Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Pencatatan dan pelaporan dalam kontrasepsi

Di susun oleh:
Nama: Emiliana Linda
Nim: 19800009

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN GUNA BANGSA
YOGYAKARTA
2020/2021

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur pada Tuhan YME, karena atas kehendak-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “PENCATATAN DAN PELAPORAN DALAM KONTRASEPSI”
makalah ini ditulis selain untuk menambah pengetahuan dan wawasan, juga untuk memenuhi
tugas mata kuliah “KB dan pelayanan kontrasepsi”.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, maka dari itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi menambahkan wawasan dan
pengetahuan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun umumnya bagi pembaca, mudah-mudahan upaya penyusunan makalah ini senantiasa
berada dalam lindungan-Nya.

Penyusun

Yogyakarta 26 Oktober 2021

1
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................................
A. Latar Belakang .........................................................................................
B. Rumusan Masalah ..................................................................................
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................
D. Manfaat Penulisan......................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN..............................................................................................
A. Mutu pelayanan kontrasepsi......................................................................
B. Sistem rujukan...........................................................................................
C. Manajemen pasokan alat kontrasepsi........................................................
D. Supervisi fasilitasi.....................................................................................
E. Monev.......................................................................................................
BABIII
PENUTUP.......................................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................
B. Saran...........................................................................................................

BAB I

1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan pencatatan dan pelaporan program KB Nasional merupakan suatu proses untuk
mendapatkan data dan informasi yang merupakan suatu substansi pokok dalam sistem
informasi program KB nasional dan dibutuhkan untuk kepentingan operasional program.
Data dan informasi tersebut juga merupakan bahan pengambilan keputusan, perencanaan,
pemantauan, dan penilaian serta pengendalian program. Oleh karena itu, data dan informasi
yang dihasilkan harus akurat, tepat waktu, dan dapat dipercaya. Dalam upaya memenuhi
harapan data dan informasi yang dihasilkan merupakan data dan informasi yang berkualitas,
maka selalu dilakukan langkah-langkah penyempurnaan sesuai dengan perkembangan program
dengan visi dan misi, program baru, serta perkembangan kemajuan teknologi informasi. Dalam
tahun 2001 pencatatan dan pelaporan program KB Nasional telah dilaksanakan sesuai dengan
sistem pencatatan dan pelaporan yang disempurnakan melalui Instruksi Menteri Pemberdayaan
Perempuan/ Kepala BKKBN Nomor 191/HK-011/-D2/2000 tanggal 29 September 2000.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan Program KB Nasional meliputi : pengumpulan, pencatatan
serta pengolahan data dan informasi tentang kegiatan dan hasil kegiatan operasional.
Pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi adalah suatu kegiatan merekam dan
menyajikan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan oleh fasilitas pelayanan kb.
Dalam upaya mewujudkan pencatatan dan pelaporan kontrasepsi gerakan keluarga berencana
nasional, hal-hal yang harus dilakukan oleh setiap petugas dan pelaksana KB adalah
mengetahui dan memahami batasan-batasan pengertian dari istilah-istilah yang dipergunakan
serta mengetahui dan memahami berbagai jenis dan fungsi instrumen-instrumen pencatatan
dan pelaporan yang dipergunakan cara-cara pengisiannya serta mekanisme dan arus pencatatan
dan pelaporan tersebut.
Tujuan pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah mewujudkan Indonesia sehat 2010
yang antara lain memuat harapan agar penduduk Indonesia memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata. Untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara
menyeluruh, berjenjang, dan terpadu. Puskesmas adalah penanggung jawab penyelenggara
upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama dan juga merupakan wadah peran serta
masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang tersebar luas di seluruh pelosok
tanah air.
Puskesmas sebagai salah satu sistem penyelenggaraan pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar
peningkatan kualitas manusia yang secara empirik telah dapat memeratakan pelayanan di
bidang kesehatan. Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang
mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah tertentu

1
1
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas dapat di simpulkan Rumusan Masalahnya sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan mutu pelayanan kontrasepsi ?
2. Apa yang dimaksud dengan sistem rujukan ?
3. Apa yang dimaksud dengan manajemen pasokan alat kontrasepsi ?
4. Apa yang dimaksud dengan supervisi fasilitasi ?
5. Apa yang dimaksud dengan monev ?

C. Tujuan penulisan
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan Penulisan makalah ini adalah
1. Agar dapat memahami mutu pelayanan kontrasepsi
2. Agar dapat memahami sistem rujuk
3. Agar dapat memahami manajemen pasokan alat kontrasepsi
4. Agar dapat memahami supervisi fasilitasi
5. Agar dapat memahami dengan monev

D. Manfaat Penulisan
Agar pembaca dapat memahami, mengerti dan bisa mempelajari apa yang tertulis di dalam
makalah ini sehingga bisa menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENCATATAN DAN PELAPORAN KONTASEPSI
Pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi adalah suatu kegiatan merekam dan
menyajikan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan oleh fasilitas pelayanan kb.
Dalam upaya mewujudkan pencatatan dan pelaporan kontrasepsi gerakan keluarga berencana
nasional, hal-hal yang harus dilakukan oleh setiap petugas dan pelaksana KB adalah
mengetahui dan memahami batasan-batasan pengertian dari istilah-istilah yang dipergunakan
serta mengetahui dan memahami berbagai jenis dan fungsi instrumen-instrumen pencatatan
dan pelaporan yang dipergunakan cara-cara pengisiannya serta mekanisme dan arus pencatatan
dan pelaporan tersebut.
1. System pencatatan dan pelaporan Pelayanan Kontrasepsi.

1
Pencatatan dan pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB ditujukan kepada kegiatan dan
hasil kegiatan operasional yang meliputi:

• Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi


• Hasil Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi baik di Klinik KB maupun di Dokter/bidan
Praktik Swasta
• Pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi di klinik KB
2. Mekanisme pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi.
Sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, diharapkan dapat menyediakan
berbagai data dan informasi pelayanan kontrasepsi di seluruh wilayah sampai tingkat
kecamatan dan desa. Adapun mekanisme pencatatan dan pelaporan
pelayanan kontrasepsi sebagai berikut:
• Pada waktu mendaftar untuk pembukaan klinik KB dan pendaftaran ulang setiap
• bulan Januari, semua klinik KB mengisi Kartu Pendaftaran Klinik KB(K/O/KB/OO)
• Setiap peserta KB baru dan pindahan dibuat Kartu Status peserta KB(K/IV/KB/00)
yang antara lain memuat ciri-ciri peserta KB bersangkutan. Kartu ini disimpan di klinik
dan digunakan waktu kunjungan ulang.
• Setiap peserta KB baru atau pindahan dari klinik KB dibuat Kartu Peserta
KB(K/I/KB/00)
• Setiap pelayanan KB di klinik KB, dicatat dalam Register klinik KB (R/I/KB/00) dan
pada akhir bulan dijumlahkan, karena register ini merupakan sumber data untuk
membuat laporan bulanan klinik
• Setiap penerimaan dan pengenalan jenis alat kontrasepsi oleh klinik dicatat dalam
Register Alat kontrasepsi KB (R/II/OO), setiap akhir bulan dijumlahkan sebagai
sumber membuat laporan bulanan
• Pelayanan KB yang dilakukan oleh Dr/Bidan praktik swasta setiap hari dicatat dalam
buku hasil pelayanan kontrasepsi pada Dokter/Bidan Swasta (B/I/DBS/00). Setiap akhir
bulan dijumlahkan dan merupakan sumber data dalam membuat laporan bulanan
petugas penghubung DBS/PBS
• Setiap bulan PKB/PLKB satu petugas yang ditunjuk sebagai petugas penghubung
dokter/bidan praktik swasta membuat laporan bulanan ini merupakan sumber data
untuk pengisian laporan bulanan klinik KB.
• Setiap bulan, petugas klinik KB membuat laporan klinik KB (F/II/KB/000) yang
datanya diambil dari Register Hasil Pelayanan di klinik KB (R/KB/00) Laporan
bulanan petugas Penghubung Dokter/Bidan Praktik Swasta (F/I/PH/-DBS/00) dan
Register Alat Kontrasepsi Klinik KB (R/II/KB/00).

3. Arus Laporan Pelayanan Informasi adalah sebagai berikut:


• Kartu pembinaan klinik KB (KB/0/KB/00) dibuat oleh klinik KB rangkap 2 (dua). 1
lembar untuk kantor BKKBN kabupaten/kota yang dikirim selambat- lambatnya
tanggal 7 Februari setiap bulan ke kantor BKKBN kabupaten/kota dan arsip
• Laporan bulanan petugas penghubung hasil pelayanan kontrasepsi oleh dokter/bidan
praktik swasta dalam rangkap 2 (dua). Dikirim selambat-lambatnya tanggal 5 bulan
berikutnya ke klinik bidan induk di wilayah kerjanya dan arsip.

1
• Laporan bulanan klinik KB (F/II/KB/00) dibuat oleh klinik KB dalam rangkap (empat)
dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 7 bulan berikutnya, masing-masing ke kantor
BKKBN kabupaten/kota, mitra kerja tingkat II, kantor Camat dan Arsip
• Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB Tingkat Kabupaten/lota
(RekKab.k/0/KB/00), dibuat rangkap 2 (dua) oleh kantor BKKBN kabupaten/kota dan
dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 14 februari setiap tahun, masing-masing ke
kanwil BKKBN Kabupaten Provinsi dan Arsip.
• Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB Tingkat kabupaten/kota (Rek-Kab/F/KB/00)
dibuat 2 (dua) rangkap setiap bulan oleh kantor BKKBN kabupaten/kota dikirim
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya ke kanwil BKKBN Provinsi dan
Arsip.
• Rekapitulasi Kartu pendaftaran klinik KB tingkat provinsi (Rek-prov.K/0/KB/00)
dibuat rangkap 2 (dua) oleh kanwil BKKBN provinsi dan dikirim selambat-lambatnya
tanggal 21 februari setiap tahun ke BKKBN pusat dan Arsip.
• Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB tingkat provinsi (Rek.prov./F/KB/00) dibuat
rangkap 2 (dua) oleh kanwil BKKBN provinsi dan dikirim selambat-lambatnya tanggal
15 bulan berikutnya ke BKKBN Pusat dan Arsip.
• BKKBN provinsi (bidang informasi keluarga dan analisa program) setiap bulan
menyampaikan laporan umpan balik ke kantor BKKBN pusat, ke kanwil BKKBN,
kabupaten dan mitra kerja tingkat I.
• BKKBN Pusat (Direktorat Pelaporan dan Statistik) setiap bulan menyampaikan umpan
balik kepada semua pimpinan di jajaran BKKBN Pusat, ke kanwil BKKBN, provinsi
dan Mitra kerja Tingkat Pusat
Hal-hal yang meliputi Pelayanan keluarga berencana
Pelayanan keluarga berencana yang bermutu meliputi hal-hal antara lain)
• Pelayanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien
• Klien harus dilayani secara profesional dan memenuhi standar pelayanan
• Kerahasiaan dan privasi perlu dipertahankan
• Upayakan agar klien tidak menunggu terlalu lam untuk dilayani
• Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia
• Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas kesehatan dalam
melayani berbagai pilihan kontrasepsi
• Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang di tentukan

B. MUTU PELAYANAN KELUARGA BERENCANA


Indonesia mewajibkan warga negaranya untuk ikut mendukung keluarga berencana, hal ini
dikarenakan untuk menekan jumlah pertumbuhan yang kian pesat di waktu tahun order baru,
pada tahun tersebut pemerintahan presiden soeharto dianggap berhasil melakukan pembenahan
dalam program keluarga berencana serta mobilitas perekonomian yang baik pula.
Memiliki keluarga ideal adalah dambaan setiap orang dan dengan Keluarga Berencana (KB)
merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi
wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan
keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan

1
kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak
wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya
jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat
diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas
wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998).
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu di dalam paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan
mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat
kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan
masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan
penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak
reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta
memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang
diinginkan (Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003).
Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya ibu
mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap,
akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya
mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien
MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
Mutu standar pelayanan kebidanan adalah tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna dalam
pelaksanaan praktik kebidanan yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal, atau
disebut pula sebagai kisaran variasi yang masih dapat diterima oleh masyarakat.
Mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Syarat pelayanan kesehatan yang baik setidak-tidaknya dapat dibedakan atas 13 macam,
yakni tersedia (availabel), menyeluruh (comprehensive), terpadu (integrated),
berkesinambungan (continue), adil dan merata (equity), mandiri (sustainable), wajar
(aapropriate), dapat diterima (acceptable), dapat dipahami (accessible), dapat dijangkau
(affordable), efektif (effective), efisien (efficient), serta bermutu (quality) (Syaifuddin, 2002).
MUTU STANDAR PERSYARATAN MINIMAL KEBIDANAN
Mutu standar minimal Kebidanan adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal, atau disebut pula sebagai
kisaran variasi yang masih dapat diterima (Clinical Practice Guideline, 1990).Berdasarkan
batasan tersebut di atas sekalipun rumusannya berbeda, namun terkandung pengertian yang
sama, yaitu menunjuk pada tingkat ideal yang diinginkan. Lazimnya tingkat ideal tersebut
tidak disusun terlalu kaku, namun dalam bentuk minimal dan maksimal
Mutu standar Persyaratan Minimal Kebidanan adalah yang menunjuk pada keadaan minimal
yang harus dipenuhi untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu,
yang dibedakan dalam :
a. Standar masukan

1
Standar struktur / masukan menentukan tingkat sumber daya yang diperlukan agar standar
layanan kesehatan dapat dicapai, contohnya Personal, pasien, peralatan, bahan, gedung,
pencatatan dan keuangan, singkatnya semua sumber daya yang dapat digunakan untuk
melakukan layanan kesehatan seperti yang tersebut dapat standar layanan kesehatan. Contoh
yang lain, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana
• Generalis (pelaksana)
• Spesialistik (pengelola)
• Konsultan

2. Jenis, jumlah dan spesifikasi sarana


Fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan kebidanan sesuai standar seperti :

• Peralatan
• Tempat

3. Jumlah dana (modal)


Jika menunjuk pada tenaga pelaksana di sebut standar ketenagaan (standard of personnel) dan
Sedangkan jika standar masukan merujuk pada sarana dikenal dengan nama standar sarana
(standard of facilities). Untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang
bermutu, standar masukan tersebut haruslah dapat ditetapkan.

C. SISTEM RUJUKAN
Definisi sistem rujukan Suatu jaringan sistem pelayanan kesehatan yang mungkin terjadinya
penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya suatu masalah dari suatu kasus
atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang lebih
kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.
Tujuan
• Memberikan pelayanan kesehatan pada pasien dengan tepat dan cepat
• Menggunakan fasilitas kesehatan secara seefisien mungkin
• Mengadakan pembagian tugas pelayanan kesehatan pada unit-unit kesehatan sesuai
dengan lokasi dan kemampuan unit-unit tersebut.
Rujukan Medik dapat berlangsung :
a. Internal antara petugas di satu Puskesmas.
b. Antara Puskesmas Pembantu dan Puskesmas.
c. Antara masyarakat dan Puskesmas.
d. Antara satu Puskesmas dan Puskesmas yang lain.
e. Antara Puskesmas dan Rumah Sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
f. Internal antara bagian / unit pelayanan di dalam satu rumah sakit.

1
g. Antar Rumah Sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dan Rumah Sakit,
laboratorium atau fasilitas pelayanan yang lain.
Rangkaian jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam sistem rujukan tersebut berjenjang dari
yang paling sederhana di tingkat keluarga sampai satuan fasilitas pelayanan kesehatan nasional
dengan dasar pemikiran rujukan ditujukan secara timbal balik ke satuan fasilitas pelayanan
yang lebih kompeten, terjangkau, dan rasional serta tanpa dibatasi oleh wilayah administrasi.
Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan klien ke fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi karena kondisi klien yang mengharuskan pemberian
pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu melalui upaya rujukan.
Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan :
a. Konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan perlu dirujuk.
b. Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat rujukan.
c. Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju.
d. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi klien saat
ini dan riwayat sebelumnya serta upaya/ tindakan yang telah diberikan.
e. Bila perlu, berikan upaya mempertahankan keadaan umun klien.
f. Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan harus
didampingi perawat / Bidan.
g. Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkinkan segera
menerima rujukan klien.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah memberikan upaya
penanggulangan dan kondisi klien telah memungkinkan, harus segera mengembalikan klien ke
tempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu memberikan:
1. Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya penanggulangan.
2. Nasehat yang perlu diperhatikan klien mengenai kelanjutan penggunaan kontrasepsi.
3. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai kondisi klien
berikut upaya penanggulangan yang telah diberikan serta saran-saran upaya pelayanan
lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tentang penggunaan kontrasepsi.
Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan:

• Konseling tentang kondisi klien yang perlu menyebabkan perlu rujukan.


• Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat rujukan.
• Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju.
• Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi klien saat
ini dan riwayat sebelumnya serta upaya/tindakan yang telah diberikan.
• Bila perlu, berikan upaya mempertahankan keadaan umum klien.
• Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan harus
didampingi perawat/bidan.
• Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkinkan segera
menerima rujukan klien.
Jenis Rujukan

1
Rujukan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu
sebagai berikut:
1. Pelimpahan Kasus
a. Pelimpahan kasus dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit pelayanan
MKET yang lebih mampu dengan maksud memperoleh pelayanan yang lebih baik dan
sempurna.
b. Pelimpahan kasus dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu ke unit pelayanan
yang lebih sederhana dengan maksud memberikan pelayanan selanjutnya atas kasus
tersebut.
c. Pelimpahan kasus ke unit pelayanan MKET dengan tingkat kemampuan sama dengan
pertimbangan geografis, ekonomi dan efisiensi kerja.

2. Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan


Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan ini dapat dilakukan dengan:
a. Pelimpahan tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu ke unit pelayanan
MKET yang lebih sederhana dengan maksud memberikan latihan praktis
b. Pelimpahan tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit pelayanan
MKET yang lebih mampu dengan maksud memberikan latihan praktis
c. Pelimpahan tenaga ke unit pelayanan MKET dengan tingkat kemampuan sama dengan
maksud tukar-menukar pengalaman.

3. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostik


a. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostik dari unit pelayanan MKET yang lebih
sederhana ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu dengan maksud menegakkan
diagnosa yang lebih tepat
b. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostik dari unit pelayanan MKET yang lebih
sederhana dengan maksud untuk dicobakan atau sebagai informasi
c. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostik ke unit pelayanan dengan tingkat
kemampuan sama dengan maksud sebagai informasi atau untuk dicobakan
Sasaran Rujukan MKET
1) Sasaran obyektif
a. PUS yang akan memperoleh pelayanan MKET
b. Peserta KB yang akan ganti cara ke MKET
c. Peserta KB MKET untuk mendapatkan pengamatan lanjutan
d. Peserta KB yang mengalami komplikasi atau kegagalan pemakaian MKET
e. Pengetahuan dan keterampilan MKET
f. Bahan-bahan penunjang diagnostik

2) Sasaran subyektif
Petugas-petugas pelayanan MKET di semua tingkat wilayah.
Pengelolaan Rujukan KB

1
➢ Tata cara merujuk dan menerima rujukan kasus
Unit pelayanan KB yang rusak
a) Kasus bisa setelah dirujuk setelah melalui proses pemeriksaan antara lain sebagai
berikut :dari hasil pemeriksaan penunjang medis sudah dapat dipastikan tidak dapat
diatasi.
b) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan
harus bersama penderitaan yang bersangkutan.
c) Setelah diobati/dirawat ternyata memerlukan pengobatan dan perawatan di unit
pelayanan KB yang lebih mampu.
Unit pelayanan KB yang menerima rujukan
▪ Dapat mengembalikan penderitaan sesudah dirawat diobati tetapi memerlukan
pengawasan /pembinaan selanjutnya dari unit pelayanan KB yang merujuk.
▪ Sesudah diperiksa dan keperluan pemeriksaan penunjang medis diselesaikan,
pengobatan serta perawatannya dapat dilakukan di unit pelayanan KB yang merujuk.
▪ Unit pelayanan KB yang menerima rujukan harus memberi laporan/informasi (umpan
balik) apabila penderita sembuh dan tidak perlu pengawasan selanjutnya ataupun
meninggal dunia.
▪ Unit pelayanan KB
Jenis rujukan dapat dibagi 2, yaitu:
1. Rujukan Medik
Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien.
di samping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan
pemeriksaan
2. Rujukan Kesehatan
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan
(Promosi), Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional,

Jenjang tingkat Rujukan Ada 3 bentuk tingkat pelayanan, yaitu:


1. Pelayanan Kesehatan tingkat I (Primary Health Care) Pelayan ini diperlukan untuk
masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan
kesehatan mereka atau promosi kesehatan.
2. Pelayanan Kesehatan tingkat II (Secondary Health Service) Pelayanan kesehatan ini
diperlukan oleh sekelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap yang sudah
tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Misalnya RS time C dan D
memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis
3. Pelayanan Kesehatan Tingkat III (Tertiery Health Service) Pelayanan kesehatan ini
diperlukan oleh sekelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani
oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanannya sudah kompleks dan memerlukan
tenaga-tenaga spesialis contohnya RS tipe A atau B.
Untuk melakukan rujukan perlu dilakukan langkah-langkah sbb:

1
• Bila ditemukan kasus yang tidak dapat ditangani sesuai dengan wewenang bidan,
pasien tersebut segera dikirim ke unit pelayanan kesehatan lengkap atau tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan mengatasi masalah kesehatan di atas.
• Penentuan tempat rujukan ditetapkan atas pertimbangan jarak, mudah terjangkau,
tersedianya fasilitas dan tenaga yang dapat memenuhi kebutuhan untuk menangani
masalah pasien. Tempat rujukan tidak dibatasi oleh wilayah, administrasi dan kesediaan
penderita.
• Pasien dan keluarga diberi info sehingga masalah yang dihadapi dan manfaat perlunya
dilakukan rujukan.

D. MANAJEMEN PASOKAN ALAT KONTRASEPSI


Tata cara penyimpan alat/obat yang baik merupakan upaya menjaga agar kualitas alat/obat
selalu dalam kondisi yang baik dan aman untuk digunakan oleh klien KB. Para petugas di klinik
dan di lapangan perlu memperhatikan pedoman dasar penyimpanan alat/obat kontrasepsi yang
isinya sebagai berikut:
1. Bersihkan dan cuci hamakan tempat penyimpanan alat/obat kontrasepsi secara teratur.
2. Simpan alat/obat kontrasepsi dalam keadaan kering, tidak lembab dan mendapat
ventilasi udara yang baik, dan tidak terkena sinar matahari langsung.
3. Pastikan bahwa tempat penyimpan alat/obat kontrasepsi bebas dari cipratan air atau
kebocoran atap karena hujan.
4. Pastikan bahwa alat pengaman bahaya kebakaran berada dalam kondisi baik, serta siap
dan mudah diambil /digunakan.
5. Tempatkan dus kondom yang terbuat dari karton, agar dijauhkan dari sumber listrik
atau lampu untuk mencegah bahaya kebakaran.
6. Tempat penyimpanan alat/obat kontrasepsi (yang berada di gudang)
• Kira-kira 10 cm di atas lantai
• Kira-kira 30 cm dari tembok/dinding
• Tinggi susunan dus tidak lebih dari 2,5 meter
Kondisi tempat penyimpanan Ya tidak
• Apakah tempat penyimpanan telah diatur sesuai FEFO/
• Apakah temperatur tempat penyimpana dibawah 40° C ?
• Apakah ada kipas angin atau sistem ventilasi untuk menjaga sirkulasi
udara/
• Apakah lantai dan dinding dalam kondisi kering?
• Apakah atap atau jendela tidak bocor?
• Apakah kondisi ruang/ tempat penyimpanan sesuai dengan kondisi alat/
abat kontrasepsi yang ada ?
• Apakah penerangan yang ada tempat penyimpanan memadai untuk
melihat lebel produksi/kartu persediaan?
• Apakah temppat penyimpanan dalam kondisi bersih, rapih dan bebas
debu/
• Apakah alat/obat kontrasepsi terpisah dari barang lain yang
membahayakan seperti, inspeksida, bahan kimia, arsip lama peralatan
kantor, dan material lainya ?

1
Penjagaan dan mutu alat/obat kontrasepsi pada tempat penyimpanan
Efektivitas dan mutu alat/obat kontrasepsi dapat dijaga dengan baik apabila disimpan dalam
kondisi yang baik. Guna menjaga kondisi ini maka dapat dilihat uraian sebagai berikut:
Penjagaan dan mutu alat/obat kontrasepsi pada tempat penyimpanan
Jenis kontrasepsi Kondisi penyimpanan Masa kadaluarsa
• Pil KB Simpan di tempat sejuk dan kering, jauh dari sinar 5 tahun
matahari langsung

• Kondom Simpat di tempat sejuk dan kering yaitu suhu <40°C


dan jauhlkan dari sinar matahari langsung, bahan 3-5 tahun
kimia, dan baha yang mudah terbakar.

Lindungi dari kelembaban sinar matahari langsung,


• AKDR suhu, 15- 30°C 7 tahun

E. SUPERVISI FASILITASI
Supervisi fasilitasi dalam pelayanan kb
Pengertian Supervisi adalah proses/kegiatan untuk melihat kinerja suatu unit/individu dalam
melaksanakan suatu pekerjaan, tugas, program, ataupun semua aktivitas yang dijalankan untuk
mencapai suatu standar/target yang telah ditetapkan sebelumnya. Supervisi fasilitasi adalah
supervisi yang lebih mengutamakan kajian terhadap sistem dalam menentukan masalah atau
penyebab rendahnya kinerja. Perbaikan kinerja mengacu kepada perbaikan sistem bukan
individu dengan melibatkan dan persetujuan pihak terkait
Tujuan
• Menjaga proses jaga mutu berlangsung secara berkesinambungan dengan cara
mempertemukan harapan klien dengan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan
Fokus
• Ada sistem dan proses kinerja dengan memanfaatkan data/informasi untuk
mengidentifikasi dan menganalisis masalah serta menemukan akar penyebab masalah.
• Kemudian diaplikasikan upaya pemecahan masalah terpilih dalam rangka menjaga &
memperbaiki kualitas pelayanan
Delapan dimensi mutu dalam kualitas pelayanan
1. Kompetensi teknis pelaksana pelayanan
2. Akses klien terhadap fasilitas pelayanan
3. Efektifitas pelayanan
4. Efisiensi pelayanan
5. Hubungan antar manusia (antara klien dan pelaksana pelayanan)
6. Kesinambungan pelayanan 7. Keamanan pelayanan 8. Kenyamanan pelayanan
Karakteristik penyelia (supervisi) fasilitasi

1
Diharapkan memiliki karakteristik:
➢ Mempunyai sifat pemimpin
➢ Mempunyai keterampilan berkomunikasi
➢ Mempunyai kemampuan sebagai fasilitator yang mampu membantu sasaran selia
➢ Mempunyai kemampuan sebagai narasumber & mediator
Peran penyelia fasilitasi
➢ Lakukan pengamatan mendalam dengan menelusuri penyebab dan faktor yang telah
mempengaruhi timbulnya masalah
➢ Temukan kekuatan dan kelemahan kinerja tanpa menghakimi objek selia dan berusaha
memberikan saran yang sesuai
➢ Fokuskan supervisi pada proses dan sistem, bukan pada individu
➢ Berorientasi pada pedoman mendatang dan bukan melihat pada kesalahan yang telah
terjadi
➢ Lakukan penyeliaan yang berkesinambungan dengan cara pemantauan hasil penyeliaan
yang lalu serta menindaklanjuti
Waktu pelaksanaan
• Setelah pelatihan keterampilan (evaluasi pasca pelatihan)
• Penyeliaan rutin berkala (sesuai jadwal yang telah direncanakan)
• Permintaan objek selia

F. MONEV (MONITORING EVALUASI)


Monitoring & evaluasi dalam pelayanan kb
Tujuan monitoring & evaluasi
• Megetahui sejauh mana keseluruhan upaya yang dilaksanakan berdampak terhadap
kemajuan program KB, termasuk pelayanan kontrasepsi mencakup ketersediaan
pelayanan, keterjangkauan pelayanan, dan kualitas pelayanan KB berdasarkan
kebijakan yang berlaku
• Kegiatan ini dapat terselenggara melalui peran yang dilaksanakan oleh tim penjaga
mutu (lintas sektor), dengan mempergunakan indikator-indikator pelayanan yang sudah
ditetapkan pada setiap metode kontrasepsi dalam program KB
Sistim pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi
➢ Merupakan suatu proses untuk mendapatkan data & informasi yang merupakan
substansi pokok dalam sistem informasi program KB nasional dan dibutuhkan untuk
kepentingan operasional program
➢ Data & informasi tersebut juga merupakan bahan pengambilan keputusan,
perencanaan, pemantauan, dan penilaian serta pengendalian program
➢ Data yang dihasilkan harus akurat, tepat waktu, & dapat dipercaya
Kegiatan pencatatan & pelaporan program KB nasional :

• Pengumpulan
• Pencatatan

1
• Pengolahan data & informasi tentang kegiatan & hasil kegiatan operasional
Sistem pencatatan & pelaporan pelayanan kontrasepsi Meliputi:
➢ Kegiatan pelayanan kontrasepsi
➢ Hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi baik di klinik KB maupun di Dokter/Bidan dan
praktik swasta
➢ Pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi di klinik
Mekanisme pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi Tujuan:
➢ menyediakan berbagai data & informasi pelayanan kontrasepsi di seluruh wilayah
sampai ke tingkat kecamatan & desa
➢ Mekanisme pencatatan dan pelaporan (bisa dilihat di buku)
AUDIT MEDIK PELAYANAN KB
Pengertian suatu proses kajian kasus medis KB yang sistematis dan kritis terhadap kasus
komplikasi, kegagalan penggunaan alat & obat kontrasepsi (alokon)
Pelaksanaannya memanfaatkan data & informasi yang terkait sehingga teridentifikasi berbagai
faktor penyebab serta memperoleh solusi perbaikan dan disepakatinya jenis intervensi yang
diperlukan sebagai kegiatan tindak lanjut
➢ Tujuan
Meningkatkan mutu pelayanan medis KB dalam rangka mendukung upaya peningkatan
pelayanan kesehatan reproduksi, menurunkan fertilitas, serta berkontribusi dalam penurunan
AKI (angka kematian ibu)
➢ Fokus & prinsip Fokus:
Pada kasus-kasus komplikasi dan kasus kegagalan akibat pelayanan KB
➢ Prinsip (ada 4 prinsip):
Berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan dengan pendekatan siklus pemecahan
masalah
a. Tidak saling menyalahkan
b. Mencari solusi untuk perbaikan baik manajemen maupun teknis
c. Audit medik pelayanan KB dilakukan per klien

➢ Prosedur
➢ Dibagi dalam 3 lokasi audit, yaitu:
a. Di tingkat puskesmas
b. Di tingkat RSU Kabupaten/Kota & Provinsi
c. Di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
d. Di setiap lokasi audit medik pelayanan KB terdapat mekanisme penyelenggaraan serta
siapa pelaksana, antri pertemuan, frekuensi pertemuan, proses pengkajian kasus, &
pencatatan & pelaporan

1
➢ Langkah-langkah
a. Persiapan (pengadaan & sosialisasi pedoman, pembentukan tim, sosialisasi di tingkat
kabupaten & puskesmas)
b. Pelaksanaan (petugas melakukan pelacakan kasus komplikasi & kegagalan, melakukan
audit)
c. Monitoring & evaluasi
Pelaporan & indikator Pelaporan:
Tergantung lokasi audit (tingkat puskesmas, rumah sakit, dinas kesehatan kabupaten/kota)
Indikator untuk mengukur mutu pelayanan KB:
➢ kegagalan per metode kontrasepsi
➢ kegagalan total
➢ komplikasi per metode kontrasepsi
➢ komplikasi total
CONTOH AUDIT PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DI KOTA SURABAYA
Surabaya, eHealth. Kegagalan menggunakan alat kontrasepsi untuk mewujudkan keluarga
berencana terkadang masih dialami sejumlah orang yang menggunakan alat penunda
kehamilan ini. Untuk mengatasi hal tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya
mengadakan pertemuan dengan para bidan dan dokter Puskesmas se-Surabaya untuk Audit
Pelayanan Keluarga Berencana di Kota Surabaya, hari Rabu (11/5) di Graha Arya Satya Dinkes
Surabaya. Pada audit ini dibahas mengenai kegagalan KB Implan dan KB suntik yang terjadi
pada tahun 2010-2011. Selama itu kegagalan terdapat enam kasus, terdiri dari kegagalan KB
suntik dan KB implan. Pada kasus kegagalan KB suntik dialami Puskesmas Manukan Kulon
dan KB implant dari Puskesmas Gundih. Kegagalan pada pasien KB suntik yang dialami oleh
Puskesmas Manukan Kulon mempunyai catatan medik yakni setelah nifas memakai KB Injeksi
Depo 3 bulan selama 2,5 tahun, setelah itu ganti KB Pil selama 5,5 tahun, dan 1 tahun terakhir
pasien memakai injeksi Depo 3 bulan. Suntikan pertama kali di desa dan 3 kali di Puskesmas
Manukan Kulon. Pasien tidak pernah terlambat saat kunjungan ulang berikutnya. Dengan
riwayat medik seperti itu pada tanggal 26 April 2011 jam 09.00 Pasien datang dengan keluhan
mual, dan membawa hasil USG dengan usia kehamilan 10 minggu, janin tunggal, intra uteri.
Selanjutnya, kegagalan KB implan yang dialami Puskesmas Gundih dengan pasien mempunyai
catatan medik sebagai berikut, pasien pernah bongkar pasang cyno implant lama dan pasang
baru safari KB di Rumah Sakit IBI (Ikatan Bidan Indonesia), tidak menstruasi selama 3 bulan,
kemudian pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan mual, muntah, pusing, amenorrhoe
selama 3 bulan, tes PPT positif.
18. Dari kegagalan KB suntik dan KB impla itu dijelaskan oleh dr. Bambang Trijanto, Sp.OG
dari Obsetri Ginekologi RSU Dr. Soetomo bahwa terdapat beberapa faktor penyebab kegagalan
itu. ”Kegagalan bisa disebabkan oleh pasien yang menderita penyakit hematum, TBC, ayan,
pengaruh obat penenang dan antibiotik,” ungkapnya. Untuk itu disarankan bagi dokter atau
bidan untuk membimbingnya pada KB yang efektif jika sudah mengetahui riwayat medik
pasien. Karena jika ibu memiliki komplikasi tersebut dan tetap menggunakan KB yang
bertentangan dengan penderita maka hasilnya tidak efektif. ”Efektifitas KB suntik berkurang
lantaran adanya komplikasi penyakit, untuk itu arahkan pada KB yang efektif, misalkan KB
IUD atau Kondom. Pengaruh kegagalan KB tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi pasien,
namun bisa juga dipengaruhi oleh alat kontrasepsi. Pada alat kontrasepsi penyimpanannya
harus memenuhi standar penyimpanan, seperti harus disimpan pada suhu di bawah 100 C. Jika

1
penyimpanannya tidak sesuai prosedur, maka alat itu hanya bisa digunakan 2 tahun saja dan
jika penyimpanannya baik maka bisa digunakan sampai 3 tahun. Kemudian, kegagalan KB
juga dipengaruhi oleh jadwal kunjungan yang tidak teratur. Selain itu juga dipengaruhi oleh
pembelian obat pada apotik yang tidak terintregrasi. Seharusnya pasien harus membeli obat di
apotik-apotik yang sudah terintegrasi. Pada akhir pertemuan, disarankan jika pengantisipasian
tersebut sudah dilakukan namun masih terjadi kegagalan maka diberi tindakan lebih
lanjut.(Ima)

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi adalah suatu kegiatan merekam dan
menyajikan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan oleh fasilitas pelayanan kb.
Dalam upaya mewujudkan pencatatan dan pelaporan kontrasepsi gerakan keluarga berencana
nasional, hal-hal yang harus dilakukan oleh setiap petugas dan pelaksana KB adalah
mengetahui dan memahami batasan-batasan pengertian dari istilah-istilah yang dipergunakan
serta mengetahui dan memahami berbagai jenis dan fungsi instrumen-instrumen pencatatan
dan pelaporan yang dipergunakan cara-cara pengisiannya serta mekanisme dan arus pencatatan
dan pelaporan tersebut.
Mutu standar pelayanan kebidanan adalah tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna dalam
pelaksanaan praktik kebidanan yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal, atau
disebut pula sebagai kisaran variasi yang masih dapat diterima oleh masyarakat.

1
Mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Mutu standar Persyaratan Minimal Kebidanan adalah yang menunjuk pada keadaan minimal
yang harus dipenuhi untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu,
yang dibedakan dalam :

• Standar masukan
• Standar Lingkungan
• Standar proses
Definisi sistem rujukan Suatu jaringan sistem pelayanan kesehatan yang mungkin terjadinya
penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya suatu masalah dari suatu kasus
atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang lebih
kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.
Supervisi adalah proses/kegiatan untuk melihat kinerja suatu unit/individu dalam
melaksanakan suatu pekerjaan, tugas, program, ataupun semua aktivitas yang dijalankan untuk
mencapai suatu standar/target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Megetahui sejauh mana keseluruhan upaya yang dilaksanakan berdampak terhadap kemajuan
program KB, termasuk pelayanan kontrasepsi mencakup ketersediaan pelayanan,
keterjangkauan pelayanan, dan kualitas pelayanan KB berdasarkan kebijakan yang berlaku
Kegiatan ini dapat terselenggara melalui peran yang dilaksanakan oleh tim penjaga mutu (lintas
sektor), dengan mempergunakan indikator-indikator pelayanan yang sudah ditetapkan pada
setiap metode kontrasepsi dalam program KB.
B. Saran
Bagi pembaca
Semoga dengan adanya makalah ini mahasiswi dapat mengetahui tentang pencatatan dan
pelaporan dalam kontrasepsi
Semoga mahasiswi dapat memahami dan menjelaskan bagian-bagian dari pencatatan dan
pelaporan dalam kontrasepsi
Saya merasa pada makalah ini kami banyak kekurangan, karena kurangnya referensi dan
pengetahuan pada saat pembuatan makalah ini. Saya sebagai penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun pada pembaca agar saya dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai