Anda di halaman 1dari 27

MODUL

ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN KONDISI R


SEMESTER VI

KEHAMILAN AKIBAT
PEMERKOSAAN DAN
KDRT

DOSEN PENGAMPU : Fitriyani Pulungan,SST,M.Kes

Kelompok 3 (Tiga)
Yuwenda Anjar Rahma ( P07524419089)
Rina Novita Sinulingga ( P07524419078)

Ika Mutiya ( P07524419062)

KELAS : DIV/3B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI


MEDAN PRODI D-IV KEBIDANAN
T.A.2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN

1. Mata Kuliah : ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN KONDISI
RENTAN

2. Judul Modul : KEHAMILAN AKIBAT PEMERKOSAAN DAN KDRT


3. Penyusun Modul :
- YUWENDA ANJAR RAHMA (P0752441989)
- RINA NOVITA SINULINGGA (P07524419078)
- IKHA MUTYA (P0752441962)
4. Institusi :POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
5. nomor pustaka :-

Medan, februari 22
Mengetahui,

Direktur Poltekkes Kemenkes Medan Ketua Jurusan Kebidanan Medan

Dra.Ida Nurhayati,M,Kes Betty Mangkuji,SST,M.Keb


NIP:1966091019940320001 NIP:1967711101993032002

i
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI KEBIDANAN MEDAN

VISI:
Menghasilkan lulusan D-IV Kebidanan yang mampu berwirausaha dengan pendekatan asuhan
kebidanan holistik berbasis kearifan lokal di Tingkat Nasional dan Siap Bersaing di Tingkat
Internasional pada Tahun 2024.

MISI:
1 ) ·Menyelenggarakan pendidikan D-III, D-IV dan Profesi Kebidanan yang memiliki daya saing di
tingkat nasional dan siap bersaing di tingkat internasional sesuai dengan perkembangan IPTEK.
2 ) · Melakukan penelitian (evidance based) dalam Kewirausahaan dengan pendekatan Asuhan
Kebidanan Holistik berbasis Kearifan Lokal.
3 ) · Melaksanakan pengabdian masyarakat bermitra dengan stake holder khususnya dalam
Kewirausahaan pendekatan Asuhan Kebidanan Holistik berbasis Kearifan Lokal.
4 ) · Menjalin kerjasama dengan pihak terkait untuk meningkatkan kualitas lulusan serta mampu
berwirausaha dengan pendekatan Asuhan Kebidanan Holistik berbasis Kearifan Lokal.

ii
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkah
dan karunia-Nyalah penyusunan dapat menyelesaikan modul mata kuliah Asuhan
Kebidanan.

Modul ini disusun dengan sebagai referensi dan bahan belajar untuk
mahasiswa program pendidikan DIV Kebidanan.

Peyusunan mengucapkan terimakasih atas berbagai bantuan baik material


maupun materal dan pihak atas keberhasilan penyusunan modul ini.

Mudah-mudahan modul ini dapat digunakan secara efektif dan dapat menjadi
media yang dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan memberikan
Keterampilan Dasar Kebidanan bagi mahasiswa program DIV Kebidanan.

Tim
Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i

VISI DAN MISI.....................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
PENDAHULUAN…...............................................................................................1
PETUNJUK BELAJAR…....................................................................................3
KEGIATAN BELAJAR :
KEHAMILAN AKIBAT PEMERKOSAAN DAN KDRT................................4
Tujuan Pembelajaran Umum........................................................................4
Tujuan Pembelajaran Khusus.......................................................................4
Pokok-Pokok Materi....................................................................................4
Uraian Materi...............................................................................................5
Tes Formatif...............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

iv
Kehamilan bagi pasangan suami istri yang memang mendambakannya
merupakan berita bahagia yang akan mempererat hubungan pasangan tersebut.
Kehamilan adalah suatu proses alamiah yang terjadi sebagai suatu bertemunya
sperma dengan ovum atau dengan kata lain dibuahinya sel telur oleh sperma.
Proses alamiah itu akan menjadi suatu kebahagiaan tersendiri apabila telah
direncanakan sebelumnya artinya bukan merupakan suatu kelalaian, suatu
keterpaksaan atau bahkan suatu akibat perkosaan.Namun demikian sering terjadi
sebaliknya, kehamilan seoranTGg perempuan justru membawa malu bagi wanita
yang bersangkutan, karena kehamilan tersebut terjadi akibat hubungan terpaksa
atau perkosaan.
KDRT merupakan issue yang sangat fenomenal dewasa ini, banyak kasus
dilaporkan ke pihak kepolisian terkait adanya praktik KDRT di masyarakat.
KDRT berdampak pada masalah kesehatan reproduksi, beberapa kasus di
masyarakat korban KDRT adalah ibu hamil, sehinga mempengaruhi kondisi
kehamilannya. Hal yang perlu diperhatikan lagi adalah dampak perilaku KDRT
secara psikologis yang akan mengganggu kesehatan secara mental.

1
Modul ini terdiri dari 2 kegiatan belajar dan setiap kegiatan belajar sedikit
dibutuhkan waktu 60 menit untuk mempelajarinya.

1. Kegiatan belajar 1 : KDRT

2. Kegiatan belajar 2 : Kehamilan akibat peerkosaan

2
PETUNJUK BELAJAR

Sebelum memulai mempelajari modul pembelajaran ini, dianjurkan agar


membaca do’a terlebih dahulu menurut agama dan kepercayaan masing-masing
agar mendapat keberkatan ilmu.

1. Bacalah uraian dan contoh pada kegiatan belajar secara global. Tujuan
untuk mengetahui pokok-pokok pikiran yang diuraikan dalam kegiatan
belajar ini.
2. Setelah anda mengetahui garis besar pokok-pokok pikiran dalam materi
uraian ini, baca sekali lagi secara lebih cermat. Membaca secara cermat
bertujuan untuk mengetahui pokok-pokok pikiran dari setiap sub pokok
bahasan.
3. Untuk memudahkan anda mencari kembali hal-hal penting seperti prinsip
dan konsep essensial, beri tanda pada konsep dan prinsip penting.
Kemudian anda cari hubungan antara konsep tersebut, sehingga anda
memiliki konsep
4. Bila anda merasa belom yakin dalam membaca uraian pada kegiatan
belajar ini, ulangi lagi membaca materi kegiatan belajar sekali lagi
5. Pelajari cara menyelesaikan soal pada contoh-contoh soal yang diberikan
pada kegiatan belajar ini,caranya adalah sebagai berikut inu :
a. Baca soal yang anda kerjakan
b. Analisis materi dalam soal ini dengan menuliskan apa – apa saja yang
diketahui dalam soal ini.
c. Cari permasalahan atau pertanyaan dari soal tersebut
d. Buat kerangka rencana soal tersebut dengan menuliskan konsep yang
diperlukan dan cari hubungan antarkonsep tersebut.
e. Tuliskan hasil jawaban anda pada akhir penyelesaian soal.

3
Kegiatan Belajar 1

KDRT

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, anda diharapkan dapat memahami


tentang KDRT dengan benar.

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 1 anda akan mencapai


kemampuan untuk

1. Mahasiswa mampu menguraikan pengertian Kehamilan akibat pemerkosaan


dan KDRT.

2. Mahasiswa mampu menganalisis tentang Kehamilan akibat pemerkosaan dan


KDRT.

Pokok-pokok Materi

1. Kehamilan akibat pemerkosaan


2. KDRT

4
KEHAMILAN AKIBAT PEMERKOSAAN
&
KDRT

A. Pengertian Pemerkosaan

Pemerkosaan adalah suatu tindakan kriminal disaat si korban dipaksa untuk


melakukan hubungan seksual,khususnya penetrasi dengan alat kelamin,di luar
kemauannya sendiri.Istilah pemerkosaan dapat pula digunakan dalam arti kiasan,
misalnya untuk mengacu kepada pelanggaran yang lebih umum seperti
perampokan,penghancuran,penangkapan atas warga masyarakat yang terjadi pada
saat sebuah kota atau negara dilanda perang.

Pemerkosaan adalah suatu tindakan melakukan hubungan seks dengan orang


lain dengan cara memaksa demi mendapat kepuasan seksual yang
sementara.Pemerkosa yang umumnya adalah laki-laki / pria tidak hanya
mengincar perempuan dewasa saja,namun juga para gadis yang muda termasuk
anak dibawah umur yang terkadang menjadi korban.Agus Purwadianto
berpendapat bahwa perkosaaan merupakan istilah hukum,sehingga bila
didefinisikan perkosaan adalah persetubuhan yang dilakukan oleh seorang laki-

5
laki terhadap seorang wanita di luar pernikahan oleh kekerasan atau ancaman
kekerasan.

B. Kehamilan Akibat Pemerkosaan

Pemerkosaan merupakan kejadian yang amat traumatis untuk wanita yang


menjadi korban. Banyak korban perkosaan membutuhkan waktu lama untuk
mengatasi pengalaman ini, dan mungkin ada juga yang tidak pernah lagi dalam
keadaan normal seperti sebelumnya. Jika perkosaan itu mengakibatkan kehamilan,
maka pengalaman traumatis akan bertambah besar.

Pada dasarnya seorang wanita menjadi korban perkosaan karena kondisi fisik
maupun psikisnya yang lebih lemah daripada pria (pelaku perkosaan). Perkosaan
adalah pemaksaan terjadinya hubungan seks terhadap perempuan tanpa
persetujuan atau tanpa kehendak yang disadari oleh pihak perempuan.
Pemerkosaan adalah perbuatan yang sangat biadab, bukan saja dari segi
perbuatannya yang menjijikkan tetapi juga menimbulkan beban psikologis kepada
sikorban yang sulit disembuhkan, apalagi kalau sampai berakibat kehamilan pada
perempuan yang diperkosa.

Pola pikir sex bebas berdampak pada kasus Kehamilan Tidak Dikehendaki
(KTD) khususnya korban perkosaan, meskipun perkosaan merupakan kejahatan
seksual, jika ditinjau dari sisi wanitanya perkosaan sama sekali tidak sama dengan
perzinahan dan pergaulan seks bebas, karena perkosaan melibatkan pemaksaan
dan kekerasan. Dimana salah satu pihak, tidak memiliki kemauan untuk
melakukannya.

Hal ini membawa akibat buruk bagi korban, selain korban mengalami trauma
yang panjang, dia tidak dapat melanjutkan pendidikan, tidak dapat bersosialisasi
dengan lingkungannya. Begitu juga jika anaknya lahir, masyarakat tidak siap
menerima kehadirannya bahkan mendapat stigma sebagai anak haram yang tidak
boleh bergaul dengan anak-anak lain di lingkungannya serta menerima perlakuan
negatif lainnya.

6
Sementara jika digugurkan (aborsi), selain tidak ada tempat pelayanan yang
aman dan secara hukum dianggap sebagai tindakan kriminal, pelanggaran norma
agama, susila dan sosial. Kasus Kehamilan Tidak Dikehendaki (KTD) yang
berakhir dengan aborsi banyak di jumpai di Indonesia. Kehamilan di luar
nikah memiliki korelasi dengan kasus aborsi, artinya aborsi itu dilakukan karena
kondisi kehamilan yang diproduk melalui ikatan pergaulan remaja, baik yang
bermodus promiscultas (hubungan sex dengan berganti-ganti pasangan) maupun
karena kumpul kebo (samen leven).

Terdapat kecenderungan yang cukup tinggi untuk melakukan aborsi yang


disebabkan perbuatan perkosaan karena janin yang ditanggung tidak dikehendaki
untuk dilahirkan. Aborsi, diberbagai negara masih merupakan wacana yang
dilematis dan mengundang banyak perdebatan, apakah aborsi merupakan
kejahatan atau sebaliknya sebagai suatu hak yang harus dilindungi oleh hukum.

C. Dampak Kehamilan Akibat Pemerkosaan

1. Dampak fisik

 Masalah somatik
 Kesehatan fisik yang lebih buruk
 Nyeri kronis
 Komplikasi ginekologis
 Resiko lebih besar tertular HIV dan infeksi menular seksual

2. Dampak psikologis

 Ganguan jiwa seperti depresi,ganguan kepribadian,gangguan psikotik,dll


 Tekanan psikologis
 Gejala ganguan stres paska trauma
 Mengalami kegelisahan
 Perilaku menyakiti diri
 Pikiran bunuh diri dan dorongan untuk mengakhiri hidup
 Melakukan penyalahgunaan narkoba dan alkohol

7
3.Dampak sosial

 Sulit percaya pada orang lain


 Melakukan isolasi diri
 Ketakutan membina hubungan atau menjalin relasi secara

cepat Dan beberapa akibat/ dampak buruk pada korban pemerkosaan

a. Aborsi

b. Menjadi stress hingga mengalami ganguan jiwa

c. Cidera atau luka-luka akibat penganiayaan

d. Menjadi trauma pada laki-laki dan hubungan seksual

Diliat dari besarnya efek yang dapat ditimbulkan dari pemerkosaan


seharusnya seorang pemerkosa diberikan hukuman yang sangat berat dan
membuat jera seperti dicambuk,hukuman seumur hidup,dll.Untuk mencegah
terjadinya pemerkosaan hukum memang harus tegas dan memuat sanksi
pemerkosa.Disamping itu disekolah harus diajarkan mengenai pendidikan
seksologi yang baik dan sehat agar tidak terjadi kesalahan
eksperimen,ketidaktahuan,kepolosan,ketidakberdayaan dan sebagainya.

D. Hukum Terkait Issue Kesehatan Tentang Aborsi

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan


Reproduksi, menjelaskan dalam beberapa pasal yang membolehkan perempuan
untuk melakukan aborsi yang tujuannya untuk kepentingan medis dan terapi serta
pengobatan. Peraturan Pemerintah (PP) ini merupakan turunan dari Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan khususnya pada pasal 75,
menyatakan:

(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud dengan ayat 1

8
dapat dikecualikan berdasarkan :

9
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin yang
menderitakan penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi
tersebut hidup diluar kandungan; atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologi bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling / atau penasehatan pratindakan dan diakhiri
dengan pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan


perkosaan, sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dan (3) diatur
dengan peraturan pemerintah.

Dan aturan ini diperkuat dengan Pasal 77 Undang-Undang Nomor 36


Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang berisi:
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dan (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta
bertentangn dengan norma agama dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 mengenai tindakan aborsi yang


tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta
bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
E. Peran dan Wewenang Bidan

1. Bersikap dengan baik,penuh perhatian dan empati

2. Memberikan asuhan untuk menangani ganguan

kesehatannya,misalnya mengobati cidera,pemberian kontrasepsi

darurat
10
3. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya terjadi

4. Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis

5. Memberikan konseling dalam membuat keputusan

6. Membantu memberitahu pada keluarga

11
A. Pengertian KDRT
Kekerasan dalam rumah tangga dapat terjadi pada siapa saja, masalah
ini masih sering tertutup atau ditolak, khususnya ketika kekerasan berupa
psikis dibandingkan dengan kekerasan secara fisik.Tak ada seorangpun yang
mau hidup dalam kekhawatiran pada orang yang dicintai.
Kekerasan yang terjadi di rumah tangga dikenal dengan kekerasan
pasangan terjadi saat seseorang di dalam hubungan intim atau pernikahan
mencoba mendominasi atau mengontrol terhadap orang lain, kekerasan
tersebut dapat berupa kekerasan fisik dan lebih dikenal dengan istilah
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
KDRT digunakan untuk satu maksud yaitu mendapatkan dan
mempertahankan kontrol secara keseluruhan terhadap pasangan. Seorang
pelaku kekerasan membuat pasangannya berada dalam kondisi kecemasn,
merasa bersalah, terintimidasi sehingga pasangannya merasa terpukul dan
berada dibawah perintahnya. Pelaku kekerasan juga mengancam, melukai
pasangan atau melukai orang-orang disekitar pasangan tersebut.

KDRT terjadi di berbagai kondisi, terjadi pada pasangan heteroseksual


dan hubungansesama jenis.Terjadi pada semua rentang, baik usia, latar belakang
etnis, maupun tingkat ekonomi. Secara umum kekerasan terjadi pada
perempuan, tetapi juga terjadi pada laki-laki khususnya secara verbal dan
emosional walau
12
terkadang ada pula berbentuk fisik. Hal yang perlu digaris bawahi bahwa perilaku
kekerasan tidak bisa diterima apapun itu, baik dari laki- laki, perempuan, usia
muda atau usia tua. Setiap manusia harus merasa aman, berharga, dan dihormati.

B. Tanda KDRT
Tidak mungkin untuk mengetahui dengan pasti apa yang terjadi di
belakang suatu rumah tangga, tetapi ada beberapa tanda dan gejala petunjuk
dari KDRT, baik fisik maupun psikis .Jika Anda menyaksikan adanya tanda
dari kekerasan terhadap teman, keluarga, atau staf, selamatkan mereka.

 Tanda umum dari KDRT


a. Terlihat takut atau cemas untuk menyenangkan pasangan mereka.
b. Menyetujui apapun yang dikatakan atau dilakukan oleh pasangan.
c. Sering melaporkan kepada pasangan dimana dan apa yang dilakukan.
d. Sering menerima telepon yang mengganggu dari pasangan .
e. Membicarakan temperamen pasangannya, kecemburuannya dan
possessive.

 Tanda dari kekerasan fisik


a. Mengalami cedera yang sering tetapi harus dibedakan dengan
“kecelakaan”.
b. Menggunakan pakaian yang dirancang untuk menutupi memar atau
goresan.

 Tanda dari menutup diri


a. Dibatasi dari bertemu keluarga dan teman.
b. Jarang pergi ke tempat umum tanpa pasangannya.
c. Akses terbatas terhadap uang, kartu kredit dan kendaraan.

C. Tanda dari suatu hubungan yang mengalami kekerasan


Tanda yang paling sering digambarkan adalah takut terhadap perilaku
pasangan misalnya menganggap kecil peran pasangan, melaksanakan apa
yang diinginkan pasangan, mengontrol kehidupan pasangan, tidak membantu
dan membuat pasangan putus asa.
Untuk menentukan apakah hubungan tersebut adalah kekerasan,
jawablah pertanyaan di bawah ini, apabila jawabannya banyak Ya, hal ini
menunjukkan adanya suatu hubungan yang mengalami kekerasan.
a. Di dalam pikiran atau perasaan

13
 Sering merasa takut terhadap pasangan.
 Menghindari Topik tertentu karena takut membuat marah pasangan.
 Percaya bahwa perempuan layak disakiti atau diperlakukan tidak
baik.
 Anda adalah seseorang yang gila.
 Secara emosional merasa kaku atau tidak berdaya.

b. Perilaku Pasangan yang merendahkan


 Menghina atau meneriaki.
 Mengkritik atau merendahkan.
 Memperlakukan perempuan secara buruk yang membuat malu
apabila terlihatoleh teman dan keluarga.
 Mengabaikan atau merendahkan opini atau prestasi.
 Menyalahkan perempuan terhadap perilaku kekerasannya.
 Melihat perempuan sebagai barang atau objek seks
dibandingkan sebagaiseorang manusia.
c. Ancaman atau perilaku kekerasan pasangan
 Mempunyai temperamen yang buruk atau tidak bisa diprediksi.
 Melukai atau mengancam untuk melukai atau membunuh.
 Mengancam perempuan berupa menjauhkan anak atau
membahayakan anak-anak.
 Mengancam untuk bunuh diri jika pasangannya meninggalkannya.
 Memaksa perempuan untuk berhubungan seksual.
 Merusak apa yang perempuan miliki.

d. Perilaku mengontrol pasangan


 Berperilaku possesive atau cemburu yang berlebihan.
 Mengontrol kemana pasangannya pergi dan apa yang dilakukannya.
 Mejauhkan pasangan dari teman dan keluarga.
 Membatasi akses keuangan, telepon atau kendaraan.
 Sering mengecek keberadaan pasangan.

D. Perlakuan kasar secara seksual adalah bentuk dari perlakuan kasar


secara fisik

Pada situasi apapun dimana Anda terpaksa untuk melakukan aktivitas


seksual yang tidak aman, tidak diinginkan, kondisi ini disebut perlakuan
kasar secara seksual.Hubungan seksual yang terpaksa karena pasangan
adalah suatu tindakan kekerasan, oleh karena itu, orang yang pasangannya
melakukan perlakuan kasar secara fisik dan seksual memiliki risiko tinggi
untuk terluka secara serius atau terbunuh.

14
E. Kekerasan emosional

Tujuan dari kekerasan emosional adalah menjauhkan perasaan


seseorang dari ketidaktergantungan jika Anda korban dari perlakuan kasar
emosi, anda merasa bahwa tidak ada jalan dalam hubungan tersebut, atau
tanpa pasangan pelaku kekerasan kasar , anda tidak berarti.
Kekerasan emosi termasuk perlakuan kasar secara verbal seperti
berteriak/bersorak, memanggil nama dengan nama yang tidak
baik,menyalahkan dan membuat malu. Perilaku mengisolasi, intimidasi dan
mengontrol juga merupakan kekerasan emosi.Pelaku kekerasan emosi akan
mengarah pada perilaku kasar secara fisik.

F. Perilaku kekerasan adalah pilihan pelaku

Meskipun banyak orang percaya, KDRT dan perilaku kasar bukanlah


karena kehilangan kontrol dari pelaku terhadap pasangan, pada kenyataanya
perilaku kekerasan adalah pilihan sengaja yang dibuat oleh pelaku terhadap
pasangannya.
G. Hukum tentang KDRT
Bagi korban KDRT undang-undang telah mengatur akan hak-hak
yang dapat dituntut kepada pelakunya, antara lain :
 Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya maupun atas penetapan
perintah perlindungan dari pengadilan ;
 Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis ;
 Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban ;
 Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap
tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
 Pelayanan bimbingan rohani.
Selain itu korban KDRT juga berhak untuk mendapatkan pelayanan demi
pemulihan korban dari, tenaga kesehatan, pekerja sosial, relawan pendamping
dan/atau pembimbing rohani. (vide, pasal 10 UU No.23 tahun 2004 tentang
PKDRT.

15
Dalam UU PKDRT Pemerintah mempunyai kewajiban, yaitu :
a).Merumuskan kebijakan penghapusan KDRT ;
b). Menyelenggarakan komunikasi, informasi dan edukasi tentang KDRT ;
c). Menyelenggarakan sosialisasi dan advokasi tentang KDRT ; dan
d). Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sensitif jender, dan isu KDRT
serta menetapkan standard dan akreditasi pelayanan yang sensitif gender.

UU No.23 tahun 2004 juga mengatur kewajiban masyarakat dalam PKDRT,


dimana bagi setiap orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) wajib melakukan upaya:
 Mencegah KDRT ;
 Memberikan perlindungan kepada korban ;
 Memberikan pertolongan darurat ; dan
 Mengajukan proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan ;
(vide pasal 15 UU PKDRT).
 H. Peran dan Wewenang bidan dalam KDRT

 Peran bidan dalam pencegahan kekerasan terhadap istri adalah
memberikan pendidikan tentang pencegahan kekerasan terhadap istri
kepada masyarakat, memberikan arahan pada kader. Sebagai penggerak,
bidan memberikan motivasi kepada masyarakat dan kader untuk
berpartisipasi dalam kegiatan yang bertujuan untuk pencegahan kekerasan
terhadap istri. Sebagai fasilitator, bidan berupaya untuk memfasilitasi
kegiatan di masyarakat. Sebagai advokat, bidan membantu masyarakat
menentukan pilihan dalam melakukan pencegahan kekerasan terhadap
istri. Sebagai perantara, bidan menjembatani masyarakat untuk
melaksanakan pencegahan kekerasan terhadap istri.

I. Pelaksanaan praktik

Setelah Anda mempelajari teori KDRT. Selanjutnya, Anda akan


mempelajari praktik mengidentifikasi KDRT.

1. Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan KDRT.

2. Persiapan Prosedur Kerja


Berikut persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan KDRT.

16
3. Alat dan Bahan
Menyiapkan alat :
 Alat tulis

4. Pelaksanaan Prosedur Kerja

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai


berikut :
:Mahasiswa tidak melaksanakan langkah kerja atau kegiatan secara
kompeten
:Mahasiswa mampu melaksanakan langkah kerja atau kegiatan secaratidakkom

Kasus
LANGKAH
1 2 3
1. Siapkan ruangan yang tertutup dan aman.
2. Beri salam dan sapa klien.
3. Mintalah untuk tenang dan berikan minum agar klien menjadi tenang.
4. Amati kondisi fisik, apakah ada luka atau memar di sekitar tubuh.
5. Bila ada luka, amati berat atau tidaknya luka, jika hanya luka ringan berupa
lecet, oleskan bethadin. Bila luka berat, rujuk ke dokter atau sarana
kesehatan yang lengkap.
6. Bila ada memar ( kurang 1 jam) berikan kompres dingin.
7. Ajaklah klien untuk berbicara setelah kondisinya tenang.
8. Tanyakanlah tentang kondisi perasaannya seperti:
- Sering merasa takut terhadap pasangan.
- Menghindari Topik tertentu karena takut membuat marah
pasangan.
- Percaya bahwa perempuan layak disakiti atau diperlakukantidak
baik.
- Merasa kaku atau tidak berdaya.
9. Tanyakan tentang perlakuan suaminya seperti
- Berperilaku possesive atau cemburu yang berlebihan.
- Mengontrol kemana klien pergi dan apa yang dilakukannya.
- Mejauhkan klien dari teman dan keluarga.
- Membatasi akses keuangan, telepon atau kendaraan.
- Sering mengecek keberadaan klien.

17
RANGKUMAN

KESIMPULAN
Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanaya paksaan baik
secara halus maupun kasar.Pemerkosaan terjadi tidak semata-mata karena ada kesempatan,namun
pemerkosaan dapat terjadi karena pakaian yang dikenakan korban menimbulkan hasrat pada
sipelaku untuk melakukan tindakan pemerkosaan,serta pemerkosaan bisa juga disebabkan karena
rendahnya rasa nilai,moral,asusila,dan nilai kesadaran agama yang rendah yang dimiliki pelaku
pemerkosaan.Hal ini akan menimbulkan dampak fisik,psikologis,serta sosial bagi perempuan
yang menjadi korban pemerkosaan.

Kekerasan yang terjadi di rumah tangga dikenal dengan kekerasan pasangan terjadi saat
seseorang di dalam hubungan intim atau pernikahan mencoba mendominasi atau mengontrol
terhadap orang lain, kekerasan tersebut dapat berupa kekerasan fisik dan lebih dikenal dengan
istilah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

SARAN
Pemerkosaan dan KDRT masalah yang harus dibenahi oleh kita semua dengan cara
menanamkan sikap dan perilaku kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat yang sesuai
dengan nilai-nilai moral, budaya, adat istiadat dan ajaran agama masing-masing serta
menindaklanjuti dengan penegakan hukum sesuai ketentuan dan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.

18
1. Bantuan apa saja yang bisa diberikan bidan/dokter dalam pemeriksaan
korban pemerkosaan, kacuali...
a. Mengungkap apakah betul korban seorang perempuan
b. Mengungkap apakah betul telah terjadi senggama
c. Mengungkap identitas korban yang disetubuhi
d. Mengungkap apakah betul telah terjadi kekerasan fisik

2. Dibawah ini merupakan tanda tidak langsung untuk membuktikan


adakah terjadinya persetubuhan...
a. Robeknya selaput darah akibat penetrasi penis
b. Terjadinya kehamilan
c. Lecet atau memar akibat gesekan-gesekan penis
d. Adanya sperma akibat ejakuasi

3. Seorang wanita datang ke bidan ingin melakukan aborsi setelah ditanya


lebih lanjut wanita tersebut dicabuli oleh pamannya sendiri.Tindakan yang
dilakukan bidan...
a. Bersikap empati
b. Membantu membalas dendam
c. Membantu memberitahu pada keluarga
d. Memberi dukungan

4. Seorang wanita datang ke bidan ingin melakukan aborsi setelah ditanya lebih
lanjut wanita tersebut dicabuli oleh pamannya sendiri.Kasus tersebut termasuk......
a. Berzina
b. Perbuat cabul
c. Inchest
d. Pemerkosaan

19
5. Hal apa saja kah yang dapat menyebabkan consent/izin dari seorang
wanita untuk melakukan senggama dikatakan tidak sah menurut hukum...
a. Izin di peroleh dengan cara tanpa paksaan
b. Izin di peroleh dengan cara paksaan
c. Izin di peroleh dengan cara tanpa tipu daya
d. Izin di peroleh dengan cara tanpa menciptakan ketakutan

6. Kekerasan sering terjadi karena didukung ideologi dan budaya seperti


berikut ini, kecuali ...
a. Istri dipersepsikan sebagai orang nomor dua (ke surga ikut, ke neraka terbawa)
b. Anak diwajibkan tunduk kepada orang tua, bila tidak menurut akan kena pukul
c. Dalam budaya paternalistik, istri harus tunduk kepada suami
d. Kekerasan terhadap istri dan atau anak merupakan tindak pidana (kejahatan)

7. Seorang wanita datang ke PMB bidan dengan tangisan yang tersedu-seduh


karena suaminya ketika marah sering memukulinya setelah itu wanita tersebut
melakukan konseling kepada bidan.Apa yang harus dilakukan bidan...
a. Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis
b. Bersikap cuek dan tidak peduli
c. Bersikap empati
d. Memberi dukungan

8. Seorang suami memaksa istrinya untuk bekerja melebihi kapasitasnya agar


suaminya mendapatkan uang banyak, kasus tersebut adalah bentuk kekerasan ...
a. Fisik
b. Emosional
c. Sosial
d. Ekonomi

20
9. Seorang wanita datang ke PMB bidan dengan tangisan yang tersedu-seduh
karena suaminya ketika marah sering memukulinya setelah itu wanita
tersebut melakukan konseling kepada bidan.Kasus tersebut termasuk…
a. KDRT
b. Perzinaan
c. Pemerkosaan
d. Kekerasan

10. Berikut ini yang merupakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
karena pengaruh budaya adalah ...
a. Budaya yang meyakini bahwa pria adalah superior dan wanita adalah inferior
b. Penafsiran ajaran agama yang membolehkan suami menguasai istrinya
c. KDRT disebabkan oleh perilaku istri
d. Pemukulan terhadap istri dengan alasan diperbolehkan oleh agama

JAWABAN
1. C
2. B
3. C
4. D
5. B
6. D
7. A
8. D
9. A
10. A

21
Nawati, N., & Nurhayati, F. (2018). Dampak Kehamilan Tidak Diinginkan
terhadap Perawatan Kehamilan dan Bayi (Studi Fenomenologi) di Kota Bogor.
Jurnal Kesehatan, 9(1), 21. https://doi.org/10.26630/jk.v9i1.729

Santoso, A. B. (2019). Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) terhadap


Perempuan: Perspektif Pekerjaan Sosial. Jurnal Pengembangan
Masyarakat Islam, 11(1). 39-57.

Sriwenda, Djudju dan dkk.2016.Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan.Jakarta


Selatan : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan

22

Anda mungkin juga menyukai