Anda di halaman 1dari 26

Cover laporan remi praktikum Analisis Farmasi

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN


Percobaan : 2
Judul Percobaan :
IDENTIFIKASI ZAT WARNA BUATAN LARUT YANG LARUT DALAM AIR
SECARA KROMATOGRAFI KERTAS

Dosen Pengampu
1. Niken Dyahariesti, S.Farm., Apt., M.Si
2. Agitya Resti Erwiyani, S.Farm., M.Sc., Apt

Gelombang II, Kelompok 2 :


1. Nova Atiaini (052191068)
2. Moudi Ayuty Viony P (052191069)
3. Resi Juliana (052191070)
4. Joesnayanti (052191071)
5. Rosiana Nugraheni (052191072)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................................1


Daftar Isi ............................................................................................................................2

A. Pembagian Jobdesk ...................................................................................................3


B. Judul Praktikum ........................................................................................................3
C. Tanggal Pelaksanaan .................................................................................................3
D. Tinjauan Pustaka .......................................................................................................3
a. Zat Pewarna ..........................................................................................................3
b. Jenis Zat Pewarna ................................................................................................. 4
c. Teknik Analisa Makanan ......................................................................................15
d. Kromatografi ........................................................................................................16
e. Dampak .................................................................................................................
E. Alat dan Bahan ..........................................................................................................18
F. Metode/Cara Kerja (skematik) ................................................................................18
1. Pengujian Organoleptis ........................................................................................18
2. Pembuatan Larutan Uji .........................................................................................18
3. Pembuatan Larutan Baku .....................................................................................19
4. Pembuatan Eluen ..................................................................................................20
5. Identifikasi Kromatografi .....................................................................................20
G. Hasil Praktikum .........................................................................................................21
H. Pembahasan ...............................................................................................................22
I. Kesimpulan ................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................25


Lampiran ...........................................................................................................................26

2
A. Pembagian Jobdesk
NAMA JOB
Nova Atiaini Cover, dasar teori dapus, dan editing
Moudi Ayuty Viony P
Resi Juliana Alat dan bahan sampai prosedur kerja, data
dan analisis.
Joesnayati Pembahasan, kesimpulan dan Lampiran
Rosiana Nurgaheni

B. Judul Praktikum
Identifikasi Zat Warna Buatan Larut Yang Larut Dalam Air Secara Kromatografi
Kertas

C. Tanggal Pelaksanaan
18 Maret 2020

D. Tinjauan Pustaka
a. Zat Pewarna
Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau
memberi warna pada makanan. Zat warna adalah senyawa organik berwarna yang
digunakan untuk memberi warna suatu objek (Jana, 2007)
Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada
beberapa faktor, diantaranya cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizinya. Disamping itu
ada faktor lain, misalnya sifat mikrobiologis. Tetapi sebelum faktor-faktor lain 
dipertmbangkan, secara visual faktor warna tampil dahulu dan kadang-kadang sangat
menentukan (Winarno, 2004).
Selain sebagai fungsi yang menentukan mutu, warna juga dapat digunakan
sebagai indikator kesegaran atau kematangan, baik tidaknya pencampuran atau cara
pengolahan dapat ditandai adanya warna yang seragam dan merata (Winarno, 2004).
Penambahan bahan pewarna pada pangan dilakukan untuk beberapa tujuan antara
lain memberi kesan menarik, menyeragamkan warna makanan, menstabilkan  warna,
menutupi perubahan warna selama proses pengolahan, dan mengatasi perubahan warna
selama penyimpanan (Winarno, 2004).

Ada 5 sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna, yaitu :

3
1. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan, misalnya klorofil
berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan mioglobin menyebabkan warna merah
pada daging.
2. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan membentuk warna coklat pada
kembang gula, karamel atau roti yang dibakar.
3. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Maillard, yaitu antara gugus amino
protein dan gugus karbonil gula pereduksi. Misalnya susu bubuk yang  disimpan
lama akan berwarna gelap.
4. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna hitam atau
coklat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam serta enzim,
misalnya warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong.
5. Penambahan zat warna, baik zat warna alami ataupun zat warna sintetik, yang
termasuk golongan bahan aditif makanan (Winarno, 2004).

b. Jenis Zat Pewarna 


Aneka jenis pewarna ini ada yang berupa bubuk, pasta atau cairan. ada dua jenis
zat pewarna yaitu certified color dan unceretified color. Certified color merupakan zat
pewarna sintetik yang terdiri dari dye dan lake, sedangkan uncertified color adalah zat
pewarna yang berasal dari bahan alami (Setiawan, 1992).
1. Certified Color (pewarna sintesis)
Ada 2 macam yang tergolong Certified Color yaitu Dye dan Lake. Keduanya
adalah zat pewarna buatan. Zat pewarna yang termasuk golongan  dye telah melalui
prosedur  sertifikasi dan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Food and Drug
Administration (FDA). Sedangkan zat pewarna lake yang  hanya terdiri dari 1 warna
dasar, tidak merupakan warna campuran, juga harus mendapat sertifikat. Dalam
certified color terdapat spesifikasi yang mencantumkan  keterangan penting
mengenai zat pewarna tertentu, misalnya berbentuk garam, kelarutan dan residu yang
terdapat didalamnya (Sumarlin, 2010).
a. Dye
Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air dan
larutannya dapat mewarnai. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah
gliserin, alkohol dan propilenglikol. Dye juga dapat diberikan  dalam bentuk
kering apabila proses pengolahan produk tersebut kemudian ternyata
menggunakan air. Dye terdapat dalam bentuk bubuk, butiran, pasta maupun cairan

4
yang penggunaannya tergantung dari kondisi bahan, kondisi proses dan zat
pewarnanya sendiri ((Sumarlin, 2010).
Dye terbagi atas 4 kelompok yaitu Azo dye, Triphenylmethane dye,
Flourescein, dan Sulfonated Indigo.
a) Azo dye, terdiri dari:
1) FD&C Red No. 2 (Amaranth) No Indeks 16185
Amaranth termasuk golongan monoazo yang mempunyai satu ikatan N=N.
Amaranth berupa tepung berwarna merah kecoklatan yang mudah larut dalam air,
menghasilkan larutan berwarna merah lembayang atau merah kebiruan. Selain itu
juga mudah larut dalam propilonglikol, gliserol,  dan larut sebagian dalam alkohol
95%. Agak tahan terhadap cahaya, asam asetat 10%, HCl 10-30%, dan NaOH 10%,
sedangkan terhadap NaOH 30% kurang tahan dan menjadi agak keruh (Sumarlin,
2010).
Sebelumnya di Amerika penggunaan zat warna amaranth diizinkan secara
bebas tanpa adalanya keluhan atau laporan mengenai terjadinya keracunan. Pada
akhir tahun 1970 muncul hasil penelitian dua grup penelitian Soviet  mengenai
amaranth tersebut. Grup pertama melaporkan, zat warna amaranth bersifat
karsiogenik (menyebabkan kanker) sedangkan grup kedua menyimpulkan bahwa
zat warna tersebut bersifat embritoksik (meracuni janin). Setelah dilakukan
penelitian lanjutan dan hasilnya menyatakan bahwa zat warna amaranth bersifat
karsiogenik dan embritoksik maka sejak itu penggunaan zat warna amaranth di
amerika tidak diperbolehkan (Sumarlin, 2010).
Selain  bersifat karsiogenik dan embritoksik, zat warna amaranth dalam jumlah
besar dapat menimbulkan tumor, reaksi alergi pada saluran pernapasan dan
menyebankan hiperaktif pada anak (Trestiati, 2003).
2) Yellow No 5 (Tartrazine) No Indeks 19140
Tartrazine merupakan tepung berwarna kuning jingga yang mudah larut
dalam  air, menghasilkan larutan kuning keemasan. Kelarutanya dalam alkohol
95% hanya sedikit, dalam gliserol dan glikol mudah larut. Tartanizie tahan
terhadap cahaya, asam asetat,  HCL, dan NaOH 10%, NaOH 30% akan
menjadikan warna berubah kemerah-merahan.

5
Gambar Yellow No. 5

Penggunaan tartrazine dapat menyebabkan reaksi alergi, khususnya pada pada


individu yang sensitif terhadap asam asetilsiklik dan asam benzoat. Selain itu juga
dapat menyebabkan hiperaktif pada anak[ CITATION Sum10 \l 1033 ].
3) FD&C Yellow No 5 (Sunset Yellow) No Indeks 150985
Sunset Yellow termasuk golongan monazo, berupa tepung berwarna jingga,
sangat mudah larut dalam air, dan menghasilkan larutan jingga kekuningan.
Sedikit larut dalam alkohol 95% dan mudah larut dalam gliserol dan glikol.
Pemakaian alat-alat, mudah larut dalam alkohol tembaga akan menyebabkan
warna larutan zat warna menjadi keruh, coklat dan opaque (Jana, 2007).
Penggunaan sunset yellow dapat menyebabkan reaksi alergi, khususnya
pada pada individu yang sensitif terhadap asam asetilsiklik dan asam benzoat.
Selain itu juga dapat menyebabkan hiperaktif pada anak. Pada jumlah yang
sedikit sunset yellow dapat menyebabkan radang selaput lendir pada hidung,
sakit pinggang, muntah-muntah dan gangguan saluiran pencernaan (Trestiati,
2003).
4) FD&C Red No 4 (Panceau SX) No Indeks 14700
Panceau SX berupa tepung merah, mudah larut dalam air dan
memberikan larutan berwarna jingga. Larutan dalam gliserol dan glikol,
mudah larut dalam alkohol 95%. Sifat ketahanannya hampir  sama dengan
amaranth, sedikit luntur oleh asam asetat 10%, NaOH 30% akan membuat
larutan berwarna kekuningan. Cu membuat warna larutan menjadi kuning,
gelap, dan keruh baik pada larutan netral maupun asam (Jana, 2007).

b) Triphenymethane dye, terdiri dari :


2) FD&C Blue No 1 (Brilliant Blue) No Indeks 42090
Zat pewarna ini termasuk Triphenylmethane dye, merupakan tepung
berwarna ungu perunggu. Bila dilarutkan dalam  air menghasilkan warna hijau
kebiruan, larut dalam glikol dan gliserol, agak larut dalam alkohol 95%. Zat

6
warna ini tahan terhadap asam asetat, tetapi agak luntur oleh cahaya agak tahan
terhadap HCl 10%, tetapi menjadi berwarna kehijauan, sedangkan dalam HCl
30% akan membentuk warna merah anggur(Jana, 2007).
1) FD&C Green No 3 (Fast Green) No Indeks 42053
Tepung zat warna ini berwarna ungu kemerahan atau ungu kecoklatan
dan bila dilarutkan dalam air menghasilkan warna hijau kebiruan. Zat ini juga
larut dalam alkohol 95%, tetapi lebih mudah  larut dalam campuran air dan
alkohol. Zat ini juga larut dalam gliserol dan glikol. Fast Green  agak mudah
luntur dengan adanya cahaya dan tidak tahan terhadap HCl 30%, bila
ditambahkan alkali, akan berwarna ungu. kontak dengan Cu akan menjadikan
warna coklat.
2) FD&C Violet No 1 (Benzylviolet 4B)
Zat pewarna ini berbentuk tepung berwarna ungu, larut dalam air,
gliserol, glikol dan alkohol 95%. Menghasilkan warna ungu cerah, tidak larut
dalam minyak dan eter. Zat pewarna ini mudah luntur oleh cahaya, sedangkan
terhadap asam asetat agak tahan(Jana, 2007).

c) Fluorescein
a) FD&C Red No 3 (Erytrosine) No Indeks  45430
Zat pewarna ini termasuk golongan Fluorescein. Berupa tepung coklat
larutannya dalam alkohol 95% menghasilkan warna merah yang berfluoresensi
sedangkan larutannya dalam air berwarna  merah cherry tanpa fluoresensi.
Larut dalam gliserol dan glikol, bersifat kurang tahan terhadap cahaya dan
oksidator, tetapi tahan terhadap reduktor dan NaOH 10% (Jana, 2007).

d) Sulfonated Indigo
a) FD&C Blue No 2 (Indigotin/Indigo Carmine) No Indeks 73015
Indigotine merupakan tepung berwarna biru, coklat, kemerah-merahan,
mudah laut dalam air dan larutannya berwarna biru. Larut dalam gliserol dan
glikol, sedikit larut dalam alkohol 95%. Zat warna ini sangat tidak tahan
terhadap cahaya, karena itu warnanya cepat menghilang (Jana, 2007).

b.  Lake
FD&C Lake diizinkan pemakainnya sejak tahun 1959, dan penggunannya meluas

7
dengan cepat. Zat pewarna ini merupakan gabungan dari zat warna (dye) dengan
radikal basa (Al atau Ca) yang dilapisi dengan hidrat alumina. Lake stabil pada Ph
3,5-9,5 dan diluar selang tersebut lapisan alumina pecah dan dye yang dikandungnya
terlepas. Sesuai dengan sifatnya yang tidak larut dalam air, zat pewarna ini digunakan
untuk produk-produk yang mengandung lemak dan minyak  daripada dye, karena
FD&C lake larut dalam lemak. Daya mewarnai FD&C lake adalah dengan
membentuk dispersi yang menyebar pada  bahan yang diwarnai (Jana, 2007).
Di Indonesia, karena undang-undang penggunaan zat pewarna belum ada,
terdapat kecenderungan penyalahgunaan pemakaian zat warna. Penggunaan pewarna
yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per IX/88, yang mengatur mengenai pewarna yang dilarang
digunakan dalam makanan. Pewarna yang diizinkan serta batas penggunannya
termasuk penggunaan bahan pewarna alami [ CITATION Set11 \l 1033 ].
Khusus untuk bahan pewarna, Departemen Kesehatan  telah menerbitkan
Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 2985/B/SK/79
tanggal 12 Nopember 1979 tentang wajib daftar pewarna makanan dan Peraturan
Menkes RI No.239/Menkes/Per/V/85 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan
sebagai bahan berbahaya. Penerbitan peraturan ini bertujuan untuk mencegah
pemakaian zat warna yang bukan untuk makanan ke dalam makanan [ CITATION
Set11 \l 1033 ].
Pada tabel berikut dapat dilihat beberapa zat warna sintesis yang dilarang
penggunaannya dalam makanan.
Tabel 1. Nama-nama zat pewarna sintesis yang  dilarang digunakan di
dalam makanan
No Nama Indeks Warna
1 Auramine ( CI Basic Yellow 2) 41000
2 Alkanet 75520
3 Butter Yellow (CI Solvent Yellow 2) 11020
4 Black 7984 (Food Black 2) 27755
5 Burn Umber  (CI Basic Orange 7) 77491
6 Chrysoidinie (CI Basic Orange 2) 11270
7 Chrysoine S (CI Food Yellow AB) 14270
8 Citrus Red No.2 12156
11 Fast Yellow AB (CI Food Yellow 2) 13015
12 Guinea Green B (CI Acid Green No 3) 42085
15 Methanyl Yellow 13065
16 Oil Orange SS (CI Solvent Orange 2) 12100

8
17 Oil Orange XO (CI Solvent Orange 7) 12170
18 Oil Yellow AB (CI Solvent Yellow AB) 11380
19 Oil Yellow OB (CI Solvent Yellow 6) 11390
20 Orange G (CI Food Orange 4) 16230
21 Orange GGN (CI Food Orange 2) 15980
22 Orange RN 15970
23 Orchil dan Orcein  -
24 Ponceu 3R (CI Red 6) 16155
25 Ponceu SX (CI Food Red 1) 14700
26 Ponceu 6R (CI Food Red 8) 16290
27 Rhodamine B (CI Food Red 15) 45170
28 Sudan I (CI Solvent Yellow 14) 12055
29 Scarlet GN (Food Red 2) 14815
30 Violet 6B 42640
Sumber : Depkes, RI (1995)

Tabel 2.   Jenis pewarna sintesis pada produk makanan dan batas maksimum
penggunaannya
Batas Maksimum
No. Nama BTM Jenis / Bahan Makanan
penggunaan
1. Biru berlian Kapri kalengan, ercis 100 mg – 300 mg /
kalengan, es krim, jem, acar kg
ketimun dalam botol, saus
apel kalengan, makanan lain,
jeli
2 Coklat HT Minuman ringan, makanan 70 mg – 300 mg /
lain, makanan cair kg
3 Eritrosin Es krim, buah pir 15 mg – 300 mg /
kalengan, jem, udang kg
beku, saus apel kalengan,
makanan lain, jeli,
4 Hijau FCF yoghurt, irisan daging 100 mg – 300mg /
olahan, Es krim, buah pir kg
kalengan, jem, saus apel
kalengan, makanan lain,
jeli
5 Hijau S Minuman ringan, makanan 70 mg – 300 mg /
lain, makanan cair kg
6 Indigotin Es krim, jem, saus apel 6 mg – 300 mg /

9
kalengan, makanan lain,
jeli, Yoghurt kg
7 Karmiosin  Minuman ringan, makanan
lain, makanan cair, es 57 mg – 300 mg /
krim, Yoghurt kg
8 Kuning FCF  Minuman ringan, makanan
lain, makanan cair, es 12 mg – 300 mg /
krim kg
9 Kuning kuinolin Es krim,  makanan lain 50 mg – 300 mg /
kg
10 Merah Alura Minuman ringan, makanan 70 mg – 300 mg /
lain, makanan cair kg
11 Ponceau 4R Minuman ringan, makanan
lain, es krim, yoghurt, 30 mg – 300 mg /
jem, jeli kg
12 Tartrazin Minuman ringan, makanan
cair, makanan lain, es 18 mg – 300 mg /
krim, Yoghurt kg
Sumber : Depkes, RI (1995)
Penggunaan bahan pewarna buatan yang tidak direkomendasikan oleh
Departemen Kesehatan (Depkes) RI atau oleh FDA dapat menimbulkan gangguan
kesehatan, seperti timbulnya kanker usus dan pankreas. Hal ini disebabkan oleh
kandungan arsen melebihi 0,00014% dan timbal melebihi 0,001%. Adapun batas
konsumsi untuk zat pewarna buatan yang direkomendasikan oleh Depkes berkisar
1,25-1,5 mg/kg berat badan (untuk warna merah), 2,5 mg/kg, berat badan (untuk
warna biru), 12,5 mg/kg berat badan (untuk warna hijau), dan 5-7,5 mg/kg (untuk
warna kuning) (Jana, 2007).
Bahan pewarna Rhodamine B  untuk warna merah dan Metanil Yellow untuk
warna kuning, merupakan zat pewarna sintesis yang dilarang untuk produk makanan
karena dalam bahan tersebut mengandung residu logam berat yang sangat
membahayakan bagi kesehatan (Trestiati, 2003).
Rhodamine B adalah bahan pewarna untuk kertas, bulu domba dan sutera.
Rodamine B berasal dari Metaliniat dan Dipanel Alanin sehingga mudah mudah larut
dalam alkohol. Struktur rhodamin B dapat ditunjukkan pada gambar berikut.

10
Gambar .Rhodamin B
Molekul C28H31ClN2O3. Bobot Molekul (BM) 479. Titik Lebur 1650C. Kelarutan
sangat larut dalam air dan alkohol; sedikit larut dalam asam hidroklorida dan natrium
hidroksida (Trestiati, 2003).
Rhodamin B adalah zat warna sintetik berbentuk serbuk kristal berwarna
kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi
dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah (Trestiati, 2003). D & C Red 19
termasuk golongan pewarna xanthene basa. Rhodamin B dibuat dari meta-
dietilaminofenol dan ftalik anhidrid. Kedua bahan baku ini bukanlah bahan yang boleh
dimakan. Rhodamin B dapat digunakan untuk pewarna kulit, kapas, wool, serat kulit
kayu, nilon, serat asetat, kertas, tinta dan vernis, sabun, dan bulu (Trestiati, 2003).
Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B antara lain warna kelihatan cerah
(berwarna-warni) sehingga tampak menarik, ada sedikit rasa pahit (terutama pada
sirup atau limun), muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengkonsumsinya, dan
baunya tidak alami sesuai makanannya.  Sedangkan tanda-tanda dan gejala akut bila
terpapar Rhodamin B secara langsung yaitu jika terhirup dapat menimbulkan iritasi
pada saluran pernapasan, jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit, jika
terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, jika tertelan dapat menimbulkan
gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda (Trestiati, 2003)..
Di beberapa Negara penggunaan Rhodamin B pada berbagai produk telah
dilarang contohnya Uni Eropa tidak diperbolehkan untuk kosmetik, Hungaria tidak
diperbolehkan untuk kosmetik, Jepang: tidak diperbolehkan  untuk makanan, obat,
dan kosmetik, Korea Selatan diperbolehkan untuk kosmetik (klorida, stearat, dan
asetat), Afrika Selatan tidak diperbolehkan untuk kosmetik, Taiwan tidak
diperbolehkan untuk kosmetik (dalam bentuk klorida, stearat, dan asetat. Klorida juga
dalam bentuk lake aluminum), USA tidak diperbolehkan untuk obat dan kosmetik.
Berdasarkan criteria kesehatan dunia (WHO) Metanil Yellow memiliki tingkat
keracunan tiga (Trestiati, 2003).
Nama Kimia tropaeolin G; 3-[[4-(phenylamino) phenyl] azo] benzenesulfonic
acid monosodium salt.  Bobot Molekul: 375,38 g/mol. Kelarutan larut dalam air,

11
alkohol, sedikit larut dalam benzen, dan agak larut dalam aseton (Trestiati, 2003).
Metanil yellow adalah zat warna sintetik berbentuk serbuk berwarna kuning
kecoklatan, larut dalam air, agak larut dalam aseton. Metanil yellow merupakan
senyawa kimia azo aromatik amin yang dapat menimbulkan tumor dalam berbagai
jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan atau jaringan kulit. Metanil kuning
dibuat dari asam metanilat dan difenilamin. Kedua bahan ini bersifat toksik. Metanil
yellow merupakan pewarna tekstil yang sering disalahgunakan sebagai pewarna
makanan. Pewarna tersebut bersifat sangat stabil. Metanil yellow biasa digunakan
untuk mewarnai wool, nilon, kulit, kertas, cat, alumunium, detergen, kayu, bulu, dan
kosmetik. Pewarna ini merupakan tumor promoting agent. Metanil yellow memiliki
LD50 sebesar 5000mg/kg pada tikus dengan pemberian secara oral (Jana, 2007).
Badan Pengawasan Obat dan Makanan memasukkan rhodamin B dan metanil
yellow dalam daftar bahan tambahan makanan yang tidak boleh dikonsumsi.
Rhodamin B bersifat karsinogenik pada tikus yang telah diinjeksi pewarna tersebut
secara subkutan. LD50 rhodamin B pada tikus yang diinjeksikan secara intravena
adalah 89,5 mg/kg (Jana, 2007).

2.  Uncertified Color Additive (pewarna alamai)


Zat pewarna yang termasuk dalam uncertified color adalah zat pewarna alami
(ekstrak pigmen dari tumbuh-tumbuhan) dan zat pewarna mineral, walaupun ada juga
beberapa zat pewarna seperti β-karoten dan kantaxantin yang telah dapat dibuat sintetik.
Untuk penggunaannya, zat warna ini bebas dari prosedur sertifikasi dan termasuk dalam
daftar yang telah tetap. Satu-satunya zat pewarna uncertified yang penggunaannya masih
bersifat sementara adalah Carbon Black. Tabel berikut mencantumkan jenis pewarna
alami dan sintesis pada produk makanan dan batas maksimal penggunaannya (Jana,
2007).

Tabel 3. Jenis pewarna alami pada produk makanan dan batas maksimum
penggunaannya.
No Batas Penggunaan
Nama BTM Jenis / Bahan Makanan
. Maksimun
1 Anato Es krim, lemak, minyak
100 mg – 600 mg /
kacang, margarin, keju,
kg
minyak kelapa

12
2 β-Apo-8’ Es krim, lemak, minyak 100 mg – 200 mg /
karotenal makan, jem, jeli kg
3 Etil β -Apo-8’ Es krim, lemak, minyak 100 mg – 200 mg /
karotenoat makan, jem, jeli kg
4 Kantaxantin Es krim, lemak, minyak
makan, jem, jeli, udang 30 mg – 60 mg / kg
Kalengan
5 Karamel, Es krim, jem, jeli, jamur
ammonia sulfit kalengan, acar ketimun
150 mg – 3 g / kg
process dalam botol. Yoghurt,
marmalade
6 Karamel jem, jeli, jamur kalengan,
150 mg – 300 mg /
acar ketimun dalam botol,
kg
Yoghurt
7 Karmin Yoghurt 20 mg / kg
Keju, kapri kalengan,
acar ketimun dalam botol,
Β-karoten es krim, lemak, minyak 100 mg / kg
makan, minyak kacang,
8 minyak kelapa, mentega
9 Klorofil jem, jeli, keju 200 mg / kg
10 Klorofil tembaga Es krim, acar ketimun 100 mg – 300 mg /
Complex dalam botol, keju  kg
11 Kurkumin Es krim, lemak, minyak
makan, minyak kelapa, 500 mg / kg
Mentega
12 Riboflavin Acar ketimun dalam 50 mg – 300 mg /
botol, keju, es krim kg
13 Titanium Kembang gula Secukupnya
Dioksida
Sumber : SNI, 1992.
Contoh zat pewarna alami :
3) Warna merah diperoleh dari Karmin, Angkak, Likopen, Antosian
4) Warna coklat diperoleh dari Karamel dan Kakao 
5) Warna kuning diperoleh dari Kurkumin, lakto lavin 
6) Warna jingga diperoleh dari Karoten 
7) Warna hijau diperoleh dari Klorofil 

13
Contoh zat pewarna mineral :
a) Warna biru              : Ultramarine 
b) Warna merah          : Cinaber
c) Warna kuning         : Baryt yellow, Lead chromate, Kadmium sulfide
[ CITATION Set11 \l 1033 ].
Di negara-negara yang telah maju, suatu zat sintetik harus melalui berbagai prosedur
pengujian sebelum dapat digunakan sebagai zat pewarna makanan. Zat pewarna yang
diijinkan penggunaannya dalam makanan dikenal sebagai certified color. Untuk
penggunaan zat warna tersebut harus dapat menjalani tes dan prosedur penggunaan yang
disebut proses sertifikasi [ CITATION Set11 \l 1033 ].
Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis
media terhadap zat warna tersebut. Proses pembuatan zat pewarna sintetik  biasanya
melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi
oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik
sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa dahulu yang kadang-kadang
berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hasil akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa
baru yang berbahaya [ CITATION Set11 \l 1033 ].
c. Teknik Analisa Makanan
2. Teknik Analisa Modern
Di laboratorium yang maju, analisis pewarna makanan sudah secara rutin
dilakukan, dengan berbagai metoda, teknik dan cara. Sebagian besar dari cara analisa
tersebut masih berdasarkan suatu prinsip kromatografi atau pun menggunakan alat
spektrophotometer. Cara tersebut digunakan untuk mendeteksi zat pewarna tersebut
secara teliti, karena itu minimal diperlukan fasilitas yang cukup canggih serta dituntut
tersedianya berbagai pelarut organik, yang biasanya cukup mahal harganya. Di
samping itu teknik tersebut juga memerlukan tenaga terampil yang profesional.
Molar extinction coefficient Rhodamin B adalah 106,000 M-1cm-1 pada panjang
gelombang 542,75 nm (Devianti et al, 2010).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari beberapa metoda yang
praktis tetapi teliti untuk mengidentifikasi adanya pewarna sintetik dan bila perlu
dapat membedakan jenis pewarna sintetik dalam makanan. Hal tersebut penting
sekali bagi laboratorium pangan, pembuat kebijaksanaan dan organisasi pelindung
konsumen agar mempunyai suatu teknik atau metoda analisis yang cepat cara

14
kerjanya dan dapat membedakan antara zat pewarna makanan dengan pewarna tekstil
(Devianti et al, 2010).
3. Teknik Analisa Sederhana
Deteksi zat pewarna sintetik dapat dilakukan secara sederhana dengan
menggunakan peralatan yang sederhana, seperti gelas, air dan kertas saring. Sehingga
tidak diperlukan adanya pelarut ataupun memerlukan tersedianya peralatan khusus.
Metoda ini dapat dikerjakan di rumah maupun di lapangan. Keistimewaan atau
keuntungan penting dari metoda tersebut adalah karena cara analisisnya tidak
membutuhkan ketersediaan zat pewarna-pewarna standar apapun (Devianti et al,
2010).
Ide dari metoda sederhana ini didasarkan pada kemampuan zat pewarna tekstil
yang berbeda dengan zat pewarna makanan sintetis, di antaranya karena daya
kelarutannya dalam air yang berbeda. Zat pewarna tekstil seperti misalnya Rhodamin
B (merah), Methanil Yellow (kuning), dan Malachite Green (hijau), bersifat tidak
mudah larut dalam air. (Devianti et al, 2010).

15
d. Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan
tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase tetap (
stationary) dan yang lain fase bergerak  (mobile); pemisahan-pemisahan tergantung
pada gerakan relative dari dua fase ini  (Sastrohamidjojo (1991) dalam Devianti et al,
2010 ).
a. Kromatografi kertas
Prinsip kerjanya adalah kromatography kertas dengan pelarut air (PAM,
destilata, atau air sumur). Setelah zat pewarna diteteskan di ujung kertas rembesan
(elusi), air dari bawah akan mampu menyeret zat-zat pewrna yang larut dalam air
(zat pewarn makanan) lebih jauh dibandingkan dengan zat pewarna tekstil.
Sejumlah cuplikan 30-50 g ditimbang dalam gelas kimia 100 ml,
ditambahkan asam asetat encer kemudian dimasukan benang wool bebas lemak
secukupnya, lalu dipanaskan di atas nyala api kecil selama 30 menit sambil
diaduk. Benang wool dipanaskan dari larutan dan dicuci dengan air dingin
berulang-ulang hingga bersih. Pewarna dilarutkan dari benang wool dengan
penambahan ammonia 10% di atas penangas air hingga bebas ammonia.
Totolkan pada kertas kromatografi, juga totolkan zat warna pembanding
yang cocok (larutan pekatan yang berwarna merah gunakan pewarna zat warna
merah). Jarak rambatan elusi 12 cm dari tepi bawah kertas. Elusi dengan eluen 1
(etilmetalketon : aseton : air = 70 : 30 : 30) dan eluen II (2 gr NaCl dalam 100 ml
etanol 50%). Keringkan kertas kromatografi di udara pada suhu kamar. Amati
bercak-bercak yang timbul. Perhitungan / penentuan zat warna dengan cara
mengukur nilai Rf dari masing-masing bercak tersebut, dengan cara membagi
jarak gerak zat terlarut oleh jarak zat pelarut (Devianti et al, 2010).

b. Kromatrogafi lapis tipis


Diantara berbagai jenis teknik kromatrografi, kromatografi lapis tipis
(KLT) adalah yang paling cocok untukk analisis obat di laboratorium farmasi
(Stahl,1985). Kromatografi Lapis Tipis dapat digunakan untuk memisahkan
berbagai senyawa seperti ion-ion organik, kompleks senyawa-senyawa organik
dengan anorganik, dan senyawa-senyawa organik baik yang terdapat di alam dan
senyawa-senyawa organik sintetik. KLT merupakan kromatografi adsorbs dan
adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Empat macam adsorbs dan adsorben

16
bertindak sebagai fase stasioner. Empat macam adsorben yang umum dipakai ialah
silica gel ( asam silikat ), alumina ( aluminum oxydae ) , kieselguhr ( diatomeus
earth ) dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben tersebut yang paling bnayak
dipakai adalah silica gel karena hampir semua zat dapat dipisahkan oleh jenis
adsorban ini. Sifat sifat umum dari penyerapan-penyerap untuk kromatografi lapis
tipis ini adalah mirip dengan sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom. Dua
sifat yang penting dari penyerap adalah besar partikel dan homogenitasnya, karena
adhesi terhadap penyokong sangat bergantung pada mereka. Fase gerak ialah
medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Ia bergerak dalam di
dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori , karena ada gaya kapiler. Jika fase
gerak dan fase diam telah dipilih dengan tepat, bercak cuplikan awal dipisahkan
menjadi sederet bercak, masing-masing bercak diharapkan merupakan komponen
tunggal dari campuran. Perbedaan migrasi merupakan dasar pemisahan
kromatografi, tanpa perbedaan dalam kecepatan migrasi dari senyawa,tidak
mungkin terjadi pemisahan (Devianti et al, 2010).

e. Dampak Penggunaan Zat pewarna Sintetis Terhadap Kesehatan


Penggunaan zat pewarna baik alami maupun buatan sebagai bahan tambahan makanan
telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/MenKes/Per/VI/88
mengenai Bahan Tambahan Makanan. Sedangkan zat warna yang dilarang digunakan
dalam pangan tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
239/MenKes/Per/V/85 mengenai Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan sebagai Bahan
Berbahaya.
Beberapa zat pewarna yang berdampak negatif terhadap kesehatan antara lain :
1. Rhodamin B
Rhodamin B merupakan pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau
atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan akan berwarna merah terang
berpendar/berfluorosensi. Rhodamin B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes
yang digunakan pada industri tekstil dan kertas, sebagai pewarna kain, kosmetika,
produk pembersih mulut,dan sabun. Nama lain rhodamin B Adalah D and C Red no 19.
Food Red 15, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine, dan Brilliant Pink.
Menurut WHO, Rhodamin B berbahaya bagi kesehatan manusia karena sifat kimia
dan kandungan logam beratnya. Rhodamin B mengandung senyawa klorin (Cl).
Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan reaktif. Jika tertelan,

17
maka senyawa ini akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan cara
mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat racun bagi tubuh. Selain
itu, rhodamin B juga memiliki senyawa pengalkilasi (CH3 - CH3) yang bersifat
radikal Sehingga dapat berikatan dengan protein, lemak, dan DNA dalam tubuh.
Konsumsi rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh
dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati,
kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya
kanker hati. (Badan POM RI, 2005)
2. Zat Pewarna Tartrazine & Indigotine
Sebagian besar zat pewarna makanan yang digunakan mengandung zat tartrazine
atau indigotine yang berasal dari batubara . Kedua zat tersebut merupakan racun bagi
tubuh. Racun ini umumnya ditemukan pada jus minuman, bumbu masak, bahkan
beberapa jenis keju.
3. Zat Pewarna Makanan Jenis Carnicogen
Zat pewarna makanan mengandung carnicogen, tartrazine dan indigotine yang
dapat memicu penyakit kanker, kanker kemih, tumor ginjal, tumor tiroid dan
komplikasi pada kalenjar andrenal. Semua jenis pewarna tersebut kerap digunakan
sebagai zat pewarna makanan anak – anak seperti permen gula, permen cheri, koktail
buah, minuman ringan, biskuit, dll.

E. Alat dan Bahan


1. ALAT
a. Chamber kromatografi
b. Kertas Whatmann No. 01
c. Pipa kapiler
2. BAHAN
a. Tri natrium sitrat
b. Ammonia 6%
c. Baku pewarna

F. Metode/Cara Kerja (skematik)


1. Dilakukan Organoleptis
2. Pembuatan Larutan Uji

18
Menimbang 4 gram tri natrium sitrat,kemudian
dilarutkan dalam 30 ml ammoniak

Mengencerkan dengan aquadest ad 200 ml

Fase gerak dibuat sebanyak 20 ml

Menghitung masing-masing fase gerak yang


dibutuhkan

3. Pembuatan Larutan Baku

Menyiapkan kertas saring untuk


penjenuhan (Chamber yang telah jenuh
ditandai dengan kertas yang basah)

Menyiapkan fase penyokongnya berupa


kertas whatman no. 1

Memberikan jarak 2 cm dari bawah


sebagai tanda tempat penotolan spot, dan
7 cm sebagai jarak elusi (diukur 7 cm
diatas spot penotolan)

Melakukan penotolan dikertas whatman


no. 1 sebanyak 5 spot, meliputi 1 spot
sampel dan 4 spot baku pewarna

Memasukan kertas whatman yang telah


ditotolkan ke dalam chamber yang sudah
jenuh, dan menunggu fase gerak
merambat sampai tanda batas elusi

Mengeringkan dan mengamati spot yang


terbentuk

19
4. Pembuatan Eluen

Diukur 30 mL, kemudian ditambahkan


aquadest sampai volume 200 mL

Ditimbang 4 gram serbuk trinatrium sitrat


dilarutkan pada larutan tersebut dan
dihomogenkan
5. Identifikasi Kromatografi

siapkan fase diam : yakni air yang terserap dalam


kromatografi kertas

Siapkan fase gerak dengan campuran 4 gram trinatrium


sitrat yang dilarutkan dalam 30 mL amoniak yang
diencerkan sampai 200 mL

Penjenuhan dengan kertas saring

Amati secara langsung warna yang timbul dan dicocokan


dengan baku pewarna

20
G. Hasil Praktikum

Perhitungan :

jarak yang ditempuh solut


Rf =
jarak yang ditempuh fase gerak

5,4 1,2
Rf sampel KK No. 2 = 7 = 0,77 : 7 = 0,17

1,3
Rf Dark Red =
7
= 0,18

5,6 3,7
Rf Apple Green =
7
= 0,8 :
7
= 0,52

5,5
Rf Briliant Blue =
7
= 0,78

3,9
Rf Tatrazin =
7
= 0,55

21
H. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami akan melakukan praktikum yang berjudul
“Identifikasi zat warna buatan larut yang larut dalam air secara kromatografi kertas.
Dalam praktikum ini dilakukan penelitian kualitatif dengan menggunakan
kromatografi kertas.
Penelitian ini menggunakan metode secara kromatografi. Kromatografi
adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan
antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen yang berada pada
larutan atau prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferesensial
dinamis dalam system yang terdiri dari dua fase atau lebih salah satunya bergerak
secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan didalamnya zat-zat itu
menunjukkan perbedaan mobilitas yang disebabkan dengan adanya perbedaan
dalam adsorben, partisi, kelarutan tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan
muatan ion sehingga masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan
metode.
Dalam praktikum ini sebelumnya dilakukan organoleptis setelah uji
organoleptis dilanjutkan pengujian sampel KK 2 dengam menggunakan metode
kromatografi kertas dengan bahan baku Pembanding Tartrazin, Dark Red, Apple
Green, Briliant Blue didapatkan hasil bahwa sampel KK 2 merupakan campuran
dark red dan briliant blue dilihat secara visual dan ditinjau dari nilai Rf sampel KK
2 yaitu 0,77 dan 0,17 yang mirip dengan Rf dark red yaitu 0,18 dan Rf briliant blue
0,78. Pewarna tartrazine masih diizinkan penggunaannya di Indonesia, namun di
Amerika Serikat penggunaannya tidak boleh secara bebas, melainkan harus
dicantumkan pada labelnya. Di Swedia dan Norwegia, penggunaannya telah
dilarang sama sekali. Hal ini karena tartrazine dapat menimbulkan dampak alergi
pada orangh-orang tertentu yang dapat menyebabkan asma dan pilek serta
menimbulkan hiperaktif pada anak-anak (Branen et al., 1990).
Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan RI telah mengeluarkan
Surat Keputusan tentang jenis pewarna alami dan sintetik yang diizinkan serta yang
dilarang digunakan dalam makanan pada tanggal 1 Juni 1979 No
235/Menkes/Per/VI/79. Kemudian disusul dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI tanggal 1 Mei 1985 No 293/Menkes/Per/V/85 yang berisikan jenis
pewarna yang dilarang dan terakhir telah dikeluarkan pula surat keputusan Menteri

22
Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 yang mengatur batas maksimum
penggunaan dan pewarna yang diizinkan di Indonesia.
Percobaan kromatografi selalu berkaitan dengan harga Rf. Besarnya jarak
yang ditempuh noda tergantung pada beberapa hal antara lain kelarutan antara noda
dan pelarutnya, jika noda dan pelarutnya bekerja dengan prinsip likedisolves like
(saling melarut karena memiliki sifat yang sama) maka noda tersebut akan lebih
mudah bergerak. Selain itu kemampuan pelarut untuk bergerak merambat pada
kertas saring atau sifat kapilaritas tinggi maka harga Rfnya akan lebih rendah.

23
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data percobaan sampel KK 2 merupakan campuran dari
dark red dan briliant blue dilihat secara visual melalui pengamatan mata dan
ditinjau dari Rf sampel KK 2 yaitu 0,77 dan 0,17 yang mirip dengan Rf dark red
yaitu 0,18 dan Rf briliant blue yaitu 0,78.

24
DAFTAR PUSTAKA
Azizahwati.,Kurniadi,M.,Hidayati,H.,2007, Analisis Zat Warna Sintetik Terlarang
untuk Makanan yang Beredar di Pasaran, Majalah Ilmu Kefarmasian,
Vol.IV, No.I, April 2007, 7-25

Branen, A.L., Davidson P.M & Salminen S.1990. Food Additives. New York and
Basel: Marcel dekker Inc

Deviyanti. (2010). Catatan Kimia. Teknik Analisa Pewarna Makanan.

Depkes RI,dan Dirjen POM, 1988. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


722/Menkes/Per/IX/1988/Tentang Bahan Tambahan Makanan, Jakarta

Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia Jakarta.

Jana, J. 2007. Studi Penggunaan Pewarna Sintetis (Sunset Yellow, Tartrazine dan
Rhodamin B) Pada Beberapa Produk Pangan di Kabupaten Sukabumi.
FMIPA. UMMI

Kurnia,F.B.,2013, Kajian Penggunaan Zat Adiktif Makanan (Pemanis dan


Pewarna) pada Kudapan Bahan Pangan Lokal di Pasar Kota Semarang,
FSCEJ2 (2)(2013)

SNI, 01-2895-1992. Cara Uji Pewarna Tambahan Makanan

Setiawan S, Nurjanah, I, Sukmaningsih, & Rustamaji E. 1992. Sebaiknya Anda


Tahu Bahan Tambahan Makanan. Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia.

Sumarlin, L. O. (2010). Identifikasi Pewarna Sintetis Pada Produk Pangan Yang


Beredar.
Trestiati, M. 2003. Analisis Rhodamin B pada Makanan dan Minuman Jajanan
Anak SD (Studi Kasus : Sekolah Dasar di Kecamatan Margaasih Kabupaten
Bandung). Thesis. ITB. Bandung.

Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta.

25
J. Lampiran

26

Anda mungkin juga menyukai