Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN RENTAN

Disusun Oleh :

1. Evi oktaviani ( 201560411008 )


2. Siti Indriyani ( 201560411032 )

STIKES MEDISTRA INDONESIA PROGRAM


STUDI S1 KEBIDANAN TAHUN
AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “ Kehamilan Dalam Berbagai Kondisi Ibu ”. Makalah ini di susun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah asuhan kebidanan rentan .

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih . Penulis
menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya laporan
ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khsusunya dan bagi
pembaca umumnya.

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang


menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa
hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana
(Rahmawati, 2012). Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang
normal, alami, dan sehat. Bidan meyakini bahwa model asuhan kehamilan
yang membantu serta melindungi proses kehamilan dan kelahiran normal
adalah yang paling sesuai bagi sebagian besar wanita. Sangat penting bagi
wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional yang sama
atau dari satu team kecil tenaga profesional, dengan begitu maka
perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik. Maka
dari itu, dilakukan asuhan kebidanan yang berkelanjutan berkaitan dengan
kualitas pelayanan dari waktu ke waktu yang membutuhkan hubungan terus
menerus antara pasien dengan tenaga profesional kesehatan. Layanan
kebidanan harus disediakan mulai pra konsepsi, awal kehamilan, selama
semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai enam minggu pertama
post partum (Pratami, 2014)

BAB II
PEMBAHASAN

1. Kehamilan dalam penjara

Narapidana wanita tentunya berbeda dengan narapidana pria, dimana


narapidana wanita mempunyai keistimewaan khusus yang dak dimiliki oleh
narapidana pria yaitu mempunyai siklus seperti menstruasi, hamil, melahirkan dan
menyusui. Kebutuhan spesifik perempuan ini seperti pemulihan kesehatan reproduksi,
keluarga berencana (KB), pelayanan untuk kehamilan serta masa melahirkan, dan
perawatan setelah mengalami kekerasan atau penyiksaan seksual. Hak-hak narapidana
wanita yang berhubungan dengan hal-hal tersebut sudah selayaknya dipenuhi dan
diperhatikan.

Narapidana wanita menghadirkan tantangan tertentu bagi pihak yang


berwenang atau mungkin karena mereka merupakan kelompok yang sangat kecil
dalam populasi Lapas. Narapidana wanita yang sedang hamil menjalankan proses
pembinaan di Lapas mempunyai hak yang lebih spesifik dan urgensinya lebih
mendalam selama masa kehamilannya. Tahanan perempuan menjadi objek yang
paling dekat dengan kerentanan tersebut.

Narapidana yang hamil memiliki hak yang sama dengan lainnya namun lebih
diperhatikan dengan diberikan susu ibu hamil dan makanan tambahan lainnya seperti
bubur kacang hijau ataupun bah. Narapidana yang hamil melakukan pemeriksaan
kehamilan di poliklinik. Makanan dengan gizi seimbang dibutuhkan oleh narapidana
yang sedang hamil untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan agar
tidak sakit dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan pastinya agar pertumbuhan
dan perkembangan janin baik dan sehat.

Pemberian makanan tambahan terhadap ibu dan bayi memang dilakukan di


lapas. Bagi ibu yang sedang hamil dan menyusui diberikan susu serta makanan
tambahn berupa bubur kacang hijau. Tambahan vitamin diberikan oleh dokter yang
ada di Lapas. Untuk narapidana perempuan yang melahirkan dibawa ke rumah sakit
(RS), karena di Lapas tidak terdapat bidan dan ibu melahirkan memiliki risiko lebih
tinggi.

A. Permasalahan sosial kehamilan dalam penjara

Wanita yang sedang dalam siklus reproduksi berupa kehamilan dan menjalankan
kehidupan sehari-hari dalam
penjara sebagai seorang narapidana
a. Hak-hak tambahan bagi wanita hamil sebagai narapidana
b. Berhak mendapatkan dispensasi untuk tidak mengikuti kegiatan olah raga
c. Berhak mendapatkan dispensasi untuk tidak mengikuti kegiatan kerja bakti
d. Berhak mendapatkan dispensasi terhadap kegiatan- kegiatan yang
membahayakan kesehatan si ibu maupun kandungannya.
e. Narapidana yang melahirkan di dalam penjara berhak untuk mengasuh atau
merawat anak yang dilahirkannya sampai berumur 2 tahun

Permasalahan yang terjadi pada wnaita hamil dalam penjara


a. Pemenuhan gizi kurang optimal
b. Minimnya fasilitas kesehatan
c. Belum ada tempat khusus bagi ibu hamil
d. Belum ada tempat khusus bagi bayi anak yang dilahirkan
e. Belum adanya pengaturan secara yuridis format dalam bentuk perundang-
undangan terkait hak reproduksi narapidana wanita hamil serta janin yang
dikandungnya

2. Single parent

Single parent adalah keluarga yang hanya ada satu orang tua tunggal, hanya
ayah atau ibu saja. Dampak single parent terhadap ibu antara lain beban ekonomi,
fungsi seksual dan reproduksi, hubungan dalam interaksi sosial.

Penanganan single parent antara lain:


a. Memberikan kegiatan yang positif Berbagai macam kegiatan yang dapat
mendukung anak untuk lebih bisa mengaktualisasikan diri secara positif antara
lain dengan penyaluran hobi, kursus sehingga menghindarkan anak melakukan
hal-hal yang positif negatif.
b. Memberi peluang anak belajar berperilaku baik Bertandang pada keluarga lain
yang harmonis memberikan kesempatan bagi anak untuk meneladani figur
orang tua yang tidak diperoleh dalam lingkungan keluarga sendiri.
c. Dukungan komunitas
Bergabung dalam club sesama keluarga dengan orang tua tunggal dapat
memberikan dukungan karena anak mempunyai banyak teman yang bernasib
sama sehingga tidak merasa sendirian.
Upaya pencegahan daripak negatif single parent meliputi:
a. Pencegahan terjadinya kehamilan di luar nikah.
b. Pencegahan perceraian dengan mempersiapkan perkawinan dengan baik
dalam segi psikologis, keuangan, dan spiritual.
c. Menjaga komunikasi dengan berbagai sarana teknologi informasi.
d. Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
e. Peningkatan spiritual dalam keluarga
A. sosial single parent

Single parent atau orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya terdiri dari
seorang ibu atau seorang ayah, secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa
dukungan, kehadiran, tanggung jawab pasangannya dan hidup bersama dalam satu
rumah. Penyebab perceraian, kematian dan KTD. Problematika orang tua tunggal
yaitu kesepian, terjebak dengan tanggung jawab pada anak. kekurangan waktu untuk
mengurus diri dan kehidupan seksualnya, kelelahan, rentan tertekan dan depresi,
masalah ekonomi dan masalah khusus pada orang tua tunggal wanita : kesulitan
mendapatkan pendapatan yang cukup, cenderung permasalhan ekonomi. Masalah
yang dihadapi pada single parent ancaman kesehatan, emosi labil, peran ganda dan
dampak bagi anak tumbang anak menjadi terganggu.

3. Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender (LGBT) Pengertian LGBT sebagai berikut:

a. Lesbian berarti seorang perempuan yang mencintai atau menyukai perempuan,


baik dari segi fisik ataupun dari segi seksual dan juga spiritualnya, jadi memang
hal ini sangatlah menyimpang
b. Gay adalah seorang laki-laki yang menyukai dan juga mencintai laki-laki, dan
kata-kata gay ini sering disebutkan untuk memperjelas atau tetap merujuk pada
perilaku homoseksual
c. Bisexual berbeda dengan kedua pengertian diatas karena orang bisexual itu
adalah orang yang bisa memiliki hubungan emosional danga seksual dari dua
jenis kelamin tersebut jadi orang ini bisa menjalin hubungan asmara dengan laki-
laki ataupun perempuan
d. Transgender adalah ketidaksamaan dari identitas gender yang diberikan kepada
orang tersebut dengan jenis kelaminnya,dan seorang transgender bisa termasuk
dalam orang yang homoseksual, biseksual, atau juga heteroseksual

Dari semua pengertian memiliki sebuah kesamaan yaitu mencari kesenangan


baik dari segi prikis ataupun psikologis dan mereka bisa melakukan hubungan dengan
sesama jenis, bukan melakukannya dengan lawan jenis seperti orang normal.

Kondisi LGBT adalah upaya yang tidak mudah dan bahkan setelahnyapun
bukan tanpa masalah, banyak persoalan dan risiko muncul ketika remaja muda mulai
terlibat dalam hubungan sejenis, untuk remaja pria kurangnya pengetahuan mengenal
risiko hubungan seks dapat menyebabkan mereka mudah terpapar HIV dan pelecehan
seksual dari yang lebih berpengalaman. Ketidaktahuan keadaan diri mereka juga bisa
menimbulkan gejolak sosial dan depresi. Pandangan masyarakat mengenai isu LGBT
masih beragam tergantung latar belakang budaya, agama, kelompok sosial, media,
keluarga, pergaulan sebaya, gender dan interaksi dengan 4 individu LGBT.

Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender di Indonesia masih merupakan hal yang


tabu khususnya bagi kelompok yang pemikirannya didasari agna. Sebagian besar
menghujat perilaku dan orientasi seksual kelompok LGBT. Ada juga sebagian
masyarakat bersikap netral, menerima keadaan LGBT namun tidak mendukung
LGBT melakukan kegiatan secara terbuka. Kelompok ini beranggapan semua orang
mempunyai hak yang sama untuk hidup, memenuhi hak-hak sebagai manusia namun
tetap mempertimbangkan konteks lokal. Sedangkan kelompok yang pendukung
adalah kelompok LGBT, para aktivis dan penggerak kesetaraan yang menginginkan
LGBT juga punya hak yang sama tanpa batasan dalam konteks apapun, termasuk
dalam perkawinan sejenis. Berdasarkan hak-hak reproduski, salah satunya adalah hak
untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari
pelecehan. perkosaan, kekerasan, penyiksaan seksual.

Pada umumnya kelompok LGBT yang terbuka di Indonesia masih mengalami


banyak kekerasan dan diskriminasi dalam kesempatan kerja dan tempat tinggal,
pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. LGBT sulit mengakses pekerjaan, terutama
pekerjaan di sektor formal, karena banyak pemberi kerja yang homophobic dan
karena lingkungan (pada umumnya) tidak ramah terhadap kaum LGBT. Sementara,
mereka yang berhasil mendapatkan pekerjaan juga kerap mengalami perlakuan
diskriminatif seperti dihina, dijauhi, diancam, dan bahkan mengalami kekerasan
secara fisik.

Dalam dunia kerja, kelompok LGBT yang masih tertutup, dalam situasi
tertentu masih dapat masuk ke dunia kerja tanpa diskriminasi berarti, hal sebaliknya
terjadi pada kelompok yang terbuka. Oleh karena itu LGBT yang terbuka lebih
banyak mengembangkan diri pada situasi pekerjaan yang tidak begitu terikat dengan
norma-norma seperti menjadi wirausaha mandiri. Sedangkan kelompok transgender
(waria) adalah kelompok yang paling banyak mendapatkan diskriminasi karena
penampilannya yang berbeda. Kelompok ini banyak mengembangkan diri pada
sektor-sektor informal seperti salon, industri kreatif, hiburan dan beberapa
diantaranya masuk dalam dunia prostitusi.

Kelompok LGBT umumya mengharapkan perlakuan yang lebih seimbang dan


adil dari pemerintah, mereka ingin orientasi seksual dan perilaku seksual tidak
menjadi hambatan bagi mereka dalam bermasyarakat, berkarya, berprestasi dan
berkontribusi dalam pembangunan. Masyarakat sendiri masih memiliki stigma terkait
dengan LGBT, khususnya akibat paparan media yang berlebihan dan tindak laku
LGBT itu sendiri yang mendatangkan kekhawatiran, seperti kasus HIV-AIDS, dan
kasus kejahatan seksual pada anak, ditambah lagi berlawanan dengan pemikiran yang
dilandasi agama.

A. Permasalahan sosial LGBT

LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) dahulu disebut


homoseksual merupakan ketertarikan seksual berupa disorientasi pasangan
seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbian untuk penderita
perempuan. Tidak hanya sebatas kontak seksual tetapi juga menyangkut individu
yang memiliki kecenderungan psikologis, emosional dan sosial terhadap seseorang
dengan jenis kelamin sama. Transgender adalah sesuatu yang meliputi banyak orang
dengan identitas yang spesifik. Perbedaan transgender dan transseksual, transgender
lebih mengarah kepada pembawaan seseorang yang berlainan dengan gender yang
semestinya, sedangkan transeksual mengacu pada orang yang mengubah kebiasaan
hidup dan orientasi seksnya secara biologis, berlawanan dengan yang dimilikinya
sejak lahir

Pandangan masyarakat mengenai LGBT masih beragam tergantung latar


belakang budaya, agama, kelompok sosial, media, keluarga, pergaulan sebaya, gender
dan interaksi dengan dengan individunya. Di Indonesia masih merupakan hal tabu dan
banyak yang menghujat, bahkan MUI sudah mengeluarkan fatwa menolak praktik
hubungan badan dan perkawinan sesame jenis. Praktik dan sikap terhadap kelompok
LGBT yaitu pada umumnya kelompok LGBT banyak mengalami kekerasan dan
diskriminasi baik dalam kesempatan kerja, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan
kesejahteraan. Hal tersebut terjadi karena lingkungan yang tidak ramah terhadap
kaum LGBT.

Pengembangan diri para LGBT terdapat pada sektor- sektor informal seperti
salon, industry kreatif, hiburan dan beberapa diantaranya masuk dalam dunia
prostitusi Permasalahan yang terjadi dimasyarakat terhadap LGBT adalah stigma
buruk, kekhawatiran PMS, kekhawatiran kasus kejahatan seksual pada anak dan
perlawanan dari agama/kevakinan tertentu

4. Ibu pengganti (surrogate mother)

Proses surrogate mother cukup menjanjikan terhadap penanggulangan


beberapa kasus pasangan suami istri yang tidak mempunyai keturunan. Surrogate
mother banyak dilakukan oleh negara-negara yang sistem hukumnya
memperbolehkan terjadinya donasi sel gamet, yaitu sel sperma dan sel ovum.
Beberapa negara yang memungkinkan terjadinya perkatan surrogate mother yaitu
Inggris, Amerika Serikat, Austria, Australia, Jerman, Denmark, Finlandia, Prancis,
Israel, Jepang, Norwegia, dan Singapura (donasi sel sperma) sedangkan negara donasi
sel ovum diantaranya Amerika Serikat, Inggris, Austria, dan Israel.

Pelaksanaan surrogate mother di Indonesia mengalami kendala tidak adanya


payung hukum (aturan perundang- undangan) yang mengatur surrogate mother serta
pertimbangan etika berdasarkan norma-norma yang berlaku di Indonesia. berupa
tindakan penegakan hukum dan program nyata yang merupakan derivasi dan
penjabaran dari berbagai amanat yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan
nasional maupun internasional tentang perlindungan anak terhadap kegiatan
eksploitasi seksual komersial anak. Dunia prostitusi menjanjikan pemenuhan sejuta
impian. Prostitusi terhadap anak di bawah umur sangat menjanjikan permintaan pasar.
Impian tersebut muncul dengan menjadikan wanita yang masih dibawah umur sebagai
korban prostitusi. Terhadap perbuatan orang dewasa yang melakukan prostitusi
terhadap anak tersebut semacam penyakit masyarakat yang muncul dari berbagai
tuntutan hidup.
Praktek prostitusi dikategorikan ke dalam "patologi sosial" atau penyakit
masyarakat yang harus diupayakan penanggulangannya. Jika ditinjau dari anak
sebagai pelaku PSK, terdapat berbagai persoalan yang menyangkut tuntutan hidupnya
sehingga tidak merasa bersalah dan enggan untuk dilindungi. Mereka seolah-olah
senang dengan perbuatan tersebut. Salah satu faktor penyebabnya adalah tuntutan
ekonomi dalam keluarga sehingga seks sebagai komoditi telah menumbuhkan suatu
profesi yang memerlukan totalitas diri sebagai modal kerja. Tetapi bukan tuntutan
ekonomi (kemiskinan) saja yang menjadi salah satu faktor timbulnya prostitusi anak.
Tuntutan ekonomi (kemiskinan) suatu yang sangat parah, apabila akses pendidikan,
kesehatan, atau kredit, misalnya tidak dimiliki oleh kelompok yang sangat,
membutuhkan. Disamping itu, ada kalanya anak pada mulanya tidak mempunyai niat
untuk melakukan prostitusi, melainkan suatu jebakan dengan iming-iming
dipekerjakan pada sebuah perusahaan, namun pada akhirnya ternyata anak tersebut
dipaksa melakukan prostitusi.

Fenomena prostitusi yang terjadi dalam masyarakat hampir menjadi habit dalam
kehidupan sosial bermasyarakat yang berimplikasi pada munculnya eksploitasi
seksual komersial yang lebih dikenal dengan praktek prostitusi khususnya terhadap
perempuan dan anak. Problematika tentang praktek prostitusi merupakan persoalan
yang kompleks dan sangat rawan, karena menyangkut tata kelaku manusia yang
immoral, berlawanan

A. Permalahan sosial ibu pengganti

Surragate mother ibu pengganti adalah wanita yang mengikatkan janji atau
kesepakatan (gestational agreement) dengan pasangan suami istri, ibu pengganti
bersedia mengandung benih pasangan suami istri dengan menerima suatu imbalan
tertentu. Sewa rahim adalah seorang wanita yang mengikatkan dirinya dalam suatu
perjanjian dengan pihak lain (suami istri) dan untuk menjadi hamil setelah
dimasukkannya penyatuan sel benih laki-laki dan sel benih perempuan yang
dilakukan pembuahan di luar Rahim sampai melahirkan sesuai kesepakatan yang
kemudian bayi tersebut diserahkan kepada pihak suami dan istri dengan Permasalahan
mendapatkan imbalan berupa materi (Fred, 1991). pada surrogate mother adalah
kemungkinan ibu melarikan diri (mengingkari perjanjian),

Syarat-syarat perjanjian pada surrogate mother human trafficking dan pembagian


waris anak
a. Prestasi mengandung, melahirkan dan menyerahkan bayi yang dikandung
b. Hak dan kewajiban masing-masing pihak
c. Bentuk perjanjian (tertulis / tidak tertulis)
d. Isi perjanjian meliputi jumlah biaya yang harus dibayar, waktu penyerahan
bayi dan pembuatan akta kelahiran
e. Syarat-syarat tertentu terkait persiapan surrogate mother

5. sosial pekerja komersial wanita seksual


Wanita pekerja seksual (WPS) adalah istilah yang mempunyai pekerjaan
melayani kebutuhan seksual orang-orang yang membutuhkannya, dengan tujuan
komersial atau mencari keuntungan. WPS dibagi menjadi

WPS terorganisir, mereka mempunyai pimpinan, pengelola atau mucikari para


pekerjanya mengikuti aturan yang mereka tetapkan. Dalam kelompok ini adalah
mereka yang bekerja di lokalisasi,panti pijat dan salon-salon kecantikan
WPS tidak terorganisasi, mereka beroprasi secara tidak tetap, serta tidak terorganisasi
secara jelas. Misalnya WPS dijalanan, klab malam, diskotik, dll Faktor penyebab
terjadinya prostitusi adalah kemiskinan, kekerasan seksual dan kepuasan, penipuan,
pornografi, pendidikan, ajakan teman dan rasa ingin tahu.

Dampak negative wanita pekerja seksual


a. Dampak seksual: kerusakan organ reproduksi
b. Dampak ekonomi: miskinan
c. Dampak sosial: stigma, terkucikan dan kurang percaya diri.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kelompok rentan dihadapkan pada ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan


praktisi dan kebutuhan strategis sebagai dasar hidup yang layak dalam pemberdayaan
perempuan dan anak untuk menciptakan keadilan dan kesetaraan gender. Model
pemberdayaan yang efektif dengan menggunakan Kerjasama secara sinergis antar komponen
masyrakat dan pemerintah, maka model pemberdayaan yang efektif dan efisien adalah
dengan menggunakan pengembangan Pendidikan pemberdayaan perempuan dengan life skill
yang berbasis pada need assessment.
Kendala yang dihadapi dalam melakukan pemberdayaan kelompok rentan anak dan
perempuan adalah kendala kemisikinan yang disebabkan oleh kemiskinan kultural serta
ketidakmandirian perempuan karena tidak berpendidikan serta masyrakat yang belum secara
sinergis melakukan pemberdayaan terhadap mereka. Terutama kendala ketidakmampuan
mempunyai life skill (keterampilan hidup yang memadahi untuk menyelesaikan masalah
dasar).
DAFTAR PUSTAKA

1. Desriza R. 2012, Seri Hukum Kesehatan Surrogate Mother dalam Perspektif Etika
dan Hukum: Bolehkah Sewa Rahim di Indonesia, Gramedia, Jakarta

2. Dini AYR., Bakoil MB., Karo MB., Iskandar FN., Diana AN., Ayun SQ.,

3. Fatmawati E., Isnaini F., Dewi RS., Lestari YD. 2022, Konsep Asuhan

4. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan. Cetakan ke-1. CV.

5. Rena Cipta Mandiri. Malang Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak Republik- Indonesia. 2013. Panduan Penanganan Anak
Berkebutuhan Khusus

6. bagi Pendamping (Orang Tugs Keluarga, dan Masyarakat), Jakarta. Kresnadari A,


Isharyanto, Supanto, 2015. Pelaksanaan Pemenuhan Hak atas Pelayanan Kesehatan
bagi Perempuan Narapidana dalam Keadaan Hamil. Jurnal Hukum dan Pembangunan
Ekonomi. Vol.6 No.2

7. Utami Z, Wadjo H. Z. 2021. Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Seks Komersil


Anak di Kabupaten Kepulauan Aru. Jurnal Kreativitas Mahasiswa Hukum. Volume 1
Nomor 1, April 2021: hal 24-33

8. Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta. Kementrian Kesehatan

9. Amar Fikri Ahmad. 2019. Persepsi Masyarakat Terhadap Seks Komersial (Studi
Kasus Pekerja Komersial Pulau Kota Bengkulu Indonesia). Skripsi. Bengkulu

10. Elizon Putra Peran Single Parent dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak (Studi di
Kelurahan Kecamatan Selebar Kota Bengkulu) Kripsi. Bengkulu.
11. Kementerian anak penelitian kesehatan universitas "donesia Pandangan masyarakat
Lesbian, gay, biseksual transenden(lgbt) bogor, depok danTangerang, 2015. Laporan
kajian Jakarta

12. Kenyatun. 2020. Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Surrogate Mother Yang
Tertuang Dalam Akta Notaris Di Indonesia. Renaissance No.4 Vol.5 Oktober: 974-
990

13. Kresnadari A, Isharyanto, Supanto.2018. Pelaksanaan Pemenuhan Hak Atas


Pelayanan Kesehatan Bagi Perempuan
14. Narapidana Dalam Keadaan Hamil (Stdi kasus Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIB Yogyakarta). Jurnal Hukum dan Pembangunan Ekonomi (Vol.6 No.2)

15. Nugroho, Sigit Cahyo N, et all. 2010. Pengambilan keputusan menjadi homoseksual
pada laki-lakiusia dewasa awal, Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
16. http://core.ac.uk/download/pdf/11711398.pdf

17. Sell RL, Wells JA, Wypij D, .The prevalence of homosexual behavior and attraction
in the UnitedStates, the United Kingdom and France: results of national population-
based samples. Arch SexBehav. 1995 Jun;24(3):235-48

Anda mungkin juga menyukai