PROSES PEMBUAHAN”
Dosen Pembimbing :
Dewi kurniawati , MS
Disusun oleh:
1912142010172
PROGSUS S1 KEPERAWATAN
2019/2020
PEMBAHASAN
Renin Angiotensin Aldosteron System atau disebut juga RAAS adalah suatu
sistem/mekanisme hormon yang mengatur keseimbangan tekanan darah dan cairan dalam tubuh.
Dalam mekanisme ini ada beberapa hormon yang mempunyai peran penting, diantaranya adalah:
1. Renin : suatu enzim protein yang dilepaskan oleh ginjal bila tekanan arteri turun.
2. Angiotensin : merupakan enzim yang dibagi menjadi; angiotensin 1( enzim yang
mempunyai sifat vasokonstriktor ringan tapi dapat bertahan lama dalam darah);
angiotensin II (enzim yang mempunyai sifat vasokonstriktor kuat tapi hanya 1-2
menit dalam darah karena diinaktivasi angiotensinase).
3. Angiotensinogen : pengubah renin menjadi angiotensin 1
4. Angiotensin converting enzim(ACE): enzim pengubah angiotensin 1 menjadi 2.
5. Aldosteron : hormon steroid golongan mineralkortikoid yang dihasilkan oleh
korteks adrenal yang mempunyai fungsi untuk meningkatkan absorpsi natrium
dan meningkatkan sekresi kalium oleh sel epitel ginjal terutama sel prinsipal di sel
tubulus kolektivus .
Mekanisme kerja dari RAAS dapat dimulai dari 3 proses:
1. Penurunan volume darah yang menyebabkan terjadi penurunan tekanan darah di
glomerulus.(hipotensi/renal artery stenosis)
2. Stimulasi sel juxtaglomerular oleh saraf simpatis
3. Penurunan konsentrasi osmotic cairan tubular di macula densa.(penurunan kadar
sodium).
3 proses diatas dapat merangsang sel-sel jukstaglomerular di ginjal untuk melepaskan
enzim renin, kemudian renin ini akan bersirkulasi ke seluruh tubuh yang kemudian akan
bertemu dengan angiotensinogen yang diproduksi di hati untuk melepaskan enzim
angiotensin I. Angiotensin I akan berubah menjadi Angiotensin II setelah diubah oleh
Angiotensin Converting Enzim (ACE) yang dihasilkan oleh endotelium pembuluh paru.
Angiotensin II akan menyebabkan beberapa efek, yaitu :
1. vasokontriksi di seluruh tubuh terutama di arteriol yang akan meningkatkan
tahanan perifer total sehingga terjadi peningkatan tekanan arteri.
2. Menurunkan eksresi garam dan air sehingga meningkatkan volume ekstra sel
yang menyebabkan peningkatan tekanan arteri juga.
3. Merangsang sekresi aldosteron di kalenjar adrenal yang kemudian meningkatkan
reabsorpsi garam dan air oleh tubulus ginjal.
4. Merangsang central nervous system untuk menjadi haus sehingga kelenjar
pituitary posterior mengeluarkan hormon vasopresin (ADH) yang akan
menstimulasi reabsorpsi air di ductus collectivus dan peningkatan tonus simpatis,
meningkatkan cardiac output.
B. Proses pembuahan (fertilisasi)
Pengertian fertilisasi adalah pertemuan antara sel telur dan sperma di dalam tuba fallopi.
fertilisasi merupakan proses berfusinya pronukleus jantan pada sperma dengan pronukleus
betina pada ovum hingga berbentuk zigot yang berlangsung di dalam tuba falopii (saluran
telur).
Setelah bertemu antara sel telur dan sperma maka akan membentuk zigot kemudian
menjadi embrio yang nantinya akan menjadi cikal bakal janin. Janin akan berkembang di
dalam Rahim seorang ibu. Seorang ibu akan berperan aktif pada perkembangan si bayi.
Bisanya ibu akan menambah nafsu makan karena merasa lapar terus menerus.
Fungsi Fertilisasi yang terjadi bukanlah tanpa fungsi.Pada semua mahluk hidup
termasuk manusia, fertilisasi memiliki beberapa fungsi.Tak pelak, fungsi utama fertilisasi
adalah menghasilkan keturunan.
Beberapa hal yang diperlukan di dalam proses fertilisasi adalah sel telur, sel sperma, tuba
fallopi, dan rahim. Keempat hal tersebut adalah hal yang minimal harus ada agar bisa
fertilisasi bisa terjadi. Anda perlu tahu bahwa sel telur dan sel sperma haruslah sel yang sehat
dan tidak memiliki kekurangan untuk membuahi dan dibuahi. Selain itu, kedua sel gamet
tersebut harus merupakan dua sel gamet dari spesis yang sama. Fertilisasi hanya bisa terjadi
jika sel telur dan sel sperma dari spesis yang sama bertemu. Contohnya, sel telur manusia
akan dibuahi bila bertemu sel sperma manusia. Hal yang sama berlaku pada mahluk hidup
lainnya.
Berikut ini adalah beberapa tahap yang diperlukan selama proses pembuahan:
Tahap utama dari fertilisasi adalah proses pematangan kedua sel gamet, yaitu sel telur
dan sel sperma. Anda bisa melihat penjelasannya di bawah ini:
Sel telur yang bisa dibuahi adalah sel telur yang matang. Proses pematangan sel
telur ada di dalam ovarium. Di dalam ovarium ada sekantung sel-sel telur yang masih
muda, yaitu folikel.
Sel sperma akan menembus sel folikel yang terdapat pada struktur ovum. Pada
kepala sel sperma ( akrosom ) akan melepaskan enzim pencernaan(enzim hialuronidase ),
sehingga dia akan menghancurkan atau mencerna bagian membran pelusida sehingga
membran pelusida menjadi rusak dan nukleus dari sel sperma menyentuh membran sel
ovum, maka terjadi pengerasan bagian membran pelusida yang lain, ini terjadi karena ada
granula kortikal dibawah lapisan membran pelusida, sehingga sel sperma yang lain tidak
akan dapat masuk. Sementara nukleus sel sperma yg sudah merusak membran pelusida
masuk ke dalam ovum, sehingga terjadilah fertilitasi ( bertemunya nukleus sel sperma
dengan nukleus sel ovum ).
Peristiwa fertilisasi ini terjadi di saat sel spermatozoa dilepaskan dan dapat
membuahi ovum di ampula tuba fallopii. Sebanyak 300 juta spermatozoa diejakulasikan
ke dalam saluran genital wanita. Sekitar 1 juta yang dapat berenang melalui serviks,
ratusan yang dapat mencapai tuba fallopi dan hanya 1 yang dapat membuahi sel telur. Sel
spermatozoa mempunyai rentang hidup sekitar 48 jam (Cambridge, 1998).
Sebelum membuahi sel telur, spermatozoa harus melewati tahap kapasitasi dan
reaksi akrosom terlebih dahulu. (Kapasitasi merupakan suatu masa penyesuaian di dalam
saluran reproduksi wanita, berlangsung sekitar 7 jam. Selama itu suatu selubung
glikoprotein dari plasma semen dibuang dari selaput plasma yang membungkus daerah
akrosom spermatozoa. Sedangkan reaksi akrosom terjadi setelah penempelan
spermatozoa ke zona pelusida. Reaksi tersebut membuat pelepasan enzim-enzim yang
diperlukan untuk menembus zona pelusida yang terdapat pada akrosom (Sadler, 1996)
Oosit (ovum) akan mencapai tuba satu jam lebih setelah diovulasikan. Ovum ini
dikelilingi oleh korona dari sel-sel kecil dan zona pelusida yang nantinya akan menyaring
sel spermatozoa yang ada sehingga hanya satu sel yang dapat menembus ovum.
Folikel yang ada di dalam ovarium akan mengalami proses pematangan oleh
sebuah hormon yaitu FSH atau Follicle Stimulating Hormone (Hormon perangsang
folikel).Hormon FSH akan merangsang folikel agar tumbuh dan menjadi lebih besar yaitu
sekitar 20 mm. Hanya sel telur yang matang yang masih bertahan sedangkan yang
lainnya akan hancur. Setelah sel telur matang berhasil didapatkan maka folikel besar akan
merangsang hormon estrogen untuk membentuk lapisan rahim untuk tempat tumbuhnya
janin.
Lapisan rahim yang telah tumbuh ini akan ditangkap otak melalui hormon LH
(luteinizing hormone). Hormon LH inilah yang menjadi indikator untuk mendeteksi
kehamilan melalui test pack kehamilan.
Sel sperma juga harus melalui proses pematangan sebelum terjadinya proses pembuahan.
Proses pematangan sel sperma akan terjadi di dalam epididimis. Selama proses
pematangan, sel-sel sperma akan mendapatkan ‘modal’ untuk bisa membuahi. Akan
tetapi, hanya ada satu sperma terunggul yang berhasil membuahi sel telur.
Ovulasi
Setelah kedua sel gamet sama-sama matang maka harus terjadi proses ovulasi terlebih
dahulu. Sel telur matang yang didapatkan akan dilepas dari ovarium ke tuba fallopi sekitar
24 hingga 36 jam setelah hormon LH diproduksi. Sel telur yang ditangkap oleh tuba
fallopi akan tetap disitu hingga muncul sel sperma dan membuahinya.
Ejakulasi
Umumnya, proses pembuahan terjadi secara alami yaitu dengan cara hubungan intim
sehingga terjadi ejakulasi dan jutaan sel sperma masuk ke dalam vagina. Setiap ejakulasi
bisa terdapat sekitar 120 juta sel sperma per 1 mL cairan mani. Namun, tahap ejakulasi ini
berbeda bila proses pembuahan dilakukan secara fertilisasi in vitro (proses bayi tabung).
Jutaan sel sperma akan masuk ke dalam vagina dan terus berenang hingga mencapai tuba
fallopi.
Kapasitasi spermatozoa
Selama proses penyelaman sperma di dalam sistem organ kewanitaan, sperma akan
mengalami kapasitasi. Kapasitasi adalah proses penyesuaian sperma di dalam rahim
dengan cara melepas selubung glikoprotein. Dengan begitu, sperma akan tetap bertahan di
dalam rahim hingga bertemu dengan sel telur.
Perlekatan spermatozoa
Setelah mengalami kapasitasi, sel sperma harus bisa melekat dulu dengan zona
pelucida.Zona pelucida adalah lapisan terluar dari sel telur. Fungsi dari perlekatan
spermatozoa (sel sperma) pada zona pelucida adalah untuk memastikan bahwa jumlah
kromosom sperma sama dengan jumlah kromosom sel telur. Jika sel sperma yang bertemu
dengan sel telur manusia berbeda spesis maka sel sperma tersebut tidak dapat melekat
apalagi membuahi. Inilah tahap penting yang menjelaskan mengapa hanya spesis yang
sama yang dapat menghasilkan keturunan.
Reaksi akrosom
Sebelum spermatozoa menembus zona pelucida maka sel sperma harus mengalami reaksi
akrosom. Reaksi akrosom adalah reaksi di mana sel sperma mengalami proses pelepasan
enzim-enzim hidrolitik untuk mencerna zona pelucida sehingga dapat ditembus.
Zona pelucida yang telah diinduksi oleh reaksi akrosom dari sel sperma tertentu akan
dapat ditembus oleh sel sperma tersebut. Setelah itu, sel sperma pun akan melewati zona
pelucida.
Sel sperma yang berhasil menembus zona pelucida akan masuk ke dalam sitoplasma sel
telur dengan melepaskan ekornya. Hanya kepala spermatozoa saja yang masuk karena di
dalam itu mengandung kromosom termasuk kromosom X atau Y (penentu kelamin).
Kepala sel sperma yang akan masuk akan mengaktivasi sel telur untuk melanjutkan
pembelahan meiosis yang berguna untuk proses pembuahan. Selain itu, aktivasi sel telur
juga akan mencegah polispermia (mencegah masuknya sel sperma yang lain).
Setelah sel telur teraktivasi maka dinding terdalam sel telur akan terbentengi dari sel
sperma yang lain. Setelah itu, akan terbentuk pronukleus jantan dari dalam kepala sel
sperma dan pronukleus betina dari sel telur. Pembentukan pronukleus jantan dan betina
akan mengalami syngami atau penyatuan keduanya. Penyatuan kedua pronukleus ini akan
mengalami difusi dan terjadilah fertilisasi atau proses pembuahan.
Hasil dari fertilisasi adalah zigot yang akan terus mengalami pembelahan mitosis hingga
menjadi sebuah embrio atau cikal bakal janin. Janin pun akan berkembang selama kurang
lebih 9 bulan di dalam rahim dan menunggu hari kelahirannya.
Jika sel telur dibuahi terjadi fertilisasi yaitu pertemuan sperma dengan sel telur. Maka
sperma akan menembus kedalam sel telur. Ketika sel telur sudah di buahi maka sperma
akan gugur dan tidak bisa masuk kedalam sel telur.
Norepinefrin dan epinefrin juga dikenal sebagai noradrenalin dan adrenalin, hormon
kimia yang disekresi oleh medula dari kelenjar adrenal.
Epinefrin dan norepinefrin juga diproduksi di ujung serabut saraf simpatis, di mana
mereka berfungsi sebagai mediator kimia untuk menyampaikan impuls saraf ke organ
efektor. Mereka mengerahkan tindakan farmakologis yang sama, yang menyerupai efek
stimulasi dari sistem saraf simpatik.
Oleh karena itu, epinefrin dan norepinefrin diklasifikasikan sebagai agen
simpatomimetik. Sekresi aktif dari medula adrenal mengandung sekitar 80 persen epinefrin
dan norepinefrin 20 persen; namun proporsi ini terbalik dalam saraf simpatik.
Norepinefrin dan epinefrin adalah bahan kimia yang menentukan respon metabolisme
dalam tubuh, seperti merilis oksigen dalam otot, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah
serta meningkatkan tekanan darah. Proses ini akan diaktifkan bila dibutuhkan tubuh untuk
menanggapi situasi darurat dan kemudian pulih dengan sendirinya. Kedua proses kimia ini
saling melengkapi satu sama lain dan hanya memiliki sedikit perbedaan.
3. Efek Norepinefrin
Norepinefrin bekerja seperti epinefrin dalam hal itu juga meningkatkan tekanan darah
dan merangsang pernapasan dan kontraksi pencernaan, tetapi dua bahan kimia saling
menyeimbangkan.
Norepinefrin menurunkan denyut jantung dan meningkatkan tindakan dari sistem saraf
perifer oleh konstriksi pembuluh darah.Hal ini juga mengkonstriksi pembuluh darah di otot
dan kulit, dan mengurangi stimulasi saluran udara bronkus dalam paru-paru untuk kembali
tubuh ke keadaan homeostasis atau fungsi dasar.
Setiap menit tubuh mengatur ulang dengan lingkungannya, perubahan tekanan darah,
peningkatan atau penurunan detak jantung tergantung pada aktivitas, tubuh menyesuaikan
dan mengatur suhu serta fungsi organ internal.Tubuh biasanya hanya mengaktifkan hanya
untuk melawan atau pola yang pada saat stres yang ekstrim.
4. Efek Epinefrin
Menurut Dr Michael King of Indiana University School of Medicine, epinefrin
mempengaruhi sistem saraf perifer dengan merangsang dan penghambatan.Epinefrin
mempengaruhi sistem saraf pusat dengan meningkatkan respirasi dan meningkatkan
aktivitas otot.
Hormon kimia ini merangsang sel-sel otot polos dan pembuluh darah di organ dan
jaringan di seluruh tubuh.Epinefrin meningkatkan denyut jantung dan meningkatkan
kekuatan kontraksi otot.Epinefrin juga merupakan bagian dari pengaturan insulin dalam
sistem endokrin.