PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mampu mengaplikasikan pembuatan sediaan tablet dengan zat aktif parasetamol
yang memenuhi standart
1.2.2 Tujuan khusus
1. Dapat membuat formulasi tablet dengan zat aktifparasetamol yang memenuhi
standart
2. Mampu memproduksi sediaan parasetamol yangsesuai dengan standart
3. Dapat mengevaluasi sediaan tablet dengan zat aktif parasetamol yang sesuai
dengan persyaratan tablet
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Konsumen
1. Tablet yang telah dibuat dapat digunakan oleh masyarakat sebagai pengobatan,
kususnya nyeri.
2. Konsumen dapat memperoleh sediaan tablet parasetamol yang memenuhi
standart
1.3.2 Bagi Industri
Industri dapat memproduksi sediaan dengan prosedur/persyaratan yang berlaku
1.3.3 Bagi Praktikan
Mahasiswa dapat membuat sediaan parasetamol yang sesuai dengan standart
1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan
1. Sebagai wadah bagi mahasiswa dalam pembuatan sediaan tablet
2. Institusi mampu memperoleh tablet dengan zat aktif parasetamol yang sesuai
dengan standart
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Partikel virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi,
selanjutnya perangkat sistem imun tubuh, seperti fagosit, leukosit, makrofag jaringan,
dan limfosit pembunuh granular besar, akan aktif untuk merespon adanya bentuk
infeksi tersebut. Terjadi peningkatan panas akibat produksi sitokin pirogen yang
meningkat pula karena ada aktivitas rangsangan endogen seperti eksotoksin dan
endotoksin yang dikeluarkan virus yang menyebabkan infeksi.
Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam batas yang wajar
maka efeknya akan menguntungkan tubuh, seperti meningkatnya sistem imun.
Namun, apabila peningkatan ini telah melampaui batas kritis maka dipastikan sitokin
akan berbahaya bagi tubuh. Secara pasti batas kritis dari sitokin pirogen sistemik
tersebut sejauh ini belum diketahui. Selama terjadinya peningkatan panas pada tubuh,
perangkat sistem imun juga mensintesis beberapa senyawa kimia, diantaranya adalah
pirogen endogen IL-1(interleukin 1), TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IL-6
(interleukin 6), dan INF (interferon), yang berperan untuk menetralisir panas berlebih
di tubuh.
Secara normal, dalam tubuh panas dihasilkan melalui gerakan otot asimilasi
makanan dan aktivitas metabolisme basal. Panas yang terbentuk kemudian
dikeluarkan tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran), dan penguapan air di sistem
saluran pernafasan dan kulit. Sejumlah panas juga dikeluarkan melalui urine dan
feses. Tubuh mempunyai mekanisme tersendiri dalam mempertahankan suhu
idealnya. Tubuh terus menjaga suhu agar tetap ideal atau normal, ini dilakukan agar
tidak mengganggu fungsi metabolisme rumit yang terjadi pada tubuh. (RF)
3. Akibat Demam
a) Kerusakan pada otak/susunan syaraf pusat
b) Kerusakan otot tubuh
c) Kerusakan organ seperti jantung dan ginjal.
4. Gejala Demam
Gejala yang menyertai demam tergantung kepada penyebab demam itu
sendiri. Contoh gejala yang bisa menyertai demam: Sakit kepala, berkeringat dingin,
menggigil, dehidrasi, batuk-batuk, sakit tenggorokan, sakit pada telinga, diare dan
muntah-muntah, kehilangan selera makan dan merasa kelelahan.
5. Penyebab Demam
Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit.Demam adalah respon normal
tubuh terhadap adanya infeksi.Infeksi adalah keadaan masuknya mikroorganisme
tersebut dapat berupa virus, bakteri, parasit, maupun jamur.Kebanyakan demam
disebabkan oleh paparan panas yang berlebihan (overhating), dehidrasi atau
kekurangan cairan, alergi maupun dikarenkan gangguan sistem umum (Lubis, 2009).
6. Pengobatan
Demam dapat disembuhkan dengan dua cara yaitu tanpa obat dan
menggunakan obat. Demam yang masih ringan bisa dilakukan pengompresan dengan
air hangat yang bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh. Pengobatan ke dua dengan
cara mengkonsumsi obat demam salah satunya bisa menggunakan parasetamol , ibu
rofen , asetosal tetapi harus sesuai dengan anjuran dokter. Pada demam yang sudah
berangsur-angsur dianjurkan untuk chek up ke rumah sakit untuk memastikan itu
penyakit demam atau gejala lainya.
2.2 Parasetamol
Parasetamol atau asetaminofen adalah obatanalgesik dan antipiretik yang populer dan
digunakan untuk melegakan sakit kepala, pegal-pegal dan sakit ringan, serta demam.
Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesikselesma dan flu. Parasetamol aman
dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapat, overdosis obat baik sengaja ataupun tidak
sering terjadi. Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen,
parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis
obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS). Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti
permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal, atau duktus arteriosus pada
janin.
2.2.1 Indikasi
Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri
sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai
sedang.(Cranswick 2000).
2.2.2 Farmakokinetik
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak
dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 %
diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam
glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama,
sebagian dihidroksilasi menjadi Nasetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi
menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari
glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril dari
protein hati (Lusiana Darsono 2002).
2.2.3 Farmakodinamik
Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan
sampai sedang.Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mechanism, efek anti inflamasinya
sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik.Parasetamol
merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah. Efek iritasi, erosi dan
perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga gangguan pernapasan
dan keseimbangan asam basa.(Mahar Mardjono 1971).
Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan
siklooksigenase.Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam
arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu.Setiap obat menghambat siklooksigenase secara
berbeda.Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah
yang menyebabkan parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat
pengaturan panas.Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase
perifer.Inilah yang menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa
nyeri ringan sampai sedang.Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek
langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa
prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin.Obat ini menekan efek zat pirogen
endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin, tetapi demam yang ditimbulkan akibat
pemberian prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain,
seperti latihan fisik. (Aris 2009)
2.2.4 Dosis
Dosis Lazim :
1xp = 500 mg
Ihp = 2.000 mg
2. Kerugian tablet
a. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet atau dalam keadaan tidak
sadar atau pingsan.
b. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung
pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
c. Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan atau tinggi,
absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari
sifat di atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam
bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavabilitas obat cukup.
d. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau
obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan
atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau perlu
penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat merupakan jalan keluar
terbaik serta lebih murah.
2.5 Formulasi
1. Kebutuhan pasien
2. Aplikasi gagasan baru
3. Up grade sediaan
4. Up grade teknologi farmasi
5. Sarana evaluasi langsung
1. Ruang Produksi
Ruang produksi adalah suatu ruang yang dirancang dengan khusus sebagai
tempat dilaksanakan kegiatan produksi dimana di dalamnya mengakomodasi berbagai
macam kebutuhan produksi ( alat, bahan, personal, manajemen ) dengan spesifikasi
khusus.Spesifikasi ruang produksi :
Salah satu aspek CPOB adalah personalia yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di
industri farmasi.Apoteker sebagai personalia profesional harus memahami aspek-
aspek teknik dan non teknik penerapan CPOB disamping adanya pengetahuan dan
keterampilan baik yang berhubungan dengan kefarmasian ataupun
kepemimpinan.Kedudukan apoteker diatur oleh peraturan pemerintah yang
dituangkan dalam Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), yaitu apoteker
berperan sebagai penanggung jawab produksi dan pengendali mutu.Untuk
menghasilkan sediaan obat jadi yang tetap memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaanya, maka setiap industri farmasi wajib
menerapkan CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi.
Personalia menjadi salah satu aspek dalam CPOB karena secara prinsip
sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan system
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.Oleh sebab itu
industri farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi
dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.Tiap personil
hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.Seluruh personil
hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaan.Dalam menjalankan tugasnya, tiap personil tidak dibebani tanggung jawab
yang berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat.Maka dari itu, perlu
adanya suatu struktur organisasi untuk memperjelas tugas tiap personal.
Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga
bagian produksi, manajemen mutu (pemastian mutu)/pengawasan mutu dipimpin oleh
orang berbeda serta tidak saling bertanggungjawab satu terhadap yang lain. Adapun
beberapa jabatan dalam struktur organisasi industri farmasi adalah kepala bagian
produksi, kepala bagian pengawasan mutu, kepala bagian manajemen mutu.
a. Kepala Bagian Produksi
Kepala bagian produksi hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar dan
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis
yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan memepunyai keterampilan
manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara
profesional. Kewenangan dan tanggungjawab kepala bagian produksi dalam
produksi obat, adalah:
1) Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan
2) Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan
memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat.
3) Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh
Kepala Bagian Produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
4) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
produksi.
5) Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan
6) Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
b. Kepala bagian Pengawasan Mutu
Kepala bagian pengawasan mutu hendaklah seorang terkualifikasi dan lebih
diutamakan seorang Apoteker, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki
pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga
memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian
Pengawasan Mutu mempunyai kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam
pengawasan mutu, termasuk:
1) Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi
2) Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan
3) Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan
contoh, metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain
4) Memberi persetujuan dan memantau semua kontrak analisis
5) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
pengawasan mutu
6) Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan dan
7) Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
c. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
Kepala bagian manajemen mutu hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar
dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman
praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan
untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian manajemen mutu
berwenangan dan bertanggungjawab penuh untuk melaksanakan tugas yang
berhubungan dengan sistem mutu/pemastian mutu, termasuk:
1) Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) system mutu.
2) Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan acuan mutu perusahaan
3) Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala
4) Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu
5) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit
terhadap pemasok)
6) Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi
7) Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Otoritas
Pengawasan Obat (OPO) yang berkaitan dengan mutu produk jadi
8) Mengevaluasi/mengkaji catatan bets dan
9) Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait.
Personel yang bekerja di industri farmasi tidak begitu saja langsung
diberi tugas, tetapi mereka diberi pelatihan terlebih dahulu. Pemberian pelatihan
menjadi penting bagi seluruh personil karena tugasnya harus berada di dalam
area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik,
perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya
dapat berdampak pada mutu produk. Di samping pelatihan dasar dalam teori dan
praktik CPOB, personil baru dilatih sesuai dengan tugas yang
diberikan.Pelatihan yang diberikan merupakan pelatihan yang
berkesinambungan, dan efektifitas penerapannya dinilai secara berkala.Program
pelatihan tersebut hendaknya disetujui oleh kepala bagian masing-
masing.Personil yang bekerja di area dimana pencemaran merupakan bahaya,
misalnya area bersih atau area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau
bersifat sensitisasi, diberi pelatihan yang lebih spesifik.Pengunjung atau personil
yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak masuk ke area produksi dan
laboratorium pengawasan mutu.Bila tidak dapat dihindarkan, hendaklah mereka
diberi penjelasan lebih dahulu, terutama mengenai higiene perorangan dan
pakaian pelindung yang dipersyaratkan serta diawasi dengan ketat.Pelatihan ini
diberikan oleh orang yang terkualifikasi.
Syarat-syarat:
1. Sehat jasmani rohani : Tidak punya penyakit yang sering kambuh, sehingga
mengganggu dalam proses produksi
2. Lebih diutamakan pria : Hal ini berhubungan dengan pekerja perempuan yang
sering menggunakan make up saat bekerja. Karena bahan kimia dalam make up
dapat bereaksi dengan udara dan bahan yang digunakan dalam produksi.
3. Kompeten : Pelaku produksi harus berkompeten, karena dalam
produksi pelaku harus mengetahui dengan benar cara produksi.
4. Menggunakan APD : Penggunaan APD penting untuk pelaku produksi
karena agar terlindung dari paparan bahan kimia berbahaya serta agar terlindung dari
kecelakaan kerja. Adapun jenis – jenis Alat Pelindung diri yang digunakan yaitu :
a. Alat pelindung kepala
Topi pengaman ( safety helmet ), untuk melindungi kepala dari benturan atau
pukulan benda benda
Topi / Tudung, untuk melindungi kepala dari api, uap, debu, kondisi iklim yang
buruk.
Tutup kepala, untuk melindungi kebersihan kepala dan rambut
b. Alat pelindung telinga
Sumbat telinga ( ear plug )
Tutup telinga ( ear muff ).Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja
di tempat yang bising.
c. Alat pelindung muka
Pelindung mata, Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya
mengelas).Pelindung wajah (Face Shield) ,berfungsi sebagai pelindung wajah
dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda)
d. Alat perlindungan pernafasan
Masker (Respirator) berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat
bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
Respirator yang sifatnya memurnikan udara
Respirator yang dihubungkan dengan supply udara bersih
Respirator dengan supply oksigen
e. Pakaian kerja
Pakaian kerja khusus untuk pekerjaan dengan sumber – sumber bahaya tertentu
seperti Terhadap radiasi panas
Terhadap radiasi mengion
Terhadap cairan dan bahan – bahan kimia
Pakaian pelindung dipakai pada tempat kerja tertentu misalnya Apron (penutup /
menahan radiasi), yang berfungsi untuk menutupi sebagian atau seluruh badan
dari panas, percikan api, pada suhu dingin, cairan kimia, oli, dari gas berbahaya
atau beracun, serta dari sinar radiasi.
f. Tali / sabuk Pengaman
Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya
digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup atau
boiler
g. Sarung Tangan
Fungsinya melindungi tangan dan jari – jari dari api, panas, dingin, radiasi,
listrik, bahan kimia, benturan dan pukulan, lecet dan infeksi.
h. Pelindung kaki
Fungsinya untuk melidungi kaki dari tertimpah benda – benda berat, terbakar
karena logam cair, bahan kimia, tergelincir, tertusuk.
i. Jas Hujan (Rain Coat)
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu
hujan atau sedang mencuci alat).
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman
yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L 'Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lingkungan')
Namun demikian APD memiliki syarat – syarat sebagai berikut :
1.Enak dipakai
2.Tidak mengganggu
3.Memberikan perlindungan yang efektif sesuai dengan jenis bahaya tempat
kerja.
5. Menguasai GLP(Good Laboratory Practices)
personal harus menguasaicara pengorganisasian laboratorium dalam proses
pelaksanaan pengujian, fasilitas, tenaga kerja dan kondisi yang dapat menjamin agar
pengujian dapat dilaksanakan, dimonitor, dicatat dan dilaporkan sesuai standar
nasional/internasional serta memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan.,
GMP(Good Manufacturing Practices)personal harus menguasai cara produksi yang
baik, GSP(Good Supplay Practices) personal produksi harus menguasai tata cara
pensuplaian yang baik.
6. Attitude baik
Pekerja harus memiliki attitude baik, agar proses produksi berjalan lancar
tanpa adanya kecelakaan kerja karena kecerobohan pekerja akibat attitude yang
kurang baik.
Laktosa
Laktosa hidrat merupakan pengisi yang paling luas digunakan dalam
formulasi sediaan tablet.Zat ini menunjukkan stabilitas yang baik dalam
gabungan dengan kebanyakan zat aktif hidrat ataupun anhidrat.Laktosa
hidrat mengandung kira-kira 5 % air Kristal.Bentuk hidrat biasanya
digunakakn dalam system granulasi basah dan granulasi kering.Formula
laktosa biasanya menunjukkan kecepatan pelepasan zat aktif dengan baik,
mudah dikeringkan, dan tidak peka terhadap variasi moderat dalam
kekerasan tablet pada pengempaan.Laktosa merupakan eksipien yang baik
sekali digunakan dalam tablet yang mengandung zat aktif berkonsentrasi
kecil karena mudah melakukan pencampuran yang homogeny. Harga laktosa
lebih murah dari pada pengisi lainnya.
Laktosa merupakan suatu gula reduksi yang dapat bereaksi dengan
senyawa amin untuk menghasilkan reaksi khas kecoklatan Maillard. Laktosa
juga akan berubah menjadi coklat dengan adanya senyawa alkali seperti
lubrikan alkali. Laktosa juga tidak dapat bergabung (inkompatibel) dengan
asam askorbat, salisilamida, pirilamin maleat, dan fenilefrin hidroklorida
2. Zat pengikat
Zat pengikat ditambahkan kedalam formulasi tablet untuk menambah
kohesivitas serbuk sehingga memberi ikatan yang penting untuk membentuk
granul yang dibawah pengempaan akan membentuk suatu massa kohesif atau
kompak yang disebut tablet.Sebagian besar pengikat bersifat fundamental pada
keseragaman, ukuran partikel granul, kekerasan yang memadai, kemudahan
pengempaan, dan mutu umum tablet.Ada dua golongan bahan pengikat, yaitu
bahan gula dan zat polimerik.Bahan polimerik terdiri atas dua kelas yaitu
polimer alam (pati, gom akasia, tragakan, dan gelatin) dan polimer sintetis
(polivinilpirolidon, metilselulose, etilselulose, dan hidroksipropilselulose).
Kedua tipe pengikat tersebut dapat ditambahkan pada campuran serbuk sebagai
berikut:
1. Kedua golongan pengikat dapat ditambahkan pada campuran serbuk dan
dibasahi dengan air atau campuran alcohol-air atau pelarut tertentu (metode
kering)
2. Pengikat dilarutkan terlebih dulu dalam pelarut tertentu kemudian larutan
tersebut ditambahkan pada serbuk (metode basah)
Kriteria utama dalam pemilihan suatu pengikat adalah kompabilitasnya dengan
komponen tablet lainnya. Kedua, pengikat harus memberi kohesi yang cukup
pada serbuk untuk memungkinkan melakukan proses normal seperti perekatan,
lubrikasi, pengempaan, pengemasan, tetapi tablet harus masih mungkin
terdisintegrasi dan sediaan terlarut setelah dicerna dan melepaskan zat aktif
untuk absorpsi.Kekuatan zat pengikat berdasarkan penurunan kekuatan adesif
yakni glukosa, akasia, gelatin, siropus simplex, dan pati.Walaupun pati memiliki
kekuatan adesif yang terkecil dalam urutan tersebut tapi pada umumnya pati
juga memiliki pengaruh merusak paling kecil pada kecepatan disintegrasi tablet.
Berikut bebrapa jenis zat pengikat:
a. Pati (amilum)
Pati yang digunakan sebagai pengikat adalah musilago amili 5-10
%.Tergantung pada jumlah panas yang digunakan, pati dapat terhidrolisis
menjadi dekstrin dan kemudian glukosa.Oleh karena itu, ketelitian dalam
poembuatan musilago amili diperlukan untuk menghasilkan perbandingan
pati dan produk hidrolisisnya konsisten dan benar.Musilago amili
merupakan pengikat serbaguna untuk menghasilkan tablet yang
terdisintegrasi cepat, dan granulasi hanya dibuat dengan menggunakan pati
sebagai pengikat internal dan digranulasi dengan air.
b. Sukrosa
Larutan sukrosa sebagai sirop dalam konsentrasi 50 dan 75% menunjukkan
sebagai sifat pengikat yang baik. Kerugian jikan digunakan sirop maka tablet
akan mudah rapuh dankeras.Dalam tablet ferro sulfat, sukrosa bertindak
sebagai pengikat dan untuk mencegah ferro sulfat dari oksidasi.
c. Gom arab
Merupakan gom alam yang digunakan sebagai pengikat dalam granulasi
basah. Dalam larutan 10-25% gom arab membentuk tablet yang cukup keras.
Jika digunakan zat aktif dengan dosis tinggi dan yang sulit digranulais
seperti mefesin, maka dapat digunakan gom arab sebagai pengikat yang
sesuai.Satu keterbatasan gom arab adalah karena merupakan produk alam
dan sering terkontaminasi oleh bakteri. Dalam formulasi dapat ditambahkan
lubrikan yang larut seperti polietilen glikol 6000 untuk membantu dalam
pentabletan dan disintegrasi tablet.
d. Tragakan
Sifatnya seperti gom arab sebab sama-sama termasuk gom alam. Musilago
tragakan sering digunakan.Zat ini harus ditambahakn dalam keadaan kering
dan diaktivasi melalui penambahan air.Massa granulais basah ini harus
dikeringkan dengan cepat untuk mengurangi kesempatan bakteri untuk
berkembangbiak.
3. Disintegran
Disintegran adalah zat yang ditambahkan pada granulasi tablet yang
bertujuan agar tablet yang dikempa pecah jika ditempatkan dalam lingkungan
berair. Fungsi utama disintegran adalah menentang efisiensi pengikat tablet dan
gaya fisik yang bertindak dibawah pengempaan untuk membentuk tablet. Makin
kuat pengikat, makin efektif zat disintegran agar tablet udah melepaskan zat
aktifnya. Disintegran idealnya menyebabkan tablet hancur, tidak saja menjadi
granul yang dikempa, tetapi juga menjadi partikel serbuk yang berasal dari
granul.
Ada dua metode yang digunakan untuk memasukkan zat disintegran dalam
tablet. Metode ini disebut penambahan eksternal dimana disintegran
ditambahkan sebagai fase luar pada granul yang telah dihaluskan dengan
pengadukan tepat pada saat dikempa dan penambahan internal dimana
disintegran dicampur serbuk lain sebeblum campuran serbuk dibasahi dengan
larutan penggranulasi.Kedua metode dua tahap tersebut dianjurkan digunakan
dalam suatu formula tablet. Kombinasi kedua metode ini memberikan
perpecahan tablet yang cepat menjadi granul sedangkan zat disintegran didalam
granul melakukan erosi lanjutan pada granul menjadi partikel-partikel zat aktif
asal. Kombinasi ini biasanya menghasilkan disintegran yang baik dan lebih
sempurna daripada metode biasa dengan penambahan disintegran hanya pada
permukaan granulasi.
Mekanisme kerja zat disintegran sebagai penghancur tablet pada umumnya
terdiri atas tiga teori klasik, antara lain:
1. Disintegran membentuk lorong-lorong kecil diseluruh matriks yang
memungkinkan air ditarik kedalam struktur dengan kerja kapiler sehingga
menyebabkan tablet menjadi pecah.
2. Konsep yang popular berkaitan dengan pengembangan butir-butir pati pada
pemaparan dengan air, suatu fenomena yang secara fisik memutuskan ikatan
partikel-partikel dalam matriks tablet.
3. Reaksi kimia pelepasan gas yang menghancurkan struktur tablet.
Mekanisme umum yang paling luas diterima untuk zat disintegran tablet adalah
pengembangan karena hampir semua disintegran dapat mengembang pada
tingkat tertentu. Dalam hal ini, disintegran berfungsi menarik air kedalam tablet,
kemudian mengmbang dan menyebabkan tablet pecah secara terpisah-pisah.Zat
disintegran yang paling sering digunakan sebagai disintegran dan mempunyai
mekanisme pengembangan untuk membantu tablet menjadi hancur antara lain
pati alam, alginat, bentonit, primogel, explotab, starch 1500, gom, metilselulose,
dan karboksimetilselulose.
4. Lubrikan
Merupakan suatu eksipien tablet yang digunakan dalam formulasi sediaan
tablet untuk mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari dalm lubang kempa,
dan untuk mencegah pelekatan tablet pada pons serta mencegah kejadian aus
yang berlebihan pada pons dan dinding lubang kempa.
Fungsi utama lubrikan tablet adalah untuk mengurangi gesekan yang timbul
pada antarpermukaan tablet dan dinding lubang kempa selama pengempaan dan
pengeluaran tablet dari lubang kempa.
Pemilihan suatu lubrikan dapat tergantung pada:
1. Cara pemberian dan jenis sediaan tablet yang akan dibuat
2. Sifat disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan
3. Masalah lubrikasi, aliran dan persyaratan formulasi
4. Berbagai sifat fisik granulasi atau system serbuk yang akan dikempa
5. Pertimbangan kompatibilitas zat aktif
6. Harga
Lubrikan digolongkan berdasarkan kelaruutannya dalam air yaitu lubrikan
tidk larut air dan lubrikan larut air.Pada umunya lubrikan yang tidak larut air
lebih efektif daripada yang larut air dan digunakan pada konsentrasi yang lebih
rendah.
5. Glidan
Merupakan zat yang memperbaiki karakteristik aliran granulasi dengan
mengurangi gesekan antarpartikel.Glidan berfungsi menempatkan partikel-
partikelnya diantara partikel-partikel komponen lainnya. Pengurangan gesekan
antarpartikel dapat terjadi dalam dua cara:
1. Zat yang halus dapat melekat pada permukaan yang berkerut-kerut (kasar)
untuk meminimalkan sambungan mekanik partikel-partikel. Kerutan
berhubungan dengan kekasaran atau penyimpanagn bentuk dari bulat.
2. Glidan tertentu, seperti talk dan silikat aerogel menggelinding dibawah
tekanan geser menghasilkan pengaruh atau jenis tindakan “bantalan peluruh”
atau menyebabkan granul menggelinding diatas satu sama lain.
Pengaruh yang disebabkan oleh glidan yang berbeda tergantung pada :
a. Sifat kimianya berkaitan dengan serbuk atau granul
b. Factor-faktor fisik termasuk ukuran partikel, bentuk dan distribusi glidan,
kandungan lembap dan suhu.
6. Anti Adheren
Beberapa zat memiliki sifat adesif yang kuat terhadap logam pons dan
lubang kempa, walaupun tidak berefek padapenggesekan.Hal ini mengakibatkan
zat lebih condong melekat pada permukaan dan menimbulkan permukaan kasar
pada tablet.Hal ini dapat terjadi pada formulasi yang mengandung lembab yang
berlebihan.Dengan pilihan yang tepat dan kombinasi anti adheren semua
pengaruh yang tidak dikehendaki dapat diminimalkan.
7. Absorben
Beberapa formulasi tablet memerlukan penambahan sejumlah kecil zat
semisolid bahkan semiliquid. Setiap komponen tersebut diharapkan dapat
diabsorpsi kedalam salah satu serbuk dan jika tidak ada komponen lain dapt
berlaku sebagi pembawa, secara sengaja absorben harus ditambahakn. Pada
umunya absorben mengurangi kekerasan tablet dan bersifat menggosok
sehingga harus ditetapkan derajat halus dan bebas rasa pasir.Suatu absorben
perlu diberikan jika formulasi mengandung zat higroskopis, terutama zat yang
absorpsi lembapnya menimbulkan serbuk kohesif tidak akan mengisi lubang
kempa sebagaimana mestinya pada mesin tablet. Seperti silicon dioksida,
komponen ini kemampuannya menahan cairan dalam jumlah yang besar tanpa
menjadi basah.Kemampuan memegang samapi 50% dari bobotnya
(silikon).Beberapa contoh bahan yang dapat berfungsi sebagai absorben antara
lain kaolin, magnesim silikat, trikalsium fosfat, magnesium karbonat, dan
magnesium oksida.
8. Zat penyedap
Zat penyedap dan pemanis biasanya digunakan untuk memprbaiki rasa
tablet kunyah. Penyedap dimaksudkan sebagai solid dalam bentuk butr-butir
semprot kering dan sebagi minyak, biasanya pada tahap lubrikasi Karena
kpekaan zat-zat ini terhadap lembab dan kecenderungannya menguap jika
dipanaskan (misalnya selama pengeringan granulasi).Penyedap berair (larut air)
kurang dpat diterima karena stabilitasnya kurang seiring dengan bertambahnya
waktu.Karena oksidasi dapat merusak mutu penyedap, minyak biasanya
diemulsikan dengan gom arab dan disemprot kering. Penyedap kering lebih
mudah ditangani dan pada umumnya lebih stabil daripada minyak. Biasanya
jumlah maksimum minyak yang dapat ditambahkan pada granulasi tanpa
mempengaruhi ikatan atau sifat aliran adalah 0,75 % b/b.Pemanis ditambahkan
terutama pada tablet kunyah jika pembawa yang biasa digunakan seperti
manitol, sukrosa dan dekstrosa tidak cukup untuk menutupi rasa komponen.
9. Zat pewarna
Tujuan dari penambahn pewarna pada tablet antara lain:
1. Untuk memberi identitas pada produk yang kelihatannya sama dalam suatu
jalur produk dalam satu industry farmasi atau dalam hal produk yang
penampilannya sama dengan produk industry farmasi yang berbeda.
2. Warna dapat membantu meminimalkan kemungkinan kesimpangsiuraan
selam pembuatan.
3. Penambahan warna pada tablet untuk menambah nilai estetik atau nilai
pemasarannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa peranan utama zat pewarna dalam tablet adalah
untuk memudahkan identifikasi dan meningkatkan penampilan estetik
produk.
Jenis zat pewarna:
a. Pewarna yang larut air, member warna yang jernih.
b. Pigmen yang tidak larut yang harus didispersikan dalm produk.
c. Pewarna dalam bentuk pigmen khusus atau ‘lakes’. Dalam hal ini pewarna
di adsorpsikan pada subtract inert, biasanya aluminium hidroksida. Pigmen
ini dapat langsung ditambahkan kedalam formulasi tablet.
2.6.3 Granulasi
Granulasi adalah setiap proses membesarkan ukuran partikel- partikel kecil dengan
mengumpulkannya bersama-sama menjadi agregat yang lebih besar dan permanen
untuk membuatnya mengalir bebas yang serupa dengan pasir kering.
3.1 Formulasi
2. Zat tambahan
a. LAKTOSA
Laktosa adalah gula yang diperoleh darisusu. Dalam bentuk anhidrat atau
mengandung satu molekul air hidrat.
Nama resmi : Laktosa
Sinonim : Laktosa, saccharum lactis
Pemerian : Berupa serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih
krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.
Hikroskopik : Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau dan tidak
terpengaruh dengan kelembapan suhu ruangan.
Berat jenis : 1.589 g/cm3
Titik leleh : 2230 C
Kegunaan : Sebagai bahan pengisi .
konsentrasi 5-80% ( sediaan solida hal.22)
Alasan pemilihan :
1) laktosa memiliki bentuk yang amorf sehingga laktosa memiliki sifat alir
yang baik.
2) laktosa memiliki bentuk yang amorf sehinga struktur mikrokristalnya
beraturan hal ini menyebabkan berat jenis laktosa besar sehingga cocok
digunakan sebagai zat pengisi.
3) laktosa memiliki kelarutan yang mudah larut dalam air, sehingga dapat
membantu proses kelarutan pada saat dikonsumsi.
4) laktosa memberikan rasa manis di mulut
5) laktosa tidak higroskopis sehingga tidak akan mebuat tablet menjadi lembek.
6) memiliki kompresibilitas yang baik
7) memiliki nilai titik leleh yang tinggi (2020C) sehingga tidak akan menjadi
8) lunak pada saat terkena tekanan kompresi
b. PVP (POVIDONE)
Pemerian : serbuk putih, agak putih atau tidak berbau, serbuk higroskopik
Kelarutan : mudah larut dalam suasana asam, sukar larut dalam etanol 95%
metanol dan asam asetat.
Berat jenis : 0,29-0,39 g/ml
pH : 3,0-7,0
konsentrasi : 0,5-5 %
stabilitas :stabil pada pemanasan 110-180 0C
ott : tidak bercampur dengan garam anorganik, resin alam dan sintetis
sulgatiaazole, sodium salisilat, asam salisilat, fenorbarbital dan tanin.
Kegunaan : sebagai zat pengikat
Wadah dan pnyimpanan : di wadah yang tertutup rapat dan disimpan
ditempat yang sejuk dan juga ditempat yang kering.
Alasan pemilihan : PVP bersifat higrokopik yang baik digunakan sebagai
zat pengikat dalam tablet kunyah dan menghasilkan kompresbilitas yang
baik.
c. ASPARTAME
pemerian : bubuk, putih, krim, kristal, hampir tidak berbau, dengan rasa
yang sangat manis.
Kelarutan : sedikit larut dalam etanol (95%). Sedikit larut dalam air,
kelarutan menigkat yang lebih tinggi dari pH yang lebih asam .
Ph : 4,5-6,0
Stabilitas : sangat stabil dalam keadaan kering
Inkopabilitas : aspartame tidak sesuai dengan di basic kalsium, fosfat dan
juga pelicin magnesium stearat, tidak bisa bereaksi dengan alkohol.
Penyimpanan : aspartame stabil dengan keadan kering, suhu panas yang
berkepanjangan mengakibatkan degradasi. Disimpan tertutup baik kondisi
kering dan sejuk.
Alasan peemilihan : digunakan sebagai pemanis yang menutupi zat aktif
yang sedikit ahit serta dapat meninggalkan rasa manis di mulut.
d. TALC
1) Talk merupakan serbuk hablur yang sangat halus sehingga talk memiliki
sifat alir yang baik.
2) Karena bentuknya yang sangat halus dan memiliki sifat alir yang baik maka
talk dapat terdistribusi keseluruh bagian tablet.
3) Bentuknya yang sangat halus dapat mengurangi gesekan antar aprtikel
sehingga talk cocok digunakan untuk glidan.Konsentrasi talkum sebagai
glidan adalah 1-10 %.
(Farmakope Idonesia IV hal 771; Handbook of Pharmaceutical Excipient edisi
6 hal728 )
e. PATIJAGUNG
Pemerian : serbuk sangat halus, putih
Kelarutan : praktis tidak larut dalam dingin d
Stabilitas : amilum yang kering dan tidak dipanasi stabil jika terlindung dari
cahaya saat digunakan sebagai disentegran pada sediaan padat, amilum
dipertimbangkan sebagai bahan inert di bawah kondisi penyimpanan normal.
Namun larutan amilum yang dipanaskan atau pasta amilum secara fisik tidak
stabil dan rentan serangan mikroorganisme.
pH : 4,0-7,0
Konsentrasi : 1-20 %
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
1.1.2 Perhitungan Dosis
1
Dosis parasetamol (Dosis 250mg – 500mg, Waktu paruh/ t 2 = 2 - 4 jam )
1
( x Do)1/2 x t1/2
2
Rumus:Do Efektif = x100%
100
1
Dipilih t = 2 karena untuk dosis memilih rentang yang terkecil
2
1 1
(2 X500) 2 2
Co = X 100%
100
= 62.5 %
Sediaan 500mg
1. Parasetamol : 250 mg
2
2. PVP : 100 x 500mg : 10 mg
2
3. Talk: 100 x500 = 10 mg
8
4. Pati jagung 100 x 500 = 40 mg
5
5. Aspartame : 100 x 500mg = 25mg
(Granulasi Basah)
1.2 Evaluasi
1.3.1 Evaluasi granul
A. Uji kadar air
1) Ditimbang granul yang belum dioven, dicatat
2) Ditimbang granul setelah dioven, dicatat
3) Dihitung kadar airnya menggunakan rumus
% kadar air = Wo – Wt x 100%
Wo
Dimana :
Wo = berat granul basah sebelum di oven
Wt = berat granul kering setelah di oven
B. Uji waktu alir
1) Memasukkan granul dalam corong
2) Tutup bagian bawah corong
3) Nyalakan stopwatch
4) Lepas tutup pada bagian bawah corong
5) Catat waktu yang ditempuh granul melewati corong (waktu alir tidak lebih dari
10 detik)
C. Uji pembentukan sudut
1) Granul yang telah melewati corong akan membentuk gundukan seperti gunung
2) Ukur tinggi tumpukan granul (h)
3) Ukur jari-jari tumpukan granul (r)
4) Hitung besar sudut yang dibentuk dengan rumus :
h
Tan α = R
D. Uji kompresibilitas
1) Masukkan granul dalam gelas ukur
2) Ukur tinggi awal dari granul
3) Ketuk gelas ukur sampai tidak terjadi perubahan tinggi
4) Ukur tinggi akhir dari granul
5) Hitung prosentase nilai kemampatannya dari selisih tinggi akhir dan awal
Vo−Vi
6) Kompresibilitas = × 100 %
Vo
B. Uji kekerasan
1) Diambil 5 tablet
2) Tablet diletakkan ditengah dan tegak lurus dengan plan penekan hardness
tester
3) Atur skala pada skala 0 setelah itu putar pelan-pelan sampai tablet pecah
Standart Hasil
Standart Hasil
F. Uji organoleptis
Digunakan untuk mengetahui karakteristik sediaan yang meliputi bentuk, warna, dan bau
Standart Hasil
Bentuk
Warna
Rasa
Bau