Anda di halaman 1dari 93

PEMBUATAN TABLET HISAP VITAMIN C

MENGGUNAKAN KOMBINASI LAKTOSA DAN DEKSTRIN


SECARA CETAK LANGSUNG

SKRIPSI

OLEH:
KHOIRIAH NASUTION
NIM 131501168

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

1
Universitas Sumatera Utara
PEMBUATAN TABLET HISAP VITAMIN C
MENGGUNAKAN KOMBINASI LAKTOSA DAN DEKSTRIN
SECARA CETAK LANGSUNG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
KHOIRIAH NASUTION
NIM 131501168

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

2
Universitas Sumatera Utara
PENGESAHAN SKRIPSI

PEMBUATAN TABLET HISAP VITAMIN C


MENGGUNAKAN KOMBINASI LAKTOSA DAN DEKSTRIN
SECARA CETAK LANGSUNG

OLEH:
KHOIRIAH NASUTION
NIM 131501168
Dipertahankan di Hadapan Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal: 17 Oktober 2017

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.
NIP 195406081983031005 NIP 195807101986012001

Pembimbing II, Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt.


NIP 195406081983031005

Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. T. Ismanelly Hanum, S.Si., M.Si., Apt.
NIP 195201041980031002 NIP 197512082009122002

Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt.


NIP 195201041980031002

Medan, November 2017


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.


NIP 195707231986012001

3
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul Pembuatan Tablet Hisap Vitamin C Menggunakan Kombinasi Laktosa

dan Dekstrin secara Cetak Langsung. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Tablet hisap merupakan sediaan padat yang mengandung satu atau lebih

bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis yang dapat

membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam rongga mulut.

Penggunaan tablet hisap lebih praktis, lebih stabil dalam penyimpanan, dan lebih

menyenangkan dibandingkan dengan sediaan cairan maupun sediaan oral lainnya.

(Ditjen POM, 1995). Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat tablet hisap

Vitamin C menggunakan kombinasi bahan pengisi laktosa dan dekstrin. Hasil

penelitian diperoleh perbandingan bahan pengisi kombinasi laktosa dan dekstrin

yang terbaik yaitu formula 1 Vitamin C 50 mg dan formula 4 Vitamin C 75 mg

dan memenuhi persyaratan uji preformulasi dan uji evaluasi tablet.

Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Drs.

Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt., dan Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si.,

Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh

kesabaran selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis juga berterima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si.,

Apt., dan Ibu T. Ismanelly Hanum, S.Si., M.Si., Apt., sebagai tim penguji yang

sangat banyak memberikan masukan dan saran atas skripsi ini.

iv
Universitas Sumatera Utara
Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis tidak lupa

menyampaikan rasa terima kasih Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt.,

selaku, Bapak Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt., dan Bapak Prof. Dr. Ginda Haro,

M.Sc., Apt., yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian di Laboratorium

Teknologi Sediaan Farmasi II, Laboratorium Fitokimia dan Laboratotium

Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara dan tidak lupa pula

mengucapkan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas

terhadap penelitian saya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Aminah Dalimunthe,

M.Si., Apt., sebagai dosen penasihat akademik, beserta seluruh dosen pengajar di

Fakultas Farmasi atas arahan, bimbingan, dan ilmu yang diberikan kepada penulis

selama duduk di bangku perkuliahan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Holidan Nasution dan

Ibunda Juliana Lubis, serta untuk adik, dan abang saya Hasmar Husein Nasution,

S.Sos. Alfi Syahrin Nasution, dan Fatimah Az-zahra Nasution yang selalu

memberikan doa dan dukungan penuh kepada penulis tanpa henti selama ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas

kebaikan yang telah diberikan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2017


Penulis,

Khoiriah Nasution
NIM 131501168

v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Khoiriah Nasution
Nomor Induk Mahasiswa : 131501168
Program Studi : S-1 Reguler Farmasi
Judul Skripsi : Pembuatan Tablet Hisap Vitamin C Menggunakan
Kombinasi Laktosa dan Dekstrin Secara Cetak
Langsung
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena
kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat akibat kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk
dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, November 2017


Yang membuat pernyataan

Khoiriah Nasution
NIM 131501168

vi
Universitas Sumatera Utara
PEMBUATAN TABLET HISAP VITAMIN C MENGGUNAKAN
KOMBINASI LAKTOSA DAN DEKSTRIN SECARA CETAK LANGSUNG

ABSTRAK
Latar Belakang: Tablet hisap merupakan sediaan padat yang mengandung satu
atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis yang
dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam rongga mulut.
Penggunaan tablet hisap lebih praktis, lebih stabil dalam penyimpanan, dan lebih
enak dibandingkan dengan sediaan cairan maupun sediaan oral lainnya. Sediaan
tablet hisap yang terdapat dipasaran mengandung Vitamin C 50 mg dan 75 mg.
Tujuan: Untuk mengetahui pembuatan tablet hisap Vitamin C menggunakan
kombinasi laktosa dan dekstrin dengan metode cetak langsung dan untuk
mengetahui tablet hisap Vitamin C memenuhi persyaratan uji preformulasi dan
evaluasi.
Metode: Pembuatan tablet hisap Vitamin C 50 mg dan 75 mg dibuat dengan
metode cetak langsung menggunakan bahan pengisi kombinasi laktosa dan
dekstrin dengan perbandingan F1(3:1), F2(1:1), F3(1:3). Uji preformulasi tablet
meliputi uji waktu alir, sudut diam, dan indeks tap dan uji evaluasi tablet yaitu
kekerasan, waktu larut, uji friabilitas, keseragaman kandungan, penetapan kadar,
dan uji disolusi.
Hasil: Pembuatan tablet hisap Vitamin C 50 mg dan 75 mg dengan perbandingan
bahan pengisi kombinasi laktosa dan dekstrin memenuhi persyaratan uji
preformulasi dan evaluasi.
Kesimpulan: Pembuatan tablet hisap Vitamin C 50 mg dan 75 mg dengan
perbandingan bahan pengisi kombinasi laktosa dan dekstrin dapat dibuat dengan
metode cetak langsung dan memenuhi persyaratan uji preformulasi dan evaluasi.

Kata kunci: Tablet hisap, Vitamin C, laktosa, dekstrin, cetak langsung.

vii
Universitas Sumatera Utara
THE MAKING OF VITAMIN C LOZENGES WITH COMBINATION OF
LACTOSE AND DEXTRIN BY DIRECTLY COMPRESSED

ABSTRACT

Background: Lozenges is solid that contained one or more ingredients of


medicine, generally contained with a flavor and sweet base which will make the
tablet dissolve or disintegration slowly in the oral cavity. The use of lozenges is
more practical, stable in the storage and more delicious rather than liquid or oral.
The lozenges which found in the market place are contained 50 mg and 75 mg
Vitamin C.
Objective: To know made of Vitamin C lozenges with combination of lactose and
dextrin with directly compressed methode and to know Vitamin C lozenges fulfill
the requirements preformulation and evaluation.
Methods: Making of 50 mg and 75 mg Vitamin C lozenges is through directly
compressed methode with lactose and dextrin combination as filler with ratio
F1(3:1). F2(1:1). F3(1:3). Preformulation were tested for tablet consisted flow
time, angle of repose, and tap index and evaluation tablets consisted of hardness,
disintegration time test, friability test, content uniformity, assay and dissolution
test.
Result: The preparation of 50 mg and 75 mg Vitamin C lozenges with lactose and
dextrin combination as filler fulfill the requirements of preformulation and
evaluation.
Conclusion: The preparation lozenges with lactose and dextrin combination as
filler enable with directly compressed methode and fulfill the requirements of
preformulation and evaluation.

Keywords: Lozenges, Vitamin C, lactose, dextrin, compressed directly

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ........................................ vi

ABSTRAK ............................................................................................. vii

ABSTRACT ........................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ........................................................ 3

1.3 Hipotesis ......................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................ 3

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ............................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………..... 6

2.1 Sediaan Tablet Hisap ........................................................ 6

2.1.1 Uraian umum ........................................................... 6

2.1.2 Metode pembuatan tablet ........................................ 7

2.1.3 Bahan tambahan tablet hisap ................................... 8

2.1.4 Permasalahan dalam pembuatan tablet hisap ........... 11

ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Monografi bahan tambahan tablet hisap ................. 12

BAB III METODELOGI PENELITIAN .............................................. 16

3.1 Alat-Alat Dan Bahan .................................................... 16

3.1.1 Alat-alat .............................................................. 16

3.1.2 Bahan-bahan ....................................................... 16

3.2 Penyiapan Bahan Tanaman .......................................... 17

3.2.1 Pengambilan bahan tanaman .............................. 17

3.2.2 Pengolahan bahan tanaman ................................. 17

3.3 Pembuatan Ekstrak Rimpang Kunyit ........................... 17

3.4 Pembuatan Pewarna Dari Ekstrak Rimpang Kunyit ..... 17

3.5 Pembuatan Tablet ......................................................... 18

3.6 Pembuatan Ko-proses Laktosa- Amilum ...................... 20

3.7 Pembuatan Tablet Hisap ............................................... 21

3.8 Uji Preformulasi ............................................................ 21

3.8.1 Waktu alir granul ................................................ 21

3.8.2 Sudut diam granul ............................................... 22

3.8.3 Indeks tap granul ................................................ 22

3.8.4 Distribusi partikel ................................................ 22

3.9 Evaluasi Tablet Hisap .................................................... 23

3.9.1 Kekerasan ……………… ................................... 23

3.9.2 Friabilitas ............................................................ 23

3.9.3 Waktu larut ......................................................... 23

3.9.4 Keseragaman kandungan .................................... 24

3.10 Penetapan Kadar Tablet Hisap Vitamin C .................... 25

3.10.1 Pembuatan pelarut HCl 0,1 N .......................... 25

x
Universitas Sumatera Utara
3.10.2 Pembuatan larutan induk baku ......................... 25

3.10.3 Pembuatan kurva serapan ................................. 25

3.10.4 Pembuatan kurva kalibrasi ............................... 25

3.10.5 Penetapan kadar Vitamin C .............................. 25

3.11 Disolusi Tablet .............................................................. 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 28

4.1 Hasil Ekstraksi Rimpang Kunyit .................................... 28

4.2 Hasil Uji Preformulasi .................................................... 28

4.2.1 Waktu alir granul ................................................... 29

4.2.2 Sudut diam granul .................................................. 30

4.2.3 Indeks tap granul ................................................... 31

4.2.4 Distribusi partikel .................................................. 32

4.3 Hasil Uji Evaluasi Tablet ................................................. 33

4.3.1 Uji kekerasan .......................................................... 33

4.3.2 Uji waktu larut ........................................................ 34

4.3.3 Uji friabilitas ............................................................ 36

4.3.4 Uji penetapan kadar Vitamin C ............................... 37

4.3.5 Uji keseragaman kandungan ................................... 38

4.3.6 Uji disolusi .............................................................. 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 42

5.1 Kesimpulan ..................................................................... 42

5.2 Saran ............................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 43

LAMPIRAN ........................................................................................... 45

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Formula tablet hisap Vitamin C ......................................... 20

3.2 Kriteria penerimaan zat aktif yang larut dengan disolusi .... 27

4.1 Hasil uji preformulasi tablet hisap ………………………... 28

4.2 Hasil uji kekerasan tablet hisap ........................................... 33

4.3 Hasil uji waktu larut tablet hisap ......................................... 34

4.4 Hasil uji friabilitas tablet hisap ............................................ 35

4.5 Hasil uji penetapan kadar Vitamin C .................................. 37

4.6 Hasil uji keseragaman kandungan ....................................... 38

4.7 Hasil uji disolusi .................................................................. 39

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Histogram waktu alir massa granul tablet hisap Vitamin C 50 mg


dan 75 mg ....................................................................................... 29

4.2 Histogram sudut diam massa granul tablet hisap Vitamin C 50 mg


dan 75 mg ....................................................................................... 30

4.3 Histogram indeks tap massa granul tablet hisap Vitamin C 50 mg


dan 75 mg ........................................................................................ 31

4.4 Histogram distribusi partikel massa granul tablet hisap Vitamin C


50 mg dan 75 mg ……………………………................................ 32

4.5 Histogram kekerasan tablet hisap Vitamin C 50 mg dan 75 mg … 33

4.6 Histogram waktu larut tablet hisap Vitamin C 50 mg dan 75 mg . 35

4.7 Histogram friabilitas tablet hisap Vitamin C 50 mg dan 75 mg ..... 36

4.8 Histogram kadar tablet tablet hisap Vitamin C 50 mg dan 75 mg .. 37

4.9 Histogram keseragaman kandungan tablet hisap Vitamin C 50 mg


dan 75 mg ........................................................................................ 39

4.10 Histogram disolusi tablet tablet hisap Vitamin C 50 mg dan 75 mg 40

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Bagan alur pembuatan ekstrak ................................................. 45

2 Bagan alur pembuatan pewarna dari ekstrak rimpang kunyit ... 46

3 Bagan alur pembuatan ko-proses laktosa- amilum ………….. 47


4 Bagan alur pembuatan tablet hisap Vitamin C ........................ 48

5 Contoh perhitungan pembuatan tablet hisap Vitamin C .......... 49

6 Gambar sediaan tablet hisap Vitamin C ................................... 50

7 Gambar perbandingan tablet hisap Vitamin C yang ada di


pasaran (C ipi) .......................................................................... 51

8 Hasil pembuatan kurva serapan Vitamin C baku pada


panjang gelombang 243 nm dalam pelarut HCl 0,1 N .............. 52

9 Hasil pembuatan kurva kalibrasi Vitamin C baku pada


panjang gelombang 243 nm dalam pelarut HCl 0,1 N .............. 53

10 Perhitungan regresi tablet hisap Vitamin C .............................. 54

11 Perhitungan kadar tablet hisap Vitamin C ................................ 55

12 Lanjutan perhitungan kadar tablet hisap Vitamin C ................. 56

13 Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari


Vitamin C dalam formulasi tablet hisap ................................... 59

14 Data simpangan baku kadar tablet hisap Vitamin C ................. 61

15 Perhitungan keseragaman kandungan tablet hisap Vitamin C .. 62

16 Hasil uji keseragaman kandungan tablet hisap Vitamin C ....... 64

17 Perhitungan disolusi tablet hisap Vitamin C ............................ 65

18 Data persen kumulatif disolusi tablet hisap Vitamin C ............ 67

19 Gambar alat evaluasi tablet hisap ............................................. 69

20 Hasil survey tablet hisap Vitamin C di beberapa apotek .......... 71

21 Tabel t ....................................................................................... 77

xiv
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet hisap merupakan sediaan padat yang mengandung satu atau lebih

bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis yang dapat

membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam rongga mulut.

Penggunaan tablet hisap lebih praktis, lebih stabil dalam penyimpanan, dan lebih

menyenangkan dibandingkan dengan sediaan cairan maupun sediaan oral lainnya.

(Ditjen POM, 1995).

Pertimbangan dalam pemilihan bentuk sediaan tablet hisap, yaitu karena

tablet hisap memiliki rasa manis yang menyenangkan, mudah dalam penggunaan,

kepastian dosis, dan tidak diperlukannya air minum untuk menggunakannya.

Tablet hisap memiliki keuntungan lain yaitu cocok digunakan untuk orang- orang

yang sukar menelan tablet konvensional ( Banker & Anderson, 1994).

Menurut Maheswari, dkk (2013), obat-obat yang bisa dikombinasi dalam

tablet hisap adalah vitamin, antiseptik, anastesilokal, antibiotik, antihistamin,

antitusif, analgetik, dekongestandan demulsen. Tempat kerjanya efek lokal dan

efek sistemik.

Menurut Majekodunmi (2015) tablet hisap dapat diklasifikasi berdasarkan

efeknya yaitu efek lokal dan efek sistemik. Efek sistemik ada beberapa jenis yaitu

Vitamin dan nikotin. Vitamin C mempunyai efek sistemik dalam mensintesis

kolagen. Kolagen sangat penting pada kesehatan tulang rawan, gigi, tulang dan

kulit. Jika digabung dengan vitamin E maka berguna sebagai antioksidan dan

mengurangi masalah kornea pada mata.

1
Universitas Sumatera Utara
Zat pengisi dimaksudkan antara lain untuk memperbesar volume tablet

tablet, untuk memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan yang sulit dikempa

serta memperbaiki daya kohesi sehingga tablet dapat dikempa langsung (Banker

dan Anderson, 1994).

Untuk tablet hisap rasa dan kenyamanan dimulut menjadi parameter dalam

menentukan bahan pengisi. Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain:

sukrosa, laktosa, amilum, kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, sorbitol dan

bahan lain yang sesuai (Lachman, dkk.,1994).

Penggunaan zat warna dalam tablet memberikan keuntungan yaitu

menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi dan membuat

suatu produk menjadi lebih menarik. Pewarna dimasukkan dalam tablet bertujuan

untuk memperindah tablet, membedakan dosis, dan spesifikasi dari pabrik, contoh

pewarna kuning adalah kurkumin, berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu

dapur dan memberikan warna kuning (SiregardanWikarsa, 2010).

Sehingga peneliti tertarik membuat tablet hisap Vitamin C menggunakan

kombinasi pengisi, kombinasi yang dipilih yaitu laktosa dan dekstrin. Karena,

laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunakan dalam

pembuatan tablet, bersifat inert, memiliki waktu hancur yang cepat (larut air)

sehingga perlu dikombinasikan dengan dekstrin yang merupakan bahan umum

pengisi tablet yang memiliki sifat alir, kompresibilitas dan daya ikat yang baik

(Rowe, dkk., 2009).

Berdasarkan hal diatas panelis tertarik melakukan penelitian tentang

pengaruh kombinasi laktosa dan dekstrin sebagai bahan pengisi pada pembuatan

tablet hisap Vitamin C dalam beberapa kombinasi perbandingan, sehingga dapat

diperoleh tablet memenuhi persyaratan yang dibuat secara cetak langsung.

2
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Apakah tablet hisap Vitamin C menggunakan kombinasi laktosa dan

dekstrin sebagai bahan pengisi dapat dibuat dengan metode cetak

langsung?

b. Apakah tablet hisap Vitamin C memenuhi persyaratan uji preformulasi dan

evaluasi?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Tablet hisap Vitamin C menggunakan kombinasi laktosa dan dekstrin

sebagai bahan pengisi dapat dibuat dengan metode cetak langsung.

b. Tablet hisap Vitamin C memenuhi persyaratan uji preformulasi dan

evaluasi.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui apakah pembuatan tablet hisap Vitamin C

menggunakan kombinasi laktosa dan dekstrin dapat dibuat dengan metode

cetak langsung.

b. Untuk mengetahui apakah tablet hisap Vitamin C memenuhi persyaratan

uji preformulasi dan evaluasi.

3
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah tablet hisap Vitamin C dapat

dibuat dan dikombinasi dengan laktosa dan dekstrin sebagai bahan pengisi

secara cetak langsung sehingga dan bermanfaat bagi bidang kesehatan farmasi

dan menarik minat masyarakat dalam mengkonsumsi Vitamin C dengan

inovasi tablet hisap.

4
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangkaa Pikir Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Simplisia
rimpang
kunyit

Ekstrak
rimpang
Kunyit

Pewarna dari
ekstrak
rimpang
kunyit

Pembuatan
Granul
Laktosa

1 * Sudut Diam
Pencampuran Uji 2 * Waktu Alir
bahan tablet Preformulasi 3 Granul
hisap
4 * Indeks Tap

5 * Kekerasan
Pencetakan 6 * Friabilitas
Evaluasi
Tablet 7 * Waktu Larut
Tablet Hisap
HisapVitamin 8 * Keseragaman
C 9 Kandungan
10 * Penetapan
11 Kadar
12 * Disolusi

5
Universitas Sumatera Utara
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sediaan Tablet Hisap

2.1.1 Uraian umum

Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan

obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis yang dapat membuat

tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam rongga mulut (Ditjen POM,

1995). Tablet hisap tidak digunakan bahan penghancur, dan bahan yang

digunakan sebagian besar adalah bahan-bahan yang larut air. Tablet hisap

cendrung menggunakan banyak pemanis seperti sukrosa, manitol, sorbitol, selain

itu berbentuk datar dengan diameter sekitar >18 mm atau kurang dan ditujukan

untuk dihisap dan melarut di mulut. Penggunaan jenis tablet ini dimaksudkan

untuk memberi efek lokal antibakteri pada mulut dan tenggorokan (Peters, 1989).

Persyaratan mutu fisik tablet hisap berbeda dengan tablet biasa, perbedaan

tersebut diantaranya adalah kekerasan lebih tinggi dari tablet biasa, yaitu 7-14 kg,

serta larut atau terkikis secara perlahan dalam mulut dalam jangka waktu 5 - 10

menit (Banker dan Anderson, 1994).

Tablet hisap yang dibuat dengan kompres menggunakan mesin tablet

dengan punch yang besar dan datar. Mesin dijalankan dengan tekanan yang tinggi

untuk menghasilkan tablet hisap yang lebih keras dari tablet biasa sehingga

perlahan-lahan melarut akan hancur di dalam mulut (Ansel, 1989).

Ada dua tipe lozenges yang telah banyak digunakan pada zaman teknologi

sekarang ini dalam metode pembuatan tablet hisap. Kedua tipe ini adalah hard

candy lozenges dan compressed tablet lozenges:

6
Universitas Sumatera Utara
1. Hard candy lozenges

Adalah suatu sediaan yang terdiri dari campuran gula dan

karbohidrat dalam bentuk amorf atau kristal. Bentuk ini dapat berupa sirup

gula padat yang secara umum mempunyai kandungan air 0,5% -1,5%

pembuatan tablet hisap hampir sama dengan tablet biasa, dalam

pembuatannya dibutuhkan tekanan tinggi dan bahan pengikat yang lebih

banyak. Tablet hisap jenis ini dibentuk dengan jalan peleburan, bahan-

bahan tablet yang akan dibentuk dipanaskan dan mencair, ciran bahan

penyusun tablet dibiarkan sampai mengeras kemudian dipotong dengan

ukuran dan ketebalan yang pas. Tablet hisap diharapkan dapat melarut

perlahan- lahan dalam mulut sehingga kekerasan tablet ini harus lebih

besar dari tablet biasa (Peters, 1989).

2. Compressed tablet lozenges

Prinsipnya sama dengan pembuatan tablet kompresi biasa.

Perbedaan yang mendasar adalah pada bahan dasar, ukuran tablet dan

waktu hancur penyimpanan tablet. Biasanya memiliki diameter yang lebar

(antara 5/8 - 3/4 inci), dikempa dengan bobot tablet antara 1,5 - 4,0 g dan

diformulasi agar mengalami waktu larut dalam mulut secara perlahan-

lahan. Metode granulasi basah ini merupakan metode yang paling sering

digunakan dalam memproduksi tablet (Peters, 1989).

2.1.2 Metode pembuatan tablet

Pembuatan tablet hisap dapat dilakukan dengan metode berikut:

1. Metode kempa langsung

Istilah kempa langsung berlaku untuk proses umum pada pembuatan-

pembuatan tablet yang dikompressi ketika tidak ada perlakuan pendahuluan atau

7
Universitas Sumatera Utara
hanya perlakuan kecil yang dibutuhkan sebelum memasukkan bahan ke dalam

mesin tablet (Lachman, dkk., 1994).

2. Metode granulasi basah

Granulasi basah adalah proses penambahan cairan pada suatu serbuk atau

campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang

akan menghasilkan granul (Siregar dan Wikarsa, 2010).

3. Metode granulasi kering

Granulasi kering adalah metode pencampuran serbuk tanpa menggunakan

panas dan pelarut. Obatnya sensitif terhadap pemanasan, kelembaban, atau

keduanya (Lachman, dkk., 1994).

Metode ini paling sedikit disukai dari semua metode granulasi.

Membutuhkan prosedur dasar untuk membuat bahan menjadi kompak dengan cara

kompresi, sehingga memperoleh granul yang kompak. Metode granulasi kering

dibentuk oleh penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi

dengan cara memadatkan massa dalam jumlah yang besar dari campuran serbuk

dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke dalam massa

granul yang kering. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat

diolah karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya

diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1989).

2.1.3 Bahan tambahan tablet hisap

Bahan tambahan dapat dapat di artikan sebagai zat - zat yang

memungkinkan suatu obat atau bahan obat yang memiliki beberapa sifat khusus

untuk dibuat menjadi suatu sediaan obat, dengan mempertimbangkan efek obat,

kinerja obat, sifat kimia obat dan kemungkinan pengembangan jenis sediaan lain,

adapun zat-zat tambahan dalam sediaan tablet hisap meliputi :

8
Universitas Sumatera Utara
a. Bahan Pengisi (Diluent)

Bahan ini dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet (Anief, 2003).

Digunakan agar tablet memiliki ukuran dan massa yang dibutuhkan. Disamping

sifatnya yang harus netral secara kimia dan fisiologis, konstituen semacam itu

sebaiknya juga dapat dicernakan dengan baik (Voight, 1995).

Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain: sukrosa, laktosa, amilum,

kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, sorbitol dan bahan lain yang sesuai

(Lachman, dkk.,1994).

b. Bahan Pengikat (Binder)

Bahan ini dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat

(Anief, 2003). Juga untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet. Oleh

karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam

sebuah butir granulat. Cara penggunaannya dapat ditambahkan dalam keadaan

kering yaitu pada proses pembuatan tablet dengan metode cetak langsung atau

dalam bentuk larutan apabila digunakan metode granulasi basah (Voight, 1995).

Penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak akan menghasilkan massa

yang terlalu basah dan granul yang terlalu keras, sehingga tablet yang dihasilkan

mempunyai waktu hancur yang lama. Sebaliknya, kekurangan bahan pengikat

akan menghasilkan daya rekat yang lemah, sehingga tablet akan rapuh dan terjadi

capping. Sebagai bahan pengikat yang khas antara lain: gula dan jenis pati,

turunan selulosa (juga selulosa kristalin mikro), gom arab, tragakan dan gelatin

(Voight, 1995).

c. Bahan Pelicin (lubricant)

Bahan pelincir dapat memenuhi berbagai fungsi yang berbeda sehingga

banyak di kelompokkan menjadi bahan pengatur aliran (glidant), bahan pelincir

9
Universitas Sumatera Utara
(lubricant) dan bahan pemisah hasil cetakan (antiadheren). Manfaat pelincin

dalam pembuatan tablet terdapat dalam beberapa hal, yaitu mempercepat aliran

granul dalam corong, ke dalam ruang cetakan, mencegah melekatnya granul pada

cetakan, selama pengeluaran tablet mengurangi gesekan antara tablet dan dinding

cetakan dan memberikan rupa yang baik pada tablet yang sudah jadi (Ansel,

1989). Biasanya digunakan talkum, magnesium stearat (Anief, 2003).

d. Bahan Pewarna

Penggunaan zat warna dalam tablet memberikan keuntungan yaitu

menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi dan membuat

suatu produk menjadi lebih menarik. Pewarna dimasukkan dalam tablet bertujuan

untuk memperindah tablet, membedakan dosis, spesifikasi dari pabrik, dan untuk

memudahkan pengawasan (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Menurut Saati dan Hidayat, (2006) beberapa contoh zat pewarna alami

yang biasa digunakan untuk mewarnai makanan yaitu :

1. Karoten, memberikan warna jingga sampai merah. Dapat diperoleh dari

wortel, papaya dan sebagainya.

2. Biksin, memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh

dari biji pohon Bixa orellana yang terdapat di daerah tropis.

3. Karamel, memberikan coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis

pemecahan karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt.

4. Klorofil, memberikan warna hijau dan diperoleh dari daun. Banyak

digunakan untuk makanan. Pigmen klorofil banyak terdapat pada

dedaunan seperti daun suji, daun pandan, dan sebagainya. Selain

menghasilkan warna hijau yang cantik, juga memiliki aroma yang khas,

Cocok sebagai pewarna makanan.

10
Universitas Sumatera Utara
5. Antosianin, memberikan warna merah, oranye, ungu dan biru. Banyak

terdapat pada bunga dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air,

kembang sepatu, bunga tasbih, anggur, buah apel, dan lain-lain.

6. Kurkumin, berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu dapur dan

memberikan warna kuning (Saati dan Hidayat, 2006). Kurkumin

merupakan zat warna alami yang diperoleh dari tanaman kunyit

(Zingiberaceae). Zat warna ini dapat dipakai dalam minuman tidak

beralkohol, seperti sari buah. Akan tetapi zat warna ini masih kalah oleh zat

warna sintesis dalam hal warnanya (Koswara, 2009).

e. Bahan Pemanis

Zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau tablet hisap

yang ditujukan untuk larut di dalam mulut. Macam-macam bahan ini antara lain:

Manitol, sakarin, sukrosa dan aspartam (Banker dan Anderson, 1994).

2.1.4 Permasalahan dalam pembuatan tablet hisap

Masalah-masalah yang terjadi dalam pembuatan tablet hisap yaitu :

1. Kekerasan Tablet

Pada pembuatan formulasi granulasi basah, penambahan jumlah pengikat

yang tidak cukup akan menghasilkan granul yang kekurangan gaya

intragranul atau intergranul. Pada pengempaan, tablet yang dihasilkan

akan mengandung granul yang tidak terikat dalam area tekanan tinggi.

2. Lembab

Tiap granul tablet yang memiliki rentang kandungan lembab kritis tertentu

yang membantu membentuk granul yang memiliki gaya kohesif optimum.

Jika kandungan lembab berada dalam rentang 0,75-2,0%, granul yang

terbentuk biasanya merupakan granul yang baik.

11
Universitas Sumatera Utara
3. Penjeratan Udara

Penjeratan udara merupakan sumber masalah yang biasa menyebabkan

kaping pada tablet berbobot tinggi. Hal yang menyebabkan laminasi tablet

ini biasanya diperbaiki dengan memadatkan granul, yaitu dengan

menambahkan jumlah pengikat dalam produk granulasi basah.

4. Tekanan Berlebihan Selama Pengempaan

Penggunaan tekanan pengempaan granul yang melebihi tekanan

pengikatan optimum partikel-partikel mengakibatkan kerusakan ikatan

intergranul. Sebagai penyebab kaping, laminasi, pengaruh tekanan dapat

ditentukan dengan mengurangi tekanan pengempaan secara bertahap

sampai terbentuk tablet yang dapat diterima.

5. Kegagalan lubrikan

Kesulitan pengeluaran tablet akibat kegagalan lubrikan biasanya

ditunjukkan oleh keberadaan garis-garis yang tidak beraturan di pinggir

tablet (Siregar, 2010).

2.1.5 Monografi bahan tambahan tablet hisap

a. Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan

rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal putih,

tidak berwarna, tidak berbau, dan mencair senyawa ini bersifat reduktor kuat dan

mempunyai rasa asam. Vitamin C sangat mudah larut dalam air sedikit larut

dalam alkohol dan tidak larut dalam benzene, eter, kloroform, minyak dan

sejenisnya . Vitamin C tidak stabil dalam larutan (Andarwulan dan Koswara,

1989). Vitamin C mempunyai efek sistemik dalam mensintesis kolagen, kolagen

sangat penting pada kesehatan tulang rawan, tulang, gigi, dan kulit. Gangguan

12
Universitas Sumatera Utara
sintesis kolagen terjadi pada pasien skorbut, skorbut adalah penyakit akibat

kekurangan vitamin C. Hal ini tampak pada kesulitan dalam penyembuhan luka,

pendarahan pada gusi, gangguan pembentukan gigi, berasa lemah dan nyeri sendi.

Struktur kimia Vitamin C dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini (Ditjen

POM, 1995) :

Gambar 2.1 Struktur Kimia Vitamin C


b. Laktosa

Laktosa adalah disakarida yang diperoleh dari susu, bentuk anhidrat atau

mengandung satu molekul air hidrat, berbentuk serbuk atau masa hablur, keras,

putih dan putih krem, tidak berbau dan memiliki tingkat kemanisan relatif sama

dengan 0,2 kali tingkat kemanisan sukrosa. Laktosa mudah larut dalam air dan

lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut

dalam kloroform dan dalam eter (Ditjen POM., 1995). Laktosa merupakan bahan

pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak bereaksi dengan hampir semua

bahan obat, baik yang digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat. Umumnya

formulasi memakai laktosa menunjukkan laju pelepasan obat yang baik,

granulnya cepat kering (Lachman, dkk., 1994).

c. Dekstrin

Dekstrin pada dasarnya merupakan senyawa hidrolisis pati yang tidak

sempurna, terdiri dari campuran gula-gula dalam bentuk sederhana dalam jumlah

kecil. Berupa serbuk atau granul berwarna putih agak kekuningan, memiliki rasa

manis berkisar 10 - 25% rasa manis gula biasa. Dekstrin merupakan bahan umum

13
Universitas Sumatera Utara
pengisi tablet yang memiliki sifat alir, kompresibilitas dan daya ikat yang baik

(Rowe, dkk., 2009).

Dekstrin tidak berasa, dikenal sebagai bahan tambahan makanan yang

aman. Dekstrin lebih mudah larut dari pada pati, harga dekstrin lebih murah,

dekstrin juga mempunyai rasa yang enak (Sadeghi, dkk., 2008)

d. Avicel ph 102

Avicel merupakan mikrokristalin selulosa (MCC) yang berbentuk sebuk

berwarna putih, tidak larut dalam air, tidak reaktif, dan merupakan bahan pengisi

yang baik. Avicel biasanya tidak digunakan sebagai bahan pengisi tunggal,

kecuali jika digunakan untuk mengetahui kemampuannya sebagai bahan pengikat

pada formulasi. Avicel akan lebih baik apabila dikombinasi dengan bahan pengisi

yang lain seperti laktosa, manitol, amilum, atau kalsium sulfat (Bandelin, 1989).

Avicel juga merupakan pengikat yang sangat baik dan dapat memperbaiki

kekuatan mekanik secara signifikan pada beberapa formulasi yang lemah, avicel

PH 101 (serbuk) dan PH 102 (granul) (Siregar dan Wikarsa, 2010).

e. Amilum

Amilum merupakan campuran dua macam struktur polisakarida yang

berbeda amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polisakarida, polimer yang

tersusun dari glukosa sebagai monomernya. Amilosa merupakan polimer tidak

bercabang yang bersama-sama dengan amilopektin menjadi komponen penyusun

pati. Pati yang digunakan sebagai pengikat adalah musilago amili 5-10%.

Tergantung pada jumlah panas yang digunakan, pati dapat terhidrolisis menjadi

dekstrin dan kemudian glukosa. Oleh karena itu, ketelitian dalam pembuatan

musilago amili diperlukan untuk menghasilkan perbandingan pati dan produk

hidrolisisnya konsisten dan benar, dan juga untuk pencegahan pengarangan.

14
Universitas Sumatera Utara
f. Natrium metabisulfit

Natrium metabisulfit mengandung sejumlah Na 2S2O5. Berupa hablur putih

atau serbuk hablur putih kekuningan berbau belerang oksida. Mudah larut dalam

air dan dalam gliserin, sukar larut dalam etanol. Natrium metabisulfit

dipergunakan sebagai bahan pengawet dan antioksidan dalam makanan. Natrium

metabisulfit ditambahkan pada bahan pangan untuk mencegah proses pencoklatan

dan mempertahankan warna agar tetap menarik (Ditjen POM, 1995). Salah satu

yang digunakan sebagai antioksidan pada tablet hisap Vitamin C.

d. Magnesium stearat

Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran

asam padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat

dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan tidak kurang dari 6,8% dan

tidak lebih dari 8,3% MgO. Magnesium stearat merupakan serbuk halus, putih,

berbau lemak, khas mudah melekat dikulit, bebas dari butiran. Kelarutan tidak

mudah larut dalam air, dalam etanol, dalam eter (Ditjen POM.,1995).

e. Talkum

Talkum adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang

mengandung sedikit aluminium silikat. Berupa serbuk hablur sangat halus, putih,

atau kelabu (Ditjen POM, 1995).

Talkum memiliki tiga keuntungan antara lain dapat berfungsi sebagai

bahan pengatur aliran, bahan pelicin dan bahan pemisah hasil cetakan. Talkum

digunakan sebagai glidant pada proses pembuatan tablet sebagai bahan tambahan

(Voight, 1995).

15
Universitas Sumatera Utara
BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian ini adalah eksperimental meliputi pengumpulan,

pengolahan bahan tanaman, penyediaan simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan

tablet hisap, evaluasi terhadap mutu fisik sediaan seperti uji preformulasi, uji

evaluasi data hasil percobaan. Penelitian dilakukan di Laboratorium

Farmakognosi, Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi II dan Laboratorium

Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat- Alat dan Bahan

3.1.1 Alat- Alat

Alat- alat yang digunakan adalah pisau, lemari pengering, kertas

perkamen, lampu, lemari pengering, blender, corong, kertas saring, penjepit

tabung, cawan porselin, gelas ukur, erlenmeyer, pipet tetes, ayakan mesh 16, 20,

40, 60, 80 dan 100, beaker glass, lumpang dan alu, rotary evaporator, waterbath,

spatel, desintegrator (Copley), Roche friabilator (Erweka), hardness tester

(Copley), dissolution tester, neraca analitik (Boeco), stopwatch, mesin cetak tablet

single punch (Erweka), spektrofotometer UV- Vis (Shimadzu UV-1800) dan alat-

alat gelas lainnya.

3.1.2 Bahan- Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit,

etanol 96%, Vitamin C (Multifa) laktosa, dekstrin, avicel PH 102, mg stearat,

talkum, amilum manihot, Na. metabisulfit dan serbuk amilum (derajat farmasetik)

dan pewarna (ekstrak kunyit).

16
Universitas Sumatera Utara
3.2 Penyiapan Bahan Tanaman

Penyiapan bahan tanaman meliputi pengambilan bahan tanaman dan

pengolahan bahan tanaman.

3.2.1 Pengambilan bahan tanaman

Metode pengambilan bahan dilakukan secara purposive tanpa membandingkan dengan

bahan yang sama dari daerah lain. Rimpang kunyit diperoleh dari Pasar Tradisional

Gambir. Medan, Sumatera Utara.

3.2.2 Pengolahan bahan tanaman

Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah daun rimpang

kunyit yang masih segar. Rimpang kunyit dipisahkan dari pengotor (sortasi

basah), lalu dicuci hingga bersih kemudian ditiriskan dan ditimbang. Selanjutnya

rimpang kunyit dikeringkan dalam lemari pengering dengan temperatur ± 40°C

secara terpisah sampai rimpang kunyit kering. Simplisia yang telah kering

diblender menjadi serbuk, ditimbang.

3.3 Pembuatan Ekstrak Rimpang Kunyit

Rimpang kunyit kering yang telah dihaluskan, diayak, lalu ditimbang

sebanyak 500 gram kemudian dimaserasi selama 3 jam dengan etanol 96%.

Selanjutnya diperkolasi dengan etanol 96% sampai diperoleh warna bening dari

perkolatnya. Lalu dipekatkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak

kental. Kemudian ditimbang berat ekstrak kental yang diperoleh.

3.4 Pembuatan Pewarna Dari Ekstrak Rimpang Kunyit

Hasil ekstraksi ditambahkan dengan amilum manihot menggunakan

pengenceran 1:4, lalu ayak dengan mesh 40 dan keringkan dilemari pengering

17
Universitas Sumatera Utara
dengan suhu 40 - 60 24 jam, setelah kering ayak lagi dengan mesh 40 agar

granul yang terbentuk berukuran seragam.

3.5 Pembuatan Tablet

Kombinasi pengisi laktosa dan dekstrin yang akan dibuat mengacu pada

formula yang telah dilakukan oleh (Noviza, D., dkk). Yaitu jurnal formulasi tablet

hisap ekstrak temulawak (Curcuma xanthorihzaRoxb.) dengan gelatin sebagai

bahan pengikat. Jurnal tersebut menggunakan manitol sebagai pengisi, dengan

variasi pengisi 73,5%, 72,5% dan 71,5% dari bobot tablet 600 mg. Dan

dinyatakan bahwa pengisi yang paling baik adalah 71,5% pada formula 3 dengan

menggunakan variasi bahan pengikat gelatin 15% daripada 5% dan 10%.

Menurut Hadisoewignyo (2015) ada beberapa metode pembuatan bahan

ko-proses yaitu dengan metode semprot kering (spray drying), fluid bed spray

granulation, granulasi basah (wet granulation), granulasi kering (dry

granulation/roller compaction), granulasi pelelehan (melt granulation),

Penggilingan (milling/dry grinding). Pada pembuatan ko-proses laktosa-amilum

manihot digunakan dengan metode granulasi basah.

Menurut Gohel (2005) jumlah zat aktif yang berbentuk serbuk (fines)

pada pembuatan tablet masih dapat dicetak dengan metode cetak langsung jika

jumlahnya maksimal 30-40% sedangkan menurut lachman dkk (1994) pemakaian

zat aktif dalam bentuk serbuk pada pembuatan tablet dengan metode cetak

langsung biasanya dibatasi sampai 30%.

Pembuatan tablet hisap Vitamin C menggunakan laktosa dan dekstrin

dibuat dengan metode cetak langsung sebanyak 6 formula yang masing-

masingnya terdiri dari 100 tablet. Perbedaan keenam formula ini adalah jumlah

18
Universitas Sumatera Utara
laktosa dan dekstrin yang dikombinasikan, dengan bobot tablet 600 mg, diameter

13 mm dan dicetak menggunakan mesin cetak tablet single punch bertekanan

tinggi.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan dipasaran untuk sediaan tablet

hisap Vitamin C didapatkan dosis 25 mg, 50 mg, 60 mg, 75 mg, 100 mg dan 500

mg. Dari tablet hisap itu sendiri memiliki warna kuning sebagai nilai estetika

sediaan. Pewarna dimasukkan dalam tablet bertujuan untuk memperindah tablet,

membedakan dosis, spesifikasi dari pabrik, dan untuk memudahkan pengawasan

(Siregar dan Wikarsa, 2010). Zat pewarna alami yang biasa digunakan untuk

mewarnai makanan yaitu kurkumin berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu

dapur dan memberikan warna kuning (Saati dan Hidayat, 2006).

Formula : R/ Vitamin C 50 mg dan 75 mg


Bahan pengisi 69% (bervariasi)
(kombinasi antara laktosa granul dan desktrin)
R/ Laktosa
Amilum manihot 10% q.s
Pewarna 2%
Avicel (Kristal) pH102 10%
Na. Metabisulfit 0,005 mg
Mg. Stearat 2%
Talkum 1%
Serbuk amilum q.s
m.f.tab.dtd.No.C

19
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Formula tablet hisap Vitamin C
N Bahan Formula
o F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7
1 Vitamin C 50 50 50 75 75 75
(mg)
2 Avicel PH 60 60 60 60 60 60
102 (mg)
3 Laktosa 310,5 207 103,5 310,5 207 103,5
granul (mg) Tablet
4 Dekstrin 103,5 207 310,5 103,5 207 310,5 hisap
(mg) Vitami
5 Amilum 18 18 18 18 18 18 n C di
manihot pasaran
10% (mg) (Ipi)
6 Na. 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005
Metabisulfit
(mg)
7 Mg. Stearat 12 12 12 12 12 12
(mg)
8 Talkum 6 6 6 6 6 6
(mg)
9 Pewarna 12 12 12 12 12 12
(mg)
1 Serbuk 27,995 27,995 27,995 2,995 2,995 2,995
0 amilum
(mg)
Total 600 600 600 600 600 600

Keterangan
F1 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1
F2 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F3 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3
F4 = Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1
F5= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F6= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3
F7= Tablet hisap Vitamin C dari pasaran ( C ipi)

3.6 Pembuatan Ko-proses Laktosa- Amilum

Serbuk amilum dimasukkan ke beaker glass dan tambahkan air kemudian

dipanaskan sampai terbentuk mucilage amili yang transparan sambil diaduk.

Laktosa dibasahkan dengan mucilage amili 10% sampai diperoleh massa yang

kompak sambil ditambahkan sedikit demi sedikit pewarna kunyit gerus sampai

20
Universitas Sumatera Utara
homogen, kemudian diayak dengan mesh 14, lalu dikeringkan dilemari pengering

pada suhu 40 - 60 3 jam , setelah kering diayak lagi dengan ayakan mesh 16

hingga terbentuk granul yang berukuran seragam.

3.7 Pembuatan Tablet Hisap

Semua bahan ditimbang, ke dalam lumpang dimasukkan granul laktosa,

dekstrin, sebagai bahan pengisi, avicel ph 102 sebagai pengikat kemudian diikuti

dengan mg.stearat dan talkum sebagai lubrikan dan glidan, lalu ditambahkan

Na.metabisulfit dan serbuk amilum sebagai antioksidan dan pemenuh komposisi

tablet, dan di akhir tambahkan Vitamin C sebagai zat aktif lalu campurkan hingga

homogen. Setelah semua bahan tercampur secara merata, massa cetak tablet di-

evaluasi. Terdapat tiga tahap dalam pembuatan tablet dengan metode kempa

langsung yaitu 1. Penimbangan bahan (bahan aktif dan bahan tambahan)

2.Pencampuran bahan aktif dengan semua bahan tambahan dan 3. Kompresi tablet

(Hadisoewignyo, 2015).

3.8 Uji Preformulasi

3.8.1 Waktu alir granul

Penetapan laju alir dilakukan dengan menggunakan corong alir. Granul

sebanyak 100 gram dimasukkan kedalam corong yang telah dirangkai, kemudian

permukaannya diratakan. Penutup bawah corong dibuka dan secara serentak

stopwatch dihidupkan. Stopwatch dihentikan jika seluruh granul tepat habis

melewati corong dan penutup bawah ditutup kembali kemudian dicatat waktu

alirnya.

Syarat: talir < 10 detik (Voight, 1995).

21
Universitas Sumatera Utara
3.8.2 Sudut diam granul

Penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong. Seratus

gram granul dimasukkan ke dalam corong, permukaannya diratakan, lalu penutup

bawah corong dibuka dan dibiarkan granul mengalir melalui corong, setelah

semua granul mengalir penutup bawah ditutup kembali. Lalu hitung sudut diam.

Sudut diam dapat ditentukan besar nya dengan rumus :

Tg θ = 2h/D

Keterangan : θ = sudut diam


h = tinggi kerucut (cm)
D = diameter (cm)
Syarat: 20° < θ < 40° (Cartensen, 1977).

3.8.3 Indeks tap granul

Dimasukkan granul ke dalam gelas ukur sampai garis tanda dan

dinyatakan sebagai volume awalnya (V1), kemudian gelas ukur dihentakkan

sebanyak 20 kali dengan alat yang dimodifikasi. Setelah hentakan, volumenya

dinyatakan sebagai volume akhir (V2).

Indeks tap dapat dihitung dengan rumus :

Indeks tap = x 100%

Keterangan : V1 = Volume awal sebelum hentakan


V2 = Volume akhir setelah hentakan

Syarat indeks tap yaitu sama atau lebih kecil dari 20% (Voight, 1995).

3.8.4 Distribusi partikel

Distribusi ukuran partikel ditetapkan dengan prosedur pengayakan

(Siregar, 2008). Ayakan disusun dengan berbagai ukuran. Mesh terbesar

diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh yang

semakin kecil. Setelah itu diayak dan dihitung granul dan fines yang didapat.

22
Universitas Sumatera Utara
3.9 Evaluasi Tablet Hisap

3.9.1 Kekerasan

Alat : Hardness Tester (Copley)

Cara : Diambil tablet, masing-masing diletakkan pada tempat yang tersedia pada

alat dengan posisi tidur, alat diatur, kemudian ditekan tombol start. Pada saat

tablet pecah angka yang tertera pada layar digital dicatat. Percobaan ini dilakukan

untuk 5 tablet. Syarat kekerasan tablet hisap yaitu 7-14 kg (Banker and Anderson,

1994).

3.9.2 Friabilitas

Awalnya 20 tablet dibersihkan dari debu dan ditimbang lalu masukkan 20

tablet tersebut ke dalam alat dan jalankan alat dengan kecepatan 25 rpm selama 4

menit (100 kali putaran). Kemudian keluarkan tablet, bersihkan dari debu dan

timbang kembali. Hitung selisih berat sebelum dan sesudah perlakuan.

F= x 100 %

Keterangan :
a = bobot total tablet sebelum diuji
b = bobot total tablet setelah diuji

Tablet tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan jika memiliki keregasan

kurang dari 1%.

3.9.3 Waktu larut

Penetapan waktu larut tablet menggunakan alat Disintegration tester. Alat

ini terdiri dari suatu rangkaian keranjang, gelas piala berukuran 1000 mL

thermostat dengan suhu 35-39°C dan alat untuk menaik turunkan keranjang

dengan frekuensi antara 29-32 kali per menit. Tablet yang diuji sebanyak 6 tablet,

dimasukkan 1 tablet ke dalam masing-masing tabung keranjang, masukkan satu

23
Universitas Sumatera Utara
cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, turun naikkan keranjang secara teratur

antara 29-32 kali tiap menit. Tablet dinyatakan larut jika tidak ada bahagian tablet

yang tertinggal di atas kasa. Waktu melarut yang ideal bagi tablet hisap adalah

selama sekitar 5 sampai 10 menit (Banker dan Anderson, 1994).

3.9.4 Keseragaman kandungan

Tablet yang dibuat yaitu tablet Vitamin C dengan berat satu tablet 600 mg

dan mengandung Vitamin C 50 dan 75 mg, berarti bobot zat berkhasiat lebih kecil

dari 50% bobot sediaan karena itu penetapan keseragaman sediaan dilakukan

dengan menetapkan keseragaman kandungan (Ditjen POM, 1995) yang dilakukan

sebagai berikut :

Diambil setiap formula yang dibuat, diuji homogenitas dengan mengambil

secara acak 10 tablet, dan masing-masing tablet Vitamin C tersebut digerus dan

ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dilarutkan dan

diencerkan dengan air suling hingga garis tanda. Kemudian disaring, 10 ml filtrat

pertama dibuang. Dipipet 10 ml filtrat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100

ml, dan diencerkan lagi dengan air suling, lalu dipipet 5 ml dan dimasukkan

kedalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda, lalu dikocok

sampai homogen. Larutan ini lalu diukur serapannya dengan menggunakan

spektrofotometri Uv.

Tablet memenuhi persyaratan dalam keseragaman sediaan jika kadarnya

terletak antara 85% hingga 115% dari yang tertera pada etiket dan Tablet yang

dibuat yaitu tablet Vitamin C dengan berat satu tablet 600 mg dan mengandung

Vitamin C 50 mg dan 75 mg, berarti bobot zat berkhasiat lebih kecil dari 50%

bobot sediaan karena itu penetapan keseragaman sediaan dilakukan dengan

menetapkan keseragaman kandungan (Ditjen POM, 1995).

24
Universitas Sumatera Utara
3.10 Penetapan Kadar Tablet Hisap Vitamin C

3.10.1. Pembuatan pelarut HCl 0,1 N

Diencerkan 8,3 ml HCl 37% dengan 1 Liter akuades (Ditjen POM, 1979).

3.10.2 Pembuatan larutan induk baku

Ditimbang 50 mg bahan baku Vitamin C, dimasukkan ke dalam labu

tentukur 100 ml. Ditambahkan HCl 0,1 N dikocok sampai larut, lalu dicukupkan

HCl 0,1 N sampai garis tanda, konsentrasi teoritis adalah 500 mcg/ ml (LIB I).

Selanjutnya dipipet sebanyak 10 ml dari LIB I lalu dimasukkan ke dalam labu

tentukur 100 ml lalu dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, kemudian

dikocok hingga homogen, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi teoritis

50 mcg/ ml (LIB II).

3.10.3 Pembuatan kurva serapan

Dipipet LIB II sebanyak 4 ml, lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 25

ml dan ditambahkan HCl 0,1 N hingga garis tanda, kemudian dikocok homogen

sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi teoritis 8 mcg/ ml. Diukur pada

panjang gelombang 200 - 400 nm.

3.10.4 Pembuatan kurva kalibrasi

Dipipet LIB II sebanyak 1,8 ml, 2,7 ml, 3,6 ml, 4,5 ml, dan 5,4 ml, masing-

masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan HCl 0,1 N

sampai garis tanda. Dikocok homogen sehingga diperoleh larutan dengan

konsentrasi 3,6 mcg/ ml, 5,4 mcg/ ml, 7,2 mcg/ ml, 9,0 mcg/ ml, 10,8 mcg/ ml.

Diukur serapannya pada panjang gelombang 243 nm.

3.10.5 Penetapan kadar Vitamin C

Ditimbang 20 tablet, dicatat beratnya, kemudian digerus sampai homogen.

Ditimbang sejumlah serbuk setara dengan 50 mg Vitamin C sebanyak 6 kali,

25
Universitas Sumatera Utara
masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml,tambahkan air suling

sampai garis tanda. Saring dengan kertas saring, filtrat pertama dibuang 10 ml.

Dari larutan ini pipet 10 ml, masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, encerkan

dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. selanjutnya dipipet 5 ml filtrat, dimasukkan

kedalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan sampai garis tanda kocok hingga

homogen. Kemudian ukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang

diperoleh.

3.11 Disolusi Tablet

Medium : 900 ml larutan HCl 0,1 N

Alat : tipe 2 (tipe dayung)

Kecepatan putaran : 50 rpm

Waktu :45 menit

Prosedur:

Satu tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi, suhu 37OC ± 0,5OC.

Kemudian dayung diputar dengan kecepatan 50 rpm. Dalam interval waktu 5, 10,

15, 20, 35, 45 menit, larutan dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam labu

tentukur 25 ml lalu diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Serapan

diukur pada panjang gelombang maksimum dengan menggunakan HCl 0,1 N

sebagai blanko. Volume medium disolusi diusahakan tetap dengan menambahkan

HCl 0,1 N dengan jumlah yang sama dengan yang diambil (Ditjen POM, 1995).

Persyaratan: Dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 75% (Q)

C6H8O6 dari jumlah yang tertera pada etiket (USP 2007).

Interpretasi: Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan

yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Apabila tidak memenuhi persyaratan

26
Universitas Sumatera Utara
maka pengujian dilanjutkan sampai tiga tahap, kecuali bila hasil pengujian

memenuhi tahap S1 atau S2. Kriteria penerimaan zat aktif yang larut dengan

disolusi dapat dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.2 Kriteria Penerimaan Zat Aktif Yang Larut Dengan Disolusi
Tahap Jumlah Yang Diuji Kriteria Penerimaan
S1 6 Tiap Unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%
S2 6 Rata-rata dari 12 unit (S1 + S2 ) adalah sama
dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit
sediaan yang lebih kecil dari Q - 15%
S3 12 Rata-rata dari 24 unit adalah sama dengan atau
lebih besar dari Q tidak lebih dari 2 unit sediaan
yang lebih kecil dari Q - 15% dan tidak 1 unit
pun kurang dari Q - 25%

27
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Ekstraksi Rimpang Kunyit

Hasil ekstraksi 500 g serbuk simplisia rimpang kunyit dengan

menggunakan pelarut etanol 96% secara perkolasi diperoleh ekstrak cair yang

kemudian diuapkan dengan rotary evaporator. Ekstrak kental yang diperoleh

sebanyak 58,29 g dengan rendemen 11,658%.

4.2. Hasil Uji Preformulasi

Hasil uji preformulasi yang dilakukan terhadap semua formula Vitamin C

yang dibuat dengan menggunakan laktosa dan dekstrin sebagai bahan pengisi

yang meliputi uji waktu alir, uji sudut diam dan uji indeks tap. Berikut tabel hasil

uji preformulasi berbagai formula yang dibuat.

Tabel 4.1 Hasil Uji Preformulasi tablet hisap


Distribusi
Formula Waktu alir Indeks Tap(%) Partikel (%)
(detik) Sudut diam ( )
(fines)
F1 3,8 33,45 12,46 20,79
F2 3,9 36,70 13,97 27,5
F3 4,9 37,78 15,82 36,33
F4 3,5 30,13 11,83 19,73
F5 4,1 35,13 13,45 27,68
F6 4,7 36,89 14,95 33,80
Syarat < 10 detik 20º < θ < 40º I≤ 20 % Fines 30-40%

Keterangan :
F1 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1
F2 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F3 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3
F4 = Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1
F5= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F6= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3

28
Universitas Sumatera Utara
4.2.1. Waktu alir granul

Hasil uji waktu alir (detik) granul tablet hisap dari keenam formula dapat

dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Histogram waktu alir massa granul tablet hisap Vitamin C 50 mg
dan 75 mg

Berdasarkan Gambar 4.1 diatas dapat dilihat bahwa keenam yang masih

berada dalam batas persyaratan uji waktu alir, yaitu formula 1 sebesar 3,8 detik,

formula 2 sebesar 3,9 detik, formula 3 sebesar 4,9 detik, formula 4 sebesar 3,5

detik, formula 5 sebesar 4,1 detik dan formula 6 sebesar 4,7 detik. Hal ini sesuai

dengan persyaratan uji preformulasi waktu alir, yaitu waktu yang diperlukan tidak

lebih dari 10 detik. Menurut (Cartensen, 1977), waktu yang diperlukan dalam uji

waktu alir tidak lebih dari 10 detik. Sifat alir memiliki peranan penting dalam

pembuatan tablet yaitu berkaitan dengan keseragaman bobot dan dosis, granul

dengan sifat alir baik akan mudah mengisi lubang matriks dengan volume tetap

sehingga tidak terjadi perbedaan bobot dan dosis nya dapat seragam. Semakin

pendek waktu alirnya maka akan mempermudah proses transportasi bahan

terhadap alat cetak (Wells, 1987).

29
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Sudut diam granul

Hasil uji sudut diam granul tablet hisap dari keenam formula dapat dilihat

pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Histogram sudut diam massa granul tablet hisap Vitamin C 50 mg
dan 75 mg

Berdasarkan Gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa keenam formula masih

berada dalam batas persyaratan uji sudut diam, yaitu formula 1 sebesar 33,45 ,

formula 2 sebesar 36,7 , formula 3 sebesar37,78 , formula 4 sebesar30,13 ,

formula 5 sebesar 35,13 , formula 6 sebesar 36,89 . Semuanya masih berada

dalam batas persyaratan uji preformulasi sudut diam yaitu berkisar antara 20°

sampai 40° menunjukkan sifat alir yang baik (Cartensen, 1977).

Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan

kelembapan granul. Semakin kecil sudut diam yang dibentuk maka waktu alirnya

baik dan semakin besar sudut diam yang dibentuk maka waktu alirnya kurang

baik.

30
Universitas Sumatera Utara
4.2.3. Indeks tap granul

Hasil uji indeks tap granul tablet hisap dari keenam formula dapat dilihat

pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Histogram indeks tap massa granul tablet hisap Vitamin C 50 mg
dan 75 mg

Berdasarkan Gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa keenam formula masih

berada dalam batas persyaratan uji indeks tap, yaitu formula 1 sebesar 12,46%,

formula 2 sebesar 13,97%, formula 3 sebesar 15,82%, formula 4 sebesar 11,83%,

formula 5 sebesar 13,45%, formula 6 sebesar 14,95%. semuanya masih berada

dalam batas persyaratan uji preformulasi indeks tap. Granul yang bersifat

mengalir bebas adalah partikel yang memiliki indeks tap ≤ 20%. Pengetapan

merupakan penurunan volume sejumlah granul atau serbuk akibat hentakan dan

getaran, semakin kecil presentase indeks tap semakin baik sifat alirnya.

Semakin rendah persentase indeks tap menunjukkan kualitas yang lebih

baik dari sifat fisis massa granul yang akan diformulasikan kedalam bentuk tablet

(Voight, 1995).

31
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Distribusi partikel

Hasil uji distribusi partikel tablet hisap dari keenam formula dapat dilihat

pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Histogram distribusi partikel massa granul tablet hisap Vitamin C
50 mg dan 75 mg

Berdasarkan Gambar 4.4 diatas dapat dilihat bahwa keenam formula masih

berada dalam batas persyaratan uji distribusi partikel, yaitu formula 1 sebesar

20,79%, formula 2 sebesar 27,5%, formula 3 sebesar 36,33%, formula 4 sebesar

19,73%, formula 5 sebesar 27,68%, formula 6 sebesar 33,80%. semuanya masih

berada dalam batas persyaratan uji preformulasi distribusi partikel. Menurut

Gohel (2005) jumlah zat aktif yang berbentuk serbuk (fines) pada pembuatan

tablet masih dapat dicetak dengan metode cetak langsung jika jumlahnya

maksimal 30-40% sedangkan menurut lachman dkk (1994) pemakaian zat aktif

dalam bentuk serbuk pada pembuatan tablet dengan metode cetak langsung

biasanya dibatasi sampai 30%. Distribusi ukuran partikel sangat penting untuk

memperoleh granul yang kompak dan tidak mudah hancur. Jadi semakin rendah

fines dan semakin tinggi granul maka tablet semakin mudah dicetak.

32
Universitas Sumatera Utara
4.3 Hasil Uji Evaluasi Tablet

Evaluasi tablet hisap Vitamin C yang dilakukan adalah uji kekerasan

tablet, uji waktu larut, uji penetapan kadar, uji friabilitas, uji keseragaman

kandungan dan uji disolusi tablet.

4.3.1 Uji kekerasan

Uji Kekerasan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 Hasil Uji Kekerasan Tablet Hisap

Formula Kekerasan (Kg)


F1 7,9
F2 7,5
F3 7,3
F4 8,3
F5 7,7
F6 7,5
Syarat 7-14 Kg

Keterangan:
F1 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1
F2 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F3 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3
F4 = Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1
F5= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F6= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3

Gambar 4.5 Histogram kekerasan tablet hisap Vitamin C 50 mg dan 75 mg

33
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Gambar 4.5 diatas dapat dilihat bahwa keenam formula masih

berada dalam batas persyaratan uji kekerasan, formula 1 sebesar 7,9 kg, formula 2

sebesar 7,5 kg, formula 3 sebesar 7,3 kg, formula 4 sebesar 8,3 kg, formula 5

sebesar 7,7 kg, formula 6 sebesar 7,5 kg.

Menyimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi laktosa yang digunakan

maka kekerasan akan semakin bertambah dan semakin rendah konsentrasi

dekstrin yang digunakan maka kekerasan juga akan semakin bertambah.

Persyaratan yang ditetapkan untuk kekerasan tablet yaitu 10 – 20 kg (Parrot,

1971).

Dan uji kekerasan pada tablet hisap juga berpengaruh pada bahan

pengikat, semakin banyak bahan pengikat yang digunakan maka tablet semakin

keras.

4.3.2. Uji waktu larut

Uji waktu larut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Hasil Uji Waktu Larut


Formula Waktu Larut (menit)
F1 7,52
F2 7,30
F3 7,27
F4 7,73
F5 7,44
F6 7,35
Syarat 5-10 menit

Keterangan:
F1 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1
F2 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F3 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3
F4 = Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1
F5= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F6= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3

34
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Histogram waktu larut tablet hisap Vitamin C 50 mg dan 75 mg

Berdasarkan Gambar 4.6 diatas dapat dilihat bahwa keenam formula masih

berada dalam batas persyaratan uji waktu larut, formula 1 sebesar 7,52 menit,

formula 2 sebesar 7,3 menit, formula 3 sebesar 7,27 menit, formula 4 sebesar 7,73

menit, formula 5 sebesar 7,44 menit, formula 6 sebesar 7,35 menit. Waktu melarut

yang ideal bagi tablet hisap adalah selama sekitar 5 sampai 10 menit (Banker dan

Anderson, 1994).

Waktu melarut adalah waktu yang dibutuhkan tablet hisap untuk melarut

atau terkikis secara perlahan di dalam rongga mulut, karena sediaan tablet hisap

ini diharapkan mampu memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan,

meskipun dapat juga dimaksudkan untuk diabsorbsi secara sistemik setelah

ditelan (Banker dan Anderson, 1994).

Waktu larut pada tablet hisap Vitamin C dari keenam formula sangat

minimum rata-rata > 7 menit, oleh sebab itu untuk meningkatkan waktu larut

pada tablet bahan pengikat harus lebih besar sehingga tablet hisap menjadi lebih

keras dan waktu larut semakin lama.

35
Universitas Sumatera Utara
4.3.3. Uji friabilitas

Uji friabilitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Formula Friabilitas (%)


F1 0,025
F2 0,036
F3 0,041
F4 0,020
F5 0,035
F6 0,039
Syarat < 1%
Tabel 4.4 Hasil Uji Friabilitas Tablet Hisap

Keterangan:
F1 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1
F2 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F3 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3
F4 = Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1
F5= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F6= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3

Gambar 4.7 Histogram friabilitas tablet hisap Vitamin C 50 mg dan 75 mg

Berdasarkan Gambar 4.7 diatas dapat dilihat bahwa keenam formula masih

berada dalam batas persyaratan uji friabilitas, formula 1 sebesar 0,025%, formula

2 sebesar 0,036%, formula 3 sebesar 0,041%, formula 4 sebesar 0,020%, formula

36
Universitas Sumatera Utara
5 sebesar 0,035%, formula 6 sebesar 0,039%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil

evaluasi friabilitas tablet dari semua formula memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan.

Friabilitas memberi gambaran ketahanan tablet terhadap benturan mekanis

dalam pada saat pengangkutan dan pengemasan. Nilai friabilitas yang besar

menunjukkan tablet yang rapuh. Menurut Voight (1995), friabilitas (kehilangan

bobot) dari tablet yang diperbolehkan adalah ≤ 0,8%.

4.3.4 Uji penetapan kadar Vitamin C

Uji penetapan kadar dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.5 Hasil Uji Penetapan Kadar Vitamin C


Formula Kadar Vitamin C yang diperoleh (%)
F1 108,34 ± 0,83
F2 108,75 ± 0,56
F3 108,88 ± 0,61
F4 102,36 ± 0,75
F5 102,86 ± 0,34
F6 103,23 ± 0,35
Syarat 90,00% - 110,00%

Keterangan:
F1 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1
F2 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F3 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3
F4 = Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1
F5= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F6= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3

37
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8 Histogram kadar tablet hisap Vitamin C 50 mg dan 75 mg

Berdasarkan Gambar 4.8 diatas dapat dilihat bahwa keenam formula masih

berada dalam batas persyaratan kadar tablet menurut Farmakope Indonesia Edisi

IV yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari yang tertera pada

etiket, kadar tablet Vitamin C terendah terdapat pada tablet dengan formula

penambahan laktosa dan dekstrin (3:1) Vitamin C 75 mg dan kadar tablet Vitamin

C tertinggi terdapat pada tablet dengan formula penambahan laktosa dan dekstrin

(1:3) Vitamin C 50 mg. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan varisai laktosa dan

dekstrin dalam formula mempengaruhi kadar Vitamin C yang terkandung didalam

tablet.

4.3.5. Uji keseragaman kandungan

Uji keseragaman Kandungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Hasil Uji Keseragaman Kandungan Tablet Hisap


Formula Kadar Vitamin C (%) RSD (%)
F1 108,44 0,17
F2 108,87 0,22
F3 108,43 0,29
F4 99,72 0,77
F5 100,81 0,31
F6 100,09 0,45
Syarat 85,0% – 115% < 6%

Keterangan:
F1 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1

38
Universitas Sumatera Utara
F2 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F3 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3
F4 = Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1
F5= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F6= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3

Gambar 4.9 Histogram keseragaman kandungan tablet hisap Vitamin C 50 mg


dan 75 mg

Berdasarkan Gambar 4.9 diatas dapat dilihat bahwa keenam formula masih

berada dalam batas persyaratan bahwa keseragaman kandungan Vitamin C dari

keenam formula yang dibuat adalah berkisar 99,72 – 108.88%. Hal ini sesuai

dengan persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu terletak

antara 85% - 115%. Tablet yang diformulasi memenuhi persyaratan.

4.3.6 Uji disolusi

Uji disolusi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.7 Hasil Uji Disolusi Tablet Hisap Vitamin C


Persentase Kumulatif Vitamin C yang terlepas (%)
Waktu (menit)
F1 F2 F3 F4 F5 F6
5 30,96 37,47 42,93 32,16 28,62 32,16
10 46,31 53,54 61,87 37,83 33,24 38,25
15 58,26 59,69 68,78 45,76 46,74 45,76
20 72,50 72,43 76,15 51,95 49,74 51,95
35 80,51 83,27 83,40 72,04 67,39 72,04
45 90,10 89,52 90,09 83,93 83,23 83,93

39
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
F1 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1
F2 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F3 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3
F4 = Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 3:1
F5= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F6= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3

Gambar 4.10 Histogram disolusi tablet hisap Vitamin C 50 mg dan 75 mg

Hasil uji disolusi pada tabel 4.7 dan gambar 4.10 menunjukkan bahwa

laktosa dan dekstrin yang digunakan pada tiap masing-masing formula

mempengaruhi persen pelepasannnya di dalam medium. Tetapi masing- masing

formula menunjukkan persen pelepasan hampir sama. Terlihat pada menit ke 5

obat sudah mengalami persen pelepasan obat sekitar 30% - 40% dan pada menit

ke 15 sudah mencapai 60% sedangkan pada menit ke 45 pelapasan obat sudah

mencapai 80%-90%. Dapat dilihat bahwa keenam formula masih berada dalam

batas persyaratan yaitu harus larut tidak kurang dari 75% (Q) C6H8O6 dari

jumlah yang tertera pada etiket (USP, 2007).

40
Universitas Sumatera Utara
Menurut (Widdop ACM, 2004) dalam buku Clarke’s bahwa medium

Vitamin C pada spektrofotometri UV-Vis adalah pelarut asam sehingga didapatlah

medium yang sesuai yaitu HCl 0,1 N dengan panjang gelombang 243 nm. Pada

formulasi tablet hisap Vitamin C yang dikombinasi dengan laktosa dan dekstrin

sebagai pengisi dalam berbagai perbandingan menunjukkan bahwa dari keenam

formula, yaitu F1 s/d F6 dapat tercetak sempurna. Dilihat dari hasil evaluasi tablet

yang meliputi kekerasan, friabilitas, waktu larut, penetapan kadar, keseragaman

kandungan, dan disolusi secara umum memenuhi syarat.

Pembuatan tablet hisap Vitamin C akan mudah teroksidasi oleh cahaya,

logam dan panas. Oleh karena itu pada formulasi harus menggunakan antioksidan

yaitu 10% dari zat aktif, dan setelah tablet dibuat juga harus di bungkus dengan

aluminium foil satu persatu dengan menggunakan wadah tertutup rapat.

Pada pembuatan tablet dengan metode cetak langsung telah banyak

tersedia bahan tambahan (pengisi) dalam bentuk bahan ko-proses, bahan ko-

proses adalah bahan yang diperoleh dari menggabungkan dua atau lebih macam

bahan tambahan dengan proses yang sesuai, yang dapat menghasilkan bahan

tambahan dengan sifat unggul dibandingkan dengan sifat fisik masing-masing

komponen. Tujuan utama pembuatan bahan ko proses adalah untuk mendapatkan

produk dengan nilai tambah yang terkait dengan perbandingan antara

fungsionalitas dan harga (Hadisoewignyo, 2015).

Dilihat dari F1 s/d F6 yang paling baik pada formula 1 dan formula 4

karena lebih banyak granul dari pada fines jadi mudah dicetak dan tidak mudah

hancur. Menurut (Gohel, 2005) jumlah zat aktif yang berbentuk serbuk (fines)

pada pembuatan tablet masih dapat dicetak dengan metode cetak langsung jika

jumlahnya maksimal 30-40%. Jadi semakin banyak granul semakin mudah tablet

41
Universitas Sumatera Utara
dicetak dan hasil cetakanpun lebih bagus. Pembuatan tablet hisap hampir sama

dengan tablet biasa. Tablet hisap diharapkan dapat melarut perlahan sampai

terkikis habis dalam mulut sehingga kekerasan tablet harus lebih besar dari tablet

biasa.

42
Universitas Sumatera Utara
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari

penelitian ini adalah :

a. Tablet hisap Vitamin C menggunakan kombinasi laktosa dan dekstrin sebagai

bahan pengisi dapat dibuat dengan metode cetak langsung.

b. Tablet hisap Vitamin C memenuhi persyaratan uji preformulasi dan evaluasi.

5.2. Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat membuat formulasi

tablet hisap menggunakan bahan pemanis, dan lebih menimgkatkan hasil

kekerasan dan kelarutan tablet hisap serta melakukan uji hedonik.

43
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, N., dan Koswara, S. (1989). Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Press.
Halaman 23-44.

Anief, (2003). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Halaman 161-162.

Ansel, H. C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV . Introduction


To Pharmaceutical Dosage Form. Jakarta: UI Press. Halaman 248.

Bandelin, F. J., (1989). Compressed Tablet by Wet Granulation, In Lieberman,


H.A.,
Kanig, J.L (Eds). Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets. Vol I, Edisi 2.
New York: Marcel Dekker. Halaman 131-171.

Banker, G. S., dan Anderson, N.R. (1994). Tablet. Dalam: Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Edisi III. Jilid II. Editor: Lachman, L. Penerjemah:
SitiSuyatmi. Jakarta: UI-Press. Halaman 643.

Cartensen, J. T. (1977). Pharmaceutics of Solids and Solid Dosage Forms.A


Wiley Interscience Publication. New York: John Wiley and Sons. Halaman
133-135.

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Halaman 6-7.

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Halaman 970-971, 999, 1083-1087.

Gohel, M. C. (2005). A Review Of Co-Processed Directly Compressible


Excipients. JPharm PharmaceutSci (www.cspscanada.org) 8(1):76-93,
2005. Hal. 76-93

Hadisoewignyo, L. (2015). Bahan Ko-Proses Dalam Metode Kempa Langsung.


Medicinus Vol. 28, No.1, Edition July 2015. Hal.29-34.

Koswara, S. (2009). Pewarna Alami, Produksi dan Penggunaannya. Ebook


Pangan.com

Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kaning J.L. (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press. Halaman 654, 697.

Maheswari, R., Jain, V., Ansari, R., Mahajan, S.C., Joshi, G. (2013). A Review
On Lozenges. British Biomedical Biomedical Buletin.

Majekodunmi, SO.(2015). A Review on Lozonges.Scientific & Academic


Publishing.American Journal of Medicine and Medical Sciences.

44
Universitas Sumatera Utara
Noviza, D., Ben SE., Oktavianus R. (2013). Formulasi Tablet Hisap Ekstrak
Temulawak (CurcumaxanthorrizaRoxb.) Dengan Gelatin Sebagai
Pengikat. Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains
Farmasi dan Klinik III.

Parrot, E.L. (1971).Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutical.


United States of America: Burgess Publishing Company. Halaman 82-83.

Peters, D. (1989). Medicated Lozenges.Dalam H.A. Lieberman, L. Lachman, &


J.B. Schwartz (Ed). Pharmaceutical Dosage Form. Tablets. Vol.1.2 nd
edition. Marcel Dekker Inc. New York.

Rowe, C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Exipients.Edisi VI. Chicago: Pharmaceutical Press. Halaman 222, 317.

Saati, E.A. dan Hidayat, N. (2006). Membuat Pewarna Alami. Cetakan I. Trubus
Agrisana. Hal.5-10.

Sadeghi, A., Shahidi, F., Mortazavi, S.A., and Mahalati, N. (2008). Evaluation of
Different Parameters Effect on Maltodextrin Production by α-amilase
Termamyl 2-x. World Applied Sciences Journal. 3(1):34-39.
Siregar, C.J.P., Wikarsa, S. (2010). TeknologiFarmasiSediaan Tablet Dasar-
DasarPraktis. PenerbitBukuKedokteran EGC. Jakarta. Hal.1-2, 8, 416-
418.

Voight, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Cetakan II. Yogyakarta:


UGM-Press. Halaman 159.

45
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Bagan alir pembuatan ekstrak

Rimpang Segar
Kunyit (1,5 kg)

Dibersihkan
Dirajang
Dihaluskan dengan blender
Dikeringkan

Serbuk Simplisia
Rimpang Kunyit
(500 g)

Diekstraksi dengan cara perkolasi


menggunakan pelarut etanol 96%

Ekstrak Etanol Ampas

Diuapkan dengan Rotary Evaporator

Ekstrak Kental
Etanol 58,29 gram

46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Bagan alir pembuatan pewarna dari ekstrak rimpang kunyit

Ekstrak Kunyit

+ amilum manihot
Diayak dengan mesh 40
Keringkan di lemari pengering dengan
suhu 40 - 60 24 jam
Diayak lagi dengan mesh 40

Granul berwarna
kuning

47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Bagan alir pembuatan ko-proses laktosa- amilum

Amilum manihot

+ Air dingin
Panaskan
Aduk sampai transparan

Musilago amili
10%

Laktosa
+ Sebagian pewarna ekstrak kunyit
+ Musilago amili 10%
+ Sisa pewarna ekstrak kunyit gerus
homogen
+ diayak dengan mesh 14
Keringkan dilemari pengering pada
suhu 40 - 60 3 jam
Diayak lagi dengan ayakan mesh 16

Granul laktosa
berwarna kuning

48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan alir pembuatan tablet hisap Vitamin C

Laktosa dalam lumpang


+ Dekstrin
+ Avicel ph 102
+ Mg. Stearat
+ Talkum
+ Serbuk amilum
+ Na. metabisulfit
+ Vitamin C
Diaduk sampai merata
Lalu cetak tablet dengan diameter
13 mm bobot 600 mg

Tablet hisap vitamin C

49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Contoh perhitungan pembuatan tablet hisap Vitamin C

Sebagai contoh diambil tablet hisap vitamin c 50 mg dengan perbandingan

laktosa dan dekstrin (3:1) (formula 1)

Berat 100 tablet = 100 x 0,6 g = 60 g

Berat Vitamin C dalam tablet = 100 x 0,05 g = 5 g

Laktosa =69% x 600= 414

=414/4= 103,5 x 3= 310,5 mg= 0,3105g x

100 = 31,05 gr

Dekstrin =69% x 600= 414

=414/4= 103,5 x 1 =103,5 mg= 0,1035g

x100 = 10,35 g

Avicel ph 102 =10% x 0,6 x 100 = 6 g

Amilim manihot 10% = 10% x 180 mg = 18 x 100= 1,8 g

Na. metabisulfit =0,005 mg x 100= 0,0005 g

Mg Stearat = 2% x 0,6 x 100 = 1,2 g

Talkum = 1% x 0,6 g = 0,6 g

Pewarna = 2% x 0,6 x 100= 1,2 g

Serbuk amilum = 60 – ( 5 + 31,05 + 10,35 + 6 + 1,8 +

0,0005 + =1.2 + 0,6 + 1,2) = 2,7995 g

50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Gambar sediaan tablet hisap Vitamin C

F1 F2

F3 F4

F5 F6

Keterangan:
F1 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin3:1
F2 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F3 = Vitamin C 50 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3
F4 = Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin3:1
F5= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:1
F6= Vitamin C 75 mg Formula dengan perbandingan laktosa dan dekstrin 1:3

51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Gambar perbandingan tablet hisap vitamin c yang ada di pasaran
(C ipi)

F1 F2

Tablet hisap ipi yang ada dipasaran

52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Hasil pembuatan kurva serapan Vitamin C baku pada panjang
gelombang 243 nm dalam pelarut HCL 0,1 N

53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Hasil pembuatan kurva kalibrasi Vitamin C pada panjang
gelombang 243 nm pada pelarut HCL 0,1 N

54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Perhitungan regresi tablet hisap Vitamin C

C (mcg/ml) Absorbansi XY X2 Y2
(X) (Y)
0,0000 0,000 0,000 0,000 0,000
3,6000 0,228 0,8208 12,96 0,052
5,4000 0,348 1,8792 29,16 0,1211
7,2000 0,465 3,348 51,84 0,2162
9,000 0,568 5,112 81 0,3226
10,800 0,686 7,4088 116,64 0,4706
ΣX= 36 ΣX= 2,295 ΣXY= 18,5688 2 2
ΣX = 291,6 ΣY = 1,1825
X= 6 Y= 0,3825

a = ∑XY-(∑X)(∑Y)/n
∑X2-(∑X2)/6

= 18,5688-(36)(2,295)/6
291,6- (36)2 / 6

= 0,0635

Y=aX+b

b = Y- aX

= 0,3825 – (0,0635 x 6)

= 0,0015

Persamaan regresi : Y = 0,0635x + 0,0015

Dengan nilai r sebagai berikut :

r=

=
= 0,99985

55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Perhitungan kadar tablet hisap Vitamin C

Misalnya untuk formula F1 vitamin c 50 mg (3:1)

Berat 20 tablet = 12979,5 mg

Berat Vitamin C dalam 20 tablet = 20 x 50 mg = 1000 mg

Berat setara 50 mg Vitamin C = 50 mg / 1000 mg x 12979,5 mg = 648,97 mg

Beratserbuk yang ditimbang = 649,3 mg

Berat Vitamin C di dalam serbuk tablet secara teoritis = (649,3 mg) / 12979,5 mg

x 1000 = 50,02 mg

Dilarutkan sampai 100 ml, dipipet 10 ml diencerkan dalam labu tentukur sampai

100 ml, kemudian di pipet 5 ml diencerkan di dalam labu tentukur sampai 50 ml

maka konsentrasi Vitamin C teoritis didalam larutan sampel

= (50,02 x 1000 μg) / (100 ml) x (10 ml) / (100 ml) x (5 ml) / (50 ml = 5,002μg/ml

Diukur absorbansi nya diperoleh : a = 0,341

Persamaan regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi

Y = 0,0635 X + 0,0015 ; maka diperoleh konsentrasi larutan ( X ) :

X = 5,346 μg/ml

Kadar vitamin c = 5,346/ 5,002 x 100% = 106,86 %

56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Lanjutan Perhitungan kadar tablet hisap Vitamin C

Formula F1 ( 3:1 )

Berat 20 tablet = 12979,5 mg

Berat setara 50 mg vitamin c = 50/1000 x 12979,5 =648,97 mg

No Berat Berat Konse Absor Konsentr Kada Kadar Persya


serbuk Vit. C ntrasi bansi asi Vit. r rata- ratan
tablet teoritis Vit. C C rata
(%)
yang ( mg ) teoritis peroleha (%)
ditimban (μg/ml n
g ( mg ) ) (μg/ml)
1 649,3 50,02 5,0025 0,341 5,342 106,8
2 650,1 50,08 5,0086 0,349 5,473 109,2 90,00
3 649,8 50,06 5,0063 0,346 5,433 108,3 108,3 -
4 649,9 50,07 5,0071 0,345 5,404 108,0 110,00
%
5 650,3 50,10 5,0102 0,348 5,454 108,8
6 655,3 50,078 5,0078 0,347 5,440 108,6

Formula F2 ( 1:1 )

Berat 20 tablet = 12983,5 mg

Berat setara 50 mg vitamin c = 50/1000 x 12983,5 =649,17 mg

No Berat Berat Konse Absor Konsentr Kada Kadar Persya


serbuk Vit. C ntrasi bansi asi Vit. r rata- ratan
tablet teoritis Vit. C C rata
(%)
yang ( mg ) teoritis peroleha (%)
ditimban (μg/ml n
g ( mg ) ) (μg/ml)
1 650,1 50,07 5,0071 0,347 5,444 108,6
2 649,5 50,02 5,0025 0,345 5,405 108,1 90,00
3 649,6 50,03 5,0032 0,347 5,439 108,7 108,7 -
4 650,2 50,078 5,0078 0,348 5,464 108,3 110,00
%
5 650,1 50,07 5,0071 0,346 5,428 108,9
6 649,3 50,01 5,0009 0,350 5,488 109,7

57
Universitas Sumatera Utara
Formula F3 ( 1:3 )

Berat 20 tablet = 12991,5 mg

Berat setara 50 mg vitamin c = 50/1000 x 12991,5 =649,57 mg

No Berat Berat Konse Absor Konsentr Kada Kadar Persya


serbuk Vit. C ntrasi bansi asi Vit. r rata- ratan
tablet teoritis Vit. C C rata
(%)
yang ( mg ) teoritis peroleha (%)
ditimban (μg/ml n
g ( mg ) ) (μg/ml)
1 649,6 50,00 5,0001 0,349 5,475 109,4
2 650,3 50,05 5,0055 0,348 5,465 108,9 90,00
3 650,1 50,04 5,0040 0,347 5,448 108,7 108,8 -
4 650,0 50,03 5,0032 0,350 5,495 108,6 110,00
%
5 650,0 50,03 5,0032 0,346 5,421 108,4
6 650,3 50,05 5,0055 0,345 5,411 108,0

Formula F4 ( 3:1 )

Berat 20 tablet = 12988,3 mg

Berat setara 75 mg vitamin c = 75/1500 x 12988,3 =649,41 mg

No Berat Berat Konse Absor Konsentr Kada Kadar Persya


serbuk Vit. C ntrasi bansi asi Vit. r rata- ratan
tablet teoritis Vit. C C rata
(%)
yang ( mg ) teoritis peroleha (%)
ditimban (μg/ml n
g ( mg ) ) (μg/ml)
1 651,2 75,20 7,5206 0,494 7,758 103,1
2 653,1 75,42 7,5425 0,497 7,801 103,4 90,00
3 654,1 75,54 7,4451 0,490 7,693 101,8 102,3 -
4 656,4 75,80 7,5806 0,491 7,716 101,6 110,00
%
5 655,1 75,65 7,5656 0,493 7,747 102,3
6 653,3 75,44 7,5448 0,489 7,681 101,7

58
Universitas Sumatera Utara
Formula F5 ( 1:1 )

Berat 20 tablet = 12972,5 mg


]
Berat setara 75 mg vitamin c = 75/1500 x 12972,5 = 648,62 mg

No Berat Berat Konse Absor Konsentr Kada Kadar Persya


serbuk Vit. C ntrasi bansi asi Vit. r rata- ratan
tablet teoritis Vit. C C rata
(%)
yang ( mg ) teoritis peroleha (%)
ditimban (μg/ml n
g ( mg ) ) (μg/ml)
1 649,2 75,06 7,5066 0,492 7,733 102,9
2 650,1 75,17 7,5170 0,493 7,749 102,9 90,00
3 649,5 75,10 7,5101 0,492 7,733 102,8 102,8 -
4 650,5 75,21 7,5216 0,491 7,710 102,4 110,00
%
5 650,2 75,18 7,5182 0,491 7,707 102,5
6 649,8 75,13 7,5135 0,495 7,776 103,4

Formula F6 ( 1:3 )

Berat 20 tablet = 12985,3 mg

Berat setara 75 mg vitamin c = 75/1500 x 12985,3= 649,26 mg

No Berat Berat Konse Absor Konsentr Kada Kadar Persya


serbuk Vit. C ntrasi bansi asi Vit. r rata- ratan
tablet teoritis Vit. C C rata
(%)
yang ( mg ) teoritis peroleha (%)
ditimban (μg/ml n
g ( mg ) ) (μg/ml)
1 649,7 75,05 7,5050 0,493 7,739 103,1
2 650,1 75,09 7,5096 0,492 7,734 102,8 90,00
3 650,2 75,10 7,5108 0,494 7,754 103,2 103,2 -
4 649,8 75,06 7,5061 0,492 7,733 103,7 110,00
%
5 649,5 75,03 7,5027 0,496 7,786 102,9
6 650,4 75,13 7,5131 0,495 7,772 103,4

59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari
Vitamin C dalam formulasi tablet hisap
Misal untuk formula F1 ( 3:1 )

No Kadar %
(X) 2
X- (X-
1 106,86 1,47 2,1609
2 109,25 0,92 0,8468
3 108,36 0,03 0,0009
4 108,03 0,3 0,09
5 108,89 0,56 0,3136
6 108,64 0,31 0,0961
=108,3 Σ= 3,5083

SD =

= = 0,8376

Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n – 1 = 6 – 1 = 5

Diperoleh t tabel = 4,032 Dasar penolakan data apabila t hitung ≥ t tabel

t hitung =

t hitung data 1 = = 0,7165

t hitung data 2 = = 0,4480

t hitung data 3 = = 0,0146

t hitung data 4= = 0,1462

t hitung data 5 = = 0,2729


t hitung data 6 = = 0,1511
Semua data diterima
Jadi kadar sebenarnya terletak antara SD/
= 108,33 x 0,8376/ 2,4494
= 108,33 1,3787 %

60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Data simpangan baku kadar tablet hisap Vitamin C

Formula Kadar (%) Kadar rata-rata Simpangan baku


(%) (SD)
F1 106,86
109,25
108,36 108,33 0,837
108,03
108,89
108,64
F2 108,66
108,11
108,75 108,756 0,5616
108,34
108,94
109,73
F3 109,43
108,99
108,73 108,88 0,611
109,69
108,42
108,06
F4 103,12
103,45
101,87 102,36 0,759
101,68
102,30
101,75
F5 102,90
102,96
102,85 102,86 0,343
102,48
102,53
103,43

61
Universitas Sumatera Utara
F6 103,13
102,85
103,26 103,23 0,350
103,79
102,90
103,44

62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Perhitungan keseragaman kandungan tablet hisap Vitamin C

Misalnya untuk formula F1(3:1)

1. 610,5 6. 619,3
2. 607,8 7. 620,3
3. 611,1 8. 635,7
4. 600,3 9. 600,0
5. 600,5 10. 621,7

Berat Vitamin C dalam 1 tablet 50 mg.

Misal pada tablet 1 dengan berat 610,5 mg

Pengujian I

Satu tablet digerus dan dilakukan pengujian seperti pada penetapan kadar, Maka

diperoleh serapan ( Y ) = 0,349

Konsentrasi vitamin C dapat dihitung dengan memasukkan nilai absorbansi ke

persamaan regresi berikut :

Y = 0,0635X + 0,0015

X= 5,4724 μg/ml

Diketahui konsentrasi teoritisnya = 5,018 μg/ml

Maka kadar vitamin C = x 100% = 109,05 %

Pengujian II

Kadar vitamin C = 108,91%

Pengujian III

Kadar vitamin C = 108,77%

Pengujian IV

Kadar vitamin C = 106,92

Pengujian V

Kadar vitamin C = 108,31%

63
Universitas Sumatera Utara
Pengujian VI

Kadar vitamin C= 108,51

Pengujian VII

Kadar vitamin C = 108,45

Pengujian VIII

Kadar vitamin C = 108,15

Pengujian IX

Kadar vitamin C = 108,45%

Pengujiam X

Kadar vitamin C = 108,91%

Rata- rata hasil penetapan kadar = 108,44 x 50 mg = 54,221 zat berkhasiat/tablet

SD =

=
10-1
= 0,19

RSD = x 100%

= x 100%

= 0,1773

64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Hasil uji keseragaman kandungan tablet hisap Vitamin C
Data hasil uji keseragaman kandungan

Formula Kadar rata- rata Simpangan RSD Persyaratan


(%) Baku ( SD ) (%)
F1 108,44 0,192 0,177
F2 108,87 0,243 0,223
F3 108,43 0,317 0,295 85,0-115,0
F4 99,72 0,77 0,77
F5 100,81 0,317 0,314
F6 100,09 0,452 0,4517

65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran17. Perhitungan disolusi tablet hisap Vitamin C

Misalnya pada formula F1 (3:1)

Pengujian I

1. Konsentrasi (C)

Dengan persamaan regresi Y= 0,0635 X + 0,0015

X = Konsentrasi

Y = Absorbansi

Pada t = 5 menit, Y= 0,220

0,220= 0,0635X + 0,0015 = 3,4409

1. Faktor Penegnceran

Fp = (pengenceran dalam labu 25 ml) / jumlah pemipetan aliquot = 25 / 5

Fp = 5

2. Konsentrasi dalam 1 ml (Cp x Fp)

Contoh pada t = 5 menit

C = 3,4409 mcg/ml x 5 = 17,2047 mcg/ml

3. Konsentrasi dalam 900ml

C dalam 900ml = Cdalam 1ml x 900

Contoh pada t = 5 menit

C (1’) = 17,2047 mcg/ml x 900 ml = 15484,25 mcg/900 ml

4. Faktor Penambahan

Faktor penambahan pada tn = C dalam 1 ml pada tn-1 + C dalam 5 ml pada tn-2

Fp = 0

5. Vitamin C yang terlepas

Vitamin C yang terlepas = C dalam 900ml + faktor penambahan

Contoh pada t = 5 menit

66
Universitas Sumatera Utara
Vitamin C yang terlepas = 15484,25 mcg + 0 = 15484,25 mcg = 15,48425mg

6. Persen Kumulatif

% kumulatif = X100%

Dosis Vitamin C = 50 mg Contoh pada t = 5 menit

% kumulatif = X 100 mg

= 30,96 %

67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18. Data persen kumulatif disolusi tablet hisap Vitamin C

Formula 1

T Serap Kons Fakt Kons x Kons x Faktor Kons %


(m an or Fp FP penamb
(mcg/ Obat
eni (mcg/ dalam ahan Kum
ml) Pen yang
t) ml) 900 ml
genc Terlepas ulatif
(mcg/ml
eran
)
(FP)
5 0,220 3,4409 5 17,205 15484,2 0 15484,2 30,96
10 0,328 5,1417 5 25,708 23137,7 17,2047 23154,9 46.31
15 0,412 6,4645 5 32,323 29090,5 42,9133 29133,4 58,26
20 0,512 8,0393 5 40,196 36176,8 75,2361 36252,0 72,50
35 0,568 8,921 5 44,60 40140 115,432 40255,4 80,5
45 0,635 9,976 5 49,88 44892 160,032 45052,0 90,10

Formula 2

T Serap Kons Fakt Kons x Kons x Faktor Kons %


(m an or Fp FP penamb
(mcg/ Obat
eni (mcg/ dalam ahan Kum
ml) Pen yang
t) ml) 900 ml
gen Terlepas ulatif
(mcg/ml
cera
)
n
(FP)
5 0,266 4,1653 5 20,82 18738 0 18738 37,47
10 0,379 5,945 5 29,725 26725,5 20,82 26773,3 53,46
15 0,422 6,6220 5 33,11 29799,2 50,545 29849,7 59,69
20 0,512 8,0393 5 40,196 36176,8 75,2361 36252,0 72,50
35 0,587 9,220 5 46,1 41490 123,805 41613,8 83,22
45 0,632 9,92 5 49,6 44640 123,805 44763,8 89,52

68
Universitas Sumatera Utara
Formula 3

T Serap Kon Fakt Kons x Kons x Faktor Kons %


(m an s or Fp FP dalam penam Obat
eni (mcg/ 900 ml bahan Kumul
(mc Pen yang
t) ml) (mcg/ml)
g/ml genc Terlepas atif
) eran
(FP)
5 0,305 4,77 5 23,85 21465 0 21465 42,93
10 0,438 6,87 5 34,35 30915 23,85 30938,85 61,87
15 0,486 7,63 5 38,15 34335 58,23 34393,2 68.78
20 0,538 8,44 5 42,2 37980 96,35 38076,35 76,15
35 0,588 9,23 5 46,18 41562,9 138,55 41701,45 83,40
45 0,635 9,97 5 49,85 44865 184,73 45049,73 90,09

Formula 4
Serap Kon Fakt
Kons x Kons x Faktor Kons %
T an s or Fp FP dalam penam
Obat
(m Kumul
(mc Pen (mcg/ 900 ml bahan yang
eni ml) (mcg/ml)
g/ml genc Terlepas atif
t)
) eran
(FP)
5 0,305 4,77 5 23,85 21465 0 21465 28,62
10 0,353 5,53 5 27,677 24909,3 23,85 24933,15 33,24
15 0,496 7,78 5 38,9 35010 51,527 35061,52 46,74
20 0,527 8,27 5 41,35 37215 90,427 37305,42 79,74
35 0,713 11,2 5 56,02 50418 131,77 50549,77 67,39
45 0,880 13,8 5 69,15 62235 187,79 62422,79 83,23

Formula 5
Serap Kons Fakt Kons x Kons x Faktor Kons %
T an or Fp FP dalam penam
(mcg/ Obat
(m (mcg/ 900 ml bahan Kumul
ml) Pen yang
en ml) (mcg/ml)
genc Terlepas atif
it)
eran
(FP)
5 0,342 5,36 5 26,8 24120 0 24120 32,16
10 0,406 6,3 5 31,5 28350 26,8 28376,8 37,83
15 0,485 7,61 5 38,07 34263,7 58,3 24322 45,76
20 0,550 8,63 5 43,8 38870,07 96,37 38966,44 51,95
69
35 0,762 11,97 5 59,88 53893,70 139,55 54033,25 72,04 Utara
Universitas Sumatera

45 0,887 13,94 5 69,72 62751,96 199,43 62951,39 83,93


Formula 6
T Serap Kon Fakt Kons x Kons x Faktor Kons %
(m an s or Fp FP dalam penam Obat
eni (mcg/ 900 ml bahan Kumul
(mc Pen yang
t) ml) (mcg/ml)
g/ml gen Terlepas atif
) cera
n
(FP)
5 0,342 5,36 5 26,8 24120 0 24120 32,16
10 0,406 6,37 5 31,85 28665 26,8 28691,8 38,25
15 0,485 7,61 5 38,07 34263,77 58,65 34322,42 45,76
20 0,550 8,63 5 43,185 38866,5 96,72 38963,22 51,95
35 0,762 11,9 5 59,88 53893,70 139,90 54033,60 72,04
45 0,887 13,9 5 69,72 62751,96 199,78 62951,74 83,93

70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. Gambar alat evaluasi tablet hisap

(a) (b)

(b) (d)

(e) (f)

71
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
a. Gambar granule flow tester
b. Gambar strong cobb hardness tester
c. Gambar Roche friabilator
d. Gambar mesin cetak tablet
e. Gambar Bulk density tester
f. Gambar lemari pengering

72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 20. Hasil Survei Tablet Hisap Vitamin C di Beberapa Apotek

73
Universitas Sumatera Utara
74
Universitas Sumatera Utara
75
Universitas Sumatera Utara
76
Universitas Sumatera Utara
77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 21. Tabel t

78
Universitas Sumatera Utara
79
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai