Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

Keperawatan Jenazah

Dosen pengampu : Ns Roby Rahmadi Akbar, M. Kep

Di susun Oleh :

1. Dedeh Sartika (121130005)

D3 Keperawatan Semester II

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena berkat


rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang keperawatan
jenazah. Makalah ini kami susun berdasarkan refrensi jurnal yang kami
cari.
Meskipun ada beberapa kendala dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun bertujuan agar para pembaca agar pembaca dapat
mengerti dan memahami tentang “Perawatan Jenazah“.
Meskipun banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini dan
jauh dari kata sempurna, kami sangat mengharpkan kritik dan saran yang
dapat membangun guna menyempurnakan makalah ini. Semoga asuhan
ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan khususnya bagi pembaca.

Cikarang, 12 juni 2022

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR  BELAKANG

Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan


pemberian bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat
pembusukan serta menjaga penampilan luar jenazah supaya tetap mirip
dengan kondisi sewaktu hidup.
Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar,
akan tetapi pada kematian tidak wajar pengawetan jenasah baru boleh
dilakukan setelah pemeriksaan jenasah atau otopsi dilakukan.
Perawatan jenasah perlu dilakukan pada keadaan adanya penundaan
penguburan atau kremasi lebih dari 24 jam. Hal ini penting karena di
Indonesia yang beriklim tropis dalam 24 jam mayat sudah mulai
membusuk mengeluarkan bau dan cairan pembusukan yang dapat
mencemari lingkungan sekitranya. Dan perawatan jenasah dilakukan
untuk mencegah penularan kuman atau bibit penyakit kesekitarnya.
Selain itu perawatan jenasah juga yaitu untuk mencegah pembusukan.
Mekanisme pembusukan disebabkan oleh otorisis yakni tubuh
mempunyai enzim yang setelah mati dapat merusak tubuh sendiri. Selain
itu, perawatan dilakukan untuk menghambat aktifitas kuman.

B. RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan perawatan jenazah

2.      Apa tujuan dari perawatan jenazah

3.      Tindakan apa yang harus dilakukan dalam perawatan jenazah

4.      Hal-hal apa yang harus diperhatikan dalam proses perawatan


jenazah

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan antara lain adalah untuk menjadi bahan pembelajaran


dalam semester 2 yang sesuai dengan kompetinsi dasar yang di berikan
oleh Dosen mata kuliah Keperawatan Dasar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal,
perawatan termasuk menyiapkan jenasah untuk diperlihatkan pada
keluarga, transportasi ke kamar jenasah dan melakukan disposisi
(penyerahan) barang-barang milik klien.

Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan


pemberian bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat
pembusukan serta menjaga penampilan luar jenazah supaya tetap mirip
dengan kondisi sewaktu hidup.
Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar, akan
tetapi kematian pada tidak wajar pengawetan jenasah baru boleh
dilakukan setelah pemeriksaan jenasah atau otopsi dilakukan.

Perawatan jenazah dilakukan karena ditundanya


penguburan/kremasi, misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh
diluar kota/diluar negri.
Pada kematian yang terjadi jauh dari tempat asalnya terkadang perlu
dilakukan pengangkutan atau perpindahan jenasah dari suatu tempat
ketempat lainnya. Pada keadaan ini, diperlukan pengawetan jenazah
untuk mencegah pembusukan dan penyebaran kuman dari jenazah
kelingkungannya.
Jenazah yang meninggal akibat penyakit menular akan cepat
membusuk dan potensial menular petugas kamar jenasah. Keluarga serta
orang-orang disekitarnya. Pada kasusu semacam ini, kalau pun
penguburan atau kremasinya akan segera dilakukan tetap dilakukan
perawatan jenazah untuk mencegah penularan kuman atau bibit penyakit
disekitarnya.

Perawatan jenazah penderita penyakit menular dilaksanakan


dengan selalu menerapkan kewaspadaan unifersal tanpa mengakibatkan
tradisi budaya dan agama yang dianut keluarganya. Setiap petugas
kesehatan terutama perawat harus dapat menasihati keluarga dan
mengambil tindakan yangs sesuai agar penanganan jenasah tidak
menambah resiko penularan penyakit seperti halnya hepatits/B, AIDS,
Kolera dan sebagainya. Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap
jenasah tersebut dapat diizinkan dengan memperhatikan hal yang telah
disebut diatas, seperti misalnya mencium jenasah sebagai bagian dari
upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya dapat hidup
dan berkembang dalam manusia hidup, maka beberapa waktu setelah
penderita infeksi HIV meninggal, virus pun akan mati.

B. Indikasi

Perawatan jenazah dimulai setelah dokter menyatakan kematian


pasien. Jika pasien meninggal karena kekerasan atau dicurigai akibat
kriminalitas, perawatan jenasah dilakukan setelah pemeriksaan medis
lengkap melalui autopsy.

C. Tujuan

            Adapun tujuan dari perawatan jenazah yaitu :

1.      Untuk mencegah terjadinya pembusukan pada jenasah

2.      Dengan menyuntikan zat-zat tertentu untuk membunuh kuman


seperti pemberian intjeksi formalin murni, agar tidak meningalkan luka
dan membuat tubuh menjadi kaku. Dalam injeksi formalin dapat
dimasukan kemulut hidung dan pantat jenasah.

D. Tndakan di luar kamar jenazah

Adapun tindakan yang dilakukan diluar kamar jenasah yaitu :

1. Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan

2. Memakai pelindung wajah dan jubah

3. Luruskan tubuh jenasah dan letakan dalam posisi terllentang dengan


tangan disisi atau terlipat didada.

4. Tutup kelopak mata atau ditutup dengan kapas atau kasa, begitu pula
multu dan telinga.

5. Beri alas kepala dengan kain handuk untuk menampung bila ada
rembesan darah atau cairan tubuh lainnya.

6. Tutup anus dengan kasa dan plester kedap air.

7. Lepaskan semua alat kesehatan dan letakan alat bekas tersebut dalam
wadah yang aman sesuai dengan kaidah kewaspadaan unifersal.

8. Tutup setiap luka yang ada dengan plester kedap air.


9. Bersihkan tubuh jenasah tutup dengan kain bersih untuk disaksikan
olehkeluarga

10. Pasang label identitas pada laki-laki

11. Beritahu petugas kamar jenasah bahwa jenasah adalah penderita


penyakit menular

12. Cuci tangan setelah melepas rarung tangan.

E. Tindakan dikamar jenazah

Adapun tidakan dikamar jenazah yaitu :

1. Lakukan prosedur baku kewas padaan unifersal yaitu cuci tangan


sebelum mamakai sarung tangan.

2. Petugas memakai alat pelindung :

·Sarung tangan karet yang panjang (sampai kesiku).

·Sebaiknya memakai sepatu boot sampai lutut

·Pelindung wajah (masker dan kaca mata)

·Jubah atau celemek sebaiknya yang kedap air.

·Jenazah dimadikan oleh petugas kamar jenasah yang telah memahami


cara membersihkan atau memandikan jenasah penderita penyakit menular

·Bungkus jenasah dengan kain kafan atau kain pembungkus lain sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianut.

·Cuci tangan dengan sabun sebelum memakai sarung tangan dan sesudah
melepas sarung tangan

·Jenazah yang telah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.

·Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik atau pengawetan kecauli oleh
petugas khusus yang telah mahir dalam hal tersebut.

·Jenazah tidak boleh diotopsi, dalam hal tertentu, otosi dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit dan
dilaksanakanoleh petugas rumah sakait yang telah mahir dalam hal
tersebut.
F. Hal-hal yang diperhatikan dalam proses keperawatan

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses keperawatan yaitu :

1. Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air mengalir bila
tekenah darah atau cairan tubuh lain.

2. Dilarang memanipulasi alat suntik atau menyarungkan jarum suntik ke


tutupnya. Buang semua alat atau bendah tajam dalam wadahyang tahan
tusukan

3. Semua permukaan yang terkena percikan atau tumpuahan darah atau


cairan tubuh lainnya segera dibersihkan dengancairan klorin 0,5 %

4. Semua peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dengan


urutan : dekontaminasi, pembersihan, desinfeksi, atau sterilisai

5. Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya ditempatkan dalam kantong


plastic

6. Pembuangan sampah dan bahan yang tercemar sesua pengolah sampah


medis.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN JENAZAH

A. Pengkajian

>  Sebelum Kematian

Pada kasus ini, perawat mengkaji seluruh data baik-subjektif


maupun objektif-yang berhubungan dengan proses menjelang ajal dan
kemtian. Ini bisa dipelajari dari tanda-tanda yang muncul dari proses
tersebut sesuai dengan tahapannya. Pengkajian dilakukan secara cermat
dengan mengamati tanda-tanda klinis klien, antara lain:
> Fisik

Pengkajian fisik meliputi pengkajian menjelang, mendekati, dan saat


kematian.

1. Menjelang kematian.

Fase ini ditandai dengan:

a. Perubahan tanda-tanda vital: nadi melemah dan lambat, penurunan


tekanan darah, pernafasan ireguler dan tersengal-sengal melalui mulut.

b. Sirkulasi melemah: sensasi berkurang; kulit teraba dingan pada akral


ujung hidung, dan telinga; sianosis pada ekstremitas.

c. Tonus otot menghilang: relaksasi otot wajah; kesulitan bicara;


gangguan menelan dan perlahan-lahan refleks muntah menghilang
penurunan aktivitas sistem pencernaan; penurunan refleks motorik.

d. Kegagalan sensorik: pandangan kabur; kegagalan fungsi indra perasa


dan penciuman.

e. Tingkat kesadaran. Tingkat kesadaran klien biasanya bervariasi, dari


sadar, mengantuk, stupor, hingga koma.

2. Mendekati kematian.

Pada tahap ini, manifestasi klinis yang bisa diamati pada klien
melipui:

a. Pupil berdilatasi

b. Refleks menghilang

c. Frekuensi nadi meningkat, kemudian menurun

d. Pernafasan Cheyne Stokes

e. Tidak bisa bergerak

f. Klien mengorok atau bunyi nafas terdengar kasar

g. Tekanan darah menurun

h. Kematian. Pada tahap ini, manifestasi klinis yang dapat diamati pada
klien antaralain:
·        Pernafasan, nadi, dan tekanan darah terhenti

·        Hilangnya respons terhadap stimulus eksternal

·         Pergerakn otot sudah tidak ada

·         Pada ensefalogram datar (garis kotak) berarti aktivitas listrik otak


terhenti.

> Psikologis

Respons psikologis yang mungkin muncul pada klien menjelang


ajal adalah ansietas (kematian). Respons tersebut antara lain:

1. Kekhawatiran tentang dampak kematian pada diri orang terdekat.

2. Ketidak berdayaan terhadap isu yang berhubungan dengan kematian.

3. Perasaan takut kehilangan kemampuan fisik dan mental apabila


meninggal.

4. Kepedihan yang diantisipasi yng berhubungan dengan kematian.

5. Kesedihan yang mendalam.

6. Perasaan takut dalam proses menjelang ajal.

7. Kekhawatiran tentang beban kerja pemberi asuhan akibat sakit


termilnal dan ketidak mampuan diri.

8. Kekhawatiran tentang pertemuan dengan Sang Pencipta atau perasaan


ragu tentang keberadaan Tuhan atau Sang Penguasa.

9. Kehilangan kontrol total terhadap aspek kematian seeorang atau


dirinya.

10. Gambaran negatif tentang kematian atau pikiran tidak menyenangkan


tentang kejadian yang berhubungan dengan kematian atau proses
menjelang ajal.

11. Ketakutan terhadap kematian yang ditunda.

12. Ketakutan terhadap kematian dini karena hal itu mencegah upaya
pencapaian tujuan hidup yang penting.
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, dan Implementasi
Tujuan utama asuhan keperawatan untuk klien yang mendekati
kematian adalah mempertahankan kenyamanan fisiologis dan psikologis
serta mencapai kematian yang damai dan bermartabat, termasuk
mempertahankan kontrol personal dan menerima kondisi kesehatan yang
terus menurun.

a. Ketakutan

Yang berhubungan dengan:

·Pengaruh dini atau jangka panjang yang dirasakan akibat (kehilangan


fungsi tubuh atau anggota tubuh;penyakit terminal; disabilitas jangka
panjang; gangguan kognitif)

·Hilangnya kontrol dan hasil akhir yang tidak diperkirakan, sekunder


akibat (hospitalisasi; prosedur pembedahan dan hasil akhirnya;
lingkungan yang baru; kehilngan orang yang dicintai; perceraian;
kegagalan)

·        Perpisahan dari orang tua dan teman sebaya

·        Ketakutan terkait-usia (gelap, orang asing, hantu, monster,


binatang)

·        Ketidakpastian tentang (penampilan, dukungan teman, pernikahan,


kehamilan, pekerjaan)

>Indikator

·Memperlihatkan penurunan respons viseral (nadi, pernafasan)

·Membedakan antara kenytaan dan khayalan

·Menjelaskan pola koping efektif dan tak efektif

·Mengidentifikasi respons kopingnya sendiri

>Intervensi umum

·Kajian faktor penyebab (lingkungan yang asing, perubahan gaya hidup,


perubahan biologis dan psikologis, ancaman pada harga diri, dll.)
·Kurangi atau hilangkan faktor penyebab (berbeda untuk masing-masing
faktor)

·Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya (tidak berbeda, marah)

·Beri masukan tentang perasaan yang diungkapkan klien

·Dorong klien untuk menggunakan mekanisme koping yang positif

·Dorong klien untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain

·Dorong klien untuk menghadapi ketakutannya

·Hadiskan suasana yang tidak mengancam secara emosional.


Setelah intensitas ketakutan telah menurun

·Jelaskan isyarat perilaku yang mengidentifikasi meningkatnya ketakutan

·Ajakan cara meningkatkan kontrol

·Identifikasi aktivitas yang dapat menyalurkan energi emosional klien


guna mengurangi intensitas ketakutan

·Sarankan atau ajarkan beberapa metode yang dapat meningkatkan


kenyamanan atau relaksasi

·Lakukan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi

>Kriteria hasil
Individu akan mengungkapkan kenymanan fisik dan psikologis yang kian
meningkat.

>Rasional

·Perasaan aman akan meningkat ketika individu bercermin dari individu


lain yang telah berhasil mengatasi situasi menakutkan yang serupa

·Individu pendukung dan mekanisme koping merupakan sarana yang


penting untuk mengurangi kecemasan

·Minimalkan stimulus lingkungan dapat membantu mengurangi


ketakutan (Vacarolis,1998)

·Dialog yang jujur dan terbuka dapat membantu upaya pemecahan


masalah yang konstruktif dan dapat memberikan harapan
·Aktivitas fisik membantu mengarahkan dan meredakan ketegangan
(vacaroli,1998).

b. Keputusasaan

Yang berhubungan dengan:

·Kondisi fisik yang kian menurun

·Gangguan kemampuan fungsional

·Pengobatan yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan nyeri,


mual, ketidaknyamanan

·Pengobatan yang lama namun tanpa hasil

·Ketidak mampuan mencapai tujuan dalam hidup

·Kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat dicintai\

·Gangguan fungsi tubuh atau kehilangan anggota tubuh

·Hambatan dalam hubungan

·Kehilangan pekerjaan

>Indikator

·Menyampaikan penderitaan yang dialami secara terbuka dan konstruktif


kepada orang lain

·Mengenang dan mengulas kehidupannya yang positif

·Mempertimbangkan dan mengulas kehidupannya secara posotif

·Mempertimbangkan nilai-nilai dan makna hidupnya

·Mengungkapkan perasaan optimis tentang kehidupan saat ini

·Membina, meningkatkan, dan mempertahankan hubungan yang positif


dengan orang lain

·Berpartisipasi dalam peran yang bermakna

·Mengekspresikan keyakinan spiritual.


>Intervensi umum

·Bantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya.

·Dengarkan klien dengan seksama dan perlakukan ia sebagai seorang


individu.

·Tunjukkan sikap empati agar klien bersedia mengutarakan keraguan,


ketakutan, dan kehawatirannya.

·Dorong klien untuk menceritakan bagaimana harapan menjadi


ketidakpastian dalam hidupnya dan saat-saat ketika harapan telah
mengecewakannya.

·Bantu klien mengidentifikasi hal-hal yang menyenangkan dan hal-hal


yang mereka anggap sebagai humor.

·Bantu klien memahami bahwa ia pribadi mampu mengatasi aspek


keputusasaan dalam hidupnya dengan memisahkan aspek tersebut dari
aspek penuh harapan

·Tekankan keberhasilan pencapaian dimasa lalu dan gunakan informasi


ini untuk merancang tujuan baru bersama klien.

·Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan.

·Bantu klien dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

·Hargai klien sebagai pengambil keputusan yang kompeten; hargai


keinginan dan keputusan yang diambil klien.

·Bantu klien beralih dari permasalahan yang mustahil dipecahkan dan


mulai berfokus pada masalah yang realistis dan mungkin dipecahkan.

·Bantu klien mempelajari ketrampilan koping yang efektif.

·Dorong klien menggunakan teknik relaksasi sebelum menghadapi


peristiwa stress yang telah diperkirakan sebelumnya.

·Dorong klien melakukan imajinasi terbimbing untuk meningkatkan


proses pikir yang positif.

·Ajarkan klien untuk “berharap menjadi” manusia terbaik hari ini dan
untuk menghargai tiap waktu yang ada.
·Libatkan keluarga dan orang terdekat klien dalam rencana perawatan.

·Dorong klien untuk berbagi rasa dengan individu lain yang memiliki
masalah atau menderita penyakit yang sama serta memiliki pengalaman
yang positif dalam menghadapi kondisis tersebut.

·Hargai dan dukung harapan klien terhadap Tuhan dan bantu ia


mengekspresikan keyakinan spiritualnya.

Kriteria hasil Individu akan :

o   Memperlihatkan peningkatan energi, yang ditandai dengan aktivitas.

o   Mengungkapkan harapan yang positif tentang masa depan,


mengungkapkan tujuan dan makna hidup.

o   Memperlihatkan inisiatif dan otonomi dalam pengambilan keputusan


dan pemecahan masalah.

o   Mendefinisikan ulang masa depan dan menetapkan tujuan yang


realistis.

o   Memperlihatkan kedamaian dan kenyamanan dengan situasi yang ada.


Rasional

o   Harapan terkait dengan bantuan yang diberikan orang lain. Dalam hal
ini individu merasa sumber-sumber yang ada diluar dirinya akan
memberinya dukungan disaat sumber-sumber serta kekuatan didalam
dirinya tidak cukup untuk menghadapi situasi yang ada.

o   Harapan terbukti berkaitan langsung dengan kualitas hubungan


seseorang dengan orang lain.

o   Harapan dianggap mampu mempengaruhi kesehatan fisik, psikologis,


dan spiritual individu.

o   Mempertahankan peran dan tanggungjawab keluarga penting untuk


menumbuhkan harapan dan koping.

o   Hiburan, humor dan mengingat kembali kenangan-kenangan lama


dapat meningkatkan harapan pada individu yang menderita penyakit
terminal.
o   Harapan yang diberikan oleh anggota keluarga dapat menular pada
klien.

o   Individu yang pernah mengalami keputusasaan tidak dapat


membayangkan sesuatu apa pun yang dapat dilakukan atau berharga
untuk dilakukan, tidak pula membayangkan hal diluar peristiwa yang
tengah terjadi.

o   Individu dapat berkoping dengan bagian hidupnya yang ia pandang


sebagai keputusasaan jika ia menyadari bahwa ada banyak faktor dalam
hidupnya yang penuh harapan.

o   Motivasi penting dalam proses pemulihan dari keputusasaan.

 Setelah Kematian

Terdapat beberapa perubahan fisiologis yang terjadi setelah kematian,


antara lain

· Kekakuan tubuh ( rigor mortis) yang terjadi 2-4 jam sesudah kematian
( yang mencakup kontraksi skelet dan otot polos akibat tidak adanya
adenosin trifosfat )

o   Intervensi : Sebelum terjadi rigor mortis, posisikan tubuh dalam posisi


anatomis, tutup mata dan mulut, dan pasang gigi palsu dalam mulut.

·Penurunan suhu tubuh dengan kehilangan keelastisitasan kulit ( algor


mortis).

o   Intervensi : Lepaskan plester dan balutan dengan perlahan untuk


menghindari kerusakan jaringan. Hindari menarik kulit atau bagian tubuh.

·        Perubahan warna kulit menjadi keunguan (livor mortis) pada bagian


dependen akibat pecahnya sel darah merah.

o   Intervensi : Tinggikan kepala untuk mencegah perubahan warna pada


wajah.

·        Pelunakkan dan pencairan jaringan tubuh oleh fermentasi bakteri.

o   Intervensi :  Simpan tubuh pada tempat yang dingin di kamar mayat


rumah sakit atau tempat lain yang ditujukan.
B. Perawatan Setelah Kematian

Sebelum keluarga melihat tubuh klien, perawat menyiapkan tubuh


klien dan ruangan untuk meminimalkan stres dari pengalaman. Perawat
menyingkirkan benda dan peralatan dari pandangan. Linen yang kotor
dan berserakan disingkarkan. Semprotkan deodoran untuk
menghilangkan bau yang tidak menyenangkan.

Perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak


sealamiah dan senyaman mungkin. Tubuh klien diletakkan dalam posisi
terlentang, lengan disamping, telapak tangan menghadap ke bawah atau
melipat tangan diatas dada. Perawat meletakkan bantal dibawah kepala.
Menutup kelopak mata dengan ditahan beberapa detik. Jika tidak
berhasil, bola kapas lembab akan menahan kelopak mata menutup.

Perawat mengatupkan rahang atau mulut kemudian ikat dan


letakkan gulungan handuk dibawah dagu akan menjaga mulit tetap
terkatup.

Perawat membersihkan bagian tubuh yang basah dab membalut


tubuh dengan gaun yang bersih, menyisir atau menyikat rambut, dan
menutupi tubuh sampai bahu dengan linen bersih.

Peralatan kain kafan yamg mengandung bantalan penyewrap di


letakkan di bawah perinel dan rektal untuk menyerap rembesan feses dan
urine akibat spingter yang rilex

Perawat melepaskan perhiasan dan memberikan kepada keluarga


bersama benda berharga lainnya. Setelah tubuh disiapkan, keluarga
diundang kedalam ruangan. Perawat atau anggota keluarga yang lain
harus hadir untuk memberikan dukungan kepada anggota lainnya. Setelah
keluarga pergi, sesuai dengan kebijakan tertentu rumah sakit perwat
memasang tanda yang menyebutkan nama dan informasi lainpada
pergelangan tangan jenazah klien dan pergelangan kaki atau ibu jari
kakinya. Gaun dilepaskan, dan tubuh dibungkus rapat dengan kain katun,
dalam kantung besar dari plastik atau katun.

Tanda identifikasi lainnya dipasang pada kantung tersebut. Jika


klien mempunyai penyakit infeksi yang menular pelabelan khusus
digunakan untuk mewaspadakan mereka yang memindahkan atau
menyimpan peralatan lainnya. Jenazah kemudian dipindah kekamar
mayat, atau pelayanan pemakaman mengambilnya dari kamar klien.

C. Evaluasi

Perawatan klien menjelang ajal mengharuskan perawat


mengevaluasi tingkat kenyamanan klien dengan penyakit dan kualitas
hidupnya. Keberhasilan evaluasi bergantung sebagian pada ikatan yang
terbentuk dengan klien. Kecuali klien mempercayai perawat,
pengekspresian dari perasaan dan kekhawatiran yang sebenarnya tidak
mungkin terjadi. Tingkat kenyamanan klien dievaluasi dengan dasar hasil
seperti penurunan nyeri, kontrol gejala, pemeliharaan fungsi sistem
tubuh, penyelesaian tugas yang belum terselesaikan dan ketenangan
emosional.

D. Terminal

Tahap terminal merupakan tahap akhir dari perawatan jenasah.


Dimana pada tahap ini jenasah dipulangkan kepada keluarganya. Dan
akan dikuburkan sesuai agamanya.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehilangan adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang


bersifat unik secara individual. Hidup adalah serangkaian kehilangan dan
pencapaian. Seorang anak yang mulai belajarKehilangan  mencapai
kemandiriannya dengan mobilisasi. Seorang lansia dengan perubahan
visual dan pendengaran mungkin kehilangan keterandalan-dirinya.
Penyakit dan perawatan di rumah sakit sering melibatkan berbagai
kehilangan. Kematian merupakan salah satu contoh kehilangan yang
nyata.

Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi,


dan tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal,
ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga
dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau
terhentinya kerja otak secara menetap.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatannya, perawat harus


mengetahui konsep kematian berdasarkan agama pasien. Perawat
memiliki peranan dalam perawatan jenazah. Perawatan yang dilakukan
terhadap jenazah berbeda sesuai dengan agama pasien. Perawatan jenazah
pada pasien beragama Kristen antara lain memandikan jenazah dan
memformalin jenazah. Perawatan jenazah pasien beragama Islam antara
lain, membujurkan jenazah, memandikan jenazah, mengkafani jenazah,
dan menyolatkan jenazah. Sedangkan perawatan jenazah pasien beragama
Hindu antara lain memandikan jenazah dan membungkus jenazah dengan
kain putih.

Dalam melakukan perawatan jenazah, perawat harus mengetahui


penyebab kematian pasien, apakah karena penyakit menular atau tidak.
Jika, pasien  tersebut meninggal karena penyakit menular, maka perawat
harus menggunakan alat pelindung diri saat melakukan perawatan
jenazah

B. Saran

Lakukan perawatan jenazah sesuai dengan Standar Oprasional Prosedur


Perawatan Jenazah.

DAFTAR PUSTAKA

verlandokaligis.blogspot.com/2012/06/perawatan-jenazah.html

alfinakpermuna.blogspot.com/2011/03/perawatan-jenazah.html

juandainginsukses.blogspot.com/2012/01/asuhan-keperawatan-klien-dalam-proses.html

elmanbillonx.blogspot.com/2013/04/perawatan-jenajah.html

Anda mungkin juga menyukai