Anda di halaman 1dari 20

DILEMA ETIK TRANSPLANASI ORGAN

DOSEN PEMBIMBING
EDHITTA DEVIANI, S, Kep, M. SI

DISUSUN
OLEH
RAIHAN FATHIRA

UNIVERSITAS ABULYATAMA FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
BANDA ACEH
TAHUN AJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai “Transplantasi”.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam dunia kedokteran, transplantasi (pencangkokan) dapat diartikan
sebagai usaha memindahkan sebagian dari bagian tubuh (jaringan atau organ)
dari satu tempat ke tempat lain. Dari pengertian tersebut transplantasi dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu  Transplantasi jaringan seperti pencangkokan
kornea mata.Transplantasi organ seperti pencangkokan ginjal, jantung, dan
sebagainya Berdasarkan hubungan genetik antara donor dengan resipien.
Teknik transplantasi, dimungkinkan untuk memindahkan suatu organ atau
jaringan tubuh manusia yang masih berfungsi baik, baik dari orang yang
masih hidup maupun yang sudah meninggal, ke tubuh manusia lain.
Dalam penyembuhan suatu penyakit, adakalanya transpalntasi tidak dapat
dihindari dalam menyelamatkan nyawa si penderita. Dengan keberhasilan
teknik transplantasi dalam usaha penyembuhan suatu penyakit dan dengan
meningkatnya keterampilan dokter-dokter dalam melakukan transplantasi,
upaya transplantasi mulai diminati oleh para penderita dalam upaya
penyembuhan yang cepat dan tuntas. Untuk mengembangkan transplantasi
sebagai salah satu cara penembuhan suatu penyakit tidak dapat bagitu saja
diterima masyarakat luas. Pertimbangan etik, moral, agama, hukum, atau
social budaya ikut mempengaruhinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait
dengan kasus pemasangan bayi tabung.
2. Bagaimana menentukan tindakan alternatif yang direncanakan dari
konsekuensi tindakan pemasangan bayi tabung.
3. Bagaimana menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat pada kasus
pemasangan bayi tabung.
4. Menjelaskan kewajiban perawat menghadapi kasus pemasangan bayi
tabung.
C. TUJUAN
1. Mengembangkan kemampuan penulis dalam hal menyusun suatu laporan
dan menambah wawasan penulis tentang etik yang terjadi dalam praktik
keperawatan khususnya dalam transplantasi organ.
2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai etik yang terjadi
dalam praktik keperawatan khususnya dalam transplantasi organ.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Transplantasi Organ
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia
tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh
orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan
medik yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ
tubuh yang berat. Ini adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan
upaya terbaik untuk menolong penderita/pasien dengan kegagalan organnya,
karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dengan pengobatan biasa atau
dengan cara terapi. Hingga saat ini transplantasi terus berkembang dalam
dunia kedokteran, namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu
saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi
agama, hukum, budaya, etika dan moral.
Transplantasi organ dapat dikategorikan sebagai “life saving” sedangkan
transplantasi jaringan dikategorikan sebagai “life enhancing”.
Adapun pengertian menurut ahli ilmu kedokteran, Transplantasi ialah
pemindahan jaringan atau organ dari tempat yang satu ke tempat lainnya.
Yang dimaksud Jaringan disini ialah kumpulan sel-sel (bagian terkecil dari
individu) yang sama dan mempunyai fungsi tertentu. Yang dimaksud
dengan Organ ialah kumpulan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda
sehingga merupakan satu kesatuan yang mempunyai fungssi tertentu, seperti
jantung, hati, dan lain-lain. (Solusi Problematika  Aktual Hukum Islam, Hasil
Muktamar NU, HL. 484). Transplantasi ialah pemindahan organ tubuh yamg
masih mempunyai daya hidup sehat untuk menggantikan organ tubuh yang
tidak sehat dan tidak berfungsi lagi dengan baik. Dengan rumusan lain
Transplantasi ialah pemindahan (pencangkokan) alat dan atau jaringan tubuih
manusia (hewan) yang masih berfungsi untuk menggantikan organ tubuh
resipien yang sudah tidak berfungsi, dalam rangka pengobatan atau upaya
penyelamatan pihak resipien yang masih bisa ditolong.
B. Tujuan Transplantasi Organ
Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan
sebagian tubuh atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ
sejenis yang tidak dapat berfungsi lagi. Transplantasi dapat dilakukan pada
diri orang yang sama (autotransplantasi), pada orang yang berbeda
(homotransplantasi) ataupun antar spesies yang berbeda (xeno-transplantasi).
Transplantasi organ biasanya dilakukan pada stadium terminal suatu penyakit,
dimana organ yang ada tidak dapat lagi menanggung beban karena fungsinya
yang nyaris hilang karena suatu penyakit.Pasal 33 UU No 23/1992
menyatakan bahwa transplantasi merupakan salah satu pengobatan yang dapat
dilakukan untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan
kemanusiaan dan tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial (pasal 33 ayat
2 UU 23/ 1992).Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa organ atau
jaringan tubuh merupakan anugerah Tuhan YME sehingga dilarang untuk
dijadikan obyek untuk mencari keuntungan atau komersial.
C. Klasifikasi Transplantasi Organ
1. Autograf (Autotransplatasi) yaitu, pemindahan suatu jaringan atau organ
ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri.
Transplantasi jaringan untuk orang yang sama. Kadang-kadang hal ini
dilakukan dengan jaringan surplus, atau jaringan yang dapat memperbarui,
atau jaringan lebih sangat dibutuhkan di tempat lain (contoh
termasuk kulit grafts, ekstraksi vena untuk CABG, dll) Kadang-kadang
autograft dilakukan untuk mengangkat jaringan dan kemudian
mengobatinya atau orang, sebelum mengembalikannya (contoh
termasuk batang autograft sel dan penyimpanan darah sebelum operasi).
Misalnya operasi bibir sumbing, dimana jaringan atau organ yang diambil
untuk menutup bagian yang sumbing diambil dari jaringan tubuh pasien
itu sendiri.
2. Allograft (Homotransplantasi) yaitu, pemindahan suatu jaringan atau
organ dari tubuh seseorang ke tubuh yang lan yang sama spesiesnya, yakni
manusia dengan manusia. Transplantasi organ atau jaringan antara dua
non-identik anggota genetis yang sama spesies, sebagian besar jaringan
manusia dan organ transplantasi yang allografts. Karena perbedaan
genetik antara organ dan penerima, penerima sistem kekebalan tubuh akan
mengidentifikasi organ sebagai benda asing dan berusaha untuk
menghancurkannya, menyebabkan penolakan transplantasi.
3. Xenograft/xenotransplantation (Heterotransplatasi) yaitu, pemindahan
suatu jaringan atau organ dari tubuh yang satu ke tubuh yang lain yang
berbeda spesiesnya.
Misalnya antara species manusia dengan binatang. Yang sudah terjadi
contohnya adalah pencangkokan hati manusia dengan hati dari baboon
(sejenis kera), meskipun tingkat keberhasilannya masih sangat kecil,
dan transplantasi katup jantung babi, yang cukup umum dan sukses.
4. Isograft yaitu, Transplantasi Singenik yaitu pempindahan suatu jaringan
atau organ dari seseorang ke tubuh orang lain yang identik. Misalnya
masih memiliki hubungan secara genetik.
5. Transplantasi split yaitu, organ almarhum donor, biasanya hati, dapat
dibagi antara dua penerima, terutama orang dewasa dan seorang anak.Ini
bukan biasanya sebuah pilihan yang diinginkan karena transplantasi organ
secara keseluruhan lebih berhasil.
6. Transplantasi domino yaitu, Operasi ini biasanya dilakukan pada pasien
dengan fibrosis kistik karena kedua paru-paru perlu diganti dan itu adalah
operasi lebih mudah secara teknis untuk menggantikan jantung dan paru-
paru pada waktu yang sama. Sebagai jantung asli penerima biasanya sehat,
dapat dipindahkan ke orang lain yang membutuhkan transplantasi jantung.
(parsudi, 2007).
D. Metode Transplantasi Organ
Semakin berkembangnya ilmu tranplantasi modern, ditemukan metode-
metode pencangkokan, seperti:
1. Pencangkokan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner
oleh Dr. George E. Green.
2. Pencangkokan jantung, dari jantung ke kepada manusia oleh Dr. Christian
Bernhard, walaupun resipiennya kemudian meninggal dalam waktu 18
hari.
3. Pencangkokan sel-sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke
penderita Parkinson oleh Dr. Andreas Bjornklund.
E. Kategori Transplantasi Organ
1. Donor dalam keadaan hidup sehat. Dalam tipe ini diperlakukan seleksi
yang cermat dan harus diadakan general check up (pemeriksaan
kesehatan  yang lengkap dan menyeluruh) baik terhadap donor, maupun
terhadap resipien. Hal ini dilakukan demi untuk menghindari kegagalan
transplantasi.
2. Transplantasi organ dari donor hidup wajib memenuhi 3 persyaratan:
a.  Resiko yang dihadapi oleh donor harus proporsional dengan manfaat
yang didatangkan oleh tindakan tersebut atas diri penerima.
b. Pengangkatan organ tubuh tidak boleh mengganggu secara serius
kesehatan donor atau fungsi tubuhnya.
c. Donor wajib memutuskan dengan penuh kesadaran dan bebas, dengan
mengetahui resiko yang mungkin terjadi.
3. Donor dalam keadaan koma. Apabila donor dalam keadaan koma,atau
diduga kuat akan meninggal segera, maka dalam pengambilan organ tubuh
donor memerlukan alat kontrol dan penunjang kehidupan,
misalnya  bantuan alat pernafasan khusus.
4. Donor dalam keadaan meninggal. Dalam tipe ini, organ tubuh  yang akan
dicangkokkan diambil ketika donor sudah meninggal berdasarkan
ketentuan medis dan yuridis.
F. Transplantasi Organ Dari Segi Keperawatan
Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi
suatu hal yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode
etik keperawatan, Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan
perawat dengan teman sejawat.Pokok etik tersebut berbunyi “Perawat
bertindak melindungi klien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal”. Seorang perawat
dalam menjalankan profesinya juga diwajibkan untuk tetap mengingat tentang
prinsip-prinsip etik, antara lain :
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respect terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri.Praktik profesional merefleksikan otonomi
saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.Jika dikaitkan dengan kasus transplantasi organ maka
hal yang menjadi pertimbangan adalah seseorang melakukan transplantasi
tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan tentu saja pasien
diyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya adalah keputusan yang
telah dipertimbangkan secara matang.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.
3. Keadilan (Justice)
Adil terhadap orang lain dan menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus
diupayakan semaksimal mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak
menimbulkan bahaya/cidera fisik dan psikologis pada klien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran.Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprehensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa
argumen yang menyatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika
kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu
memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi
penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam
membangun hubungan saling percaya.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien.Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya.Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode
etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah
untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
G. Masalah Etik dan Moral Dalam Transplantasi Organ
Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah donor
hidup, jenazah dan donor mati, keluarga dan ahli waris, resipien, dokter dan
pelaksana lain, serta masyarakat. Hubungan pihak-pihak tersebut dengan
masalah etik dan moral dalam transplantasi akan dibicarakan dalam uraian
dibawah ini.
1. Donor Hidup
Adalah orang yang memberikan jaringan atau organnya kepada orang lain
(resipien). Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus
mengetahui dan mengerti resiko yang akan dihadapi, baik resiko di bidang
medis, pembedahan, maupun resiko untuk kehidupannya lebih lanjut
sebagai kekurangan jaringan atau organ yang telah dipindahkan.
Disamping itu, untuk menjadi donor, sesorang tidak boleh mengalami
tekanan psikologis.Hubungan psikis dan emosi harus sudah dipikirkan
oleh donor hidup tersebut untuk mencegah timbulnya masalah.
2. Jenazah atau donor mati
Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat
dengan sungguh-sungguh untuk memberikan jaringan atau organ
tubuhnya kepada yang memerlukan apabila ia telah meninggal kapan
seorang donor itu dapat dikatakan meninggal secara wajar, dan apabila
sebelum meninggal, donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan dari
dokter yang merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya tuduhan dari
keluarga donor atau pihak lain bahwa tim pelaksana transplantasi telah
melakukan upaya mempercepat kematian seseorang hanya untuk mengejar
organ yang akan ditransplantasikan.
3. Keluarga donor dan ahli waris
Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk
menciptakan saling pengertian dan menghindari konflik semaksimal
mungkin ataupun tekanan psikis dan emosi di kemudian hari.Dari
keluarga resipien sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan kepada
donor dan keluarganya dengan tulus.Alangkah baiknya apabila dibuat
suatu ketentuan untuk mencegah timbulnya rasa tidak puas kedua belah
pihak.
4. Resipien
Adalah orang yang menerima jaringan atau organ dari orang lain. Pada
dasarnya, seorang penderita mempunyai hak untuk mendapatkan
perawatan yang dapat memperpanjang hidup atau meringankan
penderitaannya. Seorang resipien harus benar-benar mengerti semua hal
yang dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi. Melalui tindakan
transplantasi diharapkan dapat memberikan nilai yang besar bagi
kehidupan resipien. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa hasil
transplantasi terbatas dan ada kemungkinan gagal.
5. Dokter dan tenaga pelaksana lain
Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat
parsetujuan dari donor, resepien, maupun keluarga kedua belah pihak.
Iawajib menerangkan hal-hal yang munAgkin akan terjadi setelah
dilakukan transplantasi sehingga gangguan psikologis dan emosi di
kemudian hari dapat dihindarkan. Tanggung jawab tim pelaksana adalah
menolong pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat
manusia. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, tim pelaksana
hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan
kepentingan pribadi.
6. Masyarakat
Secara tidak langsung masyarakat turut menentukan perkembangan
transplantasi. Kerjasama tim pelaksana dengan para cendekiawan, pemuka
masyarakat, atau pemuka agama diperlukan untuk mendidik masyarakat
agar lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha transplantasi.
Dengan adanya pengertian ini kemungkinan penyediaan organ yang
segera diperlukan, atas tujuan luhur, akan dapat diperoleh.
BAB III
PENGKAJIAN KASUS
A. KASUS TLANSPANTASI GINJAL
Komisaris PT. HM Sampoerna, direktur PT Indofood Sukses Makmur
yang juga komisaris PT Indomobil Tbk, Angky Camaro semula tidak pernah
menyadari bahwa ia terkena ginjal. Bahkan penyakit diabetes yang menjadi
penyebab rusaknya ginjalnya pun tak ia sadari. Hingga pada April tahun 2005,
dimana pantatnya tiba tiba abses (bengkak) dan bernanah. Buntutnya ia pun
harus dioperasi dan saat operasi yang pertama itulah baru ia tahu bahwa
creatinine atau kreatini (zat racun) didalam tubuhnya sudah mencapai 350
(3,5) dan gulanya 500. Dan sejak saat itu meski sudah diet kretininnya
ternyata terus naik, termasuk berat badannya juga terus naik. Angky juga
mengalami dua hal pembedahan lagi yaitu pada tahun Oktober dan November
2007, karena selangkangannya abses dan bernanah. Puncaknya pada saat 12
Mei 2008 kreatinin sudah mencapai 810. Dan saat itulah dr Gordon Ku dari
RS Mount Elisabeh, Singapore memerintahkan untuk transplantasi ginjal atau
cuci darah.
Waktu dr Gordon Ku bilang Angky harus melakukan transplant atau cuci
darah. Akhirnya Angky memutuskan untuk transplantasi. Masalahnya kalau
cuci darah seminggu tiga kali dan sekali cuci darah butuh waktu empat jam.
Waktu itu dr Gordon merekomendasikan dua tempat yang
memungkinkan Angky bisa transplantasi, yaitu di Filipina atau
Tiongkok. Angky memilih untuk transplantasi di Tiongkok. Tanggal 23 Mei
sebetulnya sudah ada orang Angky (Channel) yang bilang Angky bisa ke
Tiongkok karena seminggu lagi sudah ada ginjalnya. Tapi Angky nggak mau
soalnya tanggal 27 Mei saya harus RIPS Sampoerna dulu dimana dalam
RUPS Angky diputuskan menjadi Preskom PT. HM Sampoerna Tbk
(sebelumnya Angky mencapai sebagai Managing Director PT HM
Sampoerna). Menurut Angky ini mukjizat, karena orang biasanya kalau pesan
bisa ber bulan bulan bahkan bertahun tahun tapi nggak dapat,
tapi Angky langsung dapat. Tapi Angky justru yang nolak saat itu,
soalnya Angky harus RUPS Sampoerna. Tanggal 29 Mei, setelah Angky ikuti
RUPS Angky akhirnya berangkat ke Tiongkok dari
Singapura. Karena Angky tidak bisa bahasa Mandarin, maka Angky  minta
teman Angky Marvy Apandi (Executive Director Indomobil)
untuk  ikut  menjadi  penerjemah  bahasa Mandarin.  Marvy berangkat dari
Jakarta dan bertemu Angky di sebuah bandara di Tiongkok Lagi-lagi Angky
mendapat kemudahan, karena saat Angky datang ke rumah sakit, Angky
secara kebetulan bisa bertemu langsung dengan kepala rumah sakitnya.
Padahal biasanya orang yang datang ke rumahsakit terrsebut sangat susah
ketemu dengan kepala rumah sakit. Asal tahu saja. Di rumah sakit itu banyak
brokernya. Kalau lewat broker ini, belum tentu dapat “barang” bagus, malah
seringnya banyak yang dibohongi. Jadi Angky mengingatkan para pembaca
yang ingin transplantasi di Tiongkok, hati-hati janan sampai bertemu broker.
Selain Angky bisa bertemu langsung dengan pimpinan rumah
sakitnya, Angky juga langsung mendapat donor, hanya saja waktu itu kurang
bagus untuk Angky karena kreatinin nya sudah tinggi. Tapi Angky hanya
menunggu 2 minggu setelah itu. Ginjal yang akan didonorkan bergolongan
darah O. (Yenibudi, 2009).
B. ANALISIS KASUS
Pada kasus ini, Angky Camaro direktur PT. Indofood Makmur, harus
melakukan transplantasi ginjal, karena penyakit diabetesyang dideritanya.
Angky berulang kali harus menjalani operasi karena abses dan nanah yang
dikarenakan kadar kreatininnya berulang kali tidak stabil meski telah
melakukandiet kretinun. Oleh dokter yang merawatnya, ia dianjurkan untuk
transplantasi ginjal atau cuci darah. Akhirnya angky memutuskan untuk
transpantasi ginjsl, karena cuci darah yang ditawarkan, tentu saja harus
dilakuakan berulang kali dan menyita waktu. Hal ini tentu akan sangat
merugikan angky yang notabene seorang pebisnis.
C. PEMBAHASAN KASUS
Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi
suatu hal yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode
etik keperawatan, Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan
perawat dengan teman sejawat. Pokok etik tersebut berbunyi “Perawat
bertindak melindungi klien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal”. Selain itu dalam
prakteknya, seorang tenaga kesehatan khususnya perawat juga harus tetap
menghargai kehidupan manusia sebagai individu yang unik, serata harus
dihargai sebagai seorang manusia. Jika dalam praktek transplantasi organ,
sumber organnya didapat dari seseorang secara paksa seperti dalam
penculikan, tentu saja hal tersebut tidak sesuai dengan kode etik keperawatan
pokok etik 1 alinea 2. Selain pokok etik 1  dan 4 ada juga pokok etik lain yang
harus klita perhatikan. Yaitu pokok etik 2 alinea 2 yang menjelaskan bahwa
seorang perawat harus memelihara mutu pelayanan yang tinggi serta
kejujuran. Dalam praktek professionalnya, tentu saja seorang perawat dilarang
untuk berbohong. Apalagi mengenai kondisi pasien. Dalam penerapannya di
kasus transplantasi organ, seorang tenaga kesehatan khususnya perawat, harus
berkata yang sebenarnya, tentu saja menggunakan etiket-etiket yang berlaku.
Perawat dalam menjalankan profesinya juga diwajibkan untuk tetap
mengingat tentang prinsip-prinsip etik.
Dari prinsip-prinsip tersebut berarti harus diperhatikan benar bahwa dalam
memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai pertimbangan
yang matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, adil bagi pihak
pendonor maupun resipien, tidak meruguikan pihak manapun serta
berorientasi pada kemanusiaan.
Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh melanggar nilai-
nilai dalam praktek perawat professional. Sebagai contoh nilai tersebut adalah,
keyakinan bahwa setiap individu adalah mulia dan berharga. Jika seorang
perawat menjunjung tinggi nilai tersebut dalam prakteknya, niscaya seorang
perawat tidak akan begitu mudah membantu melaksanakan praktek
transplantasi organ hanya dengan motivasi komersiil.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada prinsipnya transplantasi organ merupakan suatu tindakan mulia,
dimana seorang donor memberikan sebagian tubuh atau organ tubuhnya untuk
menolong pasien yang mengalami kegagalan fungsi organ tertentu.
Transplantasi organ dari donor hidup pada prinsipnya hanya boleh dilakukan
jika ada informed consent dari pendonor, dengan memperhatikan resiko
donor, efektifitas pendonoran organ, kemungkinan keberhasilan pada
penerima dan tidak adanya unsur jual beli atau komersialisasi di dalamnya.
Transplantasi dari pendonor dimungkinkan dilakukan di Indonesia dengan
dasar prinsip Izin, artinya pengambilan organ dari tubuh jenazah hanya boleh
dilakukan jika donor dan keluarganya memberikan persetujuan sebelumnya,
setelah mendapatkan informasi yang cukup. Pemanfaatan organ semacam ini
hanya bisa dilakukan jika korban sudah dinyatakan mengalami mati batang
otak, dan kesegaran organnya dijaga dengan mempertahankan sirkulasi dan
pernapasannya pasca meninggal dengan bantuan alat pemopang kehidupan.
Sulitnya prosedur ini menyebabkan semua donor organ dari Indonesia adalah
donor hidup.
Meskipun secara legal Indonesia bersama negara lain menentang organ
trafficking (penjualan organ manusia), komersialisasi transplantasi
(pengobatan organ sebagai komoditas) dan transplant tourisme (turisme dalam
rangka penyediaan organ untuk pasien dari negara lain), tetapi yang memiliki
sanksi pidana hanyalah tindakan transplantasi organ yang dilakukan secara
komersial.
B. SARAN
Saran yang ingin disampaikan bagi pembaca adalah jika ingin melakukan
transplantasi organ, pahami betul dari mana organ terseebut berasal. Dari
donor hidup ataukah dari seseorang yang sudah meninggal. Usahakan untuk
mencari upaya penyembuhan lain sebelum memilih transplantasi organ
sebagai alternatif pengobatan.
Untuk penulis, saran yang ingin disampaikan adalah, lakukan penulisan
dengan objektif dan gunakan bebagai macam referensi yang ada agar tulisan
benar-benar terbukti validitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC.
Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third
Edition, by Lippicot Philadelpia, New York.
Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya  Medika  
Potter and Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Jakarta: EGC.
Suprapti, S.R.2009. Etika Kedokteran Indonesia.Transplantasi. Edisi 2. Yayasan
Jakarta: Bina

Anda mungkin juga menyukai