Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


MEMILIKI DAN DIMILIKI

DISUSUN OLEH :

NAMA :
NIM :

AKADEMI KEPERAWATAN GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI


2021
I. Halaman Persetujuan
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN JUDUL :
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
MEMILIKI DAN DIMILIKI

Telah dikoreksi dan disetujui sebagai pedoman pengambilan kasus Asuhan


Keperawatan bagi mahasiswa

Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Wonogiri, …………….


Mahasiswa

Susana Nurtanti,S.Kep.,Ns.,M.Kes. Leila Rizky Amalia

Mengetahui
Pembimbing Klinik

…………………
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan, cinta
dan mencintai yang merupakan hal yang paling penting untuk bertahan hidup dan
kesehatan.walaupun setiap orang punya sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap
orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar
yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.
Kebutuhan dasar mencintai dan dicintai sangat sulit untuk didefinisikan, karna
cangkupan maknanya yang terlalu luas dan tak terbatas. Cinta berhubungan dengan
emosi, bukan dengan intelektual seseorang. Perasaan lebih berperan dalam cinta
daripada proses intelektual. Walaupun demikian cinta dapat diartikan sebagai keadaan
untuk saling mengerti secara dalam dan menerima sepenuh hati.
Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi seseorang.
Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan di mana seseorang berkeinginan untuk
menjalin hubungan yang bermakna secara efektif atau hubungan emosional dengan
orang lain. Dorongan ini akan menekan seseorang sedemikian rupa, sehingga ia akan
berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan cinta
kasih dan perasaan memiliki. Kebutuhan akan mencintai dan dicintai ini sangat besar
pengaruhnya terhadap kepribadian seseorang terutama untuk seorang anak. Cinta
berhubungan dengan emosi, bukan dengan intelektual. Perasaan lebih berperan dalam
cinta daripada proses intelektual. Walaupun demikian, cinta dapat diartikan sebagai
keadaan untuk saling mengerti secara dalam dan menerima sepenuh hati. Setiap
individu, termasuk klien yang dirawat oleh perawat, memerlukan terpenuhinya
kebutuhan mencintai dan dicintai. Klien merupakan individu yang berada dalam
kondisi ketidakberdayaan karena sakit yang dialaminya.Pada kondisi ini diperlukan
sentuhan perawat yang dapat memberikan kedamaian dan kenyamanan.Oleh karena
itu, setiap perawat harus memiliki pemahaman yang benar mengenai konsep dalam
pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai.
Pengertian tentang cinta dikemukakan juga oleh Dr. Sarlito W.Sarwono.
Dikatakannya bahwa cinta memiliki tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan
kemesraan. Yang dimaksud dengan keterikatan padalah adanya perasaan untuk hanya
bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali
dengan dia. Unsur yang kedua adalah keintiman, yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan
dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada
jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti bapak, ibu, saudara digantikan dengan
sekedar memanggil nama atau sebutan sayang dan sebagainya. Makan minum dari
satu piring-cangkir tanpa rasa risi, pinjam meminjam baju, saling memakai uang tanpa
merasa berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lain-lainnya. Unsur yang
ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen
kalu jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa
saying, dan seterusnya.
Ada beberapa konsep tentang mencintai dan dicintai yang harus diketahui dan
dipahami oleh setiap perawat, diantaranya yaitu :
1. Cinta adalah dukungan
Konsep ini memberikan makna bagi perawat bahwa klien yang dirawat
membutuhkan adanya dukungan terhadap kesembuhannya.Dukungan yang
diberikan perawat dapat dilakukan melalui intervensi keperawatan, misalnya
denga memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat hidupnya. Selain
dukungan perawat, klien juga sangat membutuhkan dukungan keluarga, dalam
hal ini perawat dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator yang memfasilitasi
klien dengan keluarganya. Selain itu, perawat perlu melibatkan peran serta
keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap klien.
2. Cinta adalah ketulusan
Konsep ini memeberikan landasan bagi perawat bahwa perawat harus tulus
dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.Ketulusan ini diwujudkan dengan sikap perawat yang tidak
membeda-bedaka dalam melayani seluruh pasien/kliennya.
3. Cinta adalah perhatian
Konsep ini selaras dengan hakikat keperawatan yaitu care, yang artinya
keperawatn merupakan profesi yang memiliki perhatian dan kepedulian yang
tinggi terhadap manusia. Klien yang dirawat akan diberikan asuhan keperawatan
dengan penuh perhatian. Bentuk dari perhatian perawat adalah salah satunya yaitu
kehadiran perawat sebagai helper.
Menurut Sheila L. Videbeck menyatakan bahwa perubahan pervasive emosi
individu, yang ditandai dengan depresi, mania, serta isolasi diri. Menurut Stuart
Laraia dalam Psikiatric Nursing, menyatakan bahwa
keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh kepribadian
individu dan fungsi kehidupannya.
2. GEJALA DAN TANDA
1. Depresi
a. Gejala Emosional dari Depresi :
Data subjektif
Batasan karakteristik :
1) Mengungkapkan rasa tidak diberikan kasih sayang atau kurangnya kasih
sayang
2) Mengungkapkan kesedihan
3) Mengungkapkan perasaan bersalah
4) Mengungkapkan tidak ada harapan
5) Mengungkapkan keinginan bunuh diri
b. Gejala Fisik dari Depresi :
Data objektif
Batasan karakteristik :
1) Gangguan tidur
2) Kelesuan fisik
3) Hilangnya nafsu makan
4) Penyakit fisik yang ringan
5) Retardasi (perlambatan gerakan) motorik
6) Gangguan seksual atau libido menurun
7) Hilangnya kekuatan fisik
8) Hilangnya konsentrasi saat berbicara
9) Terlihat murung
10) Sering melamun
11) Kreatifitas dan produktifitas menurun.
2. Mania
a. Gejala Emosional dari Mania :
Data subjektif
Batasan karakteristik :
1) Mengungkapkan perasaan tidak berharga dan tidak berguna
2) Mengungkapkan kesedihan yang mendalam karena kehilangan kasih sayang
3) Mengungkapkan perasaan cemas
4) Mengungkapkan keputusasaan
5) Mengungkapkan adanya keinginan untuk bunuh diri
b. Gejala Fisik dari Mania :
Data Objektif
Batasan karakteristik :
1) Gangguan tidur
2) Kelesuan fisik
3) Hilangnya nafsu makan
4) Memperlihatkan sikap banyak bicara
5) Banyak pikiran dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat
memusatkan pada satu topik
6) Menunujukkan kegembiraan yang berlebihan, tetapi sebenarnya pasien
penuh dengan kebencian dan rasa permusuhan terutama terhadap
lingkungannya
7) Hilangnya kekuatan
8) Nutrisi tidak adekuat
9) Hilangnya konsentrasi
10) Kreatifitas dan produktifitas menurun
11) Hiperaktif
12) BB menurun
13) Bicara bertele-tele.
3. Resiko Kesepian (Isolasi Sosial)
a. Gejala emosional dari kesepian (isolasi sosial) :
Data subjektif
Batasan karakteristik :
1) Mengungkapkan perasaan kesendirian yang disebabkan oleh orang lain
2) Mengungkapkan perasaan berbeda dari orang lain
3) Mengungkapkan perasaan penolakan
4) Minat yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan
5) Tujuan hidup yang tidak adekuat
6) Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain
7) Merasa tidak aman dalam bermasyarakat
8) Mengungkapkan nilai yang tidak erterima bagi kelompok budaya dominan.
b. Gejala fisik dari kesepian (isolasi diri) :
Data objektif
Batasan karakteristik :
1) Ketiadaan orang terdekat yang memberi dukungan (keluarga, teman, dan
keompok)
2) Perilaku yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan
3) Afek tumpul
4) Adanya cacat fisik atau mental
5) Termasuk golongan budaya non-dominan
6) Penyakit
7) Tindakan tidak terarah
8) Tidak ada ontak mata
9) Asyik dengan pikiran sendiri
10) Menunjukan sikap bermusuhan
11) Afek sedih
12) Memilih untuk sendiri
13) Tidak komunikatif
14) Menarik diri
3. POHON MASALAH
Proses terjadinya masalah
Negative perception to Maladaptive coping
problem

Stressor Accumulation of
stressor

Potential self Helplessness


destruction depretion

Keterangan:
Klien yang mengalami gangguan perasaan biasanya diawali dari persepsinya yang
negative terhadap stressor. Klien menganggap masalah sebagai sesuatu yang 100%
buruk.Tidak ada hikmah dan kebaikan dibalik semua masalah yang diterimanya. Kondisi ini
diperburuk dengan tidak adanya dukungan yang adekuat seperti dari keluarga, sahabat, ibu,
tetangga, terutama keyakinannya kepada sang Maha Kuasa. Muncullah fase akumulasi
stressor dimana stressor yang lain turut memperburuk keadaan klien. Klien akan merasa tidak
berdaya dan akhirnya ada niat untuk mencederai diri dan mengakhiri hidup. Hal ini menjadi
pemicu munculnya depresi, mania dan mengisolasi diri yang akan menjadi internal stressor.
1. Depresi

Koping keluarga tak efektif

Koping individu tak efektif

Harga diri rendah

Depresi

Resiko tinggi terjadi kekerasan


yang diarahkan pada diri sendiri

2. Mania

Kerusakan interaksi sosial

Gangguan alam perasaan: mania Core problem

Kekurangan volume cairan Peristiwa terhadap penyiksaan orang lain Rasa bermusuhan
dan diri sendiri
3. Resiko Kesepian (Isolasi Sosial)

Inefektif Koping Inefektif Koping


Individu Keluarga

Harga Diri
Rendah Kronis

Isolasi Sosial

Malas Perubahan
Beraktivitas presepsi sensori
(Halusinasi)

Resiko Mencederai
Defisit
Diri, Keluarga dan
Perawatan Diri
Orang ain

4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik tidak dilakukan pada pasien dengan gangguan
kebutuhan mencintai dan dicintai.
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Depresi
Menurut Tomb, 2003, semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi,
dan beberapa memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus
bergantung pada diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap terapi
sebelumnya.
a. Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati,
pengertian dan optimistik. Bantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan hal-hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya.
Identifikasi faktor pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah
memecahkan masalah eksternal (misal : pekerjaan, lingkungan sekitar
tempat tinggal. Latih pasien untuk mengenal tanda-tanda dekompensasi
yang akan datang. Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per
hari) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk
selamanya. Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi
kemarahan anda (melalui kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak
masuk akal, dll).
b. Terapi Kognitif
Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan
ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai “ketidakberdayaan yang
dipelajari”, depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan
keterampilan dan memberikan pengalaman-pengalaman sukses. Dari
perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan
pikiran-pikiran negative dan harapan-harapan negative. Terapi ini
mencegah kekambuhan. Latihan fisik (berlari, berenang) dapat
memperbaiki depresi.
c. Terapi farmakologi
1) Litium karbonat, sebuah obat antimatik, adalah obat pilihan untuk klien
yang menderita gangguan bipolar.
2) Pengobatan antipsikotik digunakan untuk klien yang menderita
hiperaktivitas hebat dan untuk menangani perilaku manik.
3) Antikonvulsan kadang-kadang diberikan karena keefektifan dalam
antimanik.
4) Pengobatan antiansietas, misalnya klonazepam (klonopin) dan
lotazepam (Antivan), kadang-kadang digunakan untuk klien yang
menderita episode panik akut dan untuk klien yang sulit ditangani.
5) Selsctive serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) berguna untuk
menangani depresi, terutama karena obat tersebut lebih sedikit
memiliki efek antikolinergik yang merugikan, lebih sedikit toksisitas
jantung, dan reaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan
inhibitor oksidase monoamin (MAO).
6) Trisiklik dan inhibitor MAO, generasi pertama antidepresan, jarang
digunakan sejak adanya SSRI dan SSRIs atipikal.
7) Antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk menangani gangguan
tidur dan ansietas sedang.
8) Dokter dapat memprogramkan, terapi elektrokonvulsif (ECP) jika
terdapat depsresi hebat, klien sangat ingin mealkukan bunuh diri, atau
jika klien tidak berespon terhadap protokol pengobatan antidepresan.
Tiga fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam
panel pedolaman depresi adalah fase akut, fase lanjut, dan fase
pemeliharaan. Dalam fase akut gejalanya ditangan, dosis obat
dsisesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan, dan klien
diberikan penyuluhan. Pada fase lanjut klien dimonitor pada dosis
efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan,
seorang klien yang berisiko kambuh seringkali tetap diberi obat bahkan
selama waktu remisi. Untuk klien yang dianggap tidak berisiko tinggi
mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.
2. Mania
Untuk penatalaksannan pada episode mania di prioritaskan pada tehnik
pencegahan dan penangan secara cepat :
a. Pengembangan dan peningkatan tentang respon maladaptive dan koping
yang efektif.
b. Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat
c. Pemberian obat antimanik.
3. Resiko Kesepian (Isolasi Sosial)
Metode Psikososial
Menurut Hawari (2001, hlm. 90-97) ada beberapa terapi untuk pasien
dengan gangguan resiko kesepian (isolasi social), diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Psikoterapi
Psikoterapi pada penderita baru dapat diberikan apabila penderita
dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan
menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
b. Terapi Psikososial
Dengan terapi psikososial ini dimaksudkan agar penderita mampu
kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu
merawat diri, mampu mandiri tidak bergantung pada orang lain sehingga
tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat
c. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan terhadap pasien gangguan jiwa banyak mempunyai
manfaat, diantaranya yaitu gejala-gejala klinis gangguan jiwa lebih cepat
hilang, lamanya perawatan lebih pendek, hendaknya lebih cepat teratasi,
dan lebih cepat dalam beradaptasi dengan lingkungan. Terapi keagamaan
yang dimaksud adalah berupa kegiatan ritual keagamaan seperti
sembahyang, berdoa, shalat, ceramah keagamaan, dan kajian kitab suci.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Depresi
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan masalah klien. Menurut Keliat
faktor-faktor yang perlu dikaji pada klien dengan gangguan alam perasaan depresi dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Pengumpulan data
Menurut Keliat pengumpulan data yang dilakukan pada klien dengan halusinasi
dengar antara lain :
- Identitas klien dan penanggung
- Alasan dirawat (saat masuk rumah sakit dan saat pengkajian)
- Riwayat penyakit
- Faktor predisposisi
- Faktor presipitasi atau faktor pencetus
- Aspek fisik atau biologis
- Aspek psikososial
- Status mental
- Kebutuhan persiapan pulang
- Mekanisme koping
- Masalah psikososial dan lingkungan
- Aspek medik
Beberapa data yang kita kumpulkan pada klien dengan gangguan alam perasaan
depresi, diantaranya:
1. Faktor Predisposisi
a) Faktor Genetik
Dikaitkan dengan faktor keturunan
b) Teori Agresi Berbalik pada Diri
Diawali dengan proses kehilangan → terjadi ambivalensi terhadap
objek yang hilang → tidak mampu mengekspresikan kemarahan → marah
pada diri sendiri
c) Kehilangan Objek
Pada masa kanak–kanak jika terjadi kehilangan → trauma → faktor
predisposisi terjadi gangguan pada masa remaja jika terjadi kehilangan
d) Model Kognitif
Depresi terjadi karena gangguan proses pikir → penilaian negatif
terhadap diri, lingkungan dan masa depan
e) Teori Belajar Ketidakberdayaan
Keadaan prilaku dan ciri kepribadian seseorang yang percaya bahkan
dirinya kehilangan kontrol terhadap lingkungan. Ditandai : tampak pasif,
tidak mampu menyatakan keinginan, opini negatif tentang diri.
2. Faktor Presipitasi
a) Putus atau kehilangan hubungan
Kehilangan pada kehidupan dewasa → faktor predisposisi terjadi
gangguan kehilangan nyata atau samar-samar.
 Kehilangan orang yang dicintai
 Kehilangan fungsi tubuh
 Kehilangan harga diri
b) Kejadian besar dalam kehidupan
 Peristiwa tak menyenangkan
 Pengalaman negatif dari peristiwa kehidupan → depresi
c) Perubahan peran
Peran sosial yang menimbulkan stressor : bertetangga, pekerjaan,
perkawinan, pengangguran, pensiunan.
d) Sumber koping tidak adekuat
 Sosial ekonomi, pekerjaan, posisi sosial, pendidikan
 Keluarga → kurang dukungan
 Hubungan interpersonal isolasi diri atau sosial
e) Perubahan Fisiologik
Gangguan alam perasaan terjadi sebagai respon terhadap perubahan
fisik oleh karena :
 Obat-obatan
 Penyakit fisik (infeksi, virus, tumor) → timbul nyeri sehingga
membatasi fungsi individu berinteraksi → depresi
3. Perilaku
Prilaku yang berhubungan dengan depresi :
a) Afektif
Marah, anxietas, apatis, perasaan dendam, perasaan bersalah, putus asa,
kesepian, harga diri rendah, kesedihan.
b) Fisik
Nyeri perut, anorexia, nyeri dada, konstipasi, pusing, insomnia,
perubahan menstruasi, berat badan menurun.
c) Kognitif
Ambivalen, bingung, konsentrasi berkurang motivasi menurun,
menyalahkan diri, ide merusak diri, pesimis, ragu–ragu.
d) Prilaku
Agitasi, ketergantungan, isolasi sosial, menarik diri.
4. Mekanisme Koping
Reaksi berduka yang tertunda mencerminkan penggunaan eksagregasi dari
mekanisme pertahanan penyangkal (denial) dan supresi yang berlebihan dalam
upayanya untuk menghindari distress hebat yang berhubungan dengan berduka.
Depresi adalah suatu perasaan berduka abortif yang menggunakan mekanisme
represi, supresi, denial dan disosiasi.
b. Masalah Keperawatan
Masalah-masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan alam
perasaan depresi :
- Resiko tinggi terhadap kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri
- Kerusakan interaksi sosial : menarik diri
- Gangguan pola tidur
- Gangguan alam perasaan : depresi
- Gangguan konsep diri : harga diri rendah
- Gangguan citra tubuh
1. Mania
Terdiri dari pengumpulan data dan perumusan masalah klien.
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien dan penanggung
2) Alasan dirawat
3) Riwayat penyakit
4) Faktor predisposisi, presipitasi
5) Aspek fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang,
mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan.
6) Aspek medik
b. Masalah keperawatan
1) Menurut Keliat, Anna :
 Resiko tinggi terhadap cedera
 Resiko tinggi terhadap kekerasan, langsung kepada diri sendiri
atau orang lain
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
 Perubahan proses pikir
 Perubahan sensori persepsi
 Kerusakan interaksi sosial
 Gangguan pola tidur.
1) Menurut standar asuhan keperawatan jiwa :
 Potensi terjadi cidera diri, orang lain dan lingkungan
 Gangguan istirahat tidur
 Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
 Gangguan asuhan mandiri
 Gangguan komunikasi verbal
 Potensial gangguan nutrisi dari keturunan
 Potensial terjadi kelelahan berlebihan
2) Menurut pedoman perawatan psikiatri
 Klien nampak hiperaktif, gaduh, gelisah, gembira terus menerus,
tidak pernah merasa takut
 Arus pikir cepat, pikiran mudah dialihkan, perhatian mudah
terganggu, banyak bicara, flight of idea, cenderung
membanggakan diri, bicara dengan suara keras.
 Tidak punya pandangan ke dalam diri, tidak tidur.
 Kebersihan diri turun.
2. Resiko Kesepian ( Isolasi Sosial)
a. Pengumpulan data (Keliat, 2010).
1) Identitas klien dan penanggung
2) Alasan dirawat
3) Riwayat penyakit
4) Faktor predisposisi, presipitasi
5) Aspek fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang,
mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan.
6) Aspek medik
b. Masalah keperawatan
1. Untuk umum :
a) Kaji presepsi pasien dan sistem pendukung yang aktual
b) Tentukan factor resiko terhdap kesepian (misalnya, kurang energy
yang dibutuhkan untuk interaksi social, keterampilan komunikasi
yang buruk)
c) Bandingkan kinginan pasen untuk ingin mendapatkan kunjungan
dan interaksi social dengan kunjungan dan interaksi social actual
d) Pantau respon pasien terhadap kunjungan keluarga dan teman
e) Fasilitas kunjungan NIC :
a. Tentukan pilihan keluarga untuk waktu kunjungan dan
sediakan informasi
b. Tentukan kebutuhan klien terhdap kunjungan dari keluarga
dan teman yang lebih sering
f) Kaji hubungan keluarga saat ini dan dimasa lalu
2. Untuk bayi dan anak-anak
a) Kaji sikap malu dan harga diri rendah, terutama diantara remaja
b) Diskusikan engan orang tua kemungkinan memperoleh hewan
peliharaan
3. Untuk Lansia
Kaji keterbatasan fungsi yang dapat engganggu interaksi social
1. Kaji aanya depresi,rujuk ke professional kesehatan jiwa sesui
kebutuhan
2. Kaji adanya perubahan status mental
3. Dorong partisipasi dalam klompok aktivitas fisik
4. Atur agar klien mendapat layanan pembagian makanan harian
dipusat komunitas khusus lansia.
2. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Depresi
a) Resiko tinggi terjadi kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri berhubungan
dengan depresi yang ditandai dengan ide bunuh diri.
b) Depresi berhubungan dengan harga diri rendah ditandai dengan perasaan tak
berhjarga tidak ada harapan, murung dan merasa kosong.
2. Mania
a) Resiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan perubahan ekskresi
natrium sekunder
b) Resiko tinggi terhadap penyiksaan orang lain berhubungan dengan gangguan alam
perasaan mania, ditandai dengan kerusakan indra realitas, cedera, penilaian dan
hiperaktif.
c) Gangguan perasaan mania berhubungan dengan kerusakan interaksi sosial ditandai
dengan rasa bermusuhan, terlalu percaya diri, atau manipulasi orang lain. (Carpenito,
2000)
3. Resiko Kesepian ( Isolasi Sosial)
a. Deprivasi kasih sayang berhubungan dengan
1) Kematian pasangan,
2) Perceraian,
b. Deprivasi katetik (hambatan interaksi sosial) berhubungan dengan tidak ada teman
bicara
4. Isolasi fisik (gangguan citra tubuh) berhubungan dengan
1) Penyakit infeksius,
2) Obesitas, kanker,
3) Kecacatan fisik,
4) Kecacatan emosional (depresi, paranoia,dan fobia)
5. Isolasi sosial berhubungan dengan ditolak oleh kelompok sebaya
Faktor yang berhubungan
1) Perubahan status mental
2) Gangguan penampilan fisik
3) Gangguan kondisi kesehatan
4) Faktor yang berperan terhadap tidak adanya hubungan personal yang tidak
memuaskan (misal, dalam menyelesaikan tugas perkembangan)
5) Minat atau ketertarikan yang belum mantap
6) Ketidakmampuan menjalani hubungan yang memuaskan
7) Sumber personal yang tidak adekuat
8) Perilaku sosial yang tidak diterima
9) Nilai sosial yang tidak diterima
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Depresi
Diagnosa : Resiko tinggi terhadap kekerasan
Tujuan Umum :
No Klien tidak menunjukkan prilaku kekerasan pada diri sendiri.

Tujuan Khusus Rasionalisasi Tindakan

1 Klien dapat - Dengan membina ·  - Beri salam dan panggil nama
membina hubungan saling klien, sebut nama perawat
hubungan saling percaya sebagai sambil berjabat tangan, jelaskan
percaya dengan dasar interaksi kontrak yang dibuat klien, beri
perawat terapeutik perawat rasa aman dan empati, dan
dengan klien. lakukan kontak singkat tapi
sering
2 Klien dapat -Dengan ·  - Beri kesempatan klien
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan perasaannya
tanda-tanda penyebab perasaan dan bantu klien mengungkapkan
perilaku depresi sedih klien maka penyebab rasa sedihnya
beban psikologis
klien berkurang
-Dengan ·   - Dengar setiap ungkapan klien
mendengarkan secara baik (empati).
setiap ungkapan
klien secara baik
maka klien akan
merasa ada orang
yang
memperhatikan.
3 Klien -Dengan ·  - Dorong dan berikan alternatif
mampu mengenali mendorong klien klien untuk menggunakan cara
dan menggunakan baru yang lebih konstruktif
mengekspresikan prilaku yang dalam berespon dalam suatu
emosinya konstruktif kejadian
diharapkan
nantinya bisa
menanggulangi
suatu kejadian
-Dapat - Diskusikan bersama klien cara
meningkatkan berespon terhadap perasaan
pemahaman klien sedih yang dialami.
tentang cara
berespon terhadap
suatu masalah dan
mencegah dampak
yang tidak
diinginkan.
4 Klien dapat - Klien dapat  - Bicarakan akibat yang
mengidentifikasi mengetahui ditimbulkan dari cara yang
akibat dari gambaran akibat dilakukan klien dalam
perilaku depresi dari prilakunya mengatasi masalahnya dan
dalam mengatasi bersama klien menyimpulkan
masalah dan akibat dari cara yang telah
mengetahui cara digunakan
yang lebih
konstruktif dalam
berespon.
5 Klien mendapat -Untuk ·  - Bina hubungan saling percaya
dukungan meningkatkan dengan keluarga
keluarga dalam kerjasama dalam
penggunaan merawat klien
perilaku yang - Agar keluarga - Identifikasi kemampuan
konstruktif dan memiliki keluarga dalam merawat klien
dalam berinteraksi pengetahuan yang dan jelaskan peran serta
dengan orang lain. cukup di dalam keluarga dalam merawat klien
merawat klien
- Meningkatkan - Dorong klien untuk
motivasi dan meningkatkan komunikasi
pengetahuan dengan klien dan cara-cara
keluarga dalam melakukan pendekatan pada
merawat klien. klien.
6 Klien mau -Untuk · - Tanyakan pada klien apakah
mencari bantuan menentukan pernah mencoba untuk
pada saat timbul intervensi dalam mencederai diri sendiri atau
dorongan yang mencegah tindakan orang lain
dapat klien yang
membahayakan merugikan dirinya
dirinya sendiri dan orang
lain
-Mencegah - Ciptakan lingkungan yang
terjadinya tindakan aman bagi klien dengan
yang dapat menyingkirkan benda – benda
mencederai klien. yang dapat membahayakan
dirinya dan lingkungan
7 Klien dan - Agar klien dan ·  - Jelaskan jenis obat yang
keluarga keluarga didapat oleh klien pada klien
mengetahui dan mengetahui obat dan keluarga dan cara
dapat yang didapat dan minumnya
menggunakan tidak salah dalam
obat dengan benar meminumnya
dan tepat. - Agar pengobatan - Diskusikan tentang manfaat
efektif dan minum obat, keteraturan minum
mencegah obat dan prinsip yang benar
kesalahan minum dalam minum obat
obat
Diagnosa : Depresi berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan Umum :
Klien dapat mengembangkan cara-cara adaptif dalam berespon terhadap
No
perasaan sedih yang dialami

Tujuan Khusus Rasionalisasi Tindakan

1 Klien dapat - Hubungan saling ·  - Bina hubungan saling


membina percaya dapat percaya : beri salam, panggil
hubungan saling meningkatkan dan nama klien, berjabat tangan
percaya membuat klien dengan klien, jelaskan kontrak
terbuka pada klien yang dibuat dengan klien rasa
aman dan empati
-Dapat mengurangi - Dorong dan beri kesempatan
beban perasaan klien untuk mengungkapkan
klien perasaannya
-Dengan - Perhatikan kebutuhan klien
memperhatikan
kebutuhannya,
klien akan merasa
masih ada yang
mau peduli
terhadapnya.
2 Klien mampu - Klien mengetahui ·  - Diskusikan hal positif dan
mengungkapkan kelebihan dan negatif dalam diri klien
hal-hal positif kekurangannya
dalam dirinya. - Identifikasi hal- - Bantu klien
hal positif dalam mengidentifikasikan hal-hal
diri klien dapat positif dalam dirinya
meningkatkan
harga diri klien
-Diharapkan - Diskusikan tentang rencana-
dengan mengubah rencana untuk mengubah hal-hal
sifat yang negatif dalam diri klien yang bersifat
dalam diri klien negatif
sehingga dapat
meningkatkan
harga dirinya dan
mencegah dampak
yang tidak
diinginkan
-Dengan penguatan - Berikan pujian dan penguatan
yang positif dapat positif bila klien berhasil
meningkatkan melakukannya.
harga diri klien dan
klien merasa
dihargai atas
keberhasilannya.
3 Klien dapat -Memberikan - Kaji dan diskusikan aktivitas
mengikuti kesempatan klien yang tepat untuk klien
aktivitas terapi untuk ikut
dan tugas-tugas merumuskan
sesuai sesuatu yang dapat
kemampuannya. meningkatkan
harga diri klien
- Aktivitas yang - Beri aktivitas yang sesuai
sesuai dengan dengan kemampuan klien
kemampuan klien
dapat
meningkatkan
kemungkinan
untuk berhasil
-Dapat - Beri dorongan dan dukungan
meningkatkan bila klien menghadapi rasa takut
motivasi klien terhadap kegagalan dalam
untuk mengikuti terapi dan
melaksanakan melaksanakan tugasnya
tugasnya
- Kesuksesan klien - Beri pengakuan atas kerja
dalam melakukan keras dan penguatan positif
aktivitas dapat terhadap uasaha yang
meningkatkan dilakukannya.
harga diri klien

2. Mania
Diagnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : Klien akan mengkonsumsi makanan dan diantaranya makanan kecil untuk
memenuhi anjuran harian.

Intervensi Rasional

1. - Mengikuti atau berjalan bersama klien1.   - Kehadiran individu yang dipercayai
selama makanan diberikan. dapat memeberikan rasa aman dan
menurunkan agitasi
2. - Berikan klien makanan tinggi protein,2.  - Karena keadaan hiperaktif, klien
tinggi kalori, mengandung zat-zat gizi mengalimi kesukaran duduk agak lama
dan minuman-minuman yang dapat untuk makan.
dikonsumsi sambil jalan
3.   Pertahankan cataan yang akurat - Kemungkinanya adalah lebih besar
mengenai jumlah masukan, haluaran dan bahwa ia akan mengkonsumsi makanan
kalori dan minuman yang dapat dibawa-bawa
dan dimakan dengan hanya sedikit
usaha.
4.  - Kolaborasi dengan ahli gizi, tentukan3.   - Informasi ini dibutuhkan untuk
jumlah kalori yang dibutuhkan membuat suatu pengkajian nutrisi yang
akurat dan untuk mempertahankan
5. - Berikan suplemen vitamin dan mineral keamanan klien
sesuai program terapi pengobatan 4.  - Untuk menentukan pemberian nutrisi
yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
klien dan untuk
5.  meningkatkan status nutrisi.

Diagnosa : Risiko tinggi terhadap cedera


Tujuan : Klien tidak akan terlalu lama memperlihatkan pergerakan yang
mengakibatkan potensial cidera selama 24 jam dengan pemberian obat-
obat penenang

Intervensi Rasional

1.  - Singkirkan benda-benda dan zat-zat1.   - Rasionalitas klien rusak dan pasien
yang berbahaya dari lingkungan sekitar dapat saja secara tidak hati-hati
klien. membahayakan dirinya
2.   - Berikan jadwal kegiatan yang2.  - Jadwal yang terstruktur memberikan
terstruktur yang mencakup menentukan rasa aman untuk klien dalam
waktu istirahat tersebut. 3 keadaan hiperaktif, klien sangat mudah
bingung, dan berespon terhadap stimulus
yang sangat sedikitpun secara berlebihan
4.   - Kemampuan klien untuk berinteraksi
3.  - Kurangi stimulus lingkungan, berikan dengan orang lain rusak. Pasien merasa
linkungan pribadi jika memungkinkan lebih aman dengan hubungan satu per
sinar lampu yang lembut, tingkat satu yang tetap setiap saat.
kebisingan yang rendah
4.    - Batasi aktifitas-aktifitas kelompok.5.   - Untuk menghilangkan agitasi dan
Bantu klien mencoba untuk menetapkan hiperaktifitas dengan segera.
satu atau dua hubungan yang akrab
5.  - Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
untuk pemberian obat penenang

Diagnosa : Kerusakan interaksi sosial.


Tujuan : Menurunkan resiko menganiaya diri sendiri dan orang lain

Intervensi Rasional

1. - Alihkan perilaku aniaya dengan1.     - Latihan fisik adalah suatu cara yang
menyalurkan fisik secara rasa aman dan efektif untuk menghilangkan
permusuhan klien ketegangan yang terpendam
2. 2.   - Kegiatan ini dapat bermanfaat untuk
2. - Jika klien tidak tenang dengan cara mencegah klien menganiaya diri sendiri
“menghentikannya” dengan suara keras atau orang lain
dll gunakan pembatas mekanik sesuai
kebutuhan 3. - Ansietas merupakan hal yang menular
3. - Pertahankan dan perlihatkan sikap yang dan dapat ditransmisikan dari staf
menenangkan untuk klien kepada klien
4.
- Memastikan sirkulasi keekstermitas
4. - Apa bila klien diikat observasi setiap tidak membahayakan dan meminimalkan
15 menit (atau menurut kebijakan resiko cedera pada klien
institusi)

1. Resiko Kesepian (Isolasi Sosial)


NO. INTERVENSI
1. Identifikasi faktor penyebab dan
penunjang

2. Kurangi atau singkirkan faktor


penyebab atau penunjang

3. Tingkatkan interaksi social a. Bantu individu yang mengalami


proses kehilangan ketika ia melalui
proses berduknya
b. Validasi kenormalan berduka
c. Beri dorongan individu untuk
membicarakan perasaan
kesepiannya dan mengapa
perasaan tersebut ada
d. Kerahkan sistem pendukung
tetangga dan temna-teman individu
e. Bicarakan pentingnya kualitas
social ketimbang besarnya jumlah
interaksi
f. Rujuk pada penyuluhan
keterampilan social
g. Tawarkan umpan balik tentang
bagaimana individu menawarkan
diri pada orang lain
4. Kurangi hambatan kontak sosial a. Tentukan ketersediaan transportasi
dalam komunitas ( umum, yang
berhubungan dengan tempat
ibadah dan volunter)
b. Tentukan apakah individu harus
diajarkan bagaimana mengubah
transportasi
c. Identifikasi aktivitas yang
membantu mempertahankan
individu agar tetap sibuk terutama
selama periode tingggi resiko
kesepian
d. Bantu mengembangkan alternative
komunikasi pada individu dengan
gangguan kemampuan sensoris
(misal, memasang telepon dengan
amplifien kemudian lihat hambatan
komunikasi)
e. Bantu penatalaksanaan masalah
estetika

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Jual & Moyet. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13. Jakarta :
EGC.
Hawari, Dadang. 2001. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC.
Stuart, G. W., dan Sundeen, S. J. 1995. Principles and Practice of Physiciatric Nursing. St.
Lois : Mosby Year Book. Inc.S.

Anda mungkin juga menyukai