Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

SOSIAL MODEL VS MEDICAL MODEL

Dosen : Yasinta Dewi Kristianti, S.SiT.,M.Kes

DISUSUN OLEH

Nurhaliza (1052201009)

Sarah Safina Irawati (1052201004)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MH THAMRIN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan

hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah matakuliah konsep kebidanan yang

berjudul “sosial model vs medical model ” dengan tepat waktu. Penulisan makalah ini merupakan

tugas kelompok matakuliah konsep kebidanan di prodi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan

Universitas Muhammad Husni Thamrin.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik secara teknis maupun materi.

Oleh karna itu, kami memohon saran dan kritik yang bersifat membangun, dari dosen , rekan-

rekan dan pembaca untuk penyusunan makalah ini`Kami mengucapkan terimakasih kepada

berbagai pihak yang sudah mendukung dan membantu saya dalam menyusun makalah ini,

khususnya kepada dosen yang telah memberika tugas sebagai penambah wawasan saya.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dalam

pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca.

Bekasi, 17 Desember 2020


DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................6
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................6
I.1 Latar Belakang.......................................................................................................................6
I.2 Rumus Masalah...........................................................................................................................7
I.3 Tujuan.........................................................................................................................................7
I.4 Manfaat.....................................................................................................................................8
BAB II.....................................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................8
II.1 PENGERTIAN MODEL MEDICAL.................................................................................................8
II.2 DEFINISI LOKAL/KOMUNITAS......................................................................................................9
II.3 TUJUAN KEBIDANAN KOMUNITAS.............................................................................................10
II.4 RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS..............................................................................12
II.5 PERAN DAN FUNGSI KEBIDANAN KOMUNITAS..........................................................................13
II.6 TEKNOLOGI SEBAGAI PENOLONG..............................................................................................14
II.7 FUNGSI TEKNOLOGI TEPAT GUNA.............................................................................................15
II.8 DAMPAK TEKNOLOGI TEPAT GUNA...........................................................................................15
II.9 MACAM TEKNOLOGI TERAPAN DAN TEPAT GUNA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN...............16
III.1 MENGHARGAI PERBEDAAN......................................................................................................21
III.2 FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPERCAYAAN.......................................................22
III. 3 KEPERCAYAAN DALAM PERSEPEKTIF ISLAM...........................................................................23
III. 4 PENGERTIAN INTUISI...............................................................................................................23
III. 5 AKTUALISASI DIRI...................................................................................................................24
III.6 AKTUALISASI DIRI SEBAGAI TINGKATAN KEBUTUHAN..............................................................25
III.7 Kriteria Aktualisasi Diri..............................................................................................................29
BAB III..................................................................................................................................................31
PENUTUP.............................................................................................................................................31
III. 8 KESIMPULAN............................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................33
BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat dan hidayah- Nya,

sehingga penyususun akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” SOSIAL

MODEL VS MEDICAL MODEL”. Penyusun menyadari banyak kekurangan dan hal-hal

yang perlu ditambahkan pada tugas makalah ini.

Kesempurnaan hanya milik Allah SWT , oleh karna itu kritik dan saran sangat

diharapkan dari para pembaca. Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih banyak

kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini dan besar harapan

penyusun, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan.

I.2 Rumus Masalah


a. Apa pengertian model medical ?

b. Apa saja Yang Tercakup dalam model medical adalah ?

c. Apa itu pengertian komunitas ?

d. Apa itu tujuan kebidanan komunitas ?

e. Apa saja Ruang lingkup kebidanan komunitas ?

f. Apa saja peran dan fungsi kebidanan komunitas ?

g. Apa itu teknologi sebagai penolong ?

h. Apa fungsi dari teknologi tepat guna ?

i. Apa dampak positif dan negatif dari teknologi tepat guna ?

j. Apa saja macam – macam teknologi terapan dan tepat guna dalam pelayanan

kebidanan ?
k. Apa itu pengertian dari menghargai perbedaan ?

l. Apa saja faktor- faktor yang mempernpengaruhi kepercayaan ?

m. Apa itu pengertian intuisi ?

n. Apa itu aktualisasi diri ?

o. Apa saja Kriteria Aktualisasi Diri ?

I.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui social model vc medical model.

I.4 Manfaat
a. Pembaca menjadi tahu apa pengertian, perbedaan antara social model vc medical
model dan pembahasan-pembahasan lainnya.

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 PENGERTIAN MODEL MEDICAL

Model yang dikembangkan untuk membantu manusia dalam memahami proses sehat

sakit dalam arti kesehatan. Model ini lebih banyak digunakan dalam bidang kedokteran dan

lebih berfokus pada proses penyakit dan mengobati ketidaksempurnaan. Yang Tercakup

dalam model medical adalah :

 Berorientasi pada penyakit


 Menganggap bahwa akal/pikiran dan badan terpisah

 Manusia menguasai alam

 Yang tidak biasa menjadi menarik

 Informasi yang terbatas pada klien Pasien berperan pasif

 Dokter yang menentukan

 Model medical ini kurang cocok untuk praktik kebidanan karena terlalu berorientasi

pada penyakit dan tidak memberi kesempatan klien untuk menentukan nasibnya

sendiri

 Gambaran perbedaan pandangan mengenai kehamilan sesuai model medical

 Normal dalam perspektif

 Kasus tidak biasa menjadi menarik

 Dokter bertanggung Jawab

 Informasi terbatas

 OutCome yang diharapkan

 Ibu dan bayi hidup dan Sehat

II.2 DEFINISI LOKAL/KOMUNITAS

Definisi komunitas Berdasarkan kesepakatan antara ICM, FIGO, WHO pada tahun

1933 menyatakan bahwa bidan adalah seorang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang

diakui oleh pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan dan lulus serta terdaftar

atau mendapatkan izin melakukan praktik kebidanan. Menurut IBI, Bidan adalah seorang

perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi

diwilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kualifikasi untuk diregister, sertifikasi

dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
Komunitas Berasal dari bahasa latin: - comunicans : kesamaan - communis : sama,

public, banyak - community : masyarakat setempat Menurut J.H Syahlan bidan komunitas

adalah bidan yang berkerja melayani keluarga dan masyarakat diwilayah tertentu. Menurut

United Kingdom Central Council for Nursing Midwifery Health para praktisi bidan yang

berbasis komunitas harus dapat memberikan supervise yang dibutuhkan oleh perempuan

selama masa kehamilan, persalinan, nifas, dan BBL secara komprehensif.

Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada

masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi dengan upaya mencapai derajat

kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan menjamin

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra

dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan.

Pelayanan Kebidanan Komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan

terhadap masalah kesehatan ibu dan balita dalam keluarga di masyarakat. Pelayanan

kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit atau institusi. Kebidanan komunitas dapat

juga merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan yang diberikan dirumah sakit dalam

upaya menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses kelahiran.

Bidan komunitas mempunyai pengetahuan yang luas dalam segala aspek dalam

kehamilan dan persalinan karena tugasnya adalah bersama-sama perempuan sebagai partner

untuk menerima secara positif pengalaman proses kehamilan dan persalinan, serta

mendukung keluarga agar dapat mengambil keputusan atau pilihan secara individual

berdasarkan informasi yang telah diberikan.

II.3 TUJUAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Tujuan umum :
1. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak, balita dalam keluarga sehingga terwujud

keluarga sehat sejahtera dalam komunitas tertentu

2. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kebidanan

komunitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optima.

Tujuan khusus:

1. Mengidentifikasi masalah kebidanan komunitas

2. Melakukan upaya promotif dan preventif pelayanan kesehatan

3. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat

4. Mengidentifikasi struktur masyarakat daerah setempat

5. Meningkatkan kemampuan individu/keluarga/masyarakat untuk melaksanakan askeb

dalam rangka mengatasi masalah

6. Tertanganinya kelainan resiko tinggi/rawan yang perlu pembinaan dan pelayanan

kebidanan

7. Tertanganinya kasus kebidanan dirumah

8. Tertanganinya tidak lanjut kasus kebidanan dan rujukan

9. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak

10. .Pelayanan KIA/KB/imunisasi

11. Menggambarkan keadaan wilayah kerja dengan daerah

12. Mengidentifikasi faktor penunjang KIA/KB diwilayah

13. Bimbingan pada kader posyandu/kesehatan/dukun bayi

14. Mengidentifikasikan kerjasama LP/LS

15. .Kunjungan rumah

16. Penyuluhan laporan dan seminar dan evaluasi

17. Askeb pada sasaran KIA

18. Menolong persalinan rumah


19. Melakukan tindakan kegawatdaruratan kebidanan sesuai kewenangan

Sasaran Kebidanan komunitas ;

1. Ibu : Pranikah, prakonsepsi, kehamilan, persalinan, nifas,

masa interval, menopause

2. Anak : Meningkatkan kesehatan janin dalam kandungan, bayi, balita,

prasekolah, dan anak usia sekolah

3. Keluarga : Pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak,

pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi, imunisasi

4. Kelompok penduduk : Kelompok penduduk rumah kumuh, daerah terisolir,

daerah tidak terjangkau

5. Masyarakat : Dari satuan masyarakat terkecil sampai masyarakat keseluruhan :

remaja, calon ibu, kelompok ibu.

II.4 RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

 Promotif (peningkatan kesehatan)

 Informasi tentang imunisasi pada ibu

 Ibu yang memiliki bayi

 Penyuluhan tentang kesehatan ibu hamil

 Informasi tentang tanda bahaya kehamilan - ASI eksklusif.

 Preventif (pencegahan penyakit)

 Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil

 Pemberian tablet Fe

 Pemeriksaan kehamilan, nifas, dll


 Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita.

 Kuratif (pemeliharaan dan pengobatan)

Perawatan payudara yang mengalami masalah

Perawatan bayi, balita, dan anak sakit dirumah

Rujukan bila diperlukan

 Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

 Latihan fisik pasca ibu bersalin

 Pemberian gizi ibu nifas

 Mobilisasi dini pada ibu pasca salin 5.

 Resosiantitatif (mengfungsikan kembali individu, keluarga, kelompok masyarakat ke

lingkungan sosial dan masyarakatnya)

1. Menggerakkan individu

2. Masyarakat kelingkungan masyarakatnya seperti dasawisma, desa siaga,

tabulia

Membuat masyarakat untuk melakukan suatu program dalam bidang kesehatan yang

dilakukan oleh masyarakat itu sendiri untuk meningkatkan kesehatan masyarakat tersebut.

II.5 PERAN DAN FUNGSI KEBIDANAN KOMUNITAS

Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki oleh orang

yang berkedudukan dalam masyarakat. Sebagai bidan yang bekerja di komunitas maka bidan

harus memahami perannya di komunitas, yaitu :


1. Sebagai Pendidik

Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai pendidik, bidan

berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya sesuai dengan kaidah

kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan di komunitas dalam berperan

sebagai pendidik masyarakat antara lain dengan memberikan penyuluhan di bidang

kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga.

Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah,

bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya yang mana cara tersebut merupakan

penyuluhan secara langsung. Sedangkan penyuluhan yang tidak langsung misalnya

dengan poster, leaflet, spanduk dan sebagainya.

2. Sebagai Pelaksana (Provider)

Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada

komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Sebagai

pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan serta

melakukan kegiatan sebagai berikut :

a) Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan

b) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan masa interval

dalam keluarga

c) Pertolongan persalinan di rumah

d) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan resiko tinggi di keluarga

e) Pengobatan keluarga sesuai kewenangan

f) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi.


g) Pemeliharaan kesehatan anak balita.

3. Sebagai Pengelola

Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktik

Mandiri. Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran bidan di

sini adalah sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu

dan praktek bidan. Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain

atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.

4. Sebagai Peneliti

Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya,

perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat memberikan

kesimpulan atau hipotesis dan hasil analisanya. Sehingga bila peran ini dilakukan oleh

bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat tentang permasalahan komunitas yang

dilayaninya dan dapat pula dengan segera melaksanakan tindakan.

II.6 TEKNOLOGI SEBAGAI PENOLONG

Teknologi tepat guna

Suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan

fungsinya.

Manfaat teknologi tepat guna yaitu :

 Meningkatkan taraf hidup & kesejahteraan masyarakat

 Mempermudah & mempersingkat waktu pekerjaan tenaga kesehatan dan klien

 Hasil diagnosa akan lebih akurat , cepat dan tepat

 Lebih cepat ditangani oleh tenaga kesehatan


 Masyarakat mampu mempelajari, menerapkan, memelihara teknologi tepat guna

tersebut.

II.7 FUNGSI TEKNOLOGI TEPAT GUNA

 Alat kesehatan yang digunakan sesuai

 Dengan kebutuhan masyarakat yang tepat yang tepat

 Biaya yang di gunakan cukup rendah dan relatif murah

 Tehnis cukup sederhana dan mampu di pelihara

 Mengurangi kesalahan dalam mendiagnosisi suatu penyakit

II.8 DAMPAK TEKNOLOGI TEPAT GUNA

DAMPAK POSITIF :

 Dengan adanya teknologi tepat guna dalam kebidanan, maka masyarakat akan

mendapat kemudahan dalam menjaga kesehatan yang lebih efisien dan efektif

 Teknologi yang ada, dapat membuat kegiatan khususnya di dalam kebidanan akan

lebih sederhana dan mudah.

DAMPAK NEGATIF :

 Jika penggunaanya teknologi tepat guna tidak sesuai dengan lingkup yang

memerlukan makan itu akan sia – sia .contoh , penggunaan USG di daerah pedalaman, di

sana tidak ada yang mengelola dan tidak sesuai dengan kebudayaan masyarakat di sana.

 Penggunaan teknologi pada daerah pedalaman dengan tenaga yang tidak ahli akan

menimbulkan resiko terhadap pasien.

II.9 MACAM TEKNOLOGI TERAPAN DAN TEPAT GUNA DALAM PELAYANAN

KEBIDANAN

 Fetal Doppler
 Fetal Doppler Sunray

 Staturmeter

 Eye Protector Photo Therapy

 Alat pengukur panjang bayi

 Lingkar lengan ibu hamil

 Reflek hammer / reflek patela

 Tourniquet

Fetal Doppler : alat yang di gunakan utuk

mendeteksi denyut jantung bayi, yang

mengunakan prinsip pantulan glombang

elektro magnetik, alat ini alat berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan janin, sangat di

sarankan untuk di miliki di rumah sebagai deteksi rahim harian , selain aman juga mudah

dalam penggunaanya serta harga yang sangat terjangkau untuk di miliki.


Fetal Doppler Sunray : salah satu jenis dan merk doppler yang di gunakan untuk

mengetahui denyut jantung janin dalam kandungan , fetal doppler ini sangat praktis di

gunakan baik secara pribadi atau di gunakan oleh kalangan para medic.

Staturmeter : alat yang di gunakan untuk mengukur tinggi badan , alat ini sangat sederhana

pada desainnya karna hanya di tempelkan pada tembok bagian atas dan ketika akan di

gunakan hanya perlu untuk menariknya sampai kebagian kepala teratas , sehingga dapat di

ketahui tinggi bandan orang tersebut.


Eye Protector Photo Therapy : alat yang di gunakan untuk melindungi bagian mata bayi

pada saat di lakukan pemeriksaan dengan menggunakan sinar X-ray atau jenis pemeriksaan

lain yang menggunakan media sinar agar tidak mengganggu penglihatan bayi yang akan di

periksa

Alat Pengukur Panjang Bayi : merupakan peralatan sederhana yang biasa di gunakan

oleh bidan dan petugas posiando, untuk mengertahui perkembangan tinggi bayi dari waktu ke

waktu, terbuat dari kayu dan mistar yang mudah di baca.


Breast Pupm : biasanya di gnakan oleh para ibu yang berkarir di luar rumah, agar

ASI tidak terbuang dengan percuma, sehingga tetap bisa mendapatkan ASI dari

bunda nya.

Lingkar Lengan Ibu Hamil : tanda yang di gunakan untuk mempermudah

mengidentifikasi bayi dan bundanya, pada umumnya di pakaikan pada bayi dan bunda

nya di rumah sakit bersalin.

Reflek Hammer / Reflek Patela : Sejenis hammer yang dilapisi

dengan karet yang digunakan untuk mengetahui respon syaraf dari anggota tubuh biasanya

kaki.
Tali Pusat Clem

Nylon : Adalah merupakan alat yang digunakan untuk menjepit tali pusar bayi sesaat setelah

bayi dilahirkan.
Tourniquet : alat bantu yang digunakan untuk sarana pendukung pada pengmbilan darah,

pada umumnya dilingkarkan pada lengan saat akan dilakukan pengabilan darah segar, agar

darah bisa lebih mudah untuk di ambil

III.1 MENGHARGAI PERBEDAAN


Menghargai perbedaan saat bermasyarakat, berada di sekolah dan lingkungan kerja

menjadi penting. Indonesia adalah negara multikultural, tapi bukan negara multikulturalis.

Karena itu multikulturalisme tidak menjadi solusi dalam pengelolaan keragaman di

Indonesia.Beberapa kategori multikulturalisme yang diproblematisasi di Indonesia, terutama

misalnya, terkait dengan pertanyaan siapa orang asli, minoritas nasional, dan imigran dalam

konteks masyarakat Indonesia.

Keberagaman di Indonesia terbentuk dari lebih banyak varian daripada yang terjadi di

belahan dunia Barat. Dalam varian itu terdapat adat istiadat, hubungan dengan keturunan

suku bangsa yang sudah tinggal di Indonesia sejak lama. Kondisi masyarakat yang beragam,

sangat signifikan di mana masyarakat mudah terpecah dengan isu-isu menyangkut agama,
kebudayaan, ras dan lain sebagainya. Oleh sebab itu konflik rasial dan konflik agama cepat

sekali membesar dan membutuhkan penanganan serius dari pemerintah.

III.2 FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPERCAYAAN

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan seseorang. Mcknight et

al. Menyatakan bahwa ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen

yaitu reputation, dan perceived quality.

a. Reputation reputasi merupakan suatu atribut yang diberikan kepada penjual berdasarkan

pada informasi dari orang atau sumber lain. Reputasi dapat menjadi penting untuk

membangun kepercayaan seorang konsumen terhadap penjual karena konsumen tidak

memiliki pengalaman pribadi dengan penjual, Reputasi dari mulut ke mulut yang juga dapat

menjadi kunci ketertarikan konsumen. Informasi positif yang didengar oleh konsumen

tentang penjual dapat mengurangi persepsi terhadap resiko dan ketidakamanan ketika

bertransaksi dengan penjual. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan konsumen

tentang kompetensi, benevolence, dan integritas pada penjual.

b. Perceived quality Perceived quality yaitu persepsi akan kualitas baik itu dari segi

produk, pelayanan maupun penghargaan. Tampilan serta desain perusahaan jua dapat

mempengaruhi kesan pertama yang terbentuk. Menurut Wing Field (dalam Chen & Phillon,).
III. 3 KEPERCAYAAN DALAM PERSEPEKTIF ISLAM

Imam Al-Qusairi mengatakan bahwa kata shadiq ‘orang yang jujur’ berasal dari kata

shidq ‘kejujuran’. Kata shiddiq adalah bentuk penekanan (mubalaghah) dari shadiq dan

berarti orang yang mendominasi kejujuran. Dengan demikian, di dalam jiwa seseorang yang

jujur itu terdapat komponen nilai ruhani yang memantulkan berbagai sikap yang berpihak

kepada kebenaran dan sikap moral yang terpuji.

Perilaku yang jujur adalah perilaku yang diikuti oleh sikap tanggung jawab atas apa

yang diperbuatnya tersebut atau integritas. Kejujuran dan integritas bagaikan dua sisi mata

uang. Seseorang tidak cukup hanya memiliki keikhlasan dan kejujuran, tetapi dibutuhkan

juga nilai pendorong lainnya, yaitu integritas. Akibatnya, mereka siap menghadapi risiko dan

seluruh akibatnya dia hadapi dengan gagah berani, kebanggaan, dan penuh suka cita, dan

tidak pernah terpikirkan untuk melemparkan tanggung jawabnya kepada orang lain.

Jujur dan terpercaya (amanah) adalah akhlak yang harus ada dalam bisnis. Amanah

artinya dapat “dipercaya, bertanggung jawab, dan kredibel”. Konsekuensi amanah adalah

mengembalikan setiap hak kepada pemiliknya. Sedikit atau banyak, tidak mengambil lebih

banyak daripada yang ia miliki, dan tidak mengurangi hak orang lain, baik itu berupa hasil

penjualan, fee, jasa atau upah buruh.

Dalam Islam, hubungan antara kejujuran dan keberhasilan kegiatan ekonomi

menunjukkan hal yang positif. Setiap bisnis yang didasarkan pada kejujuran akan

mendapatkan kepercayaan pihak lain. Kepercayaan ini akan menambah nilai transaksi

kegiatan bisnis dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan.

III. 4 PENGERTIAN INTUISI

Secara harfiah intuisi dapat diartikan perasaan batin atau getaran jiwa yang dapat

merasakan sesuatu, yang selanjutnya menimbulkan pengaruh ke dalam sikap, ucapan dan
perbuatan.Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui

penalaran rasional danintelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari

dunia lain dan di luar kesadaran.Intuisi adalah sensasi yang muncul secara tiba-tiba tanpa

disadari orang yang bersangkutan. Kerap kali, intuisi menjadi dasar pilihan seseorang ketika

dihadapkan pada beberapa pilihan sekaligus.

Hubungan adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih yang

memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain. Hubungan terjadi dalam setiap proses

kehidupan manusia. Hubungan dapat dibedakan menjadi hubungan dengan teman sebaya,

orang tua, keluarga, dan lingkungan sosial.

III. 5 AKTUALISASI DIRI


Carl Rogers dan Abraham Maslow adalah tokoh dalam aliran psikologi pertumbuhan

yang menyebutkan aktualisasi diri sebagai tingkatan dalam menuju kepribadian yang sehat.

Menurut Duane Schutz aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan

mengembangkan sifat-sifat serta potensi psikologisnya yang unik. Rogers percaya bahwa

manusia memiliki dorongan yang telah dibawa sejak lahir untuk menciptakan, dan hasil

ciptaan yang sangat penting adalah menjadi diri sendiri (Schlutz, 1991).
Sedangkan aktualisasi diri menurut Maslow yang dikutip pula oleh Duane Schlutz

didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat kita,

pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita (Schlutz, 1991).

Abraham Maslow juga mendasarkan teorinya yang dikutip oleh Hasyim Muhammad

bahwa aktualisasi diri pada sebuah asumsi dasar, yaitu manusia pada hakekatnya memiliki

nila intrinsik berupa kebaikan. Dari sinilah manusia memiliki peluang untuk dapat

mengembangkan dirinya. Perkembangan yang baik sangat ditentukan oleh kemampuan

manusia untuk mencapai tingkat aktualisasi diri (Muhammad, 2002).

III.6 AKTUALISASI DIRI SEBAGAI TINGKATAN KEBUTUHAN

Tingkatan kebutuhan dapat digambarkan seperti sebuah anak tangga. Kita harus

meletakan kaki pada anak tangga paling bawah sebelum mencapai anak tangga berikutnya,

demikian seterusnya. Dengan cara yang sama pula kebutuhan yang paling rendah dan paling

tinggi harus di puaskan sebelum muncul kebutuhan tingkat kedua, ketiga, keempat dan

seterusnya hingga sampai pada tingkat paling tinggi. MIF Baihaqi mengutip Maslow, pada

awalnya, ia mengemukakan ada lima kebutuhan manusia, yaitu: kebutuhan fisiologis,

kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan memiliki dan cinta, kebutuhan akan penghargaan

dan aktualisasi diri.

Kelima kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan dasar (basic needs), namun dalam

tulisan-tulisan yang timbul kemudian, Maslow dalam kutipan MIF Baihaqi mengemukakan

adanya kebutuhan tambahan, berupa kebutuhan untuk mengetahui dan memahami, serta

kebutuhan estetika/estetis (Baihaqi, 2008). Adapun uraian dari tujuh kebutuhan dasar (basic

needs) sebagai berikut:

a) Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan paling dasar, paling kuat dan paling jelas di antara sekian banyak kebutuhan

manusia adalah kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan (fisik). Kebutuhan ini

meliputi: oksigen, air, makanan-minuman, serta kebutuhan- kebutuhan fisik lain.

Kebutuhan ini sangat penting untuk kelangsungan hidup, karenanya kebutuhan-

kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan terkuat dari semua kebutuhan. Seseorang yang

mengalami kekurangan makanan, harga diri dan cinta, maka ia akan memburu makanan

terlebih dahulu. Ia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai

kebutuhan fisiologisnya terpenuhi (Baihaqi, 2008).

b) Kebutuhan Akan Rasa Aman

Menurut Maslow jika kebutuhan fisiologis sudah diperhatikan dan terpenuhi maka kita

akan didorong oleh kebutuhan selanjutnya yaitu kebutuhan akan rasa aman. Ingin

menemukan situasi dan kondisi yang aman, stabil dan terlindungi merupakan beberapa

contoh dari kebutuhan tersebut. Maslow percaya bahwa kita semua membutuhkan sedikit

banyak sesuatu yang bersifat rutin dan dapat di ramalkan (di prediksi). Misalnya di

kalangan orang-orang dewasa di Amerika, kebutuhan ini terwujud dalam keinginan mereka

yang sangat kuat untuk tinggal berdekatan dengan tetangga yang baik, pekerjaan yang

aman, perencanaan masa pensiun yang matang, membeli asuransi dan lain sebagainya

(Baihaqi, 2008).

c) Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki

Setelah seseorang memenuhi kebutuhan akan rasa amanya, ia akan beralih kepada

kebutuhan berikutnya, yakni kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki. Sebuah dorongan

dimana seseorang berkeinginan untuk menjalin sebuah hubungan secara efektif atau

hubungan emosional dengan individu lain, baik yang ada dalam lingkungan keluarga

maupun di luarnya (Muhammad, 2002). Kebutuhan akan rasa cinta itu penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan kemampuan seseorang. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi
maka dapat menimbulkan salah penyesuaian. Haus cinta adalah bagian dari penyakit karena

kekurangan, seperti halnya seseorang yang kekurangan gizi, seorang yang kekurangan rasa

cinta akan menampakan gejala yang sama (Muhammad, 2002).

d) Kebutuhan akan penghargaan

Apabila seseorang cukup berhasil mencintai dan memiliki, maka dia juga membutuhkan

sebuah dan penghargaan. Maslow membedakan dua macam kebutuhan akan penghargaan,

yang pertama yaitu penghargaan yang berasal dari orang lain, dan yang kedua yaitu

penghargaan terhadap diri sendiri atau harga diri. Penghargaan yang berasal dari orang lain

meliputi pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, prestise, reputasi, nama baik serta

penghargaan atas sejumlah keberhasilan dalam masyarakat; yaitu semua sifat bagaimana

orang lain berpikir dan bereaksi terhadap kita.

e) Kebutuhan kognitif

Maslow meyakini bahwa salah satu ciri mental yang sehat ialah adanya rasa ingin tahu.

Menurutnya, waktu seseorang masih anak-anak dia telah memiliki rasa ingin tahu kodrati

tentang dunianya. Seseorang tersebut dengan spontan dan dengan keinginan besar

menyelidiki atau mengamati segala sesuatu dalam usaha untuk mengetahui dan memahami,

sedangkan di rentang usia dewasa yang sehat terus menerus ingin tahu tentang dunianya.

Mereka ingin menganalisisnya dan mengembangkan suatu kerangka untuk

memahaminya. Kegagalan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan ini (pengetahuan dan

pemahaman) menyebabkan munculnya rasa kecewa dan mengakibatkan seorang tersebut

menjadi pribadi yang rasa ingin tahunya rendah, bahkan yang paling buruk yaitu semangat

hidupnya menjadi rendah (Baihaqi, 2008). Jadi dapat ditekankan di sini bahwa manusia

tidak mungkin dapat mencapai puncak aktualisasi diri apabila kebutuhan ini tidak

terpenuhi. Jika ada seseorang yang tidak mengetahui dan memahami dunia sekitarnya,

maka ia akan kesulitan berinteraksi dengan orang lain secara efektif.


f) Kebutuhan estetis

Kata Maslow, ilmu behavioral biasanya mengabaikan kemungkinan bahwa orang memiliki

kebutuhan yang bersifat naruliah atau sejenis naluri akan keindahan. Ia menemukan bahwa

paling tidak pada sementara orang, kebutuhan akan keindahan ini begitu mendalam, sedangkan

hal-hal yang serba jelek benar-benar membuat mereka muak. Hal ini diperkuat oleh penelitian

terhadap kelompok mahasiswa tentang efek lingkungan yang indah serta lingkungan yang jorok

atas diri mereka.

penelitian itu menunjukan bahwa keburukan menimbulkan kejemuan serta melemahkan

semangat. Maslow menemukan bahwa setiap orang membutuhkan keindahan, dan keindahan

akan membuat seseorang menjadi lebih sehat, atau ibarat kata seperti kebutuhan manusia akan

kalsium yang terkandung dalam makanan (Baihaqi, 2008).

g) Kebutuhan akan aktualisasi diri Apabila seseorang telah memuaskan semua kebutuhan di
atas, maka dia akan di dorong oleh kebutuhan yang paling tinggi, yaitu kebutuhan aktualisasi

diri. Ini dapat di definisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi, disertai penggunaan

semua bakat, mencakup pemenuhan semua kualitas dan kapasitas seseorang. Meskipun semua

kebutuhan di tingkat lebih rendah sudah di puaskan, namun seseorang akan merasa kecewa,

tidak tenang, tidak puas, kalau kita gagal berusaha untuk memuaskan kebutuhan akan

aktualisasi diri ini (Baihaqi, 2008).

Seorang individu pada akhirnya akan dituntut untuk jujur terhadap segala potensi dan sifat

yang melekat pada dirinya. Ia termotivasi untuk menjadi dirinya sendiri, kecenderungan ini

dapat di wujudkan dengan kehendak untuk menjadi semakin istimewa, menjadi apa saja sesuai

dengan kemampuannya. Namun untuk mencapai hal tersebut, individu akan dihadapkan pada

beberapa hambatan, baik hambatan internal maupun eksternal.

Hambatan internal yakni berasal dari dirinya sendiri, antara lain; ketidak tahuan akan

potensi diri sendiri, keraguan, dan perasaan takut untuk mengungkapkan potensi yang dimiliki,
sehingga potensi tersebut terpendam. Hambatan eksternal berasal dari budaya masyarakat yang

kurang mendukung terhadap upaya aktualisasi potensi yang dimiliki seseorang karena

perbedaan karakter. Seperti contoh, ada suatu kelompok masyarakat yang cenderung

menganggap kejantanan sebagai sifat yang di junjung tinggi, akan merepresi atau menekan

watak-watak yang cenderung ke arah feminitas.

Aktualisasi diri hanya akan dapat dilakukan jika lingkungan mengizinkanya, sementara

pada kenyataan, tidak ada satu pun lingkungan masyarakat yang sepenuhnya menunjang

terhadap upaya aktualisasi diri yang di lakukan oleh warganya (Muhammad, 2002).

III.7 Kriteria Aktualisasi Diri


Kriteria yang dimiliki oleh orang-orang yang mengaktualisasikan diri yakni: Pertama,

mereka bebas dari psikopatologi atau penyakit psikologis. Mereka tidak mengalami neurosis

ataupun psikosis yang mempunyai kecenderungan terhadap gangguan-gangguan psikologis.

Hal ini merupakan kriteria negatif yang penting, di karenakan beberapa individu yang

neurotik dan psikotik mempunyai beberapa kesamaan dengan orang-orang yang

mengaktualisasikan diri, seperti kepekaan akan kenyataan yang tinggi, pengalaman-

pengalaman mistis, kreativitas dan pemisahan diri dari orang lain.

Kedua, orang-orang yang mengaktualisasikan diri telah memenuhi semua yang ada

dalam hierarki kebutuhan, oleh karena itu mereka hidup dengan level kecukupan yang tinggi

dan tidak mengalami ancaman terhadap keamanan mereka. Selain itu, mereka juga

mendapatkan cinta dan mempunyai rasa penghargaan diri yang kuat, sehingga mereka bisa

menerima dan menghadapi kritik ataupun caci maki. Mereka mampu mencintai bermacam-

macam orang, tetapi tidak mempunyai kewajiban untuk mencintai semua orang.

Ketiga, orang-orang tersebut menjunjung tinggi nilai-nilai being/kehidupan (kebenaran,

kebaikan, keindahan, kesatuan). Orang- orang yang mengaktualisasikan diri merasa nyaman

dengan itu, bahkan menuntut nilai-nilai tersebut.

Keempat, kriteria terakhir adalah menggunakan seluruh bakat, kemampuan dan potensi

lainya, dengan kata lain, mereka yang mengaktualisasikan diri dalam daftarnya memenuhi

kebutuhan merekauntuk tumbuh, berkembang dan semakin menjadi seperti apa yang mereka

bisa (Koeswara, 1989).


BAB III

PENUTUP

III. 8 KESIMPULAN

Model medical :

 Model yang dikembangkan untuk membantu manusia dalam memahami proses sehat

sakit dalam arti kesehatan.

 Model medical ini kurang cocok untuk praktik kebidanan karena terlalu berorientasi

pada penyakit dan tidak memberi kesempatan klien untuk menentukan nasibnya

sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/410414995/KELOMPOK-1-MEDICAL-MODEL-

DALAM-ASUHAN-KEBIDANAN-docx

http://repo.unand.ac.id/22762/1/edit-kebidanan%20komunitas%20lusiana%20edit.pdf

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/14159/5/BAB%20II.pdf

http://digilib.uinsby.ac.id/18828/4/Bab%202.pdf

https://docplayer.info/47060333-Teknologi-tepat-guna-dalam-pelayanan-

kebidanan.html

http://abuddin.lec.uinjkt.ac.id/penggunaan-intuisi-dalam-epistimologi-ilmu

Anda mungkin juga menyukai