Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FARMAKOTERAPI III

TRANSPLANTASI ORGAN

Di Susun Oleh :

1. Ana Cristina Y (164820144660003)

2. Ayuning Wibowo R (164820144680005)

3. Destika Ambar Sari (164820144690006)

4. Ersa Rohanisa (164820144740011)

5. Liana Windi Astuti (164820144840021)

6. Lisa Suryani (164820144870024)

7. Sovi Vira Astuti (164820145050042)

8. Tri Wulandari (164820145060043)

9. Yuyun Pujiarti (164820145130050)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Subhana Wata’ala,
shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga
untuk para keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Karena atas rahmat-Nya,
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang bertema “Transplantasi
Organ”.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan
pembaca dan memberikan gambaran mengenai materi yang terkait dengan “Transplatasi
Organ”. Sehingga pembaca dapat menggunakan makalah ini sebagai literatur pendukung
dalam pengembangan bidang ilmu.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi
maupun bahasanya, maka penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang menjadikan makalah ini sebagai bahan literatur menegenai materi yang terkait. Amiin.

Purwokerto, 14 Juni 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Pengertian ....................................................................................................................... 3
B. Etiologi ............................................................................................................................ 3
C. Patofisiologi .................................................................................................................... 3
D. Gambaran Klinik ............................................................................................................. 4
E. Diagnosis......................................................................................................................... 5
F. Klasifikasi Transplantasi Organ ...................................................................................... 6
G. Macam-macam Transplantasi Organ .............................................................................. 6
H. Kelemahan dan Keuntungan Transplantasi Organ ......................................................... 8
I. Penyebab Transplantasi Organ ....................................................................................... 8
J. Teknik dalam Melakukan Transplantasi Organ .............................................................. 9
K. Farmakoterapi ................................................................................................................. 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, dunia juga mengalami
perkembangannya di berbagai bidang. Salah satunya adalah kemajuan di bidang
kesehatan yaitu teknik transplantasi organ. Transplanatsi organ merupakan suatu
teknologi medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ
dari individu yang lain. Sampai sekarang penelitian organ masih terus dilakukan.
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada
pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transplantasi maju dengan
pesat. Permintaan untuk transplantasi organ terus mengalami peningkatan melebihi
ketersediaan donor yang ada. Sebagai contoh di Cina, pada tahun 1999 tercatatat hanya
24 transplantasi hati, namun tahun 2000 jumlahnya mencapai 78 angka. Sedangkan tahun
2003 angkanya bertambah 365. Jumlah tersebut semakin meningkat pada tahun 2004
yaitu 507 kali transplantasi.
Tidak hanya hati, jumlah transplantasi keseluruhan organ di China memang
meningkat drastis. Setidaknya telah terjadi 3 kali lipat melebihi Amerika Serikat.
Ketidakseimbanngan antara jumlah pemberi organ hampir terjadi di seluruh dunia.
Sedangkan transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah pemindahan
suatu jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke manusia, sehingga
menimbulkan pengertian bahwa trasplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian
organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh
yag sama. Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak
berfungsi pada penerima.
Saat di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU No. 23 tahun
1992 tentang Kesehatan. Sedangkan peraturan pelaksanaannyadiatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis
serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Hal ini tentu saja menimbulkan
suatu pertanyaan tentang relevansi antara Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang
dimana Peraturan Pemerintah diterbitkan jauh sebelum Undang-Undang.
Transplantasi ialah pemindahan organ tubuh yang masih mempunyai daya hidup sehat
untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi lagi dengan baik .
pada saat ini juga, ada upaya untuk memberikan organ tubuh kepada orang yang

1
memerlukan, walaupun orang itu tidak menjalani pengobatan, yaitu untuk orang yang
buta. Hal ini khusus donor mata bagi orang buta.
Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak terkait dengannya:
pertama,donor, yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang masih sehat
untuk dipasangkan pada orang lain yang organ tubuhnya menderita sakit, atau terjadi
kelainan. Kedua: resepien, yaitu orang yang menerrima organ tubuh dari donor yang
karena satu dan lain ha, organ tubuhnya harus diganti. Ketiga, tim ahli, yaitu para dokter
yangmenangani operasi transplantasi dari pihak donor kepada pasien.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari transplantasi organ ?

2. Bagaimana etiologi dari transplatasi organ ?

3. Bagaimana patofisologi dari transplantasi organ ?

4. Bagaimana manajemen transplatansi organ ?

5. Apa saja klasifikasi transplantasi organ ?

6. Apa saja macam-macam tranplantasi organ ?

7. Apa keuntungan dan kelemahan transplantasi organ ?

8. Apa penyebab transplantasi organ ?

9. Bagaimana teknik dalam melakukan transplantasi organ ?

C. Tujuan
Dapat memahami dan memepelajari tentang dari transplantasi organ , etiologi dari

transplatasi organ, patofisologi dari transplantasi organ, manajemen transplatansi organ ,

jenis – jenis transplantasi organ , macam – macam transplantasi organ, keuntungan dan

kelemahan transplantasi organ, penyebab transplantasi organ, teknik dalam melakukan

transplantasi organ.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Dalam dunia kedokteran Transplantasi memiliki beberapa pengertian diantaranya:
1. Pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke
tempat yang lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan
dan kondisi tertentu. Pergantian organ atau jaringan tubuh yang tidak dapat
berfungsi kembali dengan organ atau jaringan sehat yang berasal dari tubuh
sendiri atau dari tubuh orang lain.
2. Pemindahan sel, jaringan maupun organ hidup dari seseorang (donor) kepada
orang lain (resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya misalnya
pencangkokan kulit ) yang bertujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang.
B. Etiologi
1. Ginjal
Diabetes mellitus, hipertensi, dan glomerulonefritis adalah tiga penyebab
utama ESRD yang menyebabkan transplantasi ginjal dan menyebabkan lebih banyak
dari 70% pasien (Dipiro, J.T., dkk., 2014).
2. Hati
Sirosis noncholestatic (hepatitis C, sirosis alkoholik, hepatitis B,
steatohepatitis nonalkohol, dan hepatitis autoimun) adalah penyebab utama penyakit
hati stadium akhir dan lebih dari 70% penerima transplantasi hati telah didiagnosis
dengan salah satu dari kondisi ini.
3. Jantung
Calon transplantasi jantung biasanya pasien dengan gagal jantung stadium
akhir yang memiliki gejala Asosiasi III atau IV New York Heart Association
meskipun manajemen medis maksimal dan memiliki risiko kematian 1 tahun yang
diperkirakan sebesar 50% atau lebih tanpa transplantasi. Kardiomiopati idiopatik dan
iskemik penyakit jantung bertanggung jawab atas gagal jantung pada lebih dari 90%
penerima transplantasi jantung.
C. Patofisiologi
Sebagai konsekuensi dari cedera imunologis, perubahan struktural dan fungsional
terjadi dalam organ yang dicangkokkan. Dalam ginjal, misalnya, pembuluh ginjal
intraparenchymal menunjukkan fitur endarteritis obliteratif dan penyempitan luminal,

3
yang dapat menyebabkan infark korteks ginjal. Perubahan glomerulus terdiri dari
pembengkakan dan proliferasi sel endotel kapiler, akumulasi neutrofil, gangguan
membran basal, penggumpalan trombosit, dan trombosis intraglomerular. Akibatnya,
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus berkurang secara nyata, menyebabkan retensi
produk limbah nitrogen, serta garam dan air. Karena iskemia vaskular dan glomerulus
yang intens, aktivitas renin plasma akan meningkat dan berkontribusi pada peningkatan
tingkat sirkulasi angiotensin, yang pada gilirannya menyebabkan vasospasme perifer.
Dengan demikian, hipertensi yang terkait dengan penolakan akut memiliki dua
komponen:
1) peningkatan resistensi pembuluh darah perifer yang dimediasi oleh mekanisme
renin-angiotensin dan
2) peningkatan curah jantung sekunder akibat peningkatan volume intravaskular.
Perubahan tubulus dan interstitial yang diamati dengan penolakan adalah edema
interstitial besar dan perdarahan dan akumulasi sel-sel inflamasi dalam interstitium dan
lumen tubular. Perubahan ini disebabkan oleh kerusakan sel endotel dan pecahnya kapiler
dan venula peritubular serta peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan migrasi sel
efektor yang diaktifkan secara antigen (limfosit T dan B, sel plasma, monosit, neutrofil,
dan eosinofil) ke dalam ruang interstitial. Sel-sel epitel tubulus proksimal mengalami
degenerasi dan perataan, yang menghasilkan pelebaran lumina tubulus. Sebagai
konsekuensi dari perubahan sebelumnya, ginjal akan bertambah besar dan menjadi tegang
dan sianosis, yang kadang-kadang, dapat menyebabkan pecahnya ginjal. Disfungsi
tubular secara klinis dimanifestasikan sebagai hilangnya kemampuan konsentrasi,
hiperkalemia. , dan asidosis tubulus ginjal. Mengetahui perubahan patofisiologis ini akan
membantu dalam memahami peristiwa klinis yang terkait dengan penolakan graft (mis.,
Demam, malaise, anoreksia, mialgia, oliguria, pertambahan berat badan, edema,
hipertensi, gagal jantung kongestif).
D. Gambaran Klinik
1. Ginjal
Penolakan akut, yang dapat mempengaruhi hingga 20% pasien selama 6 bulan
pertama setelah transplantasi, dibuktikan dengan peningkatan konsentrasi kreatinin
serum secara tiba-tiba ≥30% di atas baseline.
2. Hati
Tanda-tanda klinis ACR termasuk leukositosis dan perubahan warna atau kuantitas
empedu bagi mereka yang masih memiliki tabung drainase eksternal di tempat.
4
Bilirubin serum 50% di atas baseline atau peningkatan transaminase hepatic ke nilai
lebih dari tiga kali batas atas normal merupakan penanda penolakan yang sensitif.
3. Jantung
Sekitar 16% dari penerima transplantasi jantung akan mengalami setidaknya satu
episode penolakan akut selama tahun pertama. Karena penolakan terhadap allograft
jantung tidak harus disertai dengan tanda atau gejala klinis yang jelas (Gurkan, Sevgi
et al, 2011)
E. Diagnosis
1. Ginjal
Diagnosis histologis spesifik dapat diperoleh melalui biopsi allograft dan sering
digunakan untuk memandu terapi untuk penolakan. Sebuah spesimen biopsi dengan
infiltrasi limfositik difus konsisten dengan ACR. Setelah diagnosis penolakan telah
dikonfirmasi, potensi risiko dan manfaat dari terapi antipenolakan spesifik harus
dievaluasi. Hipertensi sering memburuk selama episode penolakan, dan edema dan
kenaikan berat badan sering terjadi akibat retensi natrium dan cairan. Azotemia
simtomatik juga dapat terjadi pada kasus yang berat.
2. Hati
Diagnosis radiologis dari HCC membutuhkan bukti kesesuaian lesi dan baik
peningkatan arteri dan pencucian fase vena portal pada setidaknya dua modalitas
pencitraan radiologi dengan ukuran yang sedang dinilai oleh dimensi terluas pada
kedua pemindaian. Bukti biopsi dari HCC dan / atau peningkatan tingkat alfa-
fetoprotein adalah kriteria seleksi tambahan pada pasien dengan bukti radiologis HCC
yang tidak meyakinkan.
3. Jantung
Pasien sering kekurangan nyeri dada dan menderita iskemia miokard diam, meskipun
persarafan kembali dapat terjadi pada tingkat yang bervariasi beberapa tahun setelah
transplantasi. Oleh karena itu, penyajian mungkin tanpa gejala (angiografi
pengawasan) atau hadir dengan gagal jantung baru, aritmia, infark miokard, sinkop,
atau kematian jantung mendadak. Mengikuti pengecualian penolakan seluler akut,
diagnosis CAV harus dipertimbangkan di hadapan tanda-tanda / gejala gagal jantung,
perubahan EKG, perubahan fungsi sistolik atau diastolik pada echo, aritmia (terutama
ventrikel), bradikardia, dan blok jantung. Pengawasan rutin untuk CAV dilakukan,
seringkali setiap tahun dan menggunakan berbagai penyelidikan yang berbeda (A.
Klein, Andrew et al, 2011)
5
F. Klasifikasi Transplantasi Organ
Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:
1. Autotransplantasi
Yaitu transplantasi antara dua individu yang sama, bisa disebut juga transplantasi
Autologi.
Organnya : Kulit, ginjal, pancreas, tulang, limpa dan darah.
2. Isotransplantasi
Yaitu transplantasi antara dua individu dengan genetik yang sama, disebut
transplantasi Isologi.
Pada manusia, pencangkokan ini dilakukan untuk setiap organ pada saudara kembar
satu telur.
3. Alotransplantas
Yaitu transplantasi pada dua individu yang spesiesnya sama.
Pada manusia, disebut juga Homotransplantasi atau transplantasi Alogen.
Secara klinis transplantasi ini dapat dilakukan oleh dua individu dengan ada/tidak
adanya hubungan keluarga.
Donor yang digunakan bisa dari donor hidup atau dari mayat.
4. Xenotransplantasi
Yaitu transplantasi pada dua individu yang berbeda spesies asal, yaitu: dari hewan ke
manusia ( contoh : simpase dan manusia ).
Pencangkokan dapat dilakukan pada tiap organ.
G. Macam-macam Transplantasi Organ
1. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal adalah pilihan terapeutik jangka panjang yang lebih
disukai untuk kebanyakan pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir (ESRD)
karena menyediakan pasien dengan peningkatan potensi terbesar dalam kualitas
hidup. Infeksi terkait kateter, peritonitis terkait peritonitis, dan perawatan dialisis
terjadwal dihindari, dan pembatasan diet lebih sedikit. Pasien yang menerima
transplantasi ginjal sebelum memulai dialisis telah jelas meningkatkan kualitas hidup
dan memperpanjang harapan untuk hidup. Penggunaan transplantasi donor hidup telah
menjadikan hal ini semakin mungkin. Meskipun analisis kualitas hidup adalah
kompleks, pasien umumnya melaporkan peningkatan kualitas hidup setelah
transplantasi dibandingkan dengan pasien yang menjalani dialisis pemeliharaan.
Diabetes mellitus, hipertensi, dan glomerulonefritis adalah tiga penyebab utama
6
ESRD yang menyebabkan transplantasi ginjal dan menyebabkan lebih banyak dari
70% pasien (Dipiro, J.T., dkk., 2014).
2. Transplantasi hati
Sirosis noncholestatic (hepatitis C, sirosis alkoholik, hepatitis B,
steatohepatitis nonalkohol, dan hepatitis autoimun) adalah penyebab utama penyakit
hati stadium akhir dan lebih dari 70% penerima transplantasi hati telah didiagnosis
dengan salah satu dari kondisi ini. dialokasikan berdasarkan United Network for
Organ Sharing yang diadaptasi, Model untuk tingkat Penyakit Liver Tahap Akhir
(MELD) score. Skor ini, berdasarkan konsentrasi kreatinin serum, konsentrasi serum
bilirubin total, rasio normalisasi internasional, dan etiologi sirosis, telah terbukti
menjadi alat yang berguna untuk memprediksi kematian yang akan datang. Beberapa
kontraindikasi absolut untuk transplantasi hati adalah alkohol aktif atau
penyalahgunaan zat. Meskipun hepatitis B dan C dapat muncul kembali di hati yang
ditransplantasikan, ini bukan kontraindikasi absolut untuk transplantasi hati (Dipiro,
J.T., dkk., 2014)
3. Transplantai jantung
Calon transplantasi jantung biasanya pasien dengan gagal jantung stadium
akhir yang memiliki gejala Asosiasi III atau IV New York Heart Association
meskipun manajemen medis maksimal dan memiliki risiko kematian 1 tahun yang
diperkirakan sebesar 50% atau lebih tanpa transplantasi. Kardiomiopati idiopatik dan
iskemik penyakit jantung bertanggung jawab atas gagal jantung pada lebih dari 90%
penerima transplantasi jantung.
Kontraindikasi absolut untuk transplantasi jantung orthotopic termasuk adanya
infeksi aktif (kecuali dalam kasus alat bantu ventrikel yang terinfeksi, yang
merupakan indikasi untuk transplantasi yang mendesak) atau adanya penyakit lain
(misalnya, keganasan) yang dapat membatasi kelangsungan hidup dan / atau
rehabilitasi dan hipertensi pulmonal berat yang ireversibel (Dipiro, J.T., dkk., 2014).
H. Kelemahan dan Keuntungan Transplantasi Organ
Teknik transplantasi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar bagi orang-
orang yang menderita panyakit yang tidak dapat disembuhkan. Salah satu transplantasi
yang paling sering dilakukan oleh manusia yaitu transfuse darah.
Biasanya dalam melakukan transplantasi organ melibatkan beberapa hal yang
sangat penting yakni:
1. Pencarian donor yang sesuai
7
2. Kemungkinan timbulnya resiko akibat pembedahan
3. Pemakaian obat-obat immunosupresan yang paten
4. Kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien
5. Kemungkinan terjadinya komplikasi atau kematian
Teknik transplantasi ini merupakan satu-satunya peluang agar orang-orang yang
memiliki kerusakan organ atau organ tersebut tidak dapat bekerja dengan baik
sebagaimana fungsinya.
Transplantasi paling baik dilakukan bila organ atau jaringan penggantinya berasal
dari tubuh sendiri karena memiliki stuktur yang sama sehingga mencegah terjadinya
rejeksi. Akan tetapi jika organ atau jaringan yang berasal dari orang lain maka akan
memungkinkan seseorang mengalami rejeksi serta komplikasi yang dapat mengakibatkan
kematian.
I. Penyebab Transplantasi Organ
Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplanttasi, yaitu:
1. Eksplantasi : usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang
sudah meninggal.
2. Implantasi : usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian
tubuh sendiri atau tubuh orang lain.
Disaming itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan
trasplantasi, yaitu :
1. Adaptasi donasi : yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang
diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara bologis dan psikis, untuk hidup dengan
kekurangan jaringan atau organ . (anonom 2006)
2. Adaptasi resipien : yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan atau organ
tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau organ
tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor
yang hidup atau dari jenazah orang baru meninggal dimana meninggal sendiri
didefinisikan kematian batang otak. Organ-organ yang diambil dari donor
hidup seperti : kulit, ginjal, sumsum tulang dan darah (transfusi darah). Organ-organ
yanng diambil dari jenazah adalah : jantung, hati, ginjal, kornea, pancreas, paru-
paru dan sel otak.
J. Teknik dalam Melakukan Transplantasi Organ
Secara teknik bedah, Transplantasi organ dapat dilakukan dengan cara :
8
1. Ortopik
Bila orang yang dicangkokkan dipasang ditempat organ yang asli. Sebelumnya organ
yang asli diambil terlebih dahulu.
2. Heterotopik
Bila organ yang dicangkokkan dipasang pada tempat organ yang lain. Pada teknik ini
organ yang rusak tidak dikeluarkan.
Dalam melakukan pencangkokkan suatu organ, terdapat beberapa teknik
dalam hal pembedahan. Biasanya teknik ini dilakukan pada saat operasi, baik
terhadap donor maupun terhadap pasien. Setiap teknik pembedahan pada macam-
macam organ dilakukan dengan cara yang berbeda.
K. Farmakoterapi

Imunosupresi dapat dicapai dengan berbagai agen dan rejimen yang diterima
untuk sebagian besar organ biasanya terdiri dari dua atau lebih agen.
1. Pendekatan Umum Pengobatan
Pendekatan multidrug rasional dari sudut pandang immunomechanistic karena
banyak agen memiliki mekanisme aksi yang tumpang tindih dan berpotensi
sinergis. Selanjutnya, penggunaan rejimen imunosupresan multidrug dapat
memungkinkan penggunaan dosis yang lebih rendah dari masing-masing agen,
sehingga mengurangi keparahan efek merugikan terkait dosis
a. Terapi Induksi
Terapi induksi memberikan tingkat imunosupresi yang tinggi, pada
saat transplantasi, dengan atau tanpa pengenalan langsung siklosporin.
Dua strategi imunosupresif perioperatif telah banyak digunakan untuk
mencapai tujuan ini:
(a) penyediaan imunosupresi yang sangat intens, sering atas dasar faktor
risiko spesifik pasien seperti usia dan ras, atau
(b) penggunaan terapi antibodi untuk menyediakan imunosupresi yang cukup
untuk menunda inisiasi terapi dengan CNI nefrotoksik.
Dasar pemikiran untuk administrasi CNI yang tertunda sedikit bervariasi
tergantung pada jenis transplantasi. Dalam transplantasi ginjal, ginjal yang
baru ditransplantasi sangat rentan terhadap cedera nefrotoksik, sedangkan
pada transplantasi hati dan jantung, idenya adalah untuk melindungi pasien
dengan insufisiensi ginjal yang sudah ada sebelumnya.

9
b. Penolakan Akut
Tujuan utama terapi penolakan akut adalah untuk meminimalkan
intensitas respon imun dan mencegah cedera permanen pada allograft. Pilihan
yang tersedia termasuk :
(a) meningkatkan dosis obat imunosupresif saat ini,
(b) corticosteroids dengan dosis lanjut,
(c) penambahan imunosupresan lain atau
(d) pengobatan jangka pendek dengan poliklonal atau antibodi
monoklonal.
Pengobatan penolakan akut hampir selalu dimulai dengan terapi
corticosteroid selama beberapa hari (oral atau IV)..
c. Terapi Perawatan
Tujuan pemeliharaan imunosupresi adalah untuk mencegah penolakan
akut dan kronis sambil meminimalkan toksisitas terkait obat. Ketika pasien
mengalami kemajuan melalui kursus posttransplant, risiko penolakan akut
menurun, sehingga memungkinkan dokter untuk secara bertahap mengurangi
dosis imunosupresan.
2. Inhibitor Calcineurin
Siklosporin dan tacrolimus adalah dua CNI yang saat ini digunakan untuk
sebagian besar penerima transplantasi organ. Dengan pengecualian penerima
transplantasi jantung (69%), lebih dari 80% penerima transplantasi menerima
tacrolimus sebagai bagian dari rejimen imunosupresif mereka.
a. Farmakologi / Mekanisme Aksi
CNI memblokir proliferasi sel T dengan menghambat produksi IL-2
dan sitokin lain oleh sel T. Siklosporin dan tacrolimus berikatan dengan
sitoplasma imunofilin cyclophilin dan FK-binding protein-12 (FKBP12).
Kompleks obat-immunophilin menghambat kerja kalsineurin, enzim yang
mengaktifkan faktor nuklir sel T teraktivasi, yang pada gilirannya
bertanggung jawab untuk transkripsi beberapa sitokin kunci yang diperlukan
untuk aktivitas sel T, termasuk IL-2. IL-2 adalah faktor pertumbuhan yang
kuat untuk sel T dan pada akhirnya bertanggung jawab untuk aktivasi dan
ekspansi klonal.
b. Kemanjuran

10
Kedua siklosporin dan tacrolimus saat ini disetujui untuk profilaksis
penolakan organ di ginjal, hati, dan transplantasi jantung.
c. Dampak buruk
Efek buruk CNI, siklosporin dan tacrolimus, dan imunosupresan
lainnya, potensi nefrotoksik dari kedua obat adalah sama dan sering
dikaitkan dengan dosis dan durasi paparan. Neurotoksisitas biasanya
bermanifestasi sebagai tremor, sakit kepala, dan neuropati perifer; kadang-
kadang, bagaimanapun, kejang telah diamati.
3. Inhibitor Calcineurin Nefrotoksisitas
Dua jenis nefrotoksisitas dapat terjadi dengan CNI. Nefrotoksisitas akut
sering terlihat dini dan tergantung dosis dan reversibel, tetapi nefropati kronis
lebih sering terjadi. Manifestasi klinis nefrotoksisitas CNI termasuk peningkatan
kreatinin serum dan kadar nitrogen urea darah, hiperkalemia, hiperurisemia,
proteinuria ringan, dan penurunan fraksional, ekskresi natrium. Nefrotoksisitas
CNI diakui sebagai penyebab utama disfungsi ginjal setelah transplantasi organ
padat nonrenal.
4. Kortikosteroid
Kortikosteroid telah digunakan sejak awal era transplantasi modern. Meskipun
banyak efek sampingnya, mereka terus menjadi landasan rejimen imunosupresi di
banyak pusat transplantasi, dengan 30% dan 60% pasien transplantasi hati dan
ginjal. Yang paling umum kortikosteroid yang digunakan adalah
methylprednisolone dan prednisone.
a. Farmakologi / Mekanisme Aksi
Corticosteroids memblokir aktivasi sitokin dengan mengikat elemen
respons kortikosteroid, sehingga menghambat IL-1, IL-2, IL-3, IL-6, α-
interferon, dan tumor necrosis factor-α synthesis. Selain itu, kortikosteroid
mengganggu migrasi sel, pengenalan, dan mekanisme efektor sitotoksik.
b. Kemanjuran
Kortikosteroid menjadi bagian dari rejimen imunosupresif yang
digunakan pada transplantasi manusia pertama dan terus digunakan saat ini.
Kemanjurannya tak terbantahkan berdasarkan pengalaman klinis selama
puluhan tahun. Studi sistematis yang membandingkan kombinasi agen
imunosupresif bebas kortikosteroid dengan terapi konvensional sulit dilakukan
karena ratusan kombinasi potensial yang sekarang ada.
11
c. Dampak buruk
Efek merugikan dari prednisone yang terjadi pada lebih dari 10%
pasien termasuk peningkatan nafsu makan, insomnia, gangguan pencernaan
(rasa pahit), dan perubahan suasana hati. Efek samping yang terjadi lebih
jarang tetapi yang terlihat dengan dosis tinggi atau terapi yang berkepanjangan
termasuk katarak, hiperglikemia, hirsutisme, memar, jerawat, retensi natrium
dan air, hipertensi, penindasan pertumbuhan tulang, dan esofagitis ulseratif.
d. Dosis dan administrasi
Terapi lini pertama untuk pengobatan penolakan graft akut adalah
metilprednisolon IV dosis tinggi (250 hingga 1.000 mg) setiap hari selama 3
hari atau prednisone oral (200 mg). Dosis prednison oral digunakan selama 5
hari hingga 20 mg / hari. Prednisone harus diminum dengan makanan untuk
meminimalkan gangguan GI.
5. Antimetabolit
Antimetabolit telah digunakan sejak hari-hari awal transplantasi karena
mereka mencegah proliferasi limfosit. Azathioprine, lama dianggap sebagai
bagian dari rejimen dengan siklosporin dan kortikosteroid, sebagian besar telah
digantikan oleh turunan asam mycophenolic (MPA) karena mereka lebih spesifik
dalam efeknya pada limfosit dan memiliki lebih sedikit efek samping.
Mycophenolic Acid Derivatives MPA pertama kali diisolasi dari Penicillium
glaukum.
a. Farmakologi / Mekanisme Aksi
Efek imunosupresif dari MPA diberikan melalui mengikat
nonkompetitif untuk inosin monofosfat dehidrogenase (IMPDH), enzim kunci
yang bertanggung jawab untuk sintesis nukleotida guanosin melalui jalur de
novo. Penghambatan IMPDH menghasilkan sintesis nukleotida yang menurun
dan berkurangnya aktivitas polimerase DNA, akhirnya mengurangi proliferasi
limfosit. Meskipun MPA menghambat kedua jenis IMPDH: IMPDH I,
diekspresikan oleh semua sel dalam tubuh, dan IMPDH II, yang diekspresikan
hanya dalam T dan Limfosit B, itu lebih spesifik untuk IMPDH II. Selain itu,
limfosit T dan B hanya menggunakan jalur de novo untuk nukleotidasintesis
b. Efikasi
Saat ini, mycophenolate mofetil disetujui untuk digunakan dalam
transplantasi ginjal, hati, dan jantung. Mycophenolate sodium disetujui pada
12
tahun 2004 untuk digunakan dalam transplantasi ginjal saja. Studi awal yang
membandingkan mycophenolate dengan azathioprine pada pasien yang
menerima siklosporin dan kortikosteroid menunjukkan peningkatan yang
signifikan secara statistik dalam kelangsungan hidup pasien dan cangkok pada
1 dan 3 tahun. Mycophenolate juga telah menunjukkan kemanjuran dalam
pengobatan penolakan akut. Turunan MPA adalah komponen kunci dari
protokol CNI-sparing.
c. Efek Samping
Efek samping yang paling umum terkait dengan saluran pencernaan,
termasuk mual, muntah, diare, dan nyeri perut , yang terjadi dengan frekuensi
yang sama selama IV dan terapi oral. Strategi untuk mengurangi gejala GI
termasuk pengurangan dosis, pembagian dosis harian total menjadi tiga atau
empat dosis, pemberian makanan, atau titrasi ke atas dari dosis yang lebih
rendah selama terapi awal. MPA juga memiliki efek hematologi, seperti
leukopenia dan anemia, terutama dengan dosis yang lebih tinggi.
5. Azathioprine
Azathioprine, prodrug untuk 6-mercaptopurine (6-MP), telah digunakan
sebagai imunosupresan dalam kombinasi dengan kortikosteroid sejak hari-hari awal
era transplantasi modern.
a. Farmakologi / Mekanisme Aksi
Azathioprine adalah senyawa tidak aktif yang diubah dengan cepat menjadi 6-
MP dalam darah dan kemudian dimetabolisme oleh tiga enzim yang berbeda.
Xanthine oxidase, ditemukan di hati dan saluran pencernaan, mengubah 6-MP
menjadi produk akhir akhir yang tidak aktif, asam 6-asam. Thiopurine S-
methyltransferase (TPMT), ditemukan dalam jaringan hematopoietik dan sel
darah merah, metilasi 6-MP untuk produk tidak aktif, 6-methylmercaptopurine.
Akhirnya, hipoksantin-guanin phosphoribosyltransferase adalah langkah pertama
yang bertanggung jawab untuk mengubah 6-MP menjadi 6-thioguanine nukleotida
(6-TGNs), metabolit aktif, yang dimasukkan ke dalam asam nukleat, akhirnya
mengganggu jalur salvage dan de novo DNA, RNA, dan sintesis protein. . Proses
ini beracun bagi sel dan membuat sel tidak dapat berproliferasi . Akhirnya, 6-TGN
dikatabolisme oleh xanthine oxidase dan thiopurine S-methyltransferase ke
produk yang tidak aktif.

13
b. Efek Samping
Efek merugikan yang membatasi dosis azathioprine sering hematologic.
Leukopenia, anemia, dan trombositopenia dapat terjadi dalam beberapa minggu
pertama terapi dan dapat dikelola dengan pengurangan dosis atau penghentian
azathioprine. Efek samping umum lainnya termasuk mual dan muntah, yang dapat
diminimalkan dengan mengambil azathioprine dengan makanan.
c. Dosis dan Administrasi
Dosis awal azathioprine adalah 3 hingga 5 mg / kg per hari IV atau secara oral.
Individualisasi untuk mempertahankan jumlah sel darah putih antara 3.500 dan
6.000 sel / mm3 (3,5 × 109 dan 6,0 × 109 / L) dapat dicapai dalam beberapa
dengan dosis serendah 0,25 mg / kg per hari.
6. Inhibitor Sinyal Proliferasi
Sirolimus, juga dikenal sebagai rapamycin, adalah antibiotik macrolide
imunosupresif yang secara struktural mirip dengan tacrolimus, dan efektif dalam
mengurangi risiko penolakan akut. Sirolimus dianggap memiliki potensi untuk
mengurangi penolakan kronis, tetapi ini masih harus dibuktikan.
a. Farmakologi / Mekanisme Aksi
Sirolimus dan everolimus mengikat baik ke FKBP12, membentuk kompleks
yang mengikat target mamalia rapamycin (mTOR), yang menghambat respon
terhadap sitokin. Dengan demikian, obat-obatan biasanya disebut sebagai inhibitor
mTOR. IL-2 menstimulasi mTOR untuk mengaktifkan kinase yang pada akhirnya
memajukan siklus sel dari G1 ke fase S. Dengan demikian obat ini mengurangi
proliferasi sel-T dengan menghambat respon seluler terhadap IL-2 dan
perkembangan siklus sel.
7. Agen Antibodi
Kedua persiapan antibodi poliklonal dan monoklonal digunakan dalam
transplantasi. Agen-agen ini juga dapat dibedakan berdasarkan tingkat spesifitasnya,
yaitu, reseptor tertentu, atau pengaruh hilirnya.
a. Farmakologi / Mekanisme Aksi
Karena sifat antibodi poliklonal mereka, baik ATG dan RATG mengerahkan
efek imunosupresif mereka dengan berikatan dengan beragam reseptor limfosit
(CD2, CD3, CD4, CD8, CD25, CD45, dan lain-lain). Pengikatan ATG atau
RATG ke berbagai reseptor menghasilkan lisis yang dimediasi komplemen dan
penurunan limfosit berikutnya. Sementara sel T adalah target limfositik utama
14
untuk senyawa, komponen sel darah lainnya seperti sel B dan leukosit lainnya
juga terpengaruh. Sel T Rusak kemudian dihapus oleh limpa, hati, dan paru-paru.
b. Khasiat
ATG dan RATG paling sering digunakan untuk pengobatan penolakan allograft
akut atau sebagai terapi induksi untuk mencegah penolakan akut. ATG saat ini
disetujui untuk kedua indikasi dalam transplantasi ginjal. RATG hanya disetujui
untuk pengobatan penolakan allograft akut dalam transplantasi ginjal.
c. Efek Samping
Sebagian besar efek samping yang dilaporkan dengan ATG dan RATG terkait
dengan kurangnya spesifitas untuk sel T karena sifat poliklonal mereka. Dosis-
membatasi myelosuppression (leukopenia, anemia, dan trombositopenia) sering
terjadi. Efek samping lainnya termasuk anafilaksis, hipotensi, hipertensi,
takikardia, dyspnea, urtikaria, dan ruam. Penyakit serum terlihat lebih sering
dengan ATG dibandingkan dengan RATG..
d. Dosis dan Administrasi
ATG dosis berkisar dari 10 hingga 30 mg / kg per hari sebagai dosis tunggal
selama 7 hingga 14 hari. RATG adalah senyawa yang lebih kuat dan diberikan
pada dosis 1 hingga 1,5 mg / kg per hari sebagai dosis tunggal selama 7 hingga 14
hari untuk penolakan akut atau selama 5 hingga 10 hari untuk induksi
imunosupresi (Dipiro, 2014).

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Transplantasi Organ merupakan pemindahan suatu jaringan atau organ manusia
tertentu dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang
lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu yang bertujuan mengembalikan fungsi
yang telah hilang
2. Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:
a. Autotransplantasi
Organnya : Kulit, ginjal, pancreas, tulang, limpa dan darah.
b. Isotransplantasi
Pada manusia, pencangkokan ini dilakukan untuk setiap organ pada saudara
kembar satu telur.
c. Alotransplantas
Donor yang digunakan bisa dari donor hidup atau dari mayat.
d. Xenotransplantasi
e. Pencangkokan dapat dilakukan pada tiap organ. (contoh : simpase dan manusia ).
3. Macam-macam transplatasi organ
Transplantasi ginjal, Transplantasi hati, Transplantasi jantung
4. Keuntungan dan kelemahan transplantasi organ
Teknik transplantasi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar bagi orang-
orang yang menderita panyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Biasanya dalam melakukan transplantasi organ melibatkan beberapa hal yang
sangat penting yakni:
a. Pencarian donor yang sesuai
b. Kemungkinan timbulnya resiko akibat pembedahan
c. Pemakaian obat-obat immunosupresan yang paten
d. Kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien
e. Kemungkinan terjadinya komplikasi atau kematian
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran dan

semoga bisa menambah ilmu pengetahuan mengenai transplantasi organ.

16
DAFTAR PUSTAKA

A. Klein, Andrew et al. 2011. Organ Transplantation A Clinical Guide. UK : Cambridge


University Press
Dipiro, J.T., dkk., 2014, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 9th Edition,
McGraw-Hill Education, USA.
Gurkan, Sevgi et al. 2011. Pathology of Solid Organ Transplantation. Germany : Springer
Verlag Berlin Heidelberg

17
18

Anda mungkin juga menyukai