Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TUGAS INDIVIDU

STUDI KASUS DILEMA ETIK KEPERAWATAN

Untuk Memenuhi Penugasan Individu

Magister Keperawatan

Disusun oleh:

Ananda Prastuti Sutrisno

22/501803/PKU/20628

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN

KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2022
BAB I

LATAR BELAKANG

Pemberian perawatan pada pasien gangguan jiwa yang mendapat terapi

Electroconvulsive Therapy (ECT), American Physchiatric Association menganggap tujuan

keperawatan adalah untuk mempersiapkan pasien sebelum terapi, mengurangi kecemasan,

memenuhi kebutuhan keamanan pasien, meminimalkan trauma dampak fisik dan psikis selama

terapi, dan mengoptimalkan pemenuham kebutuhan pasien pasca terapi. Stigma yang muncul

dalam masyarakat terkait tindakan ECT menuntut perawat mampu menentukan keputusan yang

tepat. Selain kememapuan operasional prosedur standar yang harus dikuasai seorang perawat,

kemampuan pengambilan keputusan berdasarkan aspek nilai dan prinsip etik menjadi hal yang

penting sebagai bentuk upaya dalam meningkatkan kualitas mutu pelayanan keperawatan

(McDonald & Fochtmann, 2019).

Etika didefinisikan sebagai prinsip-prinsip moral yang menentukan bagaimana

seseorang atau sekelompok orang akan bertindak atau berperilaku dalam situasi tertentu. Etika

yang kuat sangat penting untuk keperawatan, karena dilema moral sering muncul saat merawat

pasien. Perawat dan profesional kesehatan lainnya harus mengenali masalah etika ini ketika

terjadi dan menerapkan etika profesi dan nilai-nilai inti dalam penilaian dan pengambilan

keputusan mereka (American Nurses Association, 2020). Terdapat 7 prinsip etik keperawatan

dalam pengambilan keputusan antara lain : otonomi (menghormati hak pasien), beneficience

(berbuat baik), non maleficience (tidak merugikan pasien), justice (bersikap adil), veracity

(jujur kepada pasien dan keluarga), fidelity (menepati janji), dan confidentiality (menjaga

rahasia pasien) (Utami et al., 2016).

Menurut Bollig et al., (2015) dalam Banunaek et al., (2021), dalam pelayanan

keperawatan, dilema etik sering muncul sebagai masalah yang mempengaruhi perawat untuk
membuat keputusan terkait tindakan yang cepat. Dalam situasi seperti itu, konflik mungkin

timbul di antara keduanya atau prinsip yang lebih etis, dan kemungkinan setiap solusi untuk

konflik dapat berisi hasil yang tidak diinginkan untuk satu atau lebih pihak yang terlibat.
BAB II

PERMASALAHAN DAN ANALISA MASALAH

2.1 Permasalahan

Ny. L adalah seorang pensiunan yang berumur 65 tahun. Ny. L mempunyai 2 orang

anak, namun Ny. L hanya tinggal bersama perawat homecare-nya, karena kedua anaknya

tinggal dibeda pulau. Setelah kematian suaminya 1 tahun lalu, disusul kematian adiknya 3

bulan lalu, Ny. L tampak murung terus menurus, menarik diri, tidak ingin melakukan

apapun, sering menangis, dan sering mengatakan ingin ikut suami dan adiknya. Anak-

anaknya meminta perawat homecare-nya untuk membawa Ny. L ke rumah sakit. Ny. L

menjalani pemeriksaan di bagian psikiatri sebuah rumah sakit. Dari serangkaian

pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa Ny. L mengalami depresi berat. Dokter

memberikan obat untuk mengurangi gejala yang dialami Ny. L.

Setelah mengonsumsi obat selama satu bulan, Ny. L masih tampak murung, menarik

diri, sering menangis, dan semakin sering mengatakan ingin mati saja agar bertemu suami

dan adiknya. Atas permintaan anak-anaknya perawat homecare-nya membawa Ny. L

kembali ke rumah sakit. Dari serangkaian pemeriksaan, dokter menyarankan tindakan

Electroconvulsive Therapy (ECT) untuk Ny. L. Dokter menjelaskan bahwa ECT adalah

suatu tindakan terapi kejang listrik dengan menghantarkan arus listrik pada elektroda dan

dipasang pada kepala. Aliran kejut listrik ini dapat mempengaruhi otak yang bermanfaat

untuk terapi gangguan mental yang berat dan tidak menunjukan perbaikan dengan terapi

obat-obatan. Namun ECT juga memiliki efek samping terutama pada daya ingat. Setelah

dijelaskan, Ny. L ketakutan dan memohon perawat homecare-nya mengantarkannya

pulang dan menjauhkannya dari ECT yang dianggapnya membahayakan dirinya dan akan

menghapus memori bersama suami dan adiknya. Perawat ingin mengiyakan permintaan
Ny. L tetapi masih ragu karena saat ini Ny. L membutuhkan ECT. Perawat homecare

menanyakan kepada keluarga Ny. L, dan keluarga menyerahkan sepenuhnya untuk

tindakan selanjutnya, karena menurut keluarga Ny. L, perawat homecare lah yang lebih

mengetahui kondisi Ny. L.

2.2 Analisa Masalah

Dalam kasus diatas, menjadi dilema etik dalam pemberian tindakan ECT pada pasien

dengan gangguan jiwa karena dilihat dari efek samping yang dapat terjadi seperti

gangguan pada memori pasien (retrograde dan aanterograde amnesia) menjadi

pertimbangan dalam pelaksanannya (Seiner, 2022). Terapi ECT adalah terapi yang

menggunakan arus listrik untuk membuat kejang pada otak yang digunakan untuk

mengobati pasien dengan depresi berat, skizofrenia, skizoefektif, katatonia, gangguan

bipolar, dan gangguan mental lainnya yang tidak dapat menunjukkan perbaikan dari terapi

obat-obatan (Salik & Marwaha, 2022).


BAB III

PENYELESAIAN MASALAH

Terdapat lima langkah pemecahan masalah dalam dilema etik (Megan, 1989) dalam

(Kozier et al, 2004):

3.1 Mengkaji Situasi

1. Pasien mengalami depresi berat setelah suaminya meninggal satu tahun yang lalu

disusul adiknya meninggal tiga bulan yang lalu

2. Pasien tampak murung dan sering mengatakan ingin mati saja mengikuti suami dan

adiknya (isyarat bunuh diri)

3. Pasien tidak mengalami perbaikan setelah diberikan terapi obat-obatan

4. Dokter menyarankan untuk dilakukannya tindakan Electroconvulsive Therapy (ECT)

5. Pasien menolak dilakukannya tindakan Electroconvulsive Therapy (ECT) dan

meminta pulang kepada perawat homecare-nya karena t=pasien takut akan kehilangan

memori bersama suami dan adiknya

6. Keluarga menyerahkan keputusan ke perawat homecare, karena menurut keluarga

perawat homecarelah yang mengetahui kondisi pasien

7. Perawat homecare harus memutuskan apa yang terbaik bagi pasien

3.2 Mendiagnosa Etik Moral

1. Perawat homecare menyadari dengan menyetujui tindakan Electroconvulsive Therapy

(ECT) yang disarankan dokter akan menurunkan tingkat depresi pada pasien

gangguan jiwa namun pasien memungkinkan akan mengalami kehilangan

memorinya.
2. Jika perawat homecare mengiyakan permintaan pasien yaitu menolak tindakan

Electroconvulsive Therapy (ECT), memungkinkan pasien akan mengalami risiko

bunuh diri yang semakin mengancam keselamatan pasien.

3.3 Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan Masalah

1. Mengidentifikasi opsi-opsi

a. Perawat homecare mengikuti saran dokter dan menyetujui dilaksanakan terapi

ECT. Terkait dengan efek samping prosedur ECT ini perawat mengedukasi

pasien dengan meminta bantuan keluarga ikut andil dalam pengambil keputusan

ini. Opsi ini akan dilakukan dengan harapan kondisi pasien membaik.

b. Perawat homecare memenuhi permintaan pasien untuk tidak melaksanakan ECT.

Perawat homecare kemudian dapat :

1. Memberikan support moral yang diharapkan dapat mengurangi beban

psikologis pasien

2. Mengedukasi keluarga tentang kondisi pasien dan meminta kerjasama

seluruh anggota keluarga agar dapat mencari alternatif tindakan untuk

mengatasi depresi yang dialami pasien

2. Memikirkan masalah etis

a. Beneficience

Prinsip ini melakukan kebaikan kepada pasien, ini merupakan perhatian utama

perawat. Prinsip ini mendorong perawat homecare melakukan tindakan yang baik

demi kebaikan pasien. Pada kasus diatas, perawat homecare harus menimbang

kemungkinan yang akan terjadi setelah tindakan Electroconvulsive Therapy

(ECT) salah satunya akan mengalami kehilangan memori pasien. Perawat

homecare bisa menanyakan lebih detail tentang efek samping dari tindakan
Electroconvulsive Therapy (ECT) kepada dokter dan mencari jurnal-jurnal

terkait.

b. Otonomi

Prinsip ini menunjukkan bahwa klien memiliki hak otonomi (hak untuk

menentukan nasibnya sendiri). Pada kasus ini, pasien menolak untuk

dilakukannya tindakan Electroconvulsive Therapy (ECT), karena pasien takut

akan kehilangan memori bersama suami dan adiknya. Jika perawat homecare

mengiyakan permintaan pasien yaitu menolak tindakan Electroconvulsive

Therapy (ECT), memungkinkan pasien akan mengalami risiko bunuh diri yang

semakin mengancam keselamatan pasien. Keputusan ini akan melanggar prinsip

etik lainnya yaitu beneficience dan non-maleficience.

c. Non-maleficience

Prinsip ini berarti tindakan yang dilakukan oleh perawat homecare tidak

merugikan pasien. Pada kasus ini perawat homecare harus menerapkan prinsip

ini untuk mencegah terjadinya risiko bunuh diri pada pasien akibat semakin

meningkatnya depresi pada pasien.

3. Membuat keputusan

Perawat homecare memutuskan untuk mengikuti saran dokter dan menyetujui

dilaksanakan terapi ECT. Terkait dengan efek samping prosedur ECT ini perawat

mengedukasi pasien dengan meminta bantuan keluarga ikut andil dalam pengambil

keputusan ini.

3.4 Melaksanakan rencana dan mengevaluasi Hasil

Dengan memutuskan menyutujui dilaksanakan terapi ECT, perawat homecare dapat

mengambil keputusan yang terbaik bagi pasien dengan melihat berbagai aspek, dari sisi
pengobatan dan juga sisi pasien dan keluarga. Perawat homecare juga bisa berdiskusi

tentang efek samping dari tindakan Electroconvulsive Therapy (ECT) kepada dokter dan

mencari jurnal-jurnal terkait.


DAFTAR PUSTAKA

American Nurses Association. (2020). Center for Ethics anda Human Rights. American Nurses

Associatiom.https://www.nursingworld.org/~4a0346/globalassets/practiceandpolicy/nur

sing-excellence/2020-center-for-ethics-and-human-rights-annual-report.pdf

Banunaek, C. D., Dewi, Y. E. P., & Andadari, R. K. (2021). Dilema Etik pada Profesionalisme

Perawat terhadap Kualitas Pelayanan Keperawatan. Jurnal Kepemimpinan Dan

Manajemen Keperawatan, 4(2), 110–120. https://doi.org/10.32584/jkmk.v4i2.1143

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Snydey, S. J. (2004). Fundamental of Nursing Comcepts,

Processand Practice 7th Ed. Pearson Education Line.

McDonald, W., & Fochtmann, L. (2019, July). What is Electroconvulsive Theray (ECT)?

American Psychiatric Association. https://www.psychiatry.org/patients-families/ect

Salik, I., & Marwaha, R. (2022). Electroconvulsive Therapy. StatPearls Publishing LLC.

Seiner, S. J. (2022, July 1). Spreading the Truth about ECT. McLean Hospital.

https://www.mcleanhospital.org/essential/myth-busting-spreading-truth-about-ect

Utami, N. W., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan

Profesional Komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai