Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada penanganan klien gangguan jiwa di Rumah Sakit baik kronik maupun
pasien baru biasanya diberikan psikofarmaka ,psikotherapi, terapi modalitas yang
meliputi terapi individu, terapi lingkungan, terapi kognitif, terapi kelompok terapi
perilaku dan terapi keluarga. Biasanya pasien menunjukan gejala yang berkurang dan
menunjukan penyembuhan, tetapi pada beberapa klien kurang atau bahkan tidak
berespon terhadap pengobatan sehingga diberikan terapi tambahan yaitu ECT
(Electro Convulsive Therapy).
Terapi Elektrokonvulsif disingkat ECT juga dikenal sebagai terapi
elektroshock. ECT telah menjadi pokok perdebatan dan keprihatinan masyarakat
karena beberapa alasan. Di masa lalu ECT ini digunakan di berbagai rumah sakit jiwa
pada berbagai gangguan jiwa, termasuk schizophrenia. Namun terapi ini tidak
membuahkan hasil yang bermanfaat. Sebelum prosedur ECT yang lebih manusiawi
dikembangkan, ECT merupakan pengalaman yang sangat menakutkan pasien. Pasien
seringkali tidak bangun lagi setelah aliran listrik dialirkan ke tubuhnya dan
mengakibatkan ketidaksadaran sementara, serta seringkali menderita kerancuan
pikiran dan hilangnya ingatan setelah itu. Adakalanya, intensitas kekejangan otot
yang menyertai serangan otak mengakibatkan berbagai cacat fisik.
Namun, sekarang ECT sudah tidak begitu menyakitkan. Pasien diberi obat
bius ringan dan kemudian disuntik dengan penenang otot. Aliran listrik yang sangat
lemah dialirkan ke otak melalui kedua pelipis atau pada pelipis yang mengandung
belahan otak yang tidak dominan. Hanya aliran ringan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan serangan otak yang diberikan, karena serangan itu sendiri yang bersifat
terapis, bukan aliran listriknya. Penenang otot mencegah terjadinya kekejangan otot
tubuh dan kemungkinan luka. Pasien bangun beberapa menit dan tidak ingat apa-apa
tentang pengobatan yang dilakukan. Kerancuan pikiran dan hilang ingatan tidak

1
terjadi, terutama bila aliran listrik hanya diberikan kepada belahan otak yang tidak
dominant (nondominan hemisphere). Empat sampai enam kali pengobatan semacam
ini biasanya dilakukan dalam jangka waktu 2 minggu.
Akan tetapi, ECT ini tidak cukup berhasil untuk penyembuhan schizophrenia,
namun lebih efektif untuk penyembuhan penderita depresi tertentu (Atkinson, et
al.,1991).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dipandang perlu untuk membahas lebih
jauh dan lebih mendalam lagi mengenai Terapi ECT tersebut.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas dalam kriteria standar penilaian Mata Kuliah Kep.
Jiwa I yang diberikan secara berkelompok,
2. Membahas tentang pengertian terapi ECT,
3. Menbahas tujuan dari pemberian terapi ECT,
4. Menjelaskan Indikasi dan Kontra Indikasi dari Terapi ECT,
5. Menjelaskan Cara Pelaksanaan Terapi ECT, dan

C. Permasalahan
Berdasarkan tujuan di atas, maka yang menjadi permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai:
a. Pengertian Terpi ECT,
b. Tujuan Terapi,
c. Indikasi dan Kontra Indikasi,
d. Cara pelaksanaan, dan

2
D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini kita dapat mengembangkan wawasan dan ilmu
pengetahuan kita mengenai pemberian atau penggunaan terapi ECT yang sesuai
dengan sasarannya, tujuannya, indikasi dan kontra indikasi, serta efek samping yang
mungkin ditimbulkan dari terapi ECT tersebut.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Terapi ECT
Terapi ECT (Electroconvulsive) adalah suatu tindakan terapi dengan
menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik
maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan
arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk
membangkitkan kejang grandmall.
Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis pengobatan somatik
dimana arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada
pelipis. Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya
diharapkan efek yang terapeutik tercapai.
Mekanisme kerja ECT sebenarnya tidak diketahui, tetapi diperkirakan bahwa
ECT menghasilkan perubahan-perubahan biokimia didalam otak (Peningkatan kadar
norepinefrin dan serotinin) mirip dengan obat anti depresan. Jadi bukan kejang yang
ditampilkan secara motorik melainkan respon bangkitan listrik di otak.
Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh sehingga
penderita menerima aliran yang terputus – putus. Alatnya dinamakan konvulsator, di
dalamnya ada pengatur voltase (tekanan listrik) dan pengatur waktu yang secara
otomatis memutuskan aliran listrik yag keluar sesudah waktu yang ditetapkan.
Setelah aliran listrik yang masuk dikepalanya, pasien menjadi tidak sadar seketika.
Konvulsi terjadi mirip epilepsy, diikuti fase kloni, kemudian relaksasi otot dengan
pernapasan dalam dan keras. Kemudian tidak sadar (kurang lebih 5 menit) dan setelah
bangun kemudian timbul rasa kantuk, kemudian pasien tertidur.

B. Tujuan Terapi ECT


 Mengembalikan fungsi mental klien
 Meningkatkan ADLs klien secara periodik

4
C. Indikasi dan Kontra Indikasi
1. Indikasi
Indikasi terapi kejang listrik adalah klien depresi pada psikosa manik depresi,
klien schizofrenia stupor katatonik dan gaduh gelisah katatonik. ECT lebih efektif
dari antidepresan untuk klien depresi dengan gejala psikotik (waham, paranoid, dan
gejala vegetatif), berikan antidepresan saja (imipramin 200-300 mg/hari selama 4
minggu) namun jika tidak ada perbaikan perlu dipertimbangkan tindakan ECT. Mania
(gangguan bipolar manik) juga dapat dilakukan ECT, terutama jika litium karbonat
tidak berhasil. Pada klien depresi memerlukan waktu 6-12x terapi untuk mencapai
perbaikan, sedangkan pada mania dan katatonik membutuhkan waktu lebih lama
yaitu 10-20x terapi secara rutin. Terapi ini dilakukan dengan frekuensi 2-3 hari sekali.
Jika efektif, perubahan perilaku mulai kelihatan setelah 2-6 terapi.

2. Kontra Indikasi
Tumor intra kranial, karena dapat meningkatkan tekanan intrakranial.
Kehamilan, karena dapat mengakibatkan keguguran
Osteoporosis, karena dapat berakibat terjadinya fraktur tulang.
Infark Miokardium, karena dapat terjadi henti jantung.
Asthma bronchiale, dapat memperberat keadaan penyakit yang diderita

Komplikasi
o Luksasio dan dislokasi sendi
o Fraktur vetebra
o Robekan otot rahang
o Apnoe
o Sakit kepala, mual dan nyeri otot
o Amnesia
o Bingung, agresif, distruktif

5
o Demensia

D. Pelaksanaan
 Peran Perawat
Perawat sebelum melakukan terapi ECT, harus mempersiapkan alat dan
mengantisipasi kecemasan klien dengan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
 Persiapan Alat
Adapun alat-alat yang perlu disiapkan sebelum tindakan ECT, adalah sebagai
berikut:
a. Konvulsator set (diatur intensitas dan timer)
b. Tounge spatel atau karet mentah dibungkus kain
c. Kain kasa
d. Cairan Nacl secukupnya
e. Spuit disposibel
f. Obat SA injeksi 1 ampul
g. Tensimeter
h. Stetoskop
i. Slim suiger
j. Set konvulsator

 Persiapan klien
a. Anjurkan klien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur tindakan yang
akan dilakukan.
b. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya
kelainan yang merupakan kontraindikasi ECT
c. Siapkan surat persetujuan
d. Klien berpuasa 4-6 jam sebelum ECT
e. Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau penjepit rambut yang mungkin
dipakai klien

6
f. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan defekasi
g. Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam sebelum ECT
h. Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik, sedatif-hipnotik, dan
antikonvulsan harus dihentikan sehari sebelumnya. Litium biasanya dihentikan
beberapa hari sebelumnya karena berisiko organik.
i. Premedikasi dengan injeksi SA (sulfa atropin) 0,6-1,2 mg setengah jam sebelum
ECT. Pemberian antikolinergik ini mengembalikan aritmia vagal dan menurunkan
sekresi gastrointestinal.

 Pelaksanaan
a. Setelah alat sudah disiapkan, pindahkan klien ke tempat dengan permukaan rata
dan cukup keras. Posisikan hiperektensi punggung tanpa bantal. Pakaian
dikendorkan, seluruh badan di tutup dengan selimut, kecuali bagian kepala.
b. Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV). Anestetik barbiturat ini dipakai
untuk menghasilkan koma ringan.
c. Berikan pelemas otot suksinikolin atau Anectine (30-80 mg IV) untuk
menghindari kemungkinan kejang umum.
d. Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan alkohol untuk tempat
elektrode menempel.
e. Kedua pelipis tempat elektroda menempel dilapisi dengan kasa yang dibasahi caira
Nacl.
f. Penderita diminta untuk membuka mulut dan masang spatel/karet yang dibungkus
kain dimasukkan dan klien diminta menggigit
g. Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka lebar saat kejang dengan
dilapisi kain
h. Persendian (bahu, siku, pinggang, lutu) di tahan selama kejang dengan mengikuti
gerak kejang

7
i. Pasang elektroda di pelipis kain kasa basah kemudia tekan tombol sampai timer
berhenti dan dilepas
j. Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan mengikuti gerakan kejang
(menahan tidak boleh dengan kuat).
k. Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan rangsangan menekan diafragma
l. Bila banyak lendir, dibersihkan dengan slim siger
m. Kepala dimiringkan
n. Observasi sampai klien sadar
o. Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan keperawatan

 Setelah ECT
a. Observasi dan awasi tanda vital sampai kondisi klien stabil
b. Jaga keamanan
c. Bila klien sudah sadar bantu mengembalikan orientasi klien sesuai kebutuhan,
biasanya timbul kebingungan pasca kejang 15-30 menit.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
o Terapi ECT (Electroconvulsive) adalah suatu tindakan terapi dengan
menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik
maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan
arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk
membangkitkan kejang grandmall.
o Tujuan Terapi ECT
 Mengembalikan fungsi mental klien
 Meningkatkan ADLs klien secara periodik

B. Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan
sasarannya. Untuk segala kekurangan dalam makalah ini maka kami selalu membuka
diri untuk menerima saran dan kritik dari semua pihak yang sama-sama bertujuan
membangun makalah ini demi perbaikan dan penyempurnaan dalam pembuatan
makalah kami ke depannya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta : Trans Info Media

Maramis, W.F. 1994. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press
Baihaqi, MIF. 2007. Psikiatri. Bandung : PT Refika Aditama

http://wir-nursing.blogspot.com/2011/03/elektro-convulsif-therapie-ect.html

http://www.news-medical.net/health/Electroconvulsive-Therapy-Side-Effects
%28Indonesian%29.aspx

www.google.com/.../anonim/ECT/

10
Tugas Makalah : Keperawatan Jiwa
Dosen :Ns. Asmlai, S.Kep.

“ TERAPI ECT “

OLEH:

K ELO M P O K 2

La Ode Muh. Tahir Lili Asmin


Kuntnasia Sekartini La Ode Rajmat L
La Adi Muh. Aswin
La Are Mulya Haratama
La Hapiah Nurdin Kowa
La Ode Amsir Nurhidayah
La Ode Ifan Rufi Nuriatil Jannah
La Ode Muh. Acal Mansiri Nurni
La Ode Muh. Saleh Nurul Fitriani Ningsih
La Ode Muh. Anabati Puji Hastuti

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMKAB. MUNA
2011.

11
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya serta taufiknya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas
Mata Kuliah Kep. Jiwa I yang berjudul ”Terapi ECT”.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas yang merupakan salah satu standar
atau kriteria penilaian dari Mata Kuliah Kep. Jiwa I yang telah dipercayakan kepada
kelompok kami yakni Kelompok 2.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ns. Asmalia, S.Kep.
Selaku salah satu dosen pembimbing mata kuliah Kep. Jiwa I di Akper Pemkab.
Muna yang telah banyak membimbing dan mengarahkan kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Tak lupa pula kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu kami dalam menyelasaikan tugas
makalah ini.
Kami menyadari kekurangan kami sebagai manusia biasa dan oleh karena
keterbatasan sumber referensi yang kami miliki sehingga kiranya dalam makalah ini
masih banyak terdapat kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan baik dalam penyusunan
maupun isinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik
dari Ibu Dosen Pembimbing dan dari pihak-pihak lain atau sesama teman mahasiswa
untuk dapat menambahkan sesuatu yang kiranya dianggap masih kurang atau
memperbaiki sesuatu yang dianggap salah dalam tulisan ini.
Akhirnya kami mengucapkan banyak terima kasih. Dan semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua sebagai bahan tambahan pengetahuan
untuk lebih memperluas wawasan kita dalam ilmu Keperawatan.

Raha, Desember 2011.

Penyusun.

12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................................ 2
C. Permasalahan............................................................................................. 2
D. Manfaat...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Terapi ECT............................................................................... 4
B. Tujuan Terapi............................................................................................. 4
C. Indikasi dan Kontra Indikasi...................................................................... 5
D. Cara Pelaksanaan....................................................................................... 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................ 9
B. Saran........................................................................................................... 9

DAFTAR ISI

13

Anda mungkin juga menyukai