TESIS
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Kedokteran Jiwa
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena penyertaan
yang luar biasa maka tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis
kesehatan jiwa Departemen Psikiatri FKUI/RSCM.
Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
dr. Heriani, Sp.KJ(K) selaku kepala program studi Program Pendidikan Dokter
Spesialis-1 Departemen Psikiatri FKUI/RSCM sampai saat ujian proposal.
dr. Natalia Widiasih, Sp.KJ(K) Mpd.Ked selaku kepala program studi Program
Pendidikan Dokter Spesialis-1 Departemen Psikiatri FKUI/RSCM saat pemaparan
dan ujian tesis.
Dr. dr. Tjhin Wiguna, Sp.KJ(K) sebagai sekretaris program studi Program
Pendidikan Dokter Spesialis-1 Departemen Psikiatri FKUI/RSCM.
Prof. Dr. dr. R. Irawati Ismail, Sp.KJ(K), M.Epid selaku koordinator penelitian
saat pengajuan proposal, yang telah memberikan dukungan moril yang berharga.
dr. Khamelia Malik, Sp.KJ sebagai koordinator penelitian saat pemaparan dan
ujian tesis, atas dukungan dan bantuannya.
dr. Suryo Dharmono, Sp.KJ(K) selaku pembimbing penelitian, terima kasih atas
bimbingan dan bantuannya sehingga tesis ini dapat terselesaikan
dr. Sylvia Detri Elvira, Sp.KJ(K) selaku pembimbing akademik, terima kasih atas
semua bimbingannya selama ini dan pengertian yang tak terhingga terhadap
penulis.
iv
Universitas Indonesia
dr. Feranindhya Agiananda, Sp.KJ sebagai anggota dewan penguji tesis, yang
sudah memberikan masukan dan saran yang bermanfaat.
dr. Gitayanti Hadisukanto, Sp.KJ(K) sebagai anggota dewan penguji tesis, yang
sudah memberikan masukan dan saran yang bermanfaat.
Kepada kedua orangtua penulis, Drs. Andreas Soleman dan Sylvia Kawira
Husiaux, serta bapak mertua Paul Joseph Huwae, B.Sc, yang sudah memberikan
dukungan dan doa dalam mencapai penyelesaian tesis sehingga harapan menjadi
seorang psikiater yang hendak mengurangi stigma terhadap orang dengan masalah
kejiwaan dapat dimulai jalannya.
Kepada istri terkasih, Elvira Pricilia Huwae, M.Psi yang telah memberikan
dukungan, doa dan masukan serta semangat yang menumbuhkan keyakinan bagi
penulis dalam menempuh pendidikan.
Kepada semua pihak yang telah membantu hingga penulisan tesis ini selesai tetapi
tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, kembali penulis mengucapkan terima
kasih.
Akhirnya bahwa tak ada manusia yang sempurna, seperti tesis ini pun masih jauh
dari sempurna. Penulis mengharapkan diberikannya masukan dan saran dari
berbagai pihak sebagai perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tesis ini
bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Universitas Indonesia
vii
Universitas Indonesia
viii
Universitas Indonesia
ix
Universitas Indonesia
x
Universitas Indonesia
xi
Universitas Indonesia
Tabel 4.5 Hubungan Ekspresi Emosi, Beban Perawatan, Stigma dan Pengetahuan
Pramurawat Terhadap Kekambuhan ODS………………………………………..40
Tabel 4.6 Analisis Bivariat Hubungan Ekspresi Emosi, Beban Perawatan, Stigma
dan Pengetahuan Pramurawat Terhadap Kekambuhan ODS.................................41
xii
Universitas Indonesia
xiii
Universitas Indonesia
xiv
Universitas Indonesia
PENDAHULUAN
1
Universitas Indonesia
dari interaksi mereka dalam lingkungan.9 Stigma ini makin berdampak buruk
ketika anggota keluarga lain menyalahkan keluarga yang menjadi pramurawat
sebagai penyebab gangguan.9 Kebanyakan pramurawat tidak mempunyai
pengetahuan tentang skizofrenia sampai mereka mengalami akibat dari perilaku
ODS.10 Pengetahuan yang kurang juga dinilai sebagai hal yang membuat
terjadinya stigma dan meningkatnya ekspresi emosi.9 Hal-hal ini saling
berpengaruh terhadap pola ekspresi emosi antara ODS dan pramurawat.9
Universitas Indonesia
Ekspresi emosi tinggi telah diketahui dapat menjadi suatu prediktor kekambuhan
ODS. Aspek ekspresi emosi, beban perawatan, stigma dan pengetahuan saling
terkait bagi pramurawat. Kekambuhan merupakan hasil adanya ekspresi emosi,
beban perawatan, stigma yang tinggi dan pengetahuan yang kurang dari
pramurawat. Hal-hal ini belum cukup diteliti di Indonesia, sehingga perlu diteliti.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi dalam pengembangan
intervensi pencegahan kekambuhan skizofrenia. Dari permasalahan tersebut
muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Tujuan umum:
Mendapatkan gambaran mengenai pengalaman pramurawat yang terkait ekspresi
emosi, beban perawatan, stigma, pengetahuan yang dimiliki sebagai bagian dari
penyebab terjadinya kekambuhan ODS.
Tujuan khusus:
1. Mengetahui hubungan antara keadaan ekspresi emosi pramurawat
dengan kekambuhan yang dialami ODS.
2. Mengetahui hubungan antara beban perawatan pramurawat dengan
kekambuhan ODS.
3. Mengetahui hubungan antara stigma pada pramurawat dengan
kekambuhan ODS.
4. Mengetahui hubungan antara pengetahuan pramurawat mengenai
skizofrenia dengan kekambuhan ODS.
1. Di bidang pendidikan
Untuk memperdalam ilmu kedokteran pada umumnya dan psikiatri pada
khususnya. Hasil penelitian juga dapat menambahkan ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan penyebab kekambuhan pasien skizofrenia.
2. Di bidang pengembangan
Dapat dipergunakan sebagai data dasar untuk penelitian yang berhubungan
dengan orang dengan skizofrenia.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. SKIZOFRENIA
Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang berlangsung lama dengan disertai gejala
yang berat dan terkait kesulitan dalam penilaian kenyataan. Prevalensi gangguan
ini sekitar 1% di dunia.13,14 Persentase ODS di Indonesia adalah 4,6% (riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007).15 Gangguan ini ditandai dengan
gangguan proses pikir, gangguan persepsi, gangguan afek, dan gangguan perilaku.
Skizofrenia digambarkan sebagai gangguan jiwa berat yang ditandai dengan
adanya waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku kacau dan atau disertai afek
datar dan lainnya.1 Hal tersebut disertai adanya disfungsi sosial dan pekerjaan
yang terjadi selama paling sedikit satu bulan (PPDGJ III).1
Perkembangan gangguan ini terjadi dalam tiga fase menurut American Psychiatric
Association (APA). Fase akut diawali dengan gejala positif dan negatif. Peredaan
gejala tersebut menunjukkan dimulainya fase stabilisasi. Fase stabil yang
merupakan fase ketiga ditandai dengan pengurangan gejala secara terkontrol. Pada
umumnya pasien dapat mengalami semua fase yang kemudian diselingi oleh
remisi total atau sebagian sebelum akhirnya dapat kambuh. Kekambuhan adalah
hal yang sering terjadi pada ODS,13,14
Etiologi sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Hipotesis terkait etiologi
berkembang dengan pesat, misalnya keterlibatan faktor biologi, faktor genetik,
stress diathesis model, dan faktor psikososial. Faktor organobiologi pada
skizofrenia berhubungan dengan perubahan struktur di otak, peranan senyawa otak
serta adanya faktor genetik. Faktor psikologis yang berkontribusi terhadap
skizofrenia adalah kepribadian serta mekanisme coping. Faktor psikososial seperti
urbanisasi dan industrialisasi diperkirakan terkait hal ini.16
6
Universitas Indonesia
Kekambuhan dapat terjadi pada ODS yang patuh dan tidak patuh dalam
pengobatan.6 Kekambuhan umumnya berhubungan dengan faktor penyebab
seperti ekspresi emosi, ketidakpatuhan berobat, penggunaan zat adiktif, adanya
masalah medis lain, masalah dalam kehidupan, fungsi premorbid, dan DUP
(duration of untreated psychosis).6,17,18,19 Kepatuhan berobat dinilai sebagai hal
penting yang menunjang kekambuhan. Pasien yang tidak patuh dinilai akan
kambuh bila menghentikan pengobatan minimal satu bulan.6 Hal lain yang
seringkali menjadi pencetus kekambuhan adalah masalah dalam kehidupan.6
Kehilangan anggota keluarga ataupun perilaku penuh kritik dapat menjadi
pencetus suatu kekambuhan. ODS dapat terpengaruh dan kemudian kambuh
bahkan karena pencetus yang relatif kecil. Ekspresi emosi merupakan faktor
psikososial yang juga berpengaruh kuat dan dapat memperkirakan timbulnya
kekambuhan ODS.3 Ekspresi emosi menjadi sesuatu yang sehari-hari terjadi
menyatu dengan pola hubungan antara keluarga dan ODS, yang terkait perbedaan
budaya.3,6 Berdasarkan penelitian di Hongkong pada tahun 2001 terdapat 60%
ODS dari keluarga dengan ekspresi emosi tinggi mengalami kekambuhan kurang
dari satu tahun dari kekambuhan sebelumnya, sehingga membutuhkan perawatan.5
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kritik (CC) diungkapkan keluarga terhadap hal atau sikap atau perilaku atau kata-
kata yang diungkapkan ODS, bertujuan untuk menunjukkan sikap tidak setuju atau
tidak suka terhadap perbuatan maupun terhadap ODS sendiri. Kata-kata yang
diucapkan keluarga sering bersamaan dengan pengalaman emosi yang dapat
dinilai dari intonasi suara, volume, kecepatan bicara, gaya bicara serta sikap dan
perilaku keluarga dalam mengekspresikan kritik kepada ODS. Bagian lainnya
yang juga menunjukkan ekspresi emosi adalah keterlibatan emosi berlebihan atau
emotional overinvolvement (EOI). EOI terlihat dari sikap atau perilaku berlebihan,
dari keluarga (pramurawat) untuk menunjukkan pengorbanan diri, rasa sayang,
kesetiaan yang sangat berlebihan. Hostilitas (H) merupakan bagian lain yang
terlihat dengan adanya penyerangan pada ODS oleh sebab penyakitnya dan tidak
disebabkan oleh perbuatan ODS. Kehangatan (W) adalah suatu sikap simpati,
empati, turut prihatin yang dirasakan keluarga dalam penghayatannya terlihat
melalui sikap berminat dan bersemangat untuk mengetahui keadaan dan kegiatan
ODS. Kehangatan dinyatakan dengan ungkapan kasih sayang dengan sikap,
perbuatan dan kata-kata secara langsung. Hal-hal ini muncul dalam kata-kata
meneduhkan dengan intonasi dan volume pelan saat menceritakan ODS.
Komentar positif (PR) diungkapkan melalui kata pujian, ungkapan setuju dan
menghargai terhadap sikap, perilaku dan diri ODS.3,4,32,37
Beban yang dimaksud adalah terkait masalah, kesusahan maupun dampak yang
dirasakan pramurawat ODS dan dikenali secara subyektif maupun obyektif. Beban
yang dialami pramurawat terkait kondisi fisik maupun mental pramurawat
tersebut.38 Beban secara obyektif merupakan hal yang menghambat dalam hidup
terkait perawatan ODS, misalnya masalah keuangan dalam perawatan, gangguan
dalam aktivitas terkait tugas merawat, hambatan dalam hidup berumah-tangga,
masalah isolasi dari lingkungan, pembedaan ODS terhadap orang lainnya, dan
lain-lain. Beban secara subyektif dapat berupa penderitaan secara psikis yang
dirasakan pramurawat dalam merawat ODS dan terlihat dari adanya kecemasan,
kesedihan, kekuatiran terhadap ODS. Beban saling terkait dengan timbulnya
Universitas Indonesia
Stigma merupakan suatu tanda yang berhubungan dengan keadaan tertentu dalam
hal ini terkait adanya skizofrenia.9 Masyarakat masih memiliki pandangan negatif
terhadap gangguan ini, misalnya skizofrenia dianggap sebagai keadaan yang
memalukan bagi keluarga.40 Mereka (ODS) dianggap memiliki perilaku kacau,
berbahaya sehingga membuat masyarakat takut.40 Mereka (ODS) mungkin
mendapat sikap seperti ini dari keluarga yang mengucilkan dan membedakannya.
Pramurawat juga mengalami stigma dari masyarakat. Stigma memberikan dampak
tersendiri secara subyektif dan obyektif pada ODS maupun keluarga.9,40 Dampak
yang dialami ODS secara subyektif berupa rasa rendah diri dan dimusuhi karena
gangguan ini dialami sekitar separuh dari populasi ODS tersebut.40 Terdapat 73%
ODS di Singapura mengalami masalah dalam mencari pekerjaan menjadi contoh
dampak secara obyektif dari stigma.40
Skizofrenia dianggap belum diketahui secara luas dan mendalam oleh masyarakat.
Kurangnya pengetahuan membuat keluarga sering membawa ODS ke paranormal
ketika terjadi gejala akut. Keterlambatan dibawa ke psikiater maupun dokter
menjadi hal yang sering ditemui dan akhirnya memperburuk prognosis ODS.2,9,40
Kurangnya pengetahuan pramurawat membuat ODS tidak mendapatkan perawatan
dan perlakuan yang seharusnya.40 Hal ini membuat prognosis yang tidak baik bagi
ODS sehingga memungkinkan terjadinya kekambuhan.
Universitas Indonesia
Alat bantu ini dibuat dan mengalami pengembangan serta validasi oleh Georg
Wiedemann, Oliver Rayki, Elias Feinstein dan Kurt Hahlweg yang berasal dari
Departemen Psikiatri dan Psikoterapi Universitas Turbingen yang berada di
Jerman. Kuesioner dengan skala laporan mandiri (self-report) ini dikenalkan pada
tahun 2001 dan terdiri atas 130 butir pertanyaan. Pada tahun berikutnya
mengalami penyempitan pertanyaan menjadi 30 butir dan pada akhirnya versi
terbaru terdiri dari 20 butir pertanyaan.27
Kuesioner ini memiliki dua dimensi dari ekspresi emosi keluarga ODS, yakni
kritik (critical comments/CC) dan keterlibatan emosi yang berlebihan (emotional
overinvolvement/EOI). Butir-butir kuesioner ini dihasilkan untuk kriteria sebagai
berikut: keterlibatan (intrusiveness), respons emosional (emotional response),
keterkaitannya terhadap penyakit (attribution of illness), serta kemampuan
beradaptasi (coping skills). Hal yang terkait masalah sikap dan perilaku yang
terdapat di CFI (Camberwell Family Interview) telah diadaptasikan juga dalam
kuesioner ini.
Universitas Indonesia
bermakna antara test dan retest. Uji Cronbach Alpha menunjukkan internal
consistency yang diinginkan yaitu 0,90 untuk CC dan 0,82 untuk EOI. Nilai titik
potong adalah 23 (ekspresi emosi rendah bila kurang atau sama dengan 23, lebih
dari itu adalah ekspresi emosi tinggi). Alat ini memiliki nilai spesifisitas 85%,
sensitivitas 68% dan akurasi 78%.27
Alat ini telah diterjemahkan dan divalidasi dalam bahasa Indonesia oleh Ika Sri
Nurtantri dalam tesis untuk mencapai gelar dokter spesialis kedokteran jiwa di
fakultas kedokteran Universitas Indonesia tahun 2005. Hasil pengukuran itu
menunjukkan bahwa FQ dapat membedakan seorang dengan ekspresi emosi tinggi
dan rendah dengan akurasi 94,3%. Sensitivitas alat yang telah diterjemahkan
dalam versi bahasa Indonesia adalah 95,5% dengan spesifisitas 93,8%. Validitas
konstruksi versi bahasa Indonesia kuesioner ini baik. Alat ini dinilai dapat
diandalkan, stabil serta konsisten dalam uji reliabilitas untuk mengukur ekspresi
emosi seorang pramurawat keluarga dari ODS. Validitas dan reliabilitas yang baik
dari edisi berbahasa Indonesia ini dapat digunakan dalam penelitian ini.28
Universitas Indonesia
Alat BAS ini bertujuan mengetahui beban yang dialami pramurawat utama ODS.
Pramurawat mengisi alat ini dengan menetapkan di antara tiga pilihan yaitu ‘tidak
sama sekali’ (not at all), ‘ya sampai taraf tertentu’ (to some extent) dan ‘sangat’
Universitas Indonesia
(very much). Pemberian nilai ditetapkan dengan cara yang berbeda untuk tiap
bagian pertanyaan dan jawaban. Untuk urutan pemberian nilai skor 1/2/3 diberikan
pada pertanyaan nomor 2,6,7,8,9,10,11,12,14,15,17,18,20. Urutan nilai skor 3/2/1
diberikan pada bagian nomor 1,3,4,5,13,16,19.
Alat ini telah diterjemahkan dan divalidasi dalam bahasa Indonesia oleh Prianto
Djatmiko dalam rangka memperoleh gelar dokter spesialis kedokteran jiwa di
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2005. Versi bahasa Indonesia
memiliki hasil yang baik dengan sensitivitas 85,1%, spesifitas 89,4% dan akurasi
sebesar 87,9%. Nilai titik potong adalah 22. Reliabilitas alat ini juga baik dengan
nilai cronbach’s alpha 0,886. Alat ini dinyatakan sah dan reliabiltasnya baik dapat
dipakai menilai beban perawatan pramurawat ODS.
Stigma Items dari SCAN (schedule for clinical assessment in neuro psychiatry)
menapis keluarga yang mengalami stigma karena ODS. Alat ini diciptakan oleh
T. Shibre, A. Negash, dan G. Kullgren yang berasal dari Universitas Umea, Umea
Swedia. Alat ini adalah pengembangan alat yang dibuat oleh Sartorius, Janca
tahun 1996.
Universitas Indonesia
Alat ini memiliki 14 pernyataan terkait stigma yang dapat berpengaruh bagi
keluarga ODS. Terdapat empat skala penilaian pada alat ini, yaitu tidak sama
sekali = 0, kadang-kadang = 1, sering = 2, dan sangat sering = 3. Penilaian
perkiraan adanya stigma dilihat dari total skor yang ada. Total skor 0 artinya tidak
ada stigma, skor dari 1 sampai 4 artinya ada stigma ringan, sedangkan stigma berat
bila skor total lebih dari 4.
Alat ini telah diterjemahkan dan divalidasi dalam bahasa Indonesia oleh Inne
Irawati dalam usaha mendapat gelar dokter spesialis kedokteran jiwa di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2005. Alat versi bahasa Indonesia
memiliki sensitivitas 90%, spesifisitas 98%, akurasi 94%, discriminant validity
ada perbedaan bermakna (p=0.021), skor cronbach’s alpha 0.786. Reliabilitas alat
ini baik yang diperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada test retest
(p> 0.05) dengan interrater (p>0.05).
Universitas Indonesia
dibutuhkan suatu pelatihan khusus sehingga alat ini dapat digunakan langsung
oleh orang yang menguasai atau memahami bidang kesehatan jiwa seperti
psikiater, residen psikitari, psikolog, perawat jiwa, maupun sukarelawan kesehatan
jiwa. Cara penilaiannya dengan empat pembagian yaitu nilai negatif, nilai netral,
nilai positif serta nilai positif dengan tambahan pengetahuan yang memadai.
Pada nilai negatif diberi skor satu, hal ini bila keluarga memberi info yang
memungkinkan mengganggu atau menghambat terapi ODS. Skor dua diberikan
pada nilai netral yakni bila info tak diketahui atau sedikit diketahui yang
memungkinkan mengganggu atau menghambat terapi ODS. Skor tiga pada nilai
positif bila informasi memungkinkan tindakan atau hal yang menunjang dalam
terapi ODS. Nilai positif dengan tambahan pengetahuan yang memadai diberikan
skor empat karena informasi dari keluarga menunjukkan pengetahuan keluarga
mengenai keadaan ODS secara mendalam sehingga memungkinkan membantu
atau berguna dalam terapi ODS.
Universitas Indonesia
Karakteristik sosio-demografi
Karakteristik sosio-demografi Faktor biologi
Faktor Ekonomi Awitan, duration of untreated psychotic, durasi -
Dukungan sosial sakit, antipsikotik
Kepribadian Karakteristik gejala, jenis perjalanan penyakit,
Psikopatologi Faktor ketidakpatuhan berobat
Ekspresi emosi
Beban perawatan Kekambuhan
Stigma
Pengetahuan
Keterangan:
: Saling memengaruhi
Universitas Indonesia
Data sosio-demografi
Ekspresi Emosi
Beban perawatan Kekambuhan
Stigma
Pengetahuan
Keterangan:
Universitas Indonesia
METODE PENELITIAN
Populasi target adalah pramurawat dari ODS yang dirawat di bangsal perawatan
jiwa di Jakarta. Populasi terjangkau adalah pramurawat dari ODS yang dirawat di
RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RS Khusus Daerah Duren Sawit. Sampel
adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan hal-hal terkait
penelitian ini.
Subjek penelitian diterima dan dilihat kesesuaiannya dengan kriteria inklusi, yaitu
sebagai berikut: subjek adalah keluarga sebagai pramurawat utama yang mengurus
ODS dalam setahun terakhir, terlibat langsung dalam perawatan pasien dan
20
Universitas Indonesia
mendukung secara emosional dan atau finansial, serta sebagai pihak yang paling
bertanggung jawab untuk pasien.
Universitas Indonesia
Penentuan besar sampel minimal dihitung memakai cara yang sesuai dengan jenis
penelitian. Pada penelitian ini dilakukan analisis univariat, bivariat dan analisis
multivariat. Penelitian ini mengambil penentuan jumlah sampel yang dilakukan
dengan:
-
Rule of thumbs dalam analisis regresi logistik.41,42 Variabel independen
dalam penelitian ini ada empat, sehingga jumlah sampel menjadi 40
subjek.
-
Rule of thumbs dengan koreksi.42 Prevalensi kekambuhan 50% pada
ODS, sedangkan kekambuhan pada ODS dengan ekspresi emosi tinggi
dalam perawatan sebesar 60%.5,6
o
Jumlah sampel dengan koreksi memakai prevalensi 50% adalah
(4 x 10)/0,5 = 80 subyek.
o
Jumlah sampel dengan koreksi memakai prevalensi 60% adalah
(4 x 10)/0,6 = 66,6 dibulatkan 67 subyek.
Penetapan jumlah sampel penelitian ini berdasarkan perhitungan terbanyak adalah
80 subyek.
1. Ekspresi Emosi adalah suatu wujud kesatuan emosi, sikap dan perilaku
yang diekspresikan oleh keluarga terhadap ODS yang terdiri dari critical
comments (CC) dan emotional overinvolvement (EOI). Pengertian ekspresi
emosi dalam penelitian ini adalah berdasarkan family questionnaire.
2. Beban perawatan adalah masalah, kesusahan maupun dampak yang
dirasakan dalam melakukan perawatan ODS. Pengertian beban perawatan
dalam penelitian ini adalah atas dasar burden assessment schedule.
3. Stigma merupakan suatu tanda yang berhubungan dengan keadaan tertentu
dalam hal ini terkait adanya skizofrenia. Penelitian ini membataskan
pengertian stigma sesuai stigma items.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Sebelum memulai hal ini, akan diberikan penjelasan lengkap kepada subyek
berkaitan dengan tujuan penelitian. Subyek yang sudah memahami ketentuan
penelitian, akan dimintakan untuk memberi persetujuan yang dituangkan
dalam bentuk informed consent tertulis.
3. Segala hal, data, informasi yang menyangkut pribadi dijaga kerahasiaannya
dan menjadi dokumen yang dipergunakan untuk pengembangan pelayanan
kesehatan jiwa saja.
Universitas Indonesia
c. Analisis multivariat:
Analisis dilanjutkan dengan analisis multivariat regresi logistik.
Penyeleksian variabel untuk analisis ini dilakukan dengan melihat
variabel independen yang pada analisis bivariat memiliki nilai p<0,25.41
Syarat-syarat pada analisis ini juga ditelaah dengan seksama.
Universitas Indonesia
Informed Consent
Memenuhi Kriteria Inklusi
Pramurawat ODS
FQ BAS SI KASI
Kekambuhan
Penyusunan tesis
Pemaparan tesis
Ujian tesis
Publikasi
Universitas Indonesia
HASIL PENELITIAN
28
Universitas Indonesia
durasi kontak selama sehari, pekerjaan, pendidikan, suku pramurawat. Pada data
mengenai jenis kelamin pramurawat didapatkan jumlah pramurawat perempuan
lebih banyak dari laki-laki. Pramurawat yang beragama Islam berjumlah paling
banyak. Pramurawat yang memiliki hubungan sebagai orang tua pasien berjumlah
paling banyak. Lama kontak yang dimaksud adalah suatu ukuran satuan waktu
dari mulai pramurawat berhubungan secara dekat dan tinggal bersama.
Pramurawat menghabiskan waktu lebih dari 12 jam dengan ODS adalah 48
pramurawat. Seluruh pramurawat yang ada dalam penelitian ini menghabiskan
waktu berhubungan dengan ODS dalam seminggu sesuai kriteria inklusi.
Pramurawat berasal dari suku Sunda adalah yang terbanyak dilanjutkan dengan
suku Jawa. Pramurawat dengan suku Minang dan Tapanuli berjumlah sama yaitu
masing-masing 12 orang. Terdapat 20 pramurawat yang berasal dari suku selain
Melayu, Minang, Tapanuli, Jawa, Sunda, Ambon. Suku Betawi terdapat pada 13
pramurawat. Keturunan Tionghoa terdapat 2 Pramurawat. Jumlah masing-masing
pramurawat keturunan Mataram 2 orang, Suku Bugis terdapat 1 pramurawat, suku
Minahasa 1 pramurawat, suku Banten 1 pramurawat. Pramurawat yang memiliki
pekerjaan berjumlah 43 orang dengan 65% ODS mengalami kekambuhan.
Pramurawat yang tak bekerja berjumlah 37 orang dengan 86,49% ODS mengalami
kekambuhan.
Universitas Indonesia
Agama Pramurawat
Islam 68 85.0
Kristen Protestan 10 12.5
Katholik 1 1.3
Budha 1 1.2
Pekerjaan Pramurawat
PNS 9 11.3
ABRI/POLRI 1 1.2
Wiraswasta 17 21.3
Karyawan Swasta 16 20.0
Tidak bekerja 37 46.2
Pendidikan Pramurawat
SLTP 24 30.0
SLTA 24 30.0
Akademi 10 12.5
S1 20 25.0
S2 2 2.5
Suku Pramurawat
Melayu 3 3.8
Minang 12 15.0
Tapanuli 12 15.0
Jawa 13 16.2
Sunda 18 22.5
Ambon 2 2.5
Lainnya 20 25.0
Universitas Indonesia
Data ODS dicatat terkait asal suku, jenis kelamin, agama, status pernikahan,
pendidikan, pekerjaan, urutan sebagai anak dalam keluarga. Suku Betawi terdapat
pada 13 ODS. Keturunan Tionghoa terdapat 2 ODS. Jumlah masing-masing ODS
keturunan Mataram 2 orang, suku Bugis 1 orang, suku Minahasa 1 orang, suku
Banten 1 orang. Pada penelitian ini paling banyak ODS yang berjenis kelamin
laki-laki. Sebagian besar ODS memeluk agama Islam. ODS yang berpendidikan
SLTA atau dibawahnya berjumlah lebih dari setengah jumlah ODS. ODS yang
tidak sekolah berjumlah 1 orang. Ada juga 1 ODS yang berhasil menyandang
predikat lulusan S2. Pekerjaan ODS beragam, walaupun kebanyakan tidak bekerja
atau ibu rumah tangga. Pada ODS juga dicatat mengenai urutan sebagai anak
dalam keluarga. Dari data didapatkan juga 1 ODS yang merupakan anak tunggal.
Universitas Indonesia
Suku Pasien
Melayu 4 5.0
Minang 12 15.0
Tapanuli 13 16.2
Jawa 11 13.8
Sunda 18 22.5
Ambon 2 2.5
Lainnya 20 25.0
Agama ODS
Islam 66 82.5
Kristen Protestan 11 13.8
Katholik 2 2.5
Budha 1 1.2
Pendidikan ODS
Tidak sekolah 1 1.3
SD 5 6.2
SLTP 11 13.8
SLTA 36 45.0
Akademi 10 12.5
S1 14 17.5
S2 1 1.2
Kursus informal 2 2.5
Pekerjaan ODS
PNS 5 6.2
Wiraswasta 4 5.0
Karyawan Swasta 23 28.8
Tak bekerja 48 60.0
Pada ODS juga dicatat data terkait karakteristik klinis. Hal ini termasuk usia
awitan, usia pertama kali dirawat di bangsal psikiatri, durasi tidak konsumsi obat
Universitas Indonesia
terakhir kali, alasan perawatan saat ini, serta total jumlah perawatan di bangsal
psikiatri. Pada tabel dijabarkan mengenai usia awitan ODS. Terlihat usia awitan
terbanyak pada rentang usia 20-24 tahun. Usia ODS saat pertama kali dirawat dan
yang paling banyak terlihat pada rentang usia yang sama dengan awitan. Pada
tabel juga ditampilkan jumlah total perawatan ODS selama ini. Terdapat 10%
ODS yang pernah dirawat lebih dari 12 kali. Jumlah terbanyak perawatan adalah
2-3 kali perawatan yaitu sebesar 41%.
Syarat keiikut-sertaan ODS dalam penelitian adalah ODS teratur minum obat
(maksimal tidak mengonsumsi obat selama dua minggu). Jumlah terbanyak adalah
ODS yang tidak mengonsumsi obat dalam dua minggu terakhir. Jumlah ODS yang
tidak minum obat dalam durasi kurang dari 2 minggu sebesar 60%. ODS di antara
kelompok ini yang mengalami ekspresi emosi tinggi berjumlah 79,16% dan
81,25% mengalami kekambuhan. Jumlah ODS yang minum obat teratur 40%.
ODS di antara kelompok ini berasal dari keluarga dengan ekspresi emosi tinggi
berjumlah 75% dan 65,62% mengalami kekambuhan. Pengetahuan pramurawat
dari ODS yang minum obat teratur menunjukkan tidak cukup pada pengetahuan
terkait diagnosis (68,75%), penyebab (75%), pengobatan (62,5%), prognosis
(50%). Pengetahuan pramurawat dari ODS yang tidak minum obat kurang dari 2
minggu menunjukkan tidak cukup pada pengetahuan terkait diagnosis (68,75%),
penyebab (75%), pengobatan (77%).
Universitas Indonesia
Usia Awitan
Kurang dari 18 tahun 15 18.7
18-19 tahun 8 10.0
20-24 tahun 31 38.8
25-29 tahun 16 20.0
30-35 tahun 8 10.0
Lebih dari 35 tahun 2 2.5
Total Perawatan
2-3 kali 41 51.2
4-6 kali 24 30.0
6-8 kali 3 3.8
9-12 kali 4 5.0
Lebih dari 12 kali 8 10.0
Dalam penelitian ini didapatkan jumlah ODS laki-laki (n=55) yang jumlahnya
lebih dari dua kali jumlah ODS perempuan (n=25). Usia rata-rata ODS laki-laki
(33 tahun) relatif lebih muda tiga tahun dibanding ODS perempuan (36 tahun).
Dari status pernikahan, terlihat bahwa antara ODS laki-laki dan perempuan
memiliki pola yang serupa. ODS kebanyakan tidak menikah, sebagian dari yang
pernah menikah mengalami perceraian (38,46%). ODS kebanyakan berasal dari
suku Sunda. ODS laki-laki dan perempuan sama dalam hal jumlah terbanyak
Universitas Indonesia
terkait latar pendidikan SLTA, status tidak bekerja, urutan sebagai anak dalam
keluarga.
Pada karakteristik klinis ODS, jumlah terbanyak terkait usia awitan dan usia
pertama kali dirawat ODS laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan yaitu pada
rentang usia 20-24 tahun. Usia perawatan pertama ODS laki-laki yang berusia
lebih dari 35 tahun berjumlah lima orang dibanding dengan usia kurang dari 18
tahun yang berjumlah 10 orang. Hal ini cukup kontras dibandingkan pada ODS
perempuan dengan usia perawatan pertama yang paling sedikit adalah yang
berusia kurang dari 18 tahun.
ODS paling sedikit dirawat dua kali termasuk saat penelitian. Penelitian
menemukan jumlah perawatan ODS laki-laki dan perempuan sama besar yaitu 2-3
kali. Jumlah perawatan yang paling sedikit adalah 9-12 kali perawatan pada ODS
laki-laki. ODS perempuan dengan jumlah perawatan paling sedikit adalah lebih
dari 12 kali. ODS laki-laki yang mengalami kekambuhan lebih banyak
persentasenya dibanding ODS perempuan. Hal ini terlihat dari 81,81% atau 45
ODS laki-laki mengalami kekambuhan, sedangkan ODS perempuan yang
mengalami kekambuhan adalah 60% atau 15 ODS.
Pramurawat ODS yang menjadi subyek penelitian ini dinilai mengenai hal yang ia
alami selama merawat ODS dalam hal ekspresi emosi, beban perawatan, stigma
yang dialami pramurawat dan pengetahuan pramurawat tentang skizofrenia.
Pramurawat laki-laki berjumlah lebih sedikit dari pada pramurawat perempuan.
Ekspresi emosi tinggi lebih banyak didapati pada pramurawat perempuan dari
pramurawat laki-laki. Hal serupa juga terjadi terkait pengalaman stigma.
Pramurawat laki-laki dan perempuan yang mengalami beban perawatan berat
jumlahnya berbeda 1%. Pramurawat perempuan yang mempunyai pengetahuan
yang cukup berjumlah lebih banyak persentasenya dibanding pramurawat laki-
laki.
Universitas Indonesia
Pramurawat ODS berjenis kelamin laki-laki berjumlah 35% dengan ODS yang
mengalami kekambuhan berjumlah 67,85% atau 19 orang. Pramurawat ODS
berjenis kelamin perempuan berjumlah 65% dengan 41 (78,84%) ODS mengalami
kekambuhan. Para pramurawat memiliki berbagai pekerjaan yang memungkinkan
untuk berkontak dengan ODS dalam jumlah waktu tertentu. Pramurawat dengan
pekerjaan pegawai negeri sipil (PNS) yang dapat berkontak dengan ODS selama
12 jam sehari sebanyak 66,6%, selama 6-12 jam sehari 22,2%, selama 1-6 jam
sehari 11,1%. Jumlah ODS yang mengalami kekambuhan dari pramurawat dengan
pekerjaan PNS adalah 55,5%. Sebesar 44,4% keluarga tersebut mengalami
ekspresi emosi tinggi. Pramurawat dengan pekerjaan militer satu orang dengan
waktu berkontak dengan ODS 6-12 jam sehari, ekspresi emosi tinggi dan ODS
mengalami kekambuhan. Pramurawat dengan pekerjaan karyawan swasta yang
dapat berkontak dengan ODS selama 12 jam sehari sebanyak 50%, selama 6-12
jam sehari 37,5%, selama 1-6 jam sehari 12,5%. Jumlah ODS yang mengalami
kekambuhan dari pramurawat dengan pekerjaan karyawan swasta adalah 43,75%.
Sebesar 56,25% keluarga tersebut mengalami ekspresi emosi tinggi.
Universitas Indonesia
Tabel 4.4 Gambaran Pengalaman Pramurawat Terkait Ekspresi Emosi, Beban Perawatan, Stigma dan Pengetahuan
yang Dimiliki Pramurawat
ODS yang mengalami kekambuhan berjumlah 60 orang atau 75%. ODS yang
tidak mengalami kekambuhan sekitar 20 orang atau 25%. Ekspresi emosi tinggi
terjadi pada 62 pramurawat atau 77,5% dengan 56 atau 90,3% ODS di antaranya
mengalami kekambuhan. Ekspresi emosi rendah terjadi pada 18 pramurawat atau
sekitar 22,3%. Sekitar 14 orang atau 77,8% ODS tidak mengalami kekambuhan.
Beban perawatan yang berat dialami 85% pramurawat atau sekitar 68 orang,
sedangkan yang tidak mengalami hal itu sekitar 15% atau 12 pramurawat. ODS
yang mengalami kekambuhan pada pramurawat yang mengalami beban berat
adalah 57 ODS atau 83,8%, sedangkan jumlahnya lebih kecil pada ODS dari
pramurawat yang memiliki beban ringan sekitar 25% atau 3 ODS.
Pada pramurawat yang memiliki beban perawatan ringan, ODS yang tidak
kambuh 9 orang atau 75%. Pramurawat yang mengalami stigma berat terkait ODS
adalah 63 orang atau 78,75%. ODS yang mengalami kekambuhan pada
pramurawat yang mengalami stigma berat adalah 56 orang atau 88,9%. Pada
pramurawat yang mengalami stigma rendah yaitu 17 orang atau 21,25%, ODS
yang mengalami kekambuhan 4 orang atau 23,5%. Pramurawat yang memiliki
pengetahuan cukup mengenai skizofrenia berjumlah 35 orang atau 43,7% dengan
Universitas Indonesia
Hasil analisis multivariat dari ekspresi emosi, beban perawatan, stigma yang
dialami pramurawat, pengetahuan terhadap kekambuhan dilakukan dengan
analisis regresi logistik. Ekspresi emosi dan stigma berhubungan dengan
kekambuhan, sedangkan yang lainnya dalam penelitian ini tidak terbukti secara
statistik hubungannya. Ekspresi emosi berhubungan dengan kekambuhan dengan
nilai p=0,006, OR 13,403, rentang kepercayaan 95% CI 2,132 sampai 84,265.
Stigma yang dialami pramurawat berhubungan dengan kekambuhan dengan nilai
p=0,004, OR 16,230, rentang kepercayaan 95% CI 2,455 sampai 107,316. Nilai p
pada stigma terhadap kekambuhan ODS (p=0.004) lebih kecil dari nilai p ekspresi
emosi dengan kekambuhan (p=0.006). Hubungan antara stigma yang dialami
Universitas Indonesia
pramurawat dengan kekambuhan ODS lebih kuat dari hubungan antara ekspresi
emosi pramurawat dengan kekambuhan ODS.
Universitas Indonesia
Tabel 4.5 Hubungan Ekspresi Emosi, Beban Perawatan, Stigma dan Pengetahuan Pramurawat Terhadap
Kekambuhan ODS
Universitas Indonesia
Tabel 4.6 Analisis Bivariat Hubungan Ekspresi Emosi, Beban Perawatan, Stigma dan Pengetahuan Pramurawat
terhadap Kekambuhan ODS
Universitas Indonesia
(rerata) laksana
Valid 80 80 80 80 80 80 80
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Std. Error of Skewness .269 .269 .269 .269 .269 .269 .269
Kurtosis -1.193 .833 -.047 .806 .514 -.198 -.400
Std. Error of Kurtosis .532 .532 .532 .532 .532 .532 .532
Minimum 2 1 1 1 1 1 1
Maximum 4 4 4 4 4 4 4
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
PEMBAHASAN
Secara klinis ODS yang dirawat paling banyak usia awitannya antara 20-24 tahun
pada ODS laki-laki dan perempuan. Usia awitan antara ODS laki-laki dan
perempuan berbeda pada kelompok usia tertentu yaitu, usia awitan kurang dari 18
tahun lebih banyak dialami oleh ODS laki-laki yaitu 13 atau 23,63% ODS,
dibanding ODS perempuan yang hanya terdapat 2 ODS. Pada perempuan jumlah
usia awitan yang cukup tinggi adalah antara 25-29 tahun sebesar 24%. Hal ini
sesuai dengan penelitian terkait usia awitan ODS laki-laki dan perempuan yang
45
Universitas Indonesia
menunjukkan bahwa ODS laki-laki mengalami gejala awal saat usia 15-25 tahun,
sedang perempuan 25-35 tahun.45
Universitas Indonesia
Penelitian Andriza pada tahun 2008 di Riau menunjukkan tidak ada hubungan
bermakna antara derajat stigma yang dialami keluarga dengan frekuensi perawatan
kembali.18 Penelitian dilakukan pada 106 keluarga Pasien skizofrenia di RSJ
Tampan, Riau.18 Hal ini berbeda dengan hasil dalam penelitian ini yang
menunjukkan hubungan stigma yang dialami pramurawat dengan kekambuhan
ODS yang bermakna pada semua analisis statistik.
Universitas Indonesia
Penelitian ini menemukan adanya hubungan ekspresi emosi dan stigma terhadap
kekambuhan ODS. Ekspresi emosi tinggi terjadi pada 62 pramurawat dengan 52
ODS mengalami kekambuhan. Ekspresi emosi tinggi terjadi cukup banyak
melebihi separuh jumlah sampel yang sesuai dengan beberapa penelitian tentang
ekspresi emosi.47 Pada penelitian oleh Ikram dan rekan tahun 2011 di Israel
terdapat 75% keluarga mengalami ekspresi emosi tinggi dengan 59% diantaranya
menunjukkan angka tinggi untuk hostilitas.47 Pada penelitian itu juga ditemukan
adanya hubungan antara ekspresi emosi tinggi dengan kekambuhan ODS.
Penelitian tersebut melakukan pemeriksaan ekspresi emosi dengan camberwell
family interview dan five minute speech of sample. Hal ini berbeda dengan
penelitian ini yang menggunakan family questionnaire dengan domain yang lebih
sedikit. Sebuah penelitian lain oleh Marom pada tahun 2005 dengan pemantauan
selama tujuh tahun terhadap 108 pasien ditemukan bahwa ekspresi emosi sebagai
faktor kekambuhan.48
Data-data tersebut menunjukkan ekspresi emosi yang diperiksa dengan cara yang
berbeda pada beberapa penelitian menunjukkan kesamaan dalam hubungannya
dengan kekambuhan ODS. Ekspresi emosi menjadi faktor penting dalam
terjadinya kekambuhan ODS.3,5,47,48 Hal ini menunjukkan pentingnya intervensi
terhadap ekspresi emosi tinggi. Salah satu bentuk intervensi adalah psikoedukasi
Universitas Indonesia
Ekspresi emosi dan stigma bukan faktor tunggal dalam terjadinya kekambuhan
ODS. Sebuah penelitian oleh Sariah tahun 2012 di Muhimbili menunjukkan
ketidakpatuhan terhadap pengobatan, kurangnya dukungan keluarga, kejadian
dalam hidup dan penggunaan zat menjadi faktor penting terjadi kekambuhan.49
Penelitian tersebut menemukan faktor pelindung terhadap kekambuhan ODS
adalah dukungan keluarga, kepatuhan pengobatan, pekerjaan dan agama.49
Penelitian tersebut menyarankan psikoedukasi dan kunjungan rumah oleh petugas
sebagai sesuatu yang mencegah kekambuhan.49 Psikoedukasi dikatakan dapat
meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki sikap pramurawat terhadap ODS.50
Universitas Indonesia
Pramurawat dengan pendidikan terakhir SLTP atau SLTA berjumlah lebih banyak
dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi. Pramurawat dengan pendidikan
SLTP atau SLTA yang memiliki pengetahuan tidak cukup tentang skizofrenia
berjumlah 77,09%. Pramurawat dengan pendidikan terakhir sekolah tinggi
memiliki pengetahuan cukup tentang skizofrenia berjumlah 75%. Hal ini
menunjukkan pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang.
Penelitian RCT untuk melihat perbandingan antara efek mutual support group
dengan kelompok yang mendapat psikoedukasi dan terapi standar, dilakukan pada
tahun 2006 di Hong-Kong. Sebanyak 96 keluarga ODS pada latar rawat jalan: 32
keluarga mendapat mutual support group, 33 keluarga mendapat psikoedukasi, 31
keluarga mendapat terapi standar. Intervensi dilakukan selama 6 bulan dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6.1. SIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara ekspresi emosi
pramurawat dengan kekambuhan ODS. Stigma yang dialami pramurawat juga
berhubungan dengan kekambuhan ODS. Beban perawatan hanya berhubungan
dengan kekambuhan ODS pada analisis bivariat. Analisis multivariat menemukan
bahwa beban perawatan dan pengetahuan pramurawat terkait skizofrenia tidak
berhubungan dengan kekambuhan ODS. Hipotesis penelitian terjawab dengan
adanya hubungan bermakna antara ekspresi emosi dan stigma yang dialami
pramurawat terhadap kekambuhan ODS.
6.2. SARAN
53
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Salam untuk Bapak dan Ibu, sekarang ini kami dari Departemen Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), RSUPN Cipto
Mangunkusumo (RSCM), serta RS Khusus Daerah Duren Sawit sedang
melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan antara Ekspresi Emosi,
Beban Perawatan, Stigma, Pengetahuan yang Dimiliki Pramurawat terhadap
Terjadinya Kekambuhan Orang dengan Skizofrenia”.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan hasil akhir berupa
penjelasan mengenai hubungan ekspresi emosi beban perawatan, stigma,
pengetahuan yang dimiliki pramurawat dengan kekambuhan ODS (orang dengan
skizofrenia) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan RS Khusus Daerah Duren
Sawit. Dari penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi pasien, keluarga dan
dokter berupa pengetahuan adanya suatu ekspresi emosi, beban perawatan, stigma,
pengetahuan pramurawat dengan terjadinya kekambuhan. Hal-hal tersebut
kemudian menjadi landasan untuk melakukan tindakan terkait untuk mencegah
terjadinya kekambuhan pada orang yang mengalami skizofrenia. Dalam hal ini
tidak ada risiko bagi anda dan keluarga yang mungkin terjadi akibat keikutsertaan
dalam penelitian.
Anda diajak berpartisipasi pada penelitian ini, terkait keadaan yang dialami
anggota keluarga anda. Bagi anda yang berminat untuk berpartisipasi pada
penelitian, maka ada beberapa tahap yang akan dilakukan seperti berikut ini:
1. Pada keluarga anda yang mengalami hal ini akan dinilai mengenai
keadaannya saat ini
2. Pada anda, wawancara dilakukan untuk mengetahui hal terkait sosio-
demografi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 2
Jakarta,___/____________2013
( nama: ) (nama:________________________)
Saksi Responden
Universitas Indonesia
Lampiran 3
Data Sosio-Demografi Responden
No. Responden : .........................
Tanggal Pengisian : .........................
Di Rumah Sakit :…………………..
Pertanyaan ditujukan pada keluarga yang merawat (Pramurawat Utama)
pasien,
Bagian 1: mengenai anda (keluarga yang merawat)
1. Nama keluarga yang merawat pasien: …………………………………………
2. Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
3. Umur: ………………………………………………………………………….
4. Tanggal lahir: ……………../…………………………./………………..……..
5. A. Agama : 1.Islam 2.Kristen Protestan 3.Katholik
4. Hindu 5.Budha 6. Lainnya
5. Akademi 6. S1 7. S2 8. lainnya
11. Alamat:……………………………………………………………………………
nomor…………Rt……………Rw…………Kabupaten/Kodya………………...
Propinsi……………………………kode pos.………. Alamat e-mail:……….
Nomor telepon: …………………………nomor telepon
genggam:………………………….
Universitas Indonesia
Bagian 2: data mengenai keluarga anda yang mengalami hal ini (Pasien)
12. Nama pasien:………………………………………………………………………
13. Jenis kelamin: 1.Laki-laki 2.Perempuan
14. Umur: ……………………………… tanggal
lahir:………………/……………./………….
15. Agama: 1.Islam 2.Kristen Protestan 3.Katholik
4. Hindu 5.Budha 6. Lain
23. Usia saat pertama kali pasien dirawat (di bangsal bagian Jiwa/psikiatri) terkait hal
ini:
1.Kurang dari 18 tahun 2. 18-19 tahun
3.20-24 tahun 4.25-29 tahun
5.30-35 tahun 6.Lebih dari 35 tahun
24. Jumlah rawat inap (perawatan di bangsal bagian jiwa) dalam 1 (satu) tahun
terakhir adalah…………….. kali
(yang dimaksud adalah jumlah perawatan sebelum perawatan yang sekarang
atau jumlah yang dimaksud tidak termasuk perawatan yang sekarang, dalam
kurun waktu satu tahun terakhir):
25. Jumlah total atau keseluruhan perawatan selama ini berjumlah (sejak pertama
kali dirawat hingga perawatan yang sekarang)………………………. kali
1. 2-3kali 2. 4-6 kali 3. 6-8 kali
4. 9-12 kali 5. Lebih dari 12 kali
Universitas Indonesia
4. Lain-lain,
sebutkan…………………………………………………………………
Universitas Indonesia
Lampiran 4
Universitas Indonesia
Lampiran 5
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 6
Universitas Indonesia
Lampiran 7
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 8
Universitas Indonesia