Anda di halaman 1dari 11

1.

1 Biografi Sister Caliista Roy


Menurut Sudarta (2015) Sister Calista Roy dilahirkan di Los Angeles, 14
Oktober 1939 sebagai anak kedua dari keluarga Fabien Roy. Di usianya yang
ke 14, ia mulai bekerja di rumah sakit umum sebagai petugas pantry, lalu
menjadi pekarya, dan akhirnya sebagai tenaga perawat. Kemudian ia
bergabung dengan Sisters of Saint Joseph of Carondelet.
Ia mendapat gelar Bachelor of Arts bidang keperawatan dari Mount St.
Mary’s College, Los Angeles tahun 1963. Disusul dengan Master di bidang
perawatan pediatric dari university of California, Los Angeles di tahun 1966.
Selain itu juga memperoleh gelar Master dan PhD bidang Sosiologi pada 1973
dan 1977.
Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi dalam keperawatan
pada tahun 1964. Model ini banyak digenakan sebagai falsafah dasar dan model
konsep dalam pendidikan keperawatan. Model adaptasi Roy adalah system
model yang esensial dalam keperawatan (Asmadi, 2008).

Kelebihan teori Roy:


Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga
dapat mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih menjadi
pegangan bagi para perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau
memiliki kelebihan dalam penerapan konsepnya dibanding dengan konsep
lainnya. Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori
praktek dan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji
respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri,
mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa
mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan
residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan
akurat.

Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal
yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor
sebagai upaya individu untuk mengatasi stress.

Kelemahan teori Roy:


Kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya.
Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan
bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan
dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat ( caring ) pada
pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan
menjadi sterssor bagi para pasiennya.
Model Adaptasi Roy Dalam Proses Keperawatan Pada Pasien dengan
Penyakit Ginjal kronik tahap akhir
Menurut Roy elemen dari proses keperawatan terdiri dari: pengkajian
(perilaku dan stimulus), diagnosa keperawatan, penentuan tujuan, intervensi dan
evaluasi.. Pengkajian perilaku dilakukan pada seluruh model adaptasi yang
meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan saling ketergantungan
(interdependence). Sedangkan pengkajian stimulus menitikberatkan pada faktor
penyebab dan faktor pendukung munculnya perilaku dan respon yang tidak
efektif.
1. Pengkajian Perilaku.
Ini merupakan tahapan proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data
tentang perilaku klien dan memutuskan apakah koping klien adaptif atau
maladaptif. Pengkajian tahap I dibagi menjadi empat mode adaptasi, yaitu:
2. Pengkajian Fungsi Fisiologis
Pengkajian pada tahap ini berhubungan dengan struktur dan fungsi tubuh. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, terdiri dari 5 kebutuhan fisiologis tingkat dasar dan 4
kebutuhan fisiologis kompleks. Kesembilan kebutuhan fisiologis tersebut adalah:
a) Oksigenasi :
Pengkajian perilaku tentang kebutuhan oksigen dan prosesnya meliputi
pengkajian tentang ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas.
b) Nutrisi :
Pengkajian perilaku untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi dimulai dari proses
ingesti dan asimilasi makanan. Pengkajian mencakup penilaian terhadap
antropometri, biokimia, clinical sign dan diet (ABCD) serta keluhan tidak nafsu
makan, mual, muntah dan riwayat alergi.
c) Eliminasi
Pengkajian perilaku dan stimulus pada mode ini terdiri dari eliminasi urine (BAK)
dan fekal (BAB). Hal-hal yang perlu dikaji adalah kebiasaan BAK, frekuensi
BAK, karakteristik dan jumlah urin, kesulitan BAK, penggunaan alat bantu dalam
BAK, dampak penggunaaan obat diuresis dalam mengekresikan sisa metabolism
(urine).
d) Aktivitas dan istirahat
Hal-hal yang dikaji adalah kondisi fisik, anemia kondisi psikologis, pola
kebiasaan pasien, dampak penyakit terhadap aktivitas, toleransi klien terhadap
aktifitas, penggunaan alat bantu ketika beraktifitas, keluhan lemas, kebiasaan
tidur, kesulitan dalam tidur, hal-hal yang mempengaruhi tidur seperti kecemasan
klien terhadap therapy hemodialisis.
e) Proteksi
Pengkajian perilaku dan stimulus pada aspek proteksi meliputi kondisi kulit,
adakah lesi/luka, bagaimanakah karateristiknya, adakah trauma jaringan akibat
insisi, drainase luka, riwayat alergi, riwayat penyakit autoimun, riwayat infeksi
serta bagaimana dampak penyakit terhadap sistem proteksi tubuh seperti keluhan
kulit kering dan rasa gatal akibat uremic toxins. Hal lain yang juga perlu dikaji
adalah perubahan nilai laboratorium terkait sistem proteksi tubuh seperti kadar
leukosit, laju endap darah, kadar neutrofil dll.
f) Sensori
Pengkajian perilaku dan stimulus sistem sensori meliputi bagaimana fungsi dari
tiap organ pancaindera, adanya keluhan seperti penglihatan, penciuman,
pendengaran dan pengecapan.
g) Cairan dan elektrolit
Pada pengkajian perilaku dan stimulus cairan dan elektrolit perlu dilakukan
pengukuran keseimbangan cairan dengan mengukur intake dan output pasien
dalam 24 jam. Hal lain yang perlu dikaji adalah peningkatan vena jugularis,
edema, dan asites, turgor kulit, membrane mukosa, perubahan nilai laboratorium
seperti ureum, kreatinin, hematokrit dan kadar elektrolit.
h) Fungsi neurologis
Pengkajian perilaku dan stimulus meliputi tingkat kesadaran dan nilai GCS,
respon motorik dan sensorik n ginjal yang mengalami toksik uremik akan muncul
keluhan sakit kepala, delirium ataupun kejang
i) Fungsi endokrin
Pengkajian perilaku dan stimulus fungsi ini terkait dengan fungsi endokrin seperti
riwayat menderita penyakit DM, pembesaran kelenjar, pemeriksaan kadar glukosa
darah.

3. Mode adaptasi konsep diri


Konsep diri merupakan gambaran individu mengenai dirinya, yang dibentuk dari
pengalaman-pengalaman yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungan
(Agustiani , 2006). Konsep diri pada penderita penyakit ginjal kronik stadium V
biasanya akan mengalami gangguan. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi
konsep diri pasien adalah dampak penyakit, terapi dialysis jangka panjang, efek
pengobatan/dialysis dll. Perubahan pada mode ini akan member dampak pada
gambaran diri, ideal diri, moral, etik, dan spiritual pasien. Pengkajian dapat
difokuskan pada bagaimana penerimaan pasien terhadap penyakit dan terapinya
yang sedang pasien jalani, harapan pasien dan penatalaksanaan selanjutnya, serta
nilai yang diyakini terkait dengan penyakit dan terapinya.
4. Mode fungsi peran
Model fungsi peran berkaitan dengan pola-pola interaksi seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, bagaiman peran klien dalam keluarga, adakah
energy dan waktu pasien melakukan aktivitas dirumah, apakah pasien mempunyai
pekerjaan tetap, bagaimana dampak penyakit saat ini terhadap peran klien,
termasuk bagaimana peran klien dalam masyarakat.

5. Mode interdependenci
Pengkajian pada mode ini memberikan gambaran tentang ketergantungan atau
hubungan klien dengan orang terdekat, siapakah orang yang paling bermakna
dalam kehidupannya, sikap member dan menerima terhadap kebutuhan dan
aktifitas kemasyarakatan. Kepuasan dan kasih sayang untuk mencapai integritas
suatu hubungan serta keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian
dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Perlu juga dikaji bagaimana pasien
memenuhi kebutuhan interdependensi dalam keterbatasan dan perubahan status
kesehatan yang dialami.

6. Diagnosa Keperawatan
Menurut Roy (1999), diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
diperoleh dari suatu perumusan interpretasi data terhadap status adaptasi
seseorang yang dihubungkan antara perilaku dengan beberapa stimulus yang
berkaitan. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien penyakit
ginjal kronik stadium V menurut diagnosa keperawatan dari Nanda (2010) dan
diangkat berdasarkan empat mode adaptasi diantaranya adalah :
a) Mode fisiologis
b) Mode konsep diri :
c) Mode interdependensi

7. Tujuan keperawatan
Definisi dari tujuan keperawatan adalah perilaku yang ingin dicapai oleh
seseorang setelah diberikan pelayanan keperawatan. Pernyataan tujuan terdiri dari
3 kesatuan, yaitu : a) perilaku yang diobservasi, b) perubahan yang diharapkan,
dan c) waktu yang disusun untuk mencapai tujuan. Tujuan keperawatan pada
dikatakan tercapai apabila klien dapat beradaptasi secara efektif terhadap empat
mode keperawatan

8. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah stimulus fokal,
kontekstual dan residual stimuli dan juga memperluas kemampuan koping pasen
pada tatanan yang adaptif, sehingga total stimuli berkurang dan kemampuan
adaptasi meningkat. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan
penyakit ginjal kronik stadium V berpedoman pada Nursing Intervension
Classification (NIC) dan Nursing Outcome Classification (NOC) ( Dochterman &
Bulechek, 2007), dengan menggunakan pendekatan Teori Adaptasi Roy adalah
sebagai berikut:
a) Kelebihan volume cairan
b) Penurunan perfusi jaringan
c) Intoleransi aktivitas
d) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
e) Cemas
f) Perubahan penampilan peran
g) Koping tidak efektif

9. Evaluasi

Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi, Evaluasi merupakan


penetapan keefektifan dari intervensi keperawatan. Evaluasi yang dilakukan
adalah membandingkan respon perilaku yang dihasilkan setelah dilakukan
intervensi keperawatan dengan perilaku yang dirumuskan pada rumusan tujuan.

Sumber:
Rahma Hidayati. 2014. Aplikasi Teori Adaptasi Roy Pada Pasien dengan Penyakit
Ginjal Tahap Akhir di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Universitas Indonesia.

Konsep utama teori roy


Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih
baik jika mengetahui filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan mengka
ji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas serta keingintahuan
tentanggambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis dan metode
empiris.
Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) : Roy
memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat
berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang lainnya dari falsafah veritivity.

1. Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki


rasaingin tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki
rasa saling berbagidengan sesama dalam kemampuannya memecahkan
suatu persoalan atau untuk mencari solusi, bertingkah laku untuk mencapai
tujuan tertentu, memiliki holismintrinsik dan selalu berjuang untuk
mempertahankan integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan
orang lain.
2. Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada
halyang bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
a. tujuan eksistensi manusia
gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
b. aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
c. nilai dan arti kehidupan.

Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi


dari konsep mayor Callista Roy,

a. sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang


saling berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi ad
anya input,control, proses, output dan umpan balik.
b. derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus
fokal,konsektual dan residual.
c. problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan.
d. stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon
adaptif.
e. stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan
kontribusi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
f. stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi
terhadap perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
g. regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
otomatik melaluineural, cemikal dan proses endokrin.
h. kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui
prosesyang komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan
belajar.
i. model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi
peran,interdependensi dan konsep diri.
j. respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia
dalammencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.
k. fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan
bagaimana proses adaptasi dilakukan.
l. konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
m. interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai
support sistem

Sumber
Nursalam.(2010) Manajemen Keperawatan:Aplikasi dalam Praktik
Keperwatan Profesional.
Jakarta :EGC
Patricia A. Potter. 2013. fundamental of nursing :Jakarta :EGC
Asumsi dari Teori Model Adaptasi Roy

Asumsi yang tercakup dalam model teori Roy digolongkan menjadi tiga kategori:
asumsi filosofis, asumsi ilmiah, dan asumsi budaya. Asumsi filosofis dari model
teori ini adalah sebagai berikut:

 Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan dunia dan dengan figure
Tuhan.
 Makna manusia berakar pada konvergensi titik omega dari alam semesta.
 Tuhan secara intim terungkap dalam keanekaragaman ciptaan dan
merupakan tujuan yang sama dari penciptaan.
 Orang menggunakan kemampuan kretifitas manusia yang berupa
kesadaran, pencerahan, dan keyakinan.
 Orang bertanggung jawab untuk memasuki proses memperoleh,
mempertahankan, dan mengubah alam semesta (Roy, 2009, hlm. 31).

Asumsi Ilmiah dari model teori ini adalah sebagai berikut:

 Sistem materi dan energy berkembang ke tingkat organisasi mandiri yang


lebih tinggi.
 Kesadaran dan makna dalah konstitutif dari integrase seseorang dan
lingkungan.
 Kesadaran akan diri sendiri dan lingkungan berakar pada cara berpikir dan
perasaan.
 Berpikir dan merasa memediasi tindakan manusia.
 Hubungan sistem mencakup sikap menerima, melindungi, dan membina
saling ketergantungan.
 Manusia dan bumi memiliki pola yang sama dan hubungan yang tidak
dapat dipisahkan.
 Perubahan orang dan lingkungan diciptakan dalam keasadaran manusia.
 Integrase makna lingkungan manusia menghasilkan adaptasi (Roy, 2009,
hlm 31).

Asumsi buda mencakup:

 Pengalaman dalam budaya tertentu akan mempengaruhi bagaimana setiap


elemen dari model adaptasi Roy diekspresikan.
 Dalam suatu budaya, mungkin ada konsep yang penting untuk budaya dan
akan mempengaruhi sebagian atau semua elemen dari model adaptasi Roy
ke tingkat yang lebih besar atau yang lebih kecil.
 Ekspresi budaya dari elemen-elemen model adaptasi Roy dapat menuntun
kepada perubahan dalam kegiatan praktik seperti penilaian keperawatan.
 Sebagai elemen model adaptasi Roy yang terlibat dalam perspektif
budaya, implikasi untuk pendidikan dan penelitian akan berbeda dari
pengalaman dalam budaya asli (Roy, 2009, hlm 31).

Sumber:
Kathleen Masters, DNS, RN. 2015. Nursing Theories. Berlington: Jones & Barlet
Learning.

Paradigma Keperawatan Menurut Sister Calista Roy


Empat Elemen utama dari teori Roy adalah : 1) Manusia sebagai penerima asuhan
keperawatan 2) Konsep lingkungan 3) Konsep sehat dan 4) Keperawatan. Dimana
antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena
merupakan suatu sistem.

1. Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusialah yang
menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok
maupun masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana
“Holistic Adaptif System “ ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan
konsep adaptasi. Menurut Callista Roy, 1991, manusia dalam paradigma
keperawatan adalah :

a. Manusia Sebagai System Adaptive.


Sistem, adalah suatu kesatuan dari beberapa bagian yang berhubungan
dengan keseluruhan fungsi untuk beberapa tujuan dan adanya saling
keterkaitan dari beberapa bagiannya. System terdiri dari proses input,
autput, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ), dengan penjelasan sebagai
berikut:
b. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan
informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat
menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus
fokal, kontekstual dan stimulus residual. Stimulus fokal yaitu stimulus
yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya segera, misalnya
infeksi Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami
seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan
dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini
muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada
stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial. Stimulus residual yaitu ciri-
ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar
untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang
sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk
toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi
tetapi ada yang tidak.
c. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping
yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
kognator yang merupakan subsistem.
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-
proses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal.
Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks
otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang
diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses
fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun
internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus
umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses
berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian
dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses
internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar
berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight
(pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau
analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan,
mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
d. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau
secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari
luar. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy
mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon
yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas
seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut
mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup,
perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal
adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.ua nilai ekstrim, yaitu
memberi dan menerima.

2. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan
elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah
“Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok “(Roy and
Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 260) . Dalam hal ini Roy menekankan agar
lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu
atau meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya
perubahan.

3. Sehat
Roy berpandangan bahwa individu dan kelompok merupakan sistem yang adaptif
sehingga dapat berinteraksi dan mempengaruhi lingkungan. Sehat dilihat sebagai
refleksi keselarasan antara individu dengan lingkungan.
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and becoming
an integrated and whole person” (Roy and Adrews, 1991 dalam Nursing Theory :
261). Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.

4. Keperawatan
Tujuan keperawatan menurut Roy adalah meningkatkan respon adaptif
individu dan menurunkan respon inefektif individu, dalam kondisi sakit maupun
sehat (dikutip oleh McKenna,1997). Selain meningkatkan kesehatan di semua
proses kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu
meninggal dengan damai.

Sumber:
Parker, ME. (2001). Nursing theories and nursing practice. Davis Company.
Philadelphia.

Kesimpulan:
1. Paradigma keperawatan adalah cara pandang yang khas /global dari
keperawatan terhadap suatu kondisi, orang, kelomopok, dan kejadian
2. Paradigma Keperawatan menurut Roy terdiri dari: Person, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan.
3. Terjadi pergeseran paradigma keperawatan dalam teori Roy pada semua
komponen

Anda mungkin juga menyukai