PENDAHULUAN
Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian bahan kimia tertentu
pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga penampilan luar jenazah supaya tetap
mirip dengan kondisi sewaktu hidup.Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian
wajar, akan tetapi pada kematian tidak wajar pengawetan jenasah baru boleh dilakukan setelah
pemeriksaan jenasah atau otopsi dilakukan.
Perawatan jenasah perlu dilakukan pada keadaan adanya penundaan penguburan atau
kremasi lebih dari 24 jam. Hal ini penting karena di Indonesia yang beriklim tropis dalam 24 jam
mayat sudah mulai membusuk mengeluarkan bau dan cairan pembusukan yang dapat mencemari
lingkungan sekitranya. Dan perawatan jenasah dilakukan untuk mencegah penularan kuman atau
bibit penyakit kesekitarnya. Selain itu perawatan jenasah juga yaitu untuk mencegah pembusukan.
Mekanisme pembusukan disebabkan oleh otorisis yakni tubuh mempunyai enzim yang
setelah mati dapat merusak tubuh sendiri. Selain itu, perawatan dilakukan untuk menghambat
aktifitas kuman.
1.3 TUJUAN
Perawatan jenasah bertujuan untuk mencegah pembusukan. Selai itu jenash juga dapat terawat
dalam arti dapat diberikan obat-obtana pengawetan seperti formalin sehingga mayat tersebut dapat
bertahan lama dan tidak mudah rusak.
Dalam penulisan makalah ini metode yang kami gunakan adalah library reseal (metode pustaka).
Sebelum kami menyusun makalah ini terlebih dahulu kami mengumpulkan data-data dari berbagai
sumber seperti buku-buku hingga media seperti internet.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medics melakukan pemberian bahan kimia
tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga penampilan luar jenazah
supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup.Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung
pada kematian wajar, akan tetapi kematian pada tidak wajar pengawetan jenasah baru boleh
dilakukan setelah pemeriksaan jenasah atau otopsi dilakukan.
- Dengan menyuntikan zat-zat tertentu untuk membunuh kuman seperti pemberian intjeksi
formalin murni, agar tidak meningalkan luka dan membuat tubuh menjadi kaku. Dalam injeksi
formalin dapat dimasukan kemulut hidung dan pantat jenazah.
2
2.3 TINDAKAN DILUAR KAMAR JENAZAH
- Lakukan prosedur baku kewas padaan unifersal yaitu cuci tangan sebelum mamakai sarung
tangan.
- Petugas memakai alat pelindung :
Sarung tangan karet yang panjang (sampai kesiku).
Sebaiknya memakai sepatu boot sampai lutut
Pelindung wajah (masker dan kaca mata)
Jubah atau celemek sebaiknya yang kedap air.
- Jenazah dimadikan oleh petugas kamar jenasah yang telah memahami cara
membersihkan atau memandikan jenazah penderita penyakit menular
- Bungkus jenazah dengan kain kafan atau kain pembungkus lain sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianut.
- Cuci tangan dengan sabun sebelum memakai sarung tangan dan sesudah melepas
sarung tangan
- Jenazah yang telah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
- Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik atau pengawetan kecauli oleh petugas
khusus yang telah mahir dalam hal tersebut.
- Jenazah tidak boleh diotopsi, dalam hal tertentu, otosi dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit dan dilaksanakanoleh petugas
rumah sakait yang telah mahir dalam hal tersebut.
3
2.5 HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN DALAM PROSES KEPERAWATAN
- Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air mengalir bila tekenah darah atau cairan
tubuh lain.
- Dilarang memanipulasi alat suntik atau menyarungkan jarum suntik ke tutupnya. Buang
semua alat atau bendah tajam dalam wadahyang tahan tusukan
- Semua permukaan yang terkena percikan atau tumpuahan darah atau cairan tubuh lainnya
segera dibersihkan dengancairan klorin 0,5 %
-Semua peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dengan urutan :
dekontaminasi, pembersihan, desinfeksi, atau sterilisai
- Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya ditempatkan dalam kantong plastik
- Pembuangan sampah dan bahan yang tercemar sesua pengolah sampah medis
A. PERSIAPAN ALAT
Kain kassa
Kapas
Selimut / sprei
Gunting
Minyak / oil
Bengkok
Tempat untuk pakaian kotor
Tanda pengenal
B. PROSEDUR KERJA
Setelah dinyatakan pasien meninggal dunia oleh dokter
1. Mencuci tangan
2. Lepaskan semua alat medis yang melekat pada pasien
3. Memejamkan kedua matanya seraya membaca doa
4. Mengikat rahangnya keatas kepala dengan kain / kassa yang agak lebar agar mulutnya
tidak terbuka, menutup semua lubang dengan kapas
5. Melemaskan sendi - sendi tulangnya dengan melipat tangan ke siku, lutut ke paha dan
paha ke perut. setelah itu di bujurkan kembali dan jari - jari tangannya dilemaskan. bila
agak terlambat sehingga tubuhnya kaku, maka boleh menggunakan minyak atau yang
lainnya untuk melemaskan sendi - sendi tulang jenazah. Faedah dari pelemasan ini adalah
mempermudahkan proses memandikan dan mengkafani
4
6. Melepas pakaian secara perlahan, kemudian menggantinya dengan kain tipis yang dapat
menutup seluruh tubuhnya, yang ujungnya diselipkan dibawah kepala dan kedua kakinya
7. Meletakan jenazah ditempat yang agak tinggi agar tidak tersentuh kelembaban tanah
yang bisa mempercepat rusaknya badan
8. Memasang tanda pengenal
9. Tutup jenazah dengan sprei / selimut
10. Mencuci tangan, jenazah segera di bawa ke ruang jenazah
C. HASIL
Tangan bersih
Lingkungan rapih dan bersih
a. Perawatan Jenazah
1. Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis.
2. Singkirkan pakaian atau alat tenun.
3. Lepaskan semua alat kesehatan
4. Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda
5. Tempatkan kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat pergelangannya (tergantung
dari kepercayaan atau agama)
6. Tempatkan satu bantal di bawah kepala.
5
7. Tutup kelopak mata, jika tidak bisa tertutup bisa menggunakan kapas basah.
8. Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan handuk di bawah
dagu.
9. Letakkan alas di bawah glutea
10. Tutup tubuh jenazah sampai sebatas bahu
11. Kepala ditutup dengan kain tipis
12. Catat semua milik pasien dan berikan kepada keluarga
13. Beri kartu atau tanda pengenal
14. Bungkus jenazah dengan kain panjang
1. Tindakan di ruangan
a) Luruskan tubuh, tutup mata, telinga dan mulut dengan kapas
b) Lepaskan alat kesehatan yang terpasang
c) Setiap luka harus diplester rapat
d) Tutup semua lubang tubuh dengan plester kedap air
e) Membersihkan jenazah perhatikan beberapa hal :
6
2. kaca mata pelindung mata
3. sarung tangan karet
4. pron/baju khusus untuk melindungi tubuh dalam keadaan tertentu
5. sepatu lars sampai lutut (sepatu boot)
c) Menggunakan air pencuci yang telah dibubuhi desinfektan, antara lain kaporit.
d) Mencuci tangan dengan sabun setelah membersihkan jenazah (sebelum dan
sesudah sarung tangan dilepaskan)
e) Jenazah dibungkus dengan kain kafan atau kain pembungkus lain sesuai dengan
kepercayaan/agamanya.
1. Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air bila terkena darah atau
cairan tubuh lain.
2. Dilarang menutup atau memanipulasi jarum suntik, buang dalam wadah
khusus alat tajam
3. Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya ditempatkan dalam tas plastic
4. Pembuangan sampah dan bahan terkontaminasi dilakukan sesuai dengan
tujuan mencegah infeksi
5. Setiap percikan atau tumpahan darah di permukaan segera dibersihkan
dengan larutan desinfektans, misalnya klorin 0.5 %
6. Peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dengan urutan:
dekontaminasi, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi
7. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka
8. Jenazah tidak boleh dibalsam,disuntik untuk pengawetan dan diautopsi
kecuali oleh petugas khusus.
9. Dalam hal tertentu, autopsi hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan dari pimpinan RS
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi terhadap masalah sekarat dan kematian secara umum dapat dinilai dari
kemampuan individu untuk menerima makna kematian, reaksi terhadap kematian, dan
perubahan perilaku, yaitu menerima arti kematian.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
- Pengawetan jenasah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian bahan kimia tertentu
pada jenah untuk mengahambat pembusukan serta menjaga penampilan jenasah supaya tetap
mirim dengan kondisi sewaktu hidup. Pengawetan jenasah dapat dilakukan pada jenasah beberapa
hari tidak dikubur.
- Dalam perawatan jenasah tidak boleh diototpsi. Dalam hal tertentu ototpsi dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit dan dilaksanakan oleh petugas yang
mahir dalam hal tersebut.
3.2 SARAN
8
DAFTAR PUSTAKA
AtmaDja DS. Perawatan jenasah dan aspek medikolegalnya. Majalah kedokteran Indonesia
(Inpress, Agustus 2002)
Hamzah A. Hukum acara Pidana Indonesia. Jakarta: CV.Aapta Artha Jaya, 1996
Moeljotno. Kitab Undang-Undang Hukum pidana Jakarta: Bumi Aksara. 1992