Disusun Oleh :
1. Dea ( 201560411002 )
2. Siti Indriyani ( 201560411032 )
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dismenorhea
a. Pengertian
Dismenorea berasal dari bahasa Yunani yaitu “dys” yang berarti sulit atau menyakitkan
atau tidak normal. “Meno” berarti bulan dan “rrhea” yang berarti aliran. Dismenorea adalah
rasa sakit atau nyeri pada bagian bawah perut yang terjadi saat wanita mengalami siklus
menstruasi (Ratnawati, 2017). Biasanya nyeri yang dirasakan mencapai puncaknya dalam
waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenorea juga sering disertai dengan
pegal-pegal, lemas, mual, diare dan kadang sampai muntah (Nugroho dan Indra, 2014).
Klasifikasi Dismenorea
a) Dismenorea primer Dismenorea primer yaitu nyeri saat menstruasi
yang dialami perempuan usia subur dan tidak berhubungan dengan
kelainan organ reproduksi. Dismenorea primer memiliki ciri khas
yaitu rasa nyeri timbul sejak 1-2 hari menstruasi datang dan keluhan
sakitnya agar berkurang setelah wanita bersangkutan menikah dan
hamil. Penyebabnya berkaitan dengan pelepasan sel-sel telur
(ovulasi) dari ovarium sehingga dianggap berhubungan dengan
gangguan keseimbangan hormon (Devi, 2012).
b) Dismenorea sekunder Dismenore sekunder biasanya baru muncul,
jika ada penyakit atau kelainan organ reproduksi yang menetap
seperti infeksi rahim, kista, polip, atau tumor, serta kelainan
kedudukan rahim yang mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya
(Kusmiran, 2013).
b. Penyebab
Dismenorea disebabkan oleh hormon prostaglandin yang meningkat, peningkatan
hormon prostaglandin disebabkan oleh menurunnya hormon-hormon estrogen dan
progesteron menyebabkan endometrium yang membengkak dan mati karena tidak dibuahi.
Peningkatan hormon prostaglandin menyebabkan otot-otot kandungan berkontraksi dan
menghasilkan rasa nyeri (Sukarni dan Wahyu, 2013).
2) Dismenorea Sekunder
1) Nonfarmakologik
Terapi nonfarmakologik utnuk menangani dismenore dapat dilakukan
dengan cara:
a) Ramuan Herbal
Jahe-madu
Minuman jahe madu sangat enak rasanya dan juga mudah
membuatnya. Minuman ini akan menghangatkan badan dan
kandungan madunya menambah stamina dan daya tahan tubuh
terhadap berbagai penyakit.
Kunyit Asam
Seperti namannya, bahan utama minuman ini adalah kunyit dan
asam jawa. Zat antiradang yang terkandung pada kunyit dan
antinyeri yang dimiliki asam jawa membuat paduan kedua bahan
ini berkhasiat meredakan nyeri perut saat menstruasi. Sebagaimana
diketahui, otot perut selalu berkontraksi sangat intens untuk
mengeluarkan darah dari dalam rahim. Kontraksi otot ini
menyebabkan ketegangan dan nyeri pada saat menstruasi.
Cara membuatnya mudah. Parut beberapa ruas kunyit, tambahkan
sedikit air, peras dan ambil air sarinya. Tambahkan sedikit asam
jawa dan gula merah, kemudian rebus hingga mendidih, lalu angkat
dan saring. Jamu kunyit asam bisa diminum dalam keadaan hangat
untuk mengurangi nyeri saat datang bulan.
b) Kompres dengan air hangat
Kompres dengan air hangat Meringankan nyeri dapat dilakukan
dengan pengompresan di perut bagian bawah dengan air hangat.
Rasa hangat yang diberikan dapat meredakan iskemia dengan
menurunkan kontraksi otot uterus dan meningkatkan sirkulasi.
Respon fisiologis yang ditimbulkan dari terapi ini adalah
vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah dapat meningkatkan
relaksasi otot dan menurunkan nyeri
c) Pemijatan (Massage)
Pijatan lembut pada bagian tubuh yang nyeri dengan menggunakan
tangan akan menyebabkan relaksasi otot dan memberikan efek
sedasi. Pijatan dapat dilakukan dengan gerakan melingkar yang
ringan pada bagian tubuh yang terasa nyeri atau sakit. Massage
adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan
pada punggung dan bahu. Massage dapat membuat pasien lebih
nyaman karena massage membuat relaksasi otot. Massage
bermanfaat untuk menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan
meningkatkan sirkulasi
d) Olahraga
Olahraga teratur Olahraga dapat mengurangi rasa nyeri oleh karena
terkontrolnya emosional seperti suasana hati dan tekanan .Beberapa
latihan fisik dapat meningkatkan pasokan darah ke organ repoduksi
sehingga memperlancar peredaran darah. Olahraga yang dilakukan
sekurangkurangnya tiga kali seminggu. Perempuan yang
melakukan olahraga secara teratur dapat meningkatkan sekresi
hormon endorphin, yaitu penghilang nyeri alami ke dalam aliran
darah sehingga dapat mengurangi dismenore.
e) Distraksi
Distraksi adalah pengailhan perhatian dari hal yang menyebabkan
nyeri seperti menyanyi, berdoa, mendengarkan musik, melakukan
permainan yang ringan, main game dan sosial media.
f) Relaksasi
Relaksasi merupakan teknik pengenduran atau pelepasan
ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafass
abdomen dengan frekuensi lambat dan berirama, contohnya
bernafas dalam pelan-pelan.
2) Farmakologi
Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (NSAID) NSAID (Non Steroidal
Anti-Inflammatory Drugs) menghambat produksi dan kerja prostaglandin.
NSAID adalah sekelompok obat yang meredakan rasa sakit dan demam
serta mengurangi peradangan.Dianjurkan bagi penderita untuk
mengkonsumsinya pada saat atau sesaat sebelum nyeri 3 kali/hari pada
hari pertama hingga ketiga. Contoh obat (ibuprofen, asam mefenamat,
naproxen, ketoprofen, celecoxib dan dikolfenak).Penggunaan NSAID
memiliki efek samping yang perlu diwaspadai yakni seperti iritasi
lambung, mual, ulserasi gastrointestinal atau pendarahan, diare, sembelit,
pusing, sakit kepala, dan hipertensi.
d. Pemeriksaan
Dismenorea Primer
Pemeriksaan didapatkan tanda vital masih dalam batas normal. Nyeri perut
bawah, tapi tidak ada nyeri tekan/rebound. Uterus agak nyeri, tapi tidak ada
nyeri goyang hebat. Kedua adneksa normal. Diagnosis dibuat berdasarkan
anamnesis yang cermat, pemeriksaan panggul normal. Pada gadis pasca
menarke, dengan anamnesis yang cermat, pemeriksaan panggul dapat
dilewatkan karena jarang sekali ada kelainan.
Bila pasien tidak sembuh dengan regimen diatas, baru dipertimbangkan
golongan narkotik, sambil mencari lagi kemungkinan adanya patologi
(USG, Laparoskopi dan Histeroskopi).
USG (Ultrasonografi). Tes ini menggunakan gelombang suara frekuensi
tinggi untuk menghasilkan gambar organ dalam.
Laparoskopi. Prosedur minor ini menggunakan laparoskopi, sebuah alat
berbentuk tabung tipis dengan lensa dan cahaya. Alat tersebut
dimasukkan ke dalam sayatan di dinding perut. Dengan menggunakan
laparoskopi untuk melihat ke area panggul dan perut, dokter dapat
mendeteksi pertumbuhan yang tidak normal.
Histeroskopi. Ini adalah pemeriksaan visual saluran serviks dan bagian
dalam rahim. Pemeriksaan menggunakan alat penglihatan (histeroskop)
yang dimasukkan melalui vagina.
Dismenorea Sekunder
Diagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan ginekologi yang cermat,
dicari kelainan yang dapat menyebabkan dismenorea dan harus disingkirkan
adanya infeksi panggul. Penanganan dengan mengobati kelainan lain yang
menyebabkan dismenorea, NSAID, Hormon seks: kontrasepsi oral atau
progestin, AKDR dengan lapisan progestin (LNG IUS), dipertimbangkan
melepas AKDR., agonis Gonadotropin Releasing Hormone (GnRHa),
laparoskopi/laparotomi diperuntukkan diagnosis dan terapi endometriosis,
kalau perlu dilakukan neurektomi presakral.( Neurektomi presakral adalah
salah satu perawatan untuk nyeri panggul kronis dan dismenore. Neurektomi
prasakral laparoskopi adalah intervensi bedah awal untuk nyeri panggul
kronis ketika terapi medis gagal)
2. Kista bartolini
a.Pengertian
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk
di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin
terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat
karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang.
Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan
melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar
membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi
terinfeksi.
Pengertian Kista Bartholin yaitu sebagai berikut:
1. Kista Bartholini adalah penyumbatan pada kelenjar Bartholini yang ada di
vagina sehingga menyebabkan cairan lubrikasi pada vagina tidak keluar.
2. Kista Bartholini adalah tumor kistik jinak yang ditimbulkan akibat saluran
kelenjar Bartholini yang mengalami sumbatan yang biasanya disebabkan oleh
infeksi kuman Neisseria gonorrhoeae.
3. Kista Bartholini adalah penyumbatan pada kelenjar Bartholini yang ada di
vagina sehingga menyebabkan cairan lubrikasi pada vagina tidak keluar.
Penyumbatan pada kelenjar Bartholini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
Berdasarkan Pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Kista Bartholini adalah
penyumbatan kelenjar bartholin karena terinfeksi oleh bakteri sehingga cairan
lubrikasi vagina tidak keluar dan menimbulkan benjolan.
b. Penyebab
Kista Bartholin merupakan kista berukuran relatif besar yang paling sering
dijumpai. Kelenjar ini terletak pada 1/3 posterior dari setiap labium mayus dan
muara dari duktus sekretorius dari kelenjar ini, berada tepat didepan (eksternal)
himen pada posisi jam 4 dan 8. Pembesaran kistik tersebut terjadi akibat parut
setelah infeksi (terutama disebabkan Neisseria gonorrhoeae dan kadang
streptococcus dan staphylococcus) atau trauma yang kemudian menyebabkan
sumbatan pada saluran ekskresi kelenjar Bartholin. Bila pembesaran terjadi pada
usia pascamenopause sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara seksama terkait
dengan resiko tinggi karena keganasan. 4,5
Peradangan mendadak glandula bartholini biasanya disebabkan oleh infeksi
gonococcus, dapat pula oleh bakteri lain yang paling dominan berkaitan dengan
penyakit hubungan seksual adalah karena Neisseria gonorrhoeae yang
menimbulkan abses.
Tetapi meskipun termasuk bersamaan dengan penyakit yang ditularkan
melalui seksual, abses pada kelenjar bartholini tidak selalu diakibat infeksi
Gonorhoeae dan Klamidia. Pembentukan abses duktus bartholini dapat dimulai
secara de novo atau sebagai hasil infeksi sekunder kista duktus bartholini.
Pembentukan kista disebabkan oleh oklusi orifisum duktus pada vestibulum
sehingga menimbulkan pembengkakan kista pada salah satu atau sisi lain pada
bagian dalam posterior dan labia mayora. Kadang-kadang obstruksi saluran juga
d3apat terjadi karena penyebab lain, seperti stenosis traumatik atau kongenital
atau akibat lapisan hiperplasia.
Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada penderita kista Bartholin adalah:
1. Pada vulva : perubahan warna kulit, membengkak, timbunan nanah dalam
kelenjar,nyeri tekan.
2. Pada kelenjar Bartholin: membengkak, terasa nyeri sekali bila penderia berjalan
atau duduk juga dapat disertai demam.
Kebanyakkan wanita penderita kista bartholin, datang ke rumah sakit dengan
keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan pasangannya,
rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin dan yang
terparah adalah terdapat abses pada daerah kelamin. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan darah.
c. Penatalaksanaan dan pengobatan
Terapi utama terhadap kista Bartholin adalah insisi dinding kista dan drainase
cairan kista atau abses, yang disebut juga prosedur marsupialisasi. Pengosongan
atau drainase eksudat abses dapat pula dilakukan dengan memasang kateter ward.
Insisi dan drainase sederhana hanya dapat mengurangi keluhan penderita untuk
sementara waktu karena jenis insisi tersebut akan diikuti dengan obstruksi ulangan
sehingga terjadi kembali ulangan sehingga terjadi kembali kista dan infeksi yang
memerlukan tindakan insisi dan drainase ulang. Berikan juga antibiotik untuk
mikro organisme yang sesuai dengan hasil pemeriksaan apus atau kultur bakteri.
Kista Bartholin yang berukuran kecil dan asimptomatik tidak membutuhkan
intervensi kecuali adanya tanda-tanda neoplasia pada wanita usia lebih dari 40
tahun. Pada kista yang simptomatik dapat ditatalaksana dengan salah satu teknik,
termasuk insisi dan drainase (I&D), marsupialisasi, dan eksisi glandula Bartholin.
a) Kista Bartholin
Kecil, asimptomatik : Dibiarkan
Simptomatis/ rekuren : Pembedahan berupa insisi + word catheter
Marsupialisasi
Laser varporization dinding kista
b) Abses Bartholin : Insisi (bedah drainase) + word catheter, ekstirpasi
Penanganan abses Bartholin sama dengan penanganan kista Bartholin
simtomatis, namun ada sedikit perbedaan. Prinsipnya berikan terapi antibiotik
spektrum luas, dan lakukan pemeriksaan kultur pus oleh karena ada kemungkinan
disebabkan Gonorrhea atau Chlamydia, meskipun 67% disebabkan oleh flora
normal vagina.
Pengobatan Medikamentosa
Antibiotik sebagai terapi empirik untuk pengobatan penyakit menular seksual
biasanya digunakan untuk mengobati infeksi gonococcal dan chlamydia. Idealnya,
antibiotik harus segera diberikan sebelum dilakukan insisi dan drainase. Beberapa
antibiotik yang digunakan dalam pengobatan abses bartholin:
1. Ceftriaxone
Sebuah monoterapi efektif untuk N gonorrhoeae. Ceftriaxone adalah
sefalosporin generasi ketiga dengan efisiensi broad spectrum terhadap bakteri
gram-negatif, efficacy yang lebih rendah terhadap bakteri gram-positif, dan
efficacy yang lebih tinggi terhadap bakteri resisten. Dengan mengikat pada satu
atau lebih penicillin-binding protein, akan menghambat sintesis dari dinding sel
bakteri dan menghambat pertumbuhan bakteri. Dosis yang dianjurkan: 125 mg IM
sebagai single dose
2. Ciprofloxacin
Sebuah monoterapi alternatif untuk ceftriaxone.Merupakan antibiotik tipe
bakterisida yang menghambat sintesis DNA bakteri dan, oleh sebab itu akan
menghambat pertumbuhan bakteri dengan menginhibisi DNA-gyrase pada bakteri.
Dosis yang dianjurkan: 250 mg PO 1 kali sehari
3. Doxycycline
Menghambat sintesis protein dan replikasi bakteri dengan cara berikatan
dengan 30S dan 50S subunit ribosom dari bakteri. Diindikasikan untuk
C.trachomatis. Dosis yang dianjurkan: 100 mg PO 2 kali sehari selama 7 hari.
4. Azitromisin
Digunakan untuk mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan
oleh beberapa strain organisme. Alternatif monoterapi untukC trachomatis. Dosis
yang dianjurkan: 1 g PO 1x
d.Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi Pada vulva tampak benjolan yaitu pertumbuhan Kista Bartholini,
bentuknya bundar menyerupai kelereng, berwarna kemerahan.
b. Palpasi Pada vulva teraba benjolan atau pembengkakan pada kelenjar Bartholin.
Pemeriksaan penunjang
Pada kista yang terinfeksi, pemeriksaan kultur jaringan dibutuhkan untuk
mengidentifikasikan jenis bakteri penyebab abses dan untuk mengetahui ada
tidaknya infeksi akibat penyakit menular seksual seperti Gonorrhea dan
Chlamydia. Untuk kultur diambil swab dari abses atau dari daerah lain seperti
serviks. Hasil tes ini baru dilihat setelah 48 jam kemudian, tetapi hal ini tidak
dapat menunda pengobatan. Dari hasil ini dapat diketahui antibiotik yang tepat
yang perlu diberikan. Pembesaran glandula Bartholin pada wanita usia lebih dari
40 tahun dan memiliki riwayat kista rekuren ataupun adanya abses rekuren
sebaiknya dilakukan biopsi atau eksisi. Semua massa solid membutuhkan Fine
Needle Aspiration Biopsy untuk menentukan diagnosis definitif.
3. Amenorea
a.Pengertian
Amenorea adalah keadaan dimana menstruasi berhenti atau tidak terjadi pada
masa subur atau pada saat yang seharusnya menstruasi terjadi secara teratur. Hal
ini tentu saja tidak termasuk berhenti menstruasi pada wanita yang sedang hamil,
menyusui atau menopause.
Amenorea dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu amenorea primer dan
amenorea sekunder.
a) Amenorea primer adalah istilah yang digunakan untuk perempuan
yang terlambat mulai menstruasi. biasanya seorang perempuan akan
mengalami menstruasi pertama sekitar usia 10 tahun hingga 16 tahun.
Jika usianya sudah menginjak 16 tahun dan belum menstruasi, maka
ini yang disebut amenorea primer. Hal ini perlu diwaspadai dan
mendapat perhatian. Seseorang terlambat mulai menstruasi dapat
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain kelainan hormonal,
gangguan kesehatan fisik atau masalah tekanan jiwa dan emosi.
b) Amenorea sekunder adalah berhenti menstruasi, paling tidak
selama 3 bulan berturut turut, padahal sebelumnya sudah pernah
mengalami menstruasi. Amenore sekunder dapat disebabkan oleh
rendahnya hormon pelepas gonadotropin (GoRH = Gonadotropine
Releasing Hormone), yaitu hormon yang diproduksi oleh
hipotalamus (salah satu bagian dari otak), yang salah satu fungsinya
adalah mengatur siklus menstruasi. Di samping itu, kondisi stres,
anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrim, gangguan tiroid,
olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium, juga dapat menyebabkan
amenorea.
b. Penyebab
Ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab amenorea, antara lain:
Penyakit pada indung telur (ovarium) atau uterus (rahim), misalnya tumor
ovarium, fibrosis kistik, dan tumor adrenal.
Gangguan produksi hormon akibat kelainan di otak, kelenjar hipofisis,
kelenjar tifoid, kelenjar adrenal, ovarium (indung telur) maupun bagian dari
sistem reproduksi lainnya. Contohnya kondisi hipogonadisme,
hipogonadotropik, hipotiroidisme, sindrom adrenogenital, penyakit ovarium
polikistik, hiperplasia adrenal, dan lain lain.
d. Pemeriksaan
Gejala amenorea dijumpai pada penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan
yang bermacam-macam. Oleh karena itu, untuk menegakkan diagnosis yang tepat
harus berdasarkan etiologi, tidak jarang diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
yang beraneka ragam, rumit, dan mahal harganya.
Anamnesis yang baik dan lengkap sangat penting. Pertama, harus diketahui
apakah amenorea itu primer atau sekunder. Selanjutnya, perlu diketahui apakah
ada hubungan antara amenorea dan faktor-faktor yang dapat menimbulkan
gangguan emosional; apakah ada kemungkinan kehamilan; apakah penderita
menderita penyakit akut atau menahun; apakah ada gejala-gejala penyakit
metabolik, dan lain-lain.
Sesudah anamnesis, perlu dilakukan pemeriksaan umum yang seksama;
keadaan tubuh penderita tidak jarang memberi petunjuk-petunjuk yang berharga.
Apakah penderita pendek atau tinggi, apakah berat badan sesuai dengan tingginya,
apakah ciri-ciri kelamin sekunder bertumbuh dengan baik atau tidak, apakah ada
tanda hirsutisme; semua ini penting untuk pembuatan diagnosis.
Pada pemeriksaan ginekologik umumnya dapat diketahui adanya berbagai
jenis ginatresi, adanya aplasia vagina, keadaan klitoris, aplasia uteri, adanya
tumor, ovarium, dan sebagainya.Mencari penyebab amenorea dapat dilakukan
secara sederhana, yaitu dengan melakukan beberapa tes atau uji.
Dengan anamnesis, pemeriksaan umum, dan pemeriksaan ginekologik, banyak
kasus amenorea dapat diketahui sebabnya. Apabila pemeriksaan klinik tidak
memberi gambaran yang jelas mengenai sebab amenorea, maka dapat dilakukan
pemeriksaan khusus seperti :
4. Adenomyosis
a.Pengertian
Adenomyosis yaitu kondisi jinak yang ditandai pertumbuhan
endometrium ke dalam otot uterus, terkadang disertai pertumbuhan otot
berlebihan. Disebut juga endometriosis uteri interna. (W. A. Newman, 2011)
b.Penyebab
Ukuran rahim membesar 2 atau 3 kali lipat ukuran normal.
Penyebab tidak diketahui pasti, ada beberapa teori diduga sebagai penyebabnya:
1. Jaringan endometrium yang menyusup ke dinding rahim.
Ini terjadi contohnya saat dilakukan operasi cesar, sel endometrium
menyusup ke dinding rahim, lalu tumbuh dan berkembang disana. Beberapa
ahli percaya bahwa adenomiosis hasil dari invasi langsung dari sel-sel
endometrium dari permukaan rahim ke dalam otot yang membentuk dinding
rahim. Insisi uterus dilakukan selama operasi seperti operasi caesar (C-
section) mempromosikan invasi langsung dari sel-sel endometrium ke dalam
dinding rahim.
2. Teori Pertumbuhan.
Diyakini sejak awal, jaringan endometrium ini memang sudah ada saat
janin mulai tumbuh. ahli lainnya berspekulasi adenomiosis yang berasal
dalam otot rahim dari jaringan endometrium disimpan di sana ketika rahim
pertama kali terbentuk pada janin perempuan.
3. Peradangan rahim akibat proses persalinan.
Teori ini menyatakan ada hubungan antara adenomiosis dan proses
persalinan. Proses deklamasi endometrium pada periode paska persalinan
bisa menyebabkan pecahnya/putusya ikatan sel pada endometrium.
Dari teori diatas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa faktor risiko
terkena adenomiosis adalah persalinan baik cesar maupun normal.
d.Pemeriksaan
1. Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi
Tes laboratorium pada pasien dismenore sekunder atau nyeri
pelvis kronis hangat terbatas. Hitung jenis darah dapat membantu
mengevaluasi akibat adanya pendarahan yang terus menerus. Laju enap
darah dapat membantu mengidentifikasi adanya proses inflamasi, namun
tidak spesifik.Tes radiologi umumnya terbatas untuk etiologi yang tidak
berhubungan dengan gynecology, seperti pemeriksaan pada saluran
pencernaan dan saluran kemih. Tes ultrasonografi pada pelvis
memberikan manfaat yang besar karena memberikan gambaran adanya
myoma, tumor adnexal atau tumor lainnya, dan lokasi pemakaian
IUD(Smith, 2003)
Kode ICD-9 CM : Examination blood (90.5), Ultrasonography
(88.79)
2. Histerosalpingogram
Suatu pemeriksaan roentgen daerah panggul setelah suatu kontras
dimasukkan ke dalam dinding Rahim
3. Pemeriksaan MRI
Mendeteksi adanya adenomyosis dan seberapa luas adenomyosis
dan juga dapat membedakannya dari fibroid. Pemeriksaan MRI panggul
ini harus dikerjakan dengan media kontras Gadolinium yang disuntikkan
ke pembuluh darah
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hb
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi.
Mean corpuscular volume (MCV). MCV adalah ukuran atau
volume rata-rata eritroit. MCV meningkat jika eritrosit lebih besar
dari biasanya (makrositik), misalnya pada anemia karena
kekurangan vitamin B12. MCV menurun jika eritrosit lebih kecil
dari biasanya (mikrositik) seperti pada anemia karena kekurangan
zat besi.
Pemeriksaan Leukosit
Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pada
luka operasi atu proses operasi.
a.Pengertian
Hymen adalah suatu membran tipis tidak utuh yang melingkari orifisium
vagina dan mempunyai satu atau beberapa lubang yang memungkinkan
keluarnya aliran darah menstruasi. Bentuk dan ukuran lubang himen bervariasi,
tetapi umumnya robek pada waktu koitus pertama. Himen yang “intak” danggap
suatu tanda keperawanan, tetapi ini tidak dapat diandalkan karena beberapa kasus
koitus tidak berhasil menimbulkan robekan dan pada orang lain himen dapat
robek akibat manipulasi digital.
Hymen Imperforata ialah selaput darah yang tidak menunjukan lubang
(Hiatus Himenalis) sama sekali, suatu kelainan yang ringan dan yang cukup
sering dijumpai. Kemungkinan besar kelainan ini tidak dikenal sebelum
menarche. Sesudah itu molimina menstrualia dialami tiap bulan, tetapi darah haid
tidak keluar. Darah itu terkumpul di dalam vagina dan menyebabkan hymen
tampak kebiru-biruan dan menonjol keluar (Hematokolpos). Bila keadaan ini
dibiarkan, maka uterus akan terisi juga dengan darah haid dan akan membesar
(Hematometra).
Hymen imperforata dapat didiagnosis ketika bayi baru lahir atau ketika awal
masa pubertas anak. Akan tetapi, lebih sulit mendiagnosis hymen imperforata
pada bayi baru lahir.
Sementara pada anak dalam masa pubertas, dokter akan melakukan tanya
jawab mengenai gejala yang dialami, riwayat kesehatan, serta riwayat menstruasi
pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada area
vagina, selaput dara, dan vulva.
e. Pemeriksaan
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Imaging
d. Pemeriksaan
Dapat ditangani dengan prosedur operasi koreksi labia atau
vaginoplasty. Vaginoplasty dilakukan jika ada kesulitan dalam berhubungan,
persalinan, mengganggu psikologi, atau mengganggu keluarnya darah haid.
Membuat insis untuk memisahkan kedua labium minus, pemberian
antibiotika untuk mencegah peradangan.
7. Bartolinitis
a.Pengertian
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga
dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya,
pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan.
Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.
b. Penyebab
Penatalaksanaan
a. Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.
Ingat, kuman juga bisa berasal dari pasangan Anda. Jika Anda
berganti-ganti pasangan, tak gampang mendeteksi sumber
penularan bakteri. Peradangan berhubungan erat dengan penyakit
menular seksual dan pola seksual bebas.
b. Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
c. Untuk mengatasi radang, berbagai cara bisa dilakukan. Salah
satunya adalah gaya hidup bersih dan sehat diantaranya konsumsi
makanan sehat dan bergizi. Usahakan agar Anda terhindar dari
kegemukan yang menyebabkan paha bergesek. Kondisi ini dapat
menimbulkan luka, sehingga keadaan kulit di sekitar selangkangan
menjadi panas dan lembap. Kuman dapat hidup subur di daerah
tersebut.
d. Hindari mengenakan celana ketat, karena dapat memicu
kelembapan. Pilih pakaian dalam dari bahan yang menyerap
keringat agar daerah vital selalu kering.
e. Periksakan diri ke dokter jika mengalami keputihan cukup lama.
Tak perlu malu berkonsultasi dengan dokter kandungan sekalipun
belum menikah. Karena keputihan dapat dialami semua
perempuan.
f. Berhati-hatilah saat menggunakan toilet umum. Siapa tahu, ada
penderita radang yang menggunakannya sebelum Anda.
g. Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan
Gerakan membasuh dari depan ke belakang.
h. Jika tidak dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner. Perempuan
seringkali salah kaprah. Mereka merasa nyaman jika pakaian
dalamnya bersih. Padahal penggunaan pantyliner dapat
meningkatkan Kelembapan kulit di sekitar vagina.
Pengobataan
d.Pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang:
a. Laboratorium
c. In speculo
a.Pengertian
Hipertrofi labia minora merupakan kelainan kongenital, kondisi
dimana terjadi disproporsi dari ukuranlabia minora relatif dari ukuran labia
mayora.(scribd.com, 2013)
b. Penyebab
9. Iva
10. Polip endometrium
11. Vaginismus
12. Vaginektomi
13. Vagini perineotomy
14. Vaginitis radang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
(Otto Gusti Madung, 2011)&, Ni Wayan Sri Suarmini, S. R. (2015). Kelainan pada sistem
reproduksi dan penanggulanganya.
Https://Xa.Yimg.Com/Kq/Groups/23627341/732631845/Name/Hipertrofi.
Ariyanti, K. S., Sariyani, M. D., & Winangsih, R. (2022). Terapi Non Farmakologis untuk
Mengurangi Nyeri Haid pada Remaja di Tabanan. Jurnal Kebidanan Malakbi, 3(2), 58.
https://doi.org/10.33490/b.v3i2.612
Benson, R. C., & Pernoll, M. L. (2009). Handbook of Obstetry and Gynecology. In The
McGraw-Hill Education Asia (pp. 34–56).
Hafidhah, A. N., Kedokteran, F., & Surakarta, U. M. (2020). Hymen Imperforate : A Case
Report. 410–415.
Hendarto, H. (2015). Buku Endometriosis aspek teori dan penanganan klinis. In Airlangga
University Press.
Juwita, L., & Prabasari, N. A. (2022). Penatalaksanaan Dismenore Berdasarkan Karakteristik
Dismenore Pada Remaja Putri. Adi Husada Nursing Journal, 8(1), 1.
https://doi.org/10.37036/ahnj.v8i1.212
Malik, A. (2007). Kelainan Kongenital Pada Sistem Reproduksi Dan Masalah Interseks.
Journal of Chemical Information and Modeling, 8(9), 1–58.
Muhammad, J. (2017). Pengaruh Hypnotherapi terhadap Dismenore. Study Mahasiswa S1
Keperawatan UMM, 4(1), 12–98.
Otto Gusti Madung. (2011). ( Bagian I ) (Issue Bagian I).
Rinata, E. (2020). Buku Ajar Genetika Dan Biologi Reproduksi. In Buku Ajar Genetika Dan
Biologi Reproduksi. https://doi.org/10.21070/2020/978-623-6833-96-4
scribd.com. (2013). Hipertrofi Labia Minora.
Https://Www.Scribd.Com/Doc/167261173/Hipertrofi-Labia-Minora.
W. A. Newman, D. (2011). Kamus Saku Kedokteran Dorland Ed. 28. In EGC Medical
Publisher (Vol. 28). https://doi.org/10.1097/00000441-196003000-00040
Yayan, A. (n.d.). ADENOMIOSIS UTERI. Jul 17, 2015.