan rambut
b. Alat pelindung telinga
Sumbat telinga ( ear plug )
Tutup telinga ( ear muff ).Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja
di tempat yang bising.
c. Alat pelindung muka
Pelindung mata, Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya
mengelas).Pelindung wajah (Face Shield) ,berfungsi sebagai pelindung wajah
dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda)
d. Alat perlindungan pernafasan
Masker (Respirator) berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat
bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
Respirator yang sifatnya memurnikan udara
Respirator yang dihubungkan dengan supply udara bersih
Respirator dengan supply oksigen
e. Pakaian kerja
Pakaian kerja khusus untuk pekerjaan dengan sumber – sumber bahaya tertentu
seperti Terhadap radiasi panas
Terhadap radiasi mengion
Terhadap cairan dan bahan – bahan kimia
Pakaian pelindung dipakai pada tempat kerja tertentu misalnya Apron (penutup /
menahan radiasi), yang berfungsi untuk menutupi sebagian atau seluruh badan
dari panas, percikan api, pada suhu dingin, cairan kimia, oli, dari gas berbahaya
atau beracun, serta dari sinar radiasi.
f. Tali / sabuk Pengaman
Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya
digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup atau
boiler
g. Sarung Tangan
Fungsinya melindungi tangan dan jari – jari dari api, panas, dingin, radiasi,
listrik, bahan kimia, benturan dan pukulan, lecet dan infeksi.
h. Pelindung kaki
Fungsinya untuk melidungi kaki dari tertimpah benda – benda berat, terbakar
karena logam cair, bahan kimia, tergelincir, tertusuk.
i. Jas Hujan (Rain Coat)
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu
hujan atau sedang mencuci alat).
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman
yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L 'Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lingkungan')
Namun demikian APD memiliki syarat – syarat sebagai berikut :
1.Enak dipakai
2.Tidak mengganggu
3.Memberikan perlindungan yang efektif sesuai dengan jenis bahaya tempat
kerja.
5. Menguasai GLP(Good Laboratory Practices)
personal harus menguasaicara pengorganisasian laboratorium dalam proses
pelaksanaan pengujian, fasilitas, tenaga kerja dan kondisi yang dapat menjamin agar
pengujian dapat dilaksanakan, dimonitor, dicatat dan dilaporkan sesuai standar
nasional/internasional serta memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan.,
GMP(Good Manufacturing Practices)personal harus menguasai cara produksi yang
baik, GSP(Good Supplay Practices) personal produksi harus menguasai tata cara
pensuplaian yang baik.
6. Attitude baik
Pekerja harus memiliki attitude baik, agar proses produksi berjalan lancar
tanpa adanya kecelakaan kerja karena kecerobohan pekerja akibat attitude yang
kurang baik.

2.5.1 Eksipien tablet


2.5.1.1 Kriteria eksipien tablet :
1. Tidak toksik dan dapat diterima oleh lembaga regulator semua negara tempat produk
tablet dipasarkan.
2. Tersedia secara komersial dalam tingkat kualitas yang dapat diterima disemua
negara tempat produk tablet dibuat.
3. Tersedia dengan biaya rendah yang dapat diterima.
4. Tidak kontra indikasi.
5. Inert secara fisiologis.
6. Stabil secara fisik dan kimia, baik tunggal atau kombinasi dengan zat aktif dan
komponen tablet lainnya.
7. Bebas dari kandungan mikrobiologis yang tidak dapat diterima.
8. Kompatibel dengan zat warna.
9. Tidak mempunyai pengaruh buruk pada ketersediaan hayati zat aktif dalam tablet.
10. Disetujui secara langsung sebagai zat tambahan makanan jika sediaan obat
juga digolongkan sebagai makanan.

2.5.1.2 Penggolongan eksipien tablet


Pada umumnya eksipien tablet adalah pengisi, pengikat, adhesif, disintegran,
lubrikan, antiadheren, glidan, pewarna, penyedap rasa dan aroma, serta adsorben.
1. Zat pengisi
Zat pengisi adalah suatu zat inert secara farmakologis yang ditambahkan
kedalam suatu formula sediaan tablet bertujuan untuk penyesuaian bobot,
ukuran tablet sesuai yang dipersyaratkan, untuk membantu kemudahan dalam
pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet.Dalam hal ini,
penyesuaian bobot dilakuksn untuk mensmbsh bobot sediaan tablet jika dosis
zat aktif tidak cukup untuk memenuhi ruah tablet.Walaupun zat pengisi biasanya
dianggap sebagai komponen yang inert, zat ini secara signifikan dapat
mempengaruhi sifat-sifat biofarmasetik, kimia, dan fisik tablet jadi. Contohnya:
a. Garam kalsium mengganggu absorpsi tetrasiklin dari saluran cerna.
b. Interaksi basa amin atau garamnya dengan laktosa dalam lubrikan basa, misal
pada magnesium stearat terjadi perubahan warna.
Eksipien yang bersifat higroskopis harus diperhatikan karena merupakan
pertimbangan penting dalam formulasi untuk alasan sebagai berikut:
1. Sorpsi atau desorpsi air oleh zat aktif dan zat pengisi tidak selalu reversible,
lembab yang terabsorpsi tidak mudah dikeluarkan selama pengeringan.
2. Kandungan lembap dan kecepatan pengambilan lembap adalah fungsi suhu
dan kelembapan maka harus dipertimbangkan.
3. Kandungan lembap dalam suatu granul mempengaruhi karakteristik
pengempaan granul.
4. Zat aktif tertentu ada yang peka lembap sehingga tidak boleh digabung
dengan pengisi yang higroskopis.

 Laktosa
Laktosa hidrat merupakan pengisi yang paling luas digunakan dalam
formulasi sediaan tablet.Zat ini menunjukkan stabilitas yang baik dalam
gabungan dengan kebanyakan zat aktif hidrat ataupun anhidrat.Laktosa
hidrat mengandung kira-kira 5 % air Kristal.Bentuk hidrat biasanya
digunakakn dalam system granulasi basah dan granulasi kering.Formula
laktosa biasanya menunjukkan kecepatan pelepasan zat aktif dengan baik,
mudah dikeringkan, dan tidak peka terhadap variasi moderat dalam
kekerasan tablet pada pengempaan.Laktosa merupakan eksipien yang baik
sekali digunakan dalam tablet yang mengandung zat aktif berkonsentrasi
kecil karena mudah melakukan pencampuran yang homogeny. Harga laktosa
lebih murah dari pada pengisi lainnya.
Laktosa merupakan suatu gula reduksi yang dapat bereaksi dengan
senyawa amin untuk menghasilkan reaksi khas kecoklatan Maillard. Laktosa
juga akan berubah menjadi coklat dengan adanya senyawa alkali seperti
lubrikan alkali. Laktosa juga tidak dapat bergabung (inkompatibel) dengan
asam askorbat, salisilamida, pirilamin maleat, dan fenilefrin hidroklorida
2. Zat pengikat
Zat pengikat ditambahkan kedalam formulasi tablet untuk menambah
kohesivitas serbuk sehingga memberi ikatan yang penting untuk membentuk
granul yang dibawah pengempaan akan membentuk suatu massa kohesif atau
kompak yang disebut tablet.Sebagian besar pengikat bersifat fundamental pada
keseragaman, ukuran partikel granul, kekerasan yang memadai, kemudahan
pengempaan, dan mutu umum tablet.Ada dua golongan bahan pengikat, yaitu
bahan gula dan zat polimerik.Bahan polimerik terdiri atas dua kelas yaitu
polimer alam (pati, gom akasia, tragakan, dan gelatin) dan polimer sintetis
(polivinilpirolidon, metilselulose, etilselulose, dan hidroksipropilselulose).
Kedua tipe pengikat tersebut dapat ditambahkan pada campuran serbuk sebagai
berikut:
1. Kedua golongan pengikat dapat ditambahkan pada campuran serbuk dan
dibasahi dengan air atau campuran alcohol-air atau pelarut tertentu (metode
kering)
2. Pengikat dilarutkan terlebih dulu dalam pelarut tertentu kemudian larutan
tersebut ditambahkan pada serbuk (metode basah)
Kriteria utama dalam pemilihan suatu pengikat adalah kompabilitasnya dengan
komponen tablet lainnya. Kedua, pengikat harus memberi kohesi yang cukup
pada serbuk untuk memungkinkan melakukan proses normal seperti perekatan,
lubrikasi, pengempaan, pengemasan, tetapi tablet harus masih mungkin
terdisintegrasi dan sediaan terlarut setelah dicerna dan melepaskan zat aktif
untuk absorpsi.Kekuatan zat pengikat berdasarkan penurunan kekuatan adesif
yakni glukosa, akasia, gelatin, siropus simplex, dan pati.Walaupun pati memiliki
kekuatan adesif yang terkecil dalam urutan tersebut tapi pada umumnya pati
juga memiliki pengaruh merusak paling kecil pada kecepatan disintegrasi tablet.
Berikut bebrapa jenis zat pengikat:
a. Pati (amilum)
Pati yang digunakan sebagai pengikat adalah musilago amili 5-10
%.Tergantung pada jumlah panas yang digunakan, pati dapat terhidrolisis
menjadi dekstrin dan kemudian glukosa.Oleh karena itu, ketelitian dalam
poembuatan musilago amili diperlukan untuk menghasilkan perbandingan
pati dan produk hidrolisisnya konsisten dan benar.Musilago amili
merupakan pengikat serbaguna untuk menghasilkan tablet yang
terdisintegrasi cepat, dan granulasi hanya dibuat dengan menggunakan pati
sebagai pengikat internal dan digranulasi dengan air.
b. Sukrosa
Larutan sukrosa sebagai sirop dalam konsentrasi 50 dan 75% menunjukkan
sebagai sifat pengikat yang baik. Kerugian jikan digunakan sirop maka tablet
akan mudah rapuh dankeras.Dalam tablet ferro sulfat, sukrosa bertindak
sebagai pengikat dan untuk mencegah ferro sulfat dari oksidasi.
c. Gom arab
Merupakan gom alam yang digunakan sebagai pengikat dalam granulasi
basah. Dalam larutan 10-25% gom arab membentuk tablet yang cukup keras.
Jika digunakan zat aktif dengan dosis tinggi dan yang sulit digranulais
seperti mefesin, maka dapat digunakan gom arab sebagai pengikat yang
sesuai.Satu keterbatasan gom arab adalah karena merupakan produk alam
dan sering terkontaminasi oleh bakteri. Dalam formulasi dapat ditambahkan
lubrikan yang larut seperti polietilen glikol 6000 untuk membantu dalam
pentabletan dan disintegrasi tablet.
d. Tragakan
Sifatnya seperti gom arab sebab sama-sama termasuk gom alam. Musilago
tragakan sering digunakan.Zat ini harus ditambahakn dalam keadaan kering
dan diaktivasi melalui penambahan air.Massa granulais basah ini harus
dikeringkan dengan cepat untuk mengurangi kesempatan bakteri untuk
berkembangbiak.
3. Disintegran
Disintegran adalah zat yang ditambahkan pada granulasi tablet yang
bertujuan agar tablet yang dikempa pecah jika ditempatkan dalam lingkungan
berair. Fungsi utama disintegran adalah menentang efisiensi pengikat tablet dan
gaya fisik yang bertindak dibawah pengempaan untuk membentuk tablet. Makin
kuat pengikat, makin efektif zat disintegran agar tablet udah melepaskan zat
aktifnya. Disintegran idealnya menyebabkan tablet hancur, tidak saja menjadi
granul yang dikempa, tetapi juga menjadi partikel serbuk yang berasal dari
granul.
Ada dua metode yang digunakan untuk memasukkan zat disintegran dalam
tablet. Metode ini disebut penambahan eksternal dimana disintegran
ditambahkan sebagai fase luar pada granul yang telah dihaluskan dengan
pengadukan tepat pada saat dikempa dan penambahan internal dimana
disintegran dicampur serbuk lain sebeblum campuran serbuk dibasahi dengan
larutan penggranulasi.Kedua metode dua tahap tersebut dianjurkan digunakan
dalam suatu formula tablet. Kombinasi kedua metode ini memberikan
perpecahan tablet yang cepat menjadi granul sedangkan zat disintegran didalam
granul melakukan erosi lanjutan pada granul menjadi partikel-partikel zat aktif
asal. Kombinasi ini biasanya menghasilkan disintegran yang baik dan lebih
sempurna daripada metode biasa dengan penambahan disintegran hanya pada
permukaan granulasi.
Mekanisme kerja zat disintegran sebagai penghancur tablet pada umumnya
terdiri atas tiga teori klasik, antara lain:
1. Disintegran membentuk lorong-lorong kecil diseluruh matriks yang
memungkinkan air ditarik kedalam struktur dengan kerja kapiler sehingga
menyebabkan tablet menjadi pecah.
2. Konsep yang popular berkaitan dengan pengembangan butir-butir pati pada
pemaparan dengan air, suatu fenomena yang secara fisik memutuskan ikatan
partikel-partikel dalam matriks tablet.
3. Reaksi kimia pelepasan gas yang menghancurkan struktur tablet.
Mekanisme umum yang paling luas diterima untuk zat disintegran tablet adalah
pengembangan karena hampir semua disintegran dapat mengembang pada
tingkat tertentu. Dalam hal ini, disintegran berfungsi menarik air kedalam tablet,
kemudian mengmbang dan menyebabkan tablet pecah secara terpisah-pisah.Zat
disintegran yang paling sering digunakan sebagai disintegran dan mempunyai
mekanisme pengembangan untuk membantu tablet menjadi hancur antara lain
pati alam, alginat, bentonit, primogel, explotab, starch 1500, gom, metilselulose,
dan karboksimetilselulose.

4. Lubrikan
Merupakan suatu eksipien tablet yang digunakan dalam formulasi sediaan
tablet untuk mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari dalm lubang kempa,
dan untuk mencegah pelekatan tablet pada pons serta mencegah kejadian aus
yang berlebihan pada pons dan dinding lubang kempa.

Fungsi utama lubrikan tablet adalah untuk mengurangi gesekan yang timbul
pada antarpermukaan tablet dan dinding lubang kempa selama pengempaan dan
pengeluaran tablet dari lubang kempa.
Pemilihan suatu lubrikan dapat tergantung pada:
1. Cara pemberian dan jenis sediaan tablet yang akan dibuat
2. Sifat disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan
3. Masalah lubrikasi, aliran dan persyaratan formulasi
4. Berbagai sifat fisik granulasi atau system serbuk yang akan dikempa
5. Pertimbangan kompatibilitas zat aktif
6. Harga
Lubrikan digolongkan berdasarkan kelaruutannya dalam air yaitu lubrikan
tidk larut air dan lubrikan larut air.Pada umunya lubrikan yang tidak larut air
lebih efektif daripada yang larut air dan digunakan pada konsentrasi yang lebih
rendah.

5. Glidan
Merupakan zat yang memperbaiki karakteristik aliran granulasi dengan
mengurangi gesekan antarpartikel.Glidan berfungsi menempatkan partikel-
partikelnya diantara partikel-partikel komponen lainnya. Pengurangan gesekan
antarpartikel dapat terjadi dalam dua cara:
1. Zat yang halus dapat melekat pada permukaan yang berkerut-kerut (kasar)
untuk meminimalkan sambungan mekanik partikel-partikel. Kerutan
berhubungan dengan kekasaran atau penyimpanagn bentuk dari bulat.
2. Glidan tertentu, seperti talk dan silikat aerogel menggelinding dibawah
tekanan geser menghasilkan pengaruh atau jenis tindakan “bantalan peluruh”
atau menyebabkan granul menggelinding diatas satu sama lain.
Pengaruh yang disebabkan oleh glidan yang berbeda tergantung pada :
a. Sifat kimianya berkaitan dengan serbuk atau granul
b. Factor-faktor fisik termasuk ukuran partikel, bentuk dan distribusi glidan,
kandungan lembap dan suhu.
6. Anti Adheren
Beberapa zat memiliki sifat adesif yang kuat terhadap logam pons dan
lubang kempa, walaupun tidak berefek padapenggesekan.Hal ini mengakibatkan
zat lebih condong melekat pada permukaan dan menimbulkan permukaan kasar
pada tablet.Hal ini dapat terjadi pada formulasi yang mengandung lembab yang
berlebihan.Dengan pilihan yang tepat dan kombinasi anti adheren semua
pengaruh yang tidak dikehendaki dapat diminimalkan.
7. Absorben
Beberapa formulasi tablet memerlukan penambahan sejumlah kecil zat
semisolid bahkan semiliquid. Setiap komponen tersebut diharapkan dapat
diabsorpsi kedalam salah satu serbuk dan jika tidak ada komponen lain dapt
berlaku sebagi pembawa, secara sengaja absorben harus ditambahakn. Pada
umunya absorben mengurangi kekerasan tablet dan bersifat menggosok
sehingga harus ditetapkan derajat halus dan bebas rasa pasir.Suatu absorben
perlu diberikan jika formulasi mengandung zat higroskopis, terutama zat yang
absorpsi lembapnya menimbulkan serbuk kohesif tidak akan mengisi lubang
kempa sebagaimana mestinya pada mesin tablet. Seperti silicon dioksida,
komponen ini kemampuannya menahan cairan dalam jumlah yang besar tanpa
menjadi basah.Kemampuan memegang samapi 50% dari bobotnya
(silikon).Beberapa contoh bahan yang dapat berfungsi sebagai absorben antara
lain kaolin, magnesim silikat, trikalsium fosfat, magnesium karbonat, dan
magnesium oksida.
8. Zat penyedap
Zat penyedap dan pemanis biasanya digunakan untuk memprbaiki rasa
tablet kunyah. Penyedap dimaksudkan sebagai solid dalam bentuk butr-butir
semprot kering dan sebagi minyak, biasanya pada tahap lubrikasi Karena
kpekaan zat-zat ini terhadap lembab dan kecenderungannya menguap jika
dipanaskan (misalnya selama pengeringan granulasi).Penyedap berair (larut air)
kurang dpat diterima karena stabilitasnya kurang seiring dengan bertambahnya
waktu.Karena oksidasi dapat merusak mutu penyedap, minyak biasanya
diemulsikan dengan gom arab dan disemprot kering. Penyedap kering lebih
mudah ditangani dan pada umumnya lebih stabil daripada minyak. Biasanya
jumlah maksimum minyak yang dapat ditambahkan pada granulasi tanpa
mempengaruhi ikatan atau sifat aliran adalah 0,75 % b/b.Pemanis ditambahkan
terutama pada tablet kunyah jika pembawa yang biasa digunakan seperti
manitol, sukrosa dan dekstrosa tidak cukup untuk menutupi rasa komponen.
9. Zat pewarna
Tujuan dari penambahn pewarna pada tablet antara lain:
1. Untuk memberi identitas pada produk yang kelihatannya sama dalam suatu
jalur produk dalam satu industry farmasi atau dalam hal produk yang
penampilannya sama dengan produk industry farmasi yang berbeda.
2. Warna dapat membantu meminimalkan kemungkinan kesimpangsiuraan
selam pembuatan.
3. Penambahan warna pada tablet untuk menambah nilai estetik atau nilai
pemasarannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa peranan utama zat pewarna dalam tablet adalah
untuk memudahkan identifikasi dan meningkatkan penampilan estetik
produk.
Jenis zat pewarna:
a. Pewarna yang larut air, member warna yang jernih.
b. Pigmen yang tidak larut yang harus didispersikan dalm produk.
c. Pewarna dalam bentuk pigmen khusus atau ‘lakes’. Dalam hal ini pewarna
di adsorpsikan pada subtract inert, biasanya aluminium hidroksida. Pigmen
ini dapat langsung ditambahkan kedalam formulasi tablet.

2.6 Faktor yang mempengaruhi produksi


2.6.1 Ukuran Tablet
Ukuran dan bentuk tablet sedikit banyak ditentukan oleh zat aktif yang
dikandungnya. Zat aktif dengan dosis yang sangat kecil dalam rentang microgram
(misalnya asam folat, digitoksin, reserpin, deksametason, dll), memerlukan
penambahan eksipien pengisi untuk menghasilkan suatu massa atau volume zat yang
dapat dibuat menjadi tablet dengan ukuran yang nyaman bagi pasien. Ukuran yang
biasa dan nyaman untuk zat aktif berdosis rendah adalah tablet bulat dengan diameter
¼ inci atau 6,25 mm atau setara dalam beberapa bentuk lain. Tablet dengan ukuran ini
biasanya berbobot 150 mg atau lebih tergantung pada bobot jenis eksipien yang
digunakan untuk membuat massa tablet.
Jika dosis zat aktif meningkat, ukuran tablet juga meningkat. Zat aktif dengan
dosis 100-200 mg membutuhkan bobot tablet 150-300 mg dan ukuran diameter lubang
kempa bulat adalah ¼- 7/16 inci (6,25 mm-10,94 mm) tergantung pada bobot jenis dan
ketermampatan serbuk yang digunakan. Jika dosis dan ukuran tablet meningkat,
formulator menggunakan keahlian dan pengetahuan eksipiennya untuk
mempertahankan ukuran tablet sekecil mungkin tanpa mengorbankan sifat-sifatnya
yang penting.
2.6.2 Stabilitas Zat Aktif
Stabilitas zat aktif harus ditentukan dengan tiap eksipien yang diusulkan.Eksipien
ditentukan sesuai dengan fungsi yang dilakukannya dalam tablet.Eksipien dapat
digolongkan sebagai pengisi (pengencer), peningkat disolusi, pengikat (kering dan
basah), pelambat disolusi, disintegran, zat pembasah, lubrikan, antioksidan, gelidang,
zat pengawet, zat pewarna dan zat penyedap.

2.6.3 Granulasi
Granulasi adalah setiap proses membesarkan ukuran partikel- partikel kecil dengan
mengumpulkannya bersama-sama menjadi agregat yang lebih besar dan permanen
untuk membuatnya mengalir bebas yang serupa dengan pasir kering.

2.6.4 Massa Kempa


Zat aktif yang diserbukkan memerlukan tambahan dan perlakuan untuk
memberikan sifat ikatan dan sifat yang mengalir bebas pada zat aktif atau massa kempa
untuk mempermudah pengempaan oleh mesin tablet.

2.7 Metode Pembuatan Tablet


Metode tablet dapat dibuat dengan dua metode yaitu metode granulasi dan
metode cetak langsung ( Lachman, 1994:685).
2.7.1 Metode Granulasi
a. Tujuan Ganulasi
Tujuan dilakukan granulasi kering adalah karena zat aktif yang digunakan pada
pembuatan tablet kunya tidak tahan air.

Granul yang baik mempunyai sifat sebagai berikut (Lachman, 1994:681):


1. Granul tidak boleh terlalu keras maupun terlalu rapuh.
2. Granul harus memberikan kepadatan dan sifat kohesi yang baik.
3. Granul harus cukup padat tetapi juga cukup untuk mempercepat waktu hancur.
4. Zat aktif harus dapat dilepaskan dari ganul.
5. Zat aktif tidak boleh terurai akibat campuran dengan eksipien dan zat aktif harus
terdistribusi seragam.
6. Granul harus dapat mengalir seragam.
7. Harus mempunyai komponen yang bersifat kompresi.
8. Granul harus terjaga dan tidak rusak selama pencetakan.

2.7.1.1 Metode Granulasi Basah


Metode ini dapat digunakan untuk zat yang tahan terhadap air atau pelarut
yang digunakan, tahan pemanasan.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak
langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya kurang baik. Prinsip metode
granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat yang sesuai
terdapat tingkat kebebasan yang baik. Kemudian massa basah tersebut digranulasi.
Setelah mendapatkan granulasi kering, granul dicetak sesuai yang diinginkan
(Lachman, 1994:690).
Tujuan dilakukan granulasi basah adalah memudahkan mengkompresi serbuk
atau campuran serbuk karena sudah membentuk butiran-butiran granulat, menjaga
homogenitas campuran dan menjaga supaya aliran campuran seragam ke tempat
cetakan dan terjamin keseragaman bobotnya. Selain itu, masalah debu selama
proses pembuatan tablet, mengubah sifat permukaan serbuk dari hidrofob menjadi
hidrofil, dan menambah sifat kohesi selama dan sesudah kompresi (Lachman,
1994:680).

1. Keuntungan Metode Granulasi Basah


Ada beberapa keuntungan metode granulasi basah :
1) Pertama, kohesivitas dan kompresibilitas campuran serbuk ditingkatkan
dengan penambahan pengikat yang menyebabkan partikel satu sama lain
melekat.
2) Kedua, distibusi zat aktif dosis kecil dapat lebih seragam dengan metode
granulasi basah, zat aktif dengan dosis besar sifat alirannya baik dan
kohesinya cukup.
3) Ketiga, granulasi basah mencegah pemisahan campuran selama proses
(Lachman, 1994:691).

2. Kerugian Metode Granulasi Basah.


Ada beberapa kerugian metode granulasi basah :
1) Pertama, membutuhkan biaya yang besar untuk jasa, listrik, waktu, dan
ruangan.
2) Kedua, zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas, tidak dapat diproses
dengan granulasi basah.
3) Ketiga, sering terjadi inkompalibilitas antara zat aktif dan zat tambahan
(Lachman, 1994:691).

2.7.1.2 Metode Granulasi Kering


Metode pembuatan tablet ini digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan
terhadap air dan pelarut yang digunakan dan tidak tahan terhadap pemanasan. Prinsip
metode ini adalah menciptakan ikatan antara partikel dengan pemadatan secara
mekanis. Massa tablet dicetak menjadi tablet yang besar dan keras yang disebut slug.
Setelah itu slug dihancurkan menjadi granul-granul yang diuji sifat alirnya. Apabila
aliran granul sudah memenuhi syarat maka granul dicampur dengan lubrikan
menghasilkan massa cetak. (Lachman, 1994:687).

1. Keuntungan Metode Granulasi Kering


Ada beberapa keuntungan metode granulasi kering :
1) Pertama, baik digunakan untuk zat yang peka terhadap lembab dan
pemanasan.
2) Kedua, mempercepat waktu hancur karena partikel sebuk tidak terikat oleh
pengikat.
3) Ketiga, untuk memperbaiki pencampuran karena tidak ada migrasi zat aktif
(Lachman, 1994:688).

2. Kerugian Metode Granulasi Kering


Ada beberapa kerugian metode granulasi kering. :
1) Pertama, memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug.
2) Kedua, tidak dapat mendistribusikan zat warna dengan seragam.
3) Ketiga, rol tekan tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak dapat larut
karena akan memperlambat kecepatan disolusinya.
4) Keempat, proses ini banyak menghasilkanMetode cetak langsungMetode ini
digunakan untuk zat aktif yang mempunyai sifat mudah mengalir dan sifat
kompresibilitasnya baik sehingga memungkinkan untuk langsung dicetak
dengan mesin cetak tablet tanpa menggunakan granulasi basah atau kering
(Lachman, 1994:691 dan Ansel, 1989:271)
2.8 Evaluasi
2.8.1 Evaluasi Granul
Evaluasi granul terutama dilakukan untuk formula baru atau pada modifikasi
formula. Untuk formula yang sama evaluasi granul tidak perlu dilakukan. Evaluasi
granul meliputi:
1) Uji kadar air
Uji kadar air adalah suatu pernyataan kadar, kelembapan perbandingan
antara granul basah dan granul kering. Uji kadar air bertujuan untuk mengetahui
jumlah air yang tertinggal di dalam granul. Karena kadar air yang terbentuk
dalam granul berhubungan dengan kompresibilitas tablet. kadar air yang
terbentuk juga berperan sebagai pengikat yang mengisi ruang kosong antar tablet.
Namun, jika kadar air berlebih tablet juga akan mudah ditumbuhi mikroba. Kadar
air dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

% kadar air = Wo – Wt x 100%


Wo
Dimana :
Wo = berat granul basah sebelum di oven
Wt= berat granul kering setelah di oven
Persyaratan kadar air dalam granul adalah :
Metode granulasi basah = ≤ 20%
Metode granulasi kering = 5 – 10%
Metode kempa cetak = 1 – 5%
2) Uji waktu alir
Uji waktu alir granul digunakan untuk mengetahui kecepatan waktu alir
granul. Kecepatan waktu alir granul dapat ditentukan dengan menggunakan metode
corong, yaitu dimasukkan kedalam corong lalu corong digetarkan sampai granul
mengalir keluar dari lubang corong dan dihitung waktu alirnya dengan
menggunakan stopwatch sampai granul tersebut mengalir semua. Granul dikatakan
mempunyai aliran yang baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 100g
granul itu kurang lebih atau sama dengan 10 detik.
Setelah diperoleh sifat alir granul (V –nya) lalu dibandingkan dengan parameter
untuk sifat alir sebagai berikut:
> 10 detik = sangat baik
4 – 10 detik = baik
1,6 – 4 detik= sukar
< 1,6 detik = sangat sukar
3) Penetapan sudut diam
Sudut diam adalah sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap
bidang datar setelah serbuk tersebut mengalir secara bebas melalui suatu celah
sempit.Umumnya granul dikatakan mengalir baik apabila sudut diamnya lebih
kecil dari 50°. Jika sudut diam lebih dari 50°, pada saat pentabletan akan ditemui
kesulitan. Cara uji sudut diam adalahserbuk dituang pelan-pelan lewat corong,
sementara bagian bawah corong ditutup.Selanjutnya penutup dibuka dan serbuk
dibiarkan mengalir keluar.Diukur tinggi dan jari-jari kerucut yang terbentuk,
kemudian ditentukan sudut diamnya.
Rumus : tan α = h/r, dimana :
α = sudut diam
h = tinggi kerucut
r = jari-jari kerucut
Setelah diperoleh sudut henti (α –nya) lalu dibandingkan dengan parameter untuk
sudut henti sebagai berikut :
< 25o = sangat baik
25o – 30o = baik
30o – 40o = cukup baik
< 1,6o = sangat buruk
4) Kemampatan
Kemampatan merupakan pengukuran persen kemampatan.Pada uji ini
menggunakan gelas ukur bervolume besar, kemudian seluruh granul dimasukkan
ke dalam gelas ukur.Tinggi awal granul dicatat sebagai (Do), kemudian gelas ukur
diketuk-ketukkan sebanyak 500 kali ketukan dengan kecepatan konstan. Tingginya
lulu diukur lagi dan dicatat sebagai (Df).
Diukur persen (%) kemampatan (K) dengan rumus :
% kemampatan = Do – Dt x 100%
Do
Dimana :
Do = tap density (volume granul sebelum dimampatkan)
Df = bulk density (volume granul setelah dimampatkan)
Setelah diperoleh sifat alir granul (V–nya) lalu dibandingkan dengan parameter
untuk sifat alir sebagai berikut:
5 – 12% = sangat baik
13 – 18% =baik
19 – 33% = cukup
34 – 38% = buruk
> 38% = sangat buruk

2.8.2 Evaluasi Tablet


1. Keseragaman ukuran
Ketebalan berhubungan dengan kekerasan tablet, selama pencetakan, perubahan
ketebalan merupakan indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada
pengisian granul ke dalam die. Alat yang digunakan pada uji keseragaman ukuran
adalah jangka sorong.
Prosedur kerja uji keseragaman ukuran :
a. diambil 10 tablet
b. diukur tebal dan diameter tablet satu per satu dengan jangka sorong. Tablet yang
baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal
tablet.
2. Kekerasan
Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada satu
produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip pengukurannya adalah memberikan
tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah. Alat yang digunakan pada uji
kekerasan adalah hardness tester.
Prosedur kerja uji kekerasan :
a. diletakkan tablet diantara pegas penekan, kemudian alat difungsikan.
b. jarum penunjuk tekanan akan bergerak sesuai tekanan yang diberikan pada tablet.
c. saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada satu angka sebagai petunjuk
kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan kg/cm3.
3. Friabilitas (Uji Kerapuhan)
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan
yang dialaminya sewaktu pengemasan, pengiriman, dan penyimpanan. Prinsip
pengukurannya adalah penempatan prosentase bobot tablet yang hilang dari 20 atau 40
tablet (tergantung bobot tablet) selama diputar dalam waktu tertentu.Alat yang
digunakan dalam uji kerapuhan adalah Friability tester.
Prosedur kerja uji kerapuhan :
a) dibersihkan tablet dari debu dengan cara memakai kuas kecil
b) ditimbang bobot tablet 20 tablet atau 40 tablet = Wo
c) dimasukkan tablet kedalam alat, kemudian alat dijalankan selama 4 menit dengan
kecepatan 25 rpm
d) dikeluarkan tablet dan dibersihkan dari debu dengan memakai kuas kecil
e) ditimbang bobot tablet =Wf
Indeks kerapuhan dapat dihitung dengan rumus berikut :
F = Wo – Wf x 100%, dimana :
Wo
Wo = berat tablet sebelum diuji
Wf = berat tablt sesudah diuji
4. Keseragaman bobot
Keseragaman bobot tablet perlu diuji karena mengacu kepada keseragaman
dosis zat aktif yang terkandung dalam tablet. Uji ini dilakukan dengan menimbang 20
tablet, kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu per satu, tidak
boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak ada satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan dikolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet dapat digunakan 10 tablet tidak
satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dai bobot rata-rata yang
ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet nya menyimpang lebih besar dari bobot rata-
rata yang ditetapkan kolom B, seperti tercantum dalam tabel dibawah ini.
Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata (%)
A B
25 mg atau kurang 15 30
26 mg sampai dengan 150 mg 10 30
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10

5. Uji waktu hancur


Uji waktu hancur dilakukan terhadap 10 tablet dan menggunakan desintegration
tester (desintegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan Farmakope
Indonesia adalah kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15
menit unuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut gula
atau salut selaput.
Prosedur kerja uji waktu hancur :
a) dimasukkan 2 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, lalu masukkan 1
cakram pada tiap-tiap tabung dan lat dijalankan, menggunakan air bersuhu 370 C ±
20 C, sebagai media kecil dinyatakan lain dalam monografi.
b) pada akhir batas waktu yang tertera pada monografi keranjang diangkut
c) dimasukkan sejumlah volume media disolusi monografi, memasang alat,
membiarkan media hingga suhu 370 C ± 0,50 C, lalu mengangkat termometer.
d) dimasukkan 1 tablet kedalam alat, menghilangkan gelembung udara dari permukaan
sediaan dan menjalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tertera dalam
monografi
e) dalam interval waktu yang ditetapkan, mengambil cuplikan pada daerah tengah
antara media disolusi dan bagian atas keranjang dayungan, tidak kurang dari 1 cm
dari dinding wadah.
f) dilakukan penetapan kadar sesuai monografi.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Formulasi

3.1.1 Pembuatan Formula


Formulasi:
R/ Parasetamol 250 mg (Zat aktif)
PVP 1% (pengikat)
Talk 2% (glidan)
Pati jagung 8% (disinegran)
Aspartame 5%
Essen jeruk q.s (perasa)
Sunset yellow q.s (pewarna)
Lactose ad 500 mg (pengisi)
3.1.2 Monografi
1. Zat Aktif parasetamol
Pemerian
Hablur atau atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan
larut dalam sebagian 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)p, dalam 13
bagian aseton p, dalam 40 bagian gliserol p, dan dalam 9 bagian propilengikol p,
larut dalam lartan alkali hidroksida.
Khasiat
Analgetik dan piretik
Dosis
Dosis dari parasetamol untuk nyeri oral 2-3 dd 0,5 g, mak 4g/hari, pada
penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak anak 4-6 dd 10 mg/kg, yakni rata-rata
usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 tahun 120-180 mg, 4-6 tahun 180mg, 7-12 tahun
240-360 mg, 4-6x sehari (obat-obat penting ed IV, hlm 318-319)
Alasan pemilihan
Digunakan parasetamol sebagai zat aktif anagelsik karena parasetamol mampu
meredakan nyeri yang baik dan selain itu parasetamol memiliki daya tahan
panas apabila dipanaskan karena pada pembuatan tablet digunakan medote
granulasi basah.

2. Zat tambahan
a. LAKTOSA
Laktosa adalah gula yang diperoleh darisusu. Dalam bentuk anhidrat atau
mengandung satu molekul air hidrat.
Nama resmi : Laktosa
Sinonim : Laktosa, saccharum lactis
Pemerian : Berupa serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih
krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.
Hikroskopik : Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau dan tidak
terpengaruh dengan kelembapan suhu ruangan.
Berat jenis : 1.589 g/cm3
Titik leleh : 2230 C
Kegunaan : Sebagai bahan pengisi .
konsentrasi 5-80% ( sediaan solida hal.22)
Alasan pemilihan :
1) laktosa memiliki bentuk yang amorf sehingga laktosa memiliki sifat alir
yang baik.
2) laktosa memiliki bentuk yang amorf sehinga struktur mikrokristalnya
beraturan hal ini menyebabkan berat jenis laktosa besar sehingga cocok
digunakan sebagai zat pengisi.
3) laktosa memiliki kelarutan yang mudah larut dalam air, sehingga dapat
membantu proses kelarutan pada saat dikonsumsi.
4) laktosa memberikan rasa manis di mulut
5) laktosa tidak higroskopis sehingga tidak akan mebuat tablet menjadi lembek.
6) memiliki kompresibilitas yang baik
7) memiliki nilai titik leleh yang tinggi (2020C) sehingga tidak akan menjadi
8) lunak pada saat terkena tekanan kompresi
b. PVP (POVIDONE)
Pemerian : serbuk putih, agak putih atau tidak berbau, serbuk higroskopik
Kelarutan : mudah larut dalam suasana asam, sukar larut dalam etanol 95%
metanol dan asam asetat.
Berat jenis : 0,29-0,39 g/ml
pH : 3,0-7,0
konsentrasi : 0,5-5 %
stabilitas :stabil pada pemanasan 110-180 0C
ott : tidak bercampur dengan garam anorganik, resin alam dan sintetis
sulgatiaazole, sodium salisilat, asam salisilat, fenorbarbital dan tanin.
Kegunaan : sebagai zat pengikat
Wadah dan pnyimpanan : di wadah yang tertutup rapat dan disimpan
ditempat yang sejuk dan juga ditempat yang kering.
Alasan pemilihan : PVP bersifat higrokopik yang baik digunakan sebagai
zat pengikat dalam tablet kunyah dan menghasilkan kompresbilitas yang
baik.
c. ASPARTAME
pemerian : bubuk, putih, krim, kristal, hampir tidak berbau, dengan rasa
yang sangat manis.
Kelarutan : sedikit larut dalam etanol (95%). Sedikit larut dalam air,
kelarutan menigkat yang lebih tinggi dari pH yang lebih asam .
Ph : 4,5-6,0
Stabilitas : sangat stabil dalam keadaan kering
Inkopabilitas : aspartame tidak sesuai dengan di basic kalsium, fosfat dan
juga pelicin magnesium stearat, tidak bisa bereaksi dengan alkohol.
Penyimpanan : aspartame stabil dengan keadan kering, suhu panas yang
berkepanjangan mengakibatkan degradasi. Disimpan tertutup baik kondisi
kering dan sejuk.
Alasan peemilihan : digunakan sebagai pemanis yang menutupi zat aktif
yang sedikit ahit serta dapat meninggalkan rasa manis di mulut.
d. TALC

Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang mengandung sedikit


aluminium silikat.
Nama Latin : Talcum
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih, atau putih kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit, dan bebas
butiran.
Khasiat : Bahan pelincin (glidant)
Konsentrasi : glidant dan lubricant 1- 10%
Specific gravity : 2,7-2,8
Stabilitas : Stabil pada tempat kering dan sejuk.
OTT : inkompatibilitas dengan golongan ammonium.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.

1) Talk merupakan serbuk hablur yang sangat halus sehingga talk memiliki
sifat alir yang baik.
2) Karena bentuknya yang sangat halus dan memiliki sifat alir yang baik maka
talk dapat terdistribusi keseluruh bagian tablet.
3) Bentuknya yang sangat halus dapat mengurangi gesekan antar aprtikel
sehingga talk cocok digunakan untuk glidan.Konsentrasi talkum sebagai
glidan adalah 1-10 %.
(Farmakope Idonesia IV hal 771; Handbook of Pharmaceutical Excipient edisi
6 hal728 )
e. PATIJAGUNG
Pemerian : serbuk sangat halus, putih
Kelarutan : praktis tidak larut dalam dingin d
Stabilitas : amilum yang kering dan tidak dipanasi stabil jika terlindung dari
cahaya saat digunakan sebagai disentegran pada sediaan padat, amilum
dipertimbangkan sebagai bahan inert di bawah kondisi penyimpanan normal.
Namun larutan amilum yang dipanaskan atau pasta amilum secara fisik tidak
stabil dan rentan serangan mikroorganisme.
pH : 4,0-7,0
Konsentrasi : 1-20 %
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
1.1.2 Perhitungan Dosis
1
Dosis parasetamol (Dosis 250mg – 500mg, Waktu paruh/ t 2 = 2 - 4 jam )
1
( x Do)1/2 x t1/2
2
Rumus:Do Efektif = x100%
100
1
Dipilih t = 2 karena untuk dosis memilih rentang yang terkecil
2

1 1
(2 X500) 2 2
Co = X 100%
100

= 62.5 %

Sediaan 500mg
1. Parasetamol : 250 mg
2
2. PVP : 100 x 500mg : 10 mg
2
3. Talk: 100 x500 = 10 mg
8
4. Pati jagung 100 x 500 = 40 mg
5
5. Aspartame : 100 x 500mg = 25mg

Pembuatan 500 tablet


1. Parasetamol : 250mgx 500 =125.000mg =125g
2. Talk : 10mgx 500 =5000mg =5g
3. PVP : 10mg x 500 = 5000mg = 5g
4. Aspartame : 25 mg x 500 = 12500mg =12,5g
5. Pati jagung : 40mg x 500 =20000mg =20g
6. Laktosa : 500x500 – (125g + 5g+ 5g + 12,5g + 20g )
: 250g – 167,5g = 82,5g
1.1.3 Prosedur Pembuatan

(Granulasi Basah)

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Ditimbang PVP sebanyak 20g kemudian taburkan ke dalam air panas
sebanyak 25ml tunggu hingga mengembang. Aduk sampai membentuk
mucilago (mortir 1)
3. Ditimbang parasetamol 125g, laktosa 82,5g, pati jagung 20g. Kemudian
dimasukkan kedalam mortir , diaduk hingga homogen (mortir 2).
4. Dilarutan PVP ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam mortir 2.
tambahkan eseen orange, sunset yellow secukupnya , aspartame sebanyak
12,5g dan pati jagung sebanyak 20g sambil diaduk dan di remas dengan
tangan sampai terbentuk massa yang dapat menggumpal ketika dikepal dan
bila dipatahkan tidak hancur berantakan.
5. Ayakan kosong ditimbang. Lalu loyang dan granulasi basah diayak dengan
ayakan no 14 mesh dan dikeringkan di oven dengan suhu 600 C selama 24
jam.
6. Hasil dari pengeringan ditimbang kembali lalu diayak dengan ayakan no 12
mesh kemudian ditambahkan talkum sebanyak 5g
7. Sebelum dicetak dilakukan terlebih dahulu pengujian terhadap granul
8. Setelah itu tablet dicetak dan dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai.

1.2 Evaluasi
1.3.1 Evaluasi granul
A. Uji kadar air
1) Ditimbang granul yang belum dioven, dicatat
2) Ditimbang granul setelah dioven, dicatat
3) Dihitung kadar airnya menggunakan rumus
% kadar air = Wo – Wt x 100%
Wo
Dimana :
Wo = berat granul basah sebelum di oven
Wt = berat granul kering setelah di oven
B. Uji waktu alir
1) Memasukkan granul dalam corong
2) Tutup bagian bawah corong
3) Nyalakan stopwatch
4) Lepas tutup pada bagian bawah corong
5) Catat waktu yang ditempuh granul melewati corong (waktu alir tidak lebih dari
10 detik)
C. Uji pembentukan sudut
1) Granul yang telah melewati corong akan membentuk gundukan seperti gunung
2) Ukur tinggi tumpukan granul (h)
3) Ukur jari-jari tumpukan granul (r)
4) Hitung besar sudut yang dibentuk dengan rumus :
h
Tan α = R

D. Uji kompresibilitas
1) Masukkan granul dalam gelas ukur
2) Ukur tinggi awal dari granul
3) Ketuk gelas ukur sampai tidak terjadi perubahan tinggi
4) Ukur tinggi akhir dari granul
5) Hitung prosentase nilai kemampatannya dari selisih tinggi akhir dan awal
Vo−Vi
6) Kompresibilitas = × 100 %
Vo

7) Vo = volume awal granul


8) Vi = volume granul setelah diketukkan
9) Tabel kompressibilitas dan daya alir (Lachman, 1989:400)
% kompressibilitas Daya alir
5 – 15 Baik sekali
12 – 16 Baik
18 – 21 Sedang dapat lewat
23 – 35 Buruk
33 – 38 Sangat buruk
> 40 Sangat buruk sekali

1.2.2 Evaluasi tablet


A. Uji keseragaman bobot
1) Diambil 20 butir tablet secara acak
2) Ditimbang satu per satu
3) Dihitung bobot rata-rat tablet
Standart Hasil

B. Uji kekerasan
1) Diambil 5 tablet
2) Tablet diletakkan ditengah dan tegak lurus dengan plan penekan hardness
tester
3) Atur skala pada skala 0 setelah itu putar pelan-pelan sampai tablet pecah
Standart Hasil

C. Uji waktu hancur


1) Diambil 6 tablet
2) Diambil kira-kira 1,5 L air, panaskan pada suhu 37o C selama 15 menit
3) Dimasukkan masing-masing tablet pada alat disintegrator
4) Dimasukkan pada air yang telah dipanaskan
5) Amati dan catat waktu sampai semua tablet pada tabung desintegrator terlarut
sempurana.
Standart Hasil
D. Uji kerapuhan
1) Ditimbang 20 tablet bersama-samamasukkan dalam alat triabilator
2) Tunggu sampai 100 putaran
3) Diambil tablet, kemudian ditimbang
4) Hitung kerapuhan tablet

Standart Hasil

E. Uji keseragaman ukuran


1. Diambil 10 tablet
2. Hitung diameter dan ketebalan dari masing-masing tablet dengan
menggunakan jangga sorong
3. Catat hasilnya
Standart Hasil

F. Uji organoleptis
Digunakan untuk mengetahui karakteristik sediaan yang meliputi bentuk, warna, dan bau
Standart Hasil
Bentuk
Warna
Rasa
Bau

Anda mungkin juga menyukai