Anda di halaman 1dari 40

TERAPI PSIKIATRI

Dr. Susi Wijayanti, SpKJ

ETIOLOGI GANGGUAN JIWA :

- Biologi
- Psikologis
- Sosial dan kultural

JENIS JENIS TERAPI

1. Somatoterapi Faktor Biologi


2. Psikoterapi Faktor Psikologis
3. Manipulasi lingkungan Faktor Sosial

I. PSIKOTERAPI
Psikoterapi analitik

Psikoterapi singkat dan Intervensi krisis


Psikoterapi keluarga
Terapi perilaku
Hypnose
Terapi kognitif

II. SOMATO TERAPI


1. Psychosurgery : jarang dilakukan
2. Farmakoterapi :
Anti psikosis
Anti depresi
Anti mania
Anti ansietas
Anti insomnia

3. Lain-lain : Terapi kejang listrik

T U J U AN

T E RAPI

Terapi

Menurunkan /
Meminimalkan
Menghilangkan
tanda, gejala

Mengembalikan
fungsi utama

Meminimalkan
risiko relaps/
rekurens

Prinsip terapi : titrasi dosis


dosis awal

dosis optimal
dosis pemeliharaan
tappering off

Pertimbangkan manfaat dan risiko

Perbedaan Psikotropik dan Narkotik


Psikotropik :

obat yg mempunyai efek utama terhadap


aktifitas mental dan perilaku dan digunakan
untuk terapi gangguan psikiatrik.
Narkotik :
Obat yang bekerja pada SSP dan digunakan
sebagai analgetika dalam praktek kedokteran

Anti psikosis
(neuroleptik, major tranquilizer)
Obat yang termasuk psikofarmaka yang

berkhasiat menghilangkan atau mengurangi


gejala psikotik.
Mekanisme kerja : mem blokade Dopamin
pada reseptor pasca sinaptik di otak,
khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal

PEDOMAN PENGGUNAAN
- Tentukan gejala yang akan dihilangkan
- Gunakan ANTIPSIKOSIS yg pernah digunakan dan

berhasil
- Gunakan satu jenis obat
- Terapi Pemeliharaan : dosis terendah yg masih efektif
- Penggantian Obat : 1 bulan

JENIS-JENIS ANTIPSIKOTIK
TIPIKAL
Chlorpromazin

ATIPIKAL
Risperidone

Haloperidol
Trifluoperazin

Olanzapin
Clozapin
Quetiapin
dll

Anti psikosis...........

Chlorpromazine ( CPZ )

- tablet 25 mg dan 100 mg


- inj. 25 mg / cc
Haloperidol
- tablet 0,5 mg ; 1,5 mg ; 5 mg
- inj. 50 mg / ml. 1x/4mgg
Risperidon
- tablet 1 mg, 2mg, 3 mg
- diberikan 2x sehari.

EFEK SAMPING ANTI PSIKOTIK


Akatisia ( 50% ):

- tidak tahan duduk lama, ingin selalu


jalan-jalan.
Ggn ekstrapiramidal (39% ) :
- tremor
- wajah seperti kedok
- kaku
- retardasi motorik
Diskinesia (6%)
- mata mendelik keatas, leher kaku, lidah terjulur,
sukar menelan

Sindroma Neuroleptic Malignan


Merupakan kondisi yang mengancam

kehidupan akibat reaksi idiosinkrasi terhadap


obat anti psikosis
Semua pasien yang mendapat anti psikosis
mempunyai risiko SNM
Kondisi dehidrasi, kelelahan atau malnutrisi
mempertinggi risiko SNM

Diagnostik SNM
Suhu badan >38OC
Terdapat sindrom ekstrapiramidal
Terdapat gejala disfungsi otonom

(incontinensia urine)
Perubahan status mental
Perubahan tingkat kesadaran
Gejala timbul dan berkembang cepat

Pengobatan SNM
Hentikan segera obat anti psikosis
Perawatan supportif
Dopamin agonist :

bromokriptin 7,5-60 mgr/hr 3dd,


l-dopa 2 x 100 mg , atau
amantadin 200 mg/hr.

Anti depresi
Mekanisme kerja :

- menghambat re-uptake aminergic


neurotransmiter
- menghambat penghancuran oleh ensim
monoamine oksidase
Amitriptilin : tablet 25 mg
Efek samping :
sedatif, otonomik,kardiologik >>

Anti depresan

Sertralin : 50 mg
Fluoksetin 20 mg

efek samping :
sedasi, otonomik, hipotensi sangat minimal
MAOI : meclobemide
efek samping : hipotensi ortostatik

Anti mania, Mood Stabilizers


Mekanisme kerja : mengurangi dopamine

receptor supersensitivity, meningkatkan


cholinergic-muscarinic activity dan
menghambat cyclic AMP dan fosfoinositide
Lithium
efek samping : mulut kering, gastrointestinal
distres, kelemahan otot, tremor halus, poli nuri
Valproat.
Carbamazepin : Stephen Johnson Sindrome

Anti ansietas (minor tranquillizer)


Mekanisme kerja : benzodiazepin yang bereaksi

dengan reseptornya akan meng- reinforce the


inhibitor action of GABA-ergic neuron, sehingga
hiperaktifitas mereda.
Diazepam : 2 mg , 5 mg
efek samping : ngantuk, pusing, retensi urine,
mata kabur, penekanan pernafasan, prestasi
kerja menurun.
Efek ketergantungan tinggi
Alprazolam : 0,5 ; 1 mg

Terapi kejang listrik


(electroconvulsive therapy = ECT)

Adalah salah satu metode terapi yang


digunakan di bidang psikiatri dengan cara
pemberian arus listrik pada otak dengan
alat konvulsator, untuk merangsang
timbulnya suatu bangkitan kejang.
Ditemukan pertama kali pada tahun 1937
oleh Cerletti dan Bini, peneliti dari Italia.

Mekanisme kerja
1.

Teori neurofisiologi :
* ECT menyebabkan peningkatan transmiter
dan peptida dalam plasma secara akut dan
sementara, seperti epinefrin,norepinefrin,
prolaktin, beta-endorphin immunoreactivity,
vasopresin, ACTH, kostisol, insulin, FSH dan
LH
efek antidepresan
* ECT + obat neuroleptik
peningkatan
konsentrasi obat neuroleptik dalam dalam
otak.

2.

Teori Neurotransmiter
ECT mempengaruhi neurotransmiter
norepinefrin dan mempunyai beberapa efek
yang sama dengan pemberian TCA.
Peningkatan konsentrasi dopamin dan
metabolitnya.

INDIKASI ECT

PSIKOSIS DEPRESI

> 80-90% depresi mengalami kemajuan, efektif


dari obat antidepresan.
Ggn depresi dengan waham dan gejala-gejala
psikotik lain cukup menunjukkan perbaikan .
Psikosis depresi dengan gejala melancholia (sedih
berlebih, retardasi psikomotor, terbangun dini hari,
kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan
dan agitasi) cukup bereaksi terhadap ECT.
Orang lanjut usia memperlihatkan
reaksi lebih lambat dari
yang lebih muda.

SKIZOFRENIA
15-20% penderita Skizofrenia.
SR akut, katatonik disertai gejala gangguan afek

cukup baik.
Pada pasien SR akut : khasiat ECT ~ obat
antipsikosis.
Pasien SR kronis : menunjukkan kemajuan yang
berarti pada 5-10% pasien.

MANIA
Fase mania pada pasien psikosis manik

depresif cukup berhasil, hasil lebih bagus


pada fase depresi.

Lain-lain

KONTRA INDIKASI

AKIBAT SAMPINGAN ECT


Kompresi tulang belakang
Laringo spasme
Kerusakan gigi (gigi patah)
Reaksi allergi
Fraktur
Nyeri otot
Sakit kepala
Nausea
Confusion (kekacauan pikiran)
Mengamuk, Regresi

PERSIAPAN ECT
PERSIAPAN SEBELUM ECT
Persyaratan administratif : Informed Consent
Riwayat medis : trauma kepala, kejang,alergi
Pemeriksaan pra ECT yang dilakukan:
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang : EKG, Ro.Thorax , Hb,

SGOT/SGPT
- Pemeriksaan darah, urine bila diperlukan
- Pemeriksaan gigi
gigi palsu, lepaskan.

Pelaksanaan ECT.
o PERSIAPAN PASIEN UNTUK ECT
Terapi konvulsi adalah pembedahan di psikiatri,

sehingga kaidah umum yang berlaku pada


tindakan pembedahan juga berlaku untuk
pelaksanaan ECT seperti puasa 4-6 jam.
Sebelum premedikasi pasien mengosongkan
kandung kencing dan melonggarkan pakaian di
bagian-bagian yang ketat seperti leher dan
pinggang.

Pelaksanaan ECT
Lepaskan gigi palsu
Pasien tidur telentang, usahakan sesantai

mungkin.
Premedikasi: Inj Sulfas Atropin dosis 0,5 mg
sc/im/iv. Merupakan antikholinergik yang
berfungsi mengurangi kemungkinan cardial
arythmia dan aspirasi, mencegah bradicardi.
Efek samping atropin kekacauan pikiran (karena
adanya efek pusat disamping efek sistemik)

Pelaksanaan ECT.......
Anaestesi Umum :

digunakan anaestesi yang short acting :


propofol 1-2 mg/ kg BB iv
Muscle relaxan :
short acting : succinyl cholline 0,51mg/kgBB, iv diberikan segera setelah
pemberian anaesthesi umum.

Pelaksanaan ECT..............
Oksigenasi

Terjadi apnoe dan fasiculasi otot-otot dari atas


kebawah. Berikan O2 5L/menit sampai
nafas spontan.
Penempatan elektroda
kedua elektroda ditempatkan di kedua pelipis
pasien. Titik ini terletak 3 cm diatas garis yang
menghubungkan sudut mata dan liang telinga.

Frekwensi terapi
Diberikan sebanyak 2-3 kali / minggu.
Depresi : 6-12 kali tindakan
Episode manik : 8-20 kali
Skizofrenia : 15 kali /.

Sr. Katatonik : 1-4 kali

Anda mungkin juga menyukai