Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Nyeri

a. Definisi

2. Nyeri Haid (Dismenorea)

a. Definisi

Nyeri haid disebut juga dengan dismenore (Sari, 2012). Istilah

dismenore (dysmenorrhea) berasal dari kata dalam bahasa yunani kuno

(Greek) kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal;

meno yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Secara

singkat dismenore dapat di definisikan sebagai aliran menstruasi yang

sulit atau menstruasi yang mengalami nyeri (Anurogo, 2011).

Menurut Reeder (2013) dismenore yakni nyeri menstruasi yang

dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum atau selama menstruasi.

Nyeri ini berlangsung selama satu sampai beberapa hari selama

menstruasi. Dismenore merupakan nyeri menstruasi yang

dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum awitan atau selama

menstruasi yang merupakan permasalahan ginekologikal utama, yang

sering dikeluhkan oleh wanita (Sarwono, 2011).


2

Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan dismenore

merupakan adanya gangguan fisik pada wanita yang mengalami

menstruasi, yang dikarakteristikan dengan adanya nyeri pada saat

menstruasi, dan nyeri tersebut bisa terjadi sebelum atau selama

menstruasi dalam waktu yang singkat.

b. Klasifikasi Dismenorea

Klasifikasi Dismenorea dibagi menjadi 2 yaitu dismenorea

berdasarkan jenis nyeri dan dismenorea berdasarkan ada tidaknya

kelainan atau sebab:

1) Dismenorea Berdasarkan Jenis Nyeri (Judha dkk, 2012), sebagai

berikut:

a) Dismenorea Spasmodik

Dismenorea spasmodik adalah nyeri yang dirasakan di bagian

bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid

dimulai. Dismenorea spasmodik dapat dialami oleh wanita

muda maupun wanita berusia 40 tahun ke atas. Sebagian

wanita yang mengalami dismenorea spasmodik, tidak dapat

melakukan aktivitas. Tanda dismenorea spasmodik, antara lain

pingsan, mual, muntah, dan dismenorea spasmodik dapat

diobati atau dikurangi dengan melahirkan, walaupun tidak

semua wanita mengalami hal tersebut (Judha dkk, 2012).

b) Dismenorea Kongestif

Dismenorea kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum

haid datang. Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari


3

sampai kurang dari 2 minggu. Pada saat haid datang, tidak

terlalu menimbulkan nyeri. Bahkan setelah hari pertama haid,

penderita dismenorea kongestif akan merasa lebih baik. Gejala

yang ditimbulkan pada dismenorea kongestif, antara lain pegal

(pegal pada bagian paha), sakit pada daerah payudara, lelah,

mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, ceroboh, dan

gangguan tidur

2) Dismenorea Berdasarkan Ada Tidaknya Kelainan Atau Sebab

(Mitayani, 2012):

a) Dismenorea Primer

Dismenore primer terjadi sesudah 12 bulan atau lebih pasca

menarke. Hal itu karena siklus menstruasi pada bulan-bulan

pertama setelah menarkebiasanya bersifat anovulatoir yang

tidak disertai nyeri. Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama-

sama dengan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa hari

Dismenorea primer biasanya terjadi akibat adanya kelainan

pada gangguan fisik yang mendasarinya, sebagian besar

dialami oleh wanita yang telah mendapatkan haid. Lokasi nyeri

dapat terjadi di daerah suprapubik, terasa tajam, menusuk,

terasa diremas, atau sangat sakit. Biasanya terjadi terbatas pada

daerah perut bagian bawah, tapi dapat menjalar sampai daerah

paha dan pinggang. Selain rasa nyeri, dapat disertai dengan

gejala sistematik, yaitu berupa mual, diare, sakit kepala, dan

gangguan emosional. Menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri


4

pada remaja sebagian besar disebabkan oleh dismenorea

primer

b) Dismenorea Sekunder

Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan kongenital

atau kelainan organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja.

Rasa nyeri yang timbul disebabkan karena adanya kelainan

pelvis, misalnya endometriosis, mioma uteri (tumor jinak

kandungan), stenosis serviks, dan malposisi uterus juga

disebabkan oleh fibroid, penyakit radang panggul, IUD, tumor

pada tuba fallopi, usus atau vesika urinaria, polip uteri,

inflamatory bowel desease. Dismenore merupakan nyeri

bersifat kolik dan dianggap disebabkan oleh kontraksi uterus

oleh progesteron yang dilepaskan saat pelepasan endometrium.

Nyeri yang hebat dapat menyebar dari panggul ke punggung

dan paha, seringkali disertai mual pada sebagian perempuan

Biasanya terjadi selama 2-3 hari selama siklus dan wanita yang

mengalami dismenorea sekunder ini biasanya mempunyai

siklus haid yang tidak teratur atau tidak normal. Pemeriksaan

dengan laparaskopi sangat diperlukan untuk menemukan

penyebab jelas dismenorea sekunder ini.

c. Etiologi Dismenorea Primer

Banyak teori yang telah ditemukan untuk menerangkan penyebab

terjadi dismenorea primer, tapi meskipun demikian patofisiologisnya

belum jelas. Menurut Mitayani (2012), etiologi dismenorea di antaranya


5

1) Faktor Psikologis

Biasanya terjadinya pada gadis-gadis yang secara emosional tidak

stabil, mempunyai ambang nyeri yang rendah, sehingga dengan

sedikit rangsangan nyeri, maka ia akan sangat merasa kesakitan.

Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan dan

pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan psikis

yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan

haid seperti dismenorea. Apabila stressor meningkat maka emosi

semakin meningkat dan sebaliknya apabila stressor menurun maka

emosi semakin menurun sehingga menurunkan nyeri. Ketika remaja

mengalami stres, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin,

estrogen, progesteron dan prostaglandin yang berlebihan.

Estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara

berlebihan sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi.

Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri.

Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan

otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri

ketika menstruasi.

2) Faktor Endokrin

Pada umunya nyeri haid ini dihubungkan dengan kontraksi uterus

yang tidak bagus. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh

hormonal. Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan

terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga

menimbulkan nyeri. Pada saat menstruasi terjadi ketidakseimbangan


6

antara kadar estrogen dan progesteron pada fase luteal pertengahan

menyebabkan kekuatan dinding sel permeabilitas meningkat

sehingga terjadi iskemik jaringan dan nekrosis endometrium.

Iskemik ini memicu pelepasan enzim lipooksigenase dan enzim

siklooksigenase. Fosfolipid bilayer mengubah fosfolipid menjadi

asam arakidonat yang akan diteruskan menjadi prostaglandin

(mediator inflamatori) (Manuaba, 2010).

Intensitas nyeri cenderung naik turun, hal ini dikarenakan produksi

prostaglandin sering meningkat dan menurun seiring dengan

keluarnya sel yang terinjury berupa darah menstruasi (Sarwono,

2011).

3) Faktor Alergi

Teori ini dikemukakan setelah memerhatikan hubungan antara

asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migren, asma bronkial,

namun bagaimanapun belum dapat dibuktikan mekanismenya. Ini

diduga bahwa disebabkan oleh toksin haid (Sarwono, 2011).

d. Tanda dan Gejala Dismenorea Primer

Menurut Mitayani (2012) tanda dan gejala klinis dismenorea

primer yang sering ditemukan adalah

1) Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan

permulaan haid dan berlangsung beberapa jam atau lebih.

2) Nyeri abdomen bagian bawah, menjalar ke daerah pinggang dan

paha disertai rasa mual, muntah, diare, nyeri kepala, kelelahan, dll.

3) Mudah tersinggunga
7

e. Skala Pengukuran Nyeri Dismenorea Primer

Karakteristik yang paling subyektif pada nyeri adalah tingkat

keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Sering kali seseorang diminta

untuk mendeskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, dan

nyeri berat. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat

keparahan yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi Verbal Descriptor

Scale (VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata.

Pendeskripsi ini dirangking mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri

yang tidak tertahankan”. Skala penilaian numeric (Numerical Rating

Scale, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.

Dalam hal ini untuk menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10

(universal pain assessment tool). Adapun skala intensitas nyeri adalah

sebagai berikut (Potter & Perry, 2009):

Tabel 2.1 Skala Nyeri Haid


0 : Tidak ada keluhan nyeri haid/kram pada perut Tidak nyeri
bagian bawah
1-3 : Terasa kram perut bagian bawah, masih dapat Nyeri
ditahan, masih dapat melakukan aktifitas, masih ringan
dapat berkonsentrasi belajar
4-6 : Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri Nyeri
menyebar ke pinggang, kurang nafsu makan, sedang
sebagian aktifitas terganggu, sulit/susah belajar
7-9 : Terasa kram berat pada perut bagian bawah, Nyeri
nyeri menyebar ke pinggang, paha, atau sedang
punggung, tidak nafsu makan, mual, badan
lemas, tidak kuat beraktifitas, tidak dapat
berkonsentrasi belajar
10 : Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian Nyeri Berat
bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kaki, dan
punggung, tidak mau makan, mual, muntah,
sakit kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa
berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak
dapat beraktifitas, terkadang sampai pingsan
8

Gambar 2.2. Skala penyukur nyeri

f. Upaya Penanganan Dismenorea Primer

Terdapat beberapa cara dalam menangani dismenorea, untuk

membantu mengurangi rasa nyeri menstruasi dapat dilakukan dengan

cara farmakologi dan non farmakologi, yaitu:

1) Farmakologi

Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan

nonsteroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat).

Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum

menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi

2) Non farmakologi

Pengobatan non farmakologi yang dapat dilakukan untuk

membantu mengurangi rasa nyeri haid yaitu teknik TENS, heat


9

therapy, compress, akupuntur, akupressur, relaksasi atau distraksi

dan exercise (Nugroho dan Utama, 2014).

g. Faktor Risiko Mempengaruhi Nyeri Haid Atau Dismenorea

Menurut Smeltzer & Bare (2009), faktor resiko terjadinya disminore

primer adalah:

a. Menarche pada usia lebih awal

Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum

berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahan-

perubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi.

b. Belum pernah hamil dan melahirkan

Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan

dengan saraf yang menyebabkan adrenalin mengalami penurunan, serta

menyebabkan leher rahim melebar sehingga sensasi nyeri haid

berkurang bahkan hilang.

c. Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari)

Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari), menstruasi menimbulkan

adanya kontraksi uterus, terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih

sering berkontraksi dan semakin banyak prostaglandin yang

dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan menimbulkan rasa

nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang terus-menerus menyebabkan

suplai darah ke uterus terhenti dan terjadi dismenore.

d. Umur
10

Perempuan semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi maka leher

rahim bertambah lebar, sehingga pada usia tua kejadian dismenore

jarang ditemukan.

Sedangkan menurut Hendrik (2006), wanita yang mempunyai resiko

menderita dismenore primer adalah:

a. Mengkomsumsi alkohol

Alkohol merupakan racun bagi tubuh dan hati bertanggungjawab

terhadap penghancur estrogen untuk disekresi oleh tubuh. Fungsi hati

terganggu karena adanya komsumsi alkohol yang terus menerus, maka

estrogen tidak bisa disekresi dari tubuh, akibatnya estrogen dalam tubuh

meningkat dan dapat menimbulkan gangguan pada pelvis.

b. Perokok

Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan meningkatkan

lamanya dismenore.

c. Tidak pernah berolah raga

Kejadian dismenore akan meningkat dengan kurangnya aktifitas selam

menstruasi dan kurangnya olah raga, hal ini dapat menyebabkan

sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada uterus adalah aliran

darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan menyebabkan nyeri.

d. Stres

Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-otot

punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore.


11

3. Teknik Relaksasi

Salah satu teknik relaksasi yaitu dengan teknik relaksasi nafas dalam.

Teknik relaksasi nafas dalam adalah teknik melakukan nafas dalam, nafas

lambat dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Teknik

relaksasi nafas dalam yang dilakukan secara berulang akan menimbulkan

rasa nyaman. Adanya rasa nyaman inilah yang akhirnya akan meningkatkan

toleransi seseorang terhadap nyeri. Orang yang memiliki toleransi nyeri

yang baik akan mampu beradaptasi terhadap nyeri dan akan memilki

mekanisme koping yang baik pula.

Langkah-langkah melakukan teknik relaksasi nafas dalam antara lain:

1) Sediakan waktu selama 10 menit.

2) Atur posisi klien pada tempat duduk atau ditempat tidur yang nyaman.

3) Tutup mata letakkan satu tangan pada perut kanan atas

4) Tarik nafas dalam secara perlahan lewat hidung dengan hitungan 1,2,3,

kemudian tahan sekitar 5-10 detik, rasakan gerakan pelan perut.

5) Hembuskan secara perlahan, lewat mulut

6) Fokuskan pada pernafasan dan rasakan keluar tubuh.

7) Ulang tarik nafas dalam beberapa kali sampai merasa rileks dengan

selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

8) Anjurkan buka mata pelan-pelan.

9) Evaluasi perasaan dan manfaat yang dirasakan klien setelah prosedur

dilakukan (Smeltzer, 2009)

4. Teknik Distraksi
12

Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain

sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan

meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Terapi musik adalah keahlian

menggunakan musik atau elemen musik seseorang terapis untuk

meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental,

fisik, emosional dan spritual. Dalam kedokteran, terapi musik disebut

sebagai terapi pelengkap (Complementary Medicine), potter juga

mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang digunakan untuk

penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama

tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan

dengan keinginan, seperti musik klasik, instrumentalia, dan slow musik

(Potter dan Perry, 2009).

Adapun tatalaksana dalam menggunakan terapi musik antara lain:

1) Memilih musik klasik yang sesuai dengan selera klien.

2) Menggunakan earphone supaya tidak menganggu klien atau staf yang

lain dan membantu klien berkonsentrasi pada musik.

3) Apabila nyeri klien rasakan akut, kuatkan volume musik. Apabila nyeri

berkurang, kurangi volume

4) Minta klien berkonsentrasi pada musik dan mengikuti irama dengan

mengetuk-ngetukkan jari atau menepuk-nepuk paha

5) Instruksikan klien untuk tidak menganalisa musik:”Nikmati musik

kemana pun musik membawa anda”

6) Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat memberikan

efek terapeutik (Potter dan Perry, 2009).


13

5. Hubungan teknik relaksasi dengan nyeri haid

Teknik relaksasi nafas dalam dapat dipercaya dapat menurunkan

intensitas nyeri melalui otot skelet yang mengalamimekanisme yaitu

dengan merelaksasikan otot spasme yang disebabkan oleh peningkatan

prostaglandin sehingga meningkatkan terjadi vasodilatasi pembuluh darah

dan akan meningkatkan aliran darah kedaerah yang mengalami spasme dan

iskemik. Teknik relaksasi nafas dalam mampu merangsang tubuh untuk

melepaskan endogen yaitu endorphin dan enkefalin. Relaksasi melibatkan

sistem otot dan respires waktusehingga tidak membutuhkan alat lain dan

mudah dilakukan sewaktu atau kapan saja. Prinsip yang mendasari

penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi sistem saraf

otonom yang merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang

mempertahankan sistem homeostatis lingkungan internal individu

(Smeltzer, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marni (2015)

mengenai efektivitas relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri haid

didapatkan hasil bahwa rata-rata penurunan pada pemberian tindakan

relaksasi sebesar 2.03, sedangkan nilai rata-rata variabel skala nyeri haid

sebelum dilakukan relaksasi sebesar 5,83 dengan standar deviasi sebesar

1,642 dan nilai rata- rata setelah dilakukan relaksasi sebesar 3,80 dengan

standar deviasi 1,24 dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan penurunan

intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas

dalam, dimana setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terjadi

penurunan intensitas nyeri (Marni, 2015). Selain itu penelitian yang

dilakukan oleh Ratni Siregar tahun 2014 di Medan menyatakan ada


14

pengaruh pemberian relaksasi nafas dalam yang signifikan terhadap

penurunan intensitas nyeri dismenore pada Siswa SMAN 3 Kota Medan

6. Hubungan teknik distraksi dengan nyeri haid

Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain

sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan

meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Tujuan penggunaan teknik distraksi

adalah untuk pengalihan atau menjauhkan perhatian klien terhadap sesuatu

yang sedang dihadapi, misalnya rasa nyeri. Sedangkan manfaat dari

penggunaan teknik ini, yaitu agar seseorang yang menerima teknik ini

merasa lebih nyaman, santai, dan merasa berada pada situasi yang lebih

menyenangkan (Prasetyo, 2010). Salah satu teknik distraksi yang digunakan

adalah distraksi pendengaran. Mendengarkan musik yang disukai, suara

burung, atau gemercik air. Klien dianjurkan untuk memilih musik yang

disukai dan musik yang tenang, seperti musik klasik. Klien diminta untuk

berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk

menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu, seperti bergoyang,

mengetukkan jari atau kaki (Tamsuri, 2007).

Musik mampu menenangkan jiwa, menjadi sarana untuk memusatkan

diri pada kesadaran spiritual dan mengangkat seseorang pada sebuah situasi

damai, hening, dan sadar akan diri sendiri. Lagi pula, musik mengurangi

nyeri, depresi, pergolakan dan agresi serta meningkatkan relaksasi dan

suasana hati yang positif. Pada sebuah Studi oleh Ralph Spintge, M.D.,

direktur pelaksana dari Internasional Sosial for Musik in Medicine yang

berdomilisi di Jerman, mengadakan efek musik pada kurang lebih 97.000


15

orang pasien sebelum, selama dan sesudah operasi. Ia menemukan bahwa

97 persen pasien mengatakan bahwa musik membantu mereka rileks. Musik

yang seluruhnya lembut terutama membantu sekali (Salampessy, 2004).

Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Sari Rahma Fitri tahun 2013

di Bukit Tinggi menyatakan bahwa ada pengaruh terapi distraksi

mendengarkan musik Mozart terhadap penurunan derajat nyeri haid

B. Kerangka Konsep

Skema 2.1 Kerangka Konsep Perbedaan teknik relaksasi dan teknik distraksi
terhadap pengurangan nyeri haid Remaja
Variabel Independent Variabel Dependent

Teknik relaksasi dan Nyeri haid


distraksi

Variabel Perancu

1. Menarche
2. Lama haid
3. Riwayat olah
raga

C. Definisi Operasional

Tabel 2.3 Definisi Operasional


No Variabel Pengertian Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Teknik Teknik dengan Check list 1. Sebelum Nominal
relaksasi menarik nafas dalam berdasarkan 2. Sesudah
SOP

2 Teknik Teknik pengalihan Check list 1. Sebelum Nominal


distraksi nyeri dengan berdasarkan 2. Sesudah
menggunakan musik SOP

3 Menarche Haid pertama kali Kuisioner 1. < 11 tahun Nominal


responden 2. ≥ 11 tahun
16

4 Lama haid Durasi waktu selama Kuisioner 1. ≤ 7 hari Nominal


menstruasi 2. > 7 hari

5 Riwayat olah Kegiatan olah raga Kuisioner 1. Ya Nominal


raga 2. Tidak

6 Nyeri Haid Rasa tidak nyaman Kuisioner 1. Ringan Ordinal


pada perut bagian saat 2. Sedang
atau sebelum 3. Berat
menstruasi

D. Hipotesis

Hipotesis Deskriptif adalah jawaban sementara untuk rumusan masalah

deskriptif, yaitu berkaitan dengan variabel bebas dan variabel terikat. Hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

Ha : Ada perbedaan antara teknik distraksi dan relaksasi terhadap lama nyeri haid

Anda mungkin juga menyukai