OLEH
Annazhifa A Boestari 2041312028
KELOMPOK A
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan sering terjadi pada anak-anak. Menurut WHO, 235 juta orang menderita asma.
berpenghasilan tinggi, namun terjadi di semua negara. Lebih dari 80% kematian
asma terjadi di negara menengah ke bawah (WHO). Hasil Riset Kesehatan Dasar
asma dalam 12 bulan terakhir pada penduduk semua umur di Indonesia mencapai
57,5%. Hal ini menunjukkan masih banyak orang yang belum dapat mencegah
atau meminimalkan kekambuhan asma tersebut. Pada anak-anak umur 0-14 tahun,
saluran napas kronis. Gejala asma seperti mengi (wheezing), sesak napas, sesak
dada, batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu (GINA, 2018). Asma menurut
dalam maupun di luar rumah, tetapi anak dengan riwayat asma pada keluarga
memiliki risiko lebih besar terkena asma. Tiap penderita asma akan memiliki
faktor pencetus yang berbeda dengan penderita asma lainnya sehingga orangtua
perlu mengidentifikasi faktor yang dapat mencetus kejadian asma pada anak.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa setiap unsur di udara yang kita hirup
adalah olahraga, cuaca dingin, asap rokok, debu, bulu hewan peliharaan, dan
Mukhamad Aria Laksanadan Khairun Nisa (2015), dengan hasil lima faktor risiko
yaitu asap rokok, tungau debu rumah, polusi udara, perubahan cuaca dan jenis
dilakukan oleh Ika ,et al (2015) membuktikan lima faktor utama pencetus asma
pada anak, yaitu asap rokok, udara dingin, flu dan infeksi, debu, serta
morbiditas fisis dan psikis serta mencegah disabilitas (Arwin AP Akib, 2002).
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
komunitas
komunitas
Bronkhial di komunitas
komunitas
Bronkhial di komunitas
1) Bagi Penulis
2) Bagi Keluarga
profesi ners tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan
asma bronchial.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi Fisiologi
Bernafas merupakan terjadinya pertukaran gas di paru- paru yang
membawa udara Organ saluran pernapasan bagian atas terdiri atas mulut,
hidung, dan pharing. Ketiganya dihubungkan dengan nasopharing, yang
membawa udara melalui mulut dan hidung ke pharing. Organ saluran
pernapasan bagian bawah terdiri dari trakhea, lobus bronkhus, segmen
bronkhus, dan paru. Bronkhus berlanjut ke bronkhiolus, yang
menghubungkan antara jalan napas dengan parenkhim paru. Pertukaran
gas di paru terjadi di alveoli. Struktur epitel berdinding tipis dihubungkan
dengan kapiler. Oksigen yang masuk ke alveoli menembus epitel, masuk
ke dalam darah menuju jantung dan dari jantung kembali ke jaringan
tubuh.
Struktur pernapasan
a. Sistem Pernapasan atas
Sistem pernapasan atas terdiri atas mulut, hidung, faring dan
laring (Mubarak dan Mardela, 2008).
1) Hidung
Udara pada hidung yang masuk akan mengalami proses
penyaringan, humudifikasi dan penghangatan.
2) Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan
makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang
kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan
menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara.
3) Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang
biasa disebut jakun. Selain berperan dalam menghasilkan
suara, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan jalan
nafas dan melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan
yang masuk.
b. Sistem pernafasan bawah
Sistem pernapasan bawah terdiri dari trakea dan paru-paru
yang melengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus,
jaringan kapiler paru dan mebran pleura (Mubarak dan
Maedela, 2008).
1) Trakea
Trakea merupakan pipa membran yang disokong oleh
cincin-cincin kartilago yang menghubungkan laring
dengan bronkus utama kanan dan kiri. Bronkus utama
terbagi menjadi bronkus- bronkus yang lebih kecil dan
berakhir di bronkiolus terminal.
2) Paru-paru
Paru-paru terbagi dua yaitu terletak disebelah kiri dan
kanan. Masing-masing paru terdiri dari beberapa lobus,
paru kanan terdapat tiga lobus.
Sel dalam tubuh memperoleh energi sebagian besar melalui
reaksi kimia yang melibatkan oksigenasi dan pembuangan
karbodioksida. Pertukaran gas pernapasan terjadi antara udara
dilingkungan dan di darah, terdapat 3 langkah dalam proses
oksigenasi.
a. Ventilasi
Merupakam proses untuk menggerakkan gas keluar dan
kedalam paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot
paru dan thorak yang elastis dan pernapasan yang utuh.
b. Perfusi
Merupakan proses mengalirkan darah ke kapiler alveoli
dari membran kapiler alveoli sehingga berlangsung
pertukaran gas.
c. Difusi
Merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan
konsentrasi yang lebih tinggi dengan konsentrasi yang
lebih rendah. Disfusi gas pernapasan terjadi di membran
kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi
oleh ketebalan membran (Ernawati, 2012).
1 – 5 tahun 20 – 30
6 – 10 18 – 26
10 tahun – dewasa 12 – 20
B. Defenisi Asma
Asma pada anak merupakan masalah bagi pasien dan keluarga, karena
asma pada anak berpengaruh terhadap berbagai aspek khusus yang
berkaitan dengan kualitas hidup, termasuk proses tumbuh kembang baik
pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartini, 2007). Menurut
Margaret dalam Musdalifah Merry (2016), Asma Bronkial merupakan
suatu penyakit yang ditandai dengan adanya wheezing (mengi) intermiten
yang timbul sebagai respon akibat paparan terhadap suatu zat iritan atau
alergan.
Menurut Ngastiah (2014), asma adalah penyakit dengan karaktristik
meningkatnya reaksi trakea dari bronkus oleh berbagai macam pencetus
disertai dengan timbulnya penyempitan luas saluran nafas bagian bawah
yang dapat berubah-ubah derajadnya secara spontan atau dengan
pengobatan. Serangan asma dapat berupa sesak nafas ekspiratoir yang
paroksismal, berulang-ulang dengan mengi (wheezing) dan batuk yang
disebabkan oleh konstriksi atau spasme otot bronkus , inflamasi mukosa
bronkus dan produksi lendir kental yang berlebihan.
C. Etiologi Asma
Menurut Nelson (2013), ada beberapa hal yang mempengaruhi penyakit
asma pada anak yaitu:
1. Faktor Predisposisi
Faktor Keturunan (Genetik)
Risiko terbesar anak terkena asma adalah pada anak yang membawa
keturunan asma dari orangtuanya. Pada kasus asma ini bakat
alerginya yang diturunkan oleh orangtuanya sehingga anak sangat
mudah terkena penyakit asma jika terpapar faktor pencetusnya.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
2. Faktor Presipitasi
a. Alergen
Alergen asma dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Inhalan merupakan alergen yang masuk melalui inhalasi atau
saluran pernafasan. Contohnya: debu rumah, kapuk, udara
dingin, asap rokok dan serbuk sari bunga.
2) Ingestan merupakan alergen yang masuk melalui oral atau
mulut. Contohnya: makanan seperti udang, kepiting, susu dan
telur.
3) Kontaktan alergen yang masuk melalui kulit. Contohnya:
perhiasan atau jam tangan.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
c. Faktor Psikis
Faktor psikis merupakan faktor pencetus yang tidak boleh diabaikan
dan sangat kompleks. Tidak adanya perhatian atau tidak mau
mengakui adanya persoalan tentang asma pada anak
sendiri/keluargnya, akan menggagalkan usaha pencegahan.
Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan
anak juga dapat mempererat serangan asma.
d. Olahraga/aktifitas jasmani yang berat
Sebagian berat penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
e. Infeksi
Biasanya infeksi yang sering terjadi adalah infeksi akibat virus
terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan adalah
respiratory syncytial virus (RSV) dan virus parainfluenza. Kadang-
kadang karena bakteri misalnya pertusis dan streptokokus, jamur
misalnya aspergillus dan parasit seperti askaris.
D. Klasifikasi Asma
Menurut Wijayaningsih (2013), asma dibedakan menjadi 2 jenis, yakni:
1. Asma bronchial
Penderita asma bronchial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan
bahan-bahan penyebab alergi. Gejala kemunculannya mendadak,
sehingga gangguan asma bisa datang. Gangguan asma bronchial juga
bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan
saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya
otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lender dan
pembentukan timbunan lender yang berlebih.
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasnya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat.
Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi
pada saat penderita sedang tidur.
Pembagian derajat asma menurut Phelan dkk (dikutip dari buku Marni,
2014) diantaranya adalah:
E. Patofisiologi Asma
Asma merupakan inflamasi kronik saluran pernapasana. Berbagai sel
inflamasi berperan terutama sel mast, eosinophil, sel limfosit T, makrofag,
neutrofil, dan sel epitel.Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri,
jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan
merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan
sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE).
IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast yang
disebut sel mast tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami
degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan
sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator ini
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema
mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus.
Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya
konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2
terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke
paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang
akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam
kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis
respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi
fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida
sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan
terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi
dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi
hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi
klinis (Wijayaningsih, 2013).
F. WOC
Faktor pencetus
- Allergen -Stress
- Virus, bakteri, jamur -Cuaca
Mempermudah Proliterasi
Gelisah, rewel, -Batuk
nangis → Ansietas Terjadi sumbatan dan gaya konsolidasi
-Mengi/ wheezing
Gangguan ventilasi
Hiperkapnea
Hipoventilasi Hiperventilasi
Ketidakefektifan
bersihan jalan
Konsentrasi O2 Konsentrasi O2
napas
dalam alveolus ↓ dalam alveolus ↑
Gangguan difusi
H. Komplikasi
Menurut Wijayaningsih (2013), berbagai komplikasi yang mungkin timbul
adalah:
1. Status Asmatikus
Status asmatikus adalah setiaop serangan asma berat atau yang
kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter)
adrenalin dan aminoilin suntikan dapat digolongkan pada status
asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi intensif.
2. Atelektasis
Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia
Hipoksima adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat kekurangan
oksigen secara sistemik akibat inadekuat intake oksigen ke paru oleh
serangan asma.
4. Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema
Emisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung
secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
I. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Nelson (2013), pemeriksaan diagnostic pada anak asma yaitu:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi
dari Kristal eosinophil
2) Spiral curshmann yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus
3) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
4) Netrofil dan eosinophil yang terdapat pada sputum umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang
terdapat mucus plug
b. Pemeriksaan Darah
1) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat
pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis
2) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan
LDH
3) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi
4) Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan
dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu
bebas dari serangan
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun.Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
1) Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus
akan bertambah
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate
pada paru
4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis local
5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru
b. Pemeriksaan Tes Kulit
Dilakukan untuk mencari factor alergi dengan berbagai allergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang
terjadi pada empisema paru yaitu:
1) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right
axis deviasi dan clock wise rotation
2) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni
terdapatnya RBB (Right bundle branch block)
3) Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus
tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen
ST negative
d. Scanning Paru
Scanning paru dengan inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi
udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru
e. Spiometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat
respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer
dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.Peningkatan FEV1 atau
FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.Tidak
adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga
penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak
penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obstruksi.
4) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Biasanya keadaan umum pasien dengan asma adalah
kelemahan fisik akibat kurangnya nafsu makan, gelisah,
kesulitan bernafas, kesulitan tidur, berkeringat, takikardia.
b. Tanda-tanda vital
Akan ditemukan tanda-tanda vital yang berubah dari ukuran
normal
c. Antropometri
Dikaji untuk mengetahui status gizi, dapat ditemukan
penurunan berat badan dari normal.
Head to toe
5. Kepala
Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, kebersihan kepala
pasien, lingkar kepala. Pada asma tidak ditemukan
masalah pada saat dilakukan pemeriksaan kepala.
6. Mata
Perhatikan apakah jarak mata lebar atau lebih kecil, amati
kelopak mata terhadap penetapan yang tepat, periksa alis
mata terhadap kesimetrisan dan pertumbuhan rambutnya,
amati distribusi dan kondisi bulu matanya, bentuk serta
amati ukuran iris apakah ada peradangan atau tidak, kaji
adanya oedema pada mata. Pada asma tidak ditemukan
masalah pada saat dilakukan pemeriksaan mata.
7. Hidung
Amati pasien, apakah pasien menggunakan nafas cuping
hidung
8. Mulut
Periksa bibir terhadap warna, kesimetrisan, kelembaban,
pembengkakan, lesi, periksa gusi lidah, dan palatum
terhadap kelembaban, keutuhan dan perdarahan, amati
adanya bau, periksa lidah terhadap gerakan dan bentuk,
periksa gigi terhadap jumlah, jenis keadaan, inspeksi
faring menggunakan spatel lidah. Biasanya ditemukan
pada mulut terdapat nafas barbau tidak sedap, bibir kering
dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih kotor, ujung
dan tepinya kemerahan
9. Telinga
Periksa penempatan dan posisi telinga, amati penonjolan
atau pendataran telinga, periksa struktur telinga luar dan
ciri-ciri yang tidak normal, periksa saluran telinga luar
terhadap hygiene, rabas dan pengelupasan. Lakukan
penarikan aurikel apakah ada nyeri atau tidak lakukan
palpasi pada tulang yang menonjol di belakang telinga
untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau tidak
10. Leher
Gerakan kepala dan leher klien dengan ROM yang penuh,
periksa leher terhadap pembengkakan kelenjar getah
bening, lakukan palpasi pada trakea dan kelenjar tiroid
11. Dada
Amati kesimetrisan dada terhadap retraksi atau tarikan
dinding dada kedalam, amati jenis pernafasan, amati
gerakan pernafasan dan lama inspirasi serta ekspirasi,
lakukan perkusi diatas sela iga, bergerak secara simentris
atau tidak dan lakukan auskultasi lapang paru
12. Abdomen
Periksa kontur abdomen ketika sedang berbaring
terlentang, periksa warna dan keadaan kulit abdomen,
amati turgor kulit. Lakukan auskultasi terhadap bising
usus serta perkusi pada semua area abdomen
13. Ekstremitas
Kaji bentuk kesimetrisan bawah dan atas, kelengkapan
jari, apakah terdapat sianosis pada ujung jari, adanya
oedema, kaji adanya nyeri pada ekstremitas
14. Genetalia dan anus
Kaji kebersihan sekitar anus dan genetalia, inspeksi
ukuran genetalia, posisi, uretra, inspeksi adanya tanda-
tanda pembangkakan, periksa anus adanya robekan,
hemoroid, polip
Pengkajian per sistem :
2. Diagnosa Keperawatan
ekspansi paru
3. Intervensi Keperawatan
2. Siapkan peralatan
oksigen dan berikan
melalui humidifier.
3. Berikan oksigen
tambahan seperti yang
diperintahkan.
4. Monitor aliran
oksigen.
5. Monitor efektifitas
terapi oksigen.
6. Amati tanda-tanda
hipoventilasi induksi
oksigen.
6. Konsultasi dengan
tenaga kesehatan lain
mengenai penggunaan
oksigen tambahan
selama kegiatan atau
tidur.
3 Gangguan pertukaran gas Status pernafasan : Terapi oksigen
berhubungan dengan Pertukaran gas. Kriteria
obstruksi jalan nafas yang hasil :
ditandai dengan napas 1. Tekanan parsial oksigen di 1. Pertahankan
cuping hidung dan darah arteri (Pa02) tidak ada kepatenan jalan nafas.
takikardi deviasi dari kisaran normal.
2. Tekanan parsial karbondioksida 2. Siapkan peralatan oksigen
Defenisi di 3. Berikan oksigen
darah arteri (PaCO2) tidak ada tambahan seperti yang
Kelebihan atau defisit deviasi dari kisaran normal. diperintahkan.
oksigenasi atau 3. Saturasi oksigen tidak ada
eliminasi. 4. Monitor aliran
deviasi dari kisaran normal. oksigen.
Batasan Karakteristik :
4. Hasil rontgen dada tidak ada 5. Monitor efektifitas
1. Diaforesis terapi oksigen.
deviasi dari kisaran normal.
2. Dispnea 6. Amati tanda-tanda
Tanda-tanda vital hipoventilasi induksi
3. Gangguan penglihatan oksigen.
Kriteria hasil : 7. Konsultasi dengan
4. Gas darah tenaga kesehatan lain
1. Suhu tubuh tidak ada deviasi
arteri abnormal mengenai
dari kisaran normal.
5. Gelisah penggunaan oksigen
2. Denyut nadi radialis tidak ada tambahan selama
deviasi dari kisaran normal.
6. Hiperkapni kegiatan atau tidur.
3. Irama pernafasan tidak ada
Monitor tanda-tanda
deviasi dari kisaran normal.
7. Hipoksemia vital
4. Tekanan darah sistolik
tidak ada deviasi dari
8. Hipoksia kisaran normal. 1. Monitor tekanan
Tekanan darah diastolik tidak darah, nadi, suhu
9. Iritabilitas ada deviasi kisaran normal dan status
pernafasan dengan
10. Konfusi tepat.
2. Monitor tekanan
11. Nafas cuping hidung darah saat pasien
12. Penurunan karbon berbaring, duduk
dioksida dan berdiri,
13. pH arteri abnormal sebelum dan
14. Pola pernafasan sesudah perubahan
abnormal (misalnya posisi.
kecepatan,irama, 3. Monitor dan
kedalaman) laporkan tanda dan
gejala hipotermia
15. Sakit kepala saat dan hipertermia.
4. Monitor keberadaan
Bangun nadi dan kualitas
nadi.
16. Sianosis
5. Monitor suara paru-
17. Somnolen paru.
5. Evaluasi Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
NBP : 2041312028
No. RM :-
I. IDENTITAS DATA
Anak ke :3
Ibu mengatakan anak mengalami batuk berdahak sudah 2 hari ini, kemarin
malam sesak nafas, ibu mengatakan anak malas makan, dan tidur malam terganggu
ketika sesak. Anak biasanya sesak kalo cuaca dingin di malam hari, jika sesak anak
berkeringat dingin dan diberi air hangat kuku dan juga inhalernya.
1. Prenatal :
- HPHT :-
- Frekuensi : Teratur
- Sikap ibu terhadap kehamilan : ibu menerima kehamilan dengan positif karena
sangat menantikan kelahiran anak ketiganya ini
3. Postnatal :
lesu, namun gelisah, berkeringat batuk berdahak anak tampak sesak dan dalam
kondisi duduk, teraba kulit dingin, ibu W mengatakan An. S batuk berdahak sudah
2 hari, kemarin malam sesak, sekarang masih sesak, ibu W mengatakan sesak
biasanya hilang dalam beberapa jam setelah diberi ventolin (inhaler) dan selalu
memberikan air hangat kuku, karena cuaca dingin juga di malam hari, ibu
Ibu klien mengatakan An. S asma saat berumur 1 tahun terdiagnosa asma
dari puskesmas. Pernah ke igd terakhir 10 bulan yang lalu karena sesak, dan diberi
nebulizer. Ibu mengatakan terakhir kambuh asma anak sekita 1 minggu yang lalu
karena cuaca dingin lalu dibawa keklinik dan dokter meresepkan ventolin untuk
1. Riwayat Imunisasi :
BCG : ada
Polio : ada
Campak : ada
Ibu W mengatakan Ibu nya memiliki riwayat sesak nafas dan anak pertama
saat berumur 1 tahun pernah sesak nafas tapi sekarang tidak pernah kambuh lagi.
VII. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
2. Motorik kasar:
4. Motorik Halus:
5. Psikososial:
1. Yang mengasuh klien: Ibu W, suaminya (ayah dari An. S), nenek An. S
rumah.
begabung dengan ruang tamu dan ruang makan, jamban di dalam rumah,
3. TTV
S: 36,8 C
N: 100x/menit
P: 29x/ Menit
4. Kepala
a. Lingkar kepala : 45 cm
b. Rambut :
• Kebersihan : Baik
• Warna : Hitam
• Tekstur : Halus
5. Mata
6. Telinga:
8. Mulut:
• Kebersihan : bersih
• Kelembapan : Kering
a. Lidah : Bersih
10. Dada
11. Jantung
12. Paru-paru
13. Abdomen
b. Perkusi : tympani
15. Ekstermitas :
16. Kulit :
Tugor : Sedang
Elastisitas : Baik
X. PEMRIKSAAN PERTUMBUHAN
STATUS GIZI
An.S terlihat lesu tapi nampak An. S memiliki rasa bersaing (kompetitif).
An.S menyatakan tidak merasa susah untuk bermain dan bergabung dengan
1. Karakteristik rumah
bertumpuk dikamar dan diruang tamu, ventilasi ada setiap di pintu dan
mengatakan sumber air yang ada disekitar yaitu memakai air sumur, dan
tank yang berjarak lebih dari 9-10 meter di belakang rumah, pembuangan
tangga, Mussola.
sampai sekarang.
beragama Islam . Ibu W mengatakan An. S selalu mengikuti ibu atau kakak nya.
Rumah Ibu W yang berdekatan dengan Mussola , tetapi seiring dengan wabah
Covid- 19 yang sedang mewabah Ibu W dan anggota keluarga nya melaksanakan
Keluhan An. S batuk berdahak sudah 2 hari ini, demam tidak ada, nafas
sesak ketika malam hari saat cuaca dingin, saat dilakukan pengkajian, anak
tampak lesu, gelisah, nafas sesak. Tampak menggunakan otot bantu nafas, akral
dingin, whezzzing +/+, mengi+, tampak menggunakan otot bantu nafas, ibu W
mengatakan ketika malam, anak susah tidur karena sesak.P : 29 x/menit, N: 100
x/ menit. Ibu W mengatakan An. S sejak umur 1 tahun menderita asma, orang
tua dari Ibu W yang mempunyai riwayat asma, namun suaminya merokok tapi
• Akral dingin
• Tampak gelisah,
anak tampak
lesu
• Pernafasan cepat
• P : 29 x / Menit
• N : 100 x/menit
tentang penanganan
• Ibu W mengatakan
tidak pernah
mengikuti
penyuluhan tentang
• Ibu W mengatakan
ibu W memberikan
DO: -
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
tiga titik
- Peningkatan diameter
anterior posterior
- Penggunaan kapasitas
vital
- Penurunan kapasitas
vital Penurunan
tekanan Ekspirasi
- Penurunan tekanan
inspirasi
- Penurunan ventilasi
semenit
- Pernafasan bibir
- Pernafasan cuping
hidung
- Perubahan ekskursi
dada
(misalnya irama,
frekuensi, kedalaman)
- Trakipnea
bersihan jalan nafas. mengeluarkan sekret tidak atau tidak adanya ventilasi dan
ada deviasi dari kisaran keberadaan
Batasan
normal. - suara nafas tambahan.
Karakteristik: 5. Suara nafas tambahan
verbalisasi
Status pernafasan :
- Batuk yang tidak
ventilasi.
efektif 1. Frekuensi pernafasan
- Ortopnea tidak ada deviasi dari
kisaran normal.
Perubahan pola
2. Irama pernafasan tidak
nafas ada deviasi dari kisaran
- Sianosis normal.
3. Kedalaman inspirasi tidak
- Sputum dalam
ada deviasi dari kisaran
jumlah yang normal.
berlebih 4. Kapasitas vital tidak ada
deviasi dari kisaran
normal.
5. Suara perkusi nafas tidak
ada deviasi dari kisaran
normal.
6. Suara nafas tambahan
tidak ada
3 Defisien pengetahuan Pengetahuan manajemen Pendidikan Kesehatan
b.d kurang informasi infeksi: 1. Targetkan sasaran pada
1. Mengetahui pengertian kelompok sesuai usia
Batasan 2. Mengetahui tanda dan 2. Tentukan pengetahuan
Karakteristik: gejala kesehatan dan gaya hidup
3. Mengetahui penyebab sehat pada individu, keluarga
- Ketidakakuratan 4. Mengetahui pencegahan 3. Rumuskan tujuan dalam
mengikuti perintah 5. Mengetahui penanganan program pendidikan
- Ketidakakuratan kesehatan
mengikuti tes 4. Indentifikasi sumber daya
- Perilaku tidak tepat 5. Berilah ceramah untuk
- Kurang menyampaikan informasi
pengetahuan 6. Gunakan media yang sesuai
7. Rencanakan tindak lanjut
D.CATATAN PERKEMBANGAN
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara dengan Ibu An.
S dan keluarga, observasi langsung terhadap kemampuan dan perilaku An. S serta
dari status An. S. Selain itu keluarga juga berperan sebagai sumber data yang
Pasien lahir ditolong oleh bidan pada tanggal 16 Mei 2017 dengan
kelahiran spontan, dengan berat badan lahir 3000 gram dan panjang badan 49 cm.
anak batuk berdahak sudah 2 hari ini, sekarang nafas nya sesak, anak riwayat asma
sejak umur 1 tahun , anak gelisah, tampak lesu, frekuensi nafas 29x/menit,
asma terbagi menjadi 2 antara lain stadium dini dan stadium lanjut/kronik.
Manifestasi klinis pada stadium dini terbagi menjadi dua faktor, yang pertama faktor
hipersekresi yang lebih menonjol, manifestasinya antara lain yaitu : batuk berdahak,
bunyi napas ronchi basah yang sifatnya hilang timbul, belum adanya suara napas
darah, BGA belum patologis. Faktor yang kedua yaitu faktor spasme bronchiolus
dan edema yang lebih dominan, manifestasinya antara lain yaitu : timbul sesak napas
dengan atau tanpa sputum, adanya bunyi suara napas wheezing, bunyi napas ronchi
basah bila terdapat adanya hipersekresi, dan adanya penurunan tekanan parial O2.
Manifestasi klinis pada stadium lanjut/kronik antara lain, yaitu : adanya batuk dan
suara napas ronchi, sesak napas berat dan dada terasa tertekan, batuk berdahak dan
sulit dikeluarkan, suara napas melemah, thorak dada tampak seperti barel chest,
dari 80 %.
turun temurun dan dampak lainnya. Dari hasil pengkajian pada An. S. didapatkan
adanya riwayat penyakit keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti An. S
yaitu nenek pasien. Menurut penulis tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus
nyata, karena salah satu faktor pencetus terjadinya asma bronkial adalah keturunan.
B. Daiagnosa Keperawatan
anak dengan asma setelah dilakukan analisa data yaitu ketidakefektifan pola nafas
takipnea, adanya suara nafas tambahan. Gangguan pertukaran gas dan defisien
mengatakan tidak begitu mengetahui tentang asma, anak. Pada kasus nyata yang di
C. Intervensi Keperawatan
pasien. Dalam teori pada pasien dengan asma dapat diberikan intervensi sesuai
2. Mengukur TTV
Dari teori yang didapat, intervensi yang dilakukan untuk diagnose defisien
D. Implementasi
Pada kasus ini penulis melakukan implemnetasi pada anak R dengan asma
antara lain:
Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman untuk bernafas: posisi duduk
nafas dalam
2. Untuk diagnose keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
E. Evaluasi Keperawatan
bernafas menggunakan otot bantu nafas tidak ada, berkeringat tidak ada, frekuensi
nadi : 98 x/menit, nafas cuping hidung tidak ada, akral hangat. Masalah teratasi
bersihan jalan nafas, memberikan terapi fisioterapi dada selama 3 hari, wheezing -
/-, rongki -/-, An. S masih batuk, sesak tidak ada, ibu W selalu meberikan air hangat
mengatakan sudah mulai paham sekarang apa itu asma, Ibu W dapat menyebutkan
asma pada An. S. Ibu W dapat menyebutkan penanganan jika An. S asma. Ibu W
Masalah teratasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
napas yang reversible dalam waktu singkat berupa mukus kental, spasme, dan
eosinofilik dengan kepekaan yang berlebih. Serangan asma sering dicetuskan oleh
ISPA, merokok, tekanan emosi, aktivitas fisik, dan rangsangan yang bersifat
ingestan yang masuk badan melalui mulut, kontaktan yang masuk kebadan melalui
kontak kulit (Wong,2009). Asuhan keperawatan pada anak dengan asma bronchial
B. Saran
1) Bagi Akademik
Hasil laporan kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan
Bronkial.
2) Bagi Perawat
Asma Bronkial sehingga tahap kesembuhan pasien cepat tercapai dan berbagai
Medika
Dharmayanti, Ika,et al. 2015. Asma pada Anak di Indonesia: Penyebab dan Pencetus.
Ernawati. (2012). Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. (A. Rifai, Ed.) (1st ed). Jakarta: CV. TranS Info
Media
Global Initiative for Asthma (GINA). 2018. Global Strategy of Asthma Management
Kekambuhan Keluhan Sesak Napas pada Pasien Asma Bronkial di SMF Paru
Laksana, M. A., & Nisa , B. K.,. 2015. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada
Medis
Bursa Ilmu
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
ASMA
Oleh :
2041312028
KELOMPOK A
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
3. SASARAN
Ibu dan keluarga An. S
4. MATERI
a. Pengertian asma bronchial
b. Penyebab asma bronchial
c. Tanda dan gejala asma bronchial
d. Pencegahan penyakit asma bronchial
e. Menjelaskan penangan penyakit asma bronhial
5. METODE
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
6. MEDIA
a. Lembar Balik
b. Leaflet
7. KEGIATAN PENYULUHAN
1 2 Pembukaan :
Menit ✓ Membuka kegiatan dengan ✓ Menjawab salam
mengucapkan salam
✓ Memperkenalkan diri ✓ Mendengarkan
✓ Menjelaskan tujuan dari penyuluhan ✓ Memperhatikan
✓ Menyebutkan materi yang akan ✓ Memperhatikan
diberikan
2 10 menit Pelaksanaan :
✓ Menjelaskan pengertian Asma ✓ Memperhatikan
✓ Menjelaskan tentang Penyebab Asma ✓ Memperhatikan
✓ Menjelasakan tentang gejala Asma ✓ Memperhatikan
✓ Menjelaskan Tentang Pencegahan ✓ Memperhatikan dan
Asma bertanya
✓ Memperhatikan
✓ Menjelasakan Tentang Penanganan dan bertanya
Asma
3 2 menit Evaluasi :
✓ Menanyakan kepada peserta tentang ✓ Menjawab pertanyaan
materi yang telah diberikan
✓ Berikan reinforcement kepada ibu
✓ Menanyakan perasaan ibu setelah ✓ Menjawab pertanyaan
diberikan penyuluhan
4 1 menit Terminasi :
✓ Mengucapkan terimakasih atas peran ✓ Mendengarkan
serta peserta.
✓ Mengucapkan salam penutup ✓ Menjawab salam
8. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
b. Evaluasi Proses
c. Evaluasi hasil
A. Pengertian
Asma merupakan penyakit radang kronis saluran napas yang tidak bisa
disembuhkan, bersifat hilang dan kemudian timbul lagi. Asma dapat tenang
penderitanya. Asma dapat terjadi pada semua usia mulai dari bayi sampai
B. Etiologi
1) Faktor predisposisi
2) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
Faktor presipitasi
1) Alergen
obat-obatan.
2) Perubahan cuaca.
3) Stres
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
4) Lingkungan Kerja
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling
3. Bulu binatang seperti bulu kucing atau bulu burung, dan lainnya
terjadinya asma.
5. Alergen Seperti debu di rumah dan di jalan, debu karpet, kasur, kapuk,
asap rokok.
6. Cuaca(panas / dingin ).
7. Seperti zat kimia (obat nyamuk, pewangi ruangan, asap rokok, bau cat
atau manisnya buah sering membuat batuk sehingga bisa terjadi asma.
10. Infeksi Saluran Napas. Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut
1) Sesak nafas
5) Berkeringat
adalah
faktor alergen, emosi atau stres, infeksi, zat makanan, zat kimia, faktor fisik
pencetus ini pun berbeda, ada faktor pencetus yang bisa mengakibatkan
latihan, dan lain-lain. Ada pula faktor pencetus yang terutama menyebabkan
peradangan seperti infeksi saluran pernafasan akut, alergen, zat kimia, dan asap
4) Minum cukup
5) Hindari merokok
E. Penanganan pertolongan pertama
1) Tenangkan anak
7) Jika setelah 3 menit tidak ada perubahan, cobalah untuk memberikan obat
inhaler kembali.
8) Jika obat inhaler tidak memberikan pengaruh atau bertambah parah setelah
5 menit, cobalah untuk memberikan obat semprot setiap 5-10 kali sambil
Ibu atau ayah penyandang asma mesti tahu cara mengatasi serangan asma
pada anaknya.
2. Segera berikan obat atau terapi inhalasi dengan takaran yang pas.
faktor lain, seperti status daya tahan tubuh anak sedang turun atau
ada lendir dan riak di saluran napasnya. Bagi penderita asma yang
belum stabil sangat disarankan untuk selalu membawa obat (oral atau
- Satu sendok teh madu, air hangat ditambah seperempat sendok teh bubuk
- Satu sendok teh madu dengan setengah sendok teh bubuk kayu manis
saluran pernafasan. Ketika dicampur dengan bahan tertentu, jahe juga bisa
- Jus jahe segar (jahe tumbuk) dicampur dengan madu diminum sehari
- Sediakan setengah sendok teh jahe segar, satu sendok teh biji jinten.
sejumput pala, dan segelas air. Campurkan semua bahan tersebut dan
2) Hindari tungau debu yang sering terdapat pada debu kasur dan bantal
asap rokok, asap obat nyamuk , bau cat yang tajam, bau bahan kimia, udara
Annazhifa A Boestari
2041312028
✓ Sesak nafas
✓ Nafas bunyi (ngik-ngik)
✓ Lesu atau kurang se!at
✓ Batuk berulang"
✓ Berkeringkat
✓ Pada serangan asma berat "ujung ujung kuku menjadi dingin
pucat" dan sukar berbicara
Debu rumah tangga, kecoak, kutu
Makanan makanan tertentu, bahan pengawet, penyedap, pewarna, makanan, contoh: mie instan,
chiki Minum es
Aktifitas berlebihan
PERAWATAN DAN PENCEGAHAN ASMA
1. Tenangkan anak
2. Berikan ruang yang cukup lapang
3. Berikan posisi nyaman (tinggikan bantal 2-3
bantal)
4. Beri dan bantu anak menggunakan inhaler
5. Coba ajak anak bernafas perlahan dan dalam
6. Usahan beri ventilasi udara yang baik
7. Jika 3 menit tidak ada perubahan berikan kembali
inhaler
8. Jika tidak berkurnag, anak makin sesak, bawalah
ke pelayanan kesehatan
9. Berikan minuman madu dengan jahe hangat
untuk mengurangi batuk dan sesak anak
Buat seduhan jahe dicampu dengan madu
untuk mengurahi batuk berdahak pada
anak
JAUHKAN ANAK DARI ASAP ROKOK !!!!
APA SIH ASMA ITU ?
Sesak napas
BERAPA ASMA
BISA TERJADI?
m Oleh
Annazhifa A Boestari S.Kep
SEMUA USIA
Profesi Keperawatan
Universitas Andalas
2020
Gangguan PENCEGAHAN
5. Ajak anak bernapas perlahan-
KOMPLIKASI pertumbuhan
lahan dan dalam ASMA
YANG Infeksi akut saluran
napas bawah
6. Beri ventilasi udara yang baik
DAPAT HINDARI FAKTOR PENCETUS
Bronkitis
7. Jika setelah 3 menit tidak ada
TERJADI
perubahan, coba berikan obat
PADA Emfisema (kerusakan)
paru inhaler kembali
PENDERITA
ASMA Cor pulmonale
(kelainan struktur &
TINGKATKAN KESEHATAN
fun si antun
OPTIMAL
PENANGANAN
ASMA PADA ANAK
Pertolongan PERTAMA??
1. Tenangkan anak
2. Berikan ruang cukup lapang
3. Beri posisi yang nyaman TIDAK
MAKAN DAN MINUM YANG
4. Beri dan bantu anak menggunakan MEMBAIK ??? BERGIZI
obat semprot inhaler
ISTIRAHAT CUKUP
Berikan obat semprot
HINDARI AKTIVITAS FISIK
setiap 5-10 menit
TERLALU BERAT
(sambil membawa anak ke
dokter untuk mendapat
pertolongan medis)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Oleh :
2041312028
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
SATUAN ACARA KEGIATAN
TERAPI BERMAIN BERMAIN LEGO
A. Latar Belakang
serta suara (Whaley & Wong, 2009). Fungsi utama bermain adalah
B. Tujuan
C. Sasaran
1. Anak 42 bulan
D. Media
1) Lego berwarna
E. Strategi Pelaksanaan
2. Memperkenalkan diri
✓ Memperhatikan
dari
3. Menjelaskan tujuan terapi ✓ Menyetujui kontrak
bermain
4. Kontrak waktu anak dan orang tua
Pelaksanaan :
2 15 menit
1. Menjelaskan tata cara ✓ Memperhatikan
membuat lego
lego
Terminasi:
4 5 menit
1. Memberikan motivasi dan pujian ✓ Memperhatikan
Konsep Bermain
a. Pengertian
sensorik motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan
2. Perkembangan intelektual
membedakan objek.
3. Perkembangan social
4. Perkembangan kreatifitas
c. Tujuan Bermain
idenya. Seperti yang telah diuraikan di atas pada saat sakit dan
denga baik.
d. Bermain Lego
membangun.
dan warna lego seperti bentuk batu bata, mobil, manusia, dan
mental diperoleh saat anak membangun lego satu per satu gunanya
3. Kemampuan komunikasi
menyusunnya.
4. Belajar kegigihan
DAFTAR PUSTAKA
1. Pengertian
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang
mengalami nyeri kronis atau suatu bentuk aktivitas yang dapat dilakukan pada
2. Pikiran beristirahat
2. Tujuan
3. Persiapan pasien
4. Tindakan Keperawatan
No Tindakan Rasional
1. Tahap prainteraksi
sudah lengkap
2. Tahap orientasi
- Memberikan salam - Memastikan identitas pasien
3. Tahap kerja
tegak
dihembuskan melalui
mulut sambil
merasakan ekstrimitas
menghembuskan
perlahan-lahan
Jurnal 1
Judul Jurnal Pengaruh Konsumsi Air Hangat Terhadap Frekuensi Nafas
Padapasien Asma Di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu
Tahun 2019
Penulis Sri Hardina, Septiyanti, Dwi Wulandari (2019)
Daftar Pustaka Sri, H., Septiyanti., & Dwi, W., (2019). Pengaruh Konsumsi Air
Hangat Terhadap Frekuensi Nafas Padapasien Asma Di
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019. Journal
of Nursing and Public Health: Vol 7 No 2 (2019)
https://doi.org/10.37676/jnph.v7i2.901
Penerbit Journal of Nursing and Public Health
Hasil Penelitian Hasil bivariat yaitu tidakadapengaruh frekuensi nafas pada
pasien asma sebelum dan setelah pada kelompok kontrol
(tidakkonsumsi air hangat), adapengaruh frekuensi nafas pada
pasien asma sebelum dan setelahpada kelompok intervensi
(konsumsi air hangat). Ada pengaruh frekuensi nafas pada
pasienasma kelompok post kasus dan kelompok post kontrol di
Puskesmas Sukamerindu KotaBengkulu Tahun 2019 Peneliti
menyarankan pihak Puskesmas diharapkan dapat
memberikanpenyuluhan tentang manfaat konsumsi air hangat
sebagai terapi alternative pada pengobatan asma
Pembahasan Hasil penelitian ini diketahui bahwapada kelompok kontrol
terdapat peningkatanfrekuensi pernafasan yaitu sebelum
denganmean (26,42) dan setelah dengan mean(26,50) di
Puskesmas Sukamerindu KotaBengkulu Tahun 2019, artinya
pada penelitianini diketahui bahwa tidak ada perubahan
padakelompok kontrol rata-rata pasien mengalamiasma
sedang.Menurut PDPI (2016) asma derajatsedang ditandai
dengan frekuensi pernafasan26-30 x/menit dengan gejala
sesaknafasmulaiterasapadasaatberaktifit as terkadangterdapat
gejala batuk dan produksi sputum.Biasanya pasien mulai
memeriksakankesehatannya pada derajat ini. Asma
ialahpenyakit paru dengan ciri khas yakni salurannapas sangat
mudah bereaksi terhadapberbagai rangsangan atau pencetus
denganmanifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah,2011).
Kalainan yang didapatkan adalah ototbronkus akan mengkerut
(terjadipenyempitan) dan selaput lendir bronkusedema.Sejalan
dengan penelitian Purwaningsih(2017) menyebutkan bahwa
pada kelompok kontrol (tidak konsumsi air hangat)
diketahuirata-rata derajat sesak napas pada pre test sebesar
26,53 yang berarti sesak napas sedangdan post test sebesar
26,40 yang berarti sesaknapas sedang artinya tidak
mengalamiperubahan frekeunsi pernafasan di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta
Jurnal 2
Judul Jurnal Penerapan Fsioterapi Dada terhadap Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas pada anak bronchitis usia pra sekolah
Penulis Hidayah Widias Ningrum
Daftar Pustaka Ningrum, H.W (2019). Penerapan Fsioterapi Dada terhadap
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada anak bronchitis usia
pra sekolah. Media publkasi penelitian. : Surakarta
Penerbit Media Publikasi Penelitian
Hasil Penelitian Hasil: Setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada sebanyak 2
kali sehari selama 3 hari bersihan jalan nafas pada kedua pasien
efektif dengan kriteria hasil frekuensi pernafasan dalam batas
normal, irama pernafasan dalam batas normal, mampu
mengeluarkan sputum, tidak ada suara nafas tambahan, batuk
berkurang.
Pembahasan Hasil pengkajian yang didapatkan dari An. F dan An. W dengan
diagnosa medis bronkitis dengan keluhan batuk berdahak, sulit
mengeluarkan dahaknya, sesak nafas, demam, dan terdapat
suara nafas tambahan berupa ronkhi. Serangan bronkitis
disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non
infeksi (terutama rokok), iritan (zat yang menyebabkan iritasi)
akan menyebabkan timbulnya respon inflamasi yang
menyebabkan fase dilatasi, kongesti, edema mukosa, dan
bronkospasme. Tidak seperti efisema, bronkitis lebih
mempengaruhi jalan nafas kecil dan besar dibandingkan
alveoli. Dalam keadaan bronkitis aliran udara masih
memungkinkan tidak mengalami hambatan. Pada keadaan
normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut
mucocilliary defence yaitu sistem penjagaan paru-paru yang
dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkitis
sistem ini mengalami kerusakan sehingga lebih mudah
terinfeksi. Ketika timbul infeksi, kelenjar mukus akan menjadi
hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah
bertambah) sehingga mukus akan meningkat. Infeksi juga
menyebabkan dinding bronkial meradang, menebal dan
mengeluarkan mukus kental. Mukus yang kental dan
pembesaran mukus akan mengobstruksi jalan nafas terutama
selama ekspirasi (Utama, 2018). Fisioterapi dada merupakan
cara tindakan non farmakologi yang berguna bagi penderita
penyakit akut maupun kronis yang menggunakan teknik
postural drainase, perkusi dan vibrasi yang sangat efektif dalam
upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada
pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Tujuan fisioterapi
dada yaitu memelihara, mengembalikan fungsi pernafasan dan
membantu mengeluarkan sekret dari bronkus untuk mencegah
penumpukan sekret dalam bronkus, dan memperbaiki
pergerakan dan aliran sekret sehingga dapat memperlancar jalan
nafas menurut Ariasti dkk (2014). untuk masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. F dan An. W
yaitu dengan fisioterapi dada sebanyak 2 kali dalam sehari saat
pagi hari dan sore hari. Dari implementasi pada An.F dan An.
W tersebut diperoleh data dari lembar observasi klien terdapat
perbedaan antara sebelum dan setelah dilakukan fisioterapi
dada, diantaranya ketika di hari ke-3 pada An. F sesak nafas
berkurang, RR: 28 x/menit, batuk berkurang, bisa
mengeluarkan dahak dan masih terdapat suara nafas tambahan
yaitu ronki hal ini disebabkan karena An. F saat dilakukan
fisioterapi dada pada saat postural drainase tidak maksimal An.
F bergerak sangat aktif jadi saat mempertahankan posisi
postural drainase An. F hanya bisa melakukannya kurang dari 5
menit. Postural drainase yaitu salah satu dari serangkaian cara
fisioterapi dada yang sangat penting yang berguna untuk
mengalirkan pengeluaran sekret. Sedangkan, pada klien An. W
suara nafas tambahan tidak ada, RR: 26 x/menit, sesak nafas
tidak ada, batuk berkurang, dan dapat mengeluarkan dahak.
Jurnal 3
Judul Jurnal Hubungan antara permainan lego dengan perkembangan
kognitif anak usia dini di play group Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Jember
Penulis Dinda Agustin Maulida, A.T Hendrawijaya, Niswatul Imsiyah
Daftar Pustaka Dinda A M, & A.T Hendrawijaya, Niswatul Imsiyah (2018).
Hubungan antara permainan lego dengan perkembangan
kognitif anak usia dini di play group Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Jember. Jurnal edukasi. V(1):9-11
Penerbit Jurnal edukasi
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
permainan lego dengan perkembangan kognitif anak usia dini
di play group al-irsyad al-islamiyyah Jember.
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
diketahui bahwa terdapat hubungan yang tinggi antara
permainan lego dengan perkembangan kognitif anak usia dini
di play group al-irsyad al-islamiyyah Jember. Hal tersebut
diperoleh dari hasil analisis data korelasi tata jenjang yang
diolah menggunakan menggunakan alat bantu SPSS (Statistical
Package for the Social) seri 24.0. Dengan demikian dapat
disimpulkan H0 (Hipotesis nol) ditolak sedangkan Ha
(Hipotesis alternatif) diterima. Permainan lego merupakan salah
satu bentuk alat permainan pembangunan, dan alat main
pembangunan berfungsi untuk meningkatkan perkembangan
aspek kognitif seperti mengenal konsep bentuk, pengetahuan,
pemetaan dan keterampilan membedakan penglihatan.
Kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan anak yaitu
mengenal konsep bentuk, warna dan ukuran. Mengenalkan
konsep bentuk, warna, dan ukuran pada anak penting dilakukan
sebab warna, bentuk dan ukuran merupakan ciri yang paling
terlihat dalam dunia sekeliling kita dan dapat membantu anak
menyelesaikan masalah dalam kehidupannya serta beradaptasi
dengan lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
dengan adanya permainan lego, perkembangan kognitif anak
dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya
seperti anak dapat mengenal warna, mengklasifikasikan benda
berdasarkan bentuk serta anak dapat memahami konsep besar
atau kecil. Sesuai dengan menu pembelajaran generik anak usia
dini tahun 2009 bahwa perkembangan kognitif anak usia 3-4
tahun dikatakan berkembang jika: 1) anak dapat
mengelompokkan benda berdasarkan warna, bentuk dan
ukuran, 2) dapat mencocokkan hingga 11 warna, 3) dapat
menunjuk hingga 6 warna yang disebutkan, 4) mencocokkan
dua bentuk, 5) memahami konsep kecil atau besar dan lain-lain.
Jurnal 4
Judul Jurnal Efektifitas pemberian tehnik relaksasi napas dalam terhadap
penurunan gejala pernapasan pada pasien asma di igd rsud patut
patuh patju gerung lombok barat
Penulis Dina Fithriana, Hadi Kusuma Atmaja, Eva Marvia
Daftar Pustaka Fithriana D, dkk (2017). Efektifitas pemberian tehnik relaksasi
napas dalam terhadap penurunan gejala pernapasan pada pasien
asma di igd rsud patut patuh patju gerung lombok barat. PrimA:
Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan. V3(1).
Penerbit PrimA: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan
Hasil Penelitian Ada perubahan gejala pernapasan asma secara signifikan
setelah 15 menit pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol (p<0,05). Hasil uji Mann-Whithney yang dilakukan
yaitu ada perbedaan yang signifikan pada gejala frekwensi
pernapasan (respiration rate) antara kelompok perlakuan dan
kontrol pada menit ke 30 dan 45 setelah terapi.
Pembahasan pakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada pasien bagaimana cara melakukan
napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara
maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara
perlahan. Selain dapat menurunkan gejala pernapasan, teknik
relaksasi napas dalam, juga dapat meningkatkan ventilasi paru
dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer;Bare, 2009).
Pada penderita asma, sangat bagus jika dilakuakan atau
diberikan tehnik relaksasi napas dalam yang salah satu
manfaatnya, yaitu: jika tidak dalam serangan latihan pernapasan
(tehnik relaksasi napas dalam) diperlukan untuk mencegah
sesak napas, memperbaiki fungsi paru-paru sehingga dengan
demikian serangan sesak napas tidak terjadi dan menenangkan
pikiran dan mengurangi kecemasan. Dari hasil uji wilcoxon
adalah ada perubahan gejala pernapasan asma secara signifikan
setelah 15 menit pada kelompok perlakuan dan kontrol. Untuk
parameter sianosis, tidak ada responden yang mengeluhkan
gejala ini pada kelompok kontrol yang berarti bahwa Ho ditolak
atau ada pengaruh pemberian terapi bronchodilator dan tehnik
relaksasi napas dalam terhadap penurunan gejala pernapasan.
ration rate), hal ini sesuai dengan teori yang dimana jika terapi
tehnik relaksasi napas dalam dilakukan dengan baik maka dapat
memperbaiki fungsi paru-paru sehingga dengan demikian
serangan asma dapat diminimalkan. Kemudian pada gejala
retraksi dada, wheezing, pernapasan cuping hidung dan sianosis
tidak sesuai dengan teori yang dimana profil kelompok
perlakuan lebih berat dibandingkan kelompok kontrol dan umur
pada kelompok perlakuan lebih dominan responden yang
berumur 26-35 tahun dan 46-55 tahun, sedangkan pada
kelompok kontrol lebih dominan responden berumur 36-45
tahun dan >16 tahun.
Jurnal 5
Judul Jurnal Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan
pengetahuan dan sikap keluarga dalam memberikan perawatan
pada anak usia 4-6 tahun penderita asma di rsud cideres
kabupaten majalengka tahun 2017
Penulis Idris Handriana
Daftar Pustaka Handriana, I (2017). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
perubahan pengetahuan dan sikap keluarga dalam memberikan
perawatan pada anak usia 4-6 tahun penderita asma di rsud
cideres kabupaten majalengka tahun 2017. Jurnal keperawatan
STIKes YPIB Majalengka.
Penerbit Jurnal keperawatan STIKes YPIB Majalengka
Hasil Penelitian Menunjukkan bahwa lebih dari setengah (54,3%) pengetahuan
keluarga sebelum pendidikan kesehatan berpengetahuan cukup
dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan lebih dari
setengah (62,9%) pengetahuan keluarga baik. Lebih dari
setengah (54,3%) sikap keluarga sebelum pendidikan kesehatan
bersikap negatif dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan
lebih dari setengah (51,4%) sikap keluarga positif. Terdapat
pengaruh signifikan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan
terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan keluarga dalam
memberikan perawatan pada anak usia 4-6 tahun penderita
asma di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2017.
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan
terhadap perubahan tingkat pengetahuan keluarga dalam
memberikan perawatan pada anak usia 4-6 tahun penderita
asma di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2017.
Besarnya perubahan pengetahuan keluarga dalam memberikan
perawatan pada anak usia 4-6 tahun penderita asma sebelum
dan sesudah pendidikan kesehatan sebesar 10,0%. Hasil
penelitian ini sejalan dengan teori bahwa pendidikan kesehatan
adalah suatu bentuk wawancara untuk membantu orang lain
memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya
dalam mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya
(Trismiati, 2012). Pendidikan kesehatan adalah proses
pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara
sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi
interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan
klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan
menentukan jalan keluar/upaya untuk mengatasi masalah
tersebut (McLeod, 2012). Informasi yang diperoleh baik dari
pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Seorang klien dan keluarga dapat memperoleh informasi dari
seorang petugas kesehatan berupa pendidikan kesehatan (health
education). Pendidikan kesehatan merupakan salah satu akses
informasi bagi klien dan keluarga untuk memperoleh informasi
tentang prosedur pengobatan, penjelasan mengenai suatu
penyakit dan upaya pencegahan melalui peningkatan kesehatan
(Trismiati, 2012).
JNPH
Volume 7 No. 2 (Oktober 2019)
© The Author(s) 2019
ABSTRAK
Asma terjadi akibat gangguan pada sistem pernapasan yang menyebabkan penderita
mengalami mengi (wheezing), sesak napas, batuk, dan sesak di dada tertama ketika malam hari
atau dini hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi air hangat
terhadap Frekuensi Nafas Pada pasien asma Di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun
2019. Metode yang digunakan adalah Quasi Eksperimen, two group test design with control
group, sampel diambil sebanyak 24 orang dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian
dengan analisis Uji Univariat Karakteristik penderita asma di Puskesmas Sukamerindu Kota
Bengkulu yaitu 19 orang (67,9%) berjenis kelamin laki-laki, 22 orang (78,6%) berusia ≥19
tahun dan lama menderita asma 18 orang (64,3%) <5 tahun. Rata-rata frekuensi pernafasan
pada kelompok kontrol sebelum (26,42) dan setelah (26,50), Rata-rata frekuensi pernafasan
pada kelompok kasus sebelum (26,92) dan setelah (26,28). Hasil bivariat yaitu tidak ada
pengaruh frekuensi nafas pada pasien asma sebelum dan setelah pada kelompok kontrol (tidak
konsumsi air hangat), ada pengaruh frekuensi nafas pada pasien asma sebelum dan setelah
pada kelompok intervensi (konsumsi air hangat). Ada pengaruh frekuensi nafas pada pasien
asma kelompok post kasus dan kelompok post kontrol di Puskesmas Sukamerindu Kota
Bengkulu Tahun 2019 Peneliti menyarankan pihak Puskesmas diharapkan dapat memberikan
penyuluhan tentang manfaat konsumsi air hangat sebagai terapi alternative pada pengobatan
asma.
ABSTRACT
Asthma is caused by a disturbance in the respiratory system that causes sufferers to experience
wheezing, shortness of breath, coughing, and tightness in the chest especially at night or early
morning. The purpose of this study was to determine the effect of consumption of warm water
on breath frequency in asthma patients at the Sukamerindu Public Health Center in Bengkulu
City in 2019. The method used was Quasi Experiment, two group test design with control
group, samples were taken as many as 24 people with purposive sampling technique. The
results of the study with the analysis of the Characteristics Univariate Test of asthma sufferers
in the Sukamerindu Public Health Center in Bengkulu City were 19 people (67.9%) male sex,
22 people (78.6%) aged ≥19 years and had asthma 18 people (64, 3%) <5 years. The average
ISSN: 2338-7033 77
respiratory frequency in the control group before (26.42) and after (26.50), the average
respiratory frequency in the case group before (26.92) and after (26.28). The bivariate results
were that there was no effect of breath frequency in asthma patients before and after in the
control group (no consumption of warm water), there was an influence of breath frequency in
asthma patients before and after in the intervention group (warm water consumption). There is
an influence of breath frequency on asthma patients in post case and post control groups in
Sukamerindu Public Health Center in Bengkulu City in 2019. Researchers suggest that
Puskesmas can provide counseling about the benefits of consuming warm water as an
alternative therapy in the treatment of asthma.
ISSN: 2338-7033 79
asma Di Puskesmas Sukamerindu Kota No Variabel Frekuensi Persentase
Bengkulu Tahun 2019? (f) (%)
Analisis univariat untuk memperoleh Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa pada
gambaran variabel, yang di gambarkan dalam kelompok kontrol terdapat peningkatan
bentuk tabel dengan tujuan mengetahui frekuensi pernafasan yaitu sebelum dengan
gambaran jenis kelmain, usia dan lama mean (26,4286) dan setelah dengan mean
menderita asma pada pasien asma di (26,50) di Puskesmas Sukamerindu Kota
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu. Bengkulu Tahun 2019
Tabel 1 Gambaran Karakteristik Pasien Tabel 3. Rata-rata frekuensi nafas sebelum
Penderita Asma di Puskesmas dan sesudah pada kelompok intervensi di
Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019 Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu
Tahun 2019
ISSN: 2338-7033 81
Penderita Asma di Puskesmas Umum Dr. Pirngadi Medan menyatakan
Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019 bahwa sebagian besar penderita asma berjenis
kelamin laki-laki (51,3%), berusia diatas 19
Hasil penelitian ini diketahui bahwa tahun (60,8%), bekerja dipabrik (67%).
karakteristik penderita asma di Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu yaitu jenis b. Rata-rata frekuensi nafas sebelum dan
kelamin penderita asma sebagian besar atau sesudah pada kelompok control di
19 orang (67,9%) laki-laki dan 9 orang Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu
sebagian kecil atau (32,1%) perempuan, Tahun 2019
sebagian kecil atau 6 orang (21,4%) berusia
≥19 tahun dan pada umumnya atau 22 orang Hasil penelitian ini diketahui bahwa
(78,6%) berusia ≥19 tahun, lama menderita pada kelompok kontrol terdapat peningkatan
asma sebagian besar atau 18 orang (64,3%) frekuensi pernafasan yaitu sebelum dengan
<5 tahun dan sebagian kecil atau 10 orang mean (26,42) dan setelah dengan mean
(35,7%) ≥5 tahun. (26,50) di Puskesmas Sukamerindu Kota
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bengkulu Tahun 2019, artinya pada penelitian
laki-laki lebih banyak mengalami asma yang ini diketahui bahwa tidak ada perubahan pada
disebabkan karena faktor merokok dan kelompok kontrol rata-rata pasien mengalami
paparan polusi udara, selain itu mayoritas asma sedang.
berusia diatas 19 tahun hal ini disebabkan Menurut PDPI (2016) asma derajat
karena paparan polusi dengan tambahan umur sedang ditandai dengan frekuensi pernafasan
akan semakin meningkat, di dukung dengan 26-30 x/menit dengan gejala sesak nafas
hasil penelitian ini bahwa responden mulai terasa pada saat beraktifitas terkadang
mayoritas menderita asma <5 tahun hal ini terdapat gejala batuk dan produksi sputum.
menunjukkan bahwa paparan udara atau Biasanya pasien mulai memeriksakan
polusi udara yang mempengaruhi terjadinya kesehatannya pada derajat ini. Asma ialah
asma pada penderita asma. Menurut penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran
Kemenkes RI (2009) bahwa sebagian besar napas sangat mudah bereaksi terhadap
serangan asma dimulai sejak masa kanak- berbagai rangsangan atau pencetus dengan
kanak dan menetap hingga usia lanjut. Namun manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah,
beberapa serangan asma justru muncul setelah 2011). Kalainan yang didapatkan adalah otot
dewasa karena faktor ekstrinsik di lingkungan bronkus akan mengkerut (terjadi
kerja maupun rumah yang paling utama ialah penyempitan) dan selaput lendir bronkus
polusi udara dari asap rokok, kenderaan dan edema.
pembakaran hutan, limbah atau sampah. Sejalan dengan penelitian Purwaningsih
Jenis asma yang paling sering diderita (2017) menyebutkan bahwa pada kelompok
oleh anak-anak berusia di bawah 3 tahun dan kontrol (tidak konsumsi air hangat) diketahui
dewasa berusia di atas 30 tahun. Infeksi rata-rata derajat sesak napas pada pre test
pernafasan karena virus merupakan pemicu sebesar 26,53 yang berarti sesak napas sedang
utama pernafasan karena virus merupakan dan post test sebesar 26,40 yang berarti sesak
pemicu utama dan mempengaruhi, baik saraf napas sedang artinya tidak mengalami
dan atau saluran pernafasan (bronchi). perubahan frekeunsi pernafasan di Balai
Menurut Muttaqin (2008) Jumlah kejadian Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta
asma pada laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan. c. Rata-rata frekuensi nafas sebelum dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan sesudah pada kelompok intervensi di
penelitian yang dilakukan oleh Sri Hartati Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu
(2014) dengan judul karakteristik penderita Tahun 2019
asma yang dirawat inap di Rumah Sakit
ISSN: 2338-7033 83
penatalaksanaan nonfarmakologis asma yaitu kelompok kontrol sebesar 26,50 yang
dengan memberikan minum air putih hangat menunjukkan bahwa terjadi penurunan
1500-2000 ml per hari. Air adalah zat atau frekuensi nafas pada pasien asma setelah
unsur yang paling penting bagi semua bentuk diberikan air hangat.
kehidupan didunia ini. yang kita ketahui Usaha yang dapat dilakukan dalam
sampai saat ini dibumi, air merupakan zat cair pengobatan penyakit asma dapat dilakukan
yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau. dengan cara farmakologi dan non
Air sebagai sumber daya adalah air yang farmakologi. Pengobatan farmakologis pada
dibutuhkan oleh semua kehidupan, baik asma biasanya dengan oksigenisasi dan
tumbuhan, mikroorganisme maupun manusia. melibatkan pengobatan beta 2 adrenergik,
Agar tetap dapat kita pakai air harus dijaga sedangkan pengobatan nonfarmakologis
supaya tidak tercemar, karena sifat air yang biasanya dengan menghindari faktor
mudah berubah baik dari segi bentuk, ukuran penyebab dan menciptakan lingkungan yang
dan rasa warna dari lingkungannya yang sehat, selain itu dalam mengurangi gejala
mempengaruhinya, apa lagi jika lingkungan asma dan memperbaiki kualitas hidup yaitu
yang tercemar maka air juga akan mudah dengan terapi pemberian air hangat. Teknik
sekali tercemar. Konsumisi air hangat farmakologi memiliki banyak efek samping,
merupakan konsumsi air dengan suhu 38- sedangkan pengobatan dengan non
40oC. Konsumsi air hangat dilakukan farmakologi kurang memiliki efek samping
perlahan selama 5 menit dapat membebaskan (Doenges, 2010).
jalan nafas, sehingga dapat menjadi terapi Pemberian minum air putih hangat
pada penderita asma. memberikan efek hidrostatik dan
Sejalan dengan penelitian Majampoh hidrodinamik dan hangatnya membuat
(2013) menyebutkan bahwa frekuensi sirkulasi peredaran darah khususnya pada
pernapasan sebelum diberikan air hangat daerah paru-paru agar menjadi lancar. Secara
termasuk frekuensi sesak napas sedang fisiologis, air hangat juga memberi pengaruh
sampai berat dan frekuensi pernapasan setelah oksigenisasi dalam jaringan tubuh (Hamidin,
diberikan konsumsi air hangat termasuk 2012). Hal serupa diungkapkan oleh Yuanita
frekuensi pernapasan normal. Simpulan (2011), minum air hangat dapat
Terdapat pengaruh pemberian konsumsi air memperlancar proses pernapasan, karena
hangat terhadap kestabilan pola napas pada pada pernapasan pasien asma membutuhkan
pasien sesak nafas dengan nilai p value = suasana yang encer dan cair. Pada penderita
0,000. asma minum air hangat sangat tepat untuk
membantu memperlancar pernapasan karena
c. Pengaruh konsumsi air hangat terhadap dengan minum air hangat partikel-partikel
frekuensi nafas pada pasien asma pencetus sesak dan lendir dalam bronkioli
kelompok intervensi dan kelompok kontrol akan dipecah dan menyebabkan sirkulasi
di Puskesmas Sukamerindu Kota pernapasan menjadi lancar sehingga
Bengkulu Tahun 2019 mendorong bronkioli mengeluarkan lendir.
Sejalan dengan penelitian yang
Berdasarkan Tabel di atas didapatkan dilakukan oleh Adiputra (2017) menyebutkan
bahwa dari uji Independen dengan nilai p bahwa dari hasil uji Wilcoxon didapatkan p
value=0,000 maka Ho diterima, artinya ada value sebesar 0,002, yang menunjukkan
perbedaan frekuensi nafas pada pasien asma bahwa terdapat pengaruh pemberian air
kelompok intervensi dan kelompok kontrol di minum hangat sebelum tindakan nebulizer
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu terhadap kelancaran jalan nafas dan
Tahun 2019, serta dapat dilihat bahwa frekuensi pernapasan pada pasien asma.
frekuensi nafas pada kelompok intervensi Hasil uji Mann Whitney didapatkan p value
rata-rata 22,28 lebih rendah dibandingkan sebesar 0.029, artinya terdapat perbedaan
ISSN: 2338-7033 85
Gelembung Super Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah
Yang Mengalami Hospitalisasi Di
Ruang Anak Rsud Pandan Arang
Boyolali. Dari http://eprints.ums.ac.id /
28788/17
/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. Jurnal
[22 Desember 2018]
Sulistyaningsih. 2011. Metode Penelitian
Kebidanan Cetakan ke-2. Yogyakarta:
Graha Ilmu
1
Mahasiwa DIII Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU
Muhammadiyah Surakarta 2Dosen DIII Keperawatan Institut Teknologi Sains dan
Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta 3Dosen DIII Keperawatan Institut
Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta JL.Tulang Bawang
Selatan No.26 Tegalsari RT 02 RW 32, Kadipiro, Surakarta
Email: hidayahwidias13@gmail.com
Bersihan Jalan Latar Belakang: Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran
Nafas, pernafasan yang menyerang bronkus. Anak yang mengalami gangguan
Fisioterapi
saluran pernafasan sering terjadi peningkatan produksi dahak yang
Dada, Bronkitis,
berlebih pada paru-parunya dahak yang mengental dan menumpuk
sehingga sulit untuk dikeluarkan, maka dari itu untuk membantu
mempercepat penyembuhan dibantu dengan tindakan fisioterapi dada.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menyusun resume asuhan
keperawatan dan mengidentifikasi manfaat fisioterapi dada untuk
meningkatkan efektifitas bersihan jalan nafas pada asuhan
keperawatan anak dengan bronkitis. Metode Penelitian: Jenis metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan case study research (studi kasus). Subjek yang digunakan
dalam penelitian yaitu 2 anak laki-laki yang berumur 3 tahun dan 5
tahun yang penelitian ini meliputi Nursing kit, alat tulis, format pengkajian asuhan
mengalami keperawatan anak, SOP fisioterapi dada, lembar observasi pasien, dan
Bronkitis. alat untuk fisioterapi dada. Hasil: Setelah dilakukan tindakan fisioterapi
Penelitian ini dada sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari bersihan jalan nafas pada
dilakukan di kedua pasien efektif dengan kriteria hasil frekuensi pernafasan dalam
bangsal batas normal, irama pernafasan dalam batas normal, mampu
Dadap Serep mengeluarkan sputum, tidak ada suara nafas tambahan, batuk
RSUD Pandan berkurang. Kesimpulan: Fisioterapi dada efektif bermanfaat
Arang meningkatkan bersihan jalan nafas pada asuhan keperawatan anak
Boyolali. dengan kasus bronkitis.
Instrumen
penelitian
dalam
Bronkitis merupakan
penyakit infeksi pada saluran
pernapasan yang menyerang
bronkus. Penyakit ini banyak
menyerang anak-anak yang
lingkungannya banyak polutan,
misalnya orang tua yang merokok
di rumah, asap kendaraan
bermotor, asap hasil pembakaran
pada saat masak yang
menggunakan bahan bakar kayu.
Di Indonesia masih banyak
keluarga yang setiap hari
menghirup polutan ini, kondisi ini
menyebabkan angka kejadian
penyakit bronkhitis sangat tinggi
(Marni, 2014). Di Indonesia yang
terinfeksi bronkitis sekitar 1.6 juta
orang (WHO, 2013).
Resume asuhan
keperawatan anak pada kasus
penerapan fisioterapi dada untuk
meningkatkan keefektifan bersihan
jalan nafas pada An. F dan An. W di
bangsal Dadap Serep RSUD Pandan
Arang Boyolali. Resume asuhan
didapatkan diagnosa keperawatan yang
muncul dari kedua pasien berdasarkan hasil
pemeriksaan dan pengkajian yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
Hasil pemeriksaan fisik meliputi: Suhu: (mukus berlebih). Tujuan dan kriteria hasil
37,60C, RR: 40 x/menit, Nadi: 122 (NOC): setelah dilakukan tindakan
x/menit, SpO2: 98%, keadaan umum keperawatan 3x24 jam, diharapkan
lemas. Hasil pemeriksaan fisik paru- kepatenan jalan nafas pada klien efektif
paru: bentuk dada simetris, tidak ada dengan kriteria hasil; frekuensi pernafasan
lesi, tidak ada nyeri tekan, dalam batas normal (20-30 x/menit), irama
pengembangan dada antara kanan dan pernafasan dalam batas normal, mampu
kiri sama, perkusi sonor, terdapat suara mengeluarkan sputum, tidak ada suara
nafas ronkhi, letak sekret dibagian nafas tambahan, batuk berkurang.
lobus paru sebelah kiri. Hasil data Intervensi yang dapat dilakukan pada
penunjang: Leokosit 183400/ul, Hb masalah keperawatan ketidakefektifan
10,6g/dl. bersihan jalan nafas yaitu dengan
manajemen jalan nafas yang meliputi (1)
Pengkajian pada pasien 2 pada Auskultasi suara nafas, catat area yang
tanggal 15 Februari 2019 sekitar ventilasinya menurun atau tidak adanya
pukul suara nafas tambahan, (2) Posisi
Saran
5. REFERENSI
Abstrak
Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Pada
masa ini, sangat penting sekali untuk merangsang perkembangan pada anak, salah satunya yaitu aspek perkembangan
kognitif. Kognitif akan cepat berkembang, apalagi melalui permainan yang menggunakan benda yang disukai anak. Lego
merupakan permainan konstruktif yang bermanfaat bagi anak untuk mengembangkan kognitifnya. Berdasarkan latar
belakang masalah, maka peneliti dapat merumuskan masalah yaitu adakah hubungan antara permainan lego dengan
perkembangan kognitif anak usia dini di play group al-irsyad al-islamiyyah Jember?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara permainan lego dengan perkembangan kognitif anak usia dini di play group al-irsyad al-
islamiyyah Jember. Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat menambah pengetahuan dan dijadikan sebagai pengembangan
pelaksanaan pembelajaran khususnya dalam mengasah kemampuan kognitif anak. Jenis penelitian yang digunakan adalah
korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Pengambilan datanya menggunakan check list dan dokumentasi, kemudian
dianalisis menggunakan rumus korelasi tata jenjang yang dibantu dengan menggunakan alat bantu SPSS (Statistical
Package for the Social Sciences) seri 24.0. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara permainan
lego dengan perkembangan kognitif anak usia dini di play group al-irsyad al-islamiyyah Jember. Saran dari penelitian ini
yaitu bagi pengelola dan pendidik agar lebih mengembangkan media pembelajaran dan lebih inovatif dalam memilih alat
permainan yang menyenangkan bagi anak. Bagi peneliti selanjutnya yaitu disarankan agar dapat meneliti lebih lanjut yang
sehubungan dengan permainan lego dan perkembangan anak usia dini yaitu seperti dapat melipat kertas, menggambar benda
yang dikenal, dapat menggunting kertas dan dapat membangun menara dari balok. Sebab permainan lego juga akan
mempengaruhi tumbuh kembang anak pada perkembangan lainnya
Abstract
Early childhood is an individual who is undergoing a process of rapid growth and development. At this time, it is very
important to stimulate the development of children, one of them is the aspect of cognitive development. Cognitive will
quickly develop, especially through games that use objects that children love. Lego is a constructive game that is useful for
children to develop cognitive. Based on the background of the problem, the researchers can formulate the problem is there
any relationship between the game of lego with early childhood cognitive development in play group al-irsyad al-
islamiyyah Jember ?. The purpose of this study was to determine the relationship between lego game with early childhood
cognitive development in play group al-irsyad al-islamiyyah Jember. The benefits of this research is to increase knowledge
and serve as the development of learning implementation, especially in honing the cognitive abilities of children. The type
of research used is correlational with quantitative approach. The data is collected using check list and documentation, then
analyzed using correlation formula of graded level which is assisted by using SPSS (Statistical Package for the Social
Sciences) series 24.0. The results of the study indicate that there is a relationship between lego games with early childhood
cognitive development in play group al-irsyad al-islamiyyah Jember. Suggestions from this research are for managers and
educators to further develop the learning media and more innovative in choosing a fun game tool for children. For further
research, it is suggested that further research in relation to the game of early childhood development and lego can be like
folding paper, drawing known objects, cutting paper and can build towers from blocks. For lego games will also affect the
growth and development of children on other developments
golden age” atau usia emas. Pada masa golden age ini, Hasil dan Pembahasan
sangat penting sekali untuk merangsang perkembangan pada
anak, salah satu aspek perkembangan yang penting untuk Hasil penelitian dibuktikan melalui proses analisis data
dikembangkan yaitu perkembangan kognitif. Perkembangan menggunakan rumus korelasi tata jenjang yang diolah
kemampuan kognitif anak dapat dilihat dari apa yang mereka menggunakan alat bantu SPSS (Statistical Package for the
lakukan, yang didorong rasa ingin tahu yang besar pada diri Social) seri 24.0. Adapun hasil yang diperoleh nilai
anak. Kognitif akan cepat berkembang, apalagi melalui correlation coefficient sebesar 0,932. Nilai tersebut lebih
permainan yang menggunakan benda yang disukai anak. besar dari rtabel, sebesar 0,450 (dengan N=20 dan nilai sig.
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini difokuskan pada (2-tailed) < 0,05), hal ini dapat dikatakan bahwa permainan
salah satu permainan yaitu permainan lego untuk mengetahui lego memberikan sumbangsih sebesar 86,86% terhadap
hubungan dengan perkembangan kognitif anak usia dini. perkembangan kognitif anak usia dini. Hasil tersebut
Bahwa Lego merupakan permainan konstruktif bermanfaat diperjelas kembali melalui hasil analisis data terhadap
bagi anak untuk mengembangkan kogntifnya. Dari masing-masing indikator yang dijelaskan sebagai berikut.
permainan ini anak bisa belajar tentang konsep besar kecil, Hubungan antara kreativitas dengan perkembangan
tinggi rendah, panjang pendek dan bisa belajar mengenal kognitif anak usia dini sebesar 0,834 atau 69,55% dengan
warna. [1] kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa, kreativitas
Lego adalah jenis alat permainan bongkah plastik kecil memiliki hubungan dengan perkembangan kognitif anak usia
serta kepingan lain yang bisa disusun menjadi model apa dini. Sedangkan hubungan antara mengembangkan imajinasi
saja serta memiliki warna yang berwarna-warni, memiliki dengan perkembangan kognitif anak usia dini sebesar 0,884
ukuran yang berbeda dan berjumlah banyak. Pada saat atau 78,14% dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan
menyusun setiap keping lego, anak dituntut untuk dapat bahwa, mengembangkan imajinasi memiliki hubungan
mengenal berbagai macam bentuk, ukuran maupun warna dengan perkembangan kognitif anak usia dini. Dengan
yang terdapat pada lego tersebut sehingga akan demikian dapat disimpulkan bahwa permainan lego memiliki
menghasilkan bentuk bangunan lego yang sempurna dan hubungan yang tinggi dengan perkembangan kognitif anak
menarik. Sesuai dengan identifikasi karakteristik usia dini di play group al-irsyad al-islamiyyah Jember.
perkembangan kognitif anak usia dini 3-4 tahun ialah Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
mengelompokkan benda yang memiliki persamaan; warna, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang tinggi antara
bentuk, atau ukuran, mencocokkan segitiga persegi dan permainan lego dengan perkembangan kognitif anak usia
wajik, menumpuk kotak atau gelang sesuai ukuran dan dini di play group al-irsyad al-islamiyyah Jember. Hal
memahami konsep besar atau kecil. [2] tersebut diperoleh dari hasil analisis data korelasi tata
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan
jenjang yang diolah menggunakan menggunakan alat bantu
masalah yaitu adakah hubungan antara permainan lego
SPSS (Statistical Package for the Social) seri 24.0. Dengan
dengan perkembangan kognitif anak usia dini di play group
demikian dapat disimpulkan H0 (Hipotesis nol) ditolak
al-irsyad al-islamiyyah Jember?. Tujuan dari penelitian ini
sedangkan Ha (Hipotesis alternatif) diterima. Permainan
adalah untuk mengetahui hubungan antara permainan lego
dengan perkembangan kognitif anak usia dini di play group lego merupakan salah satu bentuk alat permainan
al-irsyad al-islamiyyah Jember. Manfaat penelitian ini adalah pembangunan, dan alat main pembangunan berfungsi untuk
dapat menambah pengetahuan dan dijadikan sebagai meningkatkan perkembangan aspek kognitif seperti
pengembangan pelaksanaan pembelajaran khususnya dalam mengenal konsep bentuk, pengetahuan, pemetaan dan
mengasah kemampuan kognitif anak. keterampilan membedakan penglihatan [3].
Kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan anak
Metode Penelitian yaitu mengenal konsep bentuk, warna dan ukuran.
Mengenalkan konsep bentuk, warna, dan ukuran pada anak
Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional penting dilakukan sebab warna, bentuk dan ukuran
dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan merupakan ciri yang paling terlihat dalam dunia sekeliling
selama 6 bulan yaitu mulai bulan Januari 2017-Juli 2017 di kita dan dapat membantu anak menyelesaikan masalah
play group al-irsyad al-islamiyyah Jember sebagai daerah dalam kehidupannya serta beradaptasi dengan
yang dipilih untuk tempat penelitian dengan menggunakan lingkungannya [4]. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
teknik purposive area. Sedangkan untuk pengumpulan dengan adanya permainan lego, perkembangan kognitif anak
datanya menggunakan check list dan dokumentasi. dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya
Pengumpulan data di atas selanjutnya dibuktikan melalui seperti anak dapat mengenal warna, mengklasifikasikan
observasi dengan menggunakan lembar check list kepada 20 benda berdasarkan bentuk serta anak dapat memahami
subjek penelitian yaitu peserta didik usia 3-4 tahun di play konsep besar atau kecil. Sesuai dengan menu pembelajaran
group al-irsyad al-islamiyyah jember. Dalam penelitian ini
generik anak usia dini tahun 2009 bahwa perkembangan
penentuan subjek penelitian menggunakan teknik populasi.
kognitif anak usia 3-4 tahun dikatakan berkembang jika: 1)
Dalam lembar check list terdapat 20 butir pernyataan
anak dapat mengelompokkan benda berdasarkan warna,
selanjutnya dilakukan proses editing, coding dan scoring.
Jika keseluruhan item pernyataan tersebut sudah terisi, maka bentuk dan ukuran, 2) dapat mencocokkan hingga 11 warna,
akan dilakukan analisis data lebih lanjut dengan 3) dapat menunjuk hingga 6 warna yang disebutkan, 4)
menggunakan rumus korelasi tata jenjang. mencocokkan dua bentuk, 5) memahami konsep kecil atau
besar dan lain-lain [5]. [5] Menu Pembelajaran Generik Anak Usia Dini Tahun 2009
[6] Soebachman, Agustina. 2012. Permainan Asyik Bikin Anak Pintar.
Sedangkan untuk analisis dari setiap indikator adalah: Yogyakarta: IN AzNa Books.
untuk indikator kreativitas dengan perkembangan kognitif [7] Soebachman, Agustina. 2012. Permainan Asyik Bikin Anak Pintar.
anak usia dini memiliki tingkat hubungan yang tinggi. Hal Yogyakarta: IN AzNa Books.
[8] Rakhmawati, yeni dan kurniawati, euis. 2010. Strategi
ini menunjukkan bahwa dengan adanya penerapan
Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak.
permainan lego dalam pembelajaran anak usia dini dapat Jakarta: Kencana
melatih kreativitas anak serta dapat menstimulasi kognitif
anak. Seperti anak dapat mengenal warna, memahami
konsep besar/kecil dan anak dapat mengklasifikasikan benda
berdasarkan bentuk. Permainan lego adalah permainan yang
memacu kreativitas anak, permainan berbentuk balok-balok
plastik berwarna-warni ukuran mini yang dapat disusun
menjadi beragam bentuk [6]. Manfaat yang diperoleh dari
mainan lego yaitu mengembangkan aspek kognisi dan
menyatukan ide [7]. Dengan adanya kegiatan menyusun
lego, menjadi suatu bentuk bangunan sesuai kreativitasnya,
secara tidak langsung anak dapat mengerti dan memahami
ukuran dari bongkahan lego sehingga bisa dipasangkan dan
menghasilkan bentuk bangunan yang utuh.
Untuk indikator mengembangkan imajinasi dengan
perkembangan kognitif anak usia dini memiliki tingkat
hubungan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa imajinasi
bermanfaat dalam mengembangkan perkembangan kognitif
anak usia dini. Seperti anak dapat mengenal warna,
memahami konsep besar/kecil dan anak dapat
mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk. Imajinasi
merupakan salah satu hal yang efektif untuk
mengembangkan kemampuan kognitif. Dengan menerapkan
permainan lego dalam pembelajaran anak usai dini akan
semakin menambah wawasan meraka. Karena banyak hal
yang dapat dilihat anak secara langsung seperti melihat
benda yang mempunyai berbagai ukuran serta memiliki
beragam warna yang terdapat pada bongkahan lego tersebut
[8]
Daftar Pustaka
[1] Zaman, dkk. 2010. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta:
Universitas Terbuka
[2] Susanto, Ahmad. 2014. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
[3] Afandi, M, dkk. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di
Sekolah. Semarang: UNISSULA Press.
[4] Darsinah. 2011. Perkembangan Kognitif. Surakarta: Qinant.
ABSTRAK
Asma sangat berbeda pada setiap orang hingga penanganannya pun berbeda,
tergantung faktor pencetusnya. Prevalensi penyakit asma cenderung semakin meningkat
sejalan dengan peningkatan umur, sedikit lebih tinggi perempuan daripada laki-laki. Di
RSUD Patut Patuh Patju Gerung Lombok Barat, tercatat jumlah pasien penderita penyakit
asma pada bulan juli 2013 berjumlah 90 orang, kemudian pada bulan agustus 2013
mengalami penurunan dengan jumlah 72 orang, sedangkan pada bulan september 2013
meningkat dengan jumlah 180 orang. Pengobatan asma secara garis besar di bagi dalam
pengobatan non farmakologik dan pengobatan farmakologik. Pengobatan non
farmakologik terdiri dari: penyuluhan, menghindari faktor pencetus, fisioterapi dan
relaksasi napas dalam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas
pemberian tehnik relaksasi napas dalam terhadap penurunan gejala pernapasan pada pasien
asma di IGD RSUD Patut Patuh Patju Gerung Lombok Barat.
Desain penelitian yang digunakan adalah two group pretest dan posttest with
control group design. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien asma yang dirawat di IGD
RSUD Patut Patuh Patju Gerung Lombok Barat selama periode 20 hari penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi sebanyak 38 orang dengan teknik sampling Accidental
Sampling. Kelompok perlakuan hanya mendapatkan terapi farmakologi Bronchodilator,
sedangkan kelompok perlakuan mendapatkan kombinasi Bronchodilator dan teknik
relaksasi nafas dalam. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi gejala
pernafasan dan analisa data menggunakan uji Wilcoxon – Mann Whitney.
Hasil penelitian menggunakan uji wilcoxon adalah ada perubahan gejala
pernapasan asma secara signifikan setelah 15 menit pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol (p<0,05). Hasil uji Mann-Whithney yang dilakukan yaitu ada perbedaan
yang signifikan pada gejala frekwensi pernapasan (respiration rate) antara kelompok
perlakuan dan kontrol pada menit ke 30 dan 45 setelah terapi.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Ada efektifitas yang signifikan antara
pemberian tehnik relaksasi napas dalam terhadap penurunan gejala pernapasan pada pasien
asma di IGD RSUD Patuh Patut Patju Gerung Lombok Barat dengan taraf signifikan 95%
yang berarti bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan (Ho) ditolak dengan nilai P
hitung < 0,05.
dan tehnik relaksasi napas dalam terhadap pemberian terapi bronchodilator dan
penurunan gejala pernapasan. tehnik relaksasi napas dalam terhadap
Berasarkan penurunan gejala penurunan gejala pernapasan.
pernapasan pada pasien asma didapatkan Pada frekwensi pernapasan
bahwa semua pasien mengalami gejala (respiration rate), hal ini sesuai dengan
yang berbeda. Dari data juga didapatkan teori yang dimana jika terapi tehnik
bahwa gejala asma pasien bervariasi dari relaksasi napas dalam dilakukan dengan
adanya retraksi dada, wheezing, baik maka dapat memperbaiki fungsi
pernapasan cuping hidung, sianosis dan paru-paru sehingga dengan demikian
frekwensi pernapasan (respiration rite). serangan asma dapat diminimalkan.
Hal ini sesuai pendapat Brunner & Kemudian pada gejala retraksi dada,
Suddart, 2007 yang menyebutkan bahwa wheezing, pernapasan cuping hidung dan
gejala-gejala asma tersebut tidak selalu sianosis tidak sesuai dengan teori yang
dijumpai bersamaan, pada serangan asma dimana profil kelompok perlakuan lebih
berat, gejala-gejala yang timbul makin berat dibandingkan kelompok kontrol dan
banyak dan serangan asma sering kali umur pada kelompok perlakuan lebih
terjadi pada malam hari. dominan responden yang berumur 26-35
Tehnik relaksasi napas dalam tahun dan 46-55 tahun, sedangkan pada
merupakan suatu bentuk asuhan kelompok kontrol lebih dominan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat responden berumur 36-45 tahun dan >16
mengajarkan kepada pasien bagaimana tahun.
cara melakukan napas dalam, napas Berdasarkan uji Mann-Whithney
lambat (menahan inspirasi secara yang dilakukan, menjelaskan ada
maksimal) dan bagaimana perbedan yang signifikan pada gejala
menghembuskan napas secara perlahan. frekwensi pernapasan (respiration rate)
Selain dapat menurunkan gejala antara kelompok perlakuan dan kontrol
pernapasan, teknik relaksasi napas dalam, pada menit ke 30 dan 45 setelah terapi.
juga dapat meningkatkan ventilasi paru Hal ini berarti, perbaikan frekwensi
dan meningkatkan oksigenasi darah pernapasan (respiration rite) lebih
(Smeltzer;Bare, 2009). dipengaruhi oleh tehnik relaksasi napas
Pada penderita asma, sangat bagus dalam dibandingkan dengan terapi
jika dilakuakan atau diberikan tehnik bronkhodilator. Sehingga dapat
relaksasi napas dalam yang salah satu disimpulkan bahwa ada efektifitas
manfaatnya, yaitu: jika tidak dalam pemberian tehnik relaksasi napas dalam
serangan latihan pernapasan (tehnik terhadap penurunan gejala pernapasan
relaksasi napas dalam) diperlukan untuk pada pasien asma di IGD RSUD Patut
mencegah sesak napas, memperbaiki Patuh Patju Gerung Lombok Barat dengan
fungsi paru-paru sehingga dengan taraf signifikan 95% (p<0,05).
demikian serangan sesak napas tidak Pada gejala retraksi dada,
terjadi dan menenangkan pikiran dan wheezing, dan pernapasan cuping hidung
mengurangi kecemasan. tidak ada perbedaan yang signifikan
Dari hasil uji wilcoxon adalah ada antara kelompok perlakuan dan kontrol.
perubahan gejala pernapasan asma secara Hal ini berarti, yang lebih berperan adalah
signifikan setelah 15 menit pada terapi bronkhodilator dibandingkan terapi
kelompok perlakuan dan kontrol (p<0,05). tehnik relaksasi napas dalam.
Untuk parameter sianosis, tidak ada Ada beberapa faktor yang
responden yang mengeluhkan gejala ini menyebabkan salah satu alasan kenapa
pada kelompok kontrol yang berarti terapi tehnik relaksasi napas dalam tidak
bahwa Ho ditolak atau ada pengaruh
DINA FITHRIANA 30
HADI KUSUMA ATMAJA
EVA MARVIA
KESIMPULAN
ABSTRAK
Penyakit asma yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama tidak
mendapatkan penanganan dapat mengakibatkan seseorang akan sulit bernafas bahkan
dapat mengakibatkan kematian. Penyakit asma pada anak di RSUD Cideres tahun 2015-
2016 mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu 44,7. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan dan sikap
keluarga dalam memberikan perawatan pada anak usia 4-6 tahun penderita asma di
RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2017.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga pasien dengan anak usia 4-6 tahun
penderita asma yang dirawat di RSUD Cideres sebanyak 30 oramng dengan teknik
accidental sampling. Uji hipotesisnya menggunakan uji paired sample t-test dengan α =
0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah (54,3%) pengetahuan
keluarga sebelum pendidikan kesehatan berpengetahuan cukup dan sesudah pemberian
pendidikan kesehatan lebih dari setengah (62,9%) pengetahuan keluarga baik. Lebih dari
setengah (54,3%) sikap keluarga sebelum pendidikan kesehatan bersikap negatif dan
sesudah pemberian pendidikan kesehatan lebih dari setengah (51,4%) sikap keluarga
positif. Terdapat pengaruh signifikan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan
terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan keluarga dalam memberikan perawatan pada
anak usia 4-6 tahun penderita asma di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2017.
Petugas kesehatan lebih meningkatkan kegiatan pendidikan kesehatan kepada
keluarga tentang perawatan pada anak usia 4-6 tahun penderita asma untuk meningkatkan
pengetahuan dan sikap keluarga. Untuk responden agar berkonsultasi dan mencari
informasi dari berbagai sumber untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan tentang
perawatan pada anak yang menderita asma.
ABSTRACT
Continuous asthma for a long time does not get treatment can cause a person will
be difficult to breathe can even lead to death. Asthma disease in children in hospitals
Cideres 2015-2016 year experienced a fairly high increase of 44.7. This study aims to
determine the effect of health education on changes in knowledge and family attitudes in
providing care to children aged 4-6 years with asthma in hospitals Cideres Majalengka
Year 2017.
The type of this research is quantitative research with cross sectional approach.
The sample in this study is family of patients with children aged 4-6 years with asthma
treated in RSUD Cideres as much as 30 oramng with accidental sampling technique.
Hypothesis test using paired sample t-test with α = 0,05.
The results showed that more than half (54.3%) of family knowledge before
health education was sufficiently knowledgeable and after health education giving more
than half (62,9%) good family knowledge. More than half (54.3%) of family attitudes
before health education were negative and after health education more than half (51.4%)
positive family attitudes. There is significant influence before and after health education
to change the level of knowledge and family in giving treatment to children aged 4-6
years of asthma in Cideres Hospital Majalengka District 2017.
Healthcare workers are increasingly promoting health education activities to
families about the care of children aged 4-6 years with asthma to improve family
knowledge and attitudes. For respondents to consult and seek information from various
sources to increase and increase knowledge about care in children with asthma.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Cideres sebanyak 30 oramng dengan teknik
penelitian kuantitatif dengan pendekatan accidental sampling. Uji hipotesisnya
cross sectional. Sampel dalam penelitian ini menggunakan uji paired sample t-test
adalah keluarga pasien dengan anak usia 4-6 dengan α = 0,05.
tahun penderita asma yang dirawat di RSUD
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Keluarga dalam Memberikan
Perawatan pada Anak Usia 4-6 tahun Penderita Asma Sebelum Pendidikan Kesehatan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga dalam Memberikan Perawatan pada Anak
Usia 4-6 tahun Penderita Asma Sebelum Pendidikan Kesehatan
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga dalam Memberikan Perawatan pada Anak
Usia 4-6 tahun Penderita Asma Sesudah Pendidikan Kesehatan
Sebelum
Tingkat Pengetahuan 10,0 6,007 0,000
Sesudah
Sebelum
Sikap 13,14 9,537 0,000
Sesudah
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan klinik yang bertujuan untuk
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh membantu seseorang mengenali kondisinya
signifikan sebelum dan sesudah pendidikan saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan
kesehatan terhadap perubahan tingkat menentukan jalan keluar/upaya untuk
pengetahuan keluarga dalam memberikan mengatasi masalah tersebut (McLeod,
perawatan pada anak usia 4-6 tahun 2012).
penderita asma di RSUD Cideres Kabupaten Informasi yang diperoleh baik dari
Majalengka tahun 2017. Besarnya pendidikan formal maupun non formal dapat
perubahan pengetahuan keluarga dalam memberikan pengaruh jangka pendek
memberikan perawatan pada anak usia 4-6 (immediate impact) sehingga menghasilkan
tahun penderita asma sebelum dan sesudah perubahan atau peningkatan pengetahuan.
pendidikan kesehatan sebesar 10,0%. Seorang klien dan keluarga dapat
Hasil penelitian ini sejalan dengan memperoleh informasi dari seorang petugas
teori bahwa pendidikan kesehatan adalah kesehatan berupa pendidikan kesehatan
suatu bentuk wawancara untuk membantu (health education). Pendidikan kesehatan
orang lain memperoleh pengertian yang merupakan salah satu akses informasi bagi
lebih baik mengenai dirinya dalam klien dan keluarga untuk memperoleh
mengatasi permasalahan yang sedang informasi tentang prosedur pengobatan,
dihadapinya (Trismiati, 2012). Pendidikan penjelasan mengenai suatu penyakit dan
kesehatan adalah proses pemberian upaya pencegahan melalui peningkatan
informasi obyektif dan lengkap, dilakukan kesehatan (Trismiati, 2012).
secara sistematik dengan paduan Hasil penelitian ini juga sejalan
keterampilan komunikasi interpersonal, dengan teori bahwa semakin sering seorang
teknik bimbingan dan penguasaan klien dan keluarga mendapatkan pendidikan
kesehatan maka akan semakin banyak Berdasarkan hasil penelitian
informasi yang diperolehnya sehingga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
pengetahuan klien dan keluarga bertambah signifikan sebelum dan sesudah pendidikan
atau meningkat. Hal ini sebagaimana tujuan kesehatan terhadap perubahan sikap
dari pemberian pendidikan kesehatan itu keluarga dalam memberikan perawatan pada
sendiri yaitu salah satunya untuk anak usia 4-6 tahun penderita asma di
meningkatkan pengetahuan (Dalami, 2011). RSUD Cideres Kabupaten Majalengka
Keluarga klien penderita asma akan tahun 2017. Besarnya perubahan sikap
mengetahui penyakit yang diderita oleh keluarga dalam memberikan perawatan pada
klien semakin baik setelah diberi pendidikan anak usia 4-6 tahun penderita asma sebelum
kesehatan oleh tenaga kesehatan. dan sesudah pendidikan kesehatan sebesar
Pendidikan kesehatan memberikan 13,14%.
informasi seputar penyakit, penyebab, Hasil penelitian ini sejalan dengan
gejala, pencegahan dan akibat jika tidak teori bahwa melalui pendidikan kesehatan
mengikuti prosedur pengobatan dengan baik atau health education dapat meningkatkan
(Nughoro, 2011). pengetahuan dan sikap sebagai pencegahan
Hasil penelitian sejalan dengan terhadap masalah yang berkaitan dengan
hasil penelitian Winangsit (2014) masalah yang sedang dihadapi oleh klien
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh (Trismiati, 2012). Demikian pula dengan
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pendapat Notoatmodjo (2012) bahwa
dan sikap kesehatan keluarga dalam pemberian informasi oleh petugas kesehatan
memberikan perawatan pada penderita asma merupakan salah satu faktor yang dapat
pada kelompok eksperimen di Desa Sruni mempengaruhi pengetahuan dan sikap.
Musuk Boyolali. Juga sejalan dengan hasil Menurut Nurihsan (2011)
penelitian Aji (2016) menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan yaitu suatu layanan
terdapat pengaruh yang signifikan antara profesional yang dilakukan oleh para
sikap keluarga dalam perawatan kepada konselor yang terlatih secara
pasien sebelum dan sesudah diberikan profesional. Sementara menurut Gibson
promosi kesehatan di Kecamatan dalam Dalami, et al (2011) mendefinisikan
Tawangsari. pendidikan kesehatan adalah hubungan
Berdasarkan hasil penelitian ini, bantuan antara konselor dan klien yang
maka upaya yang dapat dilakukan oleh difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan
petugas kesehatan adalah perlunya penyesuaian diri serta pemecahan masalah
memberikan pendidikan kesehatan tentang dan pengambilan keputusan.
perawatan pada anak usia 4-6 tahun Hasil penelitian ini sejalan dengan
penderita asma kepada keluarga agar hasil penelitian Rahmanidar (2012)
pengetahuan keluarga semakin baik dan menunjukkan bahwa ada pengaruh
mampu melakukan perawatan dengan benar. konseling terhadap sikap ibu tentang
Bagi keluarga agar aktif berkonsultasi perawatan asma bronkial pada anak di
dengan petugas kesehatan mengenai Wilayah Kerja Puskesmas Duku Puntang
perawatan pada anak usia 4-6 tahun Cirebon. Juga sejalan dengan hasil
penderita asma, juga aktif untuk mencai penelitian Winangsit (2014) menunjukkan
informasi tentang asma dari berbagai media bahwa terdapat pengaruh pendidikan
informasi. Bagi keluarga agar lebih aktif kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap
mencari informasi dari berbagai sumber kesehatan keluarga dalam memberikan
tentang perawatan pada anak yang perawatan pada penderita asma pada
menderita asma. kelompok eksperimen di Desa Sruni Musuk
Boyolali.
Sikap akan terbentuk jika melakukan perawatan pada anak usia 4-6
pengetahuan sudah baik, maka pendidikan tahun penderita asma dengan baik. Bagi
kesehatan sangat perlu dilakukan oleh keluarga agar melakukan konsultasi dengan
petugas kesehatan adalah kepada keluarga petugas kesehatan untuk mendapatkan
pasien penderita asma agar sikap keluarga informasi yang yang benar tentang
semakin positif dan akhirnya mau perawatan pada anak yang menderita asma.
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian MTBS
Pemeriksaan Denver II
Pemeriksaan Fisik
Terapi Bermain
Pendidikan Kesehatan