3. PURYANTI
4. ENDAH WAHYUNI
5. NOOR AKHADIYAH
6. HERLINAWATI
7. NANIK ISRO’SAFAATI
TAHUN 2021
i
Kata Pengantar
Kelompok 4
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Ditetapkan di : Kudus
16 Maret 2021
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulis....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
2.1 Pengertian...........................................................................................................3
2.2 Indikasi Terapy ECT.........................................................................................3
2.3 Kontra indikasi terapy ECT..............................................................................4
2.4 Efeksamping pemberian terapy ECT...................................................................
2.5 Mekanisme kerja terapy ECT..............................................................................
2.6 Peran Perawat saat pemberian terapy ECT..........................................................
2.7 Peran Perawat setelah pemberian terapy ECT
BAB III PENUTUP...............................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Electro Convulsive Therapy/ ECT' pertama kali diperkenalkan oleh 3
orang neurologist italia' Ugo Carletti dan Lucio Bini pada tahun 1937 sebagai
terapi yang besifat somatic terhadap pasien dengan gangguan mental. ECT
digunakan secara luas pada tahun 1950,an dan 1960,an untuk berbagai
kondisi. Sekarang ECT hanya boleh digunakan dalam jumlah yang lebih kecil
dan pada kondisi yang lebih serius.
ECT atau yang lebih dikenal dengan elektroshock atau terapi kejut
listrik adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi shock listrik
dalam usaha pengobatannya. Diperkirakan hampir 1 juta orang di dunia
mendapat terapi ECT setiap tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali
seminggu. ECT efektif pada hampir 70% pasien yang menjalankan prosedur
dengan benar.
15
Namun beberapa penelitian menunjukkan kalau ECT dapat
meningkatkan kadar serum brain,derived neurotrophic factor (BDN) pada
pasien depresi yang tidak responsif terhadap terapi farmakologis. Terapi ini
menghasilkan kejang-kejang karena pengaruh aliran listrik yang diberikan
pada pasien melalui elektroda-elektroda pada lobus frontalis. Dalam
electroconvulsive terapy arus listrik dikirim melalui kulit kepala ke otak.
Elektroda ditempatkan pada kepala pasien dan dikendalikan menyebabkan
kejang-kejang singkat di otak.
Pada saat terapi ini dijalankan pasien akan kejang-kejang dan
kehilangan kesadaran' kemuudian kejang,kejang lambat laun hilang. Sebelum
ECT' pasien diberi relaksan otot setelah anestesi umum. Bila ECT dilakukan
dengan benar akan menyebabkan pasien kejang' dan relaksasi otot diberikan
untuk membatasi respon otot selama episode. karena otot rileks penyitaan
biasanya aan terbatas pada gerakan kecil tangan dan kaki Pasien dimonitor
secara hati-hati selama perawatan. Pasien terbangun beberapa menit
kemudian' tidak ingat kejadian seputar perlakuan atau perawatan dan sering
bingung.Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan
secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna
dkk, 2007).
ECT adalah suatu prosedur yang serius gunakan hanya pada keadaan yang
direkomendasikan. sangat tidak bijaksana jika kita melakukannya pada setiap
pasien yang tidak membaik.
Electroconvulsive terapi digunakan untuk mengobati;
1. Gangguan afek yang berat pasien dengan penyakit depresi berat atau
penyakit mental lainnya dan gangguan bipolar (mania) yang tidak
berespon terhadap obat anti depresan atau pada pasien yang tidak dapat
menggunakan obat karena cukup beresiko (terutama pada orang tua yang
memiliki kondisi medis)
16
ECT adalah salah satu cara tercepat untuk mengurangi gejala pada orang yang
menderita mania atau depresi berat. ECT umumnya digunakan sebagai langkah
terakhir ketika penyakit tidak merespon obat atau psikoterapi. Pasien dengan
depresi menunjukkan respons yang baik dengan ECT 80%-90% dibandingkan
dengan antidepresan 70% atau lebih. Terapi ECT biasanya tidak efektif untuk
mengobati depresi yang lebih ringan yaitu gangguan disritmik atau gangguan
penyesuaian dengan perasaan alam depresi.
3. Pasien dengan bunuh diri yang aktif dan tidak mungkin menunggu
pengobatan untuk dapat mencapai efek terapeutik. ECT juga digunakan ketika
pasien parah meninbulkan ancaman bagi diri mereka sendiri atau orang lain dan
itu berbahaya bila menunggu sampai obat-obatan berpengaruh.
17
2.3 Kontraindikasi Pemberian ECT
2. Resiko sedang
- Osteoartritis berat osteoporosis atau fraktur yang baru ) siapkan selama
terapi (pelemas otot)
18
2.4 Efeksamping pemberian terapy ECT
Efek samping ECT secara fisik hampir mirip dengan efek samping dari
anesthesia umum. Secara psikis efek samping yang paling sering muncul
adalah kebingungan dan memory loss (75% kasus) setelah beberapa jam
kemudian (biasanya hilang satu minggu sampai beberapa bulan setelah
perawatan). Biasanya ECT akan menimbulkan amnesia retrograde terhadap
peristiwa tepat sebelum masing-masing pengobatan dan anterograde gangguan
kemampuan untuk mempertahankan informasi baru. Beberapa ahli juga
menyebutkan bahwa ECT dapat merusak struktur otak. Namun hal inimasih
diperdebatkan karena masih belum terbukti secara pasti.
Efek Cerebral :
1. Peningkatan konsumsi oksigen
2. Peningkatan cerebral blood flow
3. Peningkatan tekanan intra cranial
4. Amnesia (retrograde dan anterograde) bervariasi, dimulai setelah 3-4
terapi, berakhir 2-3 bulan atau lebih. Lebih berat pada terapi dengan
metode bilateral, jumlah terapi yang semakin banyak kekuatan listrik yang
meningkat dan adanya organisitas sebelumnya.
Efek lain:
19
1. Peningkatan tekanan intra okuler
2. Peningkatan tekanan intragastric
3. Kebingungan (biasanya hanya berlangsung selama jangka waktu yang
singkat), pusing.
4. Mual' Headache/ sakit kepala' nyeri otot.
5. Fraktur vertebral dan ekstremitas dan rahang sakit. Efek ini dapat
berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa hari. Jarang terjadi bila
relaksasi otot baik.
6. Resiko anestesi pada ECT
7. Kematian dengan angka mortalitas 0,002%
20
8. Persendian (bahu, siku, pinggang, lutut) di tahan selama kejang dengan
mengikuti gerak kejang.
9. Pasang elektroda di pelipis kain kassa basah kemudian tekan tombol
sampai timer berhenti dan di lepas.
10. Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan mengikuti gerakan
kejang (menahan tidak boleh dengan kuat).
11. Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan rangsangan Menekan
difragma.
12. Bila banyak lendir di bersihkan dengan slim siger.
13. Kepala dimiringkan.
14. Observasi sampai klien sadar.
15. Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan keperalatan.
21
Menurut Tonsend (1998), jika terjadi kehilangan memori dan
kekacauan mental sementara yang merupakan efek samping ECT yang
paling umum hal ini penting untuk perawat hadir saat pasien sadar supaya
dapat mengurangi ketakutan yang disertai dengan kehilangan memori.
Implementasi keperawatan yang harus di lakukan adalah sebagai berikut :
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan meggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah
bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang di
tempelkan pada pelipis pasien untuk bangkitkan kejang grand mall. Terapi ECT
merupakan perubahan untuk penderita psikiatrik berat', dimana pemberian arus
22
listrik singkat di kepala di gunakan untuk menghasilkan kejang tonik klonik
umum. Pada terapi ECT ini, ada efek samping yang di hasilkan, oleh karena itu
perawat harus memperhatikan efek samping yang akan terjadi. Dan peran perawat
dalam terapi ECT yaitu sebelum melakukan terapi ECT harus mempersiapkan
alat dan mengantisipasi kecemasan klien dengan menjelaskan tindakan yang akan
di lakukan.
3.2 SARAN
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya
perawat dan memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan
keperawatan secara intensif serta mampu berfikir kritis dalam melaksanakan peran
perawat saat pemberian terapy ECT.
23
Daftar Pustaka
Maramis, willy F dan Albert Maramis, 2009. Catatan ilmu kedokteran jiwa.
Surabaya: Airlangga University press.
http://id.scribd.com/document/186459760/makalah-Ect
24
25