Anda di halaman 1dari 27

ANGGARAN DASAR DAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA


PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA

MUSYAWARAH NASIONAL IX
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA


PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
MUKADIMAH

Berkat rahmat Allah Yang Maha Esa disertai adanya keinginan bersama dari berbagai
organisasi keperawatan untuk menyatukan diri dan membentuk satu organisasi profesi
keperawatan di Indonesia, terbentuklah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
PPNI berdiri dalam rangka turut mengisi kemerdekaan Republik Indonesia demi
tercapainya kehidupan masyarakat yang sehat, adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, melalui pelayanan dan asuhan keperawatan sebagai
bagian intergral dari pelayanan kesehatan. Sebagai landasan untuk mencapai keinginan
tersebut, disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Perawat
Nasional Indonesia sebagai pedoman penyelenggaraan organisasi.

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 1 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
ANGGARAN DASAR BAB II
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA ASAS, NILAI, DAN TUJUAN
Bagian Kesatu
BAB I
Asas
IDENTITAS ORGANISASI
Pasal 6
Bagian Kesatu
PPNI berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Nama Organisasi Tahun 1945.
Pasal 1
Bagian Kedua
Perkumpulan Organisasi ini bernama Persatuan Perawat Nasional Indonesia Nilai
disingkat PPNI. Pasal 7
Bagian Kedua PPNI menganut nilai-nilai jujur, altruistik, peduli, akuntabel, transparan, dan
Bentuk Organisasi kebersamaan.
Pasal 2
Bagian Ketiga
PPNI berbentuk kesatuan dimana kedaulatan tertinggi ditangan anggota melalui Tujuan
Musyawarah Nasional. PPNI merupakan perkumpulan yang dibentuk atas dasar Pasal 8
kesamaan profesi.
PPNI memiliki tujuan untuk:
Bagian Ketiga a. meningkatkan dan atau mengembangkan pengetahuan, keterampilan praktek
Jangka Waktu keperawatan, martabat, kesejahteraan dan etika profesi Perawat;
Pasal 3 b. mempererat persatuan kesatuan dan memperdayakan perawat dalam rangka
menunjang pembangunan kesehatan; dan
PPNI didirikan pada tanggal 17 Maret 1974 dan didirikan untuk jangka waktu yang c. memantapkan persatuan dan kesatuan antar perawat.
tidak terbatas.
BAB III
Bagian Keempat PERAN DAN FUNGSI
Kedudukan Pasal 9
Pasal 4 (1) PPNI berperan sebagai wadah perawat yang mendorong lahirnya kebijakan bagi
kepentingan keperawatan di Indonesia.
PPNI berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia dan dapat membentuk (2) PPNI berfungsi sebagai pemersatu, pembina, pengembang, dan pengawas
perwakilan PPNI di daerah dan PPNI di luar negeri Keperawatan di Indonesia.

Bagian Kelima BAB IV


Lambang PPNI KEGIATAN
Pasal 5 Pasal 10

Lambang PPNI berbentuk lingkaran yang berisi sebuah segi lima hijau tua dengan dasar Kegiatan PPNI meliputi :
kuning emas dan sebuah lampu putih yang berlidah api lima, warna merah dengan a. Pemantapan persatuan dan kesatuan yang kokoh antar perawat.
tulisan PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIAPPNI pada bingkai b. Peningkatan mutu pendidikan, penelitian, dan pelayanan keperawatan dalam
lingkaran. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
2 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 3 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
c. Peningkatan karir dan prestasi kerja bagi tenaga keperawatan sejalan dengan Pasal 15
peningkatan kesejahteraan tenaga keperawatan. (1) Dewan Pengurus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dipilih
d. Peningkatan hubungan kerjasama dengan organisasi lain, lembaga dan untuk masa bhakti 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali.
institusi lain baik di dalam maupun di luar negeri. (2) Ketua Umum, Ketua Provinsi, Ketua Kabupaten/Kota tidak dapat dipilih
kembali setelah menjabat 2 (dua) periode berturut-turut maupun tidak b e r t u r u t -
BAB V turut.
KEANGGOTAAN
Pasal 11 Paragraf 2
Dewan Pertimbangan
Jenis keanggotaan PPNI terdiri dari : Pasal 16
a. Anggota PPNI Biasa; (1) Dewan Pertimbangan merupakan badan yang berwenang memberikan arahan,
b. Anggota PPNI Khusus; dan petunjuk dan pertimbangan, saran serta nasihat kepada Pengurus PPNI sesuai
c. Anggota PPNI Kehormatan dengan tingkatannya.
(2)Dewan Pertimbangan dibentuk melalui Keputusan Musyawarah
BAB VI Nasional/Musyawarah Provinsi/Musyawarah Kabupaten/Kota.
STRUKTUR ORGANISASI (3) Dewan Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
Bagian Kesatu a. Dewan Pertimbangan tingkat Pusat;
Umum b. Dewan Pertimbangan tingkat Provinsi; dan
Pasal 12 c. Dewan Pertimbangan tingkat Kabupaten/Kota.

Struktur organisasi PPNI terdiri dari: BAB VII


a. Dewan Pengurus; dan KOLEGIUM DAN BADAN KELENGKAPAN
b. Dewan Pertimbangan. Bagian Kesatu
Kolegium
Paragraf 1 Pasal 17
Dewan Pengurus (1) Kolegium merupakan badan otonom di dalam PPNI.
Pasal 13 (2) Kolegium bertanggung jawab kepada PPNI.
(3) Kolegium berfungsi mengembangkan cabang disiplin ilmu keperawatan dan standar
Dewan Pengurus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a terdiri dari: pendidikan tinggi bagi perawat profesi.
a. Dewan Pengurus Pusat disingkat DPP; (4) Para ketua kolegium menjadi majelis Kolegium.
b. Dewan Pengurus Wilayah Provinsi disingkat DPW Provinsi;
c. Dewan Pengurus Daerah Kabupaten/Kota disingkat DPD Kabupaten/Kota; Bagian Kedua
d. Dewan Pengurus Komisariat disingkat DPK; dan Badan Kelengkapan
e. Dewan Pengurus Perwakilan Luar Negeri disingkat DPLN. Pasal 18
(1) Badan Kelengkapan terdiri dari Ikatan sesuai cabang keilmuan keperawatan, dan
Pasal 14 dapat dibentuk badan lain yang dipandang perlu.
(1) Komposisi Dewan Pengurus terdiri dari Pengurus Harian dan Pengurus (2) Ikatan dan Himpunan tidak memiliki badan hukum tersendiri dan menginduk kepada
Pleno. Badan Hukum PPNI.
(2) Kepengurusan bersifat kolektif kolegial. (3) Ikatan dan Himpunan dalam melakukan kerjasama dengan pihak lain diwajibkan
melalui PPNI.
(4) Ikatan dan Himpunan menjadi pelaksana kerjasama PPNI dengan pihak lain sesuai
substansi yang terdapat dalam kerjasama tersebut.
(5) Ikatan dan Himpunan di tingkat Pusat bertanggungjawab kepada PPNI Pusat;

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
4 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 5 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
(6) Ikatan dan Himpuan di tingkat Provinsi bertanggung jawab kepada Ikatan terkait di Pasal 24
tingkat Pusat
(7) Pembinaan Ikatan dan himpunan dilakukan oleh Dewan Pengurus PPNI sesuai Dalam pelaksanaan tugasnya Majelis Kehormatan Etik Pusat berkoordinasi dengan
tingkatannya DPP.PPNI dan Majelis Kehormatan Etik Provinsi berkoordinasi dengan Majelis
(8) AD/ART Ikatan dan Himpunan harus mendapat persetujuan dari DPP.PPNI. Kehormatan Etik Pusat.
(9) AD/ART Ikatan dan Himpunan setelah mendapatkan persetujuan DPP.PPNI BAB X
berstatus memiliki kekuatan hukum dalam mengatur internal Ikatan dan sepanjang PEMBIAYAAN DAN ASET
tidak bertentangan dengan AD/ART PPNI dan ketentuan yang ditetapkan oleh PPNI. Pasal 25

Pasal 19 Pembiayaan organisasi PPNI bersumber dari:


Masa kepengurusan Ikatan dan Himpunan adalah 5 (lima) tahun. a. uang pangkal;
b. uang iuran wajib;
BAB VIII c. hibah dan sumbangan; dan
BADAN-BADAN LAIN d. usaha-usaha lain yang sah dan tidak mengikat.
Pasal 20
Pasal 26
(1) Dalam organisasi PPNI dapat dibentuk badan-badan lainnya sesuai dengan
kebutuhannya. Pengelolahan aset PPNI akan diatur lebih lanjut dengan peraturan organisasi
(2) Pembentukan badan-badan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan hasil rapat pleno Dewan Pengurus PPNI dan disahkan melalui Surat BAB XI
Keputusan Dewan Pengurus PPNI sesuai dengan tingkatannya. PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI
Bagian Kesatu
BAB IX Perubahan Anggaran Dasar
MAJELIS KEHORMATAN ETIK Pasal 27
Pasal 21
Perubahan anggaran dasar ini, hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Nasional.
Majelis Kehormatan etik terdiri dari:
a. Majelis Kehormatan etik Pusat; dan Bagian Kedua
b. Majelis Kehormatan etik Provinsi. Pembubaran Organisasi
Pasal 28
Pasal 22
(1) Pembubaran organisasi dinyatakan bubar jika disetujui oleh 2/3 peserta hadir
Majelis Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dibentuk oleh Tim melalui suatu Musyawarah Nasional Luar Biasa.
Formatur. (2) Jika organisasi PPNI dibubarkan maka kekayaan organisasi diserahkan kepada
Pasal 23 Lembaga Sosial atau Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(1) Majelis Kehormatan Etik Pusat berkedudukan di ibukota Negara.


(2) Majelis Kehormatan Etik Provinsi berkedudukan di ibukota Provinsi.

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
6 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 7 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 29

Pada saat Anggaran Dasar ini mulai berlaku, semua Badan-badan yang telah terbentuk
dinyatakan masih tetap ada sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 30

Pada saat Anggaran Dasar ini mulai berlaku, semua peraturan-peraturan yang ada dalam
organisasi PPNI dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Anggaran Dasar ini.

Pasal 31

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah ANGGARAN RUMAH TANGGA
Tangga dan Peraturan Organisasi sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar. PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
Pasal 32

Anggaran Dasar ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Kota Palembang


Pada tanggal : 08 Mei, 2015
Pimpinan Musyawarah Nasional IX PPNI
1. Ketua : Arthur D.T.B Lapian, SE., S.Kep., M.Kes
2. Sekretaris : Wawan Arif Sawana, S.Kp., MARS
3. Anggota :
3.1.: H. Sunardi, SKM., M.Kes.
3.2 : Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.AppSc., Ph.D
3.3.: Isak Jurun Hans Tukayo, S.Kp., M.Sc

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
8 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 9 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
BAB I BAB II
KETENTUAN UMUM INDENTITAS ORGANISASI
Pasal 1
Dalam Anggaran Rumah Tangga ini, yang dimaksud dengan: Bagian Kesatu
1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di Bentuk dan Makna Lambang PPNI
dalam maupun di Iuar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan Pasal 2
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
2. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, (1) Gambar bentuk lambang PPNI sebagai berikut:
kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
3. Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat baik sehat maupun sakit
4. Praktik keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh perawat dalam
bentuk asuhan keperawatan (2) Lambang PPNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Lingkaran yang berisi
5. Asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksi perawat dengan klien dan sebuah segi lima dan sebuah lampu yang berlidah api lima cabang dengan tulisan
lingkungannya untuk mencapaian tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian dibingkai pinggir berbunyi PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA-
klien dalam merawat dirinya PPNI.
6. Persatuan Perawat Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat PPNI (3) Komposisi warna lambang PPNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu:
(Indonesian National Nurses Association, INNA) adalah satu-satunya organisasi a. Lingkaran (bidang pinggir) berwarna merah;
profesi yang mewadahi seluruh perawat di wilayah hukum Republik Indonesia yang b. Dasar kuning emas dalam lingkaran;
berdiri sejak tanggal 17 Maret 1974 sebagai fusi dari berbagai organisasi perawat c. Dasar segilima berwarna hijau tua;
yang ada pada saat itu dan telah memiliki badan hukum yang diperkuat Kementerian d. Sisi-sisi segilima berwarna putih;
Hukum dan HAM nomor 93.AH.01.07.2012 e. Badan lampu berundak lima berwarna putih;
7. Anggota adalah perseorangan perawat yang menyatakan bersedia menjadi anggota f. Lidah api berwarna merah; dan
PPNI dan telah memiliki nomor induk registrasi nasional anggota dan memiliki kartu g. Huruf-huruf berwarna putih.
anggota (4) Makna komponen Lambang PPNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu:
8. Anggota biasa adalah perawat Indonesia yang telah memenuhi persyaratan yang a. Lingkaran dengan warna merah: menunjukkan semangat persatuan;
ditentukan oleh PPNI b. Dasar kuning mas dalam lingkaran: keluhuran jiwa dan cinta kasih;
9. Anggota khusus adalah perawat warga negara asing yang bekerja di Indonesia dan c. Segi lima: berkepribadian pancasila;
telah memenuhi persyaratan yang ditentukan PPNI d. Warna hijau tua dalam segilima: kesejahteraan;
10. Anggota kehormatan adalah seseorang yang bukan perawat dan atau telah berjasa e. Lampu warna putih: identitas perawat;
terhadap perkembangan keperawatan di Indonesia f. Lidah api lima cabang berwarna merah: semangat pengabdian yang
11. Pengurus adalah sekumpulan orang yang mendapatkan amanah sebagai eksekutif dilandasi/dijiwai Pancasila; dan
melalui musyawarah untuk mengelola organisasi dalam periode kepengurusan dan g. Warna putih: melambangkan kesucian.
dibuktikan dengan surat keputusan sesuai dengan tingkat kepengurusan (5) Makna lambang PPNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu warga perawat
12. Dewan Pertimbangan adalah sekumpulan orang yang diangkat melalui musyawarah Indonesia yang hidup di negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila
dengan kewenangan memberikan pertimbangan organisasi baik diminta maupun dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mengabdikan
tidak oleh pengurus sesuai tingkatannya dirinya dalam bidang keperawatan dan atau kesehatan dengan itikad dan kesadaran
13.Organisasi profesi adalah kumpulan individu yang mempunyai karakteristik pengabdian yang suci disertai dengan keluhuran jiwa dan cinta kasih senantiasa
pekerjaan yang sama untuk mencapai tujuan bersama. menunaikan dharma baktinya terhadap negara dan Bangsa Indonesia serta
14. Peraturan organisasi adalah pedoman penyelenggaraan pengelolaan organisasi yang kemaslahatan umat dunia.
merupakan penjabaran dari AD/ART.

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
10 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 11 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
Bagian Kedua (5) Pataka digunakan dalam acara pelantikan dan serah terima Ketua PPNI terpilih dari
Penggunaan Lambang Organisasi tingkat pusat sampai komisariat.
Pasal 3
(1) Lambang organisasi PPNI wajib dicantumkan dalam bentuk Pataka, Bendera PPNI, Paragraf 2
Kop Surat PPNI, dan Stempel. Bendera
(2) Lambang organisasi dipergunakan pada berbagai kegiatan organisasi, yakni: Pasal 6
Musyawarah Nasional; Musyawarah Provinsi; Musyawarah Kabupaten/Kota; dan
kegiatan lain yang mengatasnamakan PPNI dengan persetujuan Dewan Pengurus (1) Bendera PPNI berwarna putih dengan logo PPNI dibagian tengah.
PPNI sesuai jenjang kepengurusan.
(2) Ukuran panjang 120 cm dan lebar 90 cm.
(3) Lambang organisasi digunakan dari PPNI tingkat pusat sampai komisariat dengan
bentuk dan warna sesuai ketentuan Pasal 2, dan dibawah lambang dicantumkan (3) Bendera PPNI wajib selalu dipasang di Sekretariat Pengurus PPNI.
nama sesuai tingkat kepengurusan PPNI. (4) Pada acara resmi PPNI wajib memasang Bendera PPNI dan Bendera Merah Putih,
(4) Pemakaian lambang atau logo PPNI di luar anggota dan juga pengurus PPNI tingkat yang ditempatkan di sebelah kanan podium dengan susunan Bendera Merah Putih
Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan komisariat harus seizin PPNI. paling kanan, diikuti bendera PPNI dan Pataka PPNI.
(5) Pemakaian lambang atau logo PPNI tanpa izin PPNI, dapat dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Paragraf 3
(6) Lambang organisasi dapat dipasang pada Poster, Spanduk, Leaflet dan bentuk Mars PPNI
lainnya selama tidak mengurangi martabat organisasi. Pasal 7
(7) DPP.PPNI, DPW Provinsi, DPD Kabupaten/Kota dan DPK, DPLN, Pengurus
Ikatan/Himpunan/Kolegium, MKEK, dan Badan-Badan Lain yang dibentuk PPNI Mars PPNI wajib dikumandangkan dalam setiap acara resmi PPNI, Ikatan, Himpunan,
dapat menggunakan lambang organisasi. dan Kolegium.
(8) Pihak lain yang tidak tercantum sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat
menggunakan lambang PPNI dengan ijin dan persetujuan DPP.PPNI/DPW Provinsi. Paragraf 4
Stempel dan Kop Surat
Bagian Ketiga
Pasal 8
Kelengkapan Organisasi
Pasal 4
Kelengkapan Organisasi PPNI terdiri dari: Stempel dan Kop Surat PPNI digunakan dalam setiap surat menyurat resmi yang
a. Pataka; mengatasnamakan PPNI sesuai jenjang kepengurusan, baik di tingkat Pusat, Provinsi,
b. Bendera; Kabupaten/Kota.
c. Mars PPNI;
d. Stempel dan Kertas Kop PPNI; Paragraf 5
e. Jas, Rompi dan Batik PPNI; dan Jas, Rompi, dan Batik PPNI
f. Lencana/Pin. Pasal 9

Paragraf 1 (1) Jas PPNI wajib dikenakan pada pembukaan musyawarah, rapat kerja, audiensi
Pataka kepada institusi di luar PPNI, dan mewakili PPNI dalam memenuhi undangan acara
Pasal 5 resmi.
(1) Pataka merupakan simbol kekuatan organisasi PPNI dan lambang komando dari (2) Rompi PPNI digunakan dalam kegiatan lapangan yang mengatasnamakan PPNI.
organisasi. (3) Batik PPNI digunakan dalam berbagai kegiatan ilmiah PPNI.
(2) Pataka PPNI berwarna putih dengan logo PPNI pada bagian tengah, bagian sisi (4) Jas, Rompi, dan Batik PPNI berwarna dasar merah marun.
samping dan bawah memiliki aksesoris (umbai) berwarna kuning emas.
(5) Jas dan Rompi PPNI sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikenakan oleh seluruh
(3) Pataka berbentuk segi lima dengan ukuran sisi atas 60 cm, sisi kanan kiri 70 cm, garis
tengah 80 cm. anggota PPNI dan atau anggota Ikatan.
(4) Pataka wajib dimiliki oleh Pengurus PPNI dari tingkat pusat sampai tingkat
komisariat.

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
12 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 13 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
Paragraf 6 (7) Pembagian dari hasil kerjasama dengan inisiasi dari DPP PPNI adalah 50% (lima
Pin/Lencana PPNI puluh persen) untuk DPP.PPNI dan 50% (lima puluh persen) untuk pelaksana
Pasal 10 kerjasama. Pengaturan lebih lanjut akan diatur dalam peraturan organisasi.
(1) Pin/Lencana PPNI hanya dikenakan pada saat mengenakan jas PPNI dengan posisi di
dada sebelah kiri atas. BAB IV
(2) Ukuran dan bentuk Pin/lencana akan diatur dalam peraturan organisasi. KEANGGOTAAN
Bagian Kesatu
BAB III Jenis Keanggotaan
KEGIATAN DAN KERJASAMA Pasal 14
Bagian Kesatu Jenis Keanggotaan PPNI terdiri dari:
Bentuk Kegiatan a. Anggota Biasa adalah ;
Pasal 11 b. Anggota Khusus; dan
Bentuk kegiatan yang dilaksanakan PPNI antara lain: c. Anggota Kehormatan.
a. Kegiatan ilmiah:
b. Kegiatan sosial Bagian Kedua
c. Kegiatan usaha Persyaratan Anggota
Pasal 15
Pasal 12 Persyaratan untuk menjadi Anggota Biasa PPNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
(1) Bentuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a antara lain seminar,
huruf a meliputi:
pelatihan, workshop, penelitian, semiloka
a.Warga Negara Indonesia;
(2) Bentuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b antara lain bakti
b.Memiliki ijazah pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di Iuar negeri
social, santunan, kegiatan pengabdian masyarakat
(3) Bentuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c antara lain badan yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
usaha undangan; atau memiliki ijazah pendidikan SPK atau SPR dalam jangka waktu
selambat-lambatnya tahun 2020
Bagian Kedua c.Menyatakan diri untuk menjadi anggota PPNI melalui proses pendaftaran anggota
Kerjasama pada Pengurus Kab/Kota atau Komisariat;
Pasal 13 d.Mengisi dan menandatangani surat persetujuan bersedia mengikuti dan mentaati
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PPNI dan Kode Etik
(1) Pihak lain baik perseorangan dan atau lembaga dapat bekerjasama dengan DPP.PPNI Keperawatan Indonesia; dan
atas dasar saling menguntungkan. e.Bersedia aktif mengikuti kegiatan organisasi yang dilaksanakan PPNI dan atau Ikatan
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk dan atau Himpunan di bawah PPNI.
perjanjian tertulis.
(3) Perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan Pasal 16
antara pihak lain dan DPP.PPNI sebagai pihak yang menandatangani perjanjian Persyaratan untuk menjadi Anggota Khusus PPNI sebagaimana dimaksud dalam
dimaksud. Pasal 14 huruf b meliputi:
(4) DPP.PPNI, DPW Provinsi, DPD Kabupaten/Kota dan atau DPK dapat menjadi a.Perawat warga negara asing yang bekerja di Indonesia dan telah memenuhi
pelaksana perjanjian dari pihak PPNI dengan mandat yang diberikan oleh ketentuan Pemerintah RI dan telah mengikuti proses adapatasi sesuai peraturan
DPP.PPNI. perundangan.
(5) Inisiatif kerjasama yang berasal dari PPNI dapat berasal dari DPP.PPNI, DPW b.Memiliki surat pernyataan yang menunjukkan bahwa pengusul memiliki perilaku
Provinsi, DPD Kabupaten/Kota dan atau dari DPK, DPLN, Pengurus Ikatan dan atau etis yang baik dari organisasi profesi negara asal;
Himpunan/Kolegium, MKEK, dan Badan-Badan Lain yang dibentuk PPNI. c.Telah teregistrasi di negara asal;
(6) Pembagian hasil kerjasama yang berupa materi adalah 70% (tujuh puluh persen) d.Menyatakan diri untuk menjadi angota PPNI melalui proses pendaftaran anggota
untuk pelaksana kegiatan dan 30% (tiga puluh persen) untuk DPP PPNI. pada Pengurus Kabupaten/Kota atau Komisariat;

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
14 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 15 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
e. mengisi dan menandatangani surat persetujuan bersedia mengikuti dan mentaati Bagian Keempat
AD/ART PPNI dan Kode Etik Keperawatan Indonesia; dan Kewajiban Anggota
f. aktif mengikuti kegiatan organisasi yang dilaksanakan PPNI dan atau Ikatan dan atau Pasal 20
Himpunan di bawah PPNI. Setiap Anggota PPNI wajib:
Pasal 17 a. menjunjung tinggi, menaati dan mengamalkan Sumpah perawat, Kode Etik Perawat
Persyaratan untuk menjadi Anggota Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal Indonesia, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan semua peraturan serta
14 huruf c diberikan kepada setiap Warga Negara Indonesia yang telah berjasa terhadap Keputusan PPNI;
perkembangan keperawatan dan/atau organisasi PPNI dan diatur dalam peraturan b. membayar uang pangkal dan iuran tahunan, kecuali anggota kehormatan;
organisasi. c. menghadiri rapat-rapat atas undangan Pengurus PPNI; dan
Bagian Ketiga d. Anggota wajib memberikan informasi yang benar sesuai kebutuhan kepada pengurus
Tata Cara Penerimaan Anggota sesuai keangotaannya.
Pasal 18
Tata cara penerimaan Anggota Biasa dan Anggota Khusus PPNI sebagaimana dimaksud Bagian Kelima
dalam Pasal 14 huruf a dan huruf b antara lain: Hak Anggota
a. mendaftarkan diri untuk menjadi anggota PPNI di DPK atau DPLN, apabila belum Pasal 21
Setiap Anggota PPNI berhak:
terbentuk DPK dapat mendaftarkan diri ke DPD Kabupaten/Kota;
a. mengajukan pendapat, usul atau pertanyaan baik lisan maupun tertulis kepada
b. mengisi dan menandatangani: formulir pendaftaran anggota, formulir kesediaan
pengurus PPNI, mengikuti seluruh kegiatan organisasi, memilih dan dipilih sesuai
mengikuti kegiatan PPNI dan mentaati AD/ART PPNI serta formulir kesediaan jenjang kepengurusan organisasi.
mentaati Kode Etik Perawat Indonesia; b. mendapatkan kesempatan menambah atau mengembangkan ilmu dan keterampilan
c. DPD Kabupaten/ Kota dan atau DPLN dapat menerima calon anggota tersebut keperawatan yang diselenggarakan organisasi sesuai program dan kemampuan
apabila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan berdasarkan Peraturan organisasi serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan
Organisasi ini; c. mendapatkan perlindungan dan pembelaan dalam melaksanakan tugas organisasi dan
d. DPD Kabupaten/Kota dan atau DPLN mengusulkan diterbitkannya Nomor Induk profesi, apabila memenuhi:
Anggota dan kartu anggota bagi anggota yang telah diterima kepada DPP.PPNI; dan 1. AD/ART;
e. keanggotaan PPNI selanjutnya diatur dalam Pedoman Sistem Informasi Keanggotaan 2. Kode Etik Perawat Indonesia;
PPNI secara Nasional. 3. Standar Kompetensi;
4. Standar Praktik;
Pasal 19 5. Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku; dan
Tata cara pengangkatan Anggota Kehormatan PPNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. Ketentuan organisasi.
14 huruf c antara lain: d. mendapatkan pembelaan terhadap kasus yang terkait dengan masalah hukum dalam
a. diusulkan oleh DPD Kabupaten/Kota dengan persetujuan DPW Provinsi atau DPW lingkup praktik keperawatan, apabila anggota tersebut telah memenuhi kewajiban
Provinsi kepada DPP.PPNI atau diusulkan langsung oleh DPP.PPNI, dan wajib sebagai anggota.
dilengkapi dengan data pendukung bahwa yang bersangkutan berjasa bagi Profesi e. Anggota Khusus dan anggota Kehormatan tidak dapat memilih dan dipilih.
keperawatan dan atau PPNI
b. DPP.PPNI mengadakan rapat pleno khusus untuk membahas usulan calon anggota Bagian Keenam
kehormatan yang diusulkan DPD Kabupaten/Kota yang telah dilengkapi lembar Pemberhentian Anggota
persetujuan dari DPW Provinsi. Pasal 22
c. DPP.PPNI memutuskan dapat menerima atau menolak usulan tersebut. Anggota berhenti keanggotaannya apabila:
d. DPP.PPNI wajib mengundang calon anggota kehormatan tersebut untuk mengikuti a. Meninggal dunia;
acara pengesahan dalam forum Musyawarah Nasional dan atau Rapat Kerja Nasional, b. Permintaan sendiri secara tertulis, setelah melakukan konsultasi dengan DPD
apabila usulan diterima Kabupaten/Kota yang membidangi organisasi;
e. Anggota kehormatan yang telah disyahkan diberikan nomor induk Anggota c. diberhentikan oleh DPP.PPNI atas usul Dewan Pertimbangan dan atau Majelis
Kehormatan dan Kartu Anggota kehormatan oleh DPP.PPNI. Kehormatan Etik Keperawatan setempat setelah terbukti berbuat hal-hal yang
merugikan organisasi; dan

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
16 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 17 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
d. bagi perawat warga negara asing yang kembali ke negara asal dan atau telah berakhir (2) Pengkaderan Anggota PPNI dilakukan melalui mekanisme evaluasi:
masa tugasnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. a. prestasi, dedikasi dan loyal terhadap PPNI;
Bagian Ketujuh b. bakat, pengetahuan dan pengalaman memimpin organisasi keperawatan;
Tata Cara Pemberhentian Anggota c. pendidikan dan atau pelatihan kepemimpinan; dan
Pasal 23 d. sanksi organisasi.
(1) Pemberhentian atas permintaan sendiri harus dilakukan dengan pemberitahuan (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengkaderan sebagaimana dimaksud pada
secara tertulis kepada DPD Kabupaten/Kota di tempat ia terdaftar, dalam jangka ayat (1) diatur dengan Peraturan Organisasi.
waktu 30 hari sebelum tanggal diberhentikan
(2) Seorang anggota dapat dikenakan pemberhentian sementara oleh DPD Bagian Kesepuluh
Kabupaten/Kota setelah didahului dengan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali Sanksi
dengan jarak waktu masing-masing 1 (satu) bulan dengan tembusan kepada DPW Pasal 26
Provinsi dan DPP.PPNI, apabila tidak melakukan kewajiban sebagai anggota selama (1) Anggota yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
2 (dua) tahun berturut-turut. dapat diberikan sanksi.
(3) Seorang anggota dapat dikenakan pemberhentian langsung oleh DPP.PPNI tanpa (2) Sanksi yang dapat diberikan bagi anggota yang tidak melaksanakan kewajiban
pemberitahuan sebelumnya, setelah mendapat masukan dari tim penilai DPP.PPNI. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
Apabila yang bersangkutan telah terbukti melakukan tindakan kriminal yang a. teguran lisan;
memiliki kekuatan hukum tetap (inkrah), kemudian memberitahukan kepada DPW b. teguran tertulis;
Provinsi dan DPD Kabupaten/Kota. c. penghentian sementara dari keanggotaan; dan
(4) Paling lama 6 (enam) bulan setelah penetapan pemberhentian sementara, DPD d. penghentian permanen dari keanggotaan.
Kabupaten/Kota dapat merehabilitasi kembali apabila sudah ada perubahan ke arah (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi sebagaimana dimaksud
perbaikan pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Organisasi.
(5) Paling lambat 6 (enam) bulan setelah penetapan pemberhentian sementara, DPD
Kabupaten/Kota mengusulkan pemberhentian tetap dengan persetujuan DPW Bagian Kesebelas
Provinsi dan diusulkan penetapan kepada DPP.PPNI, apabila tidak menunjukkan Kartu Anggota
perubahan kearah perbaikan. Pasal 27
(6) Dalam kondisi luar biasa yang mengancam organisasi, DPP.PPNI dapat melakukan (1) Setiap anggota PPNI diberikan Kartu Tanda Anggota (KTA)
pemberhentian langsung, kemudian memberitahukan kepada DPW Provinsi dan (2) Kartu Tanda Anggota (KTA) dikeluarkan dan ditandatangani oleh Kabupaten/Kota
DPD Kabupaten/Kota. dan Kartu Tanda Anggota di luar negeri ditandatangani oleh Ketua DPLN.
(3) Nomor Induk Registrasi Anggota (NIRA) dikeluarkan oleh DPP.PPNI sesuai
Bagian Kedelapan kodifikasi KTA.
Pembelaan (4) Masa berlaku Kartu Tanda Anggota (KTA) selama 5 (lima) tahun.
Pasal 24
(1) Anggota yang diberhentikan sementara dapat membela diri di hadapan rapat pleno BAB V
DPD Kabupaten/Kota, DPW Provinsi atau DPP.PPNI. STRUKTUR ORGANISASI
(2) Rapat pleno DPD Kabupaten/Kota, DPW Provinsi atau DPP.PPNI, memutuskan Bagian Kesatu
pembelaan anggota yang diberhentikan sementara pada ayat (1) dapat diterima atau Umum
ditolak. Pasal 28
(3) Khusus untuk Keputusan pemberhentian langsung oleh DPP.PPNI sebagaimana (1) Struktur Organisasi PPNI terdiri dari Dewan Pengurus dan Dewan Pertimbangan.
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) bersifat final dan mengikat. (2) Dewan Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Dewan Pengurus Pusat;
Bagian Kesembilan b. Dewan Pengurus Wilayah Provinsi;
Pengkaderan c. Dewan Pengurus Daerah Kabupaten/Kota;
Pasal 25 d. Dewan Pengurus Komisariat; dan
(1) Pengkaderan dilakukan sebagai upaya menyiapkan kader-kader pemimpin PPNI. e. Dewan Pengurus Perwakilan Luar Negeri.

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
18 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 19 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
(3) Dewan Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari: 8. Ketua Departemen Pelayanan; dan
a. Dewan Pertimbangan Pusat; 9. Ketua Departemen Kesejahteraan.
b. Dewan Pertimbangan Provinsi; dan Bagian Ketiga
c. Dewan Pertimbangan Kabupaten/Kota. Dewan Pengurus Provinsi
Bagian Kedua Pasal 30
Dewan Pengurus Pusat (1) Dewan Pengurus Wilayah Provinsi terdiri dari Pengurus Harian dan Pengurus Pleno.
Pasal 29 (2) Pengurus Harian terdiri dari Ketua, para Wakil Ketua, Sekretaris, dan Bendahara.
(1) Dewan Pengurus Pusat terdiri dari Pengurus Harian dan Pengurus Pleno. (3) Pengurus Pleno terdiri dari Pengurus Harian dan para Ketua Divisi.
(2) Pengurus Harian terdiri dari Ketua umum, para Ketua Bidang, Sekretaris Jenderal, (4) Komposisi Dewan Pengurus Wilayah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Sekretaris, Bendahara umum, dan Koordinator Wilayah. terdiri dari:
(3) Pengurus Pleno terdiri dari Pengurus Harian dan para Ketua Departemen. a. Ketua;
(4) Komposisi Dewan Pengurus Pusat terdiri dari: b. Wakil Ketua, yang terdiri dari:
a. Ketua Umum; 1. Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Kaderisasi;
b. Ketua DPP terdiri dari: 2. Wakil Ketua Bidang Hukum dan Pemberdayaan Politik;
1. Ketua DPP bidang Organisasi dan Kaderisasi; 3. Wakil Ketua Bidang Hubungan antar Lembaga;
2. Ketua DPP bidang Hukum dan Pemberdayaan Politik; 4. Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan;
3. Ketua DPP bidang Hubungan Dalam Negeri/antar Lembaga; 5. Wakil Ketua Bidang Penelitian dan Sistem Infromasi dan Komunikasi;
4. Ketua DPP bidang Hubungan Luar Negeri; 6. Wakil Ketua Bidang Pelayanan; dan
5. Ketua DPP bidang Pendidikan dan Pelatihan; 7. Wakil Ketua Bidang Kesejahteraan.
6. Ketua DPP bidang Penelitian; c. Sekretaris yang dibantu oleh seorang wakil sekretaris.
7. Ketua DPP bidang Sistem Informasi dan Komunikasi; d. Bendahara yang dibantu oleh seorang wakil bendahara.
8. Ketua DPP bidang Pelayanan; dan e. Divisi-divisi yang terdiri dari:
9. Ketua DPP bidang Kesejahteraan. 1. Ketua Divisi Organisasi dan Kaderisasi;
c. Sekretaris Jenderal terdiri dari: 2. Ketua Divisi Hukum & Pemberdayaan Politik;
1. Sekretaris I; 3. Ketua Divisi Hubungan antar Lembaga;
2. Sekretaris II; dan 4. Ketua Divisi Pendidikan dan Pelatihan;
3. Sekretaris III. 5. Ketua Divisi Penelitian dan Sistem Infromasi dan Komunikasi;
d.Bendahara Umum terdiri dari: 6. Ketua Divisi Pelayanan; dan
1. Bendahara I; dan 7. Ketua Divisi Kesejahteraan.
2. Bendahara II.
e. Koordinator Wilayah disingkat KORWIL meliputi:
Bagian Keempat
1. Wilayah 1: Sumatera
Dewan Pengurus Kabupaten/Kota
2. Wilayah 2: Jawa
Pasal 31
3. Wilayah 3: Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur
4. Wilayah 4: Kalimantan (1) Dewan Pengurus Kabupaten/Kota terdiri dari Pengurus Harian dan Pengurus Pleno.
5. Wilayah 5: Sulawesi (2) Pengurus Harian terdiri dari Ketua, para Wakil Ketua, Sekretaris, dan Bendahara.
6. Wilayah 6: Maluku dan Maluku Utara (3) Pengurus Pleno terdiri dari Pengurus Harian dan para Ketua Divisi.
7. Wilayah 7: Papua dan Papua Barat (4) Komposisi Pengurus Kabupaten/Kota terdiri dari :
f. Ketua Departemen terdiri dari: a. Ketua;
1. Ketua Departemen Organisasi dan Kaderisasi; b. Wakil Ketua yang terdiri dari:
2. Ketua Departemen Hukum dan Pemberdayaan Politik; 1. Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Kaderisasi;
3. Ketua Departemen Hubungan Dalam Negeri/antar Lembaga; 2. Wakil Ketua Bidang Hukum dan Pemberdayaan Politik;
4. Ketua Departemen Hubungan Luar Negeri; 3. Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan;
5. Ketua Departemen Pendidikan dan Pelatihan; 4. Wakil Ketua Bidang Penelitian dan Sistem Informasi dan komunikasi;
6. Ketua Departemen Penelitian; 5. Wakil Ketua Bidang Pelayanan;
7. Ketua Departemen Sistem Informasi dan Komunikasi; 6. Wakil Ketua Bidang Hubungan antar Lembaga; dan

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
20 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 21 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
7. Wakil Ketua Bidang Kesejahteraan. Bagian Ketujuh
c. Sekretaris dibantu oleh seorang wakil sekretaris Dewan Pertimbangan
d. Bendahara dibantu oleh seorang wakil bendahara Pasal 34
e. Divisi-divisi yang terdiri dari: Dewan Pertimbangan dibentuk melalui Keputusan Musyawarah Nasional/Musyawarah
1. Ketua Divisi Organisasi dan Kaderisasi; Wilayah/Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota.
2. Ketua Divisi Hukum dan Pemberdayaan Politik; Pasal 35
3. Ketua Divisi Pendidikan dan Pelatihan; (1) Dewan Pertimbangan berada di tingkat Pengurus Pusat, Pengurus Provinsi dan
4. Ketua Divisi Penelitian dan Sistem Informasi dan Komunikasi; Pengurus Kabupaten/Kota.
5. Ketua Divisi Pelayanan; (2) Komposisi Dewan Pertimbangan terdiri dari:
6. Ketua Divisi Hubungan antar Lembaga; dan a. Ketua;
7. Ketua Divisi Kesejahteraan. b. Wakil Ketua;
Bagian Kelima c. Sekretaris; dan
Dewan Pengurus Komisariat d. Anggota.
Pasal 32 (3) Anggota Dewan Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d paling
(1) Dewan Pengurus Komisariat merupakan bagian dari Pengurus Kabupaten/Kota pada sedikit berjumlah 2 (dua) orang paling banyak 4 (empat) orang.
institusi tertentu yang anggotanya sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) orang.
(2) Pengurus Komisariat PPNI terdiri dari: BAB VI
a. Ketua SYARAT PENGURUS DAN DEWAN PERTIMBANGAN
b. Sekretaris Pasal 36
c. Bendahara Untuk menjadi pengurus organisasi PPNI harus memenuhi persyaratan antara lain:
d. Seksi-seksi yang terdiri dari: a. Pernah menjadi pengurus PPNI/Ikatan/Himpunan/Kolegium.
1. Seksi Organisasi, Kaderisasi dan Hukum; b. berasal dari anggota yang berpengalaman dan mempunyai jujur, visioner,
2. Seksi Pendidikan dan Pelatihan; kepribadian yang baik, berprestasi, dedikasi, memiliki kemampuan kepemimpinan
3. Seksi Penelitian, Sistem Informasi, dan Komunikasi; organisasi dan loyalitas yang tinggi terhadap PPNI;
4. Seksi Hubungan antar Lembaga; c. mampu bekerjasama secara kolektif, mampu meningkatkan dan mengembangkan
5. Seksi Pelayanan; dan peranan PPNI dalam pelayanan keperawatan professional dalam menunjang
6. Seksi Kesejahteraan. pengembangan pelayanan kesehatan khususnya dan Pengembangan Nasional
umumnya;
Bagian Keenam d. memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi dan profesi; dan
Dewan Pengurus Perwakilan Luar Negeri e. Sanggup bekerja aktif dalam organisasi.
Pasal 33
(1) Susunan Dewan Pengurus Perwakilan Luar Negeri terdiri dari: BAB VII
a. Ketua Perwakilan PPNI di negara (ditulis nama negaranya); PEMBENTUKAN PENGURUS
b. Sekretaris; Pasal 37
c. Bendahara; (1) Dewan Pengurus Pusat dibentuk melalui Munas.
d. Ketua Bidang Organisasi, Hukum, dan Kerjasama; (2) Dewan Pengurus Wilayah Provinsi dibentuk melalui Muswil
e. Ketua Bidang Pendidikan, Pelayanan, dan Kesejahteraan; dan (3) Dewan Pengurus Daerah Kabupaten/Kota dibentuk melalui Musda.
f. Ketua Departemen dan anggota dapat dibentuk sesuai kebutuhan. (4) Dewan Pengurus Komisariat dibentuk melalui Muskom
(2) Pembentukan wilayah se-tingkat Kabupaten/Kota di Luar Negeri bisa dibentuk (5) Dewan Pengurus Perwakilan Luar Negeri dibentuk oleh MusLN
setelah mendapat persetujuan DPP.PPNI.

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
22 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 23 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
BAB VIII a. Surat Keputusan Munas/Muswil/Musda/Muskom/MusLN/Rapat Anggota;
PEMBENTUKAN PENGURUS DAN DEWAN PERTIMBANGAN DI b. Pataka;
WILAYAH PEMEKARAN c. Meja dan Alat Tulis;
Bagian Kesatu d. Naskah Pelantikan; dan
Pembentukan Pengurus e. Berita Acara Pelantikan.
Paragraf 1
Pengurus Provinsi (2) Pelantikan Pengurus lengkap, Dewan Pertimbangan, MKEK, Majelis Kolegium,
Pasal 38 Kolegium, Ikatan dan atau Himpunan terdiri dari:
Pembentukan Dewan Pengurus Provinsi pada daerah Provinsi hasil Pemekaran a. Surat Keputusan DPP.PPNI/DPW Provinsi/DPD Kabupaten/Kota/Majelis
dilakukan dengan cara: Kolegium/Kolegium/Ikatan dan atau Himpunan.
a. Diusulkan oleh DPW Provinsi sebelumnya (induk) kepada DPP.PPNI atas permintaan b. Pataka;
DPD Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi pemekaran pada rapat kerja wilayah c. Meja dan Alat Tulis;
Provinsi khusus yang membahas tentang rencana pemekaran; d. Naskah Pelantikan; dan
b. Setalah mendapatkan persetujuaan DPP.PPNI, DPW Provinsi sebelumnya (induk) e. Berita Acara Pelantikan.
membentuk DPW Provinsi melakukan Musyawarah Wilayah Khusus;
c. Kepengurusan hasil pembentukan Musyawarah Khusus DPW Provinsi disampaikan Bagian Kedua
kepada DPP.PPNI untuk mendapat pengesahan; Pelantikan Pengurus
d.DPP.PPNI melantik DPW Provinsi hasil musyawarah wilayah khusus tersebut Pasal 41
berdasarkan surat keputusan DPP PPNI
(1) Pelantikan Dewan Pengurus Pusat:
Paragraf 2 a. Ketua Umum DPP.PPNI dilantik oleh Pimpinan Munas dalam Sidang Paripurna
Pengurus Kabupaten/Kota pelantikan Ketua Umum terpilih.
Pasal 39 b. Dewan Pengurus Pusat PPNI, Dewan Pertimbangan Pusat PPNI, Ketua MKEK
Pembentukan DPD Kabupaten/Kota pada daerah Kabupaten/Kota hasil pemekaran Pusat. PPNI dan Ketua Badan Kelengkapan Pusat dilantik oleh Ketua Umum
dilakukan dengan cara: DPP.PPNI
a. Diusulkan oleh DPD Kabupaten/Kota sebelumnya (induk) kepada DPW Provinsi atas (2) Pelantikan Dewan Pengurus Provinsi:
permintaan DPK wilayah Kabupaten pemekaran pada rapat kerja wilayah Provinsi a. Ketua DPW Provinsi dilantik oleh Ketua Umum atau DPP.PPNI yang mendapat
khusus yang membahas tentang rencana pemekaran; mandat dari Ketua Umum DPP PPNI dalam Muswil
b. Setalah mendapatkan persetujuaan DPW PPNI, DPD Kabupaten/Kota sebelumnya b. Pengurus Harian dan Pengurus Pleno DPW Provinsi, Dewan Pertimbangan
(induk) membentuk DPD Kabupaten/Kota melakukan Musyawarah Daerah Khusus; Provinsi, MKEK Provinsi, dan Ketua Badan Kelengkapan Provinsi dilantik oleh
c. Kepengurusan hasil pembentukan musyawarah khusus DPD Kabupaten/Kota Ketua DPW Provinsi atas nama DPP.PPNI.
disampaikan kepada DPW Provinsi untuk mendapat pengesahan; (3) Pelantikan Dewan Pengurus Kabupaten/Kota:
d. DPW Provinsi melantik Pengurus Kabupaten/Kota hasil Musyawarah Daerah a. Ketua DPD Kabupaten/Kota dilantik oleh Ketua DPW Provinsi atau DPW
Khusus tersebut berdasarkan surat keputusan DPP.PPNI Propinsi yang mendapatkan mandat dari Ketua DPW Provinsi dalam Musda
b. Pengurus Harian dan Pengurus Pleno DPD Kabupaten/Kota, Dewan
BAB IX Pertimbangan Kabupaten/Kota, dilantik oleh Ketua DPD Kabupaten/Kota atas
PELANTIKAN PENGURUS nama DPW Provinsi.
Bagian Kesatu (4) Dewan Pengurus Komisariat dilantik oleh Ketua DPD Kabupaten/Kota dalam Rapat
Syarat Pelantikan Anggota.
Pasal 40 (5) Dewan Pengurus Perwakilan Luar Negeri dilantik oleh Ketua Umum DPP.PPNI atau
(1) Pelantikan Ketua Umum DPP.PPNI/Ketua DPW Provinsi/Ketua DPD DPP.PPNI yang mendapat mandat dari Ketua Umum DPP PPNI.
Kabupaten/Kota/Ketua DPK/Ketua DPLN terdiri dari:

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
24 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 25 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
Bagian Ketiga Catatan :
Tata Cara Pelantikan 1. Untuk pelantikan Ketua Umum DPP.PPNI
Pasal 42 * diisi dengan kata-kata "Musyawarah Nasional ....
(1) Dewan Pengurus Pusat PPNI, Dewan Pertimbangan Pusat, MKEK Pusat, dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia"
Majelis Kolegium dilantik oleh Ketua Umum DPP.PPNI dalam acara khusus ** diisi dengan kata-kata Ketua Umum DPP.PPNI
Pelantikan DPP.PPNI, Dewan Pertimbangan Pusat, MKEK Pusat, dan Majelis *** diisi dengan kata-kata Musyawarah Nasional
Kolegium; *** diisi dengan nomor SK Pimpinan Munas
(2) Personel pengurus lengkap Kolegium dilantik oleh Ketua Majelis Kolegium atau ***** diisi dengan nama tempat Munas, tanggal, dan tahun
Pengurus Kolegium dalam acara khusus pelantikan Pengurus Kolegium; ****** diisi dengan nama yang melantik dan jabatan dalam pimpinan
(3) Pelantikan Ketua Ikatan dan atau Himpunan dilakukan oleh Ketua Umum DPP.PPNI Musyawarah
pada acara Kongres Nasional Ikatan dan atau Himpunan; 2. Untuk pelantikan Ketua DPW Propinsi
(4) Pelantikan Ketua DPW Provinsi terpilih dilaksanakan oleh Ketua Umum DPP.PPNI * diisi dengan kata-kata "Musyawarah Wilayah Propinsi ....
atau DPP.PPNI yang mendapat mandat dari Ketua Umum DPP PPNI dalam sidang Persatuan Perawat Nasional Indonesia"
Pleno Pelantikan Ketua DPW Provinsi terpilih dalam acara Muswil; ** diisi dengan kata-kata Ketua Umum DPP.PPNI
(5) Personel pengurus lengkap DPW Propinsi PPNI, Dewan Pertimbangan Propinsi, dan *** diisi dengan kata-kata Ketua DPW Propinsi
MKEK Propinsi dilantik oleh Ketua DPW Propinsi PPNI dalam acara khusus **** diisi dengan nomor SK Pimpinan Muswil
Pelantikan DPW, Dewan Pertimbangan Propinsi, dan MKEK Provinsi; ***** diisi dengan nama tempat Muswil, tanggal, dan tahun
(6) Pelantikan Ketua DPD Kabupaten/Kota PPNI dilantik oleh Ketua DPW Provinsi ****** diisi dengan nama yang melantik dan jabatan dalam pimpinan
atau DPW Propinsi yang mendapatkan mandat dari Ketua DPW Provinsi dalam Musyawarah
Sidang Pleno Pelantikan Ketua DPD Kabupaten/Kota terpilih dalam acara Musda; 3. Untuk pelantikan Ketua DPD Kabupaten/Kota
(7) Personel Pengurus lengkap DPD Kabupaten/Kota PPNI dan Dewan Pertimbangan * diisi dengan kata-kata "Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota ....
Kabupaten/Kota dilantik oleh Ketua DPD Kabupaten/Kota PPNI dalam acara Persatuan Perawat Nasional Indonesia"
khusus Pelantikan DPD, Dewan Pertimbangan Kabupaten/Kota; dan ** diisi dengan kata-kata Ketua DPW Propinsi
(8) Personel Pengurus Lengkap DPLN dilantik oleh Ketua Umum DPP.PPNI atau *** diisi dengan kata-kata Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota
DPP.PPNI yang mendapat mandat dari Ketua Umum DPP PPNI.dalam acara khusus **** diisi dengan nomor SK Pimpinan Musda
Pelantikan DPLN. ***** diisi dengan nama tempat Musda, tanggal dan tahun
****** diisi dengan nama yang melantik dan jabatan dalam pimpinan
Bagian Keempat Musyawarah
Naskah Pelantikan 4. Untuk pelantikan Ketua DPK
Pasal 43
* diisi dengan kata-kata "Rapat Anggota ....
KOP*
Persatuan Perawat Nasional Indonesia"
NASKAH PELANTIKAN
Bismillaahir rahmaanir rahiim ** diisi dengan kata-kata Ketua DPD Kabupaten/Kota
Pada hari…………tanggal…..bulan…….tahun…………..bertempat di…………….. *** diisi dengan kata-kata Rapat Anggota
Saya atas nama ....................**Persatuan Perawat Nasional Indonesia ke ...melantik **** diisi dengan nomor SK Pimpinan Rapat Anggota
Saudara sebagai ..........***Persatuan Perawat Nasional Indonesia sesuai dengan Surat ***** diisi dengan Nama tempat Musyawarah Komisariat (Muskom), tanggal, dan
Keputusan Pimpinan Munas/Muswil/Musda/ Nomor : ...............**** tahun
****** diisi dengan Nama yang melantik dan jabatan dalam pimpinan Rapat
Memberikan kewenangan dan tanggung jawab organisasi untuk dapat dilaksanakan Anggota
dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab. 5. Untuk pelantikan Ketua DPLN
* diisi dengan kata-kata "Musyawarah Luar Negeri
Semoga Allah SWT memberikan petunjuk dan kekuatan serta ridhoNya. Persatuan Perawat Nasional Indonesia"
** diisi dengan kata-kata Ketua Umum DPP.PPNI
................, .........., ...........***** *** diisi dengan kata-kata Ketua DPLN
Yang melantik **** diisi dengan nomor SK Pimpinan MusLN
Tanda tangan ***** diisi dengan nama tempat MusLN, tanggal, dan tahun
..................................... ****** ****** diisi dengan nama yang melantik dan jabatan dalam pimpinan Musyawarah

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
26 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 27 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
6. Sebelum pelantikan dimulai, yang melantik menanyakan terlebih dahulu kesiapan BAB XI
yang akan dilantik dengan kata-kata "Apakah Saudara siap untuk dilantik?" KEWENANGAN, KEWAJIBAN DAN HAK PENGURUS
7. Bila yang akan dilantik menjawab siap, maka pelantikan dimulai Bagian Kesatu
8. Setelah pelantikan dilanjutkan dengan penandatanganan Berita Acara Pelantikan Kewenangan Pengurus
Pasal 46
(1) DPP.PPNI berwenang untuk:
BAB X a. membuat keputusan pelaksanaan hasil Munas dan atau Rakernas;
PENGGANTIAN PENGURUS ANTAR WAKTU DAN PEMBERHENTIAN b. memutuskan penyelesaian perbedaan penafsiran AD/ART;
PENGURUS c. menyusun program kerja berdasarkan hasil Munas;
Bagian Kesatu d. menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAB) Organisasi;
Penggantian Pengurus Antar Waktu e. mengangkat dan atau memberhentikan karyawan Organisasi;
Pasal 44 f. memberikan penghargaan terhadap orang, badan, lembaga yang berjasa terhadap
profesi keperawatan;
g. meminta pertanggungjawaban DPW Provinsi dalam rangka pelaksanaan hasil
Penggantian kepengurusan organisasi dalam satu masa jabatan dapat dilakukan apabila Munas secara periodik;
pengurus: h. memberhentikan keanggotaan PPNI atas usul DPD Kabupaten/Kota melalui
a. meninggal dunia; proses telaah DPW Provinsi;
b. berhenti atas permintaan sendiri; i. menetapkan Surat Keputusan pengesahan kepengurusan DPW Provinsi sesuai
c. pindah ke tempat lain yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat aktif usulan hasil Musyawarah Wilayah;
dalam waktu 6 bulan; j. membekukan sampai memberhentikan kepengurusan DPW Provinsi bila tidak
d. tidak menghadiri rapat 6 kali berturut-turut dengan alasan yang dapat diterima forum sejalan dengan kebijakan serta AD/ART organisasi serta menunjuk caretaker
rapat pleno; sebagai penganti menjalankan fungsi organisasi sampai terbentuknya
kepengurusan baru; dan
e. tidak melaksana uraian tugas yang ditetapkan; dan k. memperoleh masukan dana dan iuran anggota maupun hasil usaha Yayasan/
f. tidak aktif mengikuti kegiatan organisasi yang dinilai oleh rapat pleno pengurus Badan Usaha yang syah di bawah tanggung jawab organisasi profesi (PPNI).
diberhentikan. (2) DPW Provinsi berwenang untuk:
a. membuat keputusan pelaksanaan hasil Muswi dan atau Rakerwil;
Bagian Kedua b. menyusun program kerja berdasarkan hasil Muswil dengan mempertimbangkan
Pemberhentian Pengurus amanat Munas, kebijakan dan aturan organisasi DPP.PPNI;
Pasal 45 c. menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAB) Organisasi;
d. mengangkat dan atau memberhentikan karyawan Organisasi;
e. meminta pertanggungjawaban DPD Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan
Pengurus PPNI dapat diberhentikan oleh: hasil Muswil secara periodik;
a. pengurus Pusat dilakukan oleh Rapat Pleno DPP.PPNI setelah berkonsultasi dengan f. menetapkan Surat Keputusan pengesahan kepengurusan DPD Kabupaten/Kota
Dewan Pertimbangan Pusat; sesuai usulan hasil Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota;
b. pengurus Provinsi dilakukan oleh DPP.PPNI atas usulan hasil Rapat Pleno DPW g. membekukan sampai memberhentikan kepengurusan DPD Kabupaten/Kota bila
Provinsi setelah berkonsultasi dengan Dewan Pertimbangan Provinsi; tidak sejalan dengan kebijakan serta AD/ART organisasi serta menunjuk
c. pengurus Kabupaten/Kota dilakukan oleh DPW Provinsi atas usulan hasil Rapat caretaker sebagai penganti menjalankan fungsi organisasi sampai terbentuknya
Pleno DPD Kabupaten/Kota setelah berkonsultasi dengan Dewan Pertimbangan kepengurusan baru; dan
h. memperoleh masukan dana dan iuran anggota maupun hasil usaha
Kabupaten/Kota; Yayasan/Badan Usaha di bawah tanggung jawab organisasi profesi (PPNI)
d. pengurus Komisariat dilakukan oleh DPD Kabupaten/Kota atas usul hasil Rapat Provinsi.
DPK; (3) DPD Kabupaten/Kota berwenang untuk :
e. kolegium dilakukan oleh Ketua Umum DPP.PPNI atas usul Ketua Kolegium terkait a. membuat keputusan terkait pelaksanaan hasil Musda Kabupaten/Kota dan atau
dengan pertimbangan Majelis Kolegium; dan Rakerda;
f. pengurus Ikatan, dan Himpunan oleh Rapat Pleno Ikatan dan Himpunan dan atas b. menyusun program kerja berdasarkan hasil Musda dengan mempertimbangkan
pertimbangan DPP.PPNI sesuai tingkat kepengurusan organisasi. amanat Muswil, Munas, dan kebijakan organisasi DPP.PPNI;
c. menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAB) Organisasi;
d. Mengangkat dan atau memberhentikan karyawan Organisasi;

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
28 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 29 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
e. meminta pertanggungjawaban DPK dalam rangka pelaksanaan hasil Musda c. melaksanakan kebijakan dan keputusan-keputusan Organisasi PPNI Pusat;
secara periodik; d. melaksanakan Keputusan Muswil dan atau Rakerwil;
f. menetapkan Surat Keputusan pengesahan kepengurusan DPK sesuai usulan hasil e. melaksanakan pertanggungjawaban kepengurusan pada Muswil;
Musyawarah Komisariat (Musyawarah Anggota); f. menyampaikan laporan kemajuan organisasi pada Rakerwil;
g. membekukan sampai memberhentikan kepengurusan DPK bila tidak sejalan g. menjalankan pengelolaan, regulasi anggota, dan organisasi;
dengan kebijakan serta AD/ART organisasi serta menunjuk caretaker sebagai h. menyampaikan laporan periodik kepada DPP.PPNI, yaitu: kegiatan PPNI
penganti menjalankan fungsi organisasi sampai terbentuknya kepengurusan baru;
dan provinsi dan hasilnya, keanggotaan PPNI di provinsi, fasilitas, dan sarana
h. memperoleh masukan dana dan iuran anggota maupun hasil usaha Yayasan /Badan prasarana organisasi dan usaha yang mengatasnamakan PPNI;
Usaha bersama DPK yang ada di bawah tanggung jawab organisasi profesi. i. membayarkan uang iuran anggota dan uang hasil usaha lain yang menggunakan
(4) DPK berwenang untuk: nama PPNI, yang menjadi hak DPP.PPNI sesuai AD ART; dan
a. melakukan penerimaan anggota baru dan lama, penarikan iuran anggota sesuai j. membina hubungan baik dengan semua instansi yang sah, yaitu: pemerintah,
AD/ART; swasta, organisasi kemasyarakatan (LSM), organisasi profesi lain diwilayahnya.
b. mendapatkan pembinaan dari DPD Kabupaten/Kota dan DPW Provinsi; (3) DPD Kabupaten/ Kota berkewajiban untuk:
c. menjalankan fungsi organisasi sesuai AD/ ART dan Kebijakan Organisasi PPNI; a. menyelenggarakan Musda Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 bulan setelah
d. melakukan pendataan anggota diwilayahnya dan melaporkan ke DPD Muswil PPNI yang terakhir;
Kabupaten/Kota, DPW Provinsi, dan DPP.PPNI; b. menyelenggarakan Rakerda Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 1 tahun
e. mengusulkan dan meminta nomor keanggotaan sesuai AD/ART; dan setelah Rakerwil PPNI yang terakhir;
f. memberi usulan pemberhentian keanggotaan PPNI kepada DPD Kabupaten/Kota, c. melaksanakan kebijakan dan keputusan DPP.PPNI, Propinsi sesuai AD ART;
dan DPW Provinsi melalui proses telaah Pengurus Komisariat.
(5) DPLN berwenang untuk: d. melaksanakan Keputusan Musda Kabupaten/Kota dan atau Rakerda
a. membuat keputusan pelaksanaan hasil Musyawarah dan Rapat Kerja Perwakilan Kabupaten/Kota;
LN; e. melaksanakan pertanggungjawaban kepengurusan pada Muswil;
b. menyusun program kerja berdasarkan hasil Musyawarah LN dengan f. menyampaikan laporan kemajuan organisasi pada Rakerwil;
mempertimbangkan amanat Munas, kebijakan dan aturan organisasi DPP.PPNI; g. menjalankan pengelolaan anggota dan organisasinya;
c. menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAB) Organisasi; dan h. menyampaikan laporan periodik kepada DPW Provinsi dan tembusan ke
d. memperoleh masukan dana dan iuran anggota maupun hasil usaha Yayasan/Badan DPP.PPNI yaitu: kegiatan PPNI Provinsi dan hasilnya, keanggotaan PPNI di
Usaha di bawah tanggung jawab organisasi profesi Perwakilan LN. provinsi, fasilitas, dan sarana prasarana organisasi dan usaha yang
Bagian Kedua mengatasnamakan PPNI;
Kewajiban Pengurus i. membayarkan uang iuran anggota dan hasil usaha organisasi yang merupakan hak
Pasal 47 DPP.PPNI dan DPW Provinsi sesuai AD ART; dan
(1) DPP.PPNI berkewajiban untuk:
a. menyelenggarakan Munas setiap 5 (lima) tahun sekali; j. membina hubungan baik dengan semua instansi yang sah, yaitu: pemerintah,
b. menyelenggarakan Rakernas selambat-lambatnya 2 tahun setelah Munas; swasta, organisasi kemasyarakatan (LSM), organisasi profesi lain, diwilayahnya.
c. melaksanakan Keputusan Munas dan atau Rakernas; (4) DPK berkewajiban untuk:
d. melakukan pembinaan anggota PPNI melalui PPNI Provinsi dan a. melakukan penerimaan anggota baru dan lama, penarikan dan penyerahan iuran
Kabupaten/Kota; anggota sesuai ketentuan dalam AD/ART;
e. melaksanakan laporan pertanggungjawaban kepengurusan pada Munas; b. melakukan pendataan anggota secara periodik dan dilaporkan ke PPNI Provinsi
f. menyampaikan laporan kemajuan organisasi pada Rakernas; dan PPNI Pusat;
g. menjalankan pengelolaan, regulasi anggota dan organisasi secara nasional; dan c. melaksanakan kegiatan diwilayahnya, pergerakan anggota dalam mendukung
h. membina hubungan baik dengan semua instansi yang sah, yaitu: pemerintah, pelaksanaan program organisasi;
swasta, organisasi kemasyarakatan (LSM), organisasi profesi lain, di dalam negeri d. melaksanakan pembinaan anggota PPNI di wilayahnya dengan dukungan DPD
maupun di luar negeri. Kabupaten/Kota, DPW Provinsi; dan
(2) DPW Propinsi berkewajiban untuk: e. mentaati pelaksanaan peraturan, kebijakan, dan keputusan-keputusan organisasi
a. menyelenggarakan Muswil selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah Munas
PPNI yang terakhir; PPNI Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
b. menyelenggarakan Rakerwil selambat-lambatnya 1 tahun setelah Rakernas PPNI (5) DPLN berkewajiban untuk:
yang terakhir; a. menyelenggarakan Musyawarah setelah Munas PPNI yang terakhir;

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
30 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 31 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
b. Menyelenggarakan Rapat Kerja; Bagian Ketiga
c. melaksanakan kebijakan dan keputusan-keputusan Organisasi PPNI Pusat; Tugas Pokok
d. melaksanakan Keputusan Musyawarah Perwakilan LN; Pasal 51
e. melaksanakan pertanggungjawaban kepengurusan pada Musyawarah (1) Membina anggota dalam penghayatan dan pengamalan Kode Etik Keperawatan.
Perwakilan LN; (2) Membuat pedoman penerapan etika dalam pemberian pelayanan keperawatan dan
f. menyampaikan laporan kemajuan organisasi pada Musyawarah Perwakilan LN; pedoman penyelesaian pertentangan etik dalam pelayanan keperawatan.
g. menjalankan pengelolaan, regulasi anggota, dan organisasi;
h. menyampaikan laporan periodik kepada DPP.PPNI; Bagian Keempat
i. membayarkan uang iuran anggota Perwakilan LN sesuai AD ART; dan Struktur Kepengurusan
j. membina hubungan baik dengan semua instansi yang sah, yaitu : pemerintah, Pasal 52
swasta, organisasi kemasyarakatan (LSM), organisasi profesi lain diwilayahnya. Pengurus Majelis Kehormatan Etik terdiri dari :
a. 1 (satu) orang Ketua merangkap Anggota;
Bagian Ketiga b. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap Anggota;
Hak Pengurus c. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap Anggota;
Pasal 48 d. 1 (satu) orang Wakil Sekretaris merangkap Anggota; dan
(1) Pengurus berhak menggunakan dan mengatasnamakan organisasi PPNI sesuai e. 3 (tiga) atau 5 (lima) orang Anggota.
tingkat kepengurusan dan sesuai aturan yang berlaku di organisasi.
(2) Pengurus berhak mewakili PPNI pada kegiatan-kegiatan PPNI atau diluar PPNI BAB XIII
setelah mendapat mandat atau surat tugas dari Ketua Umum/Ketua atau Sekretaris PEMBENTUKAN BADAN KELENGKAPAN
Jenderal/Sekretaris PPNI sesuai tingkat organisasi. Bagian Kesatu
(3) Pengurus berhak mengemukakan pendapat, usulan, dan saran di setiap rapat-rapat Pengertian
atau kegiatan lain untuk kemajuan Organisasi PPNI. Pasal 53
(4) Pengurus berhak menerima imbalan yang besaran disesuaikan dengan aturan yang PPNI memiliki Badan Kelengkapan terdiri dari:
ada. a. Ikatan dan atau Himpunan; dan
(5) Pengurus berhak menampung masukan dan saran dari anggota untuk kemajuan b. Kolegium
Organisasi PPNI.
Bagian Kedua
BAB XII Ikatan dan atau Himpunan
MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEPERAWATAN Paragraf 1
Bagian Kesatu Persyaratan Pembentukan
Pembentukan dan Kedudukan Pasal 54
Pasal 49 (1) Ikatan dan atau Himpunan pertama kali terbentuk di tingkat Pusat.
(1) Majelis Kehormatan Etik dibentuk oleh DPP.PPNI. (2) Kepengurusan Ikatan dan atau Himpunan dibentuk sampai tingkat Provinsi.
(2) Majelis Kehormatan Etik berkedudukan di Pusat dan membentuk perwakilan di (3) Ikatan dan atau Himpunan yang baru dapat dibentuk apabila lebih dari 50% (lima
tingkat Provinsi. puluh persen) kompetensi berbeda dengan Ikatan dan atau Himpunan yang sudah
(3) Majelis Kehormatan Etik bertanggung jawab kepada DPP.PPNI. ada.
(4) Kelompok kerja komunitas perawat yang akan membentuk Ikatan dan atau
Bagian Kedua Himpunan baru harus berkonsultasi kepada Ikatan dan atau Himpunan terkait yang
Kewenangan sudah ada dan mendapatkan rekomendasi dari Ikatan dan atau Himpunan tersebut.
Pasal 50 (5) Kelompok kerja komunitas perawat yang akan membentuk Ikatan dan atau
Majelis Kehormatan Etik berwenang menyelidiki dan merekomendasikan penyelesaian Himpunan baru atas dasar rekomendasi dari Ikatan dan atau Himpunan terkait
masalah yang berkaitan dengan pelanggaran kode etik profesi keperawatan kepada menyelenggarakan
DPP.PPNI.

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
32 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 33 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
Pra Kongres untuk membuat naskah akademik, draft AD/ ART, Daftar Standar Paragraf 4
Kompetensi Kerja,dan Program Kerja. Kewenanagan
Pasal 57
Paragraf 2
Proses Pembentukan Ikatan dan atau Himpunan Ikatan dan atau Himpunan berwenang untuk:
Pasal 55 a. membina anggota ikatan dan atau himpunan;
(1) pengusul mengajukan permohonan persetujuan pendirian Ikatan dan atau Himpunan b. memberikan masukan kepada PPNI untuk pengembangan profesi; dan
kepada DPP PPNI dengan melampirkan Naskah Akademik dan Daftar Standar c. menjadi pelaksana kerjasama antara PPNI dengan pihak lain dalam wilayah kerja
Kompetensi Kerja hasil Pra Kongres sebagai bahan pertimbangan terbentuknya Ikatan dan atau Himpunan.
Ikatan dan atau Himpunan;
(2) apabila naskah akademik disetujui oleh DPP PPNI, maka pengusul melanjutkan Paragraf 5
dengan menyusun AD/ ART, dan Program Kerja dalam kongres nasional; Tugas Pokok
(3) DPP.PPNI akan melakukan verifikasi dengan melibatkan Ikatan dan atau Himpunan Pasal 58
terkait terhadap permohonan yang diajukan;
(4) apabila permohonan telah disetujui DPP.PPNI calon Ikatan dan atau Himpunan Ikatan dan atau Himpunan memiliki tugas pokok membina anggota dan pengembangan
harus menyelenggarakan Kongres sebagai prosesi pembentukan Ikatan dan atau profesi dalam kekhususannya serta memberikan masukan kepada PPNI dalam
Himpunan yang sah; menentukan kompetensi kekhususan dimaksud.
(5) kongres berwenang memilih Ketua Ikatan dan atau Himpunan, menyepakati Naskah
Akademik, AD/ ART serta Keputusan lain yang berkaitan dengan Ikatan dan atau Paragraf 6
Himpunan; Struktur Kepengurusan
(6) Ketua Ikatan dan atau Himpunan Pusat terpilih dilantik oleh Ketua Umum Pasal 59
DPP.PPNI atau DPP.PPNI yang mendapatkan mandat dari DPP.PPNI pada acara
Kongres Ikatan dan atau Himpunan; dan (1) Susunan Kepengurusan Ikatan dan atau Himpunan terdiri dari Pengurus Pusat,
(7) pelantikan Ketua Ikatan dan atau Himpunan Provinsi dilakukan oleh Ketua Ikatan Pengurus Provinsi dan Kabupaten/Kota.
dan atau Himpunan Pusat dan disaksikan oleh DPW Propinsi PPNI. (2) Pengurus Pusat Ikatan dan atau Himpunan disahkan dan dilantik oleh Ketua Umum
DPP.PPNI atau DPP.PPNI yang mendapatkan mandat dari Ketua Umum DPP.PPNI.
Paragraf 3 (3) Pengurus Ikatan dan atau Himpunan Provinsi disahkan dan dilantik oleh Pengurus
Kelengkapan Organisasi Ikatan dan atau Himpunan Pusat Ikatan dan atau Himpunan dengan diketahui dan disaksikan oleh DPW
Pasal 56 Provinsi PPNI.
(1) Kelengkapan Ikatan dan atau Himpunan terdiri dari:
a. Bendera Merah Putih; Paragraf 7
b. Bendera PPNI; Masa Kerja Pengurus
c. Bendera Ikatan dan Himpunan; Pasal 60
d. Pin/Logo/Emblem PPNI; dan
e. Pin/Logo/Emblem Ikatan dan atau Himpunan. Masa kerja Pengurus Ikatan dan atau Himpunan adalah selama 5 (lima) tahun.
(2) Sekretariat Ikatan dan atau Himpunan harus tersedia Bendera Republik Indonesia,
Bendera PPNI, dan Bendera Ikatan dan atau Himpunan. Bagian Ketiga
(3) Setiap kegiatan resmi Ikatan dan atau Himpunan harus terpasang ketiga bendera pada Kolegium
ayat (1) dan wajib menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Mars PPNI.
(4) Jas Ikatan dan atau Himpunan warna dan model harus sesuai dengan warna dan Paragraf 1
model jaket PPNI dengan assesoris pin/logo/emblem sebelah kiri atas PPNI dan Persyaratan Pembentukan Kolegium
dibawahnya agak ke kiri pin/logo/emblem Ikatan dan atau Himpunan dengan ukuran Pasal 61
proporsional dimana ukuran pin/logo/emblem PPNI lebih besar.
Persyaratan pembentukan kolegium diatur oleh peraturan organisasi

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
34 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 35 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
Paragraf 2 h. memberikan Mandat kepada Tim Formatur untuk melengkapi Personel
Kewenangan DPP.PPNI, Dewan Pertimbangan Pusat dan Majelis Kehormatan Etik
Pasal 62 Keperawatan Pusat, setelah terbentuk kepengurusan lengkap organisasi PPNI
(1) Membantu PPNI dan Pemerintah dalam pengawasan, bimbingan, pengarahan dan secara otomatis Tim Formatur dinyatakan bubar;
peningkatan mutu pelaksanaan pendidikan dan praktik Ners dan Ners spesialis. i. memberikan mandat kepada Ketua Umum DPP.PPNI terpilih untuk melantik
(2) Mengembangkan keilmuan sesuai kepakarannya. DPP.PPNI, Dewan Pertimbangan Pusat, majelis Kehormatan Etik Keperawatan
(3) Mengembangkan mekanisme dan materi ujian nasional dalam proses pendidikan Pusat, Kolegium, Ikatan dan atau Himpunan, dan badan kelengkapan PPNI lainya;
sesuai kepakarannya. j. menetapkan garis-garis besar program kerja DPP.PPNI; dan
k.menetapkan tempat Munas berikutnya.
Paragraf 3 (3) Pedoman Umum Munas terdiri dari:
a. Munas diselenggarakan oleh DPP.PPNI melalui Panitia Munas yang terdiri dari
Masa Kerja Pengurus
panitia pengarah dan panitia pelaksana yang diangkat dengan hak otonomi penuh
Pasal 63 dan bertanggung jawab kepada DPP.PPNI.
Masa kerja Pengurus Kolegium adalah selama 5 (lima) tahun. b. Tempat pelaksanaan Munas ditetapkan pada Munas sebelumnya.
c. Panitia Pengarah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan termasuk
BAB XIV Substansi Munas.
MUSYAWARAH DAN RAPAT d. Panitia pelaksana Munas bertanggung jawab dari segi teknis penyelenggaraan
Bagian Kesatu Munas.
Musyawarah Nasional e. Peserta Munas adalah:
Pasal 64 1. Utusan, terdiri dari:
(1) Status Musyawarah Nasional meliputi: a) Utusan DPP.PPNI 5 (lima) orang.
a. Musyawarah Nasional selanjutnya disingkat Munas merupakan pelaksanaan b) Utusan DPW Provinsi 3 (tiga) orang.
kedaulatan tertinggi organisasi di tingkat nasional c) Utusan DPD Kabupaten/Kota 3 (tiga) orang.
b.Munas diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh DPP.PPNI melalui badan d) Utusan Dewan Pertimbangan Pusat 1 (satu) orang.
khusus yang disebut Panitia Munas, yang diangkat dan betanggung jawab kepada e) Utusan Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Pusat 1 (satu) orang.
DPP.PPNI. f) Utusan Kolegium masing-masing 1 (satu) orang.
c.Panitia Munas terdiri dari Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana. g) Utusan Ikatan dan atau Himpunan Pusat masing-masing 3 (tiga) orang
d.Dalam keadaan luar biasa dapat dilakukan sewaktu-waktu Munas Luar Biasa, atas h) Utusan DPLN di luar negeri masing-masing 3 orang.
usul sekurang-kurangnya 30 persen (30%) DPW Provinsi dan disetujui 2/3 (dua 2. Sebagai utusan wajib dibuktikan dengan surat tugas/mandat sebagai utusan dari
pertiga) dari DPW Provinsi yang ada. organisasi yang diwakilinya.
e. Munas dapat menyelenggarakan sidang ilmiah diluar sidang organisasi. 3. Peninjau adalah DPP.PPNI, DPW Provinsi, DPD Kabupaten/Kota, DPK, Pengurus
Dewan Pertimbangan, Pengurus Majelis Kehormatan Etik Keperawatan, Pengurus
(2) Kewenangan Munas terdiri dari:
Ikatan dan atau Himpunan diluar utusan dan undangan lain yang berminat
a. mengesahkan jadwal acara dan tata tertib Munas; menghadiri Munas.
b. memilih dan mengesahkan Pimpinan Munas; f. Munas sah apabila dihadiri oleh 50% ditambah satu jumlah Provinsi yang ada.
c. menyempurnakan dan atau menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah g. Munas, apabila persyaratan ini belum terpenuhi dapat ditunda paling lambat 3 bulan,
Tangga Organisasi, pedoman-pedoman pokok, garis-garis besar program kerja dan setelah itu Munas dianggap sah dengan peserta Munas yang hadir.
Organisasai dan pernyataan sikap; h. Utusan mempunyai hak bicara, hak memilih dan dipilih, sementara peninjau
d. menelaah pertanggungjawaban DPP.PPNI mengenai pelaksanaan hasil Munas mempunyai hak bicara dan hak dipilih saja.
sebelumnya, apabila pertanggungjawaban DPP.PPNI selesai, maka DPP.PPNI i. Sidang Paripurna Munas dipimpin oleh Pimpinan Munas yang terdiri dari seorang
dinyatakan demisioner, dan selanjutnya DPP.PPNI mempunyai status anggota Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Kekretaris, dan 2 (dua) orang anggota. Kecuali
biasa, namun pengurus yang sudah diberi mandat sebelum DPP.PPNI demisioner sidang paripurna pengesahan kuorum, jadwal acara, tata tertib dan pemilihan
tetap dapat memilih sampai berakhir Munas; Pimpinan Munas dipimpin oleh Ketua Umum DPP.PPNI.
e. memilih dan melantik Ketua Umum DPP.PPNI terpilih; j. Tempat penyelenggaraan Munas ditetapkan pada Munas sebelumnya.
f. menunjuk Ketua terpilih sebagai Ketua Tim Formatur; k. Hal-hal yang belum tercantum dalam Pedoman Umum ini akan diatur dalam Tata
g. memilih Anggota Tim Formatur; Tertib Munas.

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
36 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 37 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
Bagian Kedua (5) Dalam hal Ketua Umum DPP.PPNI berhalangan, tetap rapat dapat dipimpin oleh
Rapat Kerja Nasional Sekretaris Jenderal bersama dengan Ketua Bidang Organisasi dan Kaderisari.
Pasal 65 (6) Panitia Musyawarah Nasional dan Rapat Kerja Nasional disahkan dan ditetapkan
(1) Status Rapat Kerja Nasional meliputi: dengan Surat Keputusan DPP.PPNI.
a. Rapat kerja nasional disingkat Rakernas adalah rapat kerja DPP.PPNI yang (7) Panitia Musyawarah Nasional dan Panitia Rapat Kerja Nasional bertanggungjawab
dihadiri oleh DPP.PPNI dan DPW Provinsi dan dapat pula diikuti oleh DPD kepada Ketua Umum DPP.PPNI.
Kabupaten/Kota. Bagian Keempat
b. Rakernas diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu periode kepengurusan. Musyawarah Wilayah Provinsi
c. Dalam keadaan luar biasa rapat kerja nasional dapat dilakukan sewaktu-waktu atas Pasal 67
usul DPP.PPNI atau DPW Propinsi dan mendapat persetujuan sekurang- (1) Status Musyawarah Wilayah Provinsi meliputi:
kurangnya setengah jumlah DPW Propinsi yang ada. a. Musyawarah Wilayah Provinsi selanjutnya disingkat Muswil merupakan
(2) Kewenangan Rapat Kerja Nasional terdiri dari: pelaksanaan kedaulatan tertinggi organisasi di tingkat Provinsi.
a. menilai pelaksananan program kerja amanat Munas, menyempurnakan dan b. Muswil diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh DPW Provinsi melalui
memperbaiki untuk diaksanakan pada sisa periode kepengurusan selanjutnya; badan khusus yang disebut Panitia Muswil, yang diangkat dan bertanggung
b. membahas isu-isu yang dianggap penting untuk kelangsungan atau perkembangan kepada DPW Provinsi.
organisasi; c. Panitia Muswil terdiri dari Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana.
c. membahas materi yang akan didiskusikan pada Munas yang akan datang; dan d. Dalam keadaan luar biasa dapat dilakukan sewaktu-waktu Musyawarah Wilayah
d. mengambil Keputusan Organisasi secara nasional yang harus diikuti oleh seluruh Luar Biasa, atas usul sekurang-kurangnya 30 persen (30%) DPD
pengurus dan anggota PPNI. Kabupaten/Kota dan disetujui 2/3 (dua pertiga) dari jumlah DPD
(3) Tata tertib Rapat Kerja Nasional terdiri dari: Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi tersebut.
e. Muswil dapat menyelenggarakan sidang ilmiah diluar sidang organisasi.
a. Rakernas diselenggarakan oleh DPP.PPNI dengan Panitia Pelaksana DPW
(2) Kewenangan Musyawarah Wilayah terdiri dari:
Provinsi yang ditunjuk; a. mengesahkan jadwal acara dan tata tertib Muswil;
b. Panitia Pelaksana Rakernas bertanggung jawab mengenai teknis penyelengaraan b. memilih dan mengesahkan Pimpinan Muswil;
rapat kerja nasional; c. menelaah pertanggungjawaban DPW Provinsi mengenai amanat yang diberikan
c. Rakernas dihadiri oleh DPP.PPNI, DPW Provinsi, Dewan pertimbangan, Majelis oleh Muswil sebelumnya, apabila pertanggung jawaban DPW Provinsi selesai,
Kehormatan Etik Keperawatan Indonesia, Kolegium, Pengurus Ikatan dan atau maka DPW Provinsi dinyatakan demisoner dan selanjutnya DPW Provinsi
Himpunan dan badan kelengkapan lainnya, peninjau serta undangan dari mempunyai status anggota biasa, namun pengurus yang sudah diberi mandat
DPP.PPNI; sebelum pengurus propinsi demisioner tetap dapat memilih sampai berakhir
d. Rakernas dipimpin oleh DPP.PPNI; dan Muswil;
e. hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini diatur dalam peraturan d. memilih Ketua DPW Provinsi yang selanjutnya Ketua DPW Provinsi dilantik
tersendiri, selama tidak bertentangan dengan AD/ART. oleh Ketua Umum DPP.PPNI atau DPP.PPNI yang mendapatkan mandat dari
Ketua Umum DPP.PPNI;
Bagian Ketiga e. menunjuk Ketua DPW Provinsi terpilih sebagai Ketua Tim Formatur;
Pembentukan Panitia Musyawarah Nasional dan Rapat Kerja Nasional f. memilih Anggota Tim Formatur Provinsi;
Pasal 66 g. memberikan mandat kepada Tim formatur untuk menyusun personel DPW
(1) Pembentukan Panitia Musyawarah Nasional, Rapat Kerja Nasional dilaksanakan Provinsi, Dewan Pertimbangan Provinsi, dan Majelis Kehormatan Etik Provinsi,
oleh rapat DPP.PPNI yang dipimpin oleh Ketua Umum DPP.PPNI. setelah terbentuk kepengurusan lengkap organisasi PPNI Provinsi secara
(2) Rapat DPP.PPNI yang membahas pembentukan Panitia Musyawarah Nasional dan otomatis Tim Formatur dinyatakan bubar;
atau Panitia Rapat Kerja Nasional dianggap sah apabila dihadiri 50% (lima puluh h. memberikan mandat kepada Ketua DPW Provinsi terpilih untuk melantik DPW
persen) tambah satu dari jumlah Personel DPP.PPNI. Provinsi, Dewan Pertimbangan Provinsi, Majelis Kehormatan Etik Keperawatan
(3) Apabila kourum tersebut tidak terpenuhi, maka rapat ditunda sampai dengan 15 (lima Provinsi; dan
belas) hari kalender dan pengurus mengirimkan undangan untuk rapat berikutnya i. menetapkan garis-garis besar program kerja DPW Provinsi.
paling lambat 1 (satu) minggu sebelum rapat dilaksanakan. (3) Pedoman Umum Muswil terdiri dari:
(4) Apabila kourum tersebut tidak terpenuhi sampai 2 (dua) kali penundaan dengan jeda a. Muswil diselenggarakan oleh DPW Provinsi melalui Panitia Pelaksana Muswil
waktu yang sama, maka rapat dianggap sah dengan jumlah peserta yang hadir dan yang diangkat oleh DPW Provinsi.
disetujui mayoritas peserta rapat. b. Tempat pelaksanaan Muswil ditetapkan pada Muswil sebelumnya.

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
38 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 39 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
c. Panitia Pengarah Muswil bertanggungjawab terhadap pelaksanaan dan c. membahas materi yang akan didiskusikan pada Muswil yang akan datang.
substansi Muswil. (3) Tata tertib Rapat Kerja Wilayah terdiri dari:
d. Panitia Pelaksana Muswil bertanggung jawab dari segi teknis penyelenggaraan a. Rakerwil diselenggarkan oleh DPW Provinsi dengan Panitia Pelaksana DPD
Muswil. Kabupaten/Kota yang ditunjuk DPW Provinsi;
e. Peserta Muswil terdiri dari : b. Panitia Pelaksana Rakerwil bertanggung jawab mengenai teknis penyelengaraan
1. Utusan: Rakerwil;
a) Utusan DPW Provinsi 5 (lima) orang. c. Rakerwil dihadiri oleh Utusan DPW Provinsi, Dewan Pertimbangan Provinsi,
b) DPD Kabupaten/Kota 3 (tiga) orang. Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Indonesia, DPD Kabupaten/Kota,
c) Dewan pertimbangan dan Majelis Kehormatan Etik Keperawatan,
masing-masing 1 (satu) orang. Pengurus Ikatan dan atau Himpunan dan badan kelengkapan lainnya, peninjau
d) Ikatan dan atau Himpunan masing-masing 1 (satu) orang. dan undangan yang diundang oleh DPW Provinsi;
Sebagai utusan wajib dibuktikan dengan surat mandat sebagai utusan dari d. Rakerwil dipimpin oleh DPW Provinsi; dan
organisasi yang diwakilinya dan diserahkan kepada panitia pelaksana pada e. hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini diatur dalam peraturan
saat registrasi. tersendiri, selama tidak bertentangan dengan AD/ART.
2. Peninjau adalah DPP.PPNI, DPW Provinsi, DPD Kabupaten/Kota, DPK, Bagian Keenam
Pengurus Dewan Pertimbangan, Pengurus Majelis Kehormatan Etik Pembentukan Panitia Musyawarah Wilayah dan Rapat Kerja Wilayah
Keperawatan, Pengurus Ikatan dan atau Himpunan, dan DPLN diluar Pasal 69
utusan, serta undangan lain yang berminat menghadiri Muswil. (1) Pembentukan Panitia Musyawarah Wilayah, Rapat Kerja Wialyah dilaksanakan oleh
f. Muswil sah apabila dihadiri oleh 50% ditambah 1 (satu) jumlah rapat DPW Provinsi yang dipimpin oleh Ketua DPW Provinsi.
Kabupaten/Kota yang ada, apabila persyaratan ini belum terpenuhi dapat (2) Rapat DPW Provinsi yang membahas pembentukan Panitia Musyawarah Wilayah
ditunda paling lambat 3 bulan dan setelah itu Muswil dianggap sah dengan dianggap syah apabila dihadiri 50% (lima puluh persen) tambah satu dari jumlah
peserta Muswil yang hadir. Personel DPW Provinsi.
g. Utusan dengan mandat tertulis mempunyai hak bicara, hak memilih dan dipilih, (3) Apabila kourum tersebut tidak terpenuhi, maka rapat ditunda sampai dengan 15
sementara peninjau mempunyai hak bicara.
h. Muswil dipimpin oleh Pimpinan Muswil yang terdiri dari seorang Ketua, (lima belas) hari kalender dan pengurus mengirimkan undangan untuk rapat
seorang sekretaris, dan 2 (dua) orang anggota. berikutnya paling lambat 1 (satu) minggu sebelum rapat dilaksanakan.
i. Sidang paripurna pengesahan kuorum, jadwal acara, tata tertib dan pemilihan (4) Apabila kourum tersebut tidak terpenuhi sampai 2 (dua) kali penundaan dengan jeda
Pimpinan Muswil dipimpin oleh Ketua DPW Provinsi. waktu yang sama, maka rapat dianggap sah dengan jumlah peserta yang hadir dan
j. Hal-hal yang belum tercantum dalam Pedoman Umum ini akan diatur dalam disetujui mayoritas peserta rapat.
Tata Tertib Muswil. (5) Dalam hal Ketua DPW Provinsi berhalangan tetap, rapat dapat dipimpin oleh Wakil
Ketua Bidang Organisasi dan Kaderisasi bersama dengan Sekretaris
Bagian Kelima (6) Yang dimaksud berhalangan tetap adalah tidak aktif dalam melaksanakan tugas
Rapat Kerja Wilayah Provinsi sebagai pengurus selama 6 (enam) bulan berturut-turut.
Pasal 68 (7) Panitia Musyawarah Wialyah dan Rapat Kerja Wilayah disahkan dan ditetapkan
(1) Status Rapat kerja Wilayah Provinsi meliputi: dengan Surat Keputusan DPW Provinsi dengan tembusan disampaikan kepada
a. Rapat Kerja Wilayah Provinsi disingkat Rakerwil adalah rapat kerja DPW DPP.PPNI dan DPD Kabupaten/Kota.
Provinsi yang dihadiri oleh utusan DPP.PPNI, DPW Provinsi dan utusan DPD (8) Panitia Musyawarah Wilayah dan Panitia Rapat Kerja Wilayah bertanggung jawab
Kabupaten/Kota dan dapat pula diikuti oleh DPK; kepada Ketua DPW Provinsi.
b. Rakerwil diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu periode
kepengurusan; dan
c. dalam keadaan luar biasa Rapat Kerja Wilayah dapat dilakukan sewaktu-waktu Bagian Ketujuh
atas usul DPW Provinsi atau DPD Kabupaten/Kota dan mendapat persetujuan Materi dan Jadwal Musyawarah/Rapat Kerja Wilayah
sekurang-kurangnya setengah jumlah Pengurus Kabupaten/Kota yang ada di Pasal 70
Provinsi tersebut. (1) Panitia Muswil/Rakerwil bersama DPP Provinsi harus berkonsultasi kepada
(2) Kewenangan Rapat Kerja Wilayah terdiri dari: DPP.PPNI tentang materi dan jadwal Muswil.
a. menilai pelaksananan program kerja amanat Muswil, menyempurnakan dan (2) Selain kegiatan organisasi, dalam Muswil/Rakerwil dapat dilaksanakan kegiatan
memperbaiki untuk diaksanakan pada sisa periode kepengurusan selanjutnya; ilmiah.
b. membahas isu-isu yang dianggap penting untuk kelangsungan atau (3) Kegiatan ilmiah dimaksud dapat berupa pembekalan Muswil/Rakerwil atau pun
perkembangan organisasi; dan kegiatan yang diselenggarakan terpisah.

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
40 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 41 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
Bagian Kedelapan b) Dewan pertimbangan 1 (satu) orang.
Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota c) Majelis Kehormatan Etik Keperawatan, masing-masing 1 (satu) orang.
Pasal 71 d) DPK 3 (tiga) orang.
(1) Status Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari: Sebagai utusan wajib dibuktikan dengan surat mandat sebagai utusan dari organisasi
a. Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota selanjutnya disingkat Musda Kabupaten/Kota yang diwakilinya, dan diserahkan kepada panitia pada saat registrasi.
merupakan pelaksanaan kedaulatan tertinggi organisasi di tingkat Kabupaten/Kota. 2.Peninjau adalah DPW Provinsi, DPD Kabupaten/Kota, DPK, Pengurus Dewan
b. Musda Kabupaten/Kota diselengarakan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh DPD Pertimbangan, Pengurus Ikatan dan atau Himpunan di luar utusan dan undangan lain
Kabupaten/Kota melalui badan khusus yang disebut Panitia Musda Kabupaten/Kota, yang berminat menghadiri Musda Kabupaten/Kota.
yang diangkat dan bertanggung kepada DPD Kabupaten/Kota. f. Musda Kabupaten/Kota sah apabila dihadiri oleh 50% ditambah satu jumlah
c. Dalam keadaan luar biasa dapat dilakukan sewaktu-waktu Musyawarah Daerah Komisariat yang ada dibawah DPD Kabupaten/Kota yang bersangkutan, apabila
Kabupaten/Kota Luar Biasa di Tingkat Kabupaten/Kota, atas usul sekurang- persyaratan ini belum terpenuhi dapat ditunda paling lambat 3 bulan dan setelah itu
kurangnya 30 persen (30%) DPK dan disetujui 2/3 (dua pertiga) dari jumlah DPK di Musda Kabupaten/Kota dianggap sah dengan jumlah peserta Musda Kabupaten/Kota
bawah DPD Kabupaten/Kota tersebut. yang hadir.
d. Musda Kabupaten/Kota dapat menyelenggarakan sidang ilmiah di luar sidang g.Utusan dengan mandat tertulis mempunyai hak bicara, hak memilih dan dipilih,
organisasi. sementara peninjau mempunyai hak bicara.
(2) Kewenangan Musyawarah Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari: h.Musda Kabupaten/Kota dipimpin Pimpinan Musda Kabupaten/Kota yang terdiri dari
a. mengesahkan jadwal acara dan peraturan tata tertib Musda Kabupaten/Kota; seorang Ketua, seorang sekretaris, dan 2 (dua) orang anggota. Kecuali sidang paripurna
b. memilih dan mengesahkan Pimpinan Musda Kabupaten/Kota; pengesahan quorum, jadwal acara, tata tertib dan pemilihan Pimpinan Musda
c. Menelaah pertanggungjawaban DPD Kabupaten/Kota mengenai amanat yang Kabupaten/Kota dipimpin oleh Ketua DPD Kabupaten/Kota.
diberikan oleh Musda Kabupaten/Kota sebelumnya, apabila pertanggung jawaban i. Hal-hal yang belum tercantum dalam Pedoman Umum ini akan diatur dalam Tata Tertib
DPD Kabupaten/Kota selesai, maka DPD Kabupaten/Kota dinyatakan demisioner dan Musda Kabupaten/Kota.
selanjutnya DPD Kabupaten/Kota mempunyai status anggota biasa, namun pengurus
yang sudah diberi mandat sebelum DPP.PPNI demisioner tetap dapat memilih sampai Bagian Kesembilan
berakhir Musda Kabupaten/Kota; Rapat Kerja Daerah
d. memilih Ketua DPD Kabupaten/Kota yang selanjutnya Ketua DPD Kabupaten/Kota Pasal 72
terpilih dilantik oleh DPW Provinsi atas nama Ketua Umum DPP.PPNI; (1) Status Rapat Kerja Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari:
e. menunjuk Ketua DPD Kabupaten/Kota terpilih sebagai Ketua Tim Formatur; a. Rapat Kerja Daerah Kabupaten/Kota disingkat Rakerda Kabupaten/Kota adalah Rapat
f. memilih Anggota Tim Formatur; Kerja DPD Kabupaten/Kota yang dihadiri oleh utusan DPK dan Pengurus Ikatan dan
g. memberikan mandat kepada Tim formatur untuk melengkapi personel DPD atau Himpunan;
Kabupaten/Kota, Dewan Pertimbangan Kabupaten/Kota. Setelah terbentuk b.Rakerda Kabupaten/Kota diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu periode
kepengurusan lengkap, maka secara otomatis Tim Formatus dinyatakan bubar; kepengurusan DPD Kabupaten/Kota; dan
h. memberikan mandat kepada Ketua DPD Kabupaten/Kota terpilih untuk melantik c. dalam keadaan luar biasa Rakerda Kabupaten/Kota dilakukan sewaktu-waktu atas usul
DPD Kabupaten/Kota, dan Dewan Pertimbangan Kabupaten/Kota; dan DPK dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya setengah jumlah DPK yang ada.
i. menetapkan garis-garis besar program kerja DPD Kabupaten/Kota. (2) Kewenangan Rapat Kerja Daerah terdiri dari:
(3) Pedoman umum Musda Kabupaten/Kota terdiri dari: a. menilai pelaksananan program kerja amanat Musda Kabupaten/Kota;
a. Musda Kabupaten/Kota diselenggarakan oleh DPD Kabupaten/Kota melalui Panitia b.menyempurnakan dan memperbaiki program kerja untuk diaksanakan pada sisa
Pelaksana Musda Kabupaten/Kota yang diangkat oleh DPD Kabupaten/Kota. periode kepengurusan selanjutnya;
b. Tempat pelaksanaan Musda Kabupaten/Kota ditetapkan pada Musda Kabupaten/Kota c. membahas isu-isu yang dianggap penting untuk kelangsungan atau perkembangan
sebelumnya. organisasi; dan
c. Panitia Pengarah Musda Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pelaksanaan d.membahas bahan-bahan yang akan didiskusikan pada Musda Kabupaten/Kota dan atau
dan substansi Musda Kabupaten/Kota. usulan pada Musprop/Munas yang akan datang.
d. Panitia Pelaksana Musda Kabupaten/Kota bertanggung jawab dari segi teknis (3) Tata tertib Rapat Kerja Daerah terdiri dari:
penyelenggaraan Musda Kabupaten/Kota. a. Rakerda Kabupaten/Kota diselenggarkan oleh DPD Kabupaten/Kota dengan Panitia
e. Peserta Musda Kabupaten/Kota terdiri dari: Pelaksana DPK yang ditunjuk DPD Kabupaten/Kota;
1. Utusan: b.Panitia Pelaksana Rakerda Kabupaten/Kota bertanggung jawab mengenai teknis
a) DPD Kabupaten/Kota 3 (tiga) orang. penyelengaraan rapat kerja DPD Kabupaten/Kota;

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
42 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 43 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
c.Rakerkab/Rakerkot dihadiri oleh Utusan DPD Kabupaten/Kota, DPK, Ikatan dan Bagian Keduabelas
atau Himpunan; dan Musyawarah Anggota
d.hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini diatur dalam peraturan tersendiri, Pasal 75
selama tidak bertentangan dengan AD/ART. (1) Status Musyawarah Anggota terdiri dari:
a. Musyawarah Anggota adalah pelaksanaan kedaulatan tertinggi di tingkat komisariat
Bagian Kesepuluh yang dihadiri oleh DPK dan anggota komisariat, DPD Kabupaten/Kota serta
Pembentukan Panitia musyawarah Daerah dan Rapat Kerja Daerah undangan dari DPK;
Pasal 73 b. Musyawarah Anggota diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu periode
kepengurusan; dan
(1) Pembentukan Panitia Musyawarah Daerah, Rapat Kerja Daerah dilaksanakan oleh
c. dalam keadaan luar biasa Musyawarah Anggota dapat dilakukan sewaktu-waktu atas
Rapat DPD Kabupaten/Kota yang dipimpin oleh Ketua DPD Kabupaten/Kota.
usul DPK dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya setengah dari jumlah
(2) Rapat DPD Kabupaten/Kota yang membahas pembentukan Panitia Musyawarah anggota di Komisariat tersebut.
Daerah dianggap sah apabila dihadiri 50% (lima puluh persen) tambah satu dari (2) Kewenangan Musyawarah Anggota terdiri dari:
jumlah Personel DPD Kabupaten/Kota. a. menetapkan dan menilai pelaksananan program kerja DPK serta memperbaiki
(3) Apabila kourum tersebut tidak terpenuhi, maka rapat ditunda sampai dengan 15 (lima program yang berjalan untuk dilaksanakan pada sisa periode kepengurusan;
belas) hari kalender dan pengurus mengirimkan undangan untuk rapat berikutnya b. membahas isu-isu yang dianggap penting untuk kelangsungan dan atau
paling lambat 1 (satu) minggu sebelum rapat dilaksanakan. perkembangan organisasi;
(4) Apabila kourum tersebut tidak terpenuhi sampai 2 (dua) kali penundaan dengan jeda c. memilih DPK; dan
waktu yang sama, maka rapat dianggap sah dengan jumlah peserta yang hadir dan d. menjabarkan program kerja komisariat sebagai pelaksanaan dari program kerja hasil
disetujui mayoritas peserta rapat. Musda Kabupaten/Kota.
(5) Dalam hal Ketua DPD Kabupaten/Kota berhalangan tetap, rapat dapat dipimpin oleh (3) Pedoman Musyawarah Anggota terdiri dari:
Wakil Bidang Organisasi dan Kaderisasi bersama dengan Sekretaris. a. Musyawarah Anggota diselenggarakan oleh DPK;
(6) Yang dimaksud berhalangan tetap adalah tidak aktif dalam melaksanakan tugas b. Musyawarah anggota dihadiri oleh utusan DPD Kabupaten/Kota serta seluruh
sebagai pengurus selama 6 (enam) bulan berturut-turut. pengurus dan anggota di Komisariat tersebut; dan
(7) Panitia Musyawarah Daerah dan Rapat Kerja Daerah disahkan dan ditetapkan c. hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini diatur dalam peraturan tersendiri,
dengan Surat Keputusan DPD Kabupaten/Kota dengan tembusan disampaikan selama tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.
kepada DPW Propinsi dan DPK.
(8) Panitia Musyawarah Daerah dan atau Rapat Kerja Daerah bertanggung jawab kepada Bagian Ketigabelas
Musyawarah Perwakilan LN
Ketua DPD Kabupaten/Kota.
Pasal 76
(1) Status Musyawarah Perwakilan LN terdiri dari:
Bagian Kesebelas a. Musyawarah Perwakilan LN selanjutnya disingkat MusLN merupakan pelaksanaan
Materi dan Jadwal Musyawarah Daerah kedaulatan tertinggi organisasi di tingkat Perwakilan LN;
Pasal 74 b. MusLN diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh Pengurus MusLN melalui
(1) Panitia Kabupaten/Kota bersama DPD Kabupaten/Kota harus berkonsultasi kepada badan khusus yang disebut Panitia MusLN, yang diangkat dan bertanggung kepada
DPW Provinsi tentang materi dan jadwal Kabupaten/Kota. DPP.PPNI; dan
(2) Selain kegiatan organisasi, dalam Musda dapat dilakasanakan kegiatan ilmiah. c. Panitia MusLN terdiri dari Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana.
(3) Kegiatan ilmiah dimaksud dapat berupa pembekalan Musda atau pun kegiatan yang (2) Kewenangan Musyawarah Perwakilan LN terdiri dari:
diselenggarakan terpisah. a. mengesahkan jadwal acara dan tata tertib MusLN;
b. memilih dan mengesahkan Pimpinan MusLN;
c. menelaah pertanggungjawaban Pengurus Perwakilan LN mengenai amanat yang
diberikan oleh MusLN sebelumnya, apabila pertanggung jawaban DPW Provinsi
selesai;
d. memilih Ketua DPLN yang selanjutnya Ketua DPW Provinsi dilantik oleh Ketua
Umum DPP.PPNI atau DPP.PPNI yang diberi mandat oleh Ketua Umum DPP.PPNI;
e. Menunjuk Ketua DPLN terpilih sebagai Ketua Tim Formatur;

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
44 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 45 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
f. memilih Anggota Tim Formatur Perwakilan LN; (4) semua surat keluar pada prinsipnya ditandatangani oleh Ketua Umum/Ketua dan
g. memberikan mandat kepada Tim formatur untuk menyusun personel DPW Sekretaris Jenderal/Sekretaris, terutama yang bersifat keluar dan pernyataan sikap
Provinsi, Dewan Pertimbangan Perwakilan LN; untuk dan atas nama organisasi, setelah mendapat paraf dari Ketua/Wakil Ketua yang
h. memberikan mandat kepada Ketua DPLN terpilih untuk melantik DPLN, terkait dengan perihal surat/permasalahan yang ditanggapi, sesuai tingkatan di
Dewan Pertimbangan Perwakilan LN; dan organisasi PPNI ;
i. menetapkan garis-garis besar program kerja DPLN. (5) surat keluar yang menyangkut pelaksanaan kegiatan/Program Kerja, dapat
ditandatangani oleh salah seorang Ketua dan atau bersama Sekretaris
BAB XV
Jenderal/Sekretaris, yang;
KESEKRETARIATAN DAN RUMAH TANGGA PPNI
Bagian Kesatu (6) bersangkutan dengan Kegiatan/Program Kerja tersebut, yang tembusan surat
Sekretariat Pengurus ditujukan kepada Ketua Umum/Ketua, sesuai tingkatan di organisasi PPNI; dan
Pasal 77 (7) surat yang bersifat teknis administratif dan rutin semata, dapat ditandatangani
(1) DPP.PPNI, DPW Propinsi, DPD Kabupaten/Kota dan DPK wajib memiliki Sekretaris Jenderal/Sekretaris dengan tembusan kepada Ketua Umum/Ketua, sesuai
Sekretariat; tingkatan organisasi PPNI.
(2) Sekretariat tersebut dapat berupa hak milik, sewa, kontrak ataupun pinjaman yang BAB XVI
tidak mengikat; dan BADAN-BADAN LAIN
(3) setiap Pengurus PPNI wajib memberitahukan alamat sekretariat kepada DPP.PPNI Pasal 80
dengan tembusan kepada pengurus diatasnya dalam wilayah propinsi masing- Badan-badan Lain Pengurus PPNI terdiri dari:
masing. a. Badan Bantuan Hukum dan Advokasi;
b. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keperawatan;
Bagian Kedua c. Badan Penelitian dan Pengembangan Keperawatan;
Pengelolaan Rapat d. Badan Penanggulangan Bencana; dan
Pasal 78
e. Badan Usaha.
(1) Rapat Pengurus Harian, diselenggarakan setiap 1 (satu) bulan sekali;
(2) Rapat Pengurus Pleno, diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap 3
(tiga) bulan; BAB XVII
(3) Rapat-Rapat Pengurus adalah sah bila dihadiri 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota PEMBIAYAAN DAN ASET
Badan Pengurus; Bagian Kesatu
(4) p a r a K e t u a / Wa k i l K e t u a d a p a t m e n g a d a k a n r a p a t d e n g a n Sumber dan Alokasi
Bidang/Departemen/Divisi yang ada di bawah koordinasinya, sewaktu-waktu Pasal 81
diperlukan; (1) Sumber dan alokasi besarnya uang pangkal dan uang iuran keanggotaan ditetapkan
(5) para Bidang/Departemen/Divisi dapat mengadakan rapat di dalam lingkungannya oleh Munas.
sendiri atau antar; dan (2) Besaran uang pangkal bagi anggota baru adalah Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah
(6) Bidang/Departemen/Divisi, sewaktu waktu diperlukan. ribu rupiah).
(3) Iuran anggota sebesar Rp 200.000,- (dua ratus ribu rupiah )/orang/tahun.
Bagian Ketiga (4) Pengalokasian uang pangkal dan iuran bulanan anggota ditetapkan sebagai berikut:
Surat-Menyurat a. DPP.PPNI sebesar 15%
Pasal 79 b. DPW Provinsi/sebesar 20%
(1) semua surat yang bersifat formal, baik surat masuk maupun keluar, untuk masing-
masing; c. DPD Kab/Kota sebesar 25%
(2) bidang/departemen/divisi, harus dicatat oleh Staf Sekretariat, setelah berkoordinasi d. DPK 40%
dengan Sekretaris Jenderal/Sekretaris sesuai tingkatan di organsiasi PPNI. Surat (5) Untuk Perwakilan Luar Negeri menyetorkan 20% dari uang iuran anggota ke
masuk yang telah diterima dan dicatat, diberi lembar disposisi dan dilaporkan DPP.PPNI.
kepada; (6) Iuran anggota disetorkan komisariat melalui sistem Bank yang telah mendapat
(3) Sekretaris Jenderal/Sekretaris, kemudian didisposisikan dan diteruskan kepada persetujuan bersama Pengurus.
Ketua Umum/Ketua untuk mendapatkan disposisi lebih lanjut atau dilaksanakan,
sesuai dengan tingkatan PPNI;

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
46 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 47 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
(7) Iuran anggota ditambahkan iuran keanggotaan ICN sebesar Rp. 5.000.- (lima ribu BAB XVIII
rupiah)/anggota/bulan dan disetorkan langsung oleh DPD Kabupaten/Kota kepada KETENTUAN TAMBAHAN
DPP.PPNI melalui rekening Bank. Pasal 84
(8) Pembagian uang hasil usaha dari unit-unit pelaksana teknisatau usaha-usaha lain
yang mengatasnamakan dan atau menggunakan nama PPNI antara lain: (1) Setiap anggota PPNI dianggap telah mengetahui isi dari Anggaran Dasar dan Rumah
a. Pelaksana usaha yang bersangkutan 75%. Tangga PPNI.
b. Fee organisasi sebanyak 25% dengan rincian: (2) Perselisihan dalam penafsiran Anggaran Dasar dan Rumah Tangga PPNI ini
1) Komisariat atau lokasi di mana badan usaha tersebut berada: 10% diputuskan oleh DPP.PPNI.
2) DPP.PPNI, DPW Provinsi dan DPD Kab/Kota, masing-masing: 5% (3) Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga PPNI ini dimuat di
(9) Pembagian hasil usaha yang dilakukan dan atau melibatkan Kolegium, Ikatan dan dalam Peraturan Organisasi sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Rumah
atau Himpunan. Tangga.
(10) Mekanisme pembagian hasil usaha yang melibatkan Kolegium, Ikatan dan atau (4) Pemberlakuan terkait dalam Pasal 81 tentang sumber dan alokasi dana di mulai 1
Himpunan dan badan-badan lain, secara rinci akan diatur dalam Peraturan Januari 2016
Organisasi.
Bagian Kedua
BAB XIX
Pengelolaan Keuangan
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 82
(1) Pengelolaan dan penggunaan dana pada setiap tingkatan organisasi dituangkan Pasal 85
Rencana Pendapatan dan Pengeluaran Organisasi berupa rencana kerja dan anggaran
tahunan yang dibahas dalam rapat pleno. Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(2) Pengeluaran yang bersifat mendesak diputuskan para rapat pengurus harian dan
dilaporkan pada rapat pleno pengurus serta pengeluaran harus ditandatangani Ditetapkan di : Kota Palembang
sedikitnya 2 orang sebagai berikut: untuk DPP.PPNI di tandatangani oleh Ketua Pada tanggal : 08 Mei, 2015
umum atau Sekretaris Jenderal dan seorang Ketua, untuk provinsi dan Pimpinan Musyawarah Nasional IX PPNI
Kabupaten/Kota ditanda tangani oleh Ketua atau Wakil Ketua dan Sekretaris. 1. Ketua : Arthur D.T.B Lapian, SE., S.Kep., M.Kes
(3) Pengurus menyampaikan laporan keuangan kepada Rapat Pleno Pengurus secara 2. Sekretaris : Wawan Arif Sawana, S.Kp., MARS
berkala, triwulan, tahunan dan lima tahunan. 3. Anggota :
(4) Audit keuangan eksternal dilakukan oleh akuntan publik sekurang-kurangnya satu 3.1 : H. Sunardi, SKM., M.Kes.
kali dalam satu periode guna keperluan pengawasan. 3.2 : Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.AppSc., Ph.D
(5) Pembukuan keuangan organisasi dimulai setiap tanggal 1 Januari, sampai dengan 31 3.3 : Isak Jurun Hans Tukayo, S.Kp., M.Sc
Desember pada setiap tahunnya.
(6) Bendahara Umum/Bendahara di setiap tingkatan membuat laporan keuangan dan
menyusun neraca keuangan organisasi pada setiap akhir tahun, dan selambat-
lambatnya pada tanggal 31 desember tahun berjalan.
(7) Pemasukan dan pengeluaran keuangan organisasi wajib didokumentasikan sesuai
dengan sistem yang berlaku untuk organisasi nirlaba.
(8) Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan harta kekayaan organisasi
dilakukan pada Musyawarah Nasional/Musyawarah Wilayah/Musyawarah
Daerah/Rapat Anggota.

Bagian ketiga
Aset
Pasal 83
Pengelolahan aset PPNI akan diatur lebih lanjut dengan peraturan organisasi

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA
48 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA 49 PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai