Anda di halaman 1dari 9

1.

Jelaskan temuan empiris dalam proses persalinan tentang posisi persalinan


Temuan empiris tentang posisi persalinan dalam proses persalinan adalah :
berdasarkan beberapa penelitian yang ditemukan dan berdasarkan penelitian tersebut
dapart disimpulkan bahwa posisi persalinan sangat mempengaruhi dalam proses
persalinan baik itu dalam lamanya proses persalinan ataupun dalam resiko robekan
selama persalinan. Beberapa jurnal yang saya temukan yaitu :
a. Jurnal dengan judul “Pengaruh posisi mengedan terhadap lama kala II
persalinan di Rumah Sakit X tahun 2018” dan Berdasarkan hasil dan
pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh posisi mengedan
dengan teknik setengah duduk dan teknik miring terhadap lama kala II persalinan
pada Ibu bersalin. Hasil uji statistik menggunakan Chi Square menunjukkan
bahwa ada pengaruh posisi mengedan dengan lama kala II persalinan. Hal tersebut
ditunjukkan dengan nilai p value 0,000 < α = 0,05 . Jumlah ibu bersalin dengan
posisi mengedan setengah duduk dengan lama kala II persalinan lebih banyak
dengan kategori lebih lama persalinannya yaitu sebanyak 26 orang (87%).
Kelebihan posisi setengah duduk yaitu sumbu jalan lahir yang ditempuh janin
untuk bisa keluar menjadi lebih pendek. Apalagi jika proses persalinan tersebut
berlangsung lama. Posisi ini sering kali nyaman bagi ibu dan ibu bisa beristirahat
dengan mudah diantara kontraksi. Memudahkan penolong melahirkan kepala bayi.
Sedangkan kelemahannya posisi ini dapat menimbulkan keluhan punggung ibu
pegal dan berdasarkan Asiyah (2015) Sedangkan jumlah ibu bersalin dengan
posisi mengedan miring dengan lama kala II persalinan kategori lebih singkat
lebih banyak sebanyak 22 orang (73%), kategori normal sebanyak 8 orang (27%)
dan tidak ada kategori lebih lama persalinannya.
b. Jurnal dengan judul “Pengaruh Posisi Bersalin Lateral Dan Setengah Duduk
Terhadap Ruptur Perineum Pada Kala II” Hasil penelitian ini menujukkan
posisi bersalin lateral dapat mencegah terjadinya ruptur perineum dibandingkan
dengan posisi bersalin setengah duduk, hal ini dikarenakan pada posisi bersalin
lateral merupakan posisi istirahat yang sangat baik dan tidak dipengaruhi gaya
tarik bumi sehingga dapat mengurangi peregangan yang berlebihan pada perineum
(Simkin, 2008). Sehingga Terdapat pengaruh posisi bersalin Lateral dalam
mencegah terjadinya ruptur perineum pada ibu primipara dimana didapatkan nilai
RR sebesar 6,00 (95% CI : 1,96-18,3). Posisi persalinan lateral berpeluang 6,00
kali lebih besar untuk tidak mengalami ruptur perineum dibandingkan dengan
posisi setengah duduk.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semua posisi persalinan memiliki peranan dan fungsi
masing-masing dalam proses persalinannya. Tinggal bagaimana dan pilihan yang
mana yang akan diberikan kepada ibu hamil agar dapat mempermudah proses
persalinannya. Posisi tersebut bisa disesuaikan dengan kondisi dan keadaa ibu
dalam saat proses persalinan.

2. Jelaskan temuan empiris dalam proses persalinan tentang pendekatan Non Farkologis
untuk mempertahankan kenyamanan dan manajemen nyeri
Temuan empiris tentang pendekatan non farkologi untuk mempertahankan
kenyamanan dan manajemen nyeri dalam proses persalinan adalah : berdasarkan
beberapa penelitian yang ditemukan dan berdasarkan penelitian tersebut dapart
disimpulkan bahwa pendekatan non farkologis untuk mempertahankan kenyamanan
dan manajemen nyeri sangat mempengaruhi dalam proses persalinan baik itu dalam
lamanya proses persalinan ataupun dalam resiko robekan selama persalinan. Beberapa
jurnal yang saya temukan yaitu :
a. Jurnal dengan judul “Efektivitas Manajemen Nyeri Counter Pressure
Persalinan Di Rsud Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh”
Berdasarkan hasil penelitian dan Hasil analisa menunjukkan bahwa ada
perbedaan nilai nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik counter pressure. Hasil
penelitian menggunakan paired t-test dengan nilai kesalahan (α) 0,05 diperoleh hasil
yang signifikan (p=0,000) yang berarti p value< 0,05. Hal ini dapat diartikan ada
perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik counter pressure.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti (2013) tentang
perbedaan efektifitas teknik back-effluerage dan teknik counter-pressure terhadap
tingkat nyeri pinggang kala I fase aktif persalinan di RSUD Ambarawa dengan jumlah
responden 24 orang, di dapatkan hasil bahwa sebelum tindakan counter pressure nyeri
7-8 sebanyak 10 (41,7%), dan nyeri 9-10 sebanyak 14 responden (58,3%). Setalah
dilakukan tindakan counter pressure nyeri 7-8 sebanyak 6 responden (25%), nyeri 3-6
sebanyak 17 responden (70,8%), dan nyeri 1-2 sebanyak 1 responden (4,2%).
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial Intensitas nyeri sifatnya sangat
subjektif, banyak yang dapat mempengaruhi nyeri yang dirasakan dan cara mengatasi
nyeri sehingga dapat meningkatkan dan menurunkan persepsi nyeri. Penurunan nyeri
tersebut merupakan aplikasi dari teori gate controlyang manyatakan bahwa impuls
nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang system
saraf pusat.Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah
pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.Upaya
menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.
Pada penelitian ini setelah diberikan diberikan teknik counter pressure terjadi
penurunan intensitas nyeri. Hal ini menunjukkan adanya perubahan intensitas nyeri
sesudah diberikan teknik counter pressure sehingga pemberian teknik counter pressure
dapat membantu tehadap penurunan intensitas nyeri persalinan.
Sehingga penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh teknik
counter pressure terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan. Dengan nilai p-
value>0,05 dalam artiaan adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
sesudah dilakukan counter pressure pada pasien yang akan menjalani persalinan.

b. Jurnal ilmiah research sains dengan judul “Efektivitas Hipnosis Pada


Penatalaksanaan Cemas Dan Nyeri Persalinan (Studi Literatur)”
Hasil penelitian menjelaskan adanya pengaruh dari pemberian teknik
hypnobirthing terhadap penurunan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam
menghadapi proses persalinan serta ketakutan paling tinggi dalam tahap awal
persalinan aktif terjadi pada ibu primipara.Menurunkan rasa cemas atau takut, pada
persalinan pada gilirannya dapat mengurangi kebutuhan nyeri ibu. Dalam hal ini
hipnosis diperlukan untuk ibu bersalinan agar lebih tenang, santai, percaya diri dan
nyaman.
Ibu yang menggunakan hipnosis lebih mungkin untuk melahirkan tanpa
nyeri dan tanpa penggunaan obat farmakologis. Ada bukti peningkatan persalinan
spontan dan hasil yang lebih baik untuk bayi. Hipnosis merupakan sugesti positif
terfokus yang dapat dilakukan sendiri maupun dengan pendamping. Teknik hipnosis
sangat bermanfaat untuk ibu dan dapat dipersiapkan sejak kehamilan serta
bermanfaat untuk proses persalinan dan kelahiran. Hipnosis juga dapat membantu
ibu meringankan kecemasan dan nyeri dalam persalinan. Hipnosis oleh praktisi dan
hipnosis mandiri dapat membuat ibu lebih menikmati persalinannya. Hipnosis dapat
diaplikasikan dalam proses persalinan untuk mengatasi rasa nyeri saat kontraksi
rahim dan persalinan. Dengan ibu lebih tenang dapat mempengaruhi kemajuan
persalinan. Hipnosis dapat bermanfaat untuk ibu dan janinnya. Ibu bersalin dengan
hipnosis dapat lebih percaya diri, tenang dan nyaman serta dapat menjalin
hubungan batin yang erat dengan janinnya. Saat persalinan , keduanya bisa saling
“berjanji” untuk bersama-sama melewatinya

Jadi dapat disimpulkan bahwa banyak metode dan cara yang bisa digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri ibu dalam melewati proses persalinannya. Tinggal
bagaimana sikap dan pilihan yang mana yang akan diberikan kepada ibu hamil agar
dapat mempermudah proses persalinannya dan ibu hamil merasa nyaman dengan
proses persalianannya. Jadi untuk menciptakan kenyamanan dan memanage nyeri
tersebut bisa disesuaikan dengan kondisi dan keadaan ibu dalam saat proses
persalinan.

3. Jelaskan temuan empiris dalam proses persalinan tentang teknik mengedan


Temuan empiris tentang tekhnik mengedan dalam proses persalinan adalah :
berdasarkan beberapa penelitian yang ditemukan dan berdasarkan penelitian tersebut
dapart disimpulkan bahwa tekhnik mengedan dalam persalinan sangat mempengaruhi
dalam proses persalinan baik itu dalam lamanya proses persalinan ataupun dalam
resiko robekan selama persalinan. Beberapa jurnal yang saya temukan yaitu :
a. Jurnal dengan judul “Hubungan Cara Meneran Pada Ibu Primigravida
Dengan Kelancaran Proses Persalinan Kala Ii Di Klinik Hj. Yatini Pasar Vii
Medan Tembung Tahun 2017”
Dari 21 ibu bersalin dengan cara meneran yang benar semua mengalami
kelancaran perasalinan kala II dengan waktu 2 jam. Dari hasil penelitian yang dilakukan
tentang Hubungan Cara Meneran Pada Ibu Primigravida Dengan Proses Persalinan Kala
II Di Klinik Hj. Yatini Pasar VII Medan Tembung. Analisis fisher’s Exact Test pada tingkat
kepercayaan 95% menunjukkan nilai p-value = 0,01< 0,05 , yang berarti terdapat
hubungan yang bermakna antara cara meneran Pada Ibu Primigravida dengan
kelancaran Proses Persalinan kala II.
Meneran adalah sifat kekuatan yang dihasilkan mirip seperti yang terjadi pada
saat buang air besar tetapi biasanya intensitasnya jauh lebih besar setelah serviks
terbuka lengkap kekuatan yang sangat penting pada ekspulsi janin yang dihasilkan oleh
peningkatan tekanan intraabdomen yang diciptakan oleh kontrasepsi otot-otot
abdomen. Adapun beberapa cara agar persalinan kala II lancar yaitu: cara meneran yang
benar, posisi pada kala I dan saat meneran yang harus di perhatikan, asupan nutrisi
yang cukup, dan kesiapan antara ibu bersalin dan bidan harus ada. Kesimpulannya
bahwa semakin benar cara meneran yang dilakukan ibu bersalin maka semakin lancar
proses persalinan kala II.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan hasil penelitian dari 30 ibu bersalin di dapatkan 21 orang
(73,3%) masuk dalam kategori meneran dengan benar dan 9 orang (26,7%)
masuk dalam kategori cara meneran yang salah. Hal ini di karenakan tingkat
kesiapan responden dalam menghadapi persalinan yang kurang.
2. Berdasarkan hasil penelitian kelancaran persalinan kala II berdasarkan waktu
yang telah di tentukan dalam teori Asuhan Persalinan Normal dengan
kategori lancar 2 jam sebanyak 5 orang (16,7%). Hal ini di karenakan cara
meneran responden yang masih salah.
3. Dari hasil penelitian didapatkan hubungan yang sangat signifikan dan positif
antara cara meneran terhadap kelancaran proses persalinan kala II, dimana
angka probabilitas (ρ) = 0,01< 0,05

b. Jurnal ilmiah research sains dengan judul “Hubungan Teknik Mengedan


Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin Di Puskesmas
Tibawa Kabupaten Gorontalo”
Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Tibawa, lebih didominasi oleh teknik
mengedan ibu bersalin yang tidak benar sebanyak 18 orang (56,2%) dari responden
yang berjumlah 32 orang. Teknik mengedan adalah gabungan dari rasa dan keinginan
dari ibu yang kuat serta refleks yang muncul disebabkan oleh adanya tekanan bayi pada
vagina ibu selama ada kontraksi yang terjadi pada ibu bersalin memasuki kala II
persalinan. Mengedan adalah sifat kekuatan yang dihasilkan mirip seperti yang terjadi
pada saat buang air besar tetapi biasanya intensitasnya jauh lebih besar setelah serviks
terbuka lengkap kekuatan yang sangat penting pada ekspulsi janin yang dihasilkan oleh
peningkatan tekanan intra abdomen yang diciptakan oleh kontrasepsi otot-otot
abdomen.
Teknik mengedan pada ibu bersalin kala II dalam penelitian ini dikategorikan
menjadi 2, yaitu teknik mengedan yang benar dan tidak benar. Mengukur teknik
mengedan pada ibu bersalin kala II dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara
pada ibu sebelum ibu memasuki kala II dan melakukan observasi dengan menggunakan
instrumen penelitian berupa checklist sekaligus menilai apakah teknik mengedan yang
dilakukan oleh ibu sesuai dengan pedoman atau tidak.
Hasil analisis statistika non parametrik dengan uji Spearmen rank dan
menggunakan spss 16 diperoleh nilai signifikasi atau sign. (2-failed) sebesar 0,001 dan
kekuatan hubungan diperoleh dari corelation coeficient sebesar 0,555**. Karena nilai
sig. (2-failed) 0,001 ≤ lebih kecil dari derajat kemaknaan α 0,05 dan tingkat kekuatan
hubungan sebesar 0,555** atau dikategorikan kuat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara hubungan teknik mengedan dengan kejadian ruptur perineum
pada ibu bersalin Puskesmas Tibawa.
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Tibawa didapatkan bahwa teknik
mengedan yang tidak benar dan mengalami ruptur perineum masih tinggi yakni
sebanyak 16 responden (50,0%). Hal ini dikarenakan pada proses persalinan kala II
(pengeluaran bayi) pada fleksus frankenhauser disekitar mulut rahim terjadi rangsangan
sehingga menimbulkan reflek ingin mengedan, disertai dengan adanya kontraksi yang
dapat menimbulkan kekuatan untuk melahirkan bayi.
Jika pada saat ini ibu dapat mengendalikan antara kontraksi dengan kekuatan
mengedan maka hasilnya dapat mempercepat proses persalinan, namun sebaliknya jika
pada saat adanya kontraksi berlangsung ibu tidak dapat mengendalikannya dengan
melakukan teknik mengedan yang salah maka akan terjadi ruptur perineum. Sehingga
diperlukan pimpinan dari penolong yang maksimal agar ibu dapat mengedan dengan
benar untuk mengurangi kejadian ruptur perineum. Hasil penelitian juga masih
didapatkan teknik mengedan yang benar juga masih terdapat ruptur perineum yaitu
sebanyak 5 responden (15,6%).
Hal ini dikarenakan sebagian ibu bersalin mengalami partus presipitatus
(persalinan yang berlangsung cepat) yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong dengan
baik oleh petugas kesehatan, pasien tidak mampu berhenti mengedan. Persalinan
diselesaikan secara tergesagesa dengan dorongan fundus berlebihan, oedema dan
kerapuhan pada perineum, pimpinan persalinan yang salah, dan persalinan pervaginam
dilakukan dengan bantuan mengedan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tekhnik mengedan yang benar sangat dibutuhka agar
dapat melewati proses persalinan dengan lancar dan normal. Tekhnik yan
digunakan dalan mengedan bisa dengan berbagai cara mulai dari posisi persalinan,
tkhnik pernapasan dalam mengedan, waktu yaang tepat dalam mengedan, dll.
Dimana nantinya pemahaman yang seperti ini dapat digunakan untuk melewati
proses persalinannya. Tinggal bagaimana sikap dan pilihan yang mana yang akan
diberikan kepada ibu hamil agar dapat mempermudah proses persalinannya dan ibu
terhindar dari rupture ataupun resiko lain yang mungkin terjadi selama proses
persalinan.

4. Jelaskan temuan empiris dalam proses persalinan tentang pengoptimalan perineum


Temuan empiris tentang tekhnik pengoptimalan perenium dalam proses
persalinan adalah : berdasarkan beberapa penelitian yang ditemukan dan berdasarkan
penelitian tersebut dapart disimpulkan bahwa tekhnik mengepengoptimalan perenium
sangat mempengaruhi dalam proses persalinan baik itu dalam lamanya proses
persalinan ataupun dalam resiko robekan selama persalinan. Beberapa jurnal yang
saya temukan yaitu :
a. Jurnal dengan judul “Pengaruh Perineum Massage Terhadap Derajat
Robekan Perineum Pada Ibu Primigravida Di Bps Widjayati Dan Bps Desak
Kecamatan Negara”
Perineum Massage adalah teknik memijat perineum di saat hamil atau
beberapa minggu sebelum melahirkan guna meningkatkan perubahan hormonal yang
melembutkan jaringan ikat, sehingga jaringan perineum lebih elastis dan lebih mudah
meregang. Peningkatan elastisitas perineum akan mencegah kejadian robekan
perineum maupun episiotomi. Teknik ini dapat dilakukan satu kali sehari selama
beberapa minggu terakhir kehamilan di daerah perineum (area antara vagina dan anus)
(Aprilia, 2010).
Perineum massage selain dapat meminimalisasi robekan perineum, juga dapat
meningkatkan aliran darah, melunakkan jaringan di sekitar perineum ibu dan membuat
elastis semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan termasuk kulit vagina
(Aprilia, 2010). Saat semua otot-otot itu menjadi elastis, ibu tidak perlu mengejan
terlalu keras cukup pelan-pelan saja bahkan bila prosesnya lancar robekan pada
perineum tidak terjadi dan vagina tidak perlu dijahit (Indivara,2009).
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa : Pada kelompok
responden yang diberikan perineum massage, tidak ada yang mengalami robekan
derajat tiga dan empat. Responden yang paling banyak tidak mengalami robekan
perineum yaitu enam orang (60%), tiga orang (30%) mengalami robekan derajat satu
dan satu orang (10%) mengalami robekan derajat dua.
Pada kelompok responden yang tidak diberikan perineum massage jumlah
responden sebanyak 10 orang. Sebagian besar responden mengalami robekan
perineum derajat dua yaitu sebanyak 7 orang (70%), derajat satu sebanyak 2 orang
(20%) dan tidak mengalami robekan perineum sebanyak 1 orang (10%) serta tidak ada
yang mengalami robekan derajat tiga dan empat.
Hasil analisa data menggunakan Mann-Whitney dengan tingkat kepercayaan
95% (α = 0,05), didapatkan hasil p sebesar 0,005 atau lebih kecil dibandingkan α (0,05)
maka kesimpulannya H0 ditolak dan hipotesis diterima berarti ada pengaruh perineum
massage terhadap derajat robekan perineum pada ibu primigravida.
Sehubungan dengan hal tersebut disarankan kepada petugas kesehatan
khususnya di BPS tersebut agar mengembangkan fungsinya sebagai advocator dan
edukator. Para tenaga kesehatan dapat mengoptimalkan penyuluhan mengenai cara
mencegah robekan perineum pada persalinan dan membimbing ibu untuk melakukan
perineum massage serta dapat mempertimbangkan untuk menggunakan langkah-
langkah teknik perineum massage yang telah peneliti susun sebagai standar
pelaksanaan perineum massage.

Jadi dapat disimpulkan bahwa optimalisasi perenium yang benar sangat


dibutuhkan agar dapat melewati proses persalinan dengan lancar dan normal.
Optimalisasi perenium bisa dengan berbagai cara mulai dari pemijatan, massage,
dll. Dimana nantinya pemahaman yang seperti ini dapat digunakan untuk melewati
proses persalinannya. Tinggal bagaimana sikap dan pilihan yang mana yang akan
diberikan kepada ibu hamil agar dapat mempermudah proses persalinannya dan ibu
terhindar dari rupture ataupun resiko lain yang mungkin terjadi selama proses
persalinan.

5. Jelaskan tentang Respectfull Maternity Care (RMC)

6. Cari jurnal tentang "Respectfull Maternity Care (RMC)"


7. Analisis jurnal tentang "Respectfull Maternity Care (RMC)" (soal no 6), uraikan
temuan dan atau Evidance Based Midwifery (EBM) yang terdapat pada jurnal
tersebut.
8. Cari jurnal tentang "Birthing Position".
9. Analisis jurnal tentang "Birthing position" (soal no 8), uraikan temuan dan atau
Evidance Based Midwifery (EBM) yang terdapat pada jurnal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai