Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL PAIN IN LABOR BASED ON CULTURE

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dimana beragam suku dan
berbagai budaya. Kebudayaan adalah suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia
yang diperoleh dengan cara belajar dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan budaya itu
sendiri adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak, dan mengambil keputusan.
Budaya memiliki nilai-nilai tersendiri tergantung dengan budaya yang dianut oleh
seseorang dan dianggapnya benar secara turun temurun atau secara agama yang bisa
diterima dikalangan masyarakat.
Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan.
Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan,
ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai
aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai
atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan. Salah satu hal yang mempengaruhi
kesehatan di Indonesia, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun
menurun masih dianut sampai saat ini.Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan
dan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran
ataupun ilmu kebidanan atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang
menguntungkan bagi ibu dan anaknya. Faktor perilaku yang bersifat budaya sangat
mempengaruhi kesehatan.
Tradisi yang ada di masyarakat seperti pandangan budaya mengenai penanganan
kesehatan, kehamilan dan kelahiran, mengenai kesakitan, kematian di tiap-tiap daerah
sesuai kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku. Kompetensi budaya secara umum
dianggap sebagai proses pengembangan kesadaran budaya, pengetahuan budaya,
keterampilan budaya, pertemuan budaya, dan hasrat budaya. Motivasi penyedia layanan
kesehatan menjadi pemicu proses tersebut. Pemberian asuhan melalui cara yang peka-
budaya merupakan proses yang berkembang dan progresif, tetapi tetap disadari,yang
harus menjadi fokus bagi penyedia layanan kesehatan yang cakap di tatanan klinis.
Kompetensi budaya dideskripsikan lebih lanjut oleh Rorie, Paine, dan Barger
sebagai serangkaian prilaku, sikap, dan kebijakan yang memungkinkan suatu sistem,
institusi, dan/atau individu untuk berfungsi efektif saat merawat pasien dan komunitas
dengan latar belakang budaya yang beragam. Kelompok juga dapat mencakup
tunawisma, migran, pengungsi, atau pasangan sesama jenis. Penulis kemudian
menjabarkan karakter yang mengidentifikasi praktisi yang kompeten budaya.
Banyak unit pelahiran mengembangkan instrumen pengkajian budaya yang
berfokus pada praktik budaya yang unik terhadap pelahiran untuk digunakan saat
pengkajian langsung ke pasien. Penggunaan instrumen memastikan konsistensi,yaitu
semua pasien diajukan pertanyaan yang sama. Pertanyaan yang harus dipertimbangkan
untuk instrumen pengkajian budaya : Dimana anda lahir ? Berapa lama anda tinggal
dinegara ini ? Siapa individu pendukung utama anda ? Apa bahasa yang anda gunakan
saat bicara dan membaca ? Apa praktik keagamaan anda ? Apa makanan favorit anda ?
Bagaimana kondisi ekonomi anda? Menurut anda, pelahiran sebagai perwujudan apa?
Bagaimana pandangan anda terhadap pelahiran? Apakah terdapat kewaspadaan atau
pembatasan maternal ? Apakah pelahiran merupakan pengalaman pribadi atau sosial?
Bagaimana anda mengatasi nyeri persalinan ? Siapa yang akan memberi dukungan saat
anda bersalin? Siapa yang akan merawat bayi anda? Apakah anda menggunakan
kontrasepsi?
Pertanyaan tersebut harus diajukan dengan nada suara yang biasa dan tidak
menghakimi. Gunakan pertanyaan terbuka. Jika ibu tidak dapat bebicara dalam bahasa
anda,gunakan jaasa penerjemah jika tersedia, paling baik yang berjenis kelamin wanita.
Ingat juga bahwa anggota keluarga ibu,terutama anak, tidak boleh diberdayakan sebagai
penerjemah. Tujukan pertayaan kepada ibu, bukan kepada penerjemah, dalam kalimat
singkat, tetapi jelas.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu faktor determinan pada derajat kesehatan.
Perilaku kesehatan tersebut meliputi seluruh perilaku seseorang atau masyarakat yang
dapat memberi akibat terhadap kesehatan, kesakitan dan kematian. Perilaku sakit adalah
cara seseorang bereaksi terhadap gejala penyakit yang biasanya dipengaruhi oleh
pengetahuan, fasilitas, kesempatan, kebiasaan, kepercayaan, norma, nilai dan segala
aturan dalam masyarakat atau yang biasa disebut dengan budaya. Beberapa perilaku dan
aspek budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Health believe, adalah tradisi- tradisi yang diberlakukan secara turun- menurun
dalam. Contohnya: dalam pemberian makanan pada bayi, di daerah Nusa Tenggara Barat
ada pemberian nasi papah atau di jawa dengan tradisi nasi pisang.
2. Life style, adaah gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya
hidup kawin cerai di lombok atau gaya hidup perokok
3. Health seeking behavior, salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai
apabila seseorang sakit tidak perlu ke pelayanan kesehatan akan tetapi cukup dengan
membeli obat di warung atau mendatangi dukun.
Pain in labor based on culture adalah bahwa budaya memainkan peran penting
dalam sikap menghadapi rasa nyeri persalinan. Tanggapan terhadap nyeri dalam
melahirkan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, makna nyeri dan harapan
intervensi berbeda antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya. Beberapa budaya
mengharapkan stoicisme ( sabar dan membiarkannya) sedang budaya lainnya mendorong
keterbukaaan untuk menyatakan perasaan ibu.
Salah satu kebutuhan wanita dalam proses persalinan adalah adalah keringanan
rasa sakit. Umumnya bidan menemukan ibu pada persalinan awal normal , mengeluh
nyeri hebat, yang terlihat dari perilaku marah, mengulang-ulang cercaan, dan
mengeluarkan kata-kata secara berlebihan, tetapi ketika melakukan palpasi bidan hanya
menemukan kontraksi ringan berdurasi singkat.Bidan dapat menghadirkan perubahan
perillaku yang dramatis ketika dramatis ketika memberi perhatian terhadap apa yang
dirasakan ibu secara fisik dan dialami secara psikologis. Kemungkinan besar ibu merasa
sangat takut.
Dengan melakukan perawatan penunjang ibu dapat dibantu untuk terseyum,
meningkatkan kemampuan kopingnya untuk menuju persalinan aktif yang tidak
memerlukan narkotik pada saat ini. Sebaliknya dalam mengobati ibu, bidan harus selalu
mengantisipasi kapan ia paling membutuhkannya, yaitu selama transisi dan kemudian
mengatur perencanaan. Nyeri persalinan yang dialami ibu tidak boleh diremehkan
terlepas apapun temuan bidan. Ibu merasakan dan bidan harus menghargai apa yang
dialaminya. Sekali lagi ditegaskan, kiat pengobatan melibatkan perencanaan perawatan
penunjang secara total, termasuk pengobatan sepanjang persalinan yang di rancang untuk
setiap ibu dengan memperhatikan batas keamanan.
Cara yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain: Rasa takut atau kecemasan. Rasa takut atau kecemasan akan
meninggikan respon individual terhadap rasa sakit. Rasa takut terhadap hal yang tidak
diketahui, rasa takut ditinggal sendiri pada saat proses persalinan (tanpa pendamping) dan
rasa takut atas kegagalan persalinan dapat meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk
persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan. Kepribadian ibu berperan penting
terhadap rasa sakit, ibu yang secara alamiah tegang dan cemas akan lebih lemah dalam
menghadapi persalinan dibanding wanita yang rileks dan percaya diri. Kelelahan, Ibu
yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin sebelumnya sudah terganggu
tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan kurang mampu
mentolerir rasa sakit. Faktor sosial dan budaya, Faktor sosial dan budaya juga berperan
penting dalam reaksi rasa sakit. Beberapa budaya mengharapkan stooicisme (sabar dan
membiarkannya) sedang budaya lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan
perasaan. Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realistis
dalam pengharapannya mengenai persalinannya dan tanggapannya terhadap hal tersebut
mungkin adalah persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia akan
menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia akan
menerima analgesik yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai