Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

KONSEP PROSES PATOFISIOLOGI : PROSES IMMUNITAS,


PROSES PERADANGAN, PROSES INFEKSI, PROSES
KEGANASAN, PROSES TERJADINYA SYOK DAN
KELAINAN DAN INTERKASI GENETIK
Mata Kuliah Patofisiologi yang Diampu Oleh
Dr. Dedi Damhudi, S.Kp., M.kep., Sp.Kep.KMB.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Safira Nurul Amanda 221121058
2. Rizki Aulia 221121054
3. Debora Situmorang 221121016
4. Thariq Al Fattah 221121067

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN + NERS


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
Jalan 28 Oktober, Siantan Hulu, Pontianak
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konsep Proses
Patofisiologi: proses immunitas, proses peradangan, proses infeksi, proses
keganasan, proses terjadinya syok, dan kelainan dan interaksi genetik.” dengan
tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Patofisiologi. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang konsep proses patofisiologi
: proses immunitas, proses peradangan, proses infeksi, proses keganasan, proses
terjadinya syok, dan kelainan dan interaksi genetik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Dedi Damhudi
selaku dosen Mata Kuliah Patofisiologi. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikannya makalah ini.

Pontianak, 7 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

kata Pengantar................................................................................................................ ii
Daftar Isi ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Imunitas .....................................................................................................4
B. Peradangan (Inflamasi) ........................................................................................ 10
C. Infeksi ................................................................................................................. 16
D. Keganasan ........................................................................................................... 22
E. Syok .................................................................................................................... 26
F. Kelainan Genetika ................................................................................................ 30
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 36
B. Saran ................................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh manusia adalah entitas yang
kompleks dan multifaset yang berhubungan dengan infiltrasi patogen seperti
bakteri, jamur, virus, dan parasit. Beberapa upaya tubuh untuk melawan
patogen tersebut adalah melalui respon imun spesifik dan non spesifik.
Kekebalan non-spesifik, seperti fagosit, sel NK dan sistem komplemen, selalu
ada pada individu sehat dan dengan cepat menghilangkan invasi mikroba ke
jaringan dalam 12 jam pertama setelah infeksi. Berbeda dengan sistem imun
nonspesifik, sistem imun spesifik memiliki kemampuan untuk mengenali
benda-benda yang dianggap asing dan memiliki memori untuk memproses
paparan ulang secara cepat.
Inflamasi (radang) adalah suatu kondisi yang merespon kerusakan
jaringan atau infeksi yang dapat terjadi di rongga mulut. Peradangan yang
timbul dari mekanisme pertahanan tubuh akibat reaksi terhadap efek
kerusakan jaringan dapat disebabkan oleh bakteri . Peradangan berhubungan
dengan beberapa fungsi, seperti: fungsi darah, fungsi pembuluh darah, fungsi
saraf, fungsi kelenjar getah bening, fungsi cairan dan sel-sel di sekitar
peradangan. Peradangan akut menghasilkan respons yang relatif singkat
dalam beberapa jam atau hari setelah timbulnya peradangan. Tujuan akhir
dari respon inflamasi adalah untuk menarik protein plasma dan fagosit ke area
yang rusak, menghancurkan atau menonaktifkan zat asing yang menyerang,
menghilangkan patogen, dan menyiapkan jaringan untuk penyembuhan.
Penyakit infeksi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang
signifikan, khususnya pasa orang-orang yang paling rentan terhadap penyakit
ini: mereka yang berusia sangat muda, orang lanjut usia, orang dengan
tanggap imun yang lemah dan kaum papa. Patogenesis penyakit infeksi
bergantung pada hubungan antara manusia sebagai pejamu, agen infeksi, dan
lingkungan luar. Agen infeksi dapat bersifat eksogen atau endogen. Infeksi
terjadi ketika suatu agen eksogen masuk ke dalam pejemu dari lingkungan

1
atau ketika suatu agen endogen mengalahkan imunitas bawaan pejamu dan
menyebabkan penyakit.
Keganasan, atau kanker, adalah penyakit yang disebabkan oleh
pertumbuhan abnormal sel-sel jaringan di dalam tubuh. Sel kanker
berkembang dengan cepat, tak terkendali dan terus membelah, lalu
menyerang jaringan sekitarnya (invasif) dan terus menyebar melalui jaringan
ikat dan darah, menyerang organ vital dan sumsum tulang belakang. Dalam
kondisi normal, sel hanya membelah ketika sel mati dan rusak diganti. Di sisi
lain, sel kanker terus membelah meski tubuh tidak membutuhkannya,
sehingga sel-sel baru menumpuk. Karena sifatnya yang ganas (pertumbuhan
yang tidak terkendali dan berakibat fatal), kanker juga dikenal sebagai tumor
ganas. Kanker dapat mempengaruhi setiap sel dalam tubuh kecuali rambut,
gigi dan kuku. Kanker dapat terjadi di bagian tubuh manapun. Ketika kanker
terjadi di permukaan tubuh, mudah untuk mengidentifikasi dan
mengobatinya. Namun, ketika sel kanker ada di dalam tubuh, mereka sulit
dideteksi dan terkadang tidak menunjukkan gejala sama sekali. Padahal, saat
gejala muncul, biasanya sudah lanjut sehingga sulit diobati.
Syok mengacu pada suatu kondisi di mana kehilangan cairan tubuh
yang cepat karena aliran darah yang tidak mencukupi menyebabkan
kegagalan banyak organ. Syok paling sering terjadi setelah perdarahan hebat
(syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan
perdarahan hebat akibat penyakit gastrointestinal adalah dua penyebab paling
umum gangguan perdarahan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat
pendarahan internal akut di dada dan perut. Penyebab utama perdarahan
internal adalah cedera organ dan pecahnya aneurisma aorta perut. Syok dapat
disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh selain darah dalam jumlah besar.
Contoh syok hipovolemik akibat kehilangan cairan lain termasuk
gastroenteritis refraktori dan luka bakar parah. Tujuan dari seluruh jurnal ini
adalah untuk fokus pada syok hipovolemik akibat perdarahan dan kontroversi
seputar pengobatannya.
Kelainan dan penyakit genetik adalah penyimpangan dari sifat umum
atau sifat rata-rata manusia, serta merupakan penyakit yang muncul karena

2
tidak berfungsinya faktor-faktor genetik yang mengatur struktur dan fungsi
fisiologi tubuh manusia. Penyakit genetik ditentukan secara genetis, secara
lingkungan maupun kedua-duanya (genetis dan lingkungan).
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang terdapat dalam konsep proses patofisilogi?
2. Bagaimana dapat mengetahui proses patofisilogi imunitas?
3. Bagaimana dapat mengetahui proses patofisilogi peradangan?
4. Bagaimana dapat mengetahui proses patofisilogi infeksi?
5. Bagaimana dapat mengetahui proses patofisilogi keganasan?
6. Bagaimana dapat mengetahui proses patofisilogi syok?
7. Bagaimana dapat mengetahui proses patofisilogi kelainan dan interaksi
genetik?
C. Tujuan Penelitian
1. Agar dapat mengetahui tentang konsep proses patofisiologi.
2. Agar dapat mengetahui tentang proses patofisilogi imunitas.
3. Agar dapat mengetahui tentang proses patofisilogi peradangan.
4. Agar dapat mengetahui tentang proses patofisilogi infeksi.
5. Agar dapat mengetahui tentang proses patofisilogi keganasan.
6. Agar dapat mengetahui tentang proses patofisilogi syok.
7. Agar dapat mengetahui tentang proses patofisilogi kelainan dan
interaksi genetik.
D. Manfaat Penelitian
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan jawaban dari
permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dan dapat memberikan
kegunaan baik secara teoretis maupun secara praktis. Makalah ini juga
diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis mengenai konsep proses
patofisiologis serta dapat menambah literatur atau referensi untuk
pengembangan tugas makalah selanjutnya.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sistem Imunitas
1. Pengertian imunitas
Imunitas atau sistem kekebalan adalah sistem yang melindugi
terhadap efek biologis yang dibuat oleh sel dan organ tertentu dari
organisme. Ketika sistem kekebalan bekerja dengan baik, ia melindungi
tubuh dari infeksi bakteri dan virus serta menghancurkan sel kanker dan
zat asing lainnya. Ketika sistem kekebalan melemah, kemampuannya
untuk melindungi tubuh juga melemah, memungkinkan patogen,
termasuk virus penyebab pilek dan flu, berkembang biak di dalam tubuh.
Sistem imunitas adalah kumpulan dari sel, jaringan dan molekul yang
memediasi resistensi terhadap infeksi. Sistem imun memiliki tujuan
untuk melindungi sekaligus mencegah serangan dari organisme dan zat
yang berbahaya di lingkungan yang dapat merusak dirinya (Abbas et al.,
2012; Munasir, 2001).
Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organism
easing dengan membedakan “diri” (self) dari “bukan-diri” (non-self).
Sistem semacam ini diperlukan untuk kelangsungan hidup. Sistem imun
yang berfungsi baik tidak saja melindungi pejamu dari faktor eksternal
seperti mikro-organisme atau toksin tetapi juga mencegah dan menolak
serangan oleh faktor endogen seperti tumor atau fenomena autoimun.
Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun menimbulkan beragam
penyakit klinis dengan ekspresi dan keparahan yang bervariasi dari
penyakit atopik hingga artritis rheumatoid, severe combined
immunodeficiency, dan kanker.
2. Macam – macam imunitas
Sistem kekebalan tubuh manusia dibagi 2 yaitu :
a. Sistem kekebalan tubuh non spesifik
Disebut juga non-adaptive atau innate immunity, artinya
mekanisme pertahanan tidak hanya menargetkan satu jenis antigen,
tetapi antigen yang berbeda. Kekebalan bawaan hadir sejak lahir

4
dan terdiri dari beberapa elemen non-spesifik. Oleh karena itu
bukan pertahanan spesifik terhadap antigen tertentu.
1) Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap pertama
Tahap pertama dari proses pertahanan ini juga bisa disebut
kekebalan alami. Tubuh memberikan resistensi atau penghalang
masuknya patogen /antigen. Kulit menjadi penghalang
masuknya patogen karena lapisan luar kulit mengandung
keratin dan Sebagian air, yang mencegah pertumbuhan
mikroorganisme. Air mata melawan zat asing dengan
membasuh dan melarutkan mikroorganisme ini. Minyak yang
dihasilkan oleh glandula sebaceae memilik efek antimikroba.
Slime atau lender digunakan untuk mejebak patogen yang
menyerang ke dalam hidung atau bronkus dan keluar dari paru-
paru. Rambut hidung juga berperan, karena bertanggung jawab
untuk menyaring partikel berbahaya dari udara. Semua zat cair
yang diproduksi oleh tubuh (air mata, lendir, air liur)
mengandung enzim yang disebut lisozim. Lisozim adalah enzim
yang dapat menghidrolisis dinding sel bakteri atau patogen lain
sehingga menyebabkan sel rusak dan mati. Jika patogen
mengatasi fase pertahanan pertama, pertahanan kedua aktif.
2) Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap kedua
Peradangan adalah proses pertahanan non-spesifik di mana
ketika patogen atau antigen memasuki tubuh dan menyerang
sel, sel yang rusak melepaskan sinyal kimia yang disebut
histamin. sinyal kimia. Berefek pada pelebaran pembuluh darah
(dilatasi) dan akhirnya pecah. Sel darah putih seperti neutrofilik,
asidofilik, dan monosit bocor keluar dari pembuluh darah
karena gerakan yang diinduksi oleh senyawa kimia
(kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifat fagositiknya, sel
darah putih ini segera memakan sel asing tersebut. Peristiwa ini
disebut fagositosis karena memakan benda padat, bila benda
cair dimakan disebut pinositosis.

5
Makrofag atau monosit mencoba membunuh patogen
dengan menutupinya dengan pseudopoda dan menggunakan
lisosom untuk membunuh patogen. Dengan bantuan lisosom,
pembunuh dapat menempuh dua cara, yaitu lisosom
menghasilkan senyawa toksik bagi patogen atau lisosom
menghasilkan enzim lisosom yang mencerna bagian tubuh
mikroba. Bagian tubuh tertentu memiliki makrofag yang tidak
bermigrasi ke bagian tubuh lainnya, antara lain:
Di paru-paru (makrofag alveolar), hati (sel Kupffer), ginjal
(sel mesangial), otak (mikrosit), jaringan ikat (histiosit) dan
nodul dan limpa. Acidophilus / eosinophils berperan dalam
mengendalikan parasit besar. Sel ini menempel pada dinding
luar parasit dan melepaskan enzim pengurai dari butiran
sitoplasmanya. Selain leukosit, protein antimikroba terlibat
dalam penghancuran patogen.
Protein antimikroba utama dalam darah dan jaringan adalah
protein dari sistem komplemen, yang memainkan peran penting
dalam proses pertahanan non-spesifik dan spesifik, dan
interferon. Sel yang terinfeksi virus menghasilkan interferon,
yang mencegah produksi virus di sel tetangga. Jika patogen
berhasil mengatasi semua pertahanan non-spesifik, patogen
segera menghadapi pertahanan spesifik yang dimediasi oleh
limfosit.
a. Sistem kekebalan tubuh spesifik
Pertahanan Khusus: Imunitas yang dimediasi antibodi
dalam respon imun yang dimediasi antibodi, limfosit B
berperan dalam proses ini, dengan limfosit B mengalami dua
proses, yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder.
Ketika limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok,
limfosit B membelah dengan mitosis dan menghasilkan
banyak limfosit B. Semua limfosit B segera melepaskan
antibodinya, merangsang sel mast untuk menghancurkan

6
antigen atau sel yang ditargetkan oleh antigen untuk
melepaskan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan hidup untuk
menyimpan antibodi yang sama sebelum serangan.
Limfosit B yang tersisa ini disebut limfosit B memori.
Ini adalah proses respon imun primer. Jika antigen yang sama
menyerang lagi, limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih
banyak limfosit B daripada sebelumnya. Semua antibodi rilis
dan merangsang sel mast untuk mengeluarkan histamin
untuk membunuh antigen.
Kemudian 1 limfosit B tetap hidup untuk
mempertahankan antibodi sebelumnya. Karena itu, respon
imun sekunder jauh lebih cepat daripada respon imun primer.
Jika suatu saat orang tersebut tidak terpapar antigen yang
sama dengan orang yang menyerang sebelumnya,
kemungkinan mereka tertular antigen yang sama karena
limfosit B yang mengingat antigen tersebut mati.
Limfosit B memori biasanya berumur panjang dan tidak
menghasilkan antibodi kecuali terkena antigen tertentu. Jika
antigen yang sama tidak menyerang untuk waktu yang lama,
limfosit B bisa mati dan orang yang seharusnya resisten
terhadap antigen tersebut bisa sakit lagi saat antigen
menyerang, sehingga seluruh proses respon imun harus
diulang dari awal.
3. Proses/Cara Kerja Imunitas Dalam Tubuh Manusia
Sistem kekebalan tubuh bekerja ketika mikroorganisme (bakteri
atau virus) terdeteksi menyerang tubuh, maka "unit" sel sistem kekebalan
membentuk semacam barikade untuk mencegah serangan berbahaya ini.
Dalam proses ini, beberapa jenis sel bekerja sama untuk mengenali
dan merespons antigen. Sel-sel ini kemudian merangsang limfosit B
untuk menghasilkan antibodi. ini tidak lebih dari sebuah protein yang
kemudian berikatan dengan agen penyakit (antigen). Juga, limfosit T
berpindah ke antigen yang telah ditunggangi oleh limfosit B dan

7
kemudian menghancurkan antigen tersebut. Antibodi, setelah terbentuk,
tetap berada di dalam tubuh untuk beberapa waktu. Jadi ketika bakteri
(antigen) kembali, antibodi tersedia untuk melakukan tugasnya.
Selain itu, antibodi juga berperan dalam menetralkan racun yang
dibawa oleh mikroorganisme dan merangsang protein komplemen untuk
melawan virus dan bakteri.
a. Macam – macam gangguan imunitas pada manusia
1) Hipersensitivitas (Alergi)
Hipersensitivitas adalah peningkatan aktivitas atau kepekaan
terhadap antigen yang telah terpapar sebelumnya atau yang
diketahui. Reaksi imun non-spesifik dan spesifik umumnya
bermanfaat bagi tubuh, bertindak sebagai perlindungan terhadap
infeksi atau pertumbuhan kanker, tetapi juga dapat menyebabkan
hal-hal yang merugikan bagi tubuh, seperti: reaksi
hipersensitivitas. Komponen sistem imun yang berperan dalam
fungsi proteksi sama dengan komponen yang menyebabkan reaksi
hipersensitivitas.
Hipersensitivitas mengacu pada peningkatan sensitivitas atau
reaktivitas terhadap antigen yang diketahui sebelumnya. Dengan
kata lain, tubuh Anda menjadi lebih sensitif terhadap antigen
tertentu. Respon imun berlebihan dan dapat menyebabkan
ketidaknyamanan. Pada umumnya setiap orang memiliki gejala
alergi yang berbeda-beda, namun ada beberapa gejala yang sama
yang dimiliki oleh penderita alergi. Gejala-gejala ini termasuk
gatal-gatal, ruam, mata merah, kram berlebihan dan kesulitan
bernapas.
2) Autoimun
Autoimun merupakan penyakit yang menyerang sistem
kekebalan tubuh seseorang dan biasanya terjadi pada wanita.
Autoimun adalah gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh kegagalan pertahanan tubuh yang stabil, dimana
sistem kekebalan menyerang tubuh yang sehat sebagai benda

8
asing yang harus dihancurkan. Penyakit autoimun ini merusak
organ tubuh manusia karena dapat merusak organ sel yang sehat
di dalam tubuh manusia.
Contoh penyakit autoimun yang paling umum adalah
rheumatoid arthritis, lupus eritematosus sistemik, penyakit celiac,
sindrom Sjogren, rematik polymyalgia, multiple sclerosis,
ankylosing spondylitis, diabetes tipe 1, alopecia, vaskulitis, dan
sebagainya arteritis.
Munculnya penyakit autoimun menyebabkan beberapa
penyakit yang gejalanya sulit dikenali dan bisa menyerang siapa
saja, terutama wanita. Gejala penyakit autoimun dapat menyerang
tubuh kapan saja dan membahayakan sistem imun seseorang.
Umumnya wanita menganggap gejala tersebut biasa saja dan
menyepelekan masalahnya, namun ketika menyadari sudah
berada pada tahap kritis, mereka berinisiatif memeriksakan diri
ke dokter dan menunda pengobatan.
Ketika tubuh terasa tidak fit, perlu bertindak cepat dan
berkonsultasi dengan dokter, agar penyakit yang dihadapi
seseorang tidak serius dan dapat dicegah. Untuk memudahkan
pencegahan penyakit autoimun dan menemukannya berdasarkan
gejala tertentu dari seseorang maka dibuatlah aplikasi untuk
mengetahui apakah seseorang mengidap penyakit autoimun atau
tidak.
3) Imunodefisiensi
Immunodeficiency adalah suatu kondisi di mana efektivitas
sistem kekebalan tubuh berkurang atau sistem kekebalan tubuh
tidak mampu bereaksi terhadap antigen. Ada dua jenis
imunodefisiensi, yaitu imunodefisiensi kongenital dan AIDS.
Orang dengan defisiensi imun bawaan perlu hidup di lingkungan
yang steril karena mereka dilahirkan dengan defisiensi sel B dan
T. Pada saat yang sama, jumlah sel T penolong pada pasien AIDS

9
terus berkurang sehingga melemahkan sistem kekebalan tubuh.
AIDS disebabkan oleh virus HIV.

4. Skema Patofisiologi Imunitas

B. Peradangan (Inflamasi)
1. Pengertian Peradangan
Peradangan (inflamasi) adalah suatu kondisi yang merespon
kerusakan jaringan atau infeksi yang dapat terjadi di rongga mulut.
Peradangan yang terjadi akibat mekanisme pertahanan tubuh akibat
reaksi terhadap efek kerusakan jaringan tersebut dapat disebabkan oleh
bakteri. Peradangan berhubungan dengan beberapa fungsi, seperti fungsi
darah, fungsi pembuluh darah, fungsi saraf, fungsi kelenjar getah bening,
fungsi cairan dan sel-sel di sekitar peradangan. (Yoczhan et al, 2015).
Peradangan akut mengakibatkan respon yang relatif singkat
dalam waktu beberapa jam atau hari sejak timbulnya peradangan. Tujuan
akhir dari respon inflamasi adalah untuk menarik protein plasma dan
fagosit ke area yang rusak, menghancurkan atau menonaktifkan zat asing

10
yang menyerang, menghilangkan patogen dan menyiapkan jaringan
untuk penyembuhan.
2. Macam-Macam Peradangan
a) Peradangan Akut
Pada peradangan akut, prosesnya berlangsung dari beberapa menit
hingga beberapa hari, dan ciri utamanya adalah sekresi cairan dan
protein plasma serta pengangkatan leukosit, terutama neutrofil.
Rubor, kalor, dan tumor pada peradangan akut biasanya terjadi secara
tiba-tiba dan ditandai dengan gejala klasik dengan proses eksudatif
dan vaskular yang mendominasi. (Mitchell et al, 2015).
b) Peradangan Kronik
Peradangan kronis terjadi ketika penyembuhan dari peradangan
akut tidak lengkap, penyebab cedera tetap ada atau penyebabnya
ringan dan berulang. Ini juga disebabkan oleh reaksi imunologis.
Peradangan berlangsung lama (minggu, bulan). Peradangan
berlangsung lama dengan peningkatan limfosit, sel plasma dan
makrofag dan biasanya disertai dengan pembentukan jaringan
granulasi yang menghasilkan fibrosis.
3. Tanda & Gejala Peradangan
a) Kemerahan (rubor)
Gejala selanjutnya yang muncul biasanya kemerahan (rubor). Ini
adalah hal pertama yang harus dilihat di area yang meradang. Saat
respons peradangan terjadi, arteri yang mensuplai darah ke area
tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke
mikrosirkulasi lokal. Pembuluh darah yang sebelumnya kosong atau
dengan cepat melebar sebagian dan terisi darah. Keadaan ini disebut
dengan hiperemi atau kongesti menyebabkan kemerahan lokal akibat
peradangan akut.
b) Rasa panas (kalor)
Pada saat yang sama, ada perasaan panas dan kemerahan. Panas
terjadi bila terdapat lebih banyak darah di tempat radang daripada di
daerah lain sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi ketika di

11
permukaan kulit sedangkan bila terjadi jauh di dalam tubuh tidak
dapat dilihat dan rasakan.
c) Rasa sakit (dolor)
Rasa sakit peradangan dapat disebabkan oleh peregangan jaringan
akibat pembengkakan sehingga terjadi peningkatan tekanan lokal
yang dapat menyebabkan rasa sakit dan pelepasan bahan kimia atau
mediator rasa sakit seperti prostaglandin, histamin, bradikinin yang
dapat merangsang saraf perifer sehingga dirasakan nyeri.
d) Pembengkakan (tumor)
Gejala peradangan yang paling jelas adalah pembengkakan
sebagai hasil dari peningkatan permeabilitas kapiler, aliran darah dan
cairan ke jaringan yang rusak meningkat untuk memungkinkan
protein plasma keluar dari pembuluh darah dan memasuki ruang
interstisial.
e) Fungsiolaesa
Fungiolaesa adalah gangguan fungsi jaringan yang disebabkan
oleh proses peradangan (inflamasi). Pergerakan di area yang
meradang baik secara sadar maupun refleksif, dihambat oleh rasa
sakit dan pembengkakan yang parah secara fisik mengakibatkan
penurunan pergerakan jaringan.
4. Proses Terjadinya Peradangan
Menurut Roman (2009), proses peradangan diawali dengan
kerusakan jaringan akibat adanya stimulus yang menyebabkan sel mast
pecah diikuti pelepasan mediator inflamasi dan dilanjutkan dengan
vasodilatasi yang kemudian menyebabkan migrasi sel leukosit. Tanda-
tanda yang paling khas menandakan adanya inflamasi adalah kemerahan
(rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), bengkak (tumor) dan disertai dengan
perubahan fungsi lokal.
Peradangan dimulai dengan peradangan akut yang merupakan
respons awal terhadap kerusakan jaringan. Peradangan akut memiliki dua
komponen utama, yaitu perubahan vaskular dan aktivitas seluler.
Vasokonstriksi terjadi dalam beberapa detik setelah cedera diikuti oleh

12
vasodilatasi arteri yang menyebabkan peningkatan aliran darah dan
menyebabkan gejala gesekan dan kalori yang merupakan gejala khas
peradangan.
Pembuluh darah kecil lebih permeabel dan cairan kaya protein
mengalir ke jaringan ekstravaskular, meningkatkan kekentalan darah dan
memperlambat perfusi (aliran darah). Setelah pembuluh darah berhenti,
leukosit terutama neutrofil mulai menumpuk di permukaan vaskular
endotel. Kontraksi sel endotel menyebabkan celah terbentuk antara sel-
sel di venule post kapiler sehingga meningkatkan permeabilitas vaskular.
Kontraksi sel endotel segera terjadi setelah pengikatan dengan
histamin, bradikinin, leukotrien selama 15-30 menit yang diikuti oleh
peningkatan TNF dan IL-1. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah
menyebabkan cairan kaya protein serta sel darah mengalir ke jaringan
ekstravaskuler. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan osmotik
cairan interstitial dan kebocoran cairan ke dalam jaringan, menyebabkan
akumulasi cairan aya protein yang disebut eksudat dan menyebabkan
pembengkakan sebagai manifestasi peradangan.
Sel mulai berfungsi saat aliran darah ke area yang rusak
meningkat. Leukosit dan trombosit tertarik ke area tersebut oleh bahan
kimia yang dikeluarkan oleh sel mast yang rusak melalui aktivasi
komplemen dan produksi sitokin setelah antinodi berkaitan dengan
antigen. Trombosit yang tiba di tempat cedera merangsang pembekuan
untuk mengisolasi infeksi dan mengontrol perdarahan. Kerusakan sel
yang berhubungan dengan peradangan mempengaruhi membran sel,
menyebabkan leukosit melepaskan enzim lisosom khususnya metabolit
asam arakidonat.
Pori-pori kapiler melebar membawa protein plasma dari
pembuluh darah ke jaringan yang meradang. Akumulasi protein yang
bocor di jaringan interstitial meningkatkan tekanan osmotik koloid di
jaringan interstitial dan meningkatkan tekanan darah kapiler.
Peningkatan tekanan osmotik koloid dan tekanan kapiler cenderung
memindahkan cairan dari kapiler dan menurunkan reabsorpsi cairan di

13
kapiler. Selanjutnya, cairan menumpuk di jaringan interstitial
menyebabkan pembengkakan (edema) lokal.
5. Cara Mencegah Peradangan
a) Tidak mengonsumsi rokok
Merokok dapat menyebabkan respon peradangan (inflamasi)
dengan sangat mudah karena rokok membuat radikal bebas
menumpuk di dalam tubuh seseorang. Bahaya rokok juga
meningkatkan jumlah plak yang akan menumpuk di arteri. Ketika
plak menumpuk dan inflamasi meningkat, kemungkinan
penyumbatan pembuluh darah sangat tinggi.
b) Menjalani kehidupan yang aktif
Menjalani kehidupan yang aktif adalah cara mudah untuk
mencegah peradangan berlebihan di tubuh. Tetapi, banyak orang
yang masih kesulitan menerapkan prinsip hidup. Penelitian
menunjukan bahwa 30 menit melakukan aktivitas fisik tingkat
sedang selama 5 hari rutin bisa menurunkan risiko peradangan
hingga 12 persen. Aktivitas ini juga melepaskan hormon epinefrin
dan norepinefrin ke dalam pembuluh darah untuk mengoptimalkan
fungsi sistem kekebalan tubuh.
c) Kebutuhan tidur yang terpenuhi
Kurang tidur dapat menyebabkan Anda lebih stres yaitu stres itu
sendiri yang meningkatkan risiko peradangan.
d) Kebutuhan makanan
Penelitian membuktikan bahwa diet tinggi ikan yang berminyak,
sayuran hijau, serta kacang-kacangan dapat mengurangi risiko
peradangan karena kandungan Omega-3 yang dikenal sebagai zat
yang dapat mengurangi peradangan.
e) Pemijatan secara teratur
Cara ini bisa mengurangi zat penyebab radang dengan
meningkatkan jumlah sel darah putih yang melawan penyakit serta
mengurangi hormon stres. Menurut sebuah penelitian yang
diterbitkan dalam Journal of Alternative and Complementary

14
Medicine, pijat selama 45 menit dapat mengurangi aktivitas hormon
yang memicu peradangan (inflamasi).
6. Cara Penanganan Peradangan
Jika rasa sakitnya parah atau terus-menerus, sebaiknya Anda
memeriksakan diri ke dokter yang dapat melakukan pemeriksaan dan
mungkin akan memerintahkan pemeriksaan darah atau pemeriksaan
darah atau pemeriksaan pencitraan seperti rontgen, MRI atau CT Scan
untuk mengetahui penyebab peradangan tersebut. Dokter juga dapat
merekomendasikan perawatan seperti pemberian obat NSAID
(nonateroidal anti-inflammatory drug) untuk membantu meredakan
inflamasi seperti demam dan nyeri dan obat kortikosteroid dalam bentuk
oral, topikal, maupun suntikan.

7. Patofisiologi Peradangan

C. Infeksi
1. Pengertian Infeksi
Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam atau
pada jaringan tubuh yang akan menghasilkan tanda dan gejala selain
respons imun. Reproduksi mikro- organisme seperti ini akan mencederai
tubuh pejamu dengan menimbulkan kerusakan sel akibat toksin yang
dihasilkan oleh mikroorganisme atau akibat multiplikasi intrasel. Cedera
pada tubuh hospes dapat pula terjadi karena persaingan antara
metabolisme mikroorganisme dan inang- nya.
Penyakit infeksi berkisar dari keadaan sakit yang rela- tif ringan
hingga sakit yang berat dengan keadaan umum pasien yang buruk dan

15
bahkan mematikan; dari demam selesma hingga hepatitis kronis sampai
sindrom AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). Berat infeksi
ber- variasi menurut patogenisitas serta jumlah mikroorganisme yang
menginvasi tubuh dan kekuatan pertahanan tubuh pejamu. Orang yang
berusia sangat muda (anak-anak) dan sangat tua (lanjut usia) merupakan
kelompok yang mudah terserang penyakit infeksi.
2. Macam-macam infeksi
a) Infeksi bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal sederhana dan
memiliki dinding sel yang melindunginya terhadap mekanisme
pertahanan tubuh manusia. Bakteri merusak jaringan tubuh dengan
menggangu fungsi sel yang esensial atau dengan melepaskan
eksotoksin atau endotokin yang menyebabkan kerusakan sel. Selama
pertumbuhan bakteri, sel-sel tersebut akan melepaskan eksotokksin,
yaitu enzim yang merusak sel pejamu dengan mengubah fungsinya
atau dengan membunuhnya.
Enterotoksin merupakan tipe eksotoksin yang spesifik dan
disekresikan oleh bakteriyang menginfeksi traktus GI. Racun ini akan
memengaruhi pusat muntah dalam otak dan menyebabkan
gastroeinteritis. Eksotoksin juga dapat menyebabkan reaksi yang difus
dalam tubuh pejamu, seperti inflamasi, pendarahan, pembekuan
darah, dan demam. Endotoksin terdapat dalam dinding sel bakteri sel
gram negatif dan racun ini akan dilepas ketika bakteri mengalami lilis.
b) Infeksi virus
Virus merupakan organisme subseluler yang tersusun hanya dari
nukleus RNA (asam ribonukleat) dan nukleus DNA (asam
deoksiribonukleat) yang terbungkus oleh protein. Virus dikenal
sebagai mekanisme terkecil dan berukuran begitu kecilnya sehingga
hanya dapat dilihat melalui mikroskop elektron. Tanpa bergantung
pada sel hospes, virus tidak dapat mengadakan repikasi. Sebaliknya,
virus akan menginvasi sel pejamu dan menstimulasikan untuk turut
serta dalam membentuk partkel virus tambahan.

16
Sebagian virus menghancurkn jaringan sekitar dan melepas
toksin. Virus tidak mengandung gen yang diperluhkan untuk
memproduksi energi. Mereka bergantung pada ribosom dan nutrien
dalam sel pejamu yang terkena untuk memproduksi energi. Virus
yang menginfeksi manu- sia diperkirakan berjumlah 400 dan
diklasifikasi menurut ukuran, bentuk, dan cara penularannya
(respirasi, fekal, oral, seksual).
Sebagian besar virus memasuki tubuh melalui traktus
respiratorius, GI, dan genitalia. Beberapa jenis, seperti virus HIV,
ditularkan lewat darah, kulit, dan membran mukosa yang terluka.
Virus dapat menimbulkan berbagai ragam penyakit, meliputi demam
selesma, herpes simpleks, herpes zoster, cacar air, mononukleosis
infeksiosa, hepatitis B serta C, dan rubela. Tanda dan gejala yang
ditimbulkan bergantung pada keadaan sel pejamu, jenis virus yang
spesifik, dan apakah lingkungan intraselnya menyediakan kondisi
yang memungkinkan virus hidup.
Retrovirus merupakan tipe virus yang unik karena membawa
kode genetiknya dalam RNA, bukan dalam pembawa kode genetik
yang lebih lazim, yaitu DNA. Virus RNA ini mengandung enzim
reverse transcriptase, yang akan mengubah RNA virus menjadi DNA.
Kemudian sel pejamu menggabungkan DNA yang asing itu ke dalam
materi genetiknya sendiri. Retrovirus yang sangat terkenal saat ini
adalah HIV.
c) Infeksi jamur (fungus)
Jamur memiliki dinding yang kaku dan nukleus yang terbungkus
membran nukleus. Mikroorganisme ini bisa terdapat sebagai ragi
(organisme berbentuk oval dan bersel tunggal) atau kapang
(organisme dengan hyphae dan filamen bercabang). Bergantung pada
lingkungannya, beberapa virus bisa ditemukan dalam kedua bentuk
itu. Fungus yang terdapat hampir di semua tempat di bumi dapat hidup
dalam materi organik, dalam air serta tanah, pada tubuh hewan serta

17
tumbuhan, dan pada berbagai macam bahan yang tampaknya tidak
mungkin didiami mikroorganisme.
Fungus atau jamur dapat hidup di dalam dan di luar tubuh pejamu.
Infeksi jamur yang superfisial menyebabkan tinea pedis (athlete's
foot) dan infeksi vagina. Candida albicans merupakan bagian dari
flora tubuh normal, tetapi dalam keadaan tertentu, jamur ini dapat
menyebabkan kandidiasis yang pada hakekatnya bisa menyerang
setiap bagian tubuh sekalipun bagian yang paling sering diserang
adalah mulut, kulit, vagina, dan traktus GI.
Sebagai contoh, terapi anti- biotik atau perubahan pH pada
jaringan yang rentan (karena penyakit seperti diabetes atau karena
penggunaan obat-obat tertentu seperti kontrasepsi oral) dapat
menghilangkan keberadaan bakteri normal yang menjaga populasi
kandida agar tetap terkendali.
d) Infeksi parasit
Parasit merupakan organisme uniseluler atau multiseluler yang
hidup pada atau di dalam tubuh organisme lain dan memperoleh
nutrisi dari pejamunya. Parasit hanya mengambil nutrien yang
diperlukan dan biasanya tidak mematikan pejamunya. Contoh parasit
yang dapat menimbulkan infeksi jika menyebabkan kerusakan sel
pada pejamu meliputi helmintes, seperti cacing kerawit (pinworm)
serta cacing pita, dan artropoda, seperti tuma, pinjal, serta kutu.
Helmintes dapat menginfeksi usus manusia; artropoda umumnya
menyebabkan penyakit kulit dan sistemik.

3. Tanda & Gejala Infeksi


a) Pilek
Gejala berupa pilek, bersin-bersin, dan kongesti. Penderitanya,
terutama anak-anak, harus segera ke dokter jika mengalami demam
tinggi atau gejala berat.
b) Flu
Gejalanya meliputi demam, menggigil, nyeri otot, batuk, pilek, sakit
kepala, dan kelelahan.

18
c) Infeksi saluran kemih
Infeksi kandung kemih dapat menyebabkan nyeri panggul,
meningkatkan dorongan buang air kecil, nyeri saat buang air kecil,
dan ada darah dalam urine.
d) Radang telinga tengah
Nyeri telinga dan demam adalah gejala umum, keluar cairan dari
telinga atau gangguan pendengaran adalah gejala yang jarang terjadi.
e) Flu perut
Diare, kram, mual, muntah, dan demam ringan adalah gejala umum
yang sering terjadi.
f) Selulitis
Selulitis dapat cepat menyebar. Kulit yang terkena akan bengkak dan
merah dan mungkin panas dan lunak.
g) Sakit tenggorokan akibat streptokokus
Gejala umum sakit tenggorokan, demam, pembengkakan kelenjar
getah bening dileher.
4. Cara Penanganan Infeksi
a) Pilek
Kebanyakan orang sembuh dengan sendirinya dalam waktu dua
minggu. Bisa juga dengan cara irigasi hidung, permen pelega
trnggorokan, dan mentol.
b) Flu
Flu diobati terutama dengan beristirahat dan cairan untuk membantu
tubuh melawan infeksi. Penghilang rasa sakit anti peradangan yang
tersedia bebas dapat membantu meringankan gejala. Vaksin tahunan
juga dapat membantu mencegah flu dan membatasi komplikasinya.
Bisa juga dilakukan dengan istirahat total dan permen pelega
tenggorokan.
c) Infeksi Saluran Kemih
Penanganan yang umum yang dilakukan adalah dengan memberikan
antibiotik.

19
d) Selulitis
Pengobatan yang digunakan yaitu terdiri dari antibiotik, tanpa
pengobatan dengan antibiotik, selulitis dapat mengancam jiwa.
e) Flu Perut
Pengobatan yang di gunakan terdiri dari cairan, menghindari
makanan dan air yang terkontaminasi sertamencuci tangan dapat
membantu mencegah infeksi. Istirahat dan rehidrasi adalah
penanganan yang utama.
f) Radang Telinga Tengah
Pengobatan yang digunakan terdiri dari antibiotik, kebanyakan
infeksi telinga menghilang dengan sendirinya. Namun beberapa
memerlukan antibiotik.
g) Penyakit Kelamin
Penanganan yang digunakan bervariasi salah satunya adalah
pengobatan dan mempraktikan hubungan seks yang aman untuk
menghindari penyebaran penyakit kepada orang lain.
5. Proses Terjadinya Infeksi
Infeksi terjadi ketika mikroorganisme menyebar dari reservoir
infeksi ke penjamu yang rentan. Reservoir merupakan tempat dimana
mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang biak dan dapat
berasal baik dari individu itu sendiri (self-infection) maupun dari
individu lain (cross-infaction) (James 2008).
Secara umum, prose infeksi adalah sebagai berikut:
a. Masa Inkubasi
Waktu antara munculnya patogen dan munculnya gejala pertama.
b. Fase Prodromal
Periode dari timbulnya tanda dan gejala nonspesifik (mual, demam
ringan dan kelelahan) hingga gejala sfesifik dimana mikroorganisme
tumbuh dan berkembang biak dan klien dapat menularkan penyakit
kepada orang lain.
c. Selama Tagap Penyakit
Klien akan menunjukan tanda dan gejala spesifik untuk jenis infeksi.

20
d. Pemulihan saat gejala akut infeksi muncul.
Pengobatan infeksi dapat melalui pemberian agen antimikroba,
termasuk obat antibakteri/antibiotik, antijamur, antivirus, dan
protozoa. Antibiotik adalah obat yang paling umum digunakan untuk
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik adalah zat kimia
yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang dapat membunuh bakteri
atau mencegah pertumbuhannya. Intensitas penggunaan antibiotik
sangat relatif dapat menyebabkan resistensi bakteri terhadap
antibiotik Riskesdas (Riset kesehatan dasar) 2013.
Hasil penelitian Antimiceobial Resistant in Indonesia (AMRIN-
Study, terbukti dari 2494 individu, 43% Esherichia coli resisten
terhadap berbagai jenis antibiotik antara lain: ampisilin (34%),
kortimoksazol (29%) dan kloramfenikol (25%) sedangkan menurut
hasil penelitian pada 781 pasien yang dirawat di rumah sakit
didapatkan 81% Esherichia coli resisten terhadap berbagai jenis
antibiotik yaitu ampisilin (73%), krotimoksozol (56%),
kloramfenikol (43%).
6. Cara Mencegah Infeksi
Tindakan atau upaya pencegahan penularan penyakit infeksi
adalah tindakan yang paling utama. Upaya pencegahan ini dapat
dilakukan dengan cara memutuskan rantai penularannya. Rantai
penularan adalah rentetan proses berpindahnya mikroba patogen dari
sumber penularan ke pejamu dengan atau tanpa media perantaraan. Jadi,
kunci utama mencegah atau mengendalikan penyakit infeksi adalah
mengeliminasi mikroba patogen yang bersumber pada reservoir serta
menganti mekanisme transmisinya, khususnya yang menggunakan
media perantara.
Sebagai sumber penularan atau reservoir adalah penderita,
hewan, seranga seperti lalat, nyamuk, kecoa, yang sekaligus dapat
berfungsi sebagai media perantara. Contoh lain ialah sampah, limbah,
ekskreta atau sekreta dari penderita, sisa makanan. Apabila perilaku
hidup sehat sudah menjadi budaya dan diimplementasikan dalam

21
kehidupan sehari- hari, serta sanitasi lingkungan yang sudah terjamin,
diharapkan kejadian penularan penyakit infeksi dapat ditekan seminimal
mungkin.
7. Skema Patofisiologi Infeksi

D. Keganasan
1. Pengertian Keganasan
Keganasan atau kanker merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh pertumbuhan abnormal sel-sel jaringan di dalam tubuh.
Sel kanker berkembang dengan cepat, tidak terkendali dan terus
membelah kemudian menyerang jaringan sekitarnya (invasif) dan terus
menyebar melalui jaringan ikat dan darah, menyerang organ vital dan
sumsum tulang belakang. Dalam kondisi normal, sel hanya membelah
ketika sel mati dan rusak diganti. Di sisi lain, sel kanker terus membelah
meski tubuh tidak membutuhkannya sehingga sel-sel baru menumpuk.
(Urip, 2002).
Karena sifatnya ganas (tumbuh tak terkendali dan berujung
kematian), kanker juga dikenal dengan penyakit keganasan. Kanker
dapat mempengaruhi setiap sel dalam tubuh kecuali rambut, gigi, dan
kuku. Kanker dapat terjadi di bagian tubuh manapun. Ketika kanker
terjadi di permukaan tubuh, mudah untuk mengidentifikasi dan
mengobatinya. Namun, saat berada di dalam tubuh sel kanker sulit

22
dideteksi dan terkadang tidak menunjukkan gejala. Bahkan, ketika gejala
muncul biasanya sudah stadium lanjut sehingga sulit diobati. (Iskandar,
2007).
2. Klasifikasi Keganasan
Terdapat lima kelompok besar yang digunakan untuk
mengklasifikasikan kanker (keganasan) yaitu karsinoma, sarkoma,
limfoma, adenom, serta leukimia (National Cancer Institute, 2009).
a) Karsinoma merupakan kanker yang berasal dari jaringan atau kulit
untuk menutup organ internal.
b) Sarkoma merupakan sel kanker yang berasal dari tulang yaitu tulang
rawan, otot, lemak, jaringan ikat serta pembuluh darah.
c) Limfoma merupakan kanker yang asalnya dari kelenjar getah bening
dan jaringan sistem kekebalan tubuh.
d) Adenoma merupakan kanker yang berasal dari sistem endokrin yaitu
kelenjar tiroid, kelenjar adrenal serta jaringan kelenjar lainnya.
e) Leukimia adalah kanker yang asalnya dari jaringan pembentuk darah
contohnya seperti sumsum tulang serta menumpuk dalam aliran
darah.
3. Gejala Keganasan
Gejala keganasan sangat bervariasi dan tergantung pada lokasi sel
kanker, stadium penyebarannya serta ukuran sel nya karena sel kanker
menguras energi tubuh dan mengganggu fungsi normal hormon, terdapat
kemungkinan besar gejala seperti demam, kelelahan, keringat berlebih,
anemia serta penurunan berat badan drastis tanpa sebab. Saat kanker
menyebar atau bermetastasis, gejala baru mungkin muncul di area yang
baru terkena.
Pembengkakan atau pembesaran kelenjar getah bening
merupakan gejala awal. Jika kanker menyebar ke otak, pasien mungkin
mengalami pusing, sakit kepala atau kejang. Sedangkan menyebar ke
paru-paru dapat menyebabkan batuk dan sesak napas. Selain itu, hati bisa
membesar dan menyebabkan penyakit kuning serta tulang bisa rapuh dan

23
mudah patah. Gejala metastasis pada akhirnya bergantung pada tempat
kanker yang telah penyebar. (Fayed, L., 2009).
4. Proses Keganasan
Sebagian besar bukti menunjukkan bahwa karsinogenesis adalah
proses bertingkat yang membutuhkan periode latensi yang panjang,
disebut sebagai teori inisiasi-promosi karsinogenesis. Sel kanker muncul
dari sel normal melalui proses kompleks yang disebut transformasi, yang
terdiri dari tahap inisiasi dan promosi (Iskandar, 2007).
Teori inisiasi-promosi menyatakan bahwa langkah pertama
dalam karsinogenesis adalah mutasi terus-menerus dari DNA sel selama
transkripsi DNA. Agar kanker berkembang dari kejadian awal atau dari
mutasi permanen ini, sel harus memiliki interaksi jangka panjang dengan
promotor yang berbeda. Promotor adalah zat yang merangsang
reproduksi dan pembelahan sel. Begitu banyak penyebab, adanya
promotor yang berbeda, faktor keturunan, usia dan lingkungan semuanya
berkontribusi terhadap perkembangan kanker.
Pada tahap awal atau pengenalan, perubahan permanen spesifik
terjadi pada susunan genetik sel, yang membuat sel menjadi ganas.
Perubahan materi genetik sel ini disebabkan oleh karsinogen, yang dapat
berupa bahan kimia, virus, radiasi (iradiasi), atau sinar ultraviolet dari
matahari. Namun, tidak semua sel sama sensitifnya terhadap karsinogen.
Promosi adalah proses induksi tumor dalam sel yang sebelumnya
diprakarsai atau diinduksi oleh bahan kimia. Gangguan fisik kronis juga
dapat membuat sel lebih rentan terhadap keganasan. Pada fase promosi,
sel yang diinisiasi menjadi ganas. Promosi tidak mempengaruhi sel yang
gagal dalam fase inisiasi. Karena munculnya tumor ganas (kombinasi sel
sensitif dan karsinogen).
5. Cara Penanganan Keganasan
Penanganan terhadap pasien yang terserang penyakit keganasan
(kanker) dapat melakukan kemoterapi. Kemoterapi adalah metode
pengobatan yang menggunakan obat antineoplastik yang bertujuan untuk

24
membunuh sel kanker dan memperlambat pertumbuhan sel kanker
dengan cara menghambat fungsi dan reproduksi sel.
Kemoterapi juga dapat membunuh sel kanker yang telah terlepas
dari sel kanker induknya atau yang telah menyebar ke bagian tubuh lain
melalui aliran darah dan kelenjar getah bening. Menurut Grundberg
(2004), kemoterapi bertujuan untuk mengobati atau memperlambat
pertumbuhan sel kanker dan mengurangi gejala:
a) Pengobatannya yaitu kanker dapat disembuhkan secara total dengan
kemoterapi atau kombinasi beberapa kemoterapi.
b) Pengendalian, yaitu kemoterapi, bertujuan hanya untuk
mengendalikan perkembangan sel kanker, agar tidak membesar atau
bermetastasis ke jaringan tubuh lain, sehingga pasien dapat hidup
normal.
c) Dengan mengurangi gejala, kemoterapi tidak akan menghilangkan
kanker tetapi dapat mengurangi gejala lain yang disebabkan
oleh kanker seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan
yang lebih baik serta memperkecil ukuran kanker.
6. Skema Patofisiologi Keganasan

25
E. Syok
1. Pengertian Syok
Syok didefinisikan sebagai suatu sindrom gangguan patofisiologi
yang parah, yang jika dilanjutkan dengan perfusi jaringan yang buruk,
mungkin berhubungan dengan metabolisme sel yang abnormal. Lebih
lanjut, syok adalah kegagalan total sirkulasi darah prifer sehingga perfusi
jaringan menjadi tidak adekuat. (R.K. Marya, 2013 : 244)
Syok adalah sindrom klinis kompleks yang mencakup sejumlah
kondisi dengan manifestasi hemodinamik yang berbeda, Namun indikasi
umum adalah perfusi jaringan yang tidak mencukupi Ketika kemampuan
jantung untuk memompa darah terganggu (Muttaqin, 2009).

2. Macam – macam syok


Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme
terjadinya, syok dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam :
a. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik dapat didefinisikan sebagai penurunan
volume darah yang bersirkulasi dibandingkan dengan kapasitas total
pembuluh darah. Syok hipovolemik adalah syok yang disebabkan
oleh hilangnya cairan infus, biasanya dalam bentuk darah atau
plasma. Kehilangan darah dari luka terbuka adalah salah satu
penyebab paling umum, tetapi kehilangan darah yang tidak terlihat
dapat terjadi di perut, di jaringan retroperitoneal, atau di sekitar
fraktur. Sementara itu, kehilangan protein plasma dapat dikaitkan
dengan kondisi seperti pankreatitis, peritonitis, luka bakar, dan
anafilaksis.
b. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik terjadi ketika kemampuan jantung untuk
berkontraksi dan memompa darah terganggu dan suplai oksigen ke
jantung dan jaringan tubuh tidak mencukupi. Penyebab syok
kardiogenik adalah: infark miokard akut, infark ventrikel kiri,
takiaritmia atau bradiaritmia. Tanda dan gejala syok kardiogenik

26
meliputi: tekanan darah rendah (<80-90 mm Hg), nadi cepat dan
lemah, aritmia, nyeri angina, ketidakstabilan hemodinamik, oliguria
(urin <20 ml/jam), takipnea dan dalam, takikardia, ronki basah di
kedua dasar paru-paru, kebisingan jantung Kelemahan, sianosis,
berkeringat (berkeringat), ekstremitas dingin dan perubahan mental
Studi pendukung termasuk elektrokardiogenesis (EKG), radiografi
dada, ekokardiografi, pemantauan hemodinamik, saturasi oksigen.
c. Syok distributive
Syok distributif karena vasodilatasi umum yang disebabkan
oleh vasodilator. Ada tiga jenis syok vasogenik: Syok septik dan
syok anafilaksis, yang dapat menyertai infeksi yang meluas,
disebabkan oleh vasodilator yang disekresikan oleh agen infeksius.
Demikian pula, pada reaksi alergi yang parah, pelepasan histamin
yang berlebihan dapat menyebabkan vasodilatasi menyeluruh (syok
anafilaktik) dan syok neurogenik, dengan vasodilatasi yang terjadi
akibat hilangnya tonus simpatis.
3. Tanda dan Gejala syok
a. Nadi cepat dan halus (> 112 per menit)
b. Menurunnya tekanan darah (diastolic < 60)
c. Pernafasan cepat (respirasi > 32 per menit)
d. Pucat (terutama pada konjungtiva palpebra, telapak tangan, bibir)
e. Berkeringat, gelisah, apatis/bingung atau pingsan/tidak sadar
4. Cara mengatasi syok
a. Tempatkan pasien secara perlahan dalam posisi terlentang.
b. Jangan memindahkan atau memindahkan pasien kecuali diperlukan.
c. Longgarkan atau lepaskan pakaian ketat.
d. Periksa denyut nadi dan jantung. Jika pasien tidak bernapas atau
tidak ada denyut nadi, lakukan resusitasi kardiopulmoner (CPR).
Berikan penderita selimut agar tetap hangat dan nyaman.
e. Jangan biarkan orang yang terkena dampak minum atau makan.
f. Segera berikan epinefrin dalam bentuk auto-injector jika syok
disebabkan oleh alergi dan ditemukan pasien injeksi tersebut.

27
g. Tutupi area yang berdarah dengan seprai atau kain jika pasien
berdarah.
h. Jika pasien muntah atau darah keluar dari mulut, miringkan pasien
untuk menghindari risiko mati lemas.
Setelah ditangani oleh tenaga medis, pasien mendapat
pertolongan pertama hingga kondisinya stabil. Tindakan yang dapat
dilakukan antara lain:
a. Pemberian cairan intravena (ventilasi cairan)
b. Berikan oksigen
c. Pembukaan saluran udara
d. Pemberian obat-obatan untuk memulihkan tekanan darah dan
mengatur detak jantung, seperti : Norepinefrin
5. Cara mencegah syok
a. Lakukan pemeriksaan jantung rutin dan minum obat rutin untuk
penderita penyakit jantung untuk menghindari syok kardiogenik.
b. Tangani tanda-tanda infeksi sesegera mungkin untuk menghindari
syok septic.
c. Berlatih mengemudi dengan aman untuk menghindari syok
neurogenik akibat cedera tulang belakang.
d. Hati-hati dan hindari pemicu alergi yang dapat menyebabkan syok
anafilaksis dan selalu bawa adrenalin dalam bentuk auto-injector
(pena).
e. Hindari merokok
f. Rajin olahraga
6. Skema Patofisiologi Syok

28
29
F. Kelainan Genetika
1. Pengertian Kelainan Genetika
Pengertian penyakit genetika adalah adanya kelainan genetik
akibat adanya satu atau lebih materi gen yang menyebabkan sebuah
kondisi kelianan fenotipe secara klinis. (Titta.2018)
Penyakit genetic bisa karena adanya:
a. Kelainan pada jumlah kromosom seperti sindrom Down memiliki
jumlah kromosom 47 karena adanya kelebihan satu kromosom pada
kromosom ke 21) atau sindrom Klinefelter, kelainan pada kelebihan
kromosom X pada seorang pria
b. Terjadinya mutasi gen yang jumlahnya lebih dari satu pasang basa,
sehingga terjadi kelainan pada asam amino yang menyebabkan
kelainan pada ekspresi genetik.
Penyakit genetik ditentukan secara genetis, secara lingkungan
maupun kedua-duanya (genetis dan lingkungan). Seperti diketahui
kromosom ada dua jenis yaitu Autosom dan Gonosom sehingga kelainan
genetik pada manusia juga ada dua sebab yaitu:
a. Disebabkan oleh kelainan autosom
b. Disebahkan oleh kelainan gonosom
2. Gangguan-gangguan genetis & kromosomal
a. Ganguan-gangguan pada gen tunggal

30
Gangguan gen tunggal merupakan penyakit atau kelainan genetik
yang disebabkan oleh adanya cacat pada satu gen tertentu yang pola
pewarisannya cenderung mudah untuk diketahui.
1) Achondroplasia (pertumbuhan tulang panjang terlambat,
menyebabkan pemendekan tungkai dan lengan).
2) Adult polycystic kidney disease (penyakit ginjal dengan banyak
kista pada orang dewasa).
3) Huntington's chorea (degenerasi sel-sel otak yang menyebabkan
penyakit chorea dan dementia progresif)
4) Hyper cholesterolemia (kolesterol berlebih dalam aliran darah).
5) Marfan's syndrome.
6) Multiple neurofibromatosis (penyakit neurofibromas yang
terbentuk di seluruh tubuh).
7) Osteogenesis imperfect (kegagalan dalam pembentukan tulang).
8) Spherocytosis.
9) Von Willebrand's disease (penyakit Willebrand).
b. Gangguan-gangguan kromosom
Gangguan kromosom merupakan penyakit atau kelainan genetik
yang disebabkan oleh adanya perubahan jumlah atau struktur
kromosom. Perubahan jumlah atau struktur kromosom inilah yang
mengakibatkan kelainan.
1). Alterasi-alterasi dalam duplikasi kromosom
Mosaicism adalah timbulnya dua sel atau lebih pada seseorang
ditandai dengan jumlah dan tampilan visual kromosom berbeda
di dalam nuclei sel organisme. Cacat/ kerusakan ini akibat
terjadinya kecelakaan selama duplikasi kromosom berlangsung.
2). Alterasi-alterasi dalam struktur kromosom
Diantara factor-faktor yang diyakini menjadi penyebab kerusakan
kromosom sebagai berikut:
a) Terkena paparan berbagai sumber radiasi, seperti sinar-X
b) Pengaruh dari zat-zat kimia tertentu.
c) Perubahan-perubahan ekstrim di dalam selular,

31
d) Berbagai infeksi yang disebabkan oleh virus.
3). Alterasi-alterasi dalam jumlah kromosom
a. Monosomy X (Tuner’s Syndrome)
Turner's syndrome dideskripsikan sebagai sebuah mono-
somy kromosom - X (45, X/o) dengan gonadal agensis, atau
tidak adanya ovarium. Ada berbagai macam gejala, dengan
banyak kelainan mulai dari tidak adanya jaringan dengan
lipatan kulit berlebihan, tidak adanya rongga edema pada leher
dengan lipatan kulit berlebihan, tidak adanya rongga edema
tangan dan kaki, dan adanya cacat jantung bawaan (terutama
penyempitan bawaan pada aorta).
Karakteristik, perempuan dengan Turner's syndrome
memiliki tubuh pendek, tetapi proporsi tubuhnya normal. Dia
tidak mengalami menstruasi dan tidak menunjukkan adanya
tanda-tanda karakteristik jenis kelamin tambahan. Pemberian
estrogen kemungkinan menyebabkan karakteristik seksual
sekunder untuk berkembang. Ketidaksuburan dengan Turner's
syndrome tidak dapat dikembalikan.
b. Poly Somy X (Klinefelter's syndrome)
Klinefelter's syndrome ditandai dengan kromosom laki-
laki yang berkromatin-x (47,x/x/y) dan dikaitkan dengan tes-
ticular dysgenesis. Dalam beberapa kasus langka, mungkin
terdapat lebih dari satu kromosom X tambahan semisal, 47x/
x//x/y. Kondisi semacam ini mungkin tidak terdeteksi saat bayi
dilahirkan. Bayi laki-laki biasanya memiliki organ genitalia
pria, dengan satu penis dan satu testis kecil. Hypogo nadism
selama masa pubertas umumnya proporsi tubuh tidak
seimbang dengan tinggi tidak normal, dimana tubuh bagian
bawah lebih panjang daripada tubuh bagian atas.
Seiring berjalannya waktu, tubuh kemungkinan menjadi
bertambah berat dengan distribusi pada lemak wanita dan
pembesaranı payudara dalam tingkat berbeda. Selain itu, ada

32
pula kurangnya ciri seksual sekunder pada laki-laki. Mungkin
terjadi disfungsi seksual, seiring dengan adanya potensi dan
ketidaksuburan secara lengkap. Penggantian terapi hormon
dengan hormon testosteron digunakan untuk mengobati
gangguan tersebut.
3. Skema Patofisiologi Kelainan Genetika

Pertanyaan :
1. Apa yang menarik dari topik yang kelompok anda bahas?
Jawab: karena dari topik yang kelompok kami bahas adalah tentang konsep
proses patofisiologi, jadi kami dapat mengetahui lebih dalam tentang proses
imunitas, proses peradangan, proses infeksi, proses keganasan, proses
terjadinya syok serta kelainan dan interaksi genetik.

2. Bagaimana implikasi topik yang kelompok anda bahas dalam aspek


keperawatan?
Jawab: implikasi dari topik yang kami bahasa dalam aspek keperawatan
agar kita dapat mengetahui tentang konsep proses patofisiologi dalam dunia
keperawatan, guna nya patofisiologi dalam keperawatan untuk mnegetahui
proses suatu penyakit dan juga dari adanya patofisiologi kita dapat
mencegah suatu penyakit yang akan terjadi.

33
3. Bagaimana seharusnya pembelajaran pada topik yang anda bahas ini
diberikan?
Jawab : dari menurut kelompok kami untuk menjelaskan topik konsep
proses patofisiologi sebaiknya menggunakan metode diskusi kelompok.

4. Rekomendasikan beberapa keterampilan keperawatan yang berkaitan


dengan topik yang harus dikuasai?
Jawab : dari konsep proses patofisiologi keterampilan yang kita dapat kita
dapat mengetahui proses suatu penyakit dan dari patofisiologi kita dapat
mecegah penyakit sebelum terjadi.

34
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Imunitas atau sistem kekebalan adalah sistem yang melindugi
terhadap efek biologis yang dibuat oleh sel dan organ tertentu dari organisme.
Ketika sistem kekebalan bekerja dengan baik, ia melindungi tubuh dari
infeksi bakteri dan virus serta menghancurkan sel kanker dan zat asing
lainnya.
Peradangan (inflamasi) adalah suatu kondisi yang merespon
kerusakan jaringan atau infeksi yang dapat terjadi di rongga mulut.
Peradangan yang terjadi akibat mekanisme pertahanan tubuh akibat reaksi
terhadap efek kerusakan jaringan tersebut dapat disebabkan oleh bakteri
Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam atau
pada jaringan tubuh yang akan menghasilkan tanda dan gejala selain respons
imun.
Keganasan atau kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan
oleh pertumbuhan abnormal sel-sel jaringan di dalam tubuh. Sel kanker
berkembang dengan cepat, tidak terkendali dan terus membelah kemudian
menyerang jaringan sekitarnya (invasif) dan terus menyebar melalui jaringan
ikat dan darah, menyerang organ vital dan sumsum tulang belakang.
Syok adalah sindrom klinis kompleks yang mencakup sejumlah
kondisi dengan manifestasi hemodinamik yang berbeda, Namun indikasi
umum adalah perfusi jaringan yang tidak mencukupi Ketika kemampuan
jantung untuk memompa darah terganggu
Pengertian penyakit genetika adalah adanya kelainan genetik akibat
adanya satu atau lebih materi gen yang menyebabkan sebuah kondisi kelianan
fenotipe secara klinis.

35
B. Saran
Semoga makalah ini dapat dimuatkan sesuai dengan kebutuhan dan
sasarannya. Kami selalu membuka diri untuk menerima saran dan kritik dari
semua pihak yang sama-sama bertujuan membangun makalah ini demi
perbaikan dan penyempurnaan dalam pembuatan makalah ke depannya.

36
DAFTAR PUSTAKA

Agista, Helsa. (2021). Patofisiologi Proses Keganasan. Makalah.

Kowalk, dkk. (2013). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Marya, R. K. (2013). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : Binarupa Aksara.

Novanti, Dwi Ishmi (2016) Uji Aktivitas Antibakteri Jamur Endofit MFR-01 yang

Diisolasi dari Tumbuha Inang Nagasari (Mesua ferrea, L.) Terhadap

Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherchia coli. Bachelor thesis,

Universitas Muhammad Purwokerto.

Stephen & William. (2013). Patofisiologi Penyakit. Jakarta : EC

37

Anda mungkin juga menyukai