Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ELEKTROCONVULSIVE THERAPY (ECT)

Di susun oleh Kelompok 4 :

1. HERU SETYO PURNOMO

2. ADY JOHAN HIDAYAT

3. PURYANTI

4. ENDAH WAHYUNI

5. NOOR AKHADIYAH

6. HERLINAWATI

7. NANIK ISRO’SAFAATI

8. IKA WAHYU SEJATI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2021

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas rahmat dan hidayahNya,


sehingga Kelompok 4 dapat menyelesaikan tugas pembuatan Makalah
“ELEKTROCONVULSIVE THERAPY (ECT)”. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu keperawatan dengan
perkembangan kurikulum terbaru, khususnya mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi penulis, pembaca dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat
diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik
demi perbaikan di masa mendatang.

Jepara, 16 Maret 2021


Penyusun,

Kelompok 4

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Rancangan Makalah ini telah diperiksa dan disetujui :

Koordinator Mata : Anny Rosiana M, M. Kep.Ns. Sp. ...............


Kuliah Kep.J .

Penanggung Jawab : Yuli S., S.Kep., Ns., M.Si.Med ...............


MK

Ka.Prodi S-1 : Umi Faridah, S.Kep., Ns. MNS. ...............


Keperawatan

Dekan Fakultas : Indanah, M.Kep., Ns., Sp. Kep. An ...............


Kesehatan

Ditetapkan di : Kudus
16 Maret 2021

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulis....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
2.1 Pengertian...........................................................................................................3
2.2 Indikasi Terapy ECT.........................................................................................3
2.3 Kontra indikasi terapy ECT..............................................................................4
2.4 Efeksamping pemberian terapy ECT...................................................................
2.5 Mekanisme kerja terapy ECT..............................................................................
2.6 Peran Perawat saat pemberian terapy ECT..........................................................
2.7 Peran Perawat setelah pemberian terapy ECT
BAB III PENUTUP...............................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Electro Convulsive Therapy/ ECT merupakan suatu pengobatan untuk


penyakit psikiatri berat dimana pemberian arus listrik singkat pada kepala
digunakan untuk kejang tonik klonik umum.

Pengobatan ECT tetap kontroversial dan beberapa pandangan yang saling


bertentangan tentang hal itu. ECT saat ini sah walaupun efek dari ECT tidak
dapat dibenarkan. &walaupun mekanisme kerjanya belum diketahui' terapi ini
efektif tidak nyeri dan aman (angka kematian lebih sedikit daripada terapi lain
atau pada yang tidak diobati ) 0,01-0,03 % dari pasien yang diterapi.

Electro Convulsive Therapy/ ECT' diperkenalkan oleh Carletti dan Bini


pada tahun 1931 sebagai terapi yang besifat somatic terhadap pasien dengan
gangguan mental. ECT juga dikenal sebagai terapi kejut listrik' digunakan sebagai
peralatan akut rumah sakit pada pasien depresi perilaku yang agitasi atau pasien
yang bunuh diri' psikotik' atau berbahaya bagi orang lain.

1.2 Tujuan Penulis

1.3.1 Tujuan Umum


Agar mahasiswa mampu memahami tentang Elektroconvulsive (ECT).
1.3.2 Tujuan Khusus
Supaya mahasiswa mampu menjelaskan electroconvulsive (ECT) dan
mengapilkasikannya dalam menerapkan Auhan Keperawatan pada klien
yang membutuhkan terapy tersebut.

14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Electro Convulsive Therapy/ ECT' pertama kali diperkenalkan oleh 3
orang neurologist italia' Ugo Carletti dan Lucio Bini pada tahun 1937 sebagai
terapi yang besifat somatic terhadap pasien dengan gangguan mental. ECT
digunakan secara luas pada tahun 1950,an dan 1960,an untuk berbagai
kondisi. Sekarang ECT hanya boleh digunakan dalam jumlah yang lebih kecil
dan pada kondisi yang lebih serius.

ECT atau yang lebih dikenal dengan elektroshock atau terapi kejut
listrik adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi shock listrik
dalam usaha pengobatannya. Diperkirakan hampir 1 juta orang di dunia
mendapat terapi ECT setiap tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali
seminggu. ECT efektif pada hampir 70% pasien yang menjalankan prosedur
dengan benar.

Terapi ECT adalah suatu pengobatan untuk meninbulkan kejang grand


mal secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang
dipasang pada satu atau dua teples. (Stuart Sundeen' 1998).

Electro Convulsive Therapy/ ECT merupakan suatu pengobatan untuk


penyakit psikiatri berat dimana pemberian arus listrik singkat pada kepala
digunakan untuk kejang tonik klonik umum. (Scuba and Doupe' 1997)

ECT bertujuan untuk menginduksi suatu kejang klonik yang dapat


memberi efek terapi (therapeutic clonic seizur) setidaknya selama -/+7 detik.
kejang yang dimaksud adalah suatu kejang dimana seseorang kehilangan
kesadarannya dan mengalami rejatan. Tentang mekanisme pasti dari kerja
ECT sampai saat ini masih belum dapat dijelaskan dengan memuaskan.

15
Namun beberapa penelitian menunjukkan kalau ECT dapat
meningkatkan kadar serum brain,derived neurotrophic factor (BDN) pada
pasien depresi yang tidak responsif terhadap terapi farmakologis. Terapi ini
menghasilkan kejang-kejang karena pengaruh aliran listrik yang diberikan
pada pasien melalui elektroda-elektroda pada lobus frontalis. Dalam
electroconvulsive terapy arus listrik dikirim melalui kulit kepala ke otak.
Elektroda ditempatkan pada kepala pasien dan dikendalikan menyebabkan
kejang-kejang singkat di otak.
Pada saat terapi ini dijalankan pasien akan kejang-kejang dan
kehilangan kesadaran' kemuudian kejang,kejang lambat laun hilang. Sebelum
ECT' pasien diberi relaksan otot setelah anestesi umum. Bila ECT dilakukan
dengan benar akan menyebabkan pasien kejang' dan relaksasi otot diberikan
untuk membatasi respon otot selama episode. karena otot rileks penyitaan
biasanya aan terbatas pada gerakan kecil tangan dan kaki Pasien dimonitor
secara hati-hati selama perawatan. Pasien terbangun beberapa menit
kemudian' tidak ingat kejadian seputar perlakuan atau perawatan dan sering
bingung.Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan
secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna
dkk, 2007).

2.2 Indikasi therapy ECT

ECT adalah suatu prosedur yang serius gunakan hanya pada keadaan yang
direkomendasikan. sangat tidak bijaksana jika kita melakukannya pada setiap
pasien yang tidak membaik.
Electroconvulsive terapi digunakan untuk mengobati;

1. Gangguan afek yang berat pasien dengan penyakit depresi berat atau
penyakit mental lainnya dan gangguan bipolar (mania) yang tidak
berespon terhadap obat anti depresan atau pada pasien yang tidak dapat
menggunakan obat karena cukup beresiko (terutama pada orang tua yang
memiliki kondisi medis)

16
ECT adalah salah satu cara tercepat untuk mengurangi gejala pada orang yang
menderita mania atau depresi berat. ECT umumnya digunakan sebagai langkah
terakhir ketika penyakit tidak merespon obat atau psikoterapi. Pasien dengan
depresi menunjukkan respons yang baik dengan ECT 80%-90% dibandingkan
dengan antidepresan 70% atau lebih. Terapi ECT biasanya tidak efektif untuk
mengobati depresi yang lebih ringan yaitu gangguan disritmik atau gangguan
penyesuaian dengan perasaan alam depresi.

2. Gangguan skizofrenia (Katatonia,stupor,paranoid, kegaduhan akut)


skizofrenia katatonik tipe stupor atau tipe ecited memberikan respon yang baik
dengan ECT, cobalah anti psikotik terlebih dahulu tetapi jika kondisinya
mengancam kehidupan (delirium hyperexited) segera lakukan ECT. Pasien
psikotik akut (terutama tipe skizoafektif yang tidak berespons pada medikasi
saja mungkin akan membaik jika ditambahkan ECT, tetapi pada sebagian besar
skizofrenia kronis ECT tidak terlalu berguna/ tidak efektif.

3. Pasien dengan bunuh diri yang aktif dan tidak mungkin menunggu
pengobatan untuk dapat mencapai efek terapeutik. ECT juga digunakan ketika
pasien parah meninbulkan ancaman bagi diri mereka sendiri atau orang lain dan
itu berbahaya bila menunggu sampai obat-obatan berpengaruh.

4. Jika efek sampingan ECT yang diantisipasikan lebih rendah daripada


efek terapi pengobatan seperti pada pasien lansia dengan blok jantung/ gangguan
hantaran jantung yang sudah ada sebelumnya dan selama masa kehamilan
khususnya trimester pertama (ECT lebih aman untuk kehamilan). Namun
diperlukan pertimbangan khusus jika ingin melakukan ECT bagi ibu hamil anak-
anak dan lansia karena terkait dengan efek samping yang mungkin
ditimbulkannya.

5. Pada pasien hypoaktivitas dan hiperaktivitas kurang tidur gangguan


Makan/minum dan perilaku bunuh diri dan lain-lain.

17
2.3 Kontraindikasi Pemberian ECT

Pasien dengan gangguan mental disertai adanya gangguan system


kardiovaskuler dan adanya tumor pada otak.
1. resiko sangat tinggi
- Pasien dengan masalah pernapasan berat yang tidak mampu mentolerir
efek anestesi umum.
- Peningkatan tekanan intracranial (karena tumor otak hematoma stroke
yang berkembang aneurisma yang besar infeksi SSP) . ECT dengan
cepat meningkatkan tekanan SSP dan resiko herniasi tentorim. Selalu
periksa adanya papiledema sebelum melakukan ECT.
- Infarkmiokard baru atau penyakit miokard berat) ECT sering
menyebabkan aritmia (aritmia menimbulkan CVP pasca kejang atau kapan
saja saat melakukan prosedur ECT) berakibat fatal jika terdapat kerusakan
otot jantung. Tunggu hingga enzim dan EKG stabil.

2. Resiko sedang
- Osteoartritis berat osteoporosis atau fraktur yang baru ) siapkan selama
terapi (pelemas otot)

- Penyakit kardiovaskuler (misal hipertensi angina aneurisma/ Angina tidak


terkontrol aritmia gagal jantung kongestif berikan premedikasi dengan
hati- hati dokter spesialis jantung hendaknya berada di sana. ECT untuk
sementara meningkatkan tekanan darah sehingga hipertensi primer berat
harus terkontrol paling tidak sebelum setiap pengobatan.

- Infeksi berat cedera serebrovaskular (Cerebrovascular accident/ CVA)


baru kesulitan bernafas yang kronis ulkus peptic yang akut osteoporosis
berat, fraktur tulang besar, glaukoma retinal detachment.

18
2.4 Efeksamping pemberian terapy ECT

Efek samping ECT secara fisik hampir mirip dengan efek samping dari
anesthesia umum. Secara psikis efek samping yang paling sering muncul
adalah kebingungan dan memory loss (75% kasus) setelah beberapa jam
kemudian (biasanya hilang satu minggu sampai beberapa bulan setelah
perawatan). Biasanya ECT akan menimbulkan amnesia retrograde terhadap
peristiwa tepat sebelum masing-masing pengobatan dan anterograde gangguan
kemampuan untuk mempertahankan informasi baru. Beberapa ahli juga
menyebutkan bahwa ECT dapat merusak struktur otak. Namun hal inimasih
diperdebatkan karena masih belum terbukti secara pasti.

Efek samping khusus yang perlu diperhatikan ;


Efek Cardiovaskuler :
1. Segera : menstimulasi parasimpatis (bradikardi' hipotensi)
2. Setelah 1 menit: Stimulasi simpatis (tachycardia,hipertensi, peningkatan
konsumsi oksigen otot jantung dysrhythmia)
3. ECT dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, atau kematian (kasus
yang sangat jarang. Orang dengan masalah jantung tertentu biasanya tidak
diindikasikan untuk ECT.

Efek Cerebral :
1. Peningkatan konsumsi oksigen
2. Peningkatan cerebral blood flow
3. Peningkatan tekanan intra cranial
4. Amnesia (retrograde dan anterograde) bervariasi, dimulai setelah 3-4
terapi, berakhir 2-3 bulan atau lebih. Lebih berat pada terapi dengan
metode bilateral, jumlah terapi yang semakin banyak kekuatan listrik yang
meningkat dan adanya organisitas sebelumnya.

Efek lain:

19
1. Peningkatan tekanan intra okuler
2. Peningkatan tekanan intragastric
3. Kebingungan (biasanya hanya berlangsung selama jangka waktu yang
singkat), pusing.
4. Mual' Headache/ sakit kepala' nyeri otot.
5. Fraktur vertebral dan ekstremitas dan rahang sakit. Efek ini dapat
berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa hari. Jarang terjadi bila
relaksasi otot baik.
6. Resiko anestesi pada ECT
7. Kematian dengan angka mortalitas 0,002%

2.5 Mekanisme kerja terapy ECT


Biasanya di berikan 3x 1 minggu, depresi berat 6-12x minggu. Pasien
skizofrenia 10-20x /minggu.

1. Setelah alat disiapkan, pindahkan klien ke tempat dengan permukaan rata


dan cukup keras. Posisikan hiperekstensi punggung tanpa bantal. Pakaian
di kendorkan, seluruh badan di tutup dengan selimut, kecuali bagian
kepala.
2. Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV). Analgetik barbiturate ini di
pakai untuk menghasilkan koma ringan.
3. Berikan pelumas otot suksinikolin atau Anectine (30-80 mg IV) untuk
menghindari kejang umum
4. Kepala bagia temporal (pelipis) di bersihkan dengan alcohol untuk tempat
electrode menempel.
5. Kedua pelipis tempal elektroda menempel dilapisi dengan kassa yang
dibasahi cairan NaCl.
6. Penderita diminta untuk membuka mulut dan pasang spatel/karet yang di
bungkus kain di masukkan dank lien di minta menggigit.
7. Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka lebar saat kejang
dengan di lapisi kain.

20
8. Persendian (bahu, siku, pinggang, lutut) di tahan selama kejang dengan
mengikuti gerak kejang.
9. Pasang elektroda di pelipis kain kassa basah kemudian tekan tombol
sampai timer berhenti dan di lepas.
10. Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan mengikuti gerakan
kejang (menahan tidak boleh dengan kuat).
11. Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan rangsangan Menekan
difragma.
12. Bila banyak lendir di bersihkan dengan slim siger.
13. Kepala dimiringkan.
14. Observasi sampai klien sadar.
15. Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan keperalatan.

2.6 Peran perawat saat pemberian terapy ECT


Perawat sebelum melakukan terapi ECT' harus mempersiapkan
kecemasan klien dengan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
Berikut adalah hal,hal yang harus dilakukan perawat untuk membantu
klien dalam rasa pemulihan setelah tindakan ECT dilakukan yang telah
dimodifikasi dari pendapat Stuart (2007) dan towsnmen (1998) menurut
pendapat Stuart (2007) klien dalam masa pemulihan yaitu dengan cara
sebagai berikut :
1. Bantu pemberian oksigen dan pengisapan lendir sesuai kebutuhan.
2. Pantau tanda,tanda vital.
3. Setelah pernapasan pulih kembali,atur posisi miring pada pasien sampai
sadar. Pertahankan kepatenan jalan nafas.
4. Jika pasien berespon, orientasikan pasien.
5. Ambulansikan pasien dengan bantuan setelah memeriksa adanya
hipotensial postural.
6. Izinkan pasien tidur sebentar jika diinginkannya.
7. Berikan makanan ringan.
8. Libatkan dalam aktivitas sehari-hari seperti biasa, orientasikan pasien
sesuai kebutuhan.

21
Menurut Tonsend (1998), jika terjadi kehilangan memori dan
kekacauan mental sementara yang merupakan efek samping ECT yang
paling umum hal ini penting untuk perawat hadir saat pasien sadar supaya
dapat mengurangi ketakutan yang disertai dengan kehilangan memori.
Implementasi keperawatan yang harus di lakukan adalah sebagai berikut :

1. Berikan ketenangan dengan mengatakan bahwa kehilangan memori


tersebut hanya sementara.
2. Jelaskan kepada pasien apa yang telah terjadi.
3. Reorientasikan pasien terhadap waktu dan tempat.
4. Biarkan pasien mengatakan ketakutan dan kecemasannya yang
berhubungan dengan pelaksanaan ECT terhadap dirinya.
5. Berikan sesuatu struktur perjanjian yang lebih baik, ada aktivitas-
aktivitas rutin pasien untuk meminimalalkan kebingungan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan meggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah
bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang di
tempelkan pada pelipis pasien untuk bangkitkan kejang grand mall. Terapi ECT
merupakan perubahan untuk penderita psikiatrik berat', dimana pemberian arus

22
listrik singkat di kepala di gunakan untuk menghasilkan kejang tonik klonik
umum. Pada terapi ECT ini, ada efek samping yang di hasilkan, oleh karena itu
perawat harus memperhatikan efek samping yang akan terjadi. Dan peran perawat
dalam terapi ECT yaitu sebelum melakukan terapi ECT harus mempersiapkan
alat dan mengantisipasi kecemasan klien dengan menjelaskan tindakan yang akan
di lakukan.

3.2 SARAN
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya
perawat dan memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan
keperawatan secara intensif serta mampu berfikir kritis dalam melaksanakan peran
perawat saat pemberian terapy ECT.

23
Daftar Pustaka

Elektroconvulsive Therapy (ECT) Pridmore S.

Downloadof psikiatry, Chapter 28. Last Modified:


Aril 2013.

Kaplan adan Sadock.2010. Sinopsis Psikiatri,Ilmu Pengetahuan Prilaku,


psikiatri klinis. Tangerang: Bina Rupa Aksara.

Maramis, willy F dan Albert Maramis, 2009. Catatan ilmu kedokteran jiwa.
Surabaya: Airlangga University press.

http://id.scribd.com/document/186459760/makalah-Ect

24
25

Anda mungkin juga menyukai