Anda di halaman 1dari 31

Komunikasi

dengan
perempuan
dengan
disabilitas (fisik
dan mental)
Reno Laila Fitria, M.Si
Mendengarkan dalam
Komunikasi Interpersonal
(LISTENING IN
INTERPERSONAL
COMMUNICATION)
PROSES MENDENGAR (THE LISTENING
PROCESS)

 Listening tidak sama dengan Hearing


 Hearing : proses dimana anda hanya
menangkap vibrasi di sekitar anda, untuk
kemudian, vibrasi atau getaran tersebut masuk ke
gendang telinga anda.
 Hearing : Pada dasarnya adalah proses pasif
yang tidak membutuhkan atensi atau usaha
tertentu dari pihak anda.
 Listening : dapat dijelaskan melalui 5 langkah :
Receiving, Understanding, Remembering,
Evaluating, dan Responding (proses ini sifatnya
sirkuler
PROSES MENDENGAR (THE
LISTENING PROCESS)
ad. 1. Receiving (Menerima Pesan) :

 Listening dimulai dengan menerima pesan yang dikirim oleh


pembicara (the speaker)
 Baik pesan verbal maupun nonverbal yang terkatakan atau yang
tidak terkatakan.
 Dalam menerima pesan, anda harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Fokuskan atensi / perhatian anda pada pesan-pesan verbal
dan non verbal yang diberikan oleh pembicara (baik yang
terkatakan atau tidak terkatakan).
2. Hindari gangguan dari linmgkungan sekitar.
3. Fokuskan perhatian anda pada pembicara daripada pada
pada apa yang akan anda katakan selanjutnya.
4. Pertahankan peran anda sebagai pendengar dan hindarilah
untuk menginterupsi pembicara.
PROSES MENDENGAR (LISTENING
PROCESS)
Ad.2. Understanding (Mengerti) :

 Tahap dimana anda mempelajari maksud pembicara sebenarnya, termasuk


pemikiran-pemikiran yang memang terekspresikan dan nada-nada
emosional yang melengkapi pemikiran-pemikiran tersebut.
 Dalam mengerti, usahakan untuk :
1. Menghubungkan informasi baru yang diberikan pembicara dengan apa
yang telah anda ketahui sebelumnya.
2. Melihat pesan-pesan pembicara dari sudut pandang si pembicara ;
hindari untuk menghakimi pesan tersebut sampai anda sepenuhnya
mengerti pesan tersebut (seperti yang diinginkan oleh pembicara).
3. Tanyakan beberapa pertanyaan untuk mengklarifikasi, jika diperlukan ;
minta detil-detil atau contoh-contoh tambahan apabila memang
dibutuhkan.
4. Ungkapkan kembali atau katakan ulang ide-ide pembicara dengan kata-
kata anda sendiri.
PROSES MENDENGAR (THE
LISTENING PROCESS)
Ad. 3. Remembering (Mengingat Kembali) :

 Pesan-pesan yang anda terima dan mengerti, perlu untuk disimpan


setidaknya untuk beberapa saat.
 Dalam komunikasi grup atau dalam situasi public speaking, anda bisa
membantu ingatan anda dengan menyimpan pesan yang anda terima
dalam bentuk catatan atau note.
 Tetapi dalam situasi KAP, hal tersebut dianggap tidak pantas. Cth : masa
anda mencatat ketika teman anda bercerita tentang ibunya yang sedang
sakit ?
 Yang biasa anda ingat, bukanlah pesan si pembicara seutuhnya (bulat-
bulat), tetapi pesan tersebut setelah ada proses rekonstruktif (membuat
pesan tersebut masuk akal bagi anda).
 Dalam mengingat kembali, usahakan untuk :
1. Identifikasi ide-ide utama dan hal-hal pokok yang menyertainya.
2. Rangkum pesan tersebut dalam format yang mudah diingat, tapi hati-
hati ; jangan sampai anda mengabaikan detil-detil/kualifikasi-kualifikasi
yang sangat Penting.
3. Ulangi nama-nama dan konsep-konsep utama pada diri anda sendiri,
jika anda rasa pantas, ulangi dengan keras (liat situasi dan kondisi).
PROSES MENDENGAR (THE
LISTENING PROCESS)
Ad. 4. Evaluating (Mengevaluasi) :

 Melibatkan proses menilai pesan dengan beberapa cara.


 Di suatu waktu, anda berusaha mengevaluasi motif-motif dan tujuan-tujuan tersembunyi
pembicara. Dan seringkali proses evaluasi ini berlangsung tanpa kesadara penuh. Contoh
: Elaine mengatakan pada anda bahwa dia baru saja mendapat promosi jabatan dan
dia merasa senang. Kemungkinan besar kemudian anda m,encoba untuk menilai
tujuannya. Apakah artinya dia ingin anda untuk menggunakan pengaruh anda pada
presdir ? Apakah dia terlalu senang dengan promosi tersebut dan memberitahu setiap
orang ? Atau ia mengharapkan pujian ?
 Kadang di situasi lain evaluasi anda sifatnya lebih pada analisis kritis.
 Dalam evalusi, usahakan untuk :
1. Jangan lakukan evalusi sampai anda benar-benar mengerti sudut pandang pembicara.
2. Selalu asumsikan bahwa pembicara adalah orang dengan niat yang baik, dan jika
anda ragu, maka anda boleh meminta klarifikasi pada info-info yang kira-kira tidak dapat
anda terima
3. Anda harus bisa membedakan mana yang fakta, mana yang merupakam kesimpulan,
opini, atau interpretasi personal dari pembicara.
4. Anda harus mampu mengidentifikasi adanya bias, kepentingan pribadi, atau prejudis
yang mungkin membawa pembicara memandang sebuah masalah menjadi tidak adil
PROSES MENDENGAR (THE
LISTENING PROCESS)
 Ad. 5 Responding ( Merespon) :

 Merespon dapat dibagi menjadi 2 fase :


 Respon-respon yang anda buat ketika pembicara sedang / masih
berbicara.
 Respon-respon yang anda buat setelah pembicara berhenti berbicara.
 Respon-respon tersebut tidak lain adalah feedback.
 Respon : informasi yang anda sampaikan kepada pembicara ; informasi
tersebut dapat memberitahu pembicara bagaimana perasaan anda dan
apa yang anda pikirkan tentang pesan yang ia sampaikan.
 Respon yang anda berikan atau buat haruslah suportif dan harus
menandakan bahwa anda mendengarkan pembicara.
 Respon-respon ini meliputi lambang-lambang non verbal yang biasa disebut
“Back Channeling Cues”, Seperti : “ I see”, “ Yes”, “Uh-huh”, dan sinyal-sinyal
lainnya yang membuat pembicara tahu anda sedang mendengarkan.
PROSES MENDENGAR (THE
LISTENING PROCESS)
 Dalam merespon, usahakan untuk :
1. Bersikap suportif dengan memvariasikan back
channeling cues anda !
2. Ekspresikan dukungan untuk pembicara dalam respon
akhir anda.
3. Jujurlah : pembicara berhak untuk mengharapkan
respon yang jujur, bahkan jika respon itu mengekspresikan
ketidaksetujuan.
 Miliki respon anda sendiri : Nyatakan pemikiran dan
perasaan anda sebagai milik anda sendiri, dan gunakan
“pesan saya” (I Message). Cth : lebih baik katakan “ Saya
pikir proposal baru itu lebih besar biayanya ketimbang
yang lama.” Daripada anda menggunakan “Orang-
orang” akan keberatan pada proposal itu, terlalu mahal !”
“Active listening “
merupakan keahlian
berkomunikasi
Yang dapat menolong
orang
memecahkan masalahnya
ACTIVE LISTENING
 ACTIVE LISTENING (MENDENGARKAN AKTIF)

 Proses mengirim kembali pesan kepada


pembicara, tentang apa yang dipikirkan
oleh pendengar mengenai maksud
pembicara, baik makna nyata maupun
makna terselubung.
 Tidak hanya sekedar mengulang kata-kata
pembicara.
TUJUAN ACTIVE LISTENING
Tujuan active Listening :
 dapat mengecek seberapa akurat anda
mengerti apa yang diucapkan dan
dimaksudkan pembicara.
 Artinya anda mengekspresikan penerimaan
anda pada perasaan pembicara
 Anda dapat membuat pembicara secara
lebih cepat dan jauh tahu mengenai apa
yang ia pikirkan dan rasakan.
Poor
listening habits

1. Tidak berkonsentrasi penuh


pada pembicaraan
2. Menunggu kesempatan untuk “MASUK”
3. Memotong pembicaraan
4. Hanya mendengarkan apa yg
diharapkan
5. Terpaku pada hal-hal yang
tidak
disepakati
MENINGKATKAN
KETERAMPILAN
MENDENGARKAN (ACTIVE
LISTENING).

1. Konsentrasi pada apa yang dikatakan


2. Hindari mengevaluasi terlalu dini
3. Mencoba melihat dari kacamata orang lain/berempati
4. Tunjukkan pemahaman Anda
5. Perjelas dan ulangi ungkapannya dengan kata kata lain.
6. Jangan memotong pembicaran jika belum lengkap
diutarakan.
MENINGKATKAN
KETERAMPILAN
MENDENGARKAN (ACTIVE
LISTENING).

7. Jangan membuat kesimpulan jika


pembicaraan belum selesai
8. Berikan jeda sedikit sebelum
mengajukan pertanyaan.
9. Jangan mendebat, berusaha
mengkoreksi, menginterogasi,
atau terlalu menasihati.
MENINGKATKAN KETRAMPILAN
MENDENGARKAN AKTIF (ACTIVE LISTENING)

10. Ulangi kembali maksud si pembicara


11. Coba ekspresikan pengertian anda
mengenai perasaan pembicara
12. Ajukan pertanyaan.
Berkomunikasi dengan
Penyandang Disabilitas
(Difabel)
Rekomendasi Umum untuk
Berkomunikasi dengan Penyandang
Disabilitas (Difabel)
 Bicara dengan cara yang sama dengan teman-teman yang lain,
gunakan nada suara yang normal (tidak usah berteriak).
 Tidak usah terlalu self-Conscious terkait dengan penggunaan kata,
contoh: “Kamu lihat kan maksud saya?” (ketika berbicara dengan
teman-teman dengan vision impairment.
 Bicara layaknya orang dewasa dan bicara langsung kepada
mereka (ketimbang dengan orang yang menemani mereka).
 Tanyakan pada mereka apakah mereka membutuhkan bantuan.
Jangan langsung berasumsi, tunggu mereka meminta tolong.
 Hati-hati dengan penggunaan kata. Jangan gunakan kata
“cacat”. Gunakan kata disabilitas atau difabel.
 Ketika berbicara dengan teman-teman penyandang disabilitas,
penting untuk memastikan bahwa anda menggunakan strategi
komunikasi yang efektif. Ini termasuk duduk atau berdiri setara
(eye-level) dengan mereka dan pasyikan anda melakukan kontak
mata yang pantas.

http://www.nln.org/professional-development-programs/teaching-resources/ace-d/additional-resources/communicating-with-
people-with-disabilities
Rekomendasi untuk Berkomunikasi
dengan Pasien dengan Limitasi
Mobilitas
 Ingat, ruang personal penyandang disabilitas termasuk
kursi roda, skuter, tongkat, walker dan alat bantu mobilitas
lainnya.
 Jangan mendorong atau menggerangkan kursi roda
seseorang atau memegang tangan seseorang tanpa
bertanya terlebih dahulu.
 Ketika berbicara dengan seseorang yang duduk di kursi
roda, maka Anda pun harus duduk dan pastikan anda
sejajar mata.
 Ketika menunjukkan arah pada orang dengan limitasi
mobilitas maka pertimbangkan jarak, kondisi cuaca dan
rintangan fisik seperti tangga, dsb.
 Berjabat tanganlah ketika Anda diperkenalkan dengan
mereka. Bahkan orang yang memiliki keterbatasan tangan
atau bahkan tangan tiruan juga dapat berjabat tangan.

http://www.nln.org/professional-development-programs/teaching-resources/ace-d/additional-resources/communicating-with-
people-with-disabilities
Rekomendasi untuk Berkomunikasi
dengan Pasien yang Kehilangan
Penglihatan
 Perkenalkan diri Anda ketika Anda mendekati orang yang memiliki penglihatan
yang tidak baik atau bahkan hilang. Perkenalkan siapaun yang sedang bersama
Anda.
 Jika orang tersebut menggunakan kacamata, pastikan bahwa kacamata ada dan
dapat dipergunakan olehnya.
 Sentuh tangannya perlahan ketika Anda berbicara sehingga dia tau dengan siapa
dia berbicara.
 Berhadapan dan bicaralah lansung dengan menggunaka nada suara yang normal
(jangan berteriak)
 Jelaskan ketika Anda akan meninggalkan ruangan atau tempat
 Ketika memberikan arah jalan, sepsifiklah. Contoh ke kiri 2 lankah atau 2 meter.
Gunakan arah jarum jangan jika mereka familiar, contoh: “Pintu kamar mandi di
jam 10 kamu).
 Ketika kamu menawarkan bantuan untuk mereka yang kehilangan penglihatan,
maka izinkan mereka memegang lengan anda. Ketika Anda mendampingi mereka
duduk maka maka letakkan tangannya di bagian sandaran kursi.
 Jika mereka didampingi oleh hewan peliharaan mereka atau service animal maka
jangan mengelus-ngelus hewan tersebut kecuali pemiliknya telah memberikan izin
pada Anda
http://www.nln.org/professional-development-programs/teaching-resources/ace-d/additional-resources/communicating-with-
people-with-disabilities
Rekomendasi untuk Berkomunikasi
dengan Pasien yang Kehilangan
Pendengaran
 Tanyakan pada mereka (yang sulit mendengar, tulna rungu atau tuna
rungu dan tuna netra) pilihan komunikasi seperti apa yang mereka
inginkan, hal ini untuk meminimalisir background noise & gangguan
 Jika ia menggunakan alat bantu pendengaran, maka pastikan itu ada
atau tersedia dalam kondisi baik dan dipergunakan
 Jika Anda menggunakan penterjemah bahasa isyarat, maka pastikan
anda untuk sesekali berhenti, sehingga penterjemah juga memiliki
waktu untulk menterjemahkan secara lengkap dan akurat
 Bicara langsung kepada orang yang didampingi oleh penterjemah,
jangan berbicara hanya pada penterjemah, bahkan ketika pasien
Anda selalu menghadap penterjemahnya
 Sebelum memulai bicara, pastikan ia memperhatikan Anda. Dapatkan
perhatiannya, seperti dengan melambaikan tangan atau menyentuh
ringan).

http://www.nln.org/professional-development-programs/teaching-resources/ace-d/additional-resources/communicating-with-
people-with-disabilities
Rekomendasi untuk Berkomunikasi
dengan Pasien yang Kehilangan
Pendengaran
 Bicaralah tanpa menggunakan kata yang berlebihan. Jangan naikkan suara Anda,
kecuali jika Anda diminta begitu. Bicaralah dalam nada yang normal dan jangan
berteriak.
 Jika orang tersebut dapat membaca gerak bibir, maka berhadapanlah dengannta
dan jauhkan segala sesuatu yang menghalangi mulut Anda. Pertahankan kontak
mata. Jangan membalikkan badan atau berjalan ketika Anda bicara.
 Akomodir mereka untuk berbicara secara tertulis. Tetapi pastikan Anda berdua
saling memahami bahasa tertentu yang dituliskan.
 Antisipasi, bawha hanya 30% membaca gerakan bibir yang dapat dimengerti, dan
sangat tergantung dari level kesulitan pemilihan kata dan kalimat. Jadi siapkan diri
untuk mengulang kembali informasi jika diperlukan.
 Minta respon atau timbal balik mereka atau minta mereka mengulang apa yang
telah anda bicarakan. Hal ini berguna untuk mengetahui tingkat pemahamannya.
 Jika Anda tidak memahami apa yang dia katakan, minta mereka untuk mengulang
atau menuliskannya. Jangan berpura-pura mengerti

http://www.nln.org/professional-development-programs/teaching-resources/ace-d/additional-resources/communicating-with-
people-with-disabilities
Rekomendasi untuk Berkomunikasi
dengan Pasien yang Kesulitan Bicara
(Speech Disability)
 Bicara layaknya Anda berbicara dengan orang lain. Jangan berteriak
 Sabar, karena mereka membutuhkan waktu tambahan untuk berkomunikasi. Jangan
bicara atas namanya atau melengkapi kalimatnya.
 Berikan mereka konsentrasi yang tidak terbagi. Hilangkan kemungkinan adanya gangguan
dari lingkungan untuk berkomunikasi.
 Jika ia menggunakan alat komunikasi khusus, seperti amnual.electronic communication
board, maka tanyakan mereka bagaimana cara terbaik untuk menggunakannya.
 Jangan pura-pura paham jika Anda tidak paham. Katakan pada mereka dan minta
mereka untuk mengulang, eja, katakan dengan cara lain atau tuliskan. Selalu gunakan
gestur tangan dan buku catatan.
 Ulangi pemahaman Anda dan catat bagaimana reaksi merea, ini dapat menjadi indikasi
apakah ia benar mengerti atau tidak..
 Kembangkan strategi komunikasi spesifik yang konsisten dengan kemampuannya;
mengaangguk atau menggeleng atau berekedip untuk mengindikasikan setuju atau tidak
setuju
 Untuk mendapatkan informasi dengan cepat, maka ajukan pertanyaan pendek yang
membutuhkan jawaba singkatn bahkan juga hanya dengan mengangguk atau
menggeleng. Jangan menghina kecerdasan nya dengan melakukan oversimplifikasi.

http://www.nln.org/professional-development-programs/teaching-resources/ace-d/additional-resources/communicating-with-
people-with-disabilities
Rekomendasi untuk Berkomunikasi dengan
Pasien yang Mengalami Disabilitas
Kecerdasan, Kognitif atau Perkembangan
 Perlakukan orang dewasa penyandang disabilitas Intelektual,
kognitif dan perkembangan juga sebagai orang dewasa.
 Sesuaikan metode komunikasi sesuai keadaan dan
tergantung respon yang ia berikan. Gunakan kalimat
sederhana dan langsung, gunakan bentuk komunikasi visual
pelengkap seperti gerak tubuh, digarma dan demonstrasi jika
diindikasikan perlu.
 Gunakan bahasa yang konkrit dan spesifik. Hindari bahasa
yang abstrak dan penyederhanaan bahasa. Jika
memungkinkan maka gunakan kata-kata yng anda berdua
dapat lihat. Hindari menggunakan kata-kata direksional seperti
“ kiri, kanan, timur barat)
 Siap-siap untuk mengulang informasi yang sama lebih dari satu
kali.
http://www.nln.org/professional-development-programs/teaching-resources/ace-d/additional-resources/communicating-with-
people-with-disabilities
Rekomendasi untuk Berkomunikasi dengan
Pasien yang Mengalami Disabilitas
Kecerdasan, Kognitif atau Perkembangan
 Ketika bertanya, rangkai kalimat tanpa ada mengarahkan
jawaban mereka. Mereka dapat mengatakan apa yang
mereka inginkan.
 Berikan instruksi yang detil dan stepat. Contoh: anda akan
meilihat bidan pada pukul 10.30 pagi. Jangan gunakan
kalimat seerti ini “10 menit lagi ya).”
 Hindari memberikan arah terlau banyak dalam satu waktu,
karena dapat menyebabkan bingung. Hilangkan gangguan
dan noise jika memungikinkan
 Hindari Sensory overloas denngan menyediakan informasi
secara bertahap dan jelas.
 Sediakan lembar tertulis/verbal dan sediakan/sesuaikan
dengan preferensi dirinya.

http://www.nln.org/professional-development-programs/teaching-resources/ace-d/additional-resources/communicating-with-
people-with-disabilities
Rekomendasi untuk Berkomunikasi dengan
Pasien yang Pasien Psikiatrik/Penyandang
Disabilitas Mental
 Dekati dan bicara layaknya anda bicara dengan orang
lain. Bicara secara langsung dan Gunakan komunikasi
yang jelas dan sederhana
 Perlakukan orang dewasa sebagai orang dewasa.
Jangan merendahkan atau mengancam ketika
berbicara dengan mereka
 Jangan membuat keputusan untuk mereka atau
mengasumsikan bahwa Anda mengetahui pilihannya.
 Bersalaman dengan mereka jika dipekernalkan.

http://www.nln.org/professional-development-programs/teaching-resources/ace-d/additional-resources/communicating-with-
people-with-disabilities
Rekomendasi untuk Berkomunikasi dengan
Pasien yang Pasien Psikiatrik/Penyandang
Disabilitas Mental
 Kontak mata dan sadar akan apa yang
diberitahukan oleh tubuh. Penyandang disabilitas
psikiatrik/mental dapat merasakan
ketidaknyamanan anda
 Jangan belagak ngga ngerti, minta mahasiswa
untuk mengulani kembali.berjalan satu sama
kinDo not pretend to understand if you do not. Ask
the person to repeat what was said. Be patient,
flexible, and supportive.
 Recognize that a person with psychiatric/mental
health disabilities often has the same wants,
needs, dreams, and desires as anyone else.
Rekomendasi untuk Berkomunikasi dengan
Pasien yang Pasien Psikiatrik/Penyandang
Disabilitas Mental
 Kontak mata dan sadar akan apa yang
diberitahukan oleh tubuh. Penyandang disabilitas
psikiatrik/mental dapat merasakan
ketidaknyamanan anda
 Jangan belagak ngga ngerti, minta mahasiswa
untuk mengulani kembali.berjalan satu sama
kinDo not pretend to understand if you do not. Ask
the person to repeat what was said. Be patient,
flexible, and supportive.
 Recognize that a person with psychiatric/mental
health disabilities often has the same wants,
needs, dreams, and desires as anyone else.
Rekomendasi untuk Berkomunikasi dengan
Pasien yang Pasien Psikiatrik/Penyandang
Disabilitas Mental
 Kontak mata dan sadar akan apa yang
diberitahukan oleh tubuh. Penyandang disabilitas
psikiatrik/mental dapat merasakan
ketidaknyamanan anda
 Jangan belagak ngga ngerti, minta mahasiswa
untuk mengulani kembali. jangan berpura-pura
tidak mengeri apa yang sedang dibicarakan.
Sabar, fleksibel dan suportif
 Kenali bahwa orangd engan disbalitas
psikiatrik/kesehatan mental juga memiliki
kemauan, kebutuhan, dan hasrat sama seperti
orang lain.
Daftar Pustaka
Utama:
 Psikologi ibu dan anak untuk kebidanan, Mansur, Herawati (jakarta,salemba Medika, 2014)
 Psikologi Kesehatan Wanita (Remaja, Menstruasi, Menikah, hamil, Nifas dan Menyusui).
Nirwana, Ade Benih (Yogyakarta, Nuha Medika, 2011)
 Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu dan Anak. Bahiyatun (Jakarta, EGC,2011)
 Psikologi Kebidanan: Analisis Perilaku Wanita untuk Kesehatan. Dahro, Ahmad (Jakarta:
Salemba Medika,2012)
 Pengantar Psikologi untuk Kebidanan. Pieter,Herri Zan dan Lubis (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2016)
 Marmi & Margiyati (2017). Pengantar Psikologi Kebidanan; Buku Ajar Psikologi Kebidanan.
Yogyakarta :Pustaka Pelajar
 Drozˇd¯ek & Wilson (2007). Voices of Trauma Treating Psychological Trauma Across Cultures.
USA: Springer Science
 Wagner, Barry (2009). Suicidal behavior in children and adolescents. USA: Yale University

Pendukung
 Sobur, Alex (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
 Kartono, Dr. Kartini (1996). Psikologi Umum. Bandung: Penerbit Mandar Maju

Anda mungkin juga menyukai