Anda di halaman 1dari 23

B I L A N K E P U T

G A M U S
E N A N
P DALAM
PELAYANAN
Kebidanan

Oleh Kel 5
Dea

Enika Novia MUbarokah

Ernawati Rafidah Rahmah N

Evi Oktaviani Siti Indriyani


Pendahuluan
Pengambilan keputusan merupakan kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya
dalam asuhan keperawatan dan kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan
asuhan keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan
merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posisi klinis harus memiliki
kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang efektif, baik sebagai
pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin. Pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk
sinonim.

Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan
analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya
pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif.
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan, yang difokuskan
untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai
kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya ada”.
Pengertian Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik suatu profesi dan
keberadaanya sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya. Pengambilan keputusan
klinis yang dibuat oleh seorang tenaga kesehatan sangat menentukan kualitas pelayanan kesehatan.
Pengambilan keputusan dapat terjadi mengikuti suatu proses yang sistemetis, logis dan jelas. Proses
pengambilan keputusan dapat dijelaskan, diajarkan dan dipraktikkan secara gamblang. Kemampuan ini
tidak hanya tergantung pada pengumpulan informasi, tetapi tergantung juga pada kemampuan untuk
menyusun, menafsirkan dan mengambil tindakan atas dasar informasi yang didapat saat pengkajian.
Kemampuan dalam pengambilan keputusan klinis sangat tergantung pada pengalaman, pengetahuan dan
latihan praktik. Ketiga faktor ini sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan klinis yang
dibuat sehingga menentukan tepat tidaknya tindakan yang petugas kesehatan berikan pada klien.

Teori pengambilan keputusan

Teori Utilitarisme Teori Deontology Teori Hedonisme


Teori utilitarisme Menurut Immanuel Kant: Menurut Aristippos (433-
mengutamakan adanya sesuatu dikatakan baik dalam 355 SM) sesuai kodratnya
konsekuensi kepercayaan arti sesungguhnya adalah setiap manusia mencari
adanya kegunaan. kehendak yang baik, kesenangan dan
Dipercaya bahwa semua kesehatan, kekayaan,
menghindari
manusia mempunyai kepandaian adalah baik. Jika
ketidaksenangan. Akan
perasaan menyenangkan digunakan dengan baik oleh
tetapi, ada batas untuk
dan perasaan sakit. Ketika kehendak manusia, tetapi
jika digunakan dengan mencari kesenangan. Hal
keputusan dibuat
kehendak yang jahat akan yang penting adalah
seharusnya memaksimalkan
kesenangan dan menjadi jelek sekali. menggunakan kesenangan
meminimalkan Kehendak menjadi baik jika dengan baik dan tidak
ketidaksenangan bertindak karena kewajiban. terbawa oleh kesenangan.
Langkah Pengambilan Keputusan
Dasar Pegembalian Keputusan

1 Keterpaksaan yang dikarenakan suatu krisis, yang 3 Keputusan


Ketidak sanggupan yang bersifat segera. Pendekatan Tradisional Dalam Pengambilan Suatu

menuntut sesuatu yangsegera di lakukan. Mengenal dan mengidentifikasi suatu masalah.



Menegaskan suatu masalah dengan menunjukan
Bentuk Pengambilan Keputusan hubungan antara masa lalu dan sekarang.
2 Strategi : dipengaruhi oleh kebijakan kebijakan
organisasi atau pimpinan,rencana di masa depan, dan
Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.
Mempertimbangkan pilihan yang ada
rencana bisnis, dll.
Cara kerja yang dipengaruhi oleh pelayaan bidan Mengevaluasi terlebih dahulu tempat tersebut
didunia, klinik, dan di komunitas. Memilih solusi dan dapat menetapkan ataupun
Individu dan profesi : yang dilakukan oleh bidan yang melaksanakan.
dipengaruhi oleh standar dalam prakyik kebidanan.

Langkah Pengambilan Keputusan


Pengambilan Keputusan Secara Etis

4 yang salah. 6 Untuk memperbaiki laporan-laporan tentang


Dapat mempertimbangkat yang bener maupun Memperbaiki Pengertian Tentang Situasi

Sering menyangkut pilihan yang suka situasi, perlu melakukan hal-hal sebagai
Tidak mungkin dielakan.
berikut :

Melakukan penyelidihan yag memadai


Perlunya Mengerti Situasi
Melakukan sarana ilmiah dan keterangan
5 Pengertian tentang situasi diperlukan dalam
rangka, yaitu : para ahli.
Untuk dapat menorma-normakan terhadap Kepekaan terhadap pekerjaan.
situasi. Kepekaan terhadap kebutuhan orang
Untuk melakukan perbuatan yang tepat dan lain.
berguna.

Langkah Pengambilan Keputusan


Tips Dalam Pengambilan Keputusan

7 yaitu antara lain sebagai berikut : 8


Tipe pengabilan keputusan yang bersifat kritis, Pengambilan Keputusan Secara Klinis

identifikasi dan tegaskan apa masalahnya, Pengambilan keputusan secara klinis adalah
baik oleh sendiri atau secara orang lain. keputusan yang diambil yang berdasarkan
Tetapkan hasil paa yang diinginkan. kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh
Uji kesesuaian dari setiap solusi-solusi yang klien, sehingga semua tindakan yang
ada. dilakukan bidan dapat mengatasi suatu
Pilih solusi yang lebih baik. permasalahan yang di hadapi oleh klien nya
Laksanakan tindakan tanpa ada yang bersifat emergensi,antisipasi, atau
keterlambatan. secacara rutin.

Faktor fisik, didasarkan pada rasa yang dialami


oleh tubuh sepeti rasa sakit, tidak nyaman dan
kenikmatan.
Faktor-Faktor
Emosional, didasarkan pada perasaan atau sikap.
Yang Rasional, didasarkan pada pengetahuan
Mempengaruhi
Pengambilan
Praktik, didasarkan pada keterampilan individual
Keputusan dan kemampuan dalam melaksanakanya.
Interpersonal, didasarkan pada pengrauh jarigan
sosial yang ada
Struktural, didasarkan pada lingkup sosial,ekonomi
dan politik.

Dasar Pengambilan keputusan :


Ketidak sanggupan ( bersifat segera)
Keterpaksaaan karena suatu krisis, yang menuntut
sesuatu unutuk segera dilakukan.

Pengambilan keputusan yang etis, Ciri - ciri nya:


Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah
Sering menyangkut pilihan yang sukar
Tidak mungkin dielakkan
Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman,lingkungan sosial
Prinsip etika profesi bidan dalam pelayanan kebidanan :
a.Menghargai otonomi (prinsip autonomy), didasarkan pada
keyakinan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berfikir logis
dan membuat keputusan sendiri.(Eryati,Darwin. 2014)
b.Melakukan tindakan yang benar (beneficence)
c.Mencegah tindakan yang dapat merugikan (nonmal-eficience)
d.Memberlakukan manusia dengan adil (prinsip justice)
e.Menjelaskan dengan benar (prinsip veracity)
f.Menghargai kehidupan manusia (avoiding killing)
Contoh Kasus
Ny A bersama suaminya Tn B datang ke PMB bidan Z untuk melakukan pemeriksaan ANC. Ny A berusia 24 tahun
G2P1000 usia kehamilan 37 minggu. Ny A merupakan guru SD dengan background pendidikan S1, sedangka Tn B
bekerja sebagai karyawan bank swasta. Pada riwayat kehamilan sebeblumnya 1,5 tahun yang lalu Ny A melahirkan
anak stillbirth dengan berat 3,2 kg berjenis kelamin laki-laki secara sectio caesaria dengan indikasi ruptur uteri
hal ini disebabkan saat proses persalinan Ny A mengkonsumsi air rendaman rumput fatimah yang dibawa oleh
keluarganya. Pada kehamilan kali ini Ny A berkeinginan untuk melahirkan secara VBAC (vaginal birth after
caesarian), karena menurutnya jika belum melahirkan secara normal berarti belum menjadi ibu seutuhnya.Ny A
telah mengikuti berbagai macam persiapan seperti mengikuti kelas prenatal yoga. Namun ketika melakukan
pemeriksaan USG di dokter spesialis obstetri dan gynecology, hasil USG menyatakan semuanya normal, namun
beliau menyatakan bahwa Ny A tidak dapat melakukan persalinan normal karena memiliki riwayat SC kurang dari
dua tahun, dikhawatirkan akan menyebabkan ruptur uteri lagi. Ny A tidak bisa menerima hal tersbut, oleh karena
itu dia mendatangi bidan Z untuk membantunya melakukan persalinan secara VBAC (vaginal birth after caesarian)
jika sudah waktunya nanti. Bidan Z menjelaskan bahwa ibu dengan riwayat persalinan SC bukan merupakan
kewenangannya dan harus melakukan persalinan di rumah sakit. Mendengar penjelasan tersebut Ny A merasa
marah dan memaki bidan Z bahwa dia tidak kompeten di bidangnya dan tidak mendukung keinginannya utuk
melakukan persalinan secara VBAC (vaginal birth after caesarian).
Pengkajian

Ny A berusia 24 tahun tahun G2P1000 usia kehamilan 37 minggu, datang bersama suaminya Tn
B ke PMB bidan Z untuk melakukan pemeriksaan ANC. Riwayat persalinan pada 1,5 tahun yang
lalu melahirkan anak laki-laki dengan berat badan 3,2 kg stillbirth dengan operasi SC
dikarenakan telah terjadi ruptur uteri. Hasil USG dari dokter Obgyn adalah normal, namun
beliau menyatakan bahwa Ny A dianjrkan melahirkan secara SC di rumah sakit. Ny A tidak
menerima hal tersebut, dan datang ke bidan Z untuk membantunya melakukan persalinan
secara VBAC (vaginal birth after caesarian) jika waktunya bersalin nanti.
Indentifiksi masalah

Masalah yang muncul adalah Ny A meminta untuk melakukan VBAC (vaginal birth
after caesarian). Dimana bidan Z mengetahui bahwa VBAC (vaginal birth after
caesarian) bukan merupakan wewenangnya, jika dilakukan makan bidan Z akan
melanggar kode etik dan merupakan tindakan yang ilegal.
Indentifiksi masalah Etik
a. Autonomy

Sebagai seorang bidan kita berhak menghormati keinginan dan keputusan dari Ny A untuk melakukan persalinan
secara VBAC (vaginal birth after caesarian). Akan tetapi disisi lain sebagai sorang bidan memiliki kode etik yang
harus dipatuhi, yang mana jika dilanggar dapat berakibat pada jatunya sanki.
b. Beneficience
Ketika bidan Z menyarankan Ny A untuk melakukan persalinan dirumah sakit, hal ini dilakukan supaya ketika terjadi
kegawatdaruratan dapat segera ditangani. Akan tetapi hal
ini bertentangan dengan prinsip autonomy.
c. Non maleficence
Rekomendasi dari dokter obgyn dan bidan terhadap Ny A untuk melakukan persalinan di rAumah sakit secara
operasi SC bertujuan untuk keselamatan jiwa dan kesehatan Ny A dan bayinya.
d. Varacity
Sebagai seorang bidan, seharusnya memberikan informasi mengenai kelebihan dan kekurangan dari VBAC (vaginal
birth after caesaran karena Ny A berhak untuk mengetahui informasi tersebut sebelum membuat keputusan
e. Justice
Sebagai seorang bidan tidak boleh membedakan jenis pelayanan yang diberikan, namun tetap berpegang pada kode
etik profesi yang ada.
Tindakan yang diusulkan

a. Mengusulkan untuk dilakukan persalinan di rumah


b.Mengusulkan untuk bersalin secara operasi
sakit, tetapi Ny A memiliki autonomy untuk
SC, yang mana tidak sesuai dengan
menentukan tempat persalinan, petugas kesehatan
dan metode persalinan yang nanantinya akan autonomy
dilakukan saat persalinan. Ny A namun tindakan ini mengandung prinsip
Maksud dari tindakan yaitu: memberikan pendidikan etik beneficience dan non- maleficence.
konselor dan advokasi agar Ny A dan suami dapat Maksud dari tindakan yaitu: memberikan
memebrikan keputusan yang tepat dalam kasus ini pendidikan konselor dan advokasi agar Ny A
dan mau untuk bersalin di rumah sakit.
dapat mengikuti saran untuk melakukan
Tujuannya jika terjadi kegawatdaruratan pada Ny A
persalinan SC
dapat segera teratasi Konsekuensi dari tindakan
yang dilakukan: Tujuannya : menguindari ruptur uteru dan
·Akan memerlukan biaya yang banyak jika persalinan menyelamatkan keselamatan jiwa dan
di rumah sakit kesehatan NY A serta janin yang dikandung
·Tidak sesuai dengan keinginan Ny A
Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan
situasi tersebut

Untuk menentukan apakah Ny A melakukan persalinan secara VBAC (vaginal birth after
caesarian) sebagai tenaga kesehatan bidan dihadapkan prinsip etik yaitu menghormati
keputusan pasien (Autonomy). Namun jika bidan menyetujui untuk melakukan tindakan
tersebut maka akan bertentangan dengan kode etik dan merupakan tindakan ilegal. Bidan
memberikan informasi kepada Ny A sebelum membuat keputusan namun dapat mengakibatkan
Ny A menjadi khawatir dan berdampak pada kondisi psikologis dimana Ny A beranggapan
bahwa untuk menjadi ibu seutuhnya salah satunya dengan melahirkan secara normal serta
bidan juga melangkahi wewenang dari dokter obgyn yang seharusnya memberikan informasi
tersebut namun jika tidak disampaikan maka bidan tidak bekerja sesuai dengan standar
profesi.
Membuatkan tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan
yang direncanakan dan mempertimbangkan konsekuensi tindakan tersebut.

a. Menjelaskan tentang VBAC (vaginal birth after caesarian) dan keuntungan dan kerugiannya.
Konsekuensi: Ny A dan suaminya Tn B memperoleh informasi yang nantinya dapat berdampak
pada pengambilan keputusan.
b. Mengadvokasi Ny A dan Tn B untuk mengikuti anjuran dari dokter obgyn
Konsekuensi : tidak sesuai dengan keinginan Ny A dan Ny B. berdampak pada kondisi
psikologi Ny A
c. Menjelaskan misspersepsi tentang menjadi seorang ibu tidak dilihat dari proses
persalinannya.
Konsekuensi: Ny A menjadi paham tentang figure menjadi seorang ibu
Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat

pada kasus ini pengambil keputusan yang tepat adalah dokter obgyn yang
mana VBAC (vaginal birth after caesarian) merupakan kewenangannya.

Mendefinisikan kewajiban bidan dalam kasus ini


Memberikan informasi yang lengkap pada Ny A dan Tn B secara jujur,dapat dipahami,


menggunakan alternatif media dan paling baik dilakukan secara tatap muka. -
Membantu Ny A dan Tn B dalam menggunakan hak autonominya dalam memutuskan apa
yang diinginkan dalam asuhan kebidanan yang diinginkan oleh klien. Bidan harus dapat
menjamin bahwa sebelum klien membuat keputusan semua informasi yang diperlukan
telah disampaikan secara jelas dan lengkap. Menjaga fokus asuhan berdasarkan bukti
ilmiah evidence based dengan menekan konflik serendah mungkin. Melakukan asuhan
kebidanan sesuai dengan kewenangan yang telah tercantum dalam kode etik
kebidanan.
Membuat keputusan

Dalam kasus ini pembuat keputusan tetap berada ditangan klien akan
tetapi tugas bidan dan dokter obgyn saling bermitra untuk memberikan
pendekatan yang paling menguntungkan paling tepat untuk klien. Dengan
memerhatikan prinsip etik seperti autonomy, beneficience,non
malefecience.
TERIMAKASIH
Any
Question?
KESIMPULAN

Pengambilan keputusan klinis adalah keputusan yg diambil berdasarkan kebutuhan dan


masalah yang dihadapi klien, sehingga semua tindakan yang dilakukan bidan dapat mengatasi
permasalahan yang dihadapi klien yang bersifat emergensi, antisipasi, atau rutin dan
sesuai dengan kode etik kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai