Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Transplantasi Organ Tubuh


Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam Ilmu Pengetahuan

Dosen Pengampu : apt. Anjar Mahardian K.,M.Sc

Disusun Oleh:
Kelompok 1

1. Dimas Ardiyansah P (2108010126)

2. Alfian Tri Pamuji (2108010130)


3. Wikrisna Saputra (2108010136)
4. Aditiya Nur Prasetio (2108010143)
5. Ivan Fakhri Waluyo P (2108010144)

6. M. Febrian Dony (2108010164)


7. Syafri Nur Arifin (2108010174)
8. M. Syafik (2108010181)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh


Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga kami
diberikan waktu dan kesempatan untuk menyelesaikanmakalah
dengan judul “KLONING”. Makalah ini dibuat sebagai pemenuhan
salah satu tugas dari mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan.

Memahami dan mengetahui perkembangan ilmu terkait


Kloning dalam islam sangatlah perlu bagi kita umat islam, karena
implementasi ilmu pengetahuan yang digunakan harus sesuai dengan
aturan islam. Oleh sebab itu, kita sebagai umat islam perlu
mempelajari perihal Kloning dalam islam agar dalam
pengaplikasianya tidak bertentangan dengan ajaran islam.
Kami sampaikan banyak terimakasih atas segala bentuk
perhatiannya terhadap makalahini, dan penulis berharap semoga
makalah ini mampu memberikan manfaat yang lebih banyaklagi bagi
penulis sendiri khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Kami jugamenyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami
mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca dalam
upaya meningkatkan penyusunan makalah yang lebih baik lagi agar
tercapainya kesempurnaanmakalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Purwokerto, 8 Desember
2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
C. TUJUAN.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Transplantasi Organ....................................................................3
B. Macam-Macam Cara Melakukan Transplantasi Organ................................4
C. Transplantasi Yang Diperbolehkan...............................................................7
D. Transplantasi Yang Tidak Diperbolehkan....................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................11
A. KESIMPULAN...........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap perkembangan teknologi
tentu menimbulkan berbagai implikasi
setelah diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat.Salah satu bentuk kemajuan
ilmu dan teknologi adalah dalam bidang
kesehatan dan kedokteran modern,dalam
bidang ini berbagai masalah medis timbul
dan dibicarakan, salah satunya seperti
transplantasi organ tubuh. Hal tersebut
merupakan efek langsung dari kemajuan
ilmu dan teknologi dalam bidang
kesehatan dan kedokteran sehingga tidak
dipungkiri akan memberikan manfaat yang
besar bagi kehidupan manusia. Namun,
kemajuan tersebut pada saat yang sama
juga akan memberikan dampak negatif
yang cukup mencemaskan bagi kehidupan
manusia itu sendiri.
Transplantasi ialah pemindahan
organ tubuh yang masih mempunyai daya
hidup sehat untuk menggantikan organ
tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi
lagi dengan baik . pada saat ini juga, ada
upaya untuk memberikan organ tubuh
kepada orang yang memerlukan, walaupun
orang itu tidak menjalani pengobatan, yaitu
untuk orang yang buta. Hal ini khusus
donor mata bagi orang buta (Masjfuk Zuhdi,

4
1997)
Dalam pelaksanaan transplantasi
organ tubuh ada tiga pihak terkait
dengannya: pertama,donor, yaitu orang
yang menyumbangkan organ tubuhnya
yang masih sehat untuk dipasangkan pada
orang lain yang organ tubuhnya menderita
sakit, atau terjadi kelainan. Kedua:
resepien, yaitu orang yang menerrima
organ tubuh dari donor yang karena satu
dan lain ha, organ tubuhnya harus diganti.
Ketiga, tim ahli, yaitu para dokter
yangmenangani operasi transplantasi dari
pihak donor kepada pasien.
Transplantasi organ tubuh manusia
merupakan masalah baru yang belum
pernah dikaji oleh para fuqaha klasik
tentang hukum-hukumnya. Karena
masalah ini adalah anak kandung dari
kemajuan ilmiah dalam bidang
pencangkokan anggota tubuh, dimana para
dokter modern bisa mendatangkan hasil
yang menakjubkan dalam memindahkan
organ tubuh dari orang yang masih hidup/
sudah mati dan mencangkokkannnya
kepada orang lain yang kehilangan organ
tubuhnya atau rusak karena sakit dan
sebagainya yang dapat berfungsi persis
seperti anggota badan itu pada tempatnya
sebelum di ambil (Soekidjo Notoadmodjo,
2010).

5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan transplantasi?
2. Apa macam-macam transplantasi organ?
3. Bagaimanakah transplantasi Organ yang di Perbolehkan?
4. Bagaimanakah transplantasi Organ yang tidak diperbolehkan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transplantasi.
2. Untuk mengetahui macam-macam transplantasi organ
3. Untuk mengetahui transplantasi organ yang diperbolehkan.
4. Untuk mengetahui transplantasi organ yang tidak diperbolehkan.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Transplantasi Organ


Pencangkokan atau transplantasi adalah pemindahan organ tubuh
yang mempunyai daya hidup yang sehat untuk menggantikan
organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik,
yang apabila diobati dengan prosedur medis biasa, harapan
penderita untuk bertahan hidupnya tidak ada lagi (Masjfuk Zuhdi,
1994).
Pencangkokan organ tubuh yang menjadi pembicaraan pada
waktu ini adalah: Mata, Ginjal dan jantung. Karena ketiga organ
tubuh tersebut sangat penting fungsinya untuk manusia, terutama
sekali ginjal dan jantung. Mengenai donor mata pada dasarnya
dilakukan, karena ingin membagi kebahagiaan kepada orang yang
belum pernah melihat keinadahan alam ciptaan Allah ini ataupun
orang yang menjadi buta karena penyakit (Yusuf Qardawi, 1995).
Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai
permasalahan sendiri - sendiri, yaitu;
a. Donor dalam keadaan hidup sehat. Tipe ini memerlukan seleksi
cermat dan general check Up, baik terhadap donor maupun
terhadap penerima (resepient), demi menghindari kegagalan
transplantasi yang disebabkan oleh karena penolakan tubuh
resepien, dan sekaligus mencegah resiko bagi donor.
b. Donor dalam hidup koma atau di duga akan meninggal segera.
Untuk tipe ini, pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat
control dan penunjang kehidupan, misalnya dengan bantuan alat
pernapasan khusus. Kemudian alat-alat tersebut di cabut setelah
pengambilan organ tersebut selesai.
c. Donor dalam keadaan mati. Tipe ini merupakan tipe yang ideal,
sebab secara medis tinggal menunggu penentuan kapan donor

7
dianggap meninggal secara medis dan yudiris dan harus
diperhatikan pula daya tahan organ tubuh yang mau di
transplantasi (Masjfuk Zuhdi, 1997).

B. Macam-Macam Cara Melakukan Transplantasi Organ


Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai
permasalahan sendiri, yaitu:

1. Donor dalam keadaan hidup dan sehat.

Tipe ini memerlukan seleksi yang


cermat dan general chek up (pemeriksaan
kesehatan yang lengkap). Baik terhadap
donor maupun terhadap penerima
(resipien), demi menghindari kegagalan
transplantasi yang disebabkan oleh
karena penolakan tubuh resipien, dan
sekaligus untuk mencegah risiko bagi
pendonor. Sebab menurut data statistik, 1
dari 1000 donor meninggal, dan si donor
juga bisa merasa was-was dan tidak aman
(insecure), karena menyadari bahwa
dengn menyumbangkan organ tubuhnya,
maka ia tidak akan memperoleh kembali
seperti sediakala.

Apabila melakukan donor dalam


keadaan hidup, sebagaimana menurut
hemat penulis, Islam tidak membenarkan
atau melarang, alasannya yaitu sebagai
berikut:

a. Firman Allah SWT

8
‫وال تلقوا بايديكم الى التهلكه‬
“Dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri kedalam kebinasaan”.
( Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat:
195)
Ayat ini mengingatkan manusia agar
tidak gegabah dalam berbuat sesuatu
yang dapat berakibat fatal bagi dirinya,
sekalipun mempunyai tujuan
kemanusiaan yang luhur.

9
b. Kaidah Hukum Islam
‫درء المفاسد مقدم على جلب المصالح‬
“Menghindari kerusakan atau risiko
lebih didahulukan atas menarik
kemashlahatan”.

Misalnya menolong orang dengan cara


mengorbankan diri sendiri yang
berakibat ftal, tidak diperbolehkan oleh
Islam.
2. Donor dalam keadaan hidup koma atau diduga akan meninggal segera.
Untuk tipe ini, pengambilan organ
tubuh donor memerlukan alat control dan
penunjang kehidupan, misalnya dengan
bantuan alat pernafasan khusus.
Kemudian alat penunjang kehidupan
tersebut dicabut, setelah selesai proses
pengambilan organ tubuhnya. Hanya
kriteria mati secara medis/klinis dan
yuridis perlu ditentukan dengan tegas dan
tuntas. Apakah criteria mati itu ditandai
dengan berhentinya denyut jantung dan
pernafasan ataukah ditandai dengan
berhentinya fungsi otak.

Penegasan mati secara klinis dan


yuridis itu sangat penting bagi dokter
sebagai pegangan dalam menjalankan
tugasnya, sehingga ia tidak khawatir
dituntut melakukan pembunuhan
berencana oleh keluarga yang
bersangkutan sehubungan dengan praktek

10
transplantasi itu. Apabila melakukan
transplantasi organ oleh pendonor yang
dalam keadaan koma atau hampir
meninggal, maka Islampun tidak
megizinkan, karena:

a. Hadist Nabi

‫ال ضرر وال ضرار‬


“Tidak membuat madhorot pada
dirinya, dan tidak boleh pula membuat
madhorot pada orang lain” (Hadits
Riwayat Malik dari Amar bin Yahya,
riwayat Al-Hakim, al-Baihaqi, dan Al-
Daruqutni dari Abi Sa’id Al-Khudri,
dan Riwayat Ibnu Majah dari Ibnu
Abbas dan ‘Ubadah bin Al-Shamith).
Misalnya orang yang mengambil organ
tubuh seseorang donor yang belum
meninggal secara klinis dan yuridis
untuk transplantasi berarti ia membuat
madhorot kepada donor dengan
mempercepat kematiannya.
b. Manusia wajib berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya, demi
mempertahankan hidupnya, tetapi hidup dan mati itu ditangan Allah,.
Karena itu, manusia tidak boleh mencabut nyawanya sendiri (bunuh
diri), atau mempercepat kematian kematian orang lain, sekalipun
dilakukan oleh dokter dengan maksud untuk mengurangi dan
menghentikan penderitaan si pasien.
3. Donor dalam keadaan mati (meninggal dunia)
Tipe ini merupakan tipe yang ideal,
sebab secara medis tinggal menunggu
penentuan kapan donor dianggap
meninggal secara medis dan yuridis, dan
harus memperhatikan pula daya tahan

11
organ tubuh yang mau diambil untuk
transplantasi.
Sampai saat ini transplantasi orgn
tubuh yang banyak dibicarakan
dikalangan ilmuwan dan
agamawan/rohaniawan adalah mengenai
tiga macam organ tubuh, yaitu mata,
ginjal dan jantung. Hal ini dapat
dimaklumi, karena dari segi struktur
anatomis manusia, ketiga organ tubuh
tersebut sangatlah vital bagi kehidupan
manusia. Namun sebagai akibat
perkembangan ilmu pengetahuan modern
dan teknologi yang semakin canggih,
maka di masa yang akan datang
transplantasi mungkin juga berhasil
dilakukan untuk organ-organ tubuh
lainnya, mulai dari mulai dari kaki dan
telapaknya sampai kepalanya, termasuk
pula organ tubuh bagian dalam seperti
rahim wanita.
Namun apa yang dicapai oleh
teknologi, belum tentu diterima oleh
agama, dan hukum yang hidup di
masyarakat. Karena itu, mengingat
transplantasi organ tubuh itu termasuk
masalah ijtihadi, karena tidak terdapat
hukumnya secara eksplisit di dalam Al-
Quran dan Sunnah, dan mengingat pula
masalah transplantasi itu termasuk
masalah yang cukup kompleks,

12
menyangkut berbagai bidang studi, maka
harusnya masalah ini dianalisis dengan
memakai pendekatan atau metode multi
disipliner,misalnya kedokteran, biologi,
hukum, etika, dan agama, agar bisa
diperoleh kesimpulan berupa hukumn
ijtihadi (hukum fiqh Islam) yang
proporsional dan mendasar.
C. Transplantasi Yang Diperbolehkan
1. Syarat di Perbolehkannya Melakukan Transplantasi Organ Tubuh
Apabila pencangkokan atau transplantasi organ tubuh dari donor yang
telah meninggal secara klinis dan yuridi, maka Islam mengizinkan
dengan syarat:
1) Resipien atau penerima sumbangan donor, berada dalam keadaan
darurat, yang mengancam jiwanya, dan ia sudah menempuh
pengobatan secara medis dan non medis, tetapi tidak berhasil.
2) Pencangkokan tidak akan menimbulkan komplikasi penyakit
yang lebih gawat bagi resipien dibandingkan dengan keadaannya
sebelum (MA Tihami, 2003)
2. Dalil-Dalil Syar’I Yang Membolehkan Transplantasi Organ Tubuh
Adapun dalil-dalil syar’I yang dapat
dijadikan dasar untuk mebolehkan
pencangkokan atau transplantasi organ
tubuh, antara lain sebagai berikut:
1) Firman Allah SWT (Q.S al-Baqarah:195).
Ayat tersebut secara
analogis dapat dipahami bahwa
Islam tidak membenarkan pula
orang yang membiarkan dirinya
dalam keadaan bahaya maut atau
tidak berfungsinya organ
tubuhnya yang sangat vital, tanpa

13
usaha-usaha penyembuhannya
secara medis dan non medis,
termasuk pencangkokan organ
tubuh, yang secara medis
memberi harapan kepada yang
bersangkutan untuk bisa bertahan
hidup dengan baik.
2) Firman Allah SWT (Q.S Al-Maidah:32)

‫ومن احياها فكانما احيا الناس جميع‬


“Dan barang siapa yang
memelihara kehidupan seorang
manusia maka seolah-olah ia
memelihara kehidupan manusia
semuanya.
Ayat ini menunjukan bahwa
Islam sangat menghargai tindakan
kemanusiaan yang dapat
menyelamatkan jiwa manusia.
Misalnya seseorang yang dengan
senang hati menyumbangkan
organ tubuhnya setelah ia
meninggal, maka Islam
membolehkan. Dan bahkan
memandangnya sebagai amal
perbuatan kemanusiaan yang
tinggi nilanya, karena menolong
jiwa sesame manusia atau
membantu berfungsinya kembali
organ tubuh sesamanya yang
tidak berfungsi.
3) Hadits Nabi (Hadits Riwayat Ahmad bin Hanbal, At-Tirmidzi,

14
Abu Daud, An-Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim
dari Usamah bin Syarik).

‫تداووا عبادهلال فاءن هلال لم يضع داء اال‬


‫وضع له دواء غير داء واحد الهرم‬
“Bertibatlah kamu hai
hamba-hamba Allah,karena
sesungguhnya Allah tidak
meletakkan suatu penyakit,
kecuali Dia juga meletakan
obat penyembuhnya, selain
penyakit yang satu, yaitu
penyakit tua”

Hadits ini menunjukan bahwa umat Islam wajib bertobat


ketika menderita sakit, apapun macam penyakitnya. Sebab
setiap penyakit adalah berkah kasih sayang Allah, pasti ada
obat penyembuhnya, kecuali penyakit tua. Karena itu,
penyakit yang sangat ganas, seperti kanker dan AIDS yang
telah banyak membawa korban manusia diseluruh dunia,
terutama di dunia Barat, yang hingga kini belum diketahui
obatnya, maka pada suatu waktu akan ditemukan pula
obatnya.

4) Kaidah Hukum Islam

‫الضرر يزال‬.
“Bahaya itu harus
dihilangkan atau di
lenyapkan”

Seorang yang menderita sakit jantung atau ginjal yang


sudah mencapai stadium yang gawat, maka ia menghadapi
bahaya maut sewaktu-waktu. Maka menurut kaidah hukum
Islam diatas, bahaya maut itu harus ditanggulangi dengan
usaha pengobatan. Dan jika usaha pengobatan secara medis

15
tidak bisa menolong, maka demi menyelamatkan jiwanya,
pencangkokan jantung atau ginjal diperbolehkan karena
keadaan darurat. Dan ini berarti,kalau penyembuhan
penyakitnya bisa dilakukan tanpa pencangkokan, maka
pencangkokan organ tubuh tidak diperkenankan.
5) Menurut Hukum Wasiat
Keluarga orang meninggal wajib melaksanakan wasiat
orang yang meninggal mengenai hartanya,dan apa saja yang
bisa bermanfaat, baik kepentingan untuk si mayat itu sendiri
(melunasi utang-utangnya), kepentingan ahli waris dan non ahli
waris, maupun untuk kepentingan agama dan umum
(kepentingan sosial, pendidikan dan sebagainya). Berhubung si
donor organ tubuh telah membuat wasiat untuk
menyumbangkan organ tubuhnya untuk kepentingan
kemanusiaan, maka keluarga atau ahli warisnya wajib
membantu pelaksanaan wasiat almarhum/almarhumah (Sohari
dan Ruf’ah Abdullah, 2011).
Sebaliknya, apabila seseorang pada masa hidupnya tidak
mendaftarkan dirinya sebagai pendonor organ tubuh dan ia tidak
pula memberi wasiat kepada keluarga atau ahli warisnyauntuk
menyumbangkan organ tubuhnya apabila ia nanti meninggal,
maka keluarga atau ahli warisnya tidak berhak mengizinkan
pengambilan organ tubuh si mayat untuk pencangkokan atau
untuk penelitian isliah dan sebagainya.
D. Transplantasi Yang Tidak Diperbolehkan
Mendonorkan Organ tubuh dapat menjadi haram hukumya apabila:
1. Transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam
keadaan hidup sehat, dengan alasan : Firman Allah dalam Q.S Al-
Baqarah ayat 195, bahwa ayat tersebut mengingatkan , agar jangan
gegabah dan ceroboh dalam melakukan sesuatu, tetapi harus
memperhatikan akibatnya, yang kemungkinan bisa berakibat fatal bagi

16
diri donor, meskipun perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan
yang baik dan luhur. Melakukan transplantasi dalam keadaan dalam
keadaan koma. Walaupun menurut dokter bahwa si donor itu akan
segera meninggal maka transplantasi tetap haram hukumnya karena hal
itu dapat mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak Allah.
Dalam hadis nabi dikatakan: “Tidak boleh membuat madharat pada diri
sendiri dan tidak boleh pula membuat madharat pada orang lain.”(HR.
Ibnu Majah, No.2331).
2. Penjualan Organ Tubuh Sejauh mengenai praktik penjualan organ
tubuh manusia, ulama sepakat bahwa praktik seperti itu hukumnya
haram berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut: Seseorang
tidak boleh menjual benda-benda yang bukan miliknya. Sebuah hadis
menyatakan, “Diantara orang-orang yang akan dimintai
pertanggungjawaban di akhirat adalah mereka yang menjual manusia
merdeka dan memakan hasilnya.” Dengan demikian, jika seseorang
menjual manusia merdeka, maka selamanya si pembeli tidak memiliki
hak apapun atas diri manusia itu, karena sejak awal hukum transaksi itu
sendiri adalah haram. Penjualan organ manusia bisa mendatangkan
penyimpangan, dalam arti bahwa hal tersebut dapat mengakibatkan
diperdagangkannya organ-organ tubuh orang miskin dipasaran
layaknya komoditi lain (Abuddin Nata, 2006).

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
Transplantasi adalah pemindahan organ tubuh yang mempunyai daya
hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan
tidak berfungsi dengan baik, yang apabila diobati dengan prosedur medis
biasa, harapan penderita untuk bertahan hidupnya tidak ada lagi.

Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai
permasalahan sendiri, yaitu: Donor dalam keadaan hidup dan sehat,
donor dalam keadaan hidup koma atau diduga akan meninggal segera,
donor dengan keadaan mati (meninggal dunia).

Syarat di perbolehkannya melakukan transplantasi organ tubuh


Apabila pencangkokan atau transplantasi organ tubuh dari donor yang
telah meninggal secara klinis dan yuridi, maka Islam mengizinkan
dengan syarat: Resipien atau penerima sumbangan donor, berada dalam
keadaan darurat, yang mengancam jiwanya, dan ia sudah menempuh
pengobatan secara medis dan non medis, tetapi tidak berhasil.
pencangkokan tidak akan menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih
gawat bagi resipien dibandingkan dengan keadaannya sebelumnya.

Transplantasi organ yang di haramkan adalah Transplantasi organ


tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan hidup sehat,
Penjualan Organ Tubuh Sejauh mengenai praktik penjualan organ
tubuh manusia, ulama sepakat bahwa praktik seperti itu hukumnya
haram.

18
DAFTAR PUSTAKA

MA. Tihami. 2003. Kamus Istilah-istilah dalam


Studi KeIslaman menurut Syaikh
Muhammad Masagung

Nata Abuddin, . 2006.Masail Al-Fiqhiyah.


Jakarta. Kencana Predana Media Group.

Nawawi al-Bantani,Serang: Suhud Sentara Utama.

Soekidjo Notoadmodjo. 2010. Etika Dan Hukum


Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Sohari dan Ruf’ah Abdullah. 2011. Fikih


Muamalah, Bogor: Ghalia Indonesia.

Yusuf Qardawi. 1995. Fatwa fatwa Kontemporer


Seputar pencangkoan Organ Tubuh.
Jakarta: Gema Insani

Zuhdi Masjfuk, 1994. Masail Fiqhiyah, Kapita


Selekta Hukum Islam,Jakarta: Haji

Zuhdi Masjfuk, 1997. “Masail Fiqhiyah”.


Jakarta. PT Toko Gunung Agung.

19

Anda mungkin juga menyukai