Magister Keperawatan
Disusun oleh:
22/501803/PKU/20628
YOGYAKARTA
2022
BAB I
LATAR BELAKANG
memenuhi kebutuhan keamanan pasien, meminimalkan trauma dampak fisik dan psikis selama
terapi, dan mengoptimalkan pemenuham kebutuhan pasien pasca terapi. Stigma yang muncul
dalam masyarakat terkait tindakan ECT menuntut perawat mampu menentukan keputusan yang
tepat. Selain kememapuan operasional prosedur standar yang harus dikuasai seorang perawat,
kemampuan pengambilan keputusan berdasarkan aspek nilai dan prinsip etik menjadi hal yang
penting sebagai bentuk upaya dalam meningkatkan kualitas mutu pelayanan keperawatan
seseorang atau sekelompok orang akan bertindak atau berperilaku dalam situasi tertentu. Etika
yang kuat sangat penting untuk keperawatan, karena dilema moral sering muncul saat merawat
pasien. Perawat dan profesional kesehatan lainnya harus mengenali masalah etika ini ketika
terjadi dan menerapkan etika profesi dan nilai-nilai inti dalam penilaian dan pengambilan
keputusan mereka (American Nurses Association, 2020). Terdapat 7 prinsip etik keperawatan
dalam pengambilan keputusan antara lain : otonomi (menghormati hak pasien), beneficience
(berbuat baik), non maleficience (tidak merugikan pasien), justice (bersikap adil), veracity
(jujur kepada pasien dan keluarga), fidelity (menepati janji), dan confidentiality (menjaga
Menurut Bollig et al., (2015) dalam Banunaek et al., (2021), dalam pelayanan
keperawatan, dilema etik sering muncul sebagai masalah yang mempengaruhi perawat untuk
membuat keputusan terkait tindakan yang cepat. Dalam situasi seperti itu, konflik mungkin
timbul di antara keduanya atau prinsip yang lebih etis, dan kemungkinan setiap solusi untuk
konflik dapat berisi hasil yang tidak diinginkan untuk satu atau lebih pihak yang terlibat.
BAB II
2.1 Permasalahan
Ny. L adalah seorang pensiunan yang berumur 65 tahun. Ny. L mempunyai 2 orang
anak, namun Ny. L hanya tinggal bersama perawat homecare-nya, karena kedua anaknya
tinggal dibeda pulau. Setelah kematian suaminya 1 tahun lalu, disusul kematian adiknya 3
bulan lalu, Ny. L tampak murung terus menurus, menarik diri, tidak ingin melakukan
apapun, sering menangis, dan sering mengatakan ingin ikut suami dan adiknya. Anak-
anaknya meminta perawat homecare-nya untuk membawa Ny. L ke rumah sakit. Ny. L
Setelah mengonsumsi obat selama satu bulan, Ny. L masih tampak murung, menarik
diri, sering menangis, dan semakin sering mengatakan ingin mati saja agar bertemu suami
Electroconvulsive Therapy (ECT) untuk Ny. L. Dokter menjelaskan bahwa ECT adalah
suatu tindakan terapi kejang listrik dengan menghantarkan arus listrik pada elektroda dan
dipasang pada kepala. Aliran kejut listrik ini dapat mempengaruhi otak yang bermanfaat
untuk terapi gangguan mental yang berat dan tidak menunjukan perbaikan dengan terapi
obat-obatan. Namun ECT juga memiliki efek samping terutama pada daya ingat. Setelah
pulang dan menjauhkannya dari ECT yang dianggapnya membahayakan dirinya dan akan
menghapus memori bersama suami dan adiknya. Perawat ingin mengiyakan permintaan
Ny. L tetapi masih ragu karena saat ini Ny. L membutuhkan ECT. Perawat homecare
tindakan selanjutnya, karena menurut keluarga Ny. L, perawat homecare lah yang lebih
Dalam kasus diatas, menjadi dilema etik dalam pemberian tindakan ECT pada pasien
dengan gangguan jiwa karena dilihat dari efek samping yang dapat terjadi seperti
pertimbangan dalam pelaksanannya (Seiner, 2022). Terapi ECT adalah terapi yang
menggunakan arus listrik untuk membuat kejang pada otak yang digunakan untuk
bipolar, dan gangguan mental lainnya yang tidak dapat menunjukkan perbaikan dari terapi
PENYELESAIAN MASALAH
Terdapat lima langkah pemecahan masalah dalam dilema etik (Megan, 1989) dalam
1. Pasien mengalami depresi berat setelah suaminya meninggal satu tahun yang lalu
2. Pasien tampak murung dan sering mengatakan ingin mati saja mengikuti suami dan
meminta pulang kepada perawat homecare-nya karena t=pasien takut akan kehilangan
(ECT) yang disarankan dokter akan menurunkan tingkat depresi pada pasien
memorinya.
2. Jika perawat homecare mengiyakan permintaan pasien yaitu menolak tindakan
1. Mengidentifikasi opsi-opsi
ECT. Terkait dengan efek samping prosedur ECT ini perawat mengedukasi
pasien dengan meminta bantuan keluarga ikut andil dalam pengambil keputusan
ini. Opsi ini akan dilakukan dengan harapan kondisi pasien membaik.
psikologis pasien
a. Beneficience
Prinsip ini melakukan kebaikan kepada pasien, ini merupakan perhatian utama
perawat. Prinsip ini mendorong perawat homecare melakukan tindakan yang baik
demi kebaikan pasien. Pada kasus diatas, perawat homecare harus menimbang
homecare bisa menanyakan lebih detail tentang efek samping dari tindakan
Electroconvulsive Therapy (ECT) kepada dokter dan mencari jurnal-jurnal
terkait.
b. Otonomi
Prinsip ini menunjukkan bahwa klien memiliki hak otonomi (hak untuk
akan kehilangan memori bersama suami dan adiknya. Jika perawat homecare
Therapy (ECT), memungkinkan pasien akan mengalami risiko bunuh diri yang
c. Non-maleficience
Prinsip ini berarti tindakan yang dilakukan oleh perawat homecare tidak
merugikan pasien. Pada kasus ini perawat homecare harus menerapkan prinsip
ini untuk mencegah terjadinya risiko bunuh diri pada pasien akibat semakin
3. Membuat keputusan
dilaksanakan terapi ECT. Terkait dengan efek samping prosedur ECT ini perawat
mengedukasi pasien dengan meminta bantuan keluarga ikut andil dalam pengambil
keputusan ini.
mengambil keputusan yang terbaik bagi pasien dengan melihat berbagai aspek, dari sisi
pengobatan dan juga sisi pasien dan keluarga. Perawat homecare juga bisa berdiskusi
tentang efek samping dari tindakan Electroconvulsive Therapy (ECT) kepada dokter dan
American Nurses Association. (2020). Center for Ethics anda Human Rights. American Nurses
Associatiom.https://www.nursingworld.org/~4a0346/globalassets/practiceandpolicy/nur
sing-excellence/2020-center-for-ethics-and-human-rights-annual-report.pdf
Banunaek, C. D., Dewi, Y. E. P., & Andadari, R. K. (2021). Dilema Etik pada Profesionalisme
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Snydey, S. J. (2004). Fundamental of Nursing Comcepts,
McDonald, W., & Fochtmann, L. (2019, July). What is Electroconvulsive Theray (ECT)?
Salik, I., & Marwaha, R. (2022). Electroconvulsive Therapy. StatPearls Publishing LLC.
Seiner, S. J. (2022, July 1). Spreading the Truth about ECT. McLean Hospital.
https://www.mcleanhospital.org/essential/myth-busting-spreading-truth-about-ect
Utami, N. W., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan
Profesional Komprehensif.