Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN MATERNITAS


ASUHAN KEPERAWATAN WANITA USIA SUBUR DENGAN DISMENORE

ANANDA PRASTUTI SUTRISNO


KELOMPOK I

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN WANITA USIA SUBUR DENGAN DISMENORE

A. Konsep Dasar Dismenore


1. Definisi Dismenore
Dismenore adalah kondisi medis dengan karakteristik nyeri uterine berat selama
menstruasi yang dinyatakan sebagai siklis abdomen bawah atau nyeri pelvis, yang
dapat menyebar sampai ke punggung dan paha. Istilah dismenorea berasal dari
bahaya Yunani dari kata ‘dys’ yang artinya sulit, nyeri, atau abnormal, ‘meno’ berarti
bulan, dan ‘rrhea’ berarti aliran. (Bavil, 2016). Dismenore diartikan sebagai nyeri dan
kram yang dialami selama mesntruasi yang mengganggu kegiatan normal sehari-hari
dan membutuhkan penanganan atau pengobatan. Ketidaknyamanan selama
mengalami menstruasi dari nyeri sedang sampai mengalami nyeri yang berat yang
mengharuskan pasien untuk tidurtotal (Callahan & Caughey, 2013).
Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu
masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia.
Dismenore di definisikan sebagai nyeri menstruasi yang menghalangi perempuan
untuk beraktivitas dengan normal. Nyeri ini biasanya juga diikuti dengan gejala
seperti diare, mual, muntah, sakit kepala, dan pusing (Beckman, 2010). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dismenorea atau nyeri haid adalah keadaan dimana nyeri
atau kram yang dialami oleh wanita yang sedang haid (menstruasi) dimana rentang
nyerinya mulai dari yang ringan sampai berat yang mengharuskannya untuk tidur
(bedrest).

2. Klasifikasi Dismenore
Secara klinis, dismenore dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer (esensial,
intrinsik, idiopatik) dan dismenore sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired).
Dua jenis dismenore ini merupakan yang paling banyak ditemui (Anurogo &
Wulandari, 2011).
a. Dismenore primer
Dismenore primer (essensial, instrinsik, idiopatik) tidak terdapat hubungan
dengan kelainan ginekologi. Ini merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa
kelainan pada alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu
setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus haid
pada bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak
disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama
– sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam. Walaupun
dalam beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah
kejang berjangkit – jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat
menyebar kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat
dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya
(Purwaningsih & Fatmawati, 2010).
b. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired) disebabkan oleh
kelainan ginekologik (endometrosis, adenomiosis, dan lain – lain) dan juga
karena pemakaian IUD (Purwaningsih & Fatmawati, 2010). Dismenore sekunder
seringkali mulai muncul pada usia 20 tahun dan lebih jarang ditemukan serta
terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Tipe nyeri hampir sama
dengan dismenore primer, namun lama nyeri dapat melebihi periode menstruasi
dan dapat juga terjadi saat tidak menstruasi (Nugroho & Utama, 2014).

3. Etiologi Dismenore
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi disritmik miometrium yang
menampilkan suatu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di
perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha. Riset biologi
molekuler terbaru berhasil menemukan kerentanan gen (susceptibility genes), yaitu
memodifikasi hubungan antara merokok pasif (passive smoking) dan nyeri haid
(Anurogo & Wulandari, 2011). Berikut adalah penyebab nyeri haid berdasarkan
klasifikasinya :
a. Penyebab dismenore primer
1) Faktor endokrin
Rendahnya kadar progresteron pada akhir fase corpus luteum. Hormon
progresteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan
hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain, endometrium
dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan
konstraksi otot – otot polos. Jika kadar prostaglandin yang berlebihan
memasuki peredaran darah maka selain dismenore dapat juga dijumpai efek
lainnya seperti nausea (mual), muntah, diare, flushing (respons involunter
tidak terkontrol) dari sistem darah yang memicu pelebaran pembuluh kapiler
kulit, dapat berupa warna kemerahan atau sensasi panas. Jelaslah bahwa
peningkatkan kadar prostaglandin memegang peranan penting pada timbulnya
dismenore primer (Anurogo & Wulandari, 2011).
2) Faktor organik
Kelainan organik yang dimaksud yaitu seperti retrofleksia uterus (kelainan
letak – arah anatomis Rahim), hipoplasia uterus (perkembangan rahim yang
tidak lengkap), obstruksi kanalis servikal (sumbatan saluran jalan lahir),
mioma submukosa bertangkai (tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot),
dan polip endometrium (Anurogo & Wulandari, 2011).
3) Faktor kejiwaan atau psikis
Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika tidak mendapat
penerangan yang baik tentang proses haid, maka akan mudah timbul
dismenore. Contoh gangguan psikis yaitu seperti rasa bersalah, ketakutan
seksual, takut hamil, konflik dan masalah jenis kelaminnya, dan imaturitas
(belum mencapai kematangan) (Anurogo & Wulandari, 2011).
4) Faktor konstitusi
Faktor konstitusi yaitu seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat
memperngaruhi timbulnya dismenore (Anurogo & Wulandari, 2011).
5) Faktor alergi
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara
hipermenorea dengan urtikaria migrain atau asma bronkele. Smith menduga
bahwa sebab alergi adalah toksin haid (Purwaningsih & Fatmawati, 2010).
b. Penyebab dismenore sekunder
1) Infeksi : nyeri sudah terasa sebelum haid
2) Myoma submucosa, polyp corpus uteri : nyeri bersifat kolik
3) Endometriosis : nyeri disebabkan
4) Retroflexio uteri fixate
5) Stenosis kanalis servikalis
6) Adanya AKDR : tumor ovarium (Aspiani, 2017).

4. Patofisiologi Dismenore
a. Dismenore primer
Mekanisme terjadinya nyeri pada dismenore primer diterangkan sebagai
berikut. Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami
regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan
ini akan mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan
melepaskan enzim fosfolipase A2.
Enzim ini akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel
endometrium; menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat
bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam
arakhidonat yang akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2
alfa.
Wanita dengan dismenore primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE
dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium dengan
akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan disritmi uterus. Akibatnya akan
terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia.
Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan
selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung – ujung saraf aferen
nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia (Aspiani, 2017).
b. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama, tetapi yang
paling sering mucul di usia 20 – 30 tahunan, setelah tahun – tahun normal dengan
siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenore
sekunder. Namun, penyakit pelvis yang menyertai haruslah ada. Penyebab yang
umum, di antaranya termasuk endometriosis (kejadian di mana jaringan
endometrium berada di luar rahim, dapat ditandai dengan nyeri haid),
adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive), polip endometrium (tumor
jinak di endometrium), chronic pelvic inflammatory disease (penyakit radang
panggul menahun), dan penggunaan. Peralatan kontrasepsi atau IU(C)D
[intrauterine (contraceptive) device]. Hampir semua proses apapun yang
memengaruhi pelvic viscera (bagian organ panggul yang lunak) dapat
mengakibatkan nyeri pelvis siklik (Anurogo & Wulandari, 2011).

5. Manifestasi Klinis Dismenore


a. Dismenore primer
Dismenore primer hampir selalu terjadi saat siklus ovulasi (ovulatory cycles)
dan biasanya muncul dalam setahun setelah haid pertama. Pada dismenore primer
klasik, nyeri dimulai bersamaan dengan onset haid atau hanya sesaat sebelum
haid dan bertahan atau menetap selama 1 – 2 hari. Nyeri dideskripsikan sebagai
spasmodik dan menyebar ke bagian belakang (punggung) atau paha atas atau
tengah. Berhubungan dengan gejala – gejala umumnya yaitu seperti berikut :
1) Malaise (rasa tidak enak badan)
2) Fatigue (lelah)
3) Nausea (mual) dan vomiting (muntah)
4) Diare
5) Nyeri punggung bawah
6) Sakit kepala
7) Terkadang dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas,
gelisah, hingga jatuh pingsan.
8) Gejala klinis dismenore primer termasuk onset segera setelah haid pertama
dan biasanya berlangsung sekitar 48 – 72 jam beberapa jam sebelum atau
sesaat setelah haid. Selain itu juga terjadi nyeri perut atau nyeri seperti saat
melahirkan dan hal ini sering ditemukan pada pemeriksaan pelvis yang biasa
atau pada rektum (Anurogo & Wulandari, 2011).
b. Dismenore sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore sekunder yang
terbatas pada onset haid. Ini biasanya berhubungan dengan perut besar atau
kembung, pelvis terasa berat, dan nyeri punggung. Secara klinis, nyeri meningkat
secara progresif selama fase luteal dan akan memuncak sekitar onset haid.
Berikut adalah gejala klinis dismenore secara umum :
1) Dismenore terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah haid pertama
2) Dismenore dimulai setelah usia 25 tahun
3) Terdapat ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaan fisik, pertimbangkan
kemudian endometriosis, pelvic inflammatory disease (penyakit radang
panggul), dan pelvic adhesion (perlengketan pelvis).
4) Sedikit atau tidak ada respons terhadap obat golongan NSAID (nonsteroidal
anti-inflammatory drug) atau obat anti – inflamasi non – steroid, kontrasepsi
oral, atau keduanya.
6. Derajat Dismenore
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun
dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore secara siklik dibagi menjadi tiga
tingkat keparahan. Menurut Manuaba (2009) dismennore dibagi 3 yaitu:
a. Dismenore Ringan. Dismenore ringan yang berlangsung beberapa saat dan dapat
melanjutkan kerja sehari-hari.
b. Dismenore Sedang. Pada dismenore sedang ini penderita memerlukan obat
penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya.
c. Dismenore Berat. Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat
beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, nyeri pinggang, diare dan rasa
tekan.
Derajat Dismenore menurut (Hakim, 2016):
a. Derajat 0, tanpa rasa nyeri, aktivitas sehari-hari tidak berpengaruh.
b. Derajat I, nyeri ringan, jarang memerlukan analgesic, aktivitas sehari-hari jarang
terpengaruh.
c. Derajat II, nyeri sedang, memerlukan analgesic, aktivitas sehari-hari terganggu.
d. Derajat III, nyeri berat, nyeri tidak banyak berkurang dengan analgesic, timbul
keluhan, nyeri kepala, kelelahan, mual, muntah dan diare.

7. Faktor yang Mempengaruhi Dismenore


a. Status Gizi
Status gizi merupakan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu. Gizi
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi, transfortasi, penyimpanan, metabolism
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi
(Thaniez, 2009 ; dalam Fitriana, 2013). Status gizi dikatakan baik apabila nutrisi
yang diperlukan baik lemak, protein, karbohidrat, mineral, vitamin maupun air
yang digunakan oleh tubuh sesuai kebutuhan. Nutrisi menentukan pertumbuhan
berat badan. Rata-rata pertumbuhan berat badan adalah 9 kg/tahun.
Bila asupan nutrisi dalam jumlah yang kurang optimal akan berdampak pada
perlambatan proses pertumbuhan dan perkumbungan maturasi/pematangan
seksual. Sebaliknya bila asupan nutrisi terlalu berlebih akan terjadi percepatan
proses pertumbuhan dan perkembangan seksual (Paath, 2008 ; Setiabudi, 2007
dalam Fitriana, 2013). Status gizi seseorang ditentukan oleh terpenuhi atau
tidaknya kebutuhan akan zat-zat gizi. Cara yang sederhana untuk menentukan
status gizi adalah dengan menggunakan Body Mass Index (BMI).
Cara ini disebut sebagai penentuan status gizi dengan cara antropometri yang
artinya ukuran tubuh manusia ditinjau dari sudut pandang gizi, yang berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Cara antropometri termasuk cara
penentuan gizi yang mudah dan murah. BMI merupakan rumus matematis yang
berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa dan dinyatakan sebagai indikator
yang baik untuk menentukan status gizi remaja (Sulistyowati, 2009 ; Thaniez,
2009 dalam Fitriana, 2013).
b. Usia Menarche
Menarche adalah haid pertama yang terjadi, yang merupakan ciri khas
kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil (Paath, 2008 dalam
Fitriana, 2013). Menurut Proverawati (2009) dalam Fitriana (2013), usia
menarche berlaku pada kisaran usia 12 – 13 tahun atau akhil baligh dalam bahasa
agama. Proses menstruasi bermula sekitar usia 12 -13 tahun walaupun ada yang
lebih cepat sekitar usia 9 tahun dan selambatlambatnya berusia 16 tahun. Salah
satu faktor resiko terjadinya dismenore primer adalah mentruasi pertama
(menarche) pada usia yang amat dini 9 (earlier age at menarche). Telah mencatat
factor resiko pada dismenore primer antara lain usia saat mentruasi pertama < 12
ahun (sulistyowati, 2009 dalam Fitriana, 2013).
c. Keadaan Psikologis
Menurut Nasution (2008) dalam Fitriana (2013) ada tiga factor psikologis yang
terlibat disini, yaitu :
1) Perceived control, yaitu keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai stresor
itu sendiri.
2) Learned helpness, yaitu reaksi tidak berdaya akibat seringnya mengalami
peristiwa yang yang berada diluar kendalinya. Produk akhirnya adalah
motivaional deficit (menyimpulkan bahwa semua upaya adalah sia-sia),
cogntive deficit (kesulitan mempelajari respon-respon yang dapat membawa
hasil yang positif), dan emotional deficit (rasa tertekan karena melihat ia
tidak dapat berbuat apa-apa dan situasinya tak terkendali lagi).
3) Hadriness, yaitu keberanian dan ketangguhan yang terdiri dari tiga
karakteristik
a) Keyakinan bahwa seseorang dapat mengendalikan atau mempengaruhi
apa yang terjadi padanya
b) Komitmen, keterlibatan dan makna pada apa yang dilakukan dari hari
demi hari
c) Fleksibel untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, seolah- olah
perubahan merupakan tantangan untuk pertumbuhannya.
d. Gaya Hidup
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kazama (2015) yang termasuk
kedalam faktor-faktor yang mempengaruhi dismenore dalam gaya hidup adalah
pola makan, pola tidurdan aktivitas fisik. Hasil penelitiannya adalah kurang tidur.
Walaupun dismenore itu sendiri yang mengganggu tidur normal. Selain pola
istirahat, pola makan juga merupakan salah satu faktor yang termasuk kedalam
gaya hidup dalam mempengaruhi dismenore. Beberapa dekade ini dilaporkan
bahwa melewatkan sarapan sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh remaja
(Ministry of Health, Labour dan Welfare, Japan, 2014 dalam Kazama, 2015). Dan
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kazama (2015) mereka yang
melewatkan sarapan sampai makan malam adalah remaja dengan nyeri dismenore
yang lebih parah dibandingkan dengan mereka yang tidak melewatkan sarapan
paginya.

8. Penatalaksanaan
a. Penanganan menurut Prawihardjo (2007 ):
1) Penerangan dan nasihat
2) Pemberian obat analgesic
3) Terapi hormonal
4) Terapi dengan obat nonsteroid antiprotaglandin
5) Dilatasi kanalis servikalis.
b. Penatalaksanaan dismenorea menurut Khusen (2016):
1) Minum hangat : Banyak wanita yang mengaku bahwa nyeri atau sakit saat
menstruasi berkurang jika mereka mengonsumsi minuman atau makanan
hangat (atau hangat yang sedikit panas).
2) Biji-bijian utuh : Beberapa penelitian telah mengkonfirmasi bahwa vitamin
B6 yang ditemukan dalam biji-bijian bermanfaat untuk mnegurangi gejala
PMS.
3) Kalsium dan vitamin D : Kalsium dan vitamin D sangat dianjurkan untuk
membantu meringankan gejala PMS jika dikonsumsi sejak dini. Sangat
penting untuk meminumnya bersama-sama karena vitamin D membantu
penyerapan kalsium.
4) Perubahan pola makan: Perubahan pola makan, dapat membantu
meringankan gejala PMS. Mengurangi asupan garam bisa membantu
meringankan pembengkakan, nyeri payudara, dan pusing. Kurangi kafein
untuk membantu mengatasi gejala depresi serta sakit kepala dan mual.
Meningkatkan asupan air akan membantu meringankan sakit kepala,
pembengkakan, dan nyeri otot.
5) Kompres perut : Nyeri atau kram pada perut dapat berkurang dengan
mengompresnya dengan air hangat.
6) Berbaring : Berbaring ditempat tidur atau sofa dapat mengurangi nyeri yang
di alami, terutama jika sering mengalami nyeri di punggung ketika
menstruasi.
7) Pijat lembut : Pijat ringan pada perut bagian bawah dapat mengurangi nyeri
atau kram yang di alami.
8) Olahraga ringan : Saat menstruasi datang dan tubuh tidak fit, olahraga ringan
dapat mengatasi nyeri haid.
9) Kosultasikan ke dokter : Walaupun nyeri haid dialami hampir semua wanita
dan merupakan hal yang wajar, beberapa nyeri yang sangat mengganggu bisa
menjadi gejala awal masalah organ reproduksi.

9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Mityani, 2010) yang dapat dilakukan pada klien
dismenore adalah:
a. Tes laboratorium :
 Pemeriksaan darah lengkap
 Urinalisis
b. Tes diagnostik tambahan :
 Laparoskopi: penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis yang
lain.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
1) Umur : Pasien berada dalam usia masa menstruasi
2) Pendidikan : Pendidikan pasien sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan
pasien mengenai menstruasi
3) Pekerjaan : Pekerjaan pasien (kegiatan rutinitas pasien) juga mempengaruhi
terjadinya gangguan menstruasi
b. Riwayat Kesehatan Klien
1) Keluhan utama : Merasakan nyeri yang berlebihan ketika haid pada bagian
perut disertai dengan mual muntah, pusing dan merasakan badan lemas.
2) Riwayat haid : Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang
keluar, konsistensi, siklus haid.
3) Riwayat penyakit dahulu : Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu,
bagaimana cara pengobatan yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan,
apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang–ulang
4) Riwayat kesehatan keluarga : Adakah anggota keluarga yang menderita
penyakit seperti yang pasien alami.
c. Pola Kebutuhan Dasar (Gordon)
1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat : Pada kasus Dismenore akan
timbul ketakutan karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi/
pengetahuan mengenai Dismenore.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme : Pada umumnya klien dengan dismenorre
mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami
penurunan.
3) Pola Eliminasi : Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola
eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna
serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urin
dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini
juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
4) Pola Tidur dan Istirahat : Klien dengan disminorre mengalami nyeri pada
daerah perut sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah
terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
5) Pola Aktivitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan
disminorre di anjurkan untuk istirahat.
6) Pola Hubungan dan Peran : Klien tidak akan kehilangan peran dalam keluarga
dan dalam masyarakat. Karena klien tidak harus menjalani rawat inap.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri : Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan
karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi/ pengetahuan mengenai
Dismenore.
8) Pola Sensori dan Kognitif : Pada klien Dismenore, daya rabanya tidak terjadi
gangguan, sedangkan pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu
juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Namun timbul rasa nyeri
pada perut bagian bagian bawah.
9) Pola Reproduksi Seksual : Kebiasaan penggunaan pembalut sangat
mempengaruhi terjadinya gangguan menstruasi.
10) Pola Penanggulangan Stress : Pada klien Dismenore timbul rasa cemas
tentang keadaan dirinya, yaitu mengenai adanya kelainan pada sistem
reproduksinya.
11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan : Untuk klien Dismenore tidak dapat
melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan
konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak
klien.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :
1) Kepala : Pemeriksaan konjungtiva, pemeriksaan membrane mukosa bibir
2) Dada :
a) Paru : peningkatan frekuensi nafas
b) Jantung : Peningkatan denyut jantung
c) Payudara dan ketiak : Adanya nyeri pada payudara
3) Abdomen : Nyeri pada bagian bawah abdomen, kaji penyebab nyeri, Kualitas
nyeri, Region nyeri, Skala Nyeri, Awitan terjadinya nyeri, sejak kapan dan
berapa lama
4) Genetalia : Kaji siklus menstruasi pasien
5) Integumen : kaji turgor kulit
3.
4. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
.
1. Nyeri akut b/d agen Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis
Definisi : Definisi :
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang Mengidentifikasi dan mengelola
Pengalaman sensorik atau berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau pengalaman sensorik atau emosional yang
emosional yang berkaitan fungsional, dengan onset mendadak atau lambat berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
dengan kerusakan jaringan dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan. fungsional dengan onset mendadak atau
aktual atau fungsional, lambat dan berintensitas ringan hingga
dengan onset mendadak atau Ekspektasi : Menurun berat dan konstan.
lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang Kriteria hasil : Tindakan :
berlangsung kurang dari 3 1 : Menurun ~ 5 : Meningkat Observasi
bulan. - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Keluhan nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Penyebab : 1 2 3 4 5 - Identifikasi skala nyeri
- Agen pencedera fisiologis Meringis - Identifikasi respon nyeri non verbal
(mis. Inflamasi, iskemia, 1 2 3 4 5 - Identifikasi faktor yang memperberat dan
neoplasma) Gelisah memperingan nyeri
- Agen pencedra kimiawi 1 2 3 4 5 - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
(mis. Terbakar, bahan Kesulitan tidur tentang nyeri
kimia iritan) 1 2 3 4 5 - Identifikasi pengaruh budaya terhadap
- Agen pencidra fisik (mis. Ketegangan otot respon nyeri
Abses, trauma, amputasi, 1 2 3 4 5 - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
terbakar, terpotong, hidup
mengangkat berat, - Monitor keberhasilan terapi
prosedur operasi, trauma, komplementer yang sudah diberikan
latihan fisik berlebihan. - Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2. Intoleransi aktivitas b/d Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
kelemahan umum
Definisi : Definisi :
Definisi : Respon fisiologis terhadap aktivitas yang Mengidentifikasi dan mengelola
Ketidakcukupan energi membutuhkan tenaga. penggunaan energi untuk mengatasi atau
untuk melakukan aktivitas mencegah kelelahan dan mengoptimalkan
sehari-hari. Ekspektasi : Meningkat proses pemulihan.

Penyebab : Kriteria hasil : Tindakan :


- Ketidakseimbangan antara 1 : Menurun ~ 5 : Meningkat Observasi
suplai dan kebutuhan - Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
oksigen Kemudahan melakukan aktivitas sehari-hari mengakibatkan kelelahan
- Tirah baring 1 2 3 4 5 - Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Kelemahan Kecepatan berjalan - Monitor pola dan jam tidur
- Imobilitas 1 2 3 4 5 - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
- Gaya hidup monoton Jarak berjalan selama melakukan aktivitas
1 2 3 4 5
Kekuatan tubuh bagian atas Terapeutik
1 2 3 4 5 - Sediakan lingkungan nyaman dan
Kekuatan tubuh bagian bawah rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
1 2 3 4 5 kunjungan)
Toleransi menaiki tangga - Lakukan rentang gerak pasif dan/atau
1 2 3 4 5 aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
- Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN. A DENGAN DISMENORE PRIMER

A. Pengkajian
Hari/Tanggal : Selasa, 16 Februari 2021
Oleh : Ananda Prastuti Sutrisno

1. Identitas Pasien
Nama : Nn. A
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Kuliah
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Gadut
Penanggung jawab : Ibu
Nama : Ny. N
Umur : 58 tahun
Agama : Islam Pendidikan:Sarjana
Pekerjaan : Guru PNS
Alamat : Gadut

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 16 Februari 2021, Nn. A mengatakan ia
sedang menstruasi hari kedua, Nn. A mengatakan bahwa ia merasakan nyeri di
perut bagian bawah menjalar ke pinggang, nyeri dirasakan Nn. A muncul
dimulai dari 1 hari sebelum menstruasi hingga hari ke 2 menstruasi. Nn. A
mengatakan nyeri dirasakan seperti diremas dan keram, nyeri terasa hingga
pinggang. Nyeri yang dirasakan hilang timbul, Nn. A tampak selalu memegangi
perutnya. Nn. A mengatakan nyeri akan bertambah ketika beraktivitas padat.
Nn. A mengatakan saat menstruasi payudara terkadang terasa tegang. Nn. A
mengatakan sulit beraktifitas karena nyeri yang dirasakan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Nn. A mengatakan menstruasi hari kedua, Nn. A masih merasakan nyeri tapi tidak
separah hari pertama, mual dan muntah tidak ada. Skala nyeri yang dirasakan
dihari pertama 7 dan sekarang skala nyeri 5. Nn. A mengatakan saat nyeri terasa
lebih banyak istirahat dengan tidur dan minum air hangat. Setelah dilakukan
pemeriksaan didapatkan RR 24x/i, BP 120/70 mmHg, T 36oC, P 93x/i, Nn. A
tampak lemas dan pucat.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Nn. A mengatakan tidak pernah dirawat mengenai kesehatan reproduksinya. Nn. A
juga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Nn. A mengatakan bahwa ibunya mempunyai riwayat penyakit asma. Nn. A
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang menular.
e. Riwayat Obstetri sebelumnya
Nn. A belum menikah.
f. Riwayat Menstruasi
Nn. A mengatakan usia menarche pada usia 13 tahun. Nn. A mengatakan siklus
menstruasi 1 kali/ 30 hari. Lama haid 5-7 hari. Nn. A mengatakan merasakan
nyeri di saat menstruasi sudah saat menarche.
g. Riwayat KB
Nn. A belum menikah.

3. Pola Kebutuhan Dasar (Fungsional Gordon)


a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Nn. A mengatakan jika nyeri saat haid dirasakan klien hanya minum air hangat dan
tidur untuk menguranginya. Nn. A mengatakan nyeri yang ia rasakan saat
menstruasi akhir-akhir ini skalanya lebih tinggi. Nn. A mengatakan bahwa ia
merasa cemas sejak mulai masuk kuliah.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Pagi: lontong
Siang: sepiring nasi, lauk pauk, sayur.
Malam: sepiring nasi, lauk pauk, sayur.kadang-kadang.
Nn. A mengatakan jarang menkonsumsi buah.
Nn. A mengatakan minum ± 7-8 gelas/hari
c. Pola eliminasi
BAB 1-2x dan BAK 6-7x. Nn. A mengatakn tidak ada perbedaan BAK BAB
sebelum, saat, dan sesudah menstruasi.
d. Pola aktivitas-olahraga
Nn. A menagatakan tidak melakukan olah raga. Nn. A hanya membantu pekerjaan
rumah. Ketika tidak ada kegiatan atau sedang libur kuliah, Nn. A lebih banyak
tidur dan memasak. Nn. A mengatkan saat menstruasi, aktivitasnya sedikit
terganggu karena nyeri yang dirasakannya.
e. Pola istirahat dan tidur
Nn. A mengatatakan waktu tidur pada malam hari 4-6 jam/hari. Nn. A merasa segar
ketika bangun tidur. Nn. A mengatakan jarang tidur siang, tetapi ketika
menstruasi Nn. A lebih banyak tidur karena dengan tidur nyeri yang dirasakan
akan berkurang.
f. Pola persepsi sensori dan kognif
Nn. A dalam keadaan sadar, berkomunikasi menggunakan bahasa indonesia dan
tidak ada gangguan komunikasi, pendengaran baik dan penglihatan baik.
g. Pola hubungan
Nn. A merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Hubungan Nn. A dengan
keluarga baik.
h. Pola reproduksi dan seksual
Nn. A mengatakan merasakan nyeri disaat 1 hari sebelum menstruasi dan nyeri
dirasakan sampai hari ke 2 menstruasi. Siklus menstruasi 1 kali/30 hari.
i. Pola mekanisme koping
Nn. A mengatakan ia sudah tidak terlalu cemas saat merasakan nyeri pada saat
menstruasi karena semenjak menarche ia telah merasakan hal tersebut, jadi ia
sudah terbiasa. Disaat nyeri Nn. A sering mengkonsumsi air hangat dan banyak
istirahat.
j. Pola nilai dan keyakinan
Nn. A beragama islam dan selalu melakukan shalat 5 waktu dirumah. Nn. A
mengatakan tidak ada keyakinan yang bertentangan dengan kesehatannya.

4. Pengkajian Nyeri
P : Nn.A mengatakan merasakan nyeri ketika akan menstruasi dan saat menstruasi, dan
bertambah parah ketika melakukan aktivitas.
Q : Nn. A mengatakan nyeri yang dirasakan seperti diremas dan keram.
R : Nn. A mengatakan merasakan nyeri pada perut bagian bawah hingga kepinggang.
S : Nn. A mengatakan skala nyeri 5.
T : Nn. A mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul.

5. Pengukuran Antropometri
Tinggi Badan : 150 Cm BB : 45 Kg
IMT : BB/ (TB m)2 = 20 (Normal)

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a) Kesadaran : compos mentis kooperatif
b) Tanda Vital :
BP : 120/70 mmHg
RR : 24 x/menit
P : 93 x/menit
T : 36,9oC

2. Pemeriksaan Head to Toe


a) Kepala
Inspeksi : wajah simetris, rambut bersih, warna hitam, tekstur halus, rambut lebat,
kuat dan tidak mudah tercabut.
Palpasi : tidak terdapat pembengkakan, tidak ada nyeri tekan.
b) Mata
Inspeksi : Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, ukuran pupil 2mm kiri kanan sama, reaksi terhadap cahaya miosis,
penglihatan baik.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bola mata
c) Telinga
Inspeksi : telinga simetris, tidak ada luka, terdapat sedikit serumen, tidak terdapat
peradangan, tidak terdapat cairan, pendengaran baik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d) Hidung
Inspeksi : bentuk hidung dan lubang hidung simetris, tidak terdapat luka dan
pembengkakan, tidak ada polip
Palpasi : kulit dan tulang hidung normal, tidak terdapat nyeri tekan
e) Mulut
Inspeksi : mukosa bibir tidak kering, tidak terdapat lesi, lidah kurang bersih,
ada karies gigi
f) Leher
Inspeksi : tidak ada luka
Palpasi : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis dan nadi
karotis.
g) Dada
Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada alat bantu pernafasan, tidak ada luka.
Paru-paru :
Inspeksi : simetris ki/ka
Palpasi : vocal fremitus
Perkusi : redup
Auskultasi : suara nafas (Vesikuler), tidak ada suara nafas tambahan.
Jantung
Inspeksi : ictus terlihat/tdk
Palpasi : ictus teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan II normal tidak ada bunyi bising/mur-mur
h) Abdomen
Inspeksi : bentuk perut datar, simetris, posisi umbilikal normal, keadaan umbilikal
bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : tympani
Auskultasi : Bising usus klien normal
Nyeri di area perut bagian bawah
i) Payudara
Inspeksi : bentuk payudara simetris
Palpasi : tidak ada edema di daerah payudara, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
dan lesi
j) Ekstremitas
Ekstermitas Atas : Skala kekuatan otot pada ekstremitas atas sinistra dan dextra yaitu
masing-masing 5, ekstermitas dapat melawan tahanan dengan kekuatan
maksimal, tidak ada udem ekstremitas, tidak ada lesi, tidak ada udem, tidak ada
nyeri tekan
Ekstermitas Bawah : Skala kekuatan otot pada ekstremitas bawah sinistra dan dextra
yaitu masing-masing 5 ekstermitas dapat melawan tahanan dengan kekuatan
maksima, tidak ada udem ekstremitas, tidak ada lesi, tidak ada udem, tidak ada
nyeri tekan

Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5555
h) Kulit
Inspeksi : turgor kulit sedang, tidak ada lesi, warna kulit merata
Palpasi : tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, capillary refill < 2
detik

C. Analisa Data
Masalah
No Analisis Data Etiologi
Keperawatan
1 Data Subjektif Agen cedera Nyeri Akut
- Nn. A mengatakan merasakan
fisiologis
nyeri ketika menstruasi
- Nn. A mengatakan saat
menstruasi payudara terasa
tegang.
Data Objektif
- Nn. A tampak meringis
- Nn. A tampak memegangi perut
bagian bawahnya
- Pengkajian Nyeri
P : Nn.A mengatakan merasakan
nyeri ketika akan menstruasi
dan saat menstruasi, dan
bertambah parah ketika
melakukan aktivitas.
Q : Nn. A mengatakan nyeri yang
dirasakan seperti diremas dan
keram.
R : Nn. A mengatakan merasakan
nyeri pada perut bagian bawah
hingga kepinggang.
S : Nn. A mengatakan skala nyeri 5.
T : Nn. A mengatakan nyeri yang
dirasakan hilang timbul.
- Tanda Vital
BP : 120/70 mmHg
RR : 24 x/menit
P : 93 x/menit
T : 36,9oC
2 Data Subjektif Kelemahan Intoleransi
- Nn. A mengatakan saat
Aktivitas
menstruasi, aktivitasnya
terganggu karena nyeri yang
dirasakannya.
- Nn. A mengatakan ketika
menstruasi Nn. A lebih banyak
tidur.
Data Objektif
- Nn. A tampak lemas
- Nn. A tampak pucat
D. Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Kriteria Hasil Intervensi Implementasi Evaluasi
. Keperawatan
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri Pemberian terapi Kamis 18-02-2021
b/d agen Kriteria hasil : Tindakan : nonfarmakologi S:
pencedera Menurun, dari Observasi yaitu senam - Nn. A mengatakan
fisiologis skala 3 (sedang) ke - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, dismenore. merasa senang
skala 2 (cukup frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 1) Mengetahui mendapatkan
menurun). - Identifikasi skala nyeri pengertian dan pengetahuan baru
1) Keluhan - Identifikasi respon nyeri non verbal tujuan terapi untuk mengurangi
nyeri - Identifikasi faktor yang memperberat dan senam rasa nyeri saat ia
2) Meringis memperingan nyeri dismenore. menstruasi.
3) Ketegangan - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan 2) Menegtahui - Nn. A mengatakan
otot tentang nyeri prosedur terapi akan mencoba
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap senam terapi senam
respon nyeri dismenore. dismenore saat 3
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hari sebelum siklus
hidup menstruasi
- Monitor keberhasilan terapi komplementer berikutnya.
yang sudah diberikan - Nn. A mengatakan
- Monitor efek samping penggunaan memahami
analgetik prosedur terapi
senam dismenore.
Terapeutik O:
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk - Nn. A tampak
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, mengerti dengan
hypnosis, akupresur, terapi musik, penjelasan yang
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, diberikan.
teknik imajinasi terbimbing, kompres - Nn. A tampak
hangat/dingin, terapi bermain) antusias saat
- Kontrol lingkungan yang memperberat mengikuti
rasa nyeri (mis. suhu ruangan, demonstrasi dari
pencahayaan, kebisingan) terapi senam
- Fasilitasi istirahat dan tidur dismenore.
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri - Nn. A dapat
dalam pemilihan strategi meredakan menjelaskan
nyeri kembali tentang
terapi senam
Edukasi dismenore.
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu O:
nyeri - Masalah teratasi.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri P:
- Anjurkan memonitor nyri secara mandiri - Intervensi tidak
- Anjurkan menggunakan analgetik secara dilanjutkan.
tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Intoleransi Toleransi Manajemen Energi
aktivitas b/d Aktivitas Tindakan :
kelemahan Observasi
umum Kriteria hasil : - Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
Meningkat, dari mengakibatkan kelelahan
skala 2 (cukup - Monitor kelelahan fisik dan emosional
menurun) ke skala - Monitor pola dan jam tidur
3 (sedang). - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
1) Kemudahan
melakukan Terapeutik
aktivitas sehari- - Sediakan lingkungan nyaman dan
hari rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
2) Keluhan lelah kunjungan)
3) Perasaan lemah - Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
- Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
JURNAL EBN

Judul Hasil
Judul : Latar Belakang :
Pengaruh Latihan Senam Dismenore adalah rasa ketidaknyamanan selama
menstruasi yang dialami wanita disegala umur (Potter
Dismenore terhadap Penurunan
& Perry, 2010). Kasus dismenore cukup tinggi pada
Nyeri Dismenore pada Mahasiswa mahasiswa yaitu berkisar 53% hingga 86%. Jika
masalah ini tidak segera diatasi, berdampak pada
Kebidanan
penurunan aktivitas belajar, aktivitas sosial dan
prestasi belajar mahasiswa. Cukup banyak metode
yang digunakan untuk mengurangi nyeri menstruasi,
Penulis :
salah satunya adalah senam dismenore. Senam
Yeti Trisnawati dan Ani dismenore dapat digunakan untuk mengurangi maupun
mengatasi dismenore tanpa efek samping dalam
Mulyandari
penggunaan jangka panjang.

Tahun : Tujuan :
2020 Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas
senam dismenore terhadap penurunan dismenore pada
mahasiswa kebidanan.

Metode :
Penelitian quasi eksperiment dengan rancangan
prepost test with control group, pengambilan sampel
dengan quota sampling. Jumlah sampel 30 responden
(15 kontrol dan 15 perlakuan). Kelompok perlakuan
diberikan senam dismenore dua kali per minggu
selama empat minggu. Nyeri diukur dengan Numeric
Rating Scale (NRS). Uji statistic dengan paired sampel
t-test dan independent t-test.

Hasil :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan
skala nyeri dismenore setelah diberikan senam
dismenore pada kelompok perlakuan yaitu dari skala
4,07 ke 2,13 (p=0,582).
Kesimpulan :
Dapat disimpulkan bahwa pemberian senam dismenore
efektif terhadap penurunan dismenore.
SOP SENAM DISMENOREA

STANDAR
OPERASIONAL SENAM DISMENOREA
PROSEDUR
PENGERTIAN Senam dismenorea merupakan gerakan senam untuk
membebaskan rasa nyeri haid.
TUJUAN Sebagai pedoman kepada instruktur/ tenaga kesehatan yang
bertugas sebagai pemandu senam dalam memberikan terapi
nonfarmakologi (senam) kepada klien dengan nyeri
dismenorea.
PROSEDUR Waktu
Langkah-langkah
(30 menit)
Persiapan: 3 menit
 Persiapan tempat: usahakan pemilihan
tempat yang luas seperti ruangan yang besar
namun tidak terpapar langsung oleh angin.
 Pakailah pakaian yang menyerap keringat.
 Berikan penjelasan kepada klien tentang
cara pelaksanaan senam dismenorea
Pelaksanaan: 4 menit
Gerakan Pemanasan
 Tarik nafas dalam melalui hidung, sampai
perut menggelembung dan tangan kiri
terangkat. Tahan sampai beberapa detik dan
hembuskan lewat mulut.
 Kedua tangan di pinggang, tunduk dan
tegakkan kepala (2x8 hitungan).
 Kedua tangan di pinggang, tempelkan
telinga ke pundak ke kiri-ke kanan (2x8
hitungan).
 Kedua tangan di pinggang, tengokan kepala
ke kanan-kiri (2x8 hitungan).
 Putar bahu bersamaan kedunya (2x8
hitungan)
Gerakan Inti
Gerakan badan kesatu: 4 menit
 Posisi duduk dengan kaki diluruskan dan
tangan lurus berada dilutut. Gerakan ini
berfungsi meningkatkan peredaran darah
dan energi, lakukan Tarik napas dengan
rileks selama 8 kali.
Gerakan badan kedua: 5 menit
 Posisi duduk dengan mata kaki kanan
berada bawah lutut bagian kiri. Tangan
lurus kedepan sampai ke mata kaki bagian
kiri.
 Ulangi masing-masing posisi sebanyak kaki
kiri dan kanan bergantian. Gerakan ini
membantu mengatasi rasa Lelah, cemas dan
nyeri pada perut.
Gerakan badan ketiga: 3 menit
 Posisi duduk dengan tangan dimajukan
kedepan sampai posisi badan dan lutut
sejajar. Gerakan ini berfungsi untuk
mengalirkan darah ke kepala sehingga
mengistirahatkan tubuh dan membuat
pikiran tenang
Gerakan badan keempat: 3 menit
 Posisi terlentang dengan kedua lutut
terangkat kemudian dibuka ke arah kiri dan
kanan. Gerakan ini dapat mengurangi rasa
kembung, kram, nyeri dan kelelahan
panggul.
Gerakan Pendinginan: 3 menit
 Lengan dan tangan, genggam tangan
kerutkan lengan dengan kuat tahan,
lepaskan.
 Tungkai dan kaki, luruskan kaki (dorsi
fleksi), tahan beberapa detik, lepaskan.
 Seluruh tubuh, kontraksikan/ kencangkan
semua otot sambil nafas dada pelan teratur
lalu relaks (bayangkan hal yang
menyenangkan).
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai