Anda di halaman 1dari 57

Fitoterapi

-Matrikulasi-

Apt. Herma Fanani Agusta, M.Sc.


Definisi Pelayanan Kefarmasian
“Responsible provision of drug therapy for the purfose of achieving
definite outcome that improve a patient’s quality of life”
Prof. Linda Strand

Pengertian :
• Bahwa apoteker memiliki tanggung jawab kepada pasien secara langsung
• Bahwa tujuan pengobatan jelas dan dapat dinilai
• Bahwa outcome yang ingin dicapai tidak hanya kesembuhan tetapi lebih
dari itu yakni meningkatnya kualitas hidup pasien
Pharmaceutical Herbal Care
merupakan model praktik
pelayanan herbal / fitomedisin oleh
apoteker disarana pelayanan
kefarmasian berdasarkan ilmu
pengetahuan yang diciptakan
karena kebutuhan untuk bisa
memberikan pelayanan kefarmasian
terkait herbal/fitomedisin yang
PELAYANAN KEFARMASIAN aman, efektif, dan dapat
HERBAL /FITOMEDISIN meningkatkan kualitas hidup
pasien.
DASAR :
UU Kesehatan No 36 Tahun 2009,
Bab I terkait :
• Sediaan farmasi,
• Obat Tradisional,
• Pelayanan Kesehatan Tradisional

PP 51/2009, ttg :
• Pekerjaan Kefarmasian adl pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengendaliam, penyimpanan & pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan
obat, bahan obat & obat tradisional.
• Pelayanan Kefarmasian adl suatu pelayanan langsung &
bertanggung jawab kepada pasien yg berkaitan dg sediaan
farmasi dg maksud mencapai hasil yang pasti utk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
DOKUMENTASI PRAKTIK FITOMEDISIN :
Pendahuluan :
Pelaksanaan praktik fitomedisin didokumentasikan dalam
bentuk Patient Traditional Medication Record (TMR).
Penulisan dokumentasi menjadi sangat penting sebagai bukti
praktik fitomedisin, dimana penulisannya harus selaras dengan
tujuan praktik & mudah dipahami yang memiliki ciri profesi
yang tidak dapat dikerjakan oleh profesi lain.

Dokumentasi disusun dengan pola S-O-A-P (Subyektif-


DOKUMENTASI Obyektif-Asesmen-Plan-) agar memiliki kesinambungan pola
pikir dengan profesi kesehatan lain yang sudah lebih dulu
PRAKTIK
menerapkan pola tersebut namun dengan modifikasi terkait
FITOMEDISIN penggunaan Fitomedisin/herbal.
BL ANKO TMR
Data Subyektif
Adalah data keluhan pasien terkait
obat/penyakit yang bersumber dari
pasien atau keluarganya atau orang lain
yang tidak dapat dikonfirmasi secara
independen .

Langkah Pelaksanaan :
Lakukan interview dan pencatatan pada
form TMR terkait data pasien spt :
• nama, umur, alamat, BB, TB,
DATA SUBYEKTIF • keluhan yang dirasakan,
• riwayat penyakit,
• riwayat alergi,
• riwayat pemakaian obat
Data Obyektif
Adalah data yang bersumber dari hasil observasi
dan pengukuran baik yang dilakukan secara
mandiri (APS) ataupun (rujukan) oleh profesi
kesehatan lain terkait Tanda-Tanda Vital (TTV),
Suhu Tubuh, Tekanan darah (BP atau TD), hasil
laboratorium, USG, EKG, Foto Thoraks, CT-Scan,

DATA OBYEKTIF MRI yang mendukung masalah penyakit seperti


diagnosa, co-morbid, underlying disease.
ASESMEN
Proses asesmen atau analisis disini merupakan
identifikasi penyakit, termasuk permasalahan terkait
obat (DRP) apabila pasien telah atau sedang
mendapatkan pengobatan yang dinyatakan dalam
bentuk kalimat yang dituangkan dalam TMR.
Langkah pelaksanaan :
• Lakukan penilaian terhadap data S dan O dengan
mengacu pada prinsip farmakoterapi, fitoterapi, EBM.
• Lakukan pengamatan (keadaan jiwa; ekspresi muka;
Phisik; pengamatan lidah; pendengaran; penciuman;
ASESMEN penglihatan)
• Bila memungkinkan (komplementer) Lakukan
Perabaan pada daerah keluhan; Titik-titik organ.
• Kesimpulan
PLAN (RENCANA PELAYANAN FITOMEDISIN = RPF)
Apoteker memformulasikan Rencana Plan Fitomedisin
(RPF) sesuai dengan hasil kesimpulan dari asesmen.
Plan RPF memuat hal-hal berikut :
• Pilihan atau Rekomendasi Fitoterapi
• Rencana Monitoring Fitoterapi
• Rencana Konseling

PLAN
1. MONITORING FITOMEDISIN
Monitoring menjadi hal yang mutlak dan menjadi tanggung
jawab apoteker dalam memberikan pelayanan Fitomedisin
agar tercapai hasil yang diinginkan.
Monitoring dilakukan pada hari ke 3, 5, 7, 14, 21 dst sesuai
kebutuhan monitoring dan hasil terapi.
Langkah pelaksanaan :
• Lakukan pengamatan kondisi umum pasien (KU) spt:
penampilan, tingkat kesadaran, kemampuan komunikasi,
dll sesuai dengan fitomedisin yg digunakan dalam terapi.
MONITORING
• Lakukan pengamatan dan pencatatan sebagaimana halnya
FITOTERAPI data S & O seperti TTV, hasil pemeriksaan lab, dll sesuai
dengan tujuan fitoterapi.
2. MONITORING EFEKTIVITAS FITOTERAPI
Efektivitas terapi dinilai berdasarkan tercapai-tidaknya
tujuan fitoterapi.
Contoh :
1. Diuretik :
Efektivitas daun kumis kucing dapat diamati pada kondisi
dimana terjadi penambahan volume urin,
2. Antihipertensi
Efektivitas Rosella, Kelor, Kumis Kucing dapat dinilai dari
MONITORING besarnya penurunan tekanan darah
3 Antipiretika
FITOTERAPI
Efektivitas Lumbricus Rubellus dapat dinilai dari tanda vital
turunnya suhu tubuh
3. MONITORING REAKSI EFEK SAMPING
Efek samping bisa terjadi dan kadang tidak dikenali. Hal ini
dapat dimengerti karena belum menampakkan gejala pada
pasien sehingga menjadi tugas kita untuk mengidentifikasi
Efek Samping potensial yang akan terjadi sehingga dapat
dicegah sebelum terjadi.
Efek samping kadang tidak perlu disampaikan kepada pasien
bila akan berakibat menurunnya kepatuhan pasien, kecuali
bila berakibat fatal dan pasti akan terjadi.

MONITORING 4. MONITORING INTERAKSI


Interaksi obat dikenali setelah muncul gejala dan tanda yang
FITOTERAPI
menetap pada pasien. Bila tanda tersebut berupa
peningkatan hasil lab seringkali interaksi obat tidak dapat
dikenali.
5. MONITORING TOKSISITAS
Toksisitas dapat terjadi karena dosis yg berlebihan, interaksi
yang potensial dengan obat kimia lain walaupun sangat
jarang.
Note :
Hati-hati pada Pasien manula identik dengan polimedikasi
bahkan polifarmasi karena menderita multiple problem
medik dan mempunyai co-morbid sehingga minum banyak
obat
MONITORING
FITOTERAPI
INTERPRETASI DATA LABORATORIUM
Dalam praktik pelayanan fitomedisin
apoteker memiliki tanggung jawab untuk
memastikan fitoterapi berjalan dengan
aman & efektif, sehingga apoteker dituntut
untuk mampu mengkaji, menginterpretasi
dan mempertimbangkan hasil pemeriksaan
Laboratorium termasuk hasil pemeriksaan
alat diagnostik spt EKG, Rontgen, MRI, CT-
Scan, dll
INTERPRETASI DATA
LABORATORIUM
INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN DATA KLINIK :

1 HEMATOLOGI 5 ANALISA GAS DARAH

2 KIMIA DARAH 6 IMUNOLOGI &


SEROLOGI

GASTROINTESTINAL &
3 URIN ANALISIS 7 MIKROBIOLOGI

4 ELEKTROLIT
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI (DL)
• Hematokrit (Hct)
• Hemoglobin (Hb)
• Eritrosit (sel darah merah)
• Leukosit (sel darah putih) : Neutropil,
Eosinofil, Basofil, Monosit, Limfosit,
• Trombosit(platelet),
• Laju Endap Darah (LED)
• Fibrinogen
• D-Dimer
• ABO + RHESUS
• HbA1c
PEMERIKSAAN KIMIA DARAH (KD)

• GLUKOSA PUASA
• GLUKOSA SEWAKTU
• GD 2 JPP
• KOLESTEROL
• HDL – KOLESTEROL
• LDL – KOLESTEROL
• TRIGLISERIDA
• UREUM
• CREATININ
• URIC ACID
• SGOT
• SGPT
PEMERIKSAAN URIN
URIN RUTIN
• Berat Jenis spesifik,
• Deskripsi
• pH
• Protein
• Glukosa
• Keton
• Darah
• Sedimen Urin
• Pewarnaan Gram

TES KEHAMILAN
PEMERIKSAAN ELEKTROLIT
• Natrium (Na+)
• Kalium (K+)
• Klorida (Cl-)
• Glucosa (Fasting Blood Sugar/FBS)
• Calcium (Ca++)
• Fosfor anorganik (PO4)
• Asam Urat
• Magnesium (Mg2+)
ANALISA GAS DARAH (AGD)

• Saturasi Oksigen (Sa02)


• Tekanan Parsial Oksigen (PaO2)
• Tekanan Parsial Karbon Dioksida
(PaCo2)
• pH
• Karbon Dioksida (CO2)
• Anion Gab (AG)
• Sistem Buffer Bikarbonat
PEMERIKSAAN IMUNOLOGI & SEROLOGI

• Tes Human Immunodefisiency Virus (HIV)


• Tes Antibodi HIV (penapisan HIV) dg metode
Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
atau Enzyme Immunoassay (EIA)
• Tes Western Blot
• Tes Antihen HIV
• HIV RNA dg PCR
• HITUNGAN CD4+ Limfosit T
• Panel Hepatitis
• Hepatitis A
• Hepatitis B
• Veneral Disease Research Laboratory (VDRL)
• Tes Kulit Tubercullin (PPD)
• Uji Kultur Tuberkulosis
PEMERIKSAAN GASTROINTESTINAL
• Serum Amilase
• Lipase

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
• Pewarnaan Gram
• Uji Sensitifitas
• Malaria
• Ig G dan Ig M
• Tes Widal
HERBAL PADA HIPERTENSI
& PENYAKIT PENYERTA
Semakin bertambah populasi penduduk
dunia, maka prevalensi hipertensi akan
cenderung semakin meningkat kecuali
pencegahan secara efektif sudah
diterapkan sejak dini.

Data dari Frammingham Heart Study


menunjukkan bahwa manusia yang
berusia 55 tahun mempunyai 90%
kecenderungan untuk menjadi
HIPERTENSI hipertensif.
Semakin tinggi tekanan darah, maka semakin
besar peluang untuk terkena serangan
jantung, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal
Dalam berbagai clinical trial dilaporkan bahwa
terapi antihipertensi berhasil menurunkan
risiko stroke 35-40%, serangan jantung 20-
25%, dan gagal jantung >50%
Kegagalan Terapi Hipertensi adalah
bila pasien sudah mendapat tiga agen
antihipertensi yang salah satunya adalah
diuretik, namun tekanan darah diatas
140/90mmHg, bila itu terjadi maka perlu
ditinjau beberapa faktor, sbb :
1. Ketepatan pemilihan Obat
2. Kepatuhan Pasien
3. Interaksi Obat
KEGAGALAN TERAPI 4. Asupan Garam
5. Kehadiran penyakit lain
Gula darah
– Sebelum makan: sekitar 70-130 mg/dL
– Dua jam setelah makan: kurang dari 140 mg/dL
– Setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya
8 jam: kurang dari 100 mg/dL
– Menjelang tidur: 100 – 140 mg/dL
Kolesterol
– Total : < 200 mg/dL
– HDL : > 40 mg/dL
– LDL : < 100 mg/dL

Parameter – Trigliserida : < 150 mg/dL


Asam urat
Normal – Perempuan : 2,4 - 6,0 mg/dL
– Laki-laki : 3,4 - 7,0 mg/dL
Monitoring :
1. Pemantauan tekanan darah
2. Pemantauan kadar Kalium maupun
Kreatinin plasma (cek ginjal) 1-2 kali
setahun (obat Kimia)
3. Pasien yang memiliki penyakit
penyerta perlu lebih sering
memantau tekanan darahnya
disamping parameter lain terkait
MONITORING dengan penyakit penyertanya.
MODIFIKASI GAYA HIDUP :
1. Penurunan berat badan bagi pasien yg
overweight
2. Olahraga yg sesuai 30 menit 3-4 kali
seminggu
3. Mengurangi asupan garam
4. Stop minum alkohol
5. Stop merokok
6. Diet rendah lemak
KONSELING 7. Liburan & happy happy...
8. Mendekatkan diri pada YMK
BASIC FORMULA :
Adalah kombinasi beberapa herbal UTAMA yang
mempunyai khasiat sebagai antihipertensi, anti
inflamasi, antioksidan & regulasi pembuluh
darah :
1. Rosella, Black Rice, Unthil,
2. Trigonella , Green Tea, Cinnamons

FORMULA TAMBAHAN (TOPPING) :


Adalah herbal pilihan yang ditambahkan pada
Basic Formula yang mempunyai khasiat khusus
yang bisa menambah atau mempertajam tujuan
BASIC FORMULA terapi, contohnya :
Seledry, Salam, Kumis Kucing, Sukun, Bawang
FITOMEDISIN putih, VCO, GSO, dan bahan lainnya sesuai
kebutuhan terapi
HIPERTENSI PADA
DIABETES
Pengobatan :
ACEI atau ARB
Bila kurang efektif bisa ditambah CCB atau
Thiazid
(Pasien DM disertai dengan Mikroalbuminurea
bisa pakai Gol ARB atau CCB)
Pilihan Formula Fitomedisin :
1. Rosella, Black Rice, Unthil
+ Salam + kumis kucing
2. Trigonella, Cinnamon, Green Tea + Salam
S 2 dd 1-2 teabag
• Teh Hijau • Kayu Manis

• Trigonella (Kelabat) • Salam


Dosis
• Pemeliharaan : 2-3 gram bahan kering dalam 500
ml air panas sekali sehari dalam perut kosong
(kecuali punya maag) di malam hari
• Kondisi sakit : 3-6 gram dalam 250 ml air panas dua
kali sehari (pagi dan malam)
• Kondisi sakit parah : 3-6 gram dalam 250 ml air
panas tiga kali sehari (pagi siang malam)

*) dalam kondisi tidak memiliki versi kering, konversi


dalam bentuk bahan segar adalah dikali 4-6. Misal
dibutuhkan 3 gram kering : 3 gram x 6 dalam bentuk
bahan segar
PRAKTIK FITOMEDISIN PADA HIPERTENSI

1. Pengumpulan data, baik subjektif (keluhan yg


dirasakan pasien) & objektif (data klinik), lanjut
interview Riwayat pengobatan sekaligus
rekonsiliasi obat,
2. Asesmen, agar dapat mengidentifikasi,
mencegah, mengatasi masalah terkait obat &
penyakitnya,
3. Menyusun rencana pelayanan Fitomedisin, terdiri
dari pilihan herbal yang akan diberikan
berdasarkan data SOA,
4. Implementasi Rencana Pelayanan,
5. Monitoring hari ke :
1, 3, 7,14, 20, 30
STUDI KASUS
K ASUS 1 : (HIPERTENSI PADA PASCA STROKE)
• Ny. ST, 49 tahun, TB 155cm, BB 75,5Kg, DA dengan Post Stroke pertama Hemiparase pd
Extermitas Atas kanan lemah, bicara susah, cadel, pusing, nggliyeng, selera makan bagus.
• TD : 190/100, Chol 193, GDS 82
• Terapi yang sudah diberikan : sudah tidak ada konsumsi obat

S Kepala nggliyeng, pusing, bicara cadel, & susah, tangan kanan lemah
O TD : 190/100, Cholesterol 193, GDS 82, Post Stroke 1 bulan yll,
A 1. Tidak ada konsumsi obat
2. Nafsu makan baik (apa aja suka/dimakan)
P Rekomendasi :
1. Edukasi perubahan pola makan (kurangi konsumsi garam) dan pola hidup yang baik,
semangat
2. Edukasi latihan mandiri, motivasi, semangat serta dukungan keluarga
3. Formula Herbal : Rosella, black rice, Unthil, bila kurang adekuat topping apium
graviole
Monitoring : hari ke 3, 5, 7, 10, 14, 21 dst
Efektifitas Fitoterapi : Penurunan TD, kemampuan bicara membaik, tampak lebih semangat,
keluhan pusing hilang
STUDI KASUS
K ASUS 2 : (HIPERTENSI PADA PASCA STROKE)
• Tn. Id, 74 tahun, TB 155cm, BB 75,5Kg, DA dengan Post Stroke ke-2 :
• (Stroke I) Hemiparase Dextra Ext Atas-Bawah lemah dan pulih setelah perawatan,
• (Stroke II ) HP Sinistra Ext atas-bawah lemah,
• bicara susah, cadel, pusing, nggliyeng, kebas, selera makan baik.
• TD : 190/110
• Terapi
S yang sudah
Kepala diberikan
nggliyeng, : Amlodipin
pusing, 10 mg&1x1
bicara cadel, tapi tangan
susah, tidak rutin
kiri lemah dan kebas
O TD : 190/110
A 1. Konsumsi obat Amlodipin 10 mg 1x1 tapi tidak rutin
2. Nafsu makan baik (apa aja suka/dimakan)
P Rekomendasi :
1. Edukasi perubahan pola makan (kurangi konsumsi garam) dan pola hidup yang baik,
semangat
2. Edukasi latihan mandiri, motivasi, semangat serta dukungan keluarga
3. Formula Herbal : Green tea, Cinnamon, Trigonella, 2 kali sehari 1-2 tea bag sesuai
respon
Monitoring : hari ke 3, 5, 7, 10, 14, 21 dst
Efektifitas Herbal : Penurunan TD, kemampuan bicara membaik, tampak lebih semangat,
K ASUS 3 : (HIPERTENSI PADA DIABETES MELITUS)
• Tn. M 50 tahun, TB 165cm, BB 78 Kg, dengan keluhan pusing, tangan kebas, gatal pada
kulit badan,
• Mengaku memiliki riwayat DM dengan terapi AOD Glibenclamide 2mg 2x1, Metformin 500mg
x 2,
• Pasien mengaku tidak minum obat secara rutin & minta pilihankan herbal untuk pengobatan,
• TD
S : 170/110mmHg, GDS
Pusing, tangan : 320mg/dl
kebas, datal pada kulit badan
O TD : 170/110mmHg, GDS : 320mg/dl
• Terapi
A 1. Konsumsi
yang obat AOD: Glibenclamide
sudah diberikan Amlodipin 10 2mg
mg1x1
2x1,tapi
Metformin 2 x 500mg tapi tidak rutin,
tidak rutin
2. Identifikasi Penyakit : DM dengan Hipertensi
P Rekomendasi :
1. Edukasi perubahan pola makan kurangi konsumsi garam & Karbohidrat, banyak serat dan
olahraga

2. Formula Herbal : Green tea, Cinnamon, Trigonella + Salam 2 kali sehari 1-2 teabag
sesuai respon
Monitoring :
• TD, GDP, GD 2 JPP Cek Profil Lemak : Kolesterol, HDL, LDL, Trigliserida
• Efektifitas Herbal : Penurunan TD & GD
HERBAL PADA STROKE
STROKE (Cerebrovascular accident) adalah suatu
kondisi menurunnya aliran darah ke SSP khususnya
otak yang disebabkan oleh iskemia (sumbatan)
atau perdarahan.
Problem Medik Umum
Pasien stroke datang dengan berbagai problem
medik seperti stroke iskemik atau stroke
pendarahan dengan atau tanpa komplikasi, serta
stroke dengan berbagai penyakit penyerta yang
menjadi penyulit.

STROKE
Penanganan Stroke dg Fitomedisin merupakan
pelayanan lanjutan dan pemulihan setelah kondisi
darurat dilewati
STROKE
CARA MUDAH BAGI AWAM UNTUK MENGENALI STROKE :
1. Hilang keseimbangan
2. Penglihatan kabur
3. Wajah miring, minta untuk tersenyum
4. Tangan, minta untuk mengangkat kedua tangan
dan amati apakah ada yang tertinggal
5. Bicara, minta untuk mengulang kalimat pendek,
amati apakah ada kesulitan saat pengucapan atau
TANDA pemahaman kurang
& GEJALA 6. Bila menemukan tanda tersebut diatas segera ke
STROKE UGD RS
NATIONAL STROKE ASSOCIATION
STROKE ISKEMIK disebabkan oleh sumbatan klot yang
bersumber dari thrombus (stroke thrombotik) dan emboli
(stroke emboli) pada arteri serebral.

Pada stroke thrombotik, klot terbentuk dari fibrin, plak


didalam pembuluh darah pada area yang terkena stroke.

Sedangkan pada stroke embolik, klot terbentuk tidak di


lokasi stroke tetapi jauh, biasanya akibat atrial fibrilasi
jantung, kemudian terbawa aliran darah dan menyumbat
arteri yang menyempit karena artherosclerosis.
STROKE Klot biasanya berasal dari pembuluh arteri yang dibentuk
ISKEMIK dari fibrin. Setelah melalui berbagai mekanisme dimana salah
satunya melalui mekanisme inflamasi sehingga akhirnya
terbentuk lesi thrombotik.
BLOD CLOT (HEMATOMA)
ISCHEMIC STROKE
Penata laksanaan STROKE ISKEMIK meliputi penanganan akut dan kronik
dampak dari stroke serta pencegahan berulangnya stroke.

Penanganan akut :
Pemberian thrombolitik (Aspirin, Clodiprogel, kombinasi aspirin-
dipyridamol) & anti koagulan
Penanganan Kronik :
Pengobatan depresi, kekakuan (spastisitas), neurogenik, pada kandung
kencing serta masalah self care.
Serta mengontrol faktor resiko metabolik seperti Tekanan darah (ACEI &
Diuretik), kadar lemak (Statin, Fibrat), kadar gula.

Pilihan Fitomedisin :
TATALAKSANA 1. Rosella, Black Rice, Unthil, Salam, Kumis Kucing, pegagan, karet
kebo
STROKE 2. NEUROAID II (Radix astragali, Radix salvia miltiorrhizae, Radix paeoniae
rubra, Rhizoma Lingusticum, notoginseng radix, cortex moutan,
ISKEMIK whitmania pigra Whitman, eupolyphaga seu steleophaga, dalbergie
lignum, calculus bovis ramulus uncaria, buthus martensii, sibirica radix,
rhizoma acori tatarinowii
3. Zhang Zhou Pien Tze Huang
STROKE PERDARAHAN terjadi ketika pembuluh
darah pecah sehinggai suplay darah ke area tertentu
berhenti, sehingga berakibat tekanan dan merusak
jaringan otak.

Penyebab utama antara lain aneurisme arteri


serebral, malformasi arterovenus, hipertensi dan
trauma.

STROKE Bila ditinjau dari lokasi perdarahannya maka akan


terbagi menjadi dua :
PERDARAHAN 1. Perdarahan subarahnoid
2. Perdarahan intra serebral (PIS)
HEMORRHAGIC STROKE
TATA LAKSANA STROKE PERDARAHAN (HEMORRAGIC)
lebih menekankan pada terapi suprtif untuk
memaksimalkan fungsi neurologis, mencegah pendarahan
lebih lanjut, serta manajemen komplikasi.
Komplikasi yang sering muncul diantaranya hipertensi,
gangguan fungsi paru, keseimbangan elektrolit dan cairan.

KOMPLIKASI NEUROLOGIS
1. Perburukan Neurologis
2. Disfungsi Neuromuskular
3. Kegagalan Kognitif
TATALAKSANA 4. Gangguan Psikiatri
STROKE 5. Komplikasi Metabolik
6. Penyakit Penyerta (GGK, Chirosis Hepatik, DM)
PERDARAHAN
7. Komplikasi lainDeef Vein Thrombosis (DVT)dan emboli
Paru
PILIHAN FITOMEDISIN ;
Dipih formulasi Fitomedisin yang mempunya khasiat
sebagai antihipertensi, Antiinflamasi, Antioksidan dan
Immunomodulator.
Green tea
Fenugreek (trigonella)
Cinnamons
Topping : + Kelor + Jintan Hitam

TATALAKSANA
STROKE
PERDARAHAN
PRAKTIK FITOMEDISIN
PADA STROKE ISCHEMIC
1. Pengumpulan data, baik subjektif (keluhan yg
dirasakan pasien) & objektif (data klinik), lanjut
interview Riwayat pengobatan sekaligus
rekonsiliasi obat,
2. Asesmen, agar dapat mengidentifikasi,
mencegah, mengatasi masalah terkait obat &
penyakitnya,
3. Menyusun rencana pelayanan Fitomedisin, terdiri
dari pilihan herbal yang akan diberikan
berdasarkan data SOA,
4. Implementasi Rencana Pelayanan,
5. Monitoring hari ke :
1, 3, 7,14, 20, 30
K ASUS 1 : (PASCA STROKE ISCHEMIC )
• Tn. W, 60 tahun, TB 165cm, BB 85Kg, Riwayat Hipertensi & Post Stroke pertama
Hemiparase Sinistra pd Extermitas Atas dan bawah sebelah kiri lemah sejak 2 bulan yang
lalu, keluhan saat ini tangan dan kaki sebelah kiri masih lemah, tidak bisa bicara/sulit
• TD : 170/100mm/Hg, Chol 235, GDS 110, hasil CT-Scan Ischemic stroke
• Terapi yang sudah diberikan : Piracetam 1200mg 2x1, Citicolin 500mg 2x1, amlodipin 10mg
1x1 , Mecobalamin 500mg 2x1
S Riwayat Hipertensi & Post Stroke, kaki & tangan kiri lemah, sulit bicara
Piracetam 1200mg 2x1, Citicolin 500mg 2x1, amlodipin 10mg 1x1 , Mecoblmn 500mg
2x1
O TD : 170/100,mmHg, Cholesterol 235, GDS 110, Post Stroke 1,5 bulan yll, CT-Scant Ischemic
Stroke
A 1. Efek obat antihipertensi kurang kuat, perlu ditambah agen antikolesterol
P Rekomendasi :
1. Edukasi latihan mandiri, motivasi, semangat serta dukungan keluarga
2. Formula Herbal : Trigonella, Green tea, Cinnamons,+ Salam+Betacol (seledri, Garlic
Oil, VCO)3x2
Monitoring : hari ke 3, 7,14, 21, 30 dst
Efektifitas Fitoterapi : Penurunan TD, & Kolesterol, kemampuan bicara membaik, tampak
lebih semangat, kemampuan fungsi motorik meningkat
TERIMA KASIH
Text Book

Biren Shah & AK Seth. 2010. Textbook of Pharmacognosyand Phytochemistry 1st ed. Elsevier
: London.

Michael Heinrich et al. 2012. Fundamentals of Pharmacognosy and Phytotherapy 2nd ed.
Elsevier : London.

Kementrian Kesehatan RI. 2022. Formularium Fitofarmaka. Kemkes RI : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai