Anda di halaman 1dari 10

Peran bidan dalam melakukan pembaharuan diruang lingkup PNC

Nama: Hana Febrina Ronauli Ambarita

Nim: P17324416053

A. Peran bidan sebagai pembaharuan didalam lingkup PNC (post


natal care):

Agen pembaharuan (change agent) adalah orang yang bertugas mempengaruhi


klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh
agen pembaharuan (change agency). Dalam melakukan pembaharuan sebagai
seorang bidan, kita perlu melakukan pendekatan pendekatan terhadap tokoh-
tokoh masyarakat agar masyarakat mampu menerima pembaharuan-
pembaharuan dari sistem sistem pelayanan kebidanan. Tugas utama agen
pembaharuan adalah melancarkan jalannya arus inovasi dari agen pembaharuan
terhadap klien. Proses komunikasi ini akan efektif jika inovasi yang disampaikan
ke klien harus dipilih sesuai dengan kebutuhannya atau sesuai dengan masalah
yang dihadapinya Peran bidan bukan hanya sekadar sebagai pelaksana,
pengelola, peneliti,advokasi akan tetapi bidan juga berfungsi sebagai
pembaharuan. Bidan juga harus mampu membuat pembaharuan pembaharuan
yang dapat membantu kinerja seorang bidan menjadi lebih baik untuk
melaksanakan semua pelayanan kebidanan khususnya pada kesehatan ibu dan
anak.

Bidan adalah agen pembaharuan yang penting dalam membuat pembaharuan


pembaharuan kesehatan ibu terutama diruang lingkup post natal care. Bidan
juga perlu membuat asuhan asuhan kepada ibu nifas untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian pada ibu. Di dalam masa nifas
bidan perlu memperhatikan apa saja yang ibu.
Bidan juga perlu mengetahui dan memahami nilai-nilai mereka sendiri, sikap,
norma dan harapan yang mempengaruhi praktik profesional mereka, demikian
juga dengan pasien mereka yang beragam budaya dan agama, memungkinkan
mereka untuk menanggapi secara adil.
Bidan harus mempertimbangkan kesulitan yang dihadapi oleh perempuan yang
kurang paham dengan pelayanan kesehatan dan kurang percaya diri, dan
memastikan bahwa mereka mampu menciptakan lingkungan konduktif yang
memungkinkan perempuan untuk menjelaskan pendapat dan keinginan mereka
tentang perawatan pada masa nifas.
Bidan memainkan peran penting dalam membawa perubahan. Sebagai
pendukung perempuan,bidan harus memastikan kebutuhan dan keinginan
konsumen, khususnya perempuan yang mungkin tidak mampu berkomunikasi
secara efektif, akan dipertimbangkan selama perencanaan dan pelayanan.
Sebagai agen pembaharuan (change agents), bidan perlu memanfaatkan
keterampilan adaptasi, fleksibilitas dan kesadaran politik dalam pengembangan
dan pelaksanaan praktik bersifat pembaruan untuk memastikan bahwa
pelayanan bidan tersedia secara merata kepada semua perempuan. Bidan harus
secara aktif berpartisipasi dalam meningkatkan kesadaran layanan yang tersedia
di antara semua perempuan.
Fungsi dan Tugas Agen Pembaharuan

Fungsi utama agen pembaharu adalah sebagai penghubung antara pengusaha


pembaharuan (change agency) dengan klien, tujuannya agar inovasi dapat
diterima atau diterapkan oleh klien sesuai dengan keinginan agen
pembaharuan. Kunci keberhasilan diterimanya inovasi oleh klien terutama
terletak pada komunikasi antara agen pembaharu dengan klien. Jika komunikasi
lancar dan efektif proses penerimaan inovasi akan lebih cepat dan makin
mendekati tercapainya tujuan yang diinginkan. Sebaliknya jika komunikasi
terhambat makin tipis harapan diterimanya inovasi. Oleh karena tugas utama
yang harus dilakukan agen pembaharu adalah memantapkan hubungan dengan
klien. Kemantapan hubungan antara agen pembaharu dengan klien, maka
komunikasi akan lebih lancar.

Menurut Rogers, mengemukakan ada tujuh langkah kegiatan agen


pembaharu dalam pelaksanaan tugasnya inovasi pada sistem klien, sebagai
berikut.
1. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah.
Biasanya agen pembaharu pada awal tugasnya diminta untuk membantu
kliennya agar mereka sadar akan perlunya perubahan.Agen pembaharu
mulai dengan mengemukakan berbagai masalah yang ada, membantu
menemukan masalah yang penting dan mendesak, serta meyakinkan klien
bahwa mereka mampu memecahkan masalah tersebut. Pada tahap ini
agen pembaharu menentukan kebutuhan klien dan juga membantu
caranya menemukan masalah atau kebutuhan dengan cara konsultatif.
2. Memantapkan hubungan pertukaran informasi.
Sesudah ditentukannya kebutuhan untuk berubah, agen pembaharu harus
segera membina hubungan yang lebih akrab dengan klien. Agen
pembaharu dapat meningkatkan hubungan yang lebih baik kepada klien
dengan cara menumbuhkan kepercayaan klien pada kemampuannya,
saling mempercayai dan juga agen pembaharu harus menunjukan empati
pada masalah dan kebutuhan klien .
3. Mendiagnosa masalah yang dihadapi.
Agen pembaharu bertanggung jawab untuk menganalisa situasi masalah
yang dihadapi klien, agar dapat menentukan berbagai alternatif jika tidak
sesuai kebutuhan klien. Untuk sampai pada kesimpulan diagnosa agen
pembaharu harus meninjau situasi dengan penuh emphati. Agen
pembaharu melihat masalah dengan kacamata klien, artinya kesimpulan
diagnosa harus berdasarkan analisa situasi dan psikologi klien, bukan
berdasarkan pandangan pribadi agen pembaharu.
4. Membangkitkan kemauan klien untuk berubah.
Setelah agen pembaharu menggali berbagai macam cara yang mungkin
dapat dicapai oleh klien untuk mencapai tujuan, maka agen pembaharu
bertugas untuk mencari cara memotivasi dan menarik perhatian agar klien
timbul kemauannya untuk berubah atau membuka dirinya untuk
menerima inovasi. Namun demikian cara yang digunakan harus tetap
berorientasi pada klien, artinya berpusat pada kebutuhan klien jangan
terlalu menoinjolkan inovasi.
5. Mewujudkan kemauan dalam perbuatan.
Agen pembaharu berusaha untuk mempengaruhi tingkah laku klien
dengan persetujuan dan berdasarkan kebutuhan klien jadi jangan
memaksa. Dimana komunikasi interpersonal akan lebih efektif kalau
dilakukan antar teman yang dekat dan sangat bermanfaat kalau
dimanfaatkan pada tahap persuasi dan tahap keputusan inovasi. Oleh
kerena itu dalam hal tindakan agen pembaharu yang paling tepat
menggunakan pengaruh secara tidak langsung, yaitu dapat menggunakan
pemuka masyarakat agar mengaktifkan kegiatan kelompok lain.
6. Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak
berkelanjutannya inovasi.
Agen pembaharu harus menjaga kestabilan penerimaan inovasi dengan
cara penguatan kepada klien yang telah menerapkan inovasi. Perubahan
tingkah laku yang sudah sesuai dengan inovasi dijaga jangan sampai
berubah kembali pada keadaan sebelum adanya inovasi.
7. Mengakhiri hubungan ketergantungan.
Tujuan akhir tugas agen pembaharu adalah dapat menumbuhkan
kesadaran unrtuk berubah dan kemampuan untuk merubah dirinya,
sebagai anggota sistem sosial yang selalu mendapat tantangan kemajuan
jaman. Agen pembaharu harus berusaha mengubah posisi klien dari ikatan
percaya pada kemampuan agen pembaharu menjadi bebas dan percaya
kepada kemampuan sendiri
B. Pengertian Masa Nifas
Periode post natal adalah waktu penyerahan dari selaput dan
plasenta (menandai akhir dari periode intrapartum) menjadi kembali ke
saluran reproduktif wanita pada masa sebelum hamil. Periode ini juga
disebut puerperium (Varney, 1997, hal. : 549).
Masa nifas adalah masa dimulai setelah kelairan plasenta dan berakhir
ketika alat alat kandungan kembali sama seperti sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama 40 hari.

Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.


2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5. Mendapatkan kesehatan emosi.

C. Kewajiban Bidan dalam menjalankan tugasnya

1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyrakat.

Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi dan mengamalkan tugas


pengabdiannya terutama didalam tugas sebagai pembaharu di ruang lingkup
PNC (Post Natal Care). Serta budan juga harus menjunjung tinggi harkat
martabat sebagai seorang bidan dengan memegang teguh citra bidan. Didalam
pembaharuab bidan perlu mengutamakan hak hak dari klien dan harus
menghormati nilai nilai budaya yang berlaku di masyarakat yang berlaku. Bidan
juga harus menciptakan hubungan yang baik didalam hubungannya dengan
masyarakat. Bidan juga perlu mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.

2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya

Bidan mampu membuat pembaharuan pembaharuan dalam memberikan


pelayanan/ pelaksanaan terhadap klien klien yang membutuhkan pelayanan
kebidanan. Bidan juga diharapkan mampu membuat pembaharuan pelayanan sesuai
dengan kemampuan dan tanggung jawab bidan . Dalam memberikan pertolongan
kepada klien, bidan membuat pembaharuan pembaharuan kepada setiap tugas
bidan yang berkaitan dengan pertolongan yang normal. Bidan juga sebagai
pembaharu membuat rencana-rencana apa saja yang akan dilakukan untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya. Tugas bidan sebagai pembaharu ia juga
harus mengadakan konsultasi kepada pihak pihak yang menentukan keberhasilan
pembaharuan, dan tugas yang dapat membantu bidan dalam melaksanakan
pembaharuan dalam lingkup kebidanan terutama lingkup PNC

3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan

Sebagai agen pembaharuan bidan harus menjalinkan hubungan baik dengan


temen sejawat agar pembaharuanyang dijalankan dapat lancar.

   4. Kewajiban bidan terhadap profesinya


Bidan juga perlu menjaga nama baik profesi dalam melaksanakan pembaharuan
pembaharuan serta menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan
pelayanan yang bermutu pada masyrakat. Didalam menjalankan pembaharuan bidan
peril meningkatkan kemampuannya sesuai dengan profesinya didalam ilmu
pengetahuan dan teknologi. Didalam pembaharuan bidan perlu meneliti terlebih
dahulu untuk meningkatkan citra profesinya sebagai bidan.
6. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
Bidan harus menjaga kesehatannya untuk melaksanakan tugas sebagai
pembaharu terutama didalam bidang PNC. Bidan juga harus meningkatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembaharuan.
7. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air

Bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan


pemerintahan terutama dibidang pembaharuan dalam lingkup PNC
Referensi:

Prawirihardjo Sarwono, 2010 “pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal” Jakarta:


PT. Bina Pustaka

Purwandi Atik 2008 “Konsep Kebidanan” Jakarta: Buku kedokteran EGC

Soeopardan Suryani, 2005 “Konsep Kebidanan” Jakarta: Buku kedokteran EGC

Romana tari, 2013 “Mitos Keiliru larangan makanan ibu nifas” Kompas. Diakses pada
tanggal 06 mei 2017
http://lifestyle.kompas.com/read/2013/04/30/15025148/Mitos.Keliru.Seputar.Makan
an.untuk.Ibu.Nifas

Dewi Erna Puspita,2015 “ Kebudayaan dan tradisi ibu nifas” blogspot. Diakses pada
tanggal 06 mei 2017 http://midwifery.blog.uns.ac.id/kebudayaan-dan-tradisi-suku-
toraja-pada-masa-nifas-dan-bayi-baru-lahir/

Yurika, 2016 “malpraktik pada masa nifas ” Scribd. Diakses pada tanggal 20 mei
2017. https://www.scribd.com/document/332144670/malpraktek-bidan
https://www.scribd.com/document/332144670/malpraktek-bidan

Kasus dugaan malpraktek kembali terjadi. Di Jember Jawa Timur, seorang ibu muda 
mengalami luka robek di bagian anusnya, hingga tidak bisa buang air. Diduga
korban yang kini harus buang air besar melalui organ kewanitannya, disebabkan
kelalaian bidan yang masih magang di puskesmas setempat menangani
persalinannya. Kini kasus dugaan malpraktek ini ditangani Dinas Kesehatan Kota
Jember.
Kasus dugaan malpraktek ini dialami Ika Agustinawati, warga Desa Semboro Kidul,
Kecamatan Semboro, Jember.
 
Ibu muda berusia 22 tahun ini, menjadi korban dugaan malpraktek, usai menjalani
proses persalinan anak pertamanya, Irza Praditya Akbar, yang kini berusia 1 bulan.
 
Diduga karena kecerobohan bidan yang masih magang saat menolong persalinannya
di Puskesmas Tanggul, Ika mengalami luka robek di bagian organ vital hingga ke
bagian anus. Akibatnya, selain terus-terusan mengalami kesakitan, sejak sebulan
lalu korban terpaksa buang kotoran melalui alat kelaminnya.
Saat menjalani proses persalinan 3 Februari lalu, korban dibantu oleh beberapa
bidan magang, atas pengawasan bidan puskesmas. Namun, salah seorang bidan
magang diduga melakukan kesalahan saat menggunting dinding kemaluan korban.
Terkait kasus ini pihak Puskesmas Tanggul saat ini belum memberikan keterangan
resmi. Namun, Kepala Dinas Kesehatan Kota Jember tengah menangani kasus ini.

Jika terbukti terjadi malpraktek, Dinas Kesehatan berjanji akan menjatuhkan sanksi
terhadap petugas persalinan tersebut, sesuai ketentuan yang berlaku.

ANALISA KASUS:

Didalam kasus ini kesalahan bidan tidak hanya dalam proses persalinan akan tetapi
didalam proses perawatan pada masa nifas. Bidan tidak memberikan asuhan yang
maksimal. Bidan juga cerobh dalam melakukan hal pemeriksaan jalan lahir. Dalam
kesalahan ini juga bidan melalalikan tanggung jawabnya terhadap klien karena tidak
memberikan asuhan yang benar kepada klien. Bidan juga melalaikan kewajiban
terhadap Negara karena meningkatkan angka kesakitan ibu dan anak.

Pasal 359 KUHP yang berbunyi : “Barangsiapa karena kealpaannya


menyebabkanmatinya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau kurungan paling lama satu tahun”
UU kesehatan No 36 tahun 2009:

Pasal  23 berbunyi:

(1)   Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

(2)   Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

Pasal 24, berbunyi:

(1)   Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 harus memenuhi


ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional.

(2)   Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimanan dimaksud
pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi.

(3)   Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan,


dan standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.

Anda mungkin juga menyukai