Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
Akhir kata kami harap makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembacanya dan dapat bermanfaat pula.
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL. .......................................................................................
PENDAHULUAN
Therapy (ECT) sudah lama dikenal sebagai terapi dalam bidang psikiatri. Electro
convulsive Therapy (ECT) atau terapi kejang listrik adalah suatu intervensi non
neuro psikiatrik tertentu yang berat.ECT menggunakan arus listrik singkat melalui
otak yang menginduksi kejang umum sistem saraf pusat.Respons ECT dapat
terjadi secara cepat dan perlu diberikan dalam suatu periode dalam beberapa
minggu. Bila melihat sejarah penggunaan terapi ini, maka terapi ini sudah dimulai
pada tahun 1934, dimana saat itu Ladislas J. Von Meduna melaporkan terapi yang
berhasil dari katatonia dan gejala skizofrenia lain dengan kejang yang ditimbulkan
secara farmakologis.
Dalam sejarah pengobatan pada penderita gangguan jiwa yang paling awal
awal dari pada psikofarmaka. Sebelum itu penderita gangguan jiwa, diisolir oleh
Salpetriere untuk laki-laki dan Bicetre untuk wanita) dan membebaskan mereka
dari belenggu/rantai yang mengikat mereka. Pada saat itu masih baru taraf
macam obat psikofarmaka/obat untuk penderita gangguan jiwa, tetapi tidak semua
Kejang Listrik masih diperlukan dalam kasus- kasus tertentu yang resisten
ECT melibatkan induksi kejang oleh rangsang listrik singkat pada otak.
- Mania
- Skizofrenia katatonik
- Gangguan skizoafektif.
1.4 Manfaat
1. Bagi mahasiswa
2. Bagi dosen
3. Bagi masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
fisik yang merupakan pilihan untuk indikasi terapi pada beberapa kasus
khusus. Terapi Elektroconvulsive (ECT) adalah terapi yang aman dan efektif
untuk pasien dengan gangguan depresi berat, episode manik, dan gangguan
dilakukan oleh dokter dimana pasien diberikan anestesi umum dan relaksasi
otot. Ketika efeknya telah bekerja, otak pasien distimulasi dengan suatu
penggunaan anestesi dan relaksasi otot sehingga badan pasien tidak ikut
2.2 Tujuan
dipertimbangkan sebagai terapi pada pasien yang gagal dalam uji coba
medikasi, mengalami gejala yang parah atau psikotik, mencoba bunuh diri
atau membunuh dengan mendadak, atau memiliki gejala agitasi atau stupor
derajat perbaikan klinis yang sama dengan terapi standar dengan obat
antidepressan.
episode depresi berat dengan ciri psikotik tidak lebih responsif terhadap
depresi berat dengan ciri melankolik (seperti gejala parah yang jelas,
makan dan berat badan, dan agitasi, diperkirakan lebih mungkin berespon
terhadap ECT.
2. Mania
jangka pendek dan untuk profilaksis sehingga pemakaian ECT untuk terapi
pilihan).
relevan.
3. Skizofrenia
dan tidak untuk gejala skizofrenia kronis. Pasien skizofrenia dengan gejala
b. Katatonia
risiko tinggi atau rumit. Pasien dengan lesi sistem saraf pusat berada pada
peningkatan risiko untuk edema dan herniasi otak setelah ECT. Jika lesi kecil,
peningkatan sawar darah otak selama kejang. Risiko ini dapat dikurangi,
dan lebih jauh berkurang 3 bulan setelah infark itu. Pasien dengan hipertensi
glukosa dan oksigen, dan permeabilitas sawar darah otak adalah meningkat.
berlanjut.
reseptor yang sama dan terlihat pada hampir semua terapi antidepressan. Efek
neuron.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Therapy (ECT) atau terapi kejang listrik adalah suatu intervensi non farmakologi
tertentu yang berat.ECT menggunakan arus listrik singkat melalui otak yang
ECT melibatkan induksi kejang oleh rangsang listrik singkat pada otak.
partum)
c. Mania
d. Skizofrenia katatonik
e. Gangguan skizoafektif
13
DAFTAR PUSTAKA
Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. Buku Ajar Psikiatri (Textbook of Psychiatry)
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2012;43 –4
14