Anda di halaman 1dari 77

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Farmasi Skripsi Sarjana

2017

Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas


Swamedikasi Pasien di Tiga Apotek
Kecamatan Medan Sunggal

Rahmayanti, Eva

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1280
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
TINGKAT PENGETAHUAN DAN RASIONALITAS
SWAMEDIKASI PASIEN DI TIGA APOTEK KECAMATAN
MEDAN SUNGGAL

SKRIPSI

OLEH:
EVA RAHMAYANTI
NIM 131501017

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


TINGKAT PENGETAHUAN DAN RASIONALITAS
SWAMEDIKASI PASIEN DI TIGA APOTEK KECAMATAN
MEDAN SUNGGAL

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
EVA RAHMAYANTI
NIM 131501017

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


PENGESAHAN SKRIPSI

TINGKAT PENGETAHUAN DAN RASIONALITAS


SWAMEDIKASI PASIEN DI TIGA APOTEK KECAMATAN
MEDAN SUNGGAL

OLEH:
EVA RAHMAYANTI
NIM 131501017

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal : 20 Oktober 2017

Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. Wiryanto, M.S., Apt. Prof. Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Ph.D., Apt.
NIP 195110251980021001 NIP 195503121983032001

Prof. Dr. Wiryanto, M.S., Apt.


Pembimbing II, NIP 195110251980021001

Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt. Yuandani, S.Farm., M.Si., Ph.D., Apt.
NIP 197802152008122001 NIP 198303202009122004

Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt.


NIP 197802152008122001

Medan, November 2017


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.


NIP 195707231986012001

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Swamedikasi Pasien di Tiga

Apotek Kecamatan Medan Sunggal”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di

Fakultas Farmasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.

Wiryanto, M.S., Apt., selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Khairunnisa, S.Si.,

M.Pharm., Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan selama masa penelitian dan

penulisan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu

Prof. Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Ph.D., Apt., dan Ibu Yuandani, S.Farm.,

M.Si., Ph.D., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan

arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada Ibu Dra. Lely Sari

Lubis, M.Si., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang selalu memberikan

bimbingan, perhatian, dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan, serta

Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis

selama perkuliahan.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

tulus kepada kedua orang tua tersayang, Ayahanda Welas Saputra dan Ibunda

Universitas Sumatera Utara


Ngadiyem, serta Adikku Surya Adi Pratama atas doa, dorongan dan pengorbanan

baik moril maupun materil yang tak ternilai dengan apapun. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada ibu elly, ibu lesly, ibu farida, ibu fauziah, kak

ade, kak roito, kak intan, kak indah, kak nina, kak dewi, kak aini, kak ita, rosita,

endang, nazira, aulia, tia, rian, rina, april, intan, oky, nabila, serta asisten

laboratorium steril dan juga teman-teman S-1 Reguler 2013 atas doa dan

dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari segi isi maupun bahasanya, oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini

dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, November 2017


Penulis,

Eva Rahmayanti
NIM 131501017

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eva Rahmayanti

Nomor Induk Mahasiswa : 131501017

Program Studi : S-1 Reguler Farmasi

Judul Skripsi : Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas


Swamedikasi Pasien di Tiga Apotek Kecamatan
Medan Sunggal

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena
kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
mendapat sanksi apapun oleh Program Studi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk
dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, November 2017


Penulis,

Eva Rahmayanti
NIM 131501017

Universitas Sumatera Utara


TINGKAT PENGETAHUAN DAN RASIONALITAS SWAMEDIKASI
PASIEN DI TIGA APOTEK KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

ABSTRAK

Swamedikasi adalah upaya manusia untuk mengobati penyakit atau gejala


penyakit ringan seperti demam, batuk, flu, nyeri dan lain-lain tanpa resep dokter.
Pada pelaksanaannya, keterbatasan pengetahuan akan obat dan penggunaannya
dapat menjadi sumber kesalahan pengobatan (medication error).
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif cross
sectional. Data dikumpulkan melalui teknik pengisian kuesioner yang telah
divalidasi. Sebanyak 350 orang responden yang terlibat dalam penelitian ini
dipilih dengan metode consecutive sampling dari 3 apotek di Kecamatan Medan
Sunggal yang ditentukan secara proporsional sesuai dengan populasi masing-
masing apotek. Data dianalisis dengan uji Chi-square dan uji Fisher
menggunakan Statistical Product and Servicer Solution (SPSS) versi 17.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pasien 22,6%
tergolong buruk, 48% tergolong sedang, dan 29,4% tergolong baik. Penggunaan
obat swamedikasi 26,3% tidak rasional dan 73,7% rasional. Berdasarkan hasil uji
Chi-square dan Fisher, tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh umur, pendidikan
terakhir, dan pekerjaan. Sedangkan rasionalitas swamedikasi tidak dipengaruhi
oleh faktor jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pekerjaan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pengetahuan pasien
tergolong sedang dengan persentase 48%. Sedangkan rasionalitas swamedikasi
tergolong rasional dengan persentase 73,7%.

Kata Kunci: Swamedikasi, Apotek, Pengetahuan, Rasionalitas penggunaan obat

Universitas Sumatera Utara


LEVEL OF KNOWLEDGE AND RATIONALITY OF SELF
MEDICATION PATIENT IN THREE PHARMACIES SUNGGAL

ABSTRACT

Self-medication is people efforts to treat themselves or illness symptom as


fever, cough, influenza, painful, and others without prescription. In practice, lack
of knowledge about drugs and their use can be source of drug related problem
(medication error).
This study used cross-sectional descriptive method. Data was collected by
using a validated questionnaire. A total of 350 respondents that mixed up with this
study chosen base on consecutive sampling method from three pharmacies in
Sunggal which determined proportionately agree with each population. Data were
analyzed by Chi-square and Fisher test using Statistical Product and Servicer
Solution (SPSS) version 17.
The research shows that level knowledge of patients 22.6% were bad
classified, 48% were medium classified, and 29.4% were good classified. Self-
medication drug use were 26.3% irrational and 73.7% rational used. Based on the
result of Chi-square and Fisher, the level of knowledge was influenced by age,
educated, and jobs. Mean while rationality of self medication use was not
influenced by gender, educated, and jobs.
Based on the research results obtained that level knowledge of patients
were moderate classified with percentage 48%. Mean while rational drug use self
medication was reached 73.7%.

Keywords: Self Medication, Pharmacies, Knowledge, Rationality of drug use

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ..................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iv

SURAT PERNYATAAN ........................................................................ vi

ABSTRAK ............................................................................................... vii

ABSTRACT ............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ ix

DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................ 3

1.3 Hipotesis ............................................................................. 4

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................ 4

1.5 Manfaat Penelitian .............................................................. 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitan .................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6

2.1 Apotek ................................................................................. 6

2.2 Swamedikasi ....................................................................... 7

2.3 Faktor Penyebab Swamedikasi ........................................... 9

2.4 Penggolongan Obat ............................................................. 10

2.4.1 Obat Bebas ................................................................. 10

Universitas Sumatera Utara


2.4.2 Obat Bebas Terbatas .................................................. 10

2.4.3 Obat Keras dan Psikotropika ..................................... 11

2.4.4 Obat Narkotika ........................................................... 11

2.4.5 Obat Wajib Apotek .................................................... 12

2.5 Penyakit dan Pilihan Obat pada Swamedikasi ..................... 13

2.5.1 Demam ....................................................................... 13

2.5.2 Nyeri .......................................................................... 14

2.5.3 Batuk .......................................................................... 15

2.5.4 Flu .............................................................................. 16

2.5.5 Maag .......................................................................... 16

2.5.6 Diare ........................................................................... 18

2.6 Penggunaan Obat yang Rasional ........................................ 19

2.7 Pengetahuan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ......... 20

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 24

3.1 Jenis Penelitian .................................................................... 24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 24

3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................ 24

3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................ 24

3.3 Populasi dan Sampel ........................................................... 24

3.3.1 Populasi ...................................................................... 24

3.3.2 Sampel ....................................................................... 24

3.4 Definisi Operasional ........................................................... 26

3.5 Instrumen Penelitian ........................................................... 28

3.5.1 Sumber Data .............................................................. 28

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data.......................................... 28

Universitas Sumatera Utara


3.5.3 Kuesioner Swamedikasi ............................................. 28

3.5.3.1 Bagian Pendahuluan ....................................... 28

3.5.3.2 Bagian Pengetahuan ....................................... 29

3.5.3.3 Bagian Rasionalitas ....................................... 29

3.5.3.4 Bagian Demografi .......................................... 29

3.5.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ................... 29

3.5.4.1 Uji Validitas .................................................. 30

3.5.4.2 Uji Reliabilitas ............................................... 30

3.5.4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


Kuesioner ........................................................ 30

3.6 Analisis Data ........................................................................ 31

3.7 Prosedur Penelitian .............................................................. 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 33

4.1 Karakteristik Responden ..................................................... 33

4.2 Sumber Informasi dan Tempat Memperoleh Obat


Swamedikasi ........................................................................ 35

4.2.1 Sumber Informasi Memperoleh Obat Swamedikasi .. 35

4.2.2 Tempat Memperoleh Obat Swamedikasi ................... 35

4.3 KeluhanPenyakit dan Pilihan Subkelas Farmakologi Obat . 36

4.3.1 Keluhan Penyakit ....................................................... 36

4.3.2 Pilihan Subkelas Farmakologi Obat .......................... 37

4.4 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Swamedikasi ... 38

4.5 Rasionalitas Penggunaan Obat Dalam Swamedikasi .......... 39

4.6 Pengaruh Faktor-Faktor Sosiodemografi Terhadap Tingkat


Pengetahuan Tentang Swamedikasi .................................... 42

4.7 Pengaruh Faktor–Faktor Sosiodemografi Terhadap


Rasionalitas Swamedikasi ................................................... 44

Universitas Sumatera Utara


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 47

5.1 Kesimpulan ......................................................................... 47

5.2 Saran ................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 48

LAMPIRAN ............................................................................................. 51

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional Kuesioner Penelitian .................................... 26

4.1 Karakteristik Sosiodemografi Seluruh Responden ......................... 33

4.2 Keluhan Penyakit yang Dialami Responden .................................. 37

4.3 Jenis Obat yang Digunakan Responden ........................................ 37

4.4 Frekuensi Tingkat Pengetahuan Seluruh Responden .................... 38

4.5 Distribusi Pengetahuan Reponden tentang Swamedikasi .............. 38

4.6 Frekuensi Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi ............... 39

4.7 Distribusi Status Penilaian Untuk Setiap Kriteria Rasionalitas ..... 40

4.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan Reponden Dengan


Sosiodemografi Responden ............................................................ 42

4.9 Hubungan Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Dengan


Sosiodemografi Responden ............................................................ 45

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian ............................................... 5

2.1 Tanda Peringatan Obat Golongan Bebas Terbatas ...................... 11

3.1 Diagram Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Memperoleh


Obat Swamedikasi ....................................................................... 35

3.2 Diagram Distribusi Frekuensi Tempat Memperoleh Obat


Swamedikasi................................................................................ 36

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Kuesioner yang Telah Valid dan Reliabel ............................... 51

2 Surat Izin Penelitian dari Dekan Fakultas Farmasi USU .......... 54

3 Surat Izin dari Kepala Dinkes Kota Medan .............................. 55

4 Surat Izin/Telah Selesai Melaksanakan Penelitian di Tiga


Apotek ...................................................................................... 56

5 Surat Perubahan Judul Penelitian.............................................. 59

6 Lembar Penjelasan dan Persetujuan Responden ...................... 60

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan.

Seseorang yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh

kesehatannya kembali. Pilihan untuk mengupayakan kesembuhan antara lain

adalah dengan berobat ke dokter atau mengobati diri sendiri (Hermawati, 2012).

Pengobatan sendiri (self medication) merupakan upaya yang paling banyak

dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit sebelum

mereka memutuskan mencari pertolongan ke pusat pelayanan kesehatan/petugas

kesehatan (Depkes RI, 2008). Mengobati diri sendiri atau yang lebih dikenal

dengan swamedikasi berarti mengobati segala keluhan dengan obat-obatan yang

dapat dibeli bebas di apotek atau toko obat dengan inisiatif atau kesadaran diri

sendiri tanpa nasehat dokter (Muharni, 2015). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) 2013, 35,2% rumah tangga menyimpan obat untuk

swamedikasi (Kemenkes RI, 2015).

Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan

penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing,

batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain

(Depkes RI, 2006). Salah satu penyebab tingginya tingkat swamedikasi adalah

perkembangan teknologi informasi via internet. Alasan lain adalah karena

semakin mahalnya biaya pengobatan ke dokter, tidak cukupnya waktu yang

dimiliki untuk berobat, atau kurangnya akses ke fasilitas–fasilitas kesehatan

(Gupta, et al., 2011; Hermawati, 2012).

Universitas Sumatera Utara


Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami,

pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang

rasional. Kriteria obat rasional antara lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan

dosis obat, tidak adanya efek samping, tidak adanya kontraindikasi, tidak adanya

interaksi obat, dan tidak adanya polifarmasi (Muharni, 2015).

Sampai saat ini di tengah masyarakat seringkali dijumpai berbagai masalah

dalam penggunaan obat. Diantaranya ialah kurangnya pemahaman tentang

penggunaan obat tepat dan rasional, penggunaan obat bebas secara berlebihan,

serta kurangnya pemahaman tentang cara menyimpan dan membuang obat dengan

benar. Sedangkan tenaga kesehatan masih dirasakan kurang memberikan

informasi yang memadai tentang penggunaan obat (Kemenkes RI, 2015). Oleh

karena itu, sebagai pelaku self-medication harus mampu mengetahui jenis obat

yang diperlukan, kegunaan dari tiap obat, menggunakan obat dengan benar (cara,

aturan pakai, lama pemakaian), mengetahui efek samping obat yang digunakan

dan siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut (Depkes RI, 2008).

Kecamatan Medan Sunggal merupakan salah satu kecamatan di Kota

Medan yang mempunyai luas 13,9 km2 dengan jumlah penduduk 115.687 jiwa.

Kecamatan yang dipimpin oleh seorang Camat, terdiri dari 6 kelurahan,

mempunyai 3 unit rumah sakit, 2 unit puskesmas, 18 unit Pustu / BPU (Badan

Pusat Statistik, 2015).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap tingkat pengetahuan

dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi tergolong sedang dan rasionalitas

penggunaan obat swamedikasi tergolong rasional (Hermawati, 2012). Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2015) menunjukkan bahwa tingkat

Universitas Sumatera Utara


pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi tergolong sedang dan pada

penelitian yang dilakukan oleh Mellina (2016) tergolong buruk. Faktor

sosiodemografi (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan) tidak

berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat

swamedikasi (Hermawati, 2012). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh

Harahap (2015) dan Mellina (2016) menunjukkan bahwa faktor sosiodemografi

berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat

swamedikasi tidak berhubungan dengan faktor sosiodemografi.

Berdasarkan latar belakang di atas serta belum ada penelitian mengenai

tingkat pengetahuan pasien dan rasionalitas swamedikasi di tiga apotek

Kecamatan Medan Sunggal, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tersebut dengan harapan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi

swamedikasi pada sebagian besar masyarakat Kecamatan Medan Sunggal.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. bagaimana tingkat pengetahuan pasien tentang swamedikasi di tiga apotek

Kecamatan Medan Sunggal ?

b. bagaimana penggunaan obat pada pasien swamedikasi di tiga apotek

Kecamatan Medan Sunggal ?

c. bagaimana pengaruh faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan

pekerjaan terhadap pengetahuan pasien dan rasionalitas swamedikasi di tiga

apotek Kecamatan Medan Sunggal ?

Universitas Sumatera Utara


1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah :

a. tingkat pengetahuan pasien tentang swamedikasi di tiga apotek Kecamatan

Medan Sunggal tergolong sedang.

b. rasionalitas penggunaan obat pada pasien swamedikasi di tiga apotek

Kecamatan Medan Sunggal, mayoritas tergolong rasional.

c. faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan dapat

mempengaruhi pengetahuan pasien dan rasionalitas swamedikasi di tiga

apotek Kecamatan Medan Sunggal.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a. tingkat pengetahuan pasien tentang swamedikasi di tiga apotek Kecamatan

Medan Sunggal.

b. rasionalitas penggunaan obat pada pasien swamedikasi di tiga apotek

Kecamatan Medan Sunggal.

c. apakah faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dapat

mempengaruhi atau tidak terhadap pengetahuan pasien dan rasionalitas

swamedikasi di tiga apotek Kecamatan Medan Sunggal.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian bagi pemerintah daerah,

khususnya petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan, apoteker) agar dapat

Universitas Sumatera Utara


meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di bidang

swamedikasi.

b. data dan informasi dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat

digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat

dan variabel bebas. Tingkat pengetahuan pasien tentang swamedikasi dan

rasionalitas penggunaan obat swamedikasi merupakan variabel terikat. Sedangkan

variabel bebasnya adalah data demografi pasien seperti umur, jenis kelamin,

pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Secara skematis kerangka pikir penelitian ini

dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Tingkat pengetahuan
Karakteristik Pasien pasien tentang
- Umur swamedikasi
- Jenis kelamin
- Pendidikan
- Pekerjaan Rasionalitas penggunaan
obat swamedikasi

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Apotek

Berdasarkan Permenkes RI No.9 Tahun 2017, apotek adalah sarana

pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker.

Berdasarkan PP No.51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek antara lain :

1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan apoteker.

2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.

3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan sediaan

farmasi, antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetik.

4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,

serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Bogadenta, 2012).

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di bidang kefarmasian

telah terjadi pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian dari pengelolaan obat

sebagai komoditi kepada pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care)

dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian yang

lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung

penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk

Universitas Sumatera Utara


mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan

(Menkes RI, 2016).

Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya

kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan

mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait obat (drug related

problems), masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio

pharmacoeconomy). Untuk menghindari hal tersebut, apoteker harus menjalankan

praktik sesuai standar pelayanan, mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan

lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang

rasional. Dalam melakukan praktik tersebut, apoteker juga dituntut untuk

melakukan monitoring penggunaan obat, melakukan evaluasi serta

mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk melaksanakan semua

kegiatan itu, diperlukan standar pelayanan kefarmasian (Menkes RI, 2016).

Standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi:

1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,

meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,

pengendalian, serta pencatatan dan pelaporan.

2. Pelayanan farmasi klinik, meliputi pengkajian resep, dispensing, Pelayanan

Informasi Obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah (home

pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek Samping

Obat (MESO) (Menkes RI, 2016).

2.2 Swamedikasi

Pengobatan sendiri (self medication) merupakan upaya yang paling banyak

dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit sebelum

Universitas Sumatera Utara


mereka memutuskan mencari pertolongan ke pusat pelayanan kesehatan/petugas

kesehatan (Depkes RI, 2008). Mengobati diri sendiri atau yang lebih dikenal

dengan swamedikasi berarti mengobati segala keluhan dengan obat-obatan yang

dapat dibeli bebas di apotek atau toko obat dengan inisiatif atau kesadaran diri

sendiri tanpa nasehat dokter (Muharni, 2015). Namun penting untuk dipahami

bahwa swamedikasi yang tepat, aman, dan rasional tidak dengan cara mengobati

tanpa terlebih dahulu mencari informasi umum yang bisa diperoleh tanpa harus

melakukan konsultasi dengan pihak dokter. Adapun informasi umum dalam hal

ini bisa berupa etiket atau brosur. Selain itu, informasi tentang obat bisa juga

diperoleh dari apoteker pengelola apotek, terutama swamedikasi obat keras yang

termasuk dalam daftar obat wajib apotek (Depkes RI, 2008).

Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami,

pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang

rasional antara lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis obat, tidak adanya

efek samping, tidak adanya kontraindikasi, tidak adanya interaksi obat, dan tidak

adanya polifarmasi (Muharni, 2015).

Apabila dilakukan dengan benar, maka swamedikasi memberikan

keuntungan yang sangat besar bagi pemerintah, terutama dalam pemeliharaan

kesehatan secara nasional (Depkes RI, 2008). Keuntungan pengobatan sendiri

adalah aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk, efektif menghilangkan

keluhan karena 80% sakit bersifat self-limiting (sembuh sendiri tanpa intervensi

tenaga kesehatan), relatif lebih murah, menghemat waktu, kepuasan karena ikut

berperan aktif dalam pengambilan keputusan terapi, menghindari rasa malu atau

stress untuk menampakkan bagian tubuh tertentu di depan tenaga kesehatan.

Adapun kekurangannya adalah obat dapat membahayakan kesehatan apabila tidak

Universitas Sumatera Utara


digunakan sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan waktu, timbulnya reaksi

obat yang tidak diinginkan, penggunaan obat yang salah akibat informasi yang

kurang lengkap dari iklan obat (Supardi, 2010).

2.3 Faktor Penyebab Swamedikasi

Ada beberapa faktor penyebab swamedikasi yang keberadaannya hingga

saat ini semakin mengalami peningkatan. Beberapa faktor penyebab tersebut

berdasarkan hasil penelitian WHO antara lain sebagai berikut :

a. Faktor sosial ekonomi

Semakin meningkatnya pemberdayaan masyarakat, maka semakin

meningkatpula tingkat pendidikan, sekaligus semakin mudahnya akses untuk

memperoleh informasi, maka semakin tinggi pula tingkat ketertarikan masyarakat

terhadap kesehatan sehingga menyebabkan meningkatnya upaya untuk

berpartisipasi langsung terhadap pengambilan keputusan kesehatan oleh masing-

masing individu.

b. Gaya hidup

Kesadaran tentang adanya dampak beberapa gaya hidup yang bisa

berpengaruh terhadap kesehatan, mengakibatkan banyak orang memiliki

kepedulian lebih untuk senantiasa menjaga kesehatannya daripada harus

mengobati ketika sedang mengalami sakit pada waktu-waktu mendatang.

c. Kemudahan memperoleh produk obat

Saat ini, tidak sedikit dari pasien lebih memilih untuk membeli obat

dimana saja bisa diperoleh dibandingkan dengan harus mengantri lama di Rumah

Sakit maupun klinik.

Universitas Sumatera Utara


d. Faktor kesehatan lingkungan

Dengan adanya praktik sanitasi yang baik, pemilihan nutrisi yang benar

sekaligus lingkungan perumahan yang sehat, maka semakin meningkatnya

kemampuan masyarakat untuk menjaga kesehatannya.

e. Ketersediaan produk baru

Semakin meningkatnya produk baru yang sesuai dengan pengobatan

sendiri dan terdapat pula produk lama yang keberadaannya juga sudah cukup

populer dan semenjak lama sudah memiliki indeks keamanan yang baik. Hal

tersebut langsung membuat pilihan produk obat untuk pengobatan sendiri semakin

banyak tersedia (Zeenot, 2013).

2.4 Penggolongan Obat

Obat adalah zat kimia yang bersifat racun, namun dalam jumlah tertentu

dapat memberikan efek mengobati penyakit. Obat dibagi menjadi 5 (lima)

golongan :

2.4.1 Obat bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa

resep dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas, tanda khusus berupa lingkaran

hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

2.4.2 Obat bebas terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang dapat dijual atau dibeli tanpa resep

dokter, namun penggunaannya harus memperhatikan informasi yang menyertai

obat dalam kemasan. Pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas terdapat tanda

khusus berupa lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat dari

golongan ini adalah klorfeniramin maleat (CTM).

Universitas Sumatera Utara


Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas,

berbentuk empat persegi panjang berwarna hitam dan memuat pemberitahuan

berwarna putih sebagai berikut :

Gambar 2.1 Tanda peringatan obat golongan bebas terbatas (Depkes RI, 2008).

2.4.3 Obat keras dan psikotropika

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep

dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus berupa lingkatan bulat merah dengan

garis tepi berwarna hitam dan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi.

Obat psikotropika adalah obat keras bukan golongan narkotik yang

berkhasiat mempengaruhi susunan syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Obat golongan ini hanya boleh

dijual dengan resep dokter dan diberi tanda huruf K dalam lingkaran merah

dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : diazepam, phenobarbital.

2.4.4 Obat narkotika

Obat yang berasal dari turunan tanaman atau bahan kImia yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Obat ini

hanya dapat diperoleh dengan resep dari dokter. Contoh: Morfin, petidin.

Sebagai tanda narkotika, pada pembungkusnya diberi tanda khusus, palang

Universitas Sumatera Utara


merah dengan latar belakang putih, di dalam lingkaran warna merah (Depkes RI,

2008).

2.4.5 Obat wajib apotek

Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker

kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Apoteker di apotik dalam melayani

pasien yang memerlukan obat diwajibkan:

a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan

dalam obat wajib apotik yang bersangkutan.

b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.

c. Memberi informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek

samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

Obat-obat yang termasuk ke dalam Daftar Obat Wajib Apotek diatur oleh

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, yaitu dalam Keputusan Menteri

Kesehatan No.347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek yang

mengalami perubahan dalam Peraturan Menteri Kesehatan

No.925/Menkes/Per/X/1993, Peraturan Menteri Kesehatan

No.924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.2, dan

Keputusan Menteri Kesehatan No.1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat

Wajib Apotek No.3.

Obat yang dapat digunakan dalam swamedikasi sering disebut sebagai

obat-obatan Over The Counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa resep dokter

yaitu dari golongan obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek.

Sesuai Permenkes No.919/Menkes/Per/X/1993, kriteria obat yang dapat

diserahkan tanpa resep adalah:

Universitas Sumatera Utara


a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di

bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada

kelanjutan penyakit.

c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi.

e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

2.5 Penyakit dan Pilihan Obat pada Swamedikasi

2.5.1 Demam

Demam merupakan gejala dari suatu penyakit dimana suhu tubuh lebih

tinggi dari suhu normal atau suhu tubuh lebih dari 37,2oC pada pagi hari dan lebih

dari 37,7oC pada sore hari. Timbulnya demam dapat disebabkan oleh infeksi dan

non infeksi. Penyebab infeksi antara lain kuman, virus, parasit, atau

mikroorganisme lain. Contoh: radang tenggorokan, cacar air, campak, dan lain-

lain. Penyebab non infeksi antara lain dehidrasi pada anak dan lansia, alergi, stres,

trauma, dan lain-lain.

Demam dapat diatasi dengan istirahat yang cukup, makan seperti biasa,

banyak minum, periksa suhu tubuh setiap 4 jam, kompres dengan air hangat, dan

hubungi dokter bila suhu sangat tinggi (diatas 38oC), terutama pada anak-anak.

Pilihan obat demam pada swamedikasi dapat menggunakan obat penurun panas

(antipiretik) seperti parasetamol, asetosal, dan ibuprofen.

Universitas Sumatera Utara


Dosis pemakaian obat penurun panas untuk dewasa umumnya tiga hingga

empat kali sehari. Batas waktu pemakaian obat penurun panas pada pengobatan

sendiri tidak lebih dari 2 hari. Jika menggunakan asetosal, sebaiknya diminum

setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan perdarahan

lambung (Depkes RI, 2006).

2.5.2 Nyeri

Nyeri merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguan di

tubuh seperti peradangan, infeksi dan kejang otot. Nyeri disebabkan oleh

rangsangan pada ujung syaraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan

oleh trauma, misalnya karena benda tajam, benda tumpul, bahan kimia, dan lain-

lain serta adanya proses infeksi atau peradangan (Depkes RI, 2006).

Nyeri timbul sebagai efek persepsi dari nosisepsi, yaitu kejadian

neurologis dan respon refleks yang disebabkan oleh adanya kejadian yang

berpotensi merusak jaringan tubuh. Nosisepsi dihasilkan dari stimulasi pada

reseptor nyeri (nosiseptor) yang melekat di dalam kulit atau dinding bagian dalam

dari organ tubuh (Hermawati, 2012).

Nyeri dapat diatasi dengan tetap aktif fokuskan pada pekerjaan, kompres

hangat pada nyeri otot, gunakan obat penghilang nyeri, bila nyeri berlanjut

hubungi dokter. Pilihan obat nyeri pada swamedikasi dapat menggunakan

beberapa obat nyeri antara lain ibuprofen, asetosal dan parasetamol. Obat-obat

tersebut juga dapat digunakan untuk menurunkan panas. Ibuprofen memiliki

terapi antiradang lebih tinggi dibandingkan dengan efek anti demamnya,

sedangkan asetosal dan parasetamol efek terapi anti demamnya lebih tinggi

dibandingkan efek antinyeri dan anti radangnya.

Universitas Sumatera Utara


Dosis pemakaian untuk dewasa umumnya tiga hingga empat kali sehari.

Batas waktu penggunaan obat nyeri pada pengobatan sendiri adalah tidak lebih

dari lima hari (Depkes RI, 2006).

2.5.3 Batuk

Batuk merupakan refleks yang terangsang oleh iritasi saluran pernapasan.

Batuk biasanya merupakan gejala infeksi saluran pernapasan atas (batuk-pilek,

flu) dimana sekresi hidung dan dahak merangsang saluran pernapasan. Batuk juga

merupakan cara untuk menjaga jalan pernapasan tetap bersih.

Batuk dapat disebabkan oleh infeksi (flu, bronkitis, pneumonia, TBC, dan

kanker paru-paru), alergi (masuknya benda asing secara tidak sengaja ke dalam

saluran pernapasan, mengalirnya cairan hidung ke arah tenggorokan dan masuk ke

saluran pernapasan, dan penyempitan saluran pernafasan misalnya pada asma).

Batuk dibedakan menjadi batuk berdahak dan batuk kering. Batuk

berdahak adalah batuk yang disertai dengan keluarnya dahak dari batang

tenggorokan dan batuk kering adalah batuk yang tidak disertai keluarnya dahak.

Batuk dapat diatasi dengan sering minum air putih untuk mengencerkan

dahak, jangan minum soda atau kopi, hindari makanan yang merangsang

tenggorokan (makanan dingin atau berminyak) dan udara malam, madu dan tablet

hisap pelega tenggorokan dapat meringankan iritasi tenggorokan dan dapat

membantu mencegah batuk kalau tenggorokan kering atau pedih, hirup uap air

panas untuk mencairkan sekresi hidung yang kental supaya mudah dikeluarkan,

minum obat batuk yang sesuai, bila batuk lebih dari 3 hari atau pada bayi dan

balita bila batuk disertai napas cepat atau sesak harus segera dibawa ke dokter.

Pilihan obat batukpada swamedikasi dapat menggunakan obat batuk

ekspektoran (pengencer dahak) seperti gliseril guaiakolat, bromheksin, kombinasi

Universitas Sumatera Utara


bromheksin dengan gliseril guaiakolat serta obat batuk hitam (OBH) danobat

batuk antitusif (penekan batuk) seperti dekstrometorfan HBr (DMP HBr),

difenhidramin HCl (Depkes RI, 2006).

2.5.4 Flu

Flu adalah suatu infeksi saluran pernapasan atas. Flu dapat ditularkan

melalui percikan udara pada saat batuk, bersin, dan tangan yang tidak dicuci

setelah kontak dengan cairan hidung/mulut, infeksi saluran pernafasan bagian atas

disebabkan oleh virus influenza.

Flu dapat diatasi dengan istirahat yang cukup, banyak minum air dan

makan buah segar, minum obat flu untuk mengurangi gejala/keluhan, periksa ke

dokter bila gejala menetap sampai lebih dari 3 hari. Pilihan obat flu pada

swamedikasi dapat menggunakan obat flu yang umumnya merupakan kombinasi

dari beberapa zat berkhasiat, yaitu antipiretik-analgetik, antihistamin seperti CTM

dan difenhidramin HCl, dekongestan seperti fenilpropanolamin, fenilefrin,

pseudoefedrin dan efedrin serta antitusif, ekspektoran dan mukolitik untuk

meredakan batuk yang menyertai flu. Dosis pemakaian untuk dewasa umumnya

tiga kali sehari. Batas waktu penggunaan obat flu pada pengobatan sendiri adalah

tidak lebih dari tiga hari (Depkes RI, 2006).

2.5.5 Maag

Maag adalah peningkatan produksi asam lambung sehingga terjadi iritasi

lambung. Maag memiliki gejala khas berupa rasa nyeri atau pedih pada ulu hati

meskipun baru saja selesai makan. Penyebab peningkatan produksi asam lambung

dapat terjadi karena makanan atau minuman yang merangsang lambung (makanan

pedas atau asam, kopi, alkohol), faktor stres baik stres fisik (setelah pembedahan,

penyakit berat, luka bakar) maupun stres mental, obat-obat tertentu yang

Universitas Sumatera Utara


digunakan dalam jangka waktu lama (misal obat rematik, anti inflamasi), jadwal

makan yang tidak teratur.

Maag dibedakan menjadi maag akut dan kronis. Pada maag akut biasanya

belum ada gejala kerusakan yang jelas pada dinding lambung, mungkin hanya

disebabkan oleh berlebihnya produksi asam lambung sesaat atau akibat makanan

yang merangsang. Sedangkan pada maag kronis penderita bisa mengalami

pembengkakan atau radang pada dinding lambung, luka sampai perdarahan.

Maag dapat diatasi dengan membiasakan hidup sehat dan makan secara

teratur sebaiknya penderita makan sedikit demi sedikit tetapi sering. Pilihan obat

maag pada swamedikasi dapat menggunakan antasida. Antasida adalah obat yang

bekerja dengan cara menetralkan asam lambung yang berlebih, dan melindungi

selaput lendir lambung. Antasida yang beredar di pasaran biasanya terdiri dari

campuran garam aluminium dan garam magnesium agar tidak menimbulkan

sembelit ataupun diare. Kandungan lain antasida adalah simetikon, yaitu zat yang

berkhasiat membantu pengeluaran gas yang berlebih di dalam saluran cerna.

Dosis pemakaian antasida untuk dewasa umumnya tiga hingga empat kali

sehari. Batas pemakaian antasida pada pengobatan sendiri tidak boleh lebih dari 2

minggu kecuali atas saran dokter. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh

pasien pada penggunaan antasida, antara lain:

a. Antasida dalam bentuk suspensi kerjanya lebih cepat dibanding bentuk tablet.

b. Antasida dalam bentuk tablet harus dikunyah terlebih dahulu sebelum ditelan.

c. Antasida diminum satu jam sebelum makan. Penggunaan terbaiknya adalah

saat gejala timbul pada waktu lambung kosong dan menjelang tidur malam.

d. Antasida dapat mengganggu absorbsi obat-obat tertentu (misal antibiotik). Bila

diminum bersama beri jarak sekitar 1 jam.

Universitas Sumatera Utara


e. Bila setelah 2 - 3 hari gejala tetap ada, hendaknya segera menghubungi dokter.

f. Jangan digunakan lebih dari 4 gram sehari, karena dapat meningkatkan

produksi asam lambung/efek yang tidak diinginkan (Depkes RI, 2006).

2.5.6 Diare

Diare adalah buang air besar dalam bentuk cair lebih dari tiga kali dalam

sehari, biasanya disertai sakit dan kejang perut. Jenis-jenis diare antara lain :

a. Diare akut, disebabkan oleh infeksi usus, infeksi bakteri, obat-obat tertentu

atau penyakit lain. Gejala diare akut adalah tinja cair, terjadi mendadak, badan

lemas kadang demam, muntah, dan berlangsung beberapa jam sampai beberapa

hari.

b. Diare kronik, yaitu diare yang menetap atau berulang dalam jangka waktu

lama, berlangsung selama 2 minggu atau lebih.

c. Disentri adalah diare disertai dengan darah dan lendir.

Diare dapat disebabkan oleh ansietas/cemas, keracunan makanan, infeksi

virus dari usus, alergi terhadap makanan atau minuman tertentu seperti susu,

peradangan usus (misalnya disentri).

Diare dapat diatasi dengan minum banyak cairan (air, sari buah, sup

bening) dan hindari makanan padat, alkohol, kopi/teh, susu, usahakan makan

bubur, roti, pisang, minum cairan oralit/larutan gula garam, jaga kebersihan

lingkungan, bila diare berlanjut lebih dari dua hari, terjadi dehidrasi, kotoran

berdarah, atau terus-menerus kejang perut periksakan ke dokter (diare pada anak-

anak/bayi segera dibawa ke dokter). Pilihan obat diare pada swamedikasi dapat

menggunakan oralit untuk mencegah kekurangan cairan tubuh, adsorben dan obat

pembentuk massa seperti norit (karbo adsorben) atau kombinasi kaolin-pektin dan

Universitas Sumatera Utara


attapulgit. Kegunaannya adalah untuk mengurangi frekuensi buang air besar,

memadatkan tinja, dan menyerap racun pada penderita diare (Depkes RI, 2006).

2.6 Penggunaan Obat yang Rasional

Kerasionalan dalam penggunaan obat sangat dibutuhkan mengingat obat

dapat bersifat sebagai racun apabila penggunaannya tidak tepat (Anief, 1997).

Menurut World Health Organization (WHO) penggunaan obat dikatakan rasional

bila pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya, periode waktu yang

adekuat dan harga yang terjangkau.

Kriteria penggunaan obat rasional adalah :

a. Tepat diagnosis

Obat diberikan sesuai dengan diagnosis. Apabila diagnosis tidak

ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah.

b. Tepat indikasi penyakit

Obat yang diberikan harus yang tepat bagi suatu penyakit.

c. Tepat pemilihan obat

Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit.

d. Tepat dosis

Tepat dosis meliputi tepat jumlah, tepat cara pemberian, tepat interval

waktu pemberian, dan tepat lama pemberian. Apabila salah satu dari empat hal

tersebut tidak dipenuhi menyebabkan efek terapi tidak tercapai.

e. Tepat penilaian kondisi pasien

Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain harus

memperhatikan kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan, menyusui, lanjut usia

atau bayi.

Universitas Sumatera Utara


f. Waspada terhadap efek samping

Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang

timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulya mual, muntah,

gatal-gatal, dan lain sebagainya.

g. Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga terjangkau

Untuk mencapai kriteria ini obat dibeli melalui jalur resmi.

h. Tepat tindak lanjut (follow up)

Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut

konsultasikan ke dokter.

i. Tepat penyerahan obat (dispensing)

Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri

sebagai konsumen. Resep yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di

Puskesmas akan dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan

informasi yang tepat.

j. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan

Ketidakpatuhan pasien dapat terjadi pada keadaan seperti jenis sediaan

obat beragam, jumlah obat terlalu banyak, frekuensi pemberian obat per hari

terlalu sering, pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi, pasien tidak

mendapatkan informasi yang cukup (Depkes RI, 2008).

2.7 Pengetahuan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2003). Sebelum

seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yang disebut AIETA, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


a. Awareness (kesadaran), yaitu seseorang menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Sikap subjek

sudah mulai timbul pada tahap ini.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaption, yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai 6 tingkatan,yaitu :

1. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari termasuk

dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Tahu adalah tingkatan

pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisa (analisys)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek

Universitas Sumatera Utara


kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam

suatu masalah atau objek yang diketahui.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam sutu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada sebelumnya.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan ketentuan-ketentuan yang sudah ada

(Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mereka menerima

informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

Sebaliknya, jika semakin rendah pendidikan, maka akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai

yang baru diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek

psikis dan psikologis (mental).

Universitas Sumatera Utara


d. Minat

Minat adalah kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.

Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada

akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman

Pengalaman seseorang yang kurang baik terhadap suatu objek maka orang

tersebut akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek

tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang

membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

f. Kebudayaan

Kebudayaan akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat secara

langsung. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga

kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai

sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

g. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat

seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak, 2007).

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan

fenomena yang diteliti yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu, dengan

model penelitian survei yang menggunakan pendekatan cross sectional (Swarjana,

2012; Lapau, 2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tiga apotek di Kecamatan Medan Sunggal.

Apotek dipilih berdasarkan lokasi yang strategis dan pemilik apotek yang bersedia

memberikan izin untuk dilakukannya penelitian.

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017 dari jam

09.00 s/d 21.30 WIB di tiga apotek di Kecamatan Medan Sunggal.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah semua pasien

swamedikasi berusia 18 – 60 tahun dari tiga apotek di Kecamatan Medan Sunggal.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien swamedikasi berusia 18 – 60

tahun dari tiga apotek di Kecamatan Medan Sunggal yang memenuhi kriteria

Universitas Sumatera Utara


inklusi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling

sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi serta berdasarkan waktu

pengumpulan data yang tersedia (Swarjana, 2012).

Kriteria inklusi :

a. pasien yang datang ke apotek untuk melakukan swamedikasi.

b. pasien berumur 18 – 60 tahun.

c. pasien yang dapat berkomunikasi dengan baik.

Kriteria eksklusi :

a. pasien yang tidak bersedia bekerja sama dalam penelitian ini.

Berdasarkan data yang diperoleh dari tiga apotek yang menjadi tempat

penelitian, jumlah pasien swamedikasi perbulan di apotek A (1050 pasien), di

apotek B (1350 pasien) dan di apotek C (800 pasien), sehingga diperoleh jumlah

pasien swamedikasi di tiga apotek adalah 3200 pasien. Jumlah sampel minimum

yang diambil dihitung menggunakan rumus Lameshow dan Lwanga (1991)

berikut ini :

N Zα2 . P. (1 − P)
2
n=
N. D2 + Zα2 . P. (1 − P)
2

Dengan : N = Jumlah Populasi

n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan

Z1-α /2 =Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat

kemaknaan α (α = 0,05 adalah 1,96)

P = Proporsi populasi = 0,5

d = Limit dari error / presisi absolut dengan % kepercayaan yang

diinginkan 95%., d = 0,05

Universitas Sumatera Utara


Dalam penelitian ini, N = 3200 pasien, sehingga ;

3200. (1,96)2 . 0,5. (1 − 0,5 )


n=
3200. (0,05)2 + (1,96)2 . 0,5. (1 − 0,5)

3073,28
n=
8 + 0,9604

3073,28
n=
8,9604

n =342,98 (Dibulatkan menjadi 350)

Berdasarkan rumus di atas, jumlah sampel minimal yang diperlukan untuk

penelitian ini adalah sebanyak 350 pasien. Penentuan jumlah pasien dari masing-

masing apotek dilakukan secara proporsional menggunakan rumus berikut:

N
x Jumlah responden yang diperlukan
Total

Dengan : N = Jumlah pasien swamedikasi selama sebulan di apotek X

a. Apotek A
1050
x 350 =114,84 (Dibulatkan menjadi 115)
3200

b. Apotek B
1350
x 350 =147,65 (Dibulatkan menjadi 148)
3200

c. Apotek C
800
x 350 =87,5 (Dibulatkan menjadi 87)
3200

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Kuesioner Penelitian


Variabel Definisi Skala Kategori
1. Tingkat Pengetahuan responden Ordinal 1.Buruk :
pengetahuan berdasarkan kemampuan Skor < 60%
tentang untuk menjawab 10
swamedikasi pertanyaan mengenai

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 (Lanjutan).
pengertian swamedikasi, 2.Sedang:
tanda golongan obat, Skor 60% - 80%
perbedaan obat batuk
kering dan batuk 3.Baik :
berdahak, dosis obat- Skor > 80 %
obatan tanpa resep
dokter, aturan minum (Khomsan, 2000;
obat, pengertian dari Harahap, 2015).
indikasi obat,
kontraindikasi obat, efek
samping obat, interaksi
obat, dan cara
penyimpanan obat.
2. Rasionalitas Penggunaan obat Ordinal 1. Tidak rasional,
penggunaan swamedikasi yang bila nilai < 6,
obat memenuhi 6 kriteria yang berarti tidak
swamedikasi penggunaan obat semua kriteria
rasional, antara lain kerasionalan
ketepatan pemilihan penggunaan obat
obat, ketepatan dosis terpenuhi
obat, efek samping obat, 2. Rasional,bila
tidak adanya nilai 6 berarti
kontraindikasi, tidak semua kriteria
adanya interakasi obat, kerasionalan
dan tidak adanya penggunaan
polifarmasi (Depkes RI, obat terpenuhi
2008; Hermawati, 2012; (Depkes RI,
Muharni, 2015). 2008).
3. Umur Lama hidup responden Interval a.18-28 tahun
sejak lahir hingga ulang b.29-39 tahun
tahun terakhir. c.40-49 tahun
d.50-60 tahun
4. Jenis Jenis kelamin responden Nominal a.Laki-laki
Kelamin b.Perempuan
5. Pendidikan Jenjang sekolah formal Ordinal a.Tidak tamat SD
sesuai sistem pendidikan b.SD
nasional yang terakhir c.SMP
diikuti dan ditamatkan. d.SMA
e.Perguruan Tinggi
6. Pekerjaan Pekerjaan yang Nominal a.Tidak/belum
dilakukan responden bekerja
b.Karyawan
c.Guru
d.Mahasiswa
e.Tenaga Kesehatan
f. Lainnya

Universitas Sumatera Utara


3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh secara

langsung dari pasien melalui pengisian kuesioner.

3.5.2 Teknik pengumpulan data

Pengambilan data dilakukan dengan terlebih dahulu menanya pasien

apakah pasien membeli obat dengan resep dokter atau tanpa resep dokter. Jika

membeli obat tanpa resep dokter maka peneliti menjelaskan maksud dan

tujuannya serta menanya pasien apakah bersedia meluangkan waktunya untuk

diwawancara, jika pasiennya setuju maka kuesioner akan dibacakan.

3.5.3 Kuesioner swamedikasi

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang sudah disusun dan digunakan

pada penelitian sebelumnya oleh Harahap Mahasiswa Fakultas Farmasi USU

tahun 2015, dengan tujuan yang sesuai dengan penelitian ini dan diuji kembali

validitas dan reliabilitasnya.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 bagian yaitu :

bagian pendahuluan, pengetahuan swamedikasi, rasionalitas swamedikasi, dan

data demografi.

3.5.3.1 Kuesioner bagian pendahuluan

Kuisioner pada bagian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasien

selalu membeli obat di apotek tersebut, apakah pasien pernah membeli obat tanpa

resep dokter, (jika pernah) dimanakah pasien memperoleh obat tersebut, dan

darimana pasien memperoleh informasi mengenai obat tersebut.

Universitas Sumatera Utara


3.5.3.2 Kuesioner bagian pengetahuan swamedikasi

Pertanyaan yang digunakan pada bagian pengetahuan swamedikasi

bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang swamedikasi.

Terdapat sepuluh pertanyaan yaitu: mengenai pengertian swamedikasi, tanda

golongan obat yang boleh dibeli tanpa resep dokter, perbedaan obat batuk kering

dan batuk berdahak, dosis obat yang dibeli tanpa resep dokter, aturan minum obat

dengan dosis 3 kali sehari, pengertian dari indikasi obat, kontraindikasi obat, efek

samping obat, interaksi obat, dan cara penyimpanan obat.

3.5.3.3 Kuesioner bagian rasionalitas swamedikasi

Tujuan dari pertanyaan yang digunakan pada bagian rasionalitas

swamedikasi adalah untuk mengetahui rasionalitas obat swamedikasi yang pernah

digunakan oleh responden. Terdapat 8 butir pertanyaan mengenai obat yang

digunakan pasien yaitu : nama obat, indikasi obat, dosis dan cara pakai obat, lama

penggunaan obat, efek samping obat yang dialami pasien, kondisi khusus pasien

ketika menggunakan obat, penggunaan kombinasi obat (jika ada), dan keluhan

penyakit yang diatasi.

3.5.3.4 Kuesioner bagian data demografi

Jenis pertanyaan yang digunakan pada bagian data demografi terdiri dari

nama, umur, jenis kelamin, alamat, no.hp, pendidikan terakhir dan pekerjaan

responden. Pertanyaan-pertanyaan diatas bertujuan untuk mengetahui karakteristik

responden yang diperoleh selama penelitian.

3.5.4 Uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengambilan data yang sebenarnya di

dalam penelitian, terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji ini

dilakukan dengan memakai responden terbatas terlebih dahulu, yaitu mencobakan

Universitas Sumatera Utara


kuesioner kepada 20 orang yang mana responden tersebut tidak termasuk ke

dalam responden penelitian tetapi masih memiliki karakteristik yang sama dengan

responden penelitian (Simamora, 2008).

3.5.4.1 Uji validitas

Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terdapat di lapangan

tempat penelitian dan data yang dilaporkan oleh peneliti (Lapau, 2012). Uji

validitas bagian kedua dilakukan menggunakan korelasi pearson, yaitu dengan

cara mengkorelasikan nilai setiap pertanyaan dengan nilai total pertanyaan. Jika

seluruh butir pertanyaan mempunyai nilai p < 0,05 (nilai yang terdapat pada baris

Sig(2-tailed)<α, maka kuesioner tersebut dinyatakan valid (Trihendradi, 2011).

Sedangkan uji validitas bagian ketiga diuji dengan menggunakan face validity

yang mana kuesioner pada bagian ini ditunjukkan kepada tiga dosen yang ada di

Fakultas Farmasi USU untuk dinilai bahwa pertanyaan-pertanyaan yang

dicantumkan sudah dapat menggambarkan rasionalitas penggunaan obat sehingga

kuesioner tersebut dinyatakan valid.

3.5.4.2 Uji reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat apakah suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Uji reliabilitas

dilakukan dengan menghitung nilai Cronbach’s Alpha. Jika nilai Cronbach’s

Alpha lebih besar dari 0,600 dan mendekati 1, maka nilai kuesioner dapat

dinyatakan reliabel (Trihendradi, 2011).

3.5.4.3 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Pada penelitian ini, uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada bagian

kedua dan ketiga kuesioner karena pada kedua bagian tersebut digunakan dalam

pengukuran tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi

Universitas Sumatera Utara


pada pasien. Uji ini dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil uji validitas dan

reliabilitas bagian kedua yang diperoleh yaitu pada uji pertama dan kedua hasilnya

menunjukkan beberapa soal memiliki nilai p>α (0,05) dan dinyatakan tidak valid

dan nilai Cronbach’s alpha yang diperoleh yaitu >0,600 dan dinyatakan reliabel.

Sedangkan hasil uji reliabilitas bagian ketiga diperoleh nilai Cronbach’s

alpha>0,600 dan dinyatakan reliabel. Oleh karena itu masih perlu dilakukan revisi

pada beberapa pertanyaan kuesioner, agar validitas dan reliabilitas yang

diharapkan tercapai. Revisi kuesioner pada penelitian ini paling banyak dilakukan

pada struktur kalimat, kata/kalimat yang sulit dimengerti serta ada pertanyaan

yang dihapuskan. Hasil uji validitas yang ketiga menunjukkan nilai p seluruh butir

pertanyaan <α (0,05) dan kuesioner dinyatakan valid. Nilai Cronbach’s alpha

yang diperoleh juga menunjukkan nilai >0,600 dan dinyatakan reliabel.

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dikumpulkan dan

dianalisis secara deskriptif dengan cara memeriksa dan melihat apakah semua

jawaban sudah terisi. Kemudian dilakukan pengkodean pada setiap jawaban

dengan memberi skor atau nilai tertentu. Pada kuesioner bagian pengetahuan

swamedikasi, setiap jawaban yang “benar” diberi nilai 2, jawaban “salah” diberi

nilai 1, dan jawaban “tidak tahu” diberi nilai 0. Sedangkan pada bagian

rasionalitas swamedikasi, pada setiap jawaban yang “tepat, tidak ada efek

samping obat” diberi nilai 1 dan jawaban yang “tidak tepat, terdapat efek samping

obat“ diberi nilai 0. Kemudian data dikelompokkan sesuai dengan karakteristik

masing-masing dan ditampilkan dalam bentuk tabel. Untuk mengetahui hubungan

faktor sosiodemografi pasien dengan pengetahuan dan rasionalitas penggunaan

Universitas Sumatera Utara


obat, maka dilakukan analisis dengan uji Chi-Square atau Fisher Test ketika

syarat Chi-Square tidak terpenuhi.

3.7 Prosedur Penelitian

Langkah-Langkah yang diambil dalam penelitian ini adalah:

a. Menyiapkan kuesioner penelitian yang akan diisi oleh responden

b. Mengurus surat pengantar dari Dekan Fakultas Farmasi USU kepada dinas

kesehatan Kota Medan untuk melakukan penelitian dengan responden pada

tiga Apotek di Kecamatan Medan Sunggal

c. Mengurus surat pengantar dari Dinas Kesehatan Kota Medan kepada PSA

(pemilik sarana apotek) yang terpilih.

d. Menghubungi PSA yang memiliki Apotek tersebut untuk mendapatkan izin

melakukan penelitian.

e. Selama izin penelitian diproses, uji validitas dan reliabilitas dilakukan

terhadap kuesioner yang akan digunakan.

f. Setelah izin dari pihak apotek serta validitas dan reliabilitas kuesioner

diperoleh, dilanjutkan dengan pengambilan data.

g. Membagikan kuesioner penelitian kepada responden.

h. Mengumpulkan data penelitian.

i. Mengolah data penelitian.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden

Sebanyak 350 responden yang berasal dari tiga apotek di Kecamatan

Medan Sunggal yang terlibat dalam penelitian ini, 115 responden berasal dari

apotek A, 148 responden berasal dari apotek B, dan 87 responden berasal dari

apotek C. Berdasarkan hasil penelitian ini, responden didominasi oleh perempuan

(64%) dengan golongan umur 29-39 tahun (31,4%) dan mayoritas pendidikan

terakhir adalah SMA (55,4%) dengan kategori pekerjaan yang paling banyak

adalah ibu rumah tangga (34,6%). Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik Sosiodemografi Seluruh Responden


Jumlah (N)
Variabel Persentase (%)
(350)
Umur
a.18-28 tahun 108 30,9
b.29-39 tahun 110 31,4
c.40-49 tahun 71 20,3
d.50-60 tahun 61 17,4
Jenis kelamin
a. Laki-laki 126 36
b. Perempuan 224 64
Pendidikan Terakhir
a. Tidak tamat SD 3 0,9
b. SD 37 10,6
c. SMP 61 17,4
d. SMA 194 55,4
e. Perguruan Tinggi 55 15,7
Pekerjaan
a. Tidak/belum bekerja 21 6
b. Karyawan 38 10,9
c. Guru 4 1,1
d. Mahasiswa 35 10
e. Tenaga Kesehatan 1 0,3
f. Lainnya 251 71,7
Total 350 100

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Mellina (2016) di Kecamatan Medan Marelan yang mengatakan bahwa

masyarakat produktif dengan tingkat umur 29-39 tahun, lebih memilih pengobatan

pengobatan sendiri untuk penyakit ringan daripada berobat ke dokter.

Berdasarkan karakteristik umur menunjukkan bahwa golongan umur 29-39

tahun merupakan kategori umur yang paling banyak menjadi responden

penelitian. Rentang umur tersebut termasuk ke dalam kategori usia prima yang

idealnya telah bekerja. Oleh karena itu, obat-obat bebas lebih dipilih sebagai

pengobatan untuk mengatasi penyakit ringan yang dialami di sela-sela

aktivitasnya karena obat bebas mudah diperoleh (Hermawati, 2012).

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin menunjukkan bahwa perempuan

lebih cenderung melakukan swamedikasi dibandingkan laki-laki, hal ini

dikarenakan lebih banyaknya pengunjung perempuan yang melakukan

swamedikasi dan bersedia untuk diwawancara dibandingkan pengunjung laki-laki.

Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan menunjukkan bahwa

masyarakat yang berpendidikan rendah cenderung memiliki pengetahuan yang

rendah terhadap swamedikasi sehingga memilih berobat ke dokter, sedangkan

semakin tinggi tingkat pendidikan maka memungkinkan semakin baik pula

pengetahuan masyarakat dalam swamedikasi, sehingga lebih cenderung

melakukan swamedikasi dan terlebih dahulu mencari informasi tentang obat yang

digunakan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Berdasarkan karakteristik pekerjaan menunjukkan bahwa ibu rumah

tangga lebih banyak melakukan swamedikasi, hal ini dikarenakan ibu rumah

tangga dianggap lebih mengetahui kondisi kesehatan anggota keluarganya,

Universitas Sumatera Utara


memiliki kepekaan yang lebih besar dalam melakukan pencarian pengobatan,

serta karena umumnya tidak memiliki penghasilan sendiri kebanyakan dari

mereka melakukan pengobatan sendiri sebab dianggap lebih murah dan praktis

tanpa perlu ke dokter.

4.2 Sumber Informasi dan Tempat Memperoleh Obat Swamedikasi

4.2.1 Sumber informasi memperoleh obat swamedikasi

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa mayoritas

responden melakukan swamedikasi berdasarkan pengalaman pribadi/keluarga

(38,9%). Data lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.1. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa mayoritas responden

melakukan pengobatan sendiri karena pengalaman penggunaan obat

pribadi/keluarga (Harahap, 2015).

0%

19,7% 24,9% Iklan

Pengalaman Pribadi
16,5%
Petugas Kesehatan

38,9% Saran dari Orang Lain

Lainnya

Gambar 4.1 Sumber Informasi Memperoleh Obat Swamedikasi

4.2.2 Tempat memperoleh obat swamedikasi

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa persentase

terbanyak responden memperoleh obat tanpa resep dokter yang digunakan yaitu

dari apotek (68,9%) dikarenakan banyak responden beranggapan bahwa di apotek

Universitas Sumatera Utara


adalah tempat yang tepat untuk memperoleh obat yang terjamin kualitasnya dan

banyak jenis obat yang dapat diperoleh. Selain apotek responden juga

memperoleh obat yang digunakan dari warung (27,4%), supermarket (3,7%). Data

lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.2. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa mayoritas responden memperoleh

obat tanpa resep dari apotek (Mellina, 2016). Hal ini dikarenakan bahwa obat-obat

yang dijual di apotek lebih dapat dipercaya mutu dan keasliannya, sehingga

apotek lebih dipilih sebagai tempat pembelian obat (Hermawati, 2012).

0% 0%
3,7%
27,4%
Apotek
Warung
Toko Obat
68,9%
Supermarket
Lainnya

Gambar 4.2 Tempat Memperoleh Obat Swamedikasi

4.3 Keluhan Penyakit dan Pilihan Subkelas Farmakologi Obat

4.3.1 Keluhan penyakit

Berdasarkan hasil penelitian ini, keluhan yang paling banyak dialami

responden adalah nyeri (40,3%). Keluhan nyeri yang dialami responden pada

umumnya berupa sakit kepala, sakit gigi, nyeri sendi, nyeri haid, nyeri pinggang,

radang tenggorokan, dan pegal. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

terdahulu, yang menyebutkan bahwa salah satu keluhan yang paling banyak

Universitas Sumatera Utara


dialami responden adalah nyeri (Hermawati, 2012; Harahap, 2015; Mellina,

2016). Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Keluhan Penyakit yang dialami Responden


Keluhan Penyakit Frekuensi Persentase (%)
Nyeri 141 40,3
Gastritis 33 9,4
Demam 20 5,7
Batuk 34 9,7
Flu 59 16,9
Diare 11 3,1
Flu + Demam 12 3,4
Flu + Batuk 19 5,4
Flu + Nyeri 2 0,6
Demam + Nyeri 4 1,1
Lainnya (alergi, mabuk perjalanan, 15 4,3
kurang vitamin, dll.)
Total 350 100

4.3.2 Pilihan subkelas farmakologi obat

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui jenis obat-obatan yang digunakan

oleh responden.

Tabel 4.3 Jenis Obat yang Digunakan Responden


Jenis Obat Frekuensi Persentase (%)
Analgetik-antipiretik 128 36,6
NSAID 35 10
Kombinasi obat batuk-flu 124 35,4
Antidiare 11 3,1
Antasida 32 9,1
Antihistamin 6 1,7
Antibiotik 3 0,9
Lainnya 11 3,1
Total 350 100

Sejalan dengan mayoritas keluhan yang dialami, jenis obat yang paling

banyak digunakan responden untuk pengobatan swamedikasi adalah golongan

analgetik-antipiretik (36,6%). Pada penelitian ini responden juga masih

menggunakan antibiotik yang tidak dibeli dengan resep dokter. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa kelas obat yang

Universitas Sumatera Utara


paling umum digunakan pada pengobatan sendiri adalah golongan analgetik-

antipiretik (Harahap, 2015). Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan di

Italia, yang menyatakan bahwa obat yang paling sering digunakan tanpa resep

adalah obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) (Garofalo, dkk., 2015).

4.4 Tingkat Pengetahuan Responden tentang Swamedikasi

Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan dapat diketahui bahwa

mayoritas tingkat pengetahuan responden di tiga apotek Kecamatan Medan

Sunggal tergolong sedang (48%). Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Frekuensi Tingkat Pengetahuan Seluruh Responden


Kriteria Frekuensi Persentase (%)
Buruk 79 22,6
Sedang 168 48
Baik 103 29,4
Total 350 100

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di Kecamatan Cimanggis

(Depok) dan Kota Panyabungan yang menunjukkan bahwa mayoritas tingkat

pengetahuan pasien swamedikasi tergolong sedang (Hermawati, 2012; Harahap,

2015). Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Medan

Marelan yang menunjukkan mayoritas tingkat pengetahuan pasien swamedikasi

tergolong buruk (Mellina, 2016). Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Swamedikasi


Jawaban
No Soal
Benar (%) Salah (%) Tidak tahu (%)
1. Definisi swamedikasi 184 (52,6) 40 (11,4) 126 (36)
2. Logo obat - obatan 182 (52) 49 (14) 119 (34)
Perbedaan obat batuk
3. 307 (87,7) 15 (4,3) 28 (8)
kering dan batuk berdahak
4. Aturan pakai obat 270 (77,1) 51 (14,6) 29 (8,3)
Defenisi aturan pakai 3x
5. 166 (47,4) 132 (37,7) 52 (14,9)
sehari

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5 (Lanjutan).
6. Pengertian indikasi obat 227 (64,9) 21 (6) 102 (29,1)
Pengertian kontraindikasi
7. 199 (56,9) 35 (10) 116 (33,1)
obat
Pengertian efek samping
8. 273 (78) 53 (15,1) 24 (6,9)
obat
9. Pengertian interaksi obat 127 (36,3) 65 (18,6) 158 (45,1)
10. Aturan penyimpanan obat 292 (83,4) 45 (12,9) 13 (3,7)

Berdasarkan jawaban dari seluruh responden dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar pertanyaan yang diberikan tidak dapat dijawab dengan benar oleh

responden. Mayoritas responden menjawab dengan baik mengenai perbedaan

antara obat batuk kering dengan obat batuk berdahak (87,7%). Tetapi responden

paling sedikit menjawab pertanyaan dengan baik mengenai interaksi obat (36,3%).

Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang obat-obatan

(Kemenkes RI, 2015).

4.5 Rasionalitas Penggunaan Obat dalam Swamedikasi

Berdasarkan hasil penilaian mengenai rasionalitas penggunaan obat, dapat

disimpulkan bahwa mayoritas responden yang melakukan swamedikasi di tiga

apotek Kecamatan Medan Sunggal menggunakan obat secara rasional (73,7%).

Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Frekuensi Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi


Kategori Frekuensi Persentase (%)
Tidak rasional 92 26,3
Rasional 258 73,7
Total 350 100

Berdasarkan hasil penilaian pada setiap kriteria rasionalitas, tidak

rasionalnya penggunaan obat paling banyak disebabkan oleh adanya efek samping

obat (18,9%). Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7 Distribusi Status Penilaian Untuk Setiap Kriteria Rasionalitas
Kriteria Status Jumlah Persentase (%)
Tidak tepat 5 1,4
Ketepatan pemilihan obat
Tepat 345 98,6
Tidak tepat 20 5,7
Ketepatan dosis obat
Tepat 330 94,3
Ada 66 18,9
Efek samping obat
Tidak ada 284 81,1
Ada 6 1,7
Kontraindikasi
Tidak ada 344 98,3
Ada 0 0
Interaksi obat
Tidak ada 350 100
Ada 6 1,7
Polifarmasi
Tidak ada 344 98,3

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di

Kecamatan Cimanggis (Depok) yang menunjukkan bahwa tidak rasionalnya

penggunaan obat paling banyak disebabkan oleh adanya efek samping yang

mengganggu pada penggunaan obat responden meskipun pada dosis normal. Efek

samping obat memang diakui dirasakan oleh beberapa responden pada

penggunaan obat-obat Over The Counter (OTC). Meskipun begitu, banyak pula

dari mereka yang tidak menyadari, apakah reaksi yang dirasakan merupakan suatu

efek samping atau bukan. Hal tersebut diasumsikan sebagai salah satu bentuk

ketidakwaspadaan reponden terhadap efek samping dari obat yang digunakannya

(Hermawati, 2012). Seorang pelaku swamedikasi seharusnya mengetahui efek

samping obat yang digunakan sehingga dapat memperkirakan apakah suatu

keluhan yang timbul kemudian merupakan suatu penyakit baru atau efek

sampingobat. Dengan begitu, mereka dapat segera menanggulanginya jika

ternyata efek tersebut merugikan diri mereka (Depker RI, 2008).

Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Kota

Panyabungan dan Kecamatan Medan Marelan yang menunjukkan bahwa tidak

Universitas Sumatera Utara


rasionalnya penggunaan obat paling banyak disebabkan oleh ketidaktepatan

penggunaan dosis obat (Harahap, 2015; Mellina, 2016).

Ketidaktepatan pemilihan obat dalam penelitian ini yaitu ketidaksesuaian

indikasi obat yang dipilih dengan keluhan pasien seperti antibiotik untuk keluhan

penyakit pegal/capek, demam kurang dari 3 hari, dan lambung, menggunakan obat

flu untuk keluhan sakit kepala. Perlu diingat bahwa obat juga memiliki efek yang

tidak diinginkan. Bentuk kesalahan misalnya seseorang sakit kepala, tapi yang

diminum obat flu. Memang kebanyakan obat flu mengandung obat sakit kepala,

tapi obat flu juga mengandung obat-obat lainnya. Ibarat membunuh satu penjahat

yang sebenarnya hanya perlu satu peluru, tetapi dilakukan dengan granat, penjahat

itu mati, tetapi kerusakan yang ditimbulkan juga lebih banyak (Widodo, 2004).

Ketidaktepatan dosis obat dalam penelitian ini meliputi dosis sekali pakai

dan cara penggunaan obat. Hal ini dapat disebabkan karena responden hanya

fokus pada pengalaman pribadi/keluarga dan mengesampingkan informasi yang

ada tentang pengobatan. Kasus lain responden menggunakan antibiotik tidak

sampai habis, hal ini dapat menimbulkan masalah obat tidak manjur, kepekaan

berlebihan setelah digunakan secara lokal, resistensi (bakteri menjadi kebal dan

tidak dapat dibunuh lagi dengan obat tersebut), terjadi infeksi lain (sekunder)

(Widodo, 2004).

Pemilihan obat bermerek yang digunakan bersamaan juga harus

memperhatikan kandungannya karena obat bermerek dapat mengandung lebih

dari satu macam obat. Pada sebagian obat, pabrik obat diperbolehkan membuat

obat dengan merek masing-masing walaupun sebenarnya macam kandungan obat

atau zat aktifnya sama atau hampir sama (Widodo, 2004). Hal tersebut dapat

Universitas Sumatera Utara


mengakibatkan polifarmasi jika tidak diperhatikan seperti penggunaan Panadol

dengan Sanmol yang memiliki kandungan serupa yaitu Parasetamol 500 mg.

4.6 Pengaruh Faktor-Faktor Sosiodemografi terhadap Tingkat Pengetahuan


tentang Swamedikasi

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan

mempunyai hubungan dengan umur (0,000), pendidikan terakhir (0,000), dan

pekerjaan (0,006). Kesimpulan tersebut didasari oleh nilai p dari keempat variabel

faktor sosiodemografi yang lebih kecil dari nilai α (0,050).

Tabel 4.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan Responden dengan Sosiodemografi


Responden
Tingkat Pengetahuan
Total P
Variabel Buruk Sedang Baik
N(%) Value
N(%) N(%) N(%)
Umur
18-28 tahun 13 (12,0) 54 (50,0) 41 (38,0) 108 (100)

29-39 tahun 14 (12,7) 61 (55,5) 35 (31,8) 110 (100)

40-49 tahun 17 (23,9) 34 (47,9) 20 (28,2) 71 (100) 0,000

50-60 tahun 35 (57,4) 19 (31,1) 7 (11,5) 61 (100)

Total 79 (22,6) 168 (48) 103 (29,4) 350 (100)


Jenis
Kelamin
Laki-laki 22 (17,5) 63 (50,0) 41 (32,5) 126 (100)
0,213
Perempuan 57 (25,4) 105 (46,9) 62 (27,7) 224 (100)

Total 79 (22,6) 168 (48) 103 (29,4) 350 (100)


Pendidikan
Terakhir
Tidak tamat 2 (66,7) 1 (33,3) 0 (0) 3 (100)
SD
0,000
SD 17 (46,0) 16 (43,2) 4 (10,8) 37 (100)

SMP 23 (37,7) 26 (42,6) 12 (19,7) 61 (100)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8 (Lanjutan).
SMA 31 (16,0) 102 (52,6) 61 (31,4) 194 (100)

Perguruan 6 (10,9) 23 (41,8) 26 (47,3) 55 (100)


Tinggi

Total 79 (22,6) 168 (48) 103 (29,4) 350 (100)


Pekerjaan
Tidak/belum 5 (23,8) 13 (61,9) 3 (14,3) 21 (100)
bekerja

Karyawan 6 (15,8) 18 (47,4) 14 (36,8) 38 (100)

Guru 0 (0) 1 (25) 3 (75) 4 (100)


0,006
Mahasiswa 3 (8,6) 13 (37,1) 19 (54,3) 35 (100)

Tenaga 0 (0) 0 (0) 1 (100) 1 (100)


Kesehatan

Lainnya 65 (25,9) 123 (49,0) 63 (25,1) 251 (100)

Total 79 (22,6) 168 (48) 103 (29,4) 350 (100)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Hermawati (2012) yang menunjukkan bahwa semua faktor

sosiodemografi tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat mengenai

pengobatan swamedikasi. Sementara hasil penelitian ini serupa dengan penelitian

yang dilakukan oleh Harahap (2015) yang menunjukkan pengetahuan seseorang

mengenai informasi obat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sosiodemografi.

Daya ingat seseorang salah satunya dipengaruhi oleh umur. Semakin tua

umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik,

akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini

tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Dengan bertambahnya umur

seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya,

akan tetapi pada umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan

Universitas Sumatera Utara


atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Pendidikan juga penting untuk

menilai tingkat pengetahuan dari responden karena pendidikan adalah suatu

kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan

kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin meningkat pula

kemampuan berpikir orang tersebut. Demikian pula dengan pekerjaan responden

dimana tempat responden berkecimpung selama ini mempengaruhi pengetahuan

karena lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana

seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk

tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan

memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang

(Notoatmodjo, 2003; Talawo, 2014).

4.7 Pengaruh Faktor-Faktor Sosiodemografi terhadap Rasionalitas


Swamedikasi

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa rasionalitas penggunaan

obat pada pengobatan sendiri yang dilakukan responden di tiga apotek Kecamatan

Medan Sunggal tidak mempunyai hubungan dengan jenis kelamin (0,704),

pendidikan terakhir (0,068), dan pekerjaan (0,107). Kesimpulan tersebut didasari

oleh nilai p dari keempat variabel faktor sosiodemografi yang lebih besar dari

nilai α (0,050).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.9 Hubungan Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi dengan
Sosiodemografi Responden
Rasionalitas Swamedikasi
Total
Variabel Tidak Rasional Rasional P Value
N (%)
N (%) N (%)
Umur
18-28 tahun 27 (25) 81 (75) 108 (100)

29-39 tahun 20 (18,2) 90 (81,8) 110 (100)


0,003
40-49 tahun 18 (25,4) 53 (74,6) 71 (100)

50-60 tahun 27 (44,3) 34 (55,7) 61 (100)

Total 92 (26,3) 258 (73,7) 350 (100)


Jenis
Kelamin
Laki-laki 35 (27,8) 91 (72,2) 126 (100)
0,704
Perempuan 57 (25,4) 167 (74,6) 224 (100)

Total 92 (26,3) 258 (73,7) 350 (100)


Pendidikan
Terakhir
Tidak tamat 1 (33,3) 2 (66,7) 3 (100)
SD

SD 15 (40,5) 22 (59,5) 37 (100)

SMP 21 (34,4) 40 (65,6) 61 (100)


0,068
SMA 41 (21,1) 153 (78,9) 194 (100)

Perguruan 14 (25,5) 41 (74,5) 55 (100)


Tinggi

Total 92 (26,3) 258 (73,7) 350 (100)


Pekerjaan
Tidak/belum 7 (33,3) 14 (66,7) 21 (100)
bekerja

Karyawan 5 (13,2) 33 (86,8) 38 (100) 0,107

Guru 2 (50) 2 (50) 4 (100)

Mahasiswa 5 (14,3) 30 (85,7) 35 (100)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.9 (Lanjutan).
Tenaga 0 (0) 1 (100) 1 (100)
Kesehatan

Lainnya 73 (29,1) 178 (70,9) 251 (100)

Total 92 (26,3) 258 (73,7) 350 (100)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di Kota

Panyabungan dan Kecamatan Medan Marelan yang menyatakan bahwa

rasionalitas penggunaan obat pada pengobatan sendiri tidak dipengaruhi oleh

semua faktor sosiodemografi responden (Harahap, 2015; Mellina, 2016). Namun

penelitian ini serupa dengan penelitian Kristina (2008) yang menyatakan bahwa

umur merupakan salah satu faktor sosiodemografi yang mempengaruhi

rasionalitas swamedikasi. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya pengaruh

kondisi masyarakat dan lingkungan tempat dilakukannya penelitian.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Tingkat pengetahuan pasien tentang swamedikasi di tiga apotek

Kecamatan Medan Sunggal, mayoritasnya adalah tingkat pengetahuan

tergolong sedang (48%).

b. Rasionalitas swamedikasi pasien di tiga apotek Kecamatan Medan Sunggal

yaitu tergolong rasional (73,7%).

c. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan swamedikasi pasien di

tiga apotek Kecamatan Medan sunggal adalah umur, pendidikan terakhir

dan pekerjaan. Sedangkan rasionalitas swamedikasi tidak dipengaruhi oleh

jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan.

5.2 Saran

a. Dinas Kesehatan Kota Medan perlu memberikan promosi mengenai cara

memilih dan menggunakan obat dengan benar dan tepat.

b. Diharapkan kepada mahasiswa farmasi ataupun tenaga kesehatan lainnya

agar lebih aktif dalam melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang

pengetahuan swamedikasi.

c. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih mencari informasi tentang obat-

obatan dari sumber yang dapat dipercaya khususnya petugas kesehatan.

d. Pada penelitian selanjutnya diharapkan agar peneliti dapat menambahkan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan

rasionalitas swamedikasi seperti sikap dan penghasilan responden.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Anief. (1997). Apa yang Perlu Diketahui tentang Obat. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Badan Pusat Statistik. (2015). Medan Sunggal dalam Angka 2015. Medan: Badan
Pusat Statistik Kota Medan.

Bogadenta, A. (2012). Manajemen Pengelolaan Apotek. Yogyakarta: D-Medika.


Hal. 18-19.

Depkes RI. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Terbatas. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 8, 22-37, 31-35, 38-41,
47-50.

Depkes RI. (2008). Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan


Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 0, 6-8, 9, 10.

Garofalo, L., Gabriella D. G., dan Italo, F. A. (2015). Self Medication Practice
among Parents in Italy. Biomed Research International. Hal. 1-8.

Gupta, P., Bobhate, P., dan Shrivastava, S. (2011). Determinants of Self


Medication Practices in an Urban Slum Community. Asian Journal
Pharmaceutical and Clinical Research. 4(3): 54-57.

Harahap, N. A. (2015). Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Swamedikasi di


Tiga Apotek Kota Panyabungan. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.

Hermawati, D. (2012). Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan dan


Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pengunjung di Dua Apotek
Kecamatan Cimanggis, Depok. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi UI.

Kemenkes RI. (2015). Pemahaman Masyarakat Akan Penggunaan Obat Masih


Rendah. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat


Wajib Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Keputusan Menteri Kesehatan 1176/MENKES/SK/X/1999 tentang Daftar Obat


Wajib Apotek No.3. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Khomsan, A. (2000). Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Departemen


Gizi dan Sumber daya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB. Hal. 11.

Universitas Sumatera Utara


Kristina, S., Prabandari, Y., dan Sudjaswadi, R. (2008). Perilaku Pengobatan
Sendiri Yang Rasional Pada Masyarakat. Majalah Farmasi Indonesia.
Yogyakarta: Fakultas Farmasi. Universitas Gajah Mada. 19(1): 32-40.

Lapau, B. (2012). Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan


Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Edisi Revisi. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia.
Hal. 42.

Lwanga, S. K., dan Lameshow, S. (1991). Sampel Size Determination in Health


Studies. Geneva: World Health Organization. Hal. 25.

Mellina, I. (2016). Tingkat Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas Swamedikasi di


Empat Apotek Kecamatan Medan Marelan. Skripsi. Medan: Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Mubarak, W. I., dkk. (2007). Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses


Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 83-84.

Muharni, S., Fina, A., dan Maysharah, M. (2015). Gambaran Tenaga Kefarmasian
dalam Memberikan Informasi Kepada Pelaku Swamedikasi di Apotek-
Apotek Kecamatan Tampan, Pekanbaru. Jurnal Sains Farmasi & Klinis.
2(1): 47-53.

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar.


Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 127-130.

Peraturan Menteri Kesehatan 919/Menkes/Per/X/1993 tentang Kriteria Obat yang


Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Peraturan Menteri Kesehatan 924/MENKES/PER/X/1993 tentang Daftar Obat


Wajib Apotek No.2. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Peraturan Menteri Kesehatan 925/MENKES/PER/X/1993 tentang Daftar


Perubahan Golongan Obat No.1. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

PP RI No 51. (2009). Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Hal. 1-3.

Simamora, B. (2008). Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama. Hal. 59.

Supardi, S., dan Susyanty, A. L. (2010). Penggunaan Obat Tradisional Dalam


Upaya Pengobatan Sendiri Di Indonesia (Analisis Data Susenas Tahun

Universitas Sumatera Utara


2007). Buletin Penelitian Kesehatan. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan. 38(2): 80-89.

Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV Andi


Offset. Hal. 51, 102.

Talawo, D. P. (2014). Pengaruh Leaflet Terhadap Tingkat Pengetahuan


Penggunaan Obat Swamedikasi Di Desa Tingkohubu Timur Kecamatan
Suwawa. Jurnal Penelitian Farmasi. Gorontalo: Fakultas Farmasi
Universitas Negeri Gorontalo. Hal. 1-12.

Trihendradi, C. (2011). Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik


Menggunakan SPSS 19. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 145-147, 215-
217.

Widodo, R. (2004). Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan Obat.


Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta. Hal. 18-20.

World Health Organization. (2010). Rational Use of Medication.


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs338/en/index.html. Diakses
pada 08 September 2017.

Zeenot, S. (2013). Pengelolaan dan Penggunaan Obat Wajib Apotek. Jogjakarta:


D-Medika. Hal. 109-112, 139 dan 143.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Kuesioner yang telah valid dan reliabel

Kuesioner Tingkat Pengetahuan Pasien Dan Rasionalitas Swamedikasi Di


Tiga Apotek Kecamatan Medan Sunggal
Apotek : .................................

Beri Tanda ( X ) Pada Salah Satu Pilihan


I. PENDAHULUAN
1. Apakah Saudara/i/Bapak/Ibu selalu membeli obat tanpa resep dokter di apotek
ini?
a. Ya, sebutkan alasannya.........................................
b. Tidak
2. Apakah Saudara/i/Bapak/Ibu pernah meminum obat yang dibeli tanpa resep
dokter ?
a. Ya b.Tidak
(Jika jawaban “Tidak“ maka berhenti sampai disini)
3. Dimanakah Saudara/i/Bapak/Ibu memperoleh obat tersebut ?
a. Apotek d.Supermarket
b. Warung e.Lainnya, sebutkan..............................
c. Toko obat
4. Darimana Saudara/i/Bapak/Ibu memperoleh informasi mengenai obat yang
dibeli tersebut ?
a. Iklan dari media cetak/elektronik
b. Pengalaman penggunaan obat pribadi/keluarga
c. Petugas kesehatan (dokter,apoteker, perawat,Bidan,Mantri)
d. Saran dari orang lain
e. Lainnya, sebutkan......................

II. PENGETAHUAN SWAMEDIKASI


1. Apakah benar arti dari swamedikasi adalah mengobati penyakit/gejala dengan
menggunakan obat tanpa resep dokter?
a. Ya b.Tidak c. Tidak tahu
2. Apakah obat yang memiliki lingkaran warna hijau atau biru pada
kemasannya adalah obat yang boleh dibeli tanpa resep dokter ?
a. Ya b.Tidak c. Tidak tahu
3. Apakah jenis obat batuk yang diminum untuk batuk kering sama dengan
untuk batuk berdahak ?
a. Ya b. Tidak c.Tidak tahu
4. Apakah obat-obat yang dibeli tanpa resep dokter selalu memiliki dosis
minum 3 kali sehari ?
a. Ya b.Tidak c.Tidak tahu
5. Jika dosis obat 3 kali sehari, apakah obat seharusnya diminum setiap 8 jam ?
a. Ya b.Tidak c.Tidak tahu
6. Benarkah pengertian dari indikasi obat adalah “kegunaan/manfaat dari
suatu obat”?
a. Ya b.Tidak c.Tidak tahu
7. Benarkah pengertian dari kontra indikasiobat adalah “keadaan yang tidak
memperbolehkan seseorang meminum obat tertentu” ?
a. Ya b.Tidak c.Tidak tahu

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. (Lanjutan)

8. Benarkah pengertian dari efek samping obat adalah “efek yang tidak
diinginkan dan muncul ketika suatu obat digunakan pada takaran
normal?
a. Ya b.Tidak c.Tidak tahu
9. Benarkah pengertian dari interaksi obat adalah “kejadian dimana kerja obat
dipengaruhi oleh obat lain ketika diberikan bersamaan”?
a. Ya b.Tidak c.Tidak tahu
10. Apakah benar setiap obat harus disimpan dalam kemasan aslinya ?
a. Ya b.Tidak c.Tidak tahu

III.RASIONALITAS SWAMEDIKASI
1. Obat tanpa resep dokter apa yang Saudara/i/Bapak/Ibu minum ?
Nama obat :...................................................
2. Saudara/i/Bapak/Ibu menggunakan obat diatas untuk mengobati keluhan
penyakit :......................................................
3. Bagaimana cara Saudara/i Bapak/Ibu meminum obat tersebut ?
*Jumlah obat 1x minum :.................................................
*Berapa kali sehari diminum :..........................................
*Dikunyah sebelum ditelan : a. Ya b. Tidak
*Kapan diminum :
sebelum makan
bersama makan
sesudah makan
Lainnya,sebutkan :..........................
4. Sampai berapa lama menggunaan obat diatas ?
a. Jika sakit
b. Terus-menerus
c. Lainnya ...............................
5. Selama menggunakan obat tersebut, pernahkah merasakan gejala-gejala
atau efek samping seperti berikut ?
a. muntah f. alergi (gatal-gatal,ruam kulit)
b. nyeri lambung g. sesak nafas
c. jantung berdebar-debar h. Tidak ada efek samping
d. mengantuk i. Lainnya ........................................
e. diare/sembelit
6. Apakah Saudara/i/Bapak/Ibu juga memiliki penyakit lain/kondisi tertentu
(hamil/menyusui) ketika meminum obat tersebut ?
a.Ya, sebutkan (penyakit/kondisinya):.......................................................
b. Tidak
7. Apakah pada pengobatan sendiri Saudara/i/Bapak/Ibu menggunakan lebih dari
satu jenis obat (kombinasi obat)?
a.Ya, sebutkan nama obat....................; jarak waktu minumnya........................
b. Tidak
(jika jawaban “Ya”, lanjut ke no.8)
(jika jawaban “Tidak”, berhenti disini)
8. Apakah Saudara/i/Bapak/Ibu meminum obat-obat pada soal no.7 hanya untuk
mengobati satu macam penyakit ?

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. (Lanjutan)

a.Ya, sebutkan keluhan/penyakit yang diobati.........................................


b.Tidak, sebutkan keluhan /penyakit yang diobati....................................

VI DATA DEMOGRAFI
1. Nama :.................................................
2. Umur :
a. 18 - 28 tahun c. 40 - 49 tahun
b. 29 - 39 tahun d. 50 - 60 tahun
3. Jenis kelamin : a. Laki-laki
b. Perempuan
4. Alamat :..................................................
5. No.Hp/Telp :
6. Pendidikan terakhir :
a.Tidak tamat SD d.SMA/SMK/MA
b.SD e.Perguruan-tinggi (medis/non-medis)
c.SMP/MTs
7. Pekerjaan :
a.Tidak/belum bekerja
b.Karyawan
c.Guru
d.Mahasiswa (medis/non-medis)
e.Tenaga kesehatan
f. Lainnya, sebutkan.........................................

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari Dekan Fakultas Farmasi USU

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Surat Izin dari Kepala Dinkes Kota Medan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Surat Izin/Telah Selesai Melaksanakan Penelitian di Tiga Apotek

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. (Lanjutan)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. (Lanjutan)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Surat Perubahan Judul Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Lembar Penjelasan dan Persetujuan Responden

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi/siang bapak/ibu


Pada saat ini, saya Eva Rahmayanti sedang menjalani pendidikan S-1
Reguler di Fakultas Farmasi USU, ingin menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang
penelitian yang akan saya lakukan tentang “Tingkat Pengetahuan Dan
Rasionalitas Swamedikasi Pasien di Tiga Apotek Kecamatan Medan Sunggal“.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
rasionalitas pengobatan sendiri yang sedang/pernah dilakukan. Mengetahui
tingkat pengetahuan pasien tentang pengobatan penting dilakukan untuk
menunjang pengobatan yang rasional. Mengetahui tingkat kepatuhan pasien
sangat penting terutama agar tidak terjadi kesalahan pengobatan.
Saya akan memberikan kuesioner yang berisi tentang data demografis
Bapak/Ibu dan juga kuesioner tentang pengetahuan dan rasionalitas swamedikasi.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan hal-hal yang berbahaya bagi Bapak/Ibu
sekalian. Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini adalah sukarela.
Kerahasiaan data Bapak/Ibu juga akan saya jaga. Bila keterangan yang saya
berikan kurang jelas, Bapak/Ibu dapat langsung bertanya kepada saya. Setelah
Bapak/Ibu memahami hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu
yang terpilih pada penelitian ini dapat mengisi dan menandatangani lembar
persetujuan penelitian. Atas bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan
terimakasih.

Nama : Eva Rahmayanti


No.HP : 0823-6779-8264
Medan,........................ 2017

(Eva Rahmayanti)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. (Lanjutan)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur : tahun
Alamat :

Setelah mendapat penjelasan secukupnya dari penelitian yang berjudul


“Tingkat Pengetahuan Dan Rasionalitas Swamedikasi Pasien di Tiga Apotek
Kecamatan Medan Sunggal”, dan memahami bahwa subjek dalam penelitian ini
sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dan tanpa paksaan dalam
keikutsertaannya, maka saya setuju ikut serta dalam penelitian ini dan bersedia
berperan serta dengan mematuhi semua ketentuan yang telah disepakati.

Medan, ............................ 2017


Mengetahui, Yang menyatakan,
Peneliti, Peserta Penelitian

(Eva Rahmayanti) ( )

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai