Anda di halaman 1dari 101

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN DEMAM TYPHOID


DI RUMAH SAKIT IDAMAN BANJARBARU

Proposal
Proposal Karya Tulis Ilmiah guna memenuhi sebagian syarat
memperoleh predikat Ahli Madya Keperawatan

Oleh :
Sophia Al Hady
NIM P07120118116

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
KEPERAWATAN
2020

1
@ 2020
Hak Cipta pada Penulis

2
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL KTI

Proposal Karya Tulis Ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak

Dengan Demam Typhoid Di Rumah Sakit Idaman Banjarbaru” oleh Sophia

Al Hady, NIM. P07120118116 telah disetujui untuk diajukan dihadapan Tim

Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Banjarmasin Program Studi Diploma III Jurusan Keperawatan dalam rangka

memperoleh predikat Ahli Madya Keperawatan.

Banjarbaru, Februari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Hj. Ainun Sajidah, S. Kep., Ns., M.Biomed Hj. Zainab, S.ST., M.Kes
NIP. 197608082003122002 NIP. 197603222002122001

3
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL KTI

Proposal Karya Tulis Ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak

Dengan Demam Typhoid Di Rumah Sakit Idaman Banjarbaru” oleh Sophia

Al Hady, NIM. P07120118116 telah dipertahankan untuk diajukan di hadapan

Tim Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Jurusan Keperawatan dalam rangka memperoleh predikat Ahli Madya

Keperawatan.

Banjarbaru, Februari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Hj. Ainun Sajidah, S.Kep., Ns., M.Biomed Hj. Zainab, S.ST., M.Kes
NIP. 197608082003122002 NIP. 197603222002122001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Banjarmasin

Agus Rachmadi, A. Kep, S. Pd,M.Si, Med


NIP. 196808101990031004

Susunan Tim Penguji Proposal KTI


1. Hj. Ainun Sajidah, S.Kep., Ns., M.Biomed (………………..)
2. Hj. Zainab, S.ST., M.Kes (………………..)
3. Evy Marlinda, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An (………………..)

4
SURAT PENYATAAN TENTANG ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


Nama : Sophia Al Hady
NIM : P07120118116
Angkatan : 2018
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul :

“Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Typhoid Di


Rumah Sakit Idaman Banjarbaru”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka
saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Banjarbaru, Februari 2020


Penulis,

(Sophia Al Hady)

v
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Sophia Al Hady


Nama Panggilan : Al Hady
TTL : Sungai Pinang, 10 Januari 2000
NIM : P07120118116
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar
Alamat : Jl.Alabio-Danau Panggang, RT.001 RW.001 No.024 Desa
Rantau Bujur Tengah Kec. Sungai Tabukan Kab. Hulu
Sungai Utara, Kalimantan Selatan
No.Hp/WA : 082251507049
Email : sophiaalhady09@gmail.com
Nama Orang Tua
Ayah : Fauzi
Ibu : Jahrah
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Swasta
Ibu : Swasta
Riwayat Pendidikan :
1. TK RA Darun Najah (Tahun 2003-2005)
2. MINU Darun Najah (Tahun 2005-2011)
3. MTsN 4 Hulu Sungai Utara (Tahun 2011-2014)
4. MAN 2 Hulu Sungai Utara (Tahun 2014-2017)
5. Politeknik Banjarmasin Program Studi Diploma III Jurusan Keperawatan
(2018– Sekarang)

vi
Prestasi/Pencapaian
1. SD :
- Juara 3 lomba Menggambar Tingkat SD/MI se- se-Kabupaten Hulu
Sungai Selatan tahun 2010
2. SMA :
- Juara 1 OSN Biologi tingkat SMA/MA se-Kabupaten Hulu Sungai
Utara tahun 2016
- Juara 2 KSM Biologi tingkat SMA/MA se-Kabupaten Hulu Sungai
Utara tahun 2016
- Juara 4 Lomba Statistika dan Matematika tingkat SMA/MA se-
Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2016

Organisasi/Kegiatan
1. SD : Pramuka, Silat
2. MTs : Pramuka, Silat
3. SMA : Pramuka (Tahun 2014-2016)
PMR (Tahun 2014-2016)
Ekstrakurikuler Futsal dan Habsyi (Tahun 2014-2016)
4. PT : UKM Futsal (Tahun 2018-2019)
Koordinor Divisi Sosial Masyarakat BEM (Tahun 2019-2020)
Dewan Perwakilan Mahasiswa (Tahun 2020-Sekarang)
5. Ekternal : Tidak ada

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, ridho dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Karya

Tulis Ilmiah dengan baik. Proposal KTI dengan judul “Asuhan Keperawatan

Pada Anak Dengan Demam Typhoid Di Rumah Sakit Idaman Banjarbaru”

dibuat sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma

III Jurusan Keperawatan di Politeknik Kesehatan Banjarmasin.

Keterbatasan kemampuan penulisan dan kesulitan dalam pencarian

literatur membuat penulis tidak sedikit mengalami hambatan, namun berkat dari

bantuan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah

ini dapat selesai dengan tepat waktu. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Mahpolah, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Banjarmasin.

2. Bapak Dr. Agus Rachmadi, S.Pd., A.Kep.,M.Si,Med selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin.

3. Ibu. Hj. Zainab, S.ST., M.Kes selaku ketua Prodi Diploma III Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin serta selaku pembimbing II

yang sangat berperan dalam menyelesaikan penyusunan proposal Karya

Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Hj. Ainun Sajidah, S.Kep., Ns., M.Biomed selaku pembimbing I yang

sangat berperan dalam menyelesaikan penyusunan proposal Karya Tulis

Ilmiah ini.

viii
5. Ibu. Evy Marlinda, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An selaku Penguji

proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Dosen-dosen pengajar serta staf pendidikan Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Banjarmasin.

7. Seluruh jajaran staf akademik dan administrasi kemahasiswaan Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin atas kerjasama, dukungan

dan bantuan yang telah diberikan selama ini.

8. Direktur RSD Idaman Banjarbaru beserta semua pihak RSD Idaman

Banjarbaru

9. Kepala Ruang Anak RSD Idaman Banjarbaru beserta semua pihak di

Ruang Anak RSD Idaman Banjarbaru

10. Kedua Orang tua dan adik-adik saya yang selalu mendoakan kesuksesan dan

kelancaran urusan saya selama ini.

11. Semua keluarga saya yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun

material dan doa yang selalu dipanjatkan untuk kelancaran pembuatan

proposal Karya Tulis Ilmiah ini

12. Semua orang yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama

pembuatan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

13. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2018 dan semua pihak yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu yang secara langsung maupun tidak langsung

dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran dalam penyusunan proposal

Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga seluruh bantuan dan kerjasama yang diberikan semua pihak

mendapatkan ridho dan nilai amal yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Esa.

ix
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan proposal ini, karena itu

penulis mohon arahan saran dan kritik yang sifatnya menyempurnakan proposal

penelitian ini.

Banjarbaru, Februari 2021

Penulis

x
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
TAHUN 2021
ABSTRAK
Karya Tulis Ilmiah
SOPHIA AL HADY
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM TYPHOID
DI RUMAH SAKIT IDAMAN BANJARBARU
Ainun Sajidah & Zainab
xi +66 halaman ; + 2 tabel ; 2 gambar + 4 lampiran

xi
MINISTRY OF HEALTH REPUBLIC INDONESIA
HEALTH POLYTECHNIC OF BANJARMASIN
DIPLOMA III STUDY PROGRAM NURSING
YEAR 2021
ABSTRACT
Final Task Report
SOPHIA AL HADY
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM TYPHOID
DI RUMAH SAKIT IDAMAN BANJARBARU
Ainun Sajidah & Zainab
xii +66 pages ; + 2 tables ; 2 images + 4 attachments

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii


HALAMAN PENGESAHAN SEBELUM UJIAN PROPOSAL...........................iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................v
HALAMAN

RIWAYAT HIDUP...............................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
ABSTRAK..............................................................................................................xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL..................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH.........................xviii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..……..1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................7
1. Tujuan Umum.....................................................................................7
2. Tujuan Khusus....................................................................................7
D. Manfaat Penelitian...................................................................................8
1. Secara Teoritis....................................................................................8
2. Secara Praktis......................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................10
A. Konsep Dasar Penyakit..........................................................................10
1. Definisi..............................................................................................10
2. Anatomi dan Fisiologi.......................................................................12
3. Klasifikasi.........................................................................................21
4. Etiologi.............................................................................................22
5. Epideomologi....................................................................................24
6. Manifestasi klinis..............................................................................26
7. Patofisiologi......................................................................................29

xiii
8. Pathway.............................................................................................32
9. Penatalaksanaan................................................................................33
10.Pemeriksaan Penunjang....................................................................34
11.Komplikasi.......................................................................................37
B. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................39
1. Pengkajian Keperawatan...................................................................39
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul................................45
3. Intervensi dan Rasional Penelitian....................................................46
4. Implementasi Keperawatan...............................................................56
5. Evaluasi Keperawatan.......................................................................56
BAB III Metode Penulisan.....................................................................................58
A. Rancangan.............................................................................................58
B. Subjek Asuhan keperawatan..................................................................58
C. Fokus Asuhan keperawatan...................................................................59
D. Definisi Operasional Asuhan keperawatan...........................................59
E. Metode Pengumpulan Data...................................................................61
F. Tempat dan Waktu Asuhan keperawatan..............................................62
G. Analisis dan Penyajian Data Asuhan keperawatan...............................62
1. Analisa Dara......................................................................................62
2. Penyajian Data..................................................................................63
H. Etika Penelitian......................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................66
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan pada Pasien Demam Typhoid ..................... 47


Tabel 3.1 Agenda Kegiatan dan Waktu Asuhan keperawatan............................ 62

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan .................................12


Gambar 2.2 Pathway Demam typhoid.............................................................32

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Mengikuti Asuhan keperawatan


Lampiran 2 Form Informed Consent/ Lembar Persetujuan Pasien
Lampiran 3 Format Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Demam Typhoid
Lampiran 4 Lembar Konsultasi LTA Pembimbing I
Lampiran 5 Lembar Konsultasi LTA Pembimbing II

xvii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

Daftar Singkatan

WHO = World Health Organization

Kemenkes = Kementerian Kesehatan

Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar

NIC = Nursing Interventions Classification

NOC = Nursing Outcomes Classification

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam thypoid (Typhoid fever) adalah penyakit infeksi

sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Biasanya

bakteri ini menular melalui makanan atau air yang sudah

terkontaminasi. Penyakit ini bersifat mudah menular dan dapat

menyerang banyak orang terutama pada wilayah dengan sanitasi buruk

dan kurangnya sumber air minum yang bersih. Pada demam thypoid

gejala yang ditimbulkan seringkali bersifat tidak spesifik dan secara

klinis tidak dapat dibedakan dari penyakit demam lainnya. Namun,

tingkat keparahan dari demam ini bervariasi dan pada kasus yang parah

dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan kematian. (WHO, 2019).

Kasus demam thypoid lazim ditemui pada daerah tropis dan

subtropis dan sangat erat kaitannya dengan sanitasi yangjelek di suatu

masyarakat. Penularan penyakit ini lebih mudah terjadi di masyarakat

yang padat seperti urbanisasi di negara yang sedang berkembang

dimana sarana kebersihan lingkungan dan air minum bersih belum

terpenuhi dengan baik. Demam typhoid termasuk penyakit menular

yangtercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang

wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang

mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat

menimbulkan wabah. (Ranuh, 2013).

xix
Menurut perkiraan terbaru World Health Organization (WHO),

di seluruh dunia terdapat 11 hingga 21 juta kasus demam thypoid

dengan angka kematian sekitar 128 ribu hingga 161 ribu setiap

tahunnya. Dari data tersebut, Asia menempati urutan tertinggi kasus

demam thypoid dengan angka 13 juta kasus yang terjadi setiap tahun.

(WHO, 2019).

Kasus demam thypoid di Indonesia sendiri tergolong masih

tinggi yaitu dengan insidens rate 358 kasus per 100.000 penduduk

pedesaan dan 810 kasus per 100.000 penduduk perkotaan per tahun

dengan rata-rata kasus per tahun 600.000 – 1.500.000 penderita.

Sedangkan angka kematiannya juga tergolong masih tinggi dengan

CFR sebesar 10%. Tingginya kasus penyakit demam thypoid di negara

berkembang sangat erat kaitannya dengan status ekonomi serta

keadaan sanitasi lingkungan di negara yang bersangkutan. (Riskesdas,

2013). Penyakit demam thypoid di Indonesia bersifat endemic

(penyakit yang selalu ada dimasyarakat sepanjang waktu walaupun

dengan angka kejadian yang kecil). Prevalensi nasional untuk demam

thypoid (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan) adalah 1,60%.

Sebanyak 14 Provinsi mempunyai prevalensi demam thypoid diatas

prevalensi nasional yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (2,96%),

Bengkulu (1,60%), Jawa Barat (2,14%), Jawa Tengah (1,61%), Banten

(2,24%), NTB (1,93%), NTT (2,33%), Kalimantan Selatan (1,95%),

Kalimantan Timur (1,80%), Sulawesi Selatan (1,80%), Sulawesi

xx
Tengah (1,65%), Gorontalo (2,25%), Papua Barat (2,39%), dan Papua

(2,11%). (Riskesdas, 2013).

Menurut Wulandari (2018) demam thypoid termasuk dalam 10

penyakit tertinggi di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Angka

kejadian demam thypoid di Provinsi Kalimantan Selatan tercatat

sebanyak 2991 kasus terhitung dari bulan Januari 2018 sampai dengan

September 2018, Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten

Banjarbaru tahun 2017, angka kejadian kasus demam thypoid

sebanyak 79 orang tercatat dalam laporan kunjungan tiap puskesmasdi

kota Banjarbaru. Sedangkan dari data rekam medik RSD Idaman

Banjarbaru di ruang anak dalam 2 tahun terakhir, Demam typhoid

menempati urutan kelima dari 10 besar penyakit umum di RSD Idaman

Banjarbaru dengan angka kejadian di tahun 2019 sebanyak 466 kasus

dan pada tahun 2020 sebanyak 195 kasus. Hal ini menandakan bahwa

terdapat penurunan kasus demam typhoid dalam setahun terakhir,

namun kasus demam typhoid pada anak bersifat endemic di kawasan

kota banjarbaru sehingga berdasarkan kasus tersebut maka perlu

diberikan asuhan keperawatan anak yang komprehensif dari

pengkajian sampai evaluasi untuk menghindari kejadian berulang dan

komplikasi demam typhoid.

Prevalensi tertinggi demam typhoid di Indonesia terjadi pada

kelompok usia anak 5-14 tahun. Pada usia 5-14 tahun merupakan usia

anak yang kurang memperhatikan kebersihan diri dan sering

melakukan kebiasaan jajan yang sembarangan sehingga resiko tinggi

xxi
tertular penyakit demam typhoid. Tingginya prevalensi kasus demam

thypoid di usia anak 5-14 tahun menandakan bahwa masalah kesehatan

anak di usia tersebut belum dapat teratasi dengan baik. Kesehatan anak

merupakan salah satu masalah utama bidang kesehatan yang saat ini

menjadi masalah utama di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hal

ini dikarenakan anak adalah generasi penerus bangsa, maka derajat

kesehatan anak merupakan cerminan langsung derajat kesehatan

sebuah bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa

mempunyai kemampuan dan potensi yang dapat dikembangkan dalam

meneruskan dan meningkatkan pembangunan bangsa. Anak yang

kesehatannya terganggu akibat demam thypoid dapat menghambat

proses tumbuh kembangnya, menurunkan produktivitasnya,

meningkatkan angka ketidakhadiran anak sekolah dikarenakan masa

penyembuhan dan pemulihannya yang cukup lama, dan dari aspek

ekonomi, biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. (Elisabeth Purba, dkk

2016).

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Sari di Mojokerto

ditemukan pada penderita demam typhoid yang melakukan

pemeriksaan test Widal mengalami masalah hipertermia sebesar 100%

(Sari 2016). Berdasarkan masalah diatas Peningkatan suhu tubuh

(hipertermia) pada demam thypoid merupakan keluhan utama yang

harus diatasi. Demam yang tidak segera di atasi atau berkepanjangan

akan menyebabkan kejang demam pada anak, dehidrasi bahkan terjadi

syok, selain itu demam typhoid pada anak dapat memberikan dampak

xxii
terhadap tumbuh kembangnya. Hal ini terjadi dikarenakan pada anak,

terutama di usia sekolah (usia 5 sampai 14 tahun), merupakan salah

satu masa yang mengalami tumbuh kembang yang cepat. Pada usia ini

aktifitas fisik terus meningkat. Asupan gizi yang baik dari segi

kuantitas maupun kualitas diperlukan agar tumbuh kembang anak

dapat optimal. Pemberian gizi dan nutrisi ini dapat berjalan secara

tidak sempurna pada anak yang menderita demam typhoid, Bakteri

S.Typhi yang masuk ke saluran pencernanan lewat minuman dan

makaan yang terinfeksi meningkatkan asam lambung sehingga terjadi

anoreksia dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan,

dimana anak mengalami atau beresiko penurunan berat badan yang

berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme

nutrisi yang tidak adekuat. (Nurarif & Kusuma, 2015).

Dari berbagai macam permasalahan diatas, peran perawat

beserta orang tua sangat diperlukan guna membantu menyelesaikan

masalah yang dihadapi oleh anak, cukup besar berpengaruh terhadap

penurunan kesakitan dan kematian akibat demam typhoid. Tindakan

preventif sebagai upaya pencegahan penularan demam typhoid

mencakup banyak aspek mulai dari segi kuman Salmonella typhi

sebagai agen penyakit dan faktor penjamu serta faktor lingkungan

tempat tinggal anak. Tindakan promotif sebagai upaya penyuluhan

kepada masyarakat tentang penyakit thypoid, Mengajarkan kebersihan

pribadi pada anak serta tindakan-tindakansanitasi selain itu, memberi

makanan sesuai kebutuhan dan memberikan obat sesuai indikasi

xxiii
medis. Tindakan rehabilitasi perawat berperan memulihkan kondisi

anak dan menganjurkan anak untuk kontrol kembali bila ada keluhan

(Aru,2013).

Peran perawat dalam asuhan keperawatan pada anak dengan

demam typhoid adalah mengobservasi suhu tubuh setiap 2-4

jam,ajarkan pada keluarga untuk membatasi aktifitas

pasien,memberikan kompres hangat pada dahi, axila, dan lipat paha,

anjurkan pasien untuk tirah baring (bed rest), anjurkan pasien untuk

memakai pakaian yang tipis /pakaian yang dapat menyerap keringat

seperti katun, kolaborasi dalam pemberian antipiretik (Ardiansyah,

2013).

Berdasarkan data studi pendahulan yang dilakukan oleh peneliti

(2021) di ruang anak RSD Idaman Banjarbaru pada bulan Januari -

Desember 2020 terdapat 195 kejadian kasus demam thypoid.

Berdasarkan data dan permasalahan yang diuraikan tersebut maka

peneliti tertarik untuk mengangkat karya tulis ilmiah yang berjudul

“Asuhan Keperawatan pada Anak Demam Thypoid di RSD Idaman

Banjarbaru” dengan harapan dapat mengurang dan mencegah

terjadinya komplikasi serta kejadian demam typhoid berulang pada

anak.

B. Rumusan Masalah

xxiv
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam thypoid

di RSD Idaman Banjarbaru ?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Untuk mengeksplorasi Asuhan Keperawatan pada Anak

dengan Demam thypoid di RSD Idaman Banjarbaru kota

Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan Pengkajian pada Asuhan Keperawatan Anak

Demam thypoid di RSD Idaman Banjarbaru.

b. Menganalisa Data pada Asuhan Keperawatan Anak Demam

thypoid di RSD Idaman Banjarbaru.

c. Merumuskan Masalah Keperawatan pada Asuhan Keperawatan

Anak Demam thypoid di RSD Idaman Banjarbaru.

d. Menentukan Intervensi Keperawatan Asuhan Keperawatan

Anak Demam thypoid di RSD Idaman Banjarbaru

e. Melaksanakan Implementasi Keperawatan pada Asuhan

Keperawatan Anak Demam thypoid di RSD Idaman

Banjarbaru.

f. Melakukan Evaluasi Keperawatan pada Asuhan Keperawatan

Anak Demam thypoid di RSD Idaman Banjarbaru.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Secara Teoritis

xxv
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan

sumber informasi dalam aplikasi ilmu pengetahuan kesehatan

khususnya di bidang keperawatan anak tentang pemberian asuhan

keperawatan pada anak demam thypoid di RSD Idaman Banjarbaru

dan menambah keluasan ilmu dan teknologi bidang keperawatan

anak dalam upaya tindakan pada anak demam thypoid. Selain itu

hasil studi kasus ini dapat memberikan metode dan penanganan

yang efektif dalam menurunkan suhu tubuhpasien demam typhoid

baik.yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah pasien.

2. Secara Praktis

a. Bagi Penulis

Manfaat hasil studi kasus ini dapat menambahkan pengetahuan,

wawasan, dan pengalaman mengenai asuhan keperawatan anak

dengan masalah demam thypoid. Selain itu penulis dapat

mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus

tentang pelaksanaan asuhan keperawatan anak dengan demam

thypoid.

b. Bagi Pasien dan Keluarga

Manfaat hasil studi kasus ini bagi pasien yaitu pasien

mendapatkan pelayanan asuhan keperawatan secara

komprehensif dan bagi keluarga pasien dapatmengerti tentang

penyakit demam thypoid pada anak dan bagaimana cara

penanganan yang baik dan benar.

c. Institusi Pendidikan Keperawatan

xxvi
Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan

referensi dalam upaya tindakan pelayanan kesehatan di bidang

keperawatan anak dengan demam thypoid serta pengembangan

ilmu keperawatan sebagai pedoman dalam melaksanakan

perawatan terhadap pasien agar kebutuhan masing masing

pasien dapat terwujud.

d. Bagi Rumah Sakit Umum atau Puskesmas

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

dan bacaan bagi RS atau Puskesmas terkait dalam mengambil

keputusan dan kebijakan untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan dan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan pada

pasien anak dengan demam thypoid.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Demam typhoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri Salmonella typhi. Biasanya bakteri tersebut menyebar melalui

xxvii
makanan atau air yang sudah terkontaminasi. Tanda dan gejala berupa

demam yang berkepanjangan, kelelahan, sakit kepala, mual, sakit perut,

sembelit dan diare. Pada kasus yang parah dapat menyebabkan komplikasi

serius bahkan kematian. (WHO, 2019)

Demam typhoid merupakan penyakit infeksi akut bersifatsistemik

yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi

yang dikenal dengan Salmonella typhi (S. Typhi). Mikroorganisme tersebut

menyerang saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari,

gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak

menyerang anak usia 12-13 tahun (70%-80%), pada usia 30-40 tahun

(10%-20%) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%).

Penyakit ini masih sering dijumpai di negara berkembang yang terletak di

subtropis dan daerah tropis seperti Indonesia. (Hasta H, 2020).

Penyakit ini jarang ditemukan secara epidemik, lebih bersifat

sporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang terjadi lebih dari

satu kasus pada orang-orang serumah.Di Indonesia demam typhoid dapat

xxviii
29

ditemukan sepanjang tahun dan insidens tertinggi pada daerah endemik

terjadi pada anak-anak. Terdapat dua sumber penularan S.typhi, yaitu

pasien dengan demam typhoid dan lebih sering, karier. Di daerah endemik,

transmisi terjadi melalui air yang tercemar S. typhi, sedangkan makanan

yang tercemar oleh karier merupakan sumber penularan di daerah non

endemik. (Nugraheni, 2013).

Menurut Elisabeth Purba et al, 2016, Demam typhoid (tifus

abdominalis, enteric fever) merupakan penyakit infeksi akut yang

menyerang saluran cerna dan disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.

Demam typhoid akan sangat berbahaya jika tidak segera ditangani secara

baik dan benar, bahkan menyebabkan kematian. Prognosis menjadi tidak

baik apabila terdapat gambaran klinik yang berat, seperti demam tinggi

(hiperpireksia), febris kontinua, kesadaran sangat menurun (stupor,

koma, atau delirium), terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi

dan asidosis, perforasi.

Selama terjadi infeksi, bakteri Salmonella typhi bermultiplikasi

dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke

aliran darah . Demam typhoid termasuk penyakit menular yang tercantum

dalam Undang undang nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok

penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat

menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. Demam

typhoid dikenal juga dengan sebutan typhus abdominalis, typhoid fever,

atau enteric fever. Istilah typhoid ini berasal dari bahasa Yunani yaitu
30

typhos yang berarti kabut, karena umumnya penderita sering disertai

gangguan kesadaran dari yang ringan sampai yang berat.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa demam

typhoid merupakan penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhi yang

menyerang saluran pencernaan dan bersifat menular dengan gejala

demam lebih dari 7 hari, gangguan saluran cerna, gangguan kesadaran,

mual, sakit perut, sembelit dan diare. Jika tidak segera ditangani secara

baik dan benar, dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan kematian.

2. Anatomi dan Fisiologi

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal merupakan sistem

Gambar 2.1 Sistem pencernaan (Sumber; Chaffee, Lytle. (2014 )

organ dalam manusia yang memiliki fungsi untuk untuk menerima


31

makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat

gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak

dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. 

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem

pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran

pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. Organ

Pencernaan utama terdiri atas :

a. Mulut

Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas

dalam proses pencernaan , fungsi utama mulut adalah untuk

menghancurkan makannan sehingga ukurannya cukup kecil untuk

dapat ditelan kedalam perut (Evelyn C. Pearce, 2011). Bagian atas

mulut dibatasi oleh palatum, sedangkan bagian bawah dibatasi oleh

mandibula, lidah dan struktur lain pada dasar mulut. Bagian leteral

mulut dibatasi oleh pipi. Sementara itu, bagian depan mulut dibatasi

oleh bibir dan bagian belakang oleh lubang yang menuju faring.

Palatum memisahkan mulut dari hidung dan bagian atas faring.Pada

mulut terdapat tiga pasang kelenjar liur, yaitu kelenjar parotis,

submandibular, dan sublingual. Diluar mulut ditutupi oleh kulit dan

didalamnya ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Didalam rongga

mulut terdapat gigi, kelenjar ludah, dan lidah. Kelenjar liur

dipersyarafi oleh serabut parasimpatis dan simpatis. Kelenjar liur


32

bertanggung jawab, terutama pada proses mekanis, membantu

proses bicara, mastikasi, dan menelan.

b. Faring dan Esofagus

Faring atau tekak terletak di belakang hidung, mulut dan

laring (tenggorokan). Faring merupakan saluran yang berbentuk

kerucut dan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.

Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar

limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan sebagai

pertahanan terhadap infeksi, tonsil terletak bersimpangan antara

jalan nafas dan jalan makanan, dibelakang rongga mulut dan rongga

hidung. Faring terdiri dari 3 bagian, yaitu superior , media dan

inferior. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring

bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang

telinga, Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan

sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang

menghubungkan orofaring dengan laring. Bagian superior disebut

nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan

tekak dengan ruang gendang telinga. Pada bagian media, faring

bertemu dengan Esofagus (Kerongkongan) pada ruas ke-6 tulang

belakang, Esofagus / Kerongkongan merupakan saluran tipis dan

panjang (± 25 cm) berbentuk tabung (tube) berfungsi sebagai

saluran pencernaan yang menghubungan antara mulut dan lambung.

Pada saat melewati esofagus, makanan didorong kelambung oleh


33

adanya gerak peristaltik pada otot esofagus. Gerak peristaltik dapat

terjadi karena adanya kontraksi otot secara bergantian pada lapisan

otot yang tersusun secara melingkar dan memanjang serta

berkontraksi secara bergantian. Akibatnya, makanan berangsur-

angsur terdorong masuk kelambung. Di esofagus / kerongkongan

makanan hanya lewat saja dan tidak mengalami pencernaan (Evelyn

C. Pearce, 2011).

Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu

bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah

(campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior

(terutama terdiri dari otot halus).

c. Lambung

Lambung (ventrikulus) merupakan kantong besar yang

terletak di sebelah kiri rongga perut. Terdiri atas tiga bagian, yaitu

bagian ataas (kardiak), bagian tengah yang membulat (fundus), dan

bagian bawah (pilorus). Lambung terhubung langsung dengan

esofagus melalui orifisium atau kardia dan dengan usus dua belas

jari (duodenum) melalui orifisium pilorik. Lambung berfungsi

sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk

mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi

lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida

(HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein).

Lendir melindungi sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam


34

lambung, asam klorida menciptakan suasana asam yang diperlukan

oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi

juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara

membunuh berbagai bakteri yang masuk bersama makanan.

d. Usus Halus

Usus halus merupakan sakuran berkelok-kelok yang

panjangnya sekitar 6-8 meter dan lebar 25 mm yang terletak di

antara lambung dan usus besar. Dinding usus halus terbagi menjadi

4 lapisan, yaitu mukosa, submukosa, muscular dan serosa. Dinding

usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang

diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir

yang melumasi isi usus dan air yang membantu melarutkan

pecahan-pecahan makanan yang dicerna. Dinding usus juga

melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan

lemak. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari

(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

1) Usus dua belas jari (Dudenum) adalah bagian dari usus halus

yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus

kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan

bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale

dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari

merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus

seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari


35

yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua

belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan

kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam

usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian

pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum

melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh

usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal

kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

2) Usus Kosong (Jejenum) merupakan bagian kedua dari usus

halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus

penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang

keseluruhan usus halus antara 6-8 meter, dan 1-2 meter adalah

bagian usus kosong. Permukaan dalam usus kosong berupa

membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), Vili berfungsi

memperluas permukaan usus sehingga proses penyerapan zat

makanan akan lebih sempuna.

3) Usus penyerapan (Ileum) adalah bagian terakhir dari usus

halus. Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki

panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan

jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH

antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi

menyerap vitamin B12 dan garam empedu. Apabila

seseorang menelan makanan atau minuman yang


36

tercemar bakteri Salmonella typhi, sebagian bakteri

akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung.

Bakteri yang dapat bertahan pada pH lambung akan

masuk ke usus penyerapan (ileum) bagian distal,

mencapai jaringan limfoid lalu berkembang biak, dan

menyebabkan hiperplasia  Peyeri patches / Plak Peyeri.

Plak Peyeri merupakan tempat bertahan hidup dan

multiplikasi bakteri Salmonella Typhi.

e. Usus besar

Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan

merupakan bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama

organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari

kolon ascendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens

(kiri), dan kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Di antara

intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crassum (usus besar)

terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung sekum terdapat tonjolan

kecil yang disebut apendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel

darah putih yang berperan dalam imunitas. Sisa makanan hasil

pencernaan di usus halus masuk ke usus besar, di usus besar terjadi

proses pembusukan sisa makanan menjadi feses oleh bakteri

Escherichia Coli. Selain membusukkan makanan bakteri E.coli juga

menghasilkan vitamin K dan vitamin B12. (Amrizal, 2017).


37

f. Rektum dan anus

Rektum merupakan lanjutan dari kolon signoid yang

menghubungkan intestinum mayor dengan anus, panjangnya 12 cm,

dimulai dari pertengahan sacrum sampai kanalis anus. Rectum

terletak pada rongga pelvis didepan os sacrum dan os koksigis dan

berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya

rektum kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,

yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja

masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air

besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan

material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang

menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Feses dibuang

dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang

merupakan fungsi utama anus. Anus merupakan bagian dari saluran

pencernaan yang berhubungan dengan dunia luar terletak didasar

pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 otot sfingter. Pembukaan dan

penutupan anus diatur oleh otot sfingter.

Sedangkan organ pencernaan tambahan, terdiri dari hati,

kantung empedu, dan prankeas. Ke tiga organ ini membantu

terlaksananya sistem pencernaan makanan secara kimia.

a. Hati

Hati terletak di bawah diafragma. Hati dibagi menjadi 2 lobus

utama yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Hati dihubungkan oleh
38

rangkaian duktus. Bermula dari duktus hepatikus kanan dan kiri, lalu

bergabung menjadi satu pada duktus hepatikus utama. Duktus

hepatikus utama bergabung dengan duktus kistikus dari kandung

empedu, keduanya membentuk duktus empedu. Duktus empedu

menuju duodenum dan bermuara di ampula hepatopankreatikus

bersama-sama dengan duktus pankreatikus. Hati memainkan peran

penting dalam system pencernaan, metabolisme dan memiliki

beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,

sintesis protein plasma, dan penetralan obat.

Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang

kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini

mengalirkan darah ke dalam vena yang lebih besar dan pada

akhirnya masuk ke dalam hati melalui vena porta hepatica. Vena

porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati,

dimana darah yang masuk akan diolah. Hati melakukan proses

tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan

zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi peredaran ke seluruh

tubuh.

b. Kandung empedu

Merupakan organ yang berbentuk seperti buah pir yang dapat

menyimpan sekitar 50 ml empedu . Pada manusia, panjang kandung

empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap. Organ ini

terhubung dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran
39

empedu. Empedu berperan dalam membantu pencernaan dan

penyerapan lemak serta pembuangan limbah tertentu dari tubuh,

terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel

darah merah dan kelebihan kolesterol.

c. Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki

dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta

beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada

bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus

dua belas jari).Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu Asini

(menghasilkan enzim-enzim pencernaan) dan Pulau pankreas

(menghasilkan hormon). Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke

dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim

yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat

dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk

yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk

inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran

pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium

bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara

menetralkan asam lambung.

3. Klasifikasi

Menurut WHO, ada 3 macam klasifikasi demam typhoid dengan

perbedaan gejala klinik, yaitu :


40

a. Demam typhoid akut non komplikasi

Demam typhoid akut dikarakterisasi dengan adanya demam

berkepanjangan abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien

dewasa, dan diare pada anak- anak), sakit kepala, malaise, dan

anoksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi pada fase awal penyakit

selama periode demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya

rose spot pada dada abdomen dan punggung

b. Demam typhoid dengan komplkasi

Pada demam typhoid akut keadaan mungkin dapat

berkembang menjadi komplikasi parah. Hal ini tergantung pada

kualitas pengobatan dan keadaan kliniknya, hingga 10% pasien

dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi, dan

peningkatan ketidaknyamanan abdomen.

c. Keadaan karier

Keadaan karier typhoid terjadi pada 1- 5% pasien,

tergantung umur pasien. Karier typhoid bersifat kronis dalam hal

sekresi bakteri Salmonella typhi di feses.

4. Etiologi

Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella

thypi yang berhasil diisolasi pertama kali dari seorang pasien demam

typhoid oleh Gaffkey di Jerman pada tahun 1884. Mikroorganisme ini

merupakan bakteri gram negative yang motil, bersifat aerob dan tidak

membentuk spora. Menurut Widagdo (2011) Etiologi dari demam


41

typhoid adalah Salmonella typhi, termasuk genus Salmonella yang

tergolong dalam family Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat

bergerak, berbentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap

berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari/minggu pada suhu kamar,

bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi, dan tinja.

Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1 jam atau 60º C dalam 15

menit. Bakteri ini mempunyai beberapa komponen antigen, yaitu :

a. Antigen dinding sel (O) yang merupakan lipopolisakarida dan

bersifat spesifik grup.

b. Antigen flagella (H) yang merupakan komponen protein berada

dalam flagella dan bersifat spesifik spesies.

c. Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida dan berada di kapsul

yang melindungi seluruh permukaan sel. Antigen Vi dapat

menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti serum O dan

melindungi antigen O dari proses fagositosis. Antigen Vi

berhubungan dengan daya invasive bakteri dan efektivitas vaksin. S.

typhi menghasilkan endotoksin yang merupakan bagian terluar dari

dinding sel, terdiri dari antigen O yang sudah dilepaskan,

lipopolisakarida dan lipid A. Ketiga antigen di atas di dalam tubuh

akan membentuk aglutinin.

d. Outer Membrane Protein (OMP). Antigen OMP S. typhi merupakan

bagian dari dinding sel terluar yang terletak di luar membrane

sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel dengan


42

lingkungan sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang

mengendalikan masuknya zat dan cairan ke dalam membrane

sitoplasma. Selain itu OMP juga berfungsi reseptor untuk

bakteriofag dan bakteriosin. OMP sebagian besar terdiri dari protein

purin, berperan pada patogenesis demam typhoid dan merupakan

antigen yang penting dalam mekanisme respon imun penjamu.

Sedangkan protein nonpurin hingga kini fungsinya belum diketahui

secara pasti.

Salmonella typhi hanya dapat hidup pada tubuh manusia. Ada

dua sumber penularan Salmonella typhi yaitu pasien dengan demam

typhoid dan pasien dengan carier. Carier typhoid adalah orang yang

sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekskresi Salmonella

typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun, sehingga

dapat menular dan menginfeksi orang lain. (Rahmania, S. N. 2018)

5. Epidemiologi

Demam typhoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai

secara luas di daerah tropis dan subtropics terutama di daerah dengan

kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan

sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang dapat mempercepat terjadinya

penyebaran demam typhoid adalah urbanisasi, kepadatan penduduk,

sumber air minum dan standar hygiene industry pengolahan makanan

yang rendah. Menurut Pang, selain karena meningkatnya urbanisasi,

demam typhoid masih terus menjadi masalah karena beberapa factor


43

lain yaitu, penyediaan air bersih yang tidak memadai, adanya strain

yang resisten terhadap antibiotic, masalah pada identifikasi dan

penatalaksanaan karier, keterlambatan membuat diagnose yang pasti,

pathogenesis dan factor virulensi yang belum dimengerti sepenuhnya.

Manusia merupakan satu-satunya sumber penularan alami

Salmonella typhi, melalui kontak langsung maupun tidak langsung

dengan seorang penderita demam typhoid atau karier kronis. Transmisi

kuman Salmonella typhi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang

dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jaritangan/kuku),

Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan Feces. Epidemi demam typhoid yang

berasal dari sumber air yang tercemar merupakan masalah utama.

Transmisi secara kongenital dapat terjadi secara transplasental dari

seorang ibu yang mengalami bakteriemia kepada bayi dalam kandungan

atau tertular pada saat dilahirkan oleh seorang ibu yang merupakan

karier typhoid dengan rute fekal oral. Seseorang yang telah terinfeksi

Salmonella typhi dapat menjadi karier kronis den mengekskresikan

mikroorganisme selama beberapa tahun.

Menurut Kepmenkes (2011), faktor risiko yang meningkatkan

insiden terjadinya demam typhoid adalah:

a. Higiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci tangan yang

tidak terbiasa pada penyaji makanan serta pengasuh anak.

b. Higiene makanan dan minuman yang rendah. Faktor ini paling

berperan pada penularan thypoid. Contohnya: makanan yang dicuci


44

dengan air terkontaminasi (seperti sayur-sayuran dan buah-buahan),

sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia, makanan yang

tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat, air minum yang

tidak dimasak, dan sebagainya.

c. Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah,

kotoran dan sampah tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.

d. Penyediaan air bersih yang tidak memadai.

e. Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat.

f. Pasien atau karier demam thypoid yang tidak diobati secara

sempurna.

6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis demam thypoid pada anak biasanya lebih

ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4

hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui

minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin

ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,

nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat (Lestari Titik, 2016).

Gambaran klinis yang biasa ditemukan adalah :

a. Demam. Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3

minggu, bersifat febris remiten. Selama minggu pertama, suhu

tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun

pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.

Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan


45

demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun

dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

b. Gangguan pada saluran pencernaan . Pada mulut terdapat nafas

yang berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden).

Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepi

lidah berwarna kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen

dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan

limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering

terjadi konstipasi, tetapi juga bisa terjadi diare atau normal.

c. Gangguan Kesadaran. Umumnya kesadaran penderita menurun dan

tidak terlalu dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi

sopor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat

mendapatkan pengobatan). Di samping gejala tersebut mengkin

terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat

ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli

basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu

pertama demam.

Sedangkan Menurut Wibisono et al (2014) menifestasi klinis pada

demam typhoid yaitu:

a. Nyeri kepala, lemah, lesu, nyeri otot pada minggu pertama,

b. Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu,

minggu pertama peningkatan suhu tubuh berflukutasi. Biasanya

suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pagi hari.
46

Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, dan minggu ketiga

suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.

c. Gangguan pada saluran pencernaan: halitosis (bau nafas yang

menusuk), bibir kering dan pecah-pecah lidah di tutupi selaput

putih kotor (coated tongue), metorismus, mual, tidak nafsu makan,

hepatomegali, splenomegali yang disertai nyeri perabaan.

d. Gangguan kesadaran: penurunan kesadaran (apatis, somnolen).

Menurut Ngastiyah (2005), Manifestasi klinis demam typhoid

pada anak yaitu :

a. Anak usia sekolah dan remaja

Mula-mula tanda dan gejalanya ialah demam , lesu, anoreksia,

nyeri otot, sakit kepala, dan sakit perut yang berlangsung selama 2-

3 hari. Mula- mula bisa terjadi diare dengan tinja seperti sup

kacang, tetapi bisa juga terjadi konstipasi. Selain itu mungkin saja

dijumpai gejala mimisan, batuk, dan kelelahan berat. Suhu badan

naik secara remiten dan makin meningkat dalam 1 minggu.

Kemudian menetap pada suhu 40◦C. Dalam minggu kedua, suhu

bertahan tinggi dan gejala yang ada tampak makin berat. Anak

tampak sakit akut dengan disorientasi, latergi, delirium, dan stupor.

Tanda fisik yang biasa ditemukan adalah bradikardi relatif,

hepatosplenomegali, dan distensi abdomen disertai nyeri.

b. Bayi dan Anak umur <5tahun

Pada usia ini biasanya penyakit berlangsung ringan

dengan demam ringan dan wajah tampak lesu. Sehingga diagnosa


47

sulit ditegakkan. Pada pemeriksaan klinis dan laboratorium

ditemukan adanya S. Typhi. Gejala diare lebih sering ditemukan

hingga diagnosis mengarah ke gastreoenteritis.

c. Bayi baru lahir

Pada Bayi baru lahir gejala demam typhoid timbul pada malam hari

ketiga, biasanya berupa muntah, diare, dan peningkatan suhu tubuh.

Suhu tubuh bervariasi, bisa mencapai 40◦C, dan bisa disertai

kejang. Gejala lainnya berupa hepatomegali ikterus, anoreksia,

berat badan sangat menurun.

7. Patofisiologi

Menurut Nursalam (2008) mekanisme masuknya kuman diawali

dengan infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan. Infeksi didapat

dengan cara menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi

Salmonella typhi dan dapat pula dengan kontak langsung tangan yang

terkontaminasi tinja, urine, secret saluran nafas, atau dengan pus

penderita yang terinfeksi.). Ketika makanan atau minuman yang

terkontaminasi oleh salmonella (biasanya ˃10.000 basil) masuk ke

sistem pencernaan, Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl

lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Saat kuman mencapai

usus halus, Salmonella typhi akan menemui dua mekanisme non

spesifik yaitu motilitas dan flora normal usus berupa

bakteri-bakteri anaerob. Motilitas usus bersifat fisik berupa kekuatan

peristaltik usus untuk menghanyutkan kuman keluar. Di usus halus


48

kuman akan menembus mukosa usus diperantarai microbial binding

terhadap epitel menghancurkan Microfold cells (M cells) sehingga sel-

sel epitel mengalami deskuamasi, menembus epitel mukosa usus,

masuk dalam lamina propria, menetap dan berkembang biak. Kuman

akan berkembang biak dalam sel mononuklear sebelum menyebar ke

dalam aliran darah

Di dalam sel fagosit mononuklear, kuman masuk menginfeksi

Plak peyeri, yaitu jaringan limfoid yang terdapat di ileum terminal dan

bermultiplikasi, kemudian kuman menembus kelenjar limfoid intestinal

dan duktus torasikus masuk ke dalam aliran darah sistemik. Setelah 24-

72 jam terjadi bakteremia primer namun jumlah kuman belum terlalu

banyak maka gejala klinis belum tampa. Bakteriemia primer berakhir

setelah kuman masuk ke dalam organ retikuloendotelial system (RES)

di hati limpa, kelenjar getah bening mesenterium dan kelenjar limfoid

intestinal untuk berkembang biak. Di organ ini kuman menjalani masa

inkubasi selama 10-14 hari, dalam organ RES kuman berkembang pesat

dan kembali masuk ke peredaran darah dan menimbulkan bakteriemia

sekunder. Pada saat terjadi bakteriemia sekunder, dapat ditemukan

tanda dan gejala infeksi sistemik demam typhoid (demam, malaise,

mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan gangguan

mental koagulasi). (Lestari Titik, 2016).

Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di

sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia.

Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa


49

basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan

komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler,

pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama

timbulnya penyakit, terjadi hyperplasia plak peyeri. Disusul kemudian,

terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada

minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses

penyembuhan ulkus denganmeninggalkan sikatriks (jaringan parut).

(Titik Lestari, 2016).

8. Pathway
Kuman Salmonella
typhi yang masuk ke Dimusnahkan oleh
Lolos dari asam
saluran pencernaan Asam lambung
lambung

Pembuluh limfe Bakteri masuk usus


halus

Peredaran darah Masuk Retikulo


(Bakteremia primer) endothelial (RES)
terutama hati dan limfe
hati dan limfe (Bakteremia sekunder)

Empedu Endotoksin 50

Rongga usus pada kel. Terjadi kerusakan sel


Limfoid halus

Merangsang melepas
zat epirogen oleh
Pembesaran hati Pembesaran limfe
leukosit
Mempengaruhi pusat
Hepatomegali Splenomegali Thermoregulator
dihipotalamus

Lase plak peyer Penurunan


Motilitas usus Hipertermia

Erosi
Penurunan Resiko kekurangan
Peristaltik usus Volume cairan
Nyeri

Perdarahan masif Konstipasi Peningkatan asam lamabung

Komplikasi Perforasi Anoreksia mual muntah


Lemah
Dan perdarahan usus
Ketidakseimbangan nutrisi
Intoleransi Aktivitas kurang dari kebutuhan
tubuh

Gambar 2.2 Pathway Demam Typhoid (Sumber : NANDA,2016)


33

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan demam typhoid adalah sebagai berikut :

a. Tirah baring

Tujuan dilakukan tirah baring atau bed rest adalah untuk

mencegah terjadinya komplikasi seperti perdarahan dan perforasi,

terutama pada pasien dengan gejala klinis berat (Kemenkes RI,

2015). Setelah dilakukan tirah baring dapat dilakukan pemberian

kompres pada area axilla, leher, dan lipatan tubuh lainnya (Marni,

2016). Pasien istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu

setelah suhu normal kembali, kemudian boleh duduk, jika suhu tidak

panas lagi boleh berdiri kemudian bejalan di ruangan.

b. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan

Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien sadar dapat

diberikan makanan bubur saring atau saat kondisi pasien dalam

keadaan normal diberikan nasi tim dan nasi biasa dengan

memperhatikan kandungan kalori dan protein. Jika keadaan terus

membaik dapat diberikan bubur kasar. Sedangkan pada pasien

dengan gangguan kesadaran dapat diberikan makanan cair

menggunakan sonde lambung. Pemenuhan kebutuhan cairan dapat

dilakukan dengan cairan oral dan cairan parenteral. Pemenuhan

cairan oral dapat dilakukan dengan memberikan susu 2 gelas sehari,

sedangkan untuk pemenuhan cairan parenteral biasaya diberikan

dengan kondisi sakit berat, komplikasi, dan penurunan kesadaran


34

dengan dosis sesuai dengan kebutuhan harian pasien (Kemenkes RI,

2015).

c. Terapi simptomatik

Terapi simptomatik dilakukan sesuai dengan gejala yang

dialami oleh pasien meliputi pemberian antipiretik, antiemetik, dan

roboransia atau vitamin (Kemenkes RI, 2015).

d. Pemberian antibiotik

Pemberian antibiotik pada pasien demam typhoid biasanya

akan diberikan kloramfenikol, kotrimoksazol, ampisilin, amoksilin,

dan seftriakson (Marni, 2016). Pengobatan pertama pada demam

typhoid dengan menggunakan kloramfenikol dengan dosis 50-100

mg/kgBB/hari dibagi menjadi 4 dosis per oral atau IV selama 10-14

hari. Jika tidak dapat menggunakan kloramfenikol, dapat diganti

dengan amoksisilin, ampisilin, kotrimosazol. Apabila pengobatan

tersebut tidak menunjukkan perbaikan dapat menggunakan pilihan

tahap akhir yaitu dengan pemberian seftriaxon atau sefixime (Hanny,

2009).

10. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Kemenkes RI (2006) dari

demam typhoid meliputi :

a. Pemeriksaan leukosit
35

Pada pemeriksaan leukosit biasanya pada kasus demam typhoid

jumlah leokosit pada darah dalam batas normal terkadang terdapat

leukosis akan tetapi tidak ada infeksi sekunder atau komplikasi.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

Jumlah SGOT dan SDPT akan terjadi peningkatan namun akan

normal kembali setelah sembuh dari infeksi typhoid.

c. Biakan darah

Hasil biakan darah positif menandakan terkena demam typhoid,

tetapi bila biakan darah negative tidak menutup kemungkinan akan

terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah

tergantung dari beberapa factor :

1) Teknik pemeriksaan laboratorium Hasil pemeriksaan satu

laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini

disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang

digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada

saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit. Biakan darah

terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu

pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada

waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

3) Vaksinasi di masa lampau. Vaksinasi terhadap demam typhoid

di masa lampau dpat menimbulkan antibodi dalam darah


36

pasien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan

darah negative.

4) Pengobatan dengan obat anti mikroba. Bila pasien sebelum

melakukan pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti

mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan akan

terhambat dan hasil biakan mungkin negative.

d. Uji widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan

antibodi (aglutinin). Aglutini yang spesifik terhadap Salmonella

Thypi terdapat dalam serum pasien dengan typhoid juga terdapat

pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan

pada uji widal adalah suspense salmonella yang sudah dimatikan

dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk

menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka

menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella typhi, pasien

membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal

dari tubuh kuman).

2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal

dari flagel kuman).

3) Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan antigen VI

(berasal dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut

hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk


37

diagnose, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita

typhoid.

Pemeriksaan aglutinin O akan ditemukan peningkatan pada

hari ke 6-8 sedangkan pada aglutinin H akan ditemukan peningkatan

pada hari 10-12. Apabila terjadi kenaikan 4 kali pada pemeriksaan

ulang 5-7 hari atau titer widal O > 1/320 dan titer H > 1/60 pada

satu kali pemeriksaan. Pada Propable Case didapatkan gejala klinis

yang lengkap dengan titer widal O > 1/160 atau H > 1/160 pada satu

kali pemeriksaan, sedangkan pada Definite Case Diagnosis pasti

ditemukan bakteri Salmonella typhi dengan kenaikan titer widal O >

1/320 dan titer H > 1/640 pada satu kali pemeriksaan (Widodo,

2007).

11. Komplikasi

Komplikasi demam typhoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :

1. Komplikasi Intestinal

a. Perdarahan Usus, Sekitar 25% penderita demam typhoid dapat

mengalami perdarahan minor yang tidak membutuhkan tranfusi

darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita mengalami

syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila

terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.

b. Perforasi Usus, Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat.

Biasanya timbul pada minggu ketiga namun dapat pula

terjadi pada minggu pertama. Penderita demam typhoid


38

dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama

di daerah kuadran kanan bawah yang kemudian meyebar ke

seluruh perut. Tanda perforasi lainnya adalah nadi cepat,

tekanan darah turun dan bahkan sampai syok.

2. Komplikasi Ekstraintestinal

a. Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (syok,

sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.

b. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi

intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.

c. Komplikasi paru: pneumoni, empiema, dan pleuritis.

d. Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dankolelitiasis.

e. Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis,dan perinefritis.

f. Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis.

g. Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis,

polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia.


39

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Proses asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typhoid

merupakan beberapa tindakan yang diawali dengan pengkajian, diagnosis

keperawatan, intevensi keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi keperawatan yang dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan (Rohmah, 2014).

1. Pengkajian

Pengkajian menurut NANDA (2018), melibatkan pengumpulan

data subjektif dan obyektif (misalnya, tanda-tanda vital, wawancara

pasien/keluarga, pemeriksaan fisik) dan peninjauan riwayat kesehatan.

Informasi yang diberikan oleh pasien/keluarga, atau ditemukan dalam

bagan pasien. Pengkajian dapat didasarkan pada teori keperawatan

tertentu, seperti yang dikembangkan oleh Florence Nightingale, Wanda

Horta, atau Sr. Callista Roy, atau pada standar kerangka penilaian

seperti Pola Kesehatan Fungsional Marjory Gordon.

Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan demam typhoid

meliputi:

a. Data Pasien

Data pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,

suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, ruangan dirawat, no. Reg,

status perkawinan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa

medis, dan alamat. Identitas penanggung jawab meliputi nama,

umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, agama,


40

alamat dan hubungan dengan pasien.

b. Riwayat Penyakit

1) Keluhan utama

Keluhan utama pada pada demam typhoid adalah demam

yang akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh secara

bertahap hingga mencapai suhu 40oC pada minggu pertama

(Sucipta, 2015). Selain itu Biasanya pasien datang dengan

keluhan demam diatas 36-37,5̊C pada malam hari dan biasanya

turun pada pagi hari (Muttaqin & Sari, 2011)

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan badannya terasa panas, mual, nyeri

abdomen. Pasien juga tampak lemah dan pucat serta terasa

panas diseluruh tubuh (Wijaya A. S., 2013)

3) Riwayat Kesehatan dahulu

Merupakan riwayat penyakit yang pernah dialami oleh

pasien, dalam hal ini terdapat kasus carrier atau pasien pernah

mengalami demam typhoid sebelumnya dan terulang lagi atau

relaps (Kemenkes RI, 2006).

4) Riwayat kesehatan keluarga

a) Penyakit yang pernah diderita keluarga : kemungkinan ada

keluarga yang pernah menderita penyakit demam typhoid

(Wijaya A.,S, 2013)

b) Lingkungan rumah & komunitas : mengkaji kondisi


41

lingkungan disekitar rumah yang mempengaruhi demam

typhoid yaitu rendahnya hygine perorangan, hygine makanan,

lingkungan rumah yang kumuh, serta perilaku masyarakat

yang tidak mendukung untuk hidup sehat.

c) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : tidak melakukan

cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas, jajan

sembarangan.

5) Pola Fungsi Kesehatan

a) Pola persepsi dan tata laksana kesehatan

Pada pola ini dapat diidentifikasi persepsi pasien atau

keluarga tentang konsep sehat sakit (Rohmah, 2014).

b) Pola nutrisi atau metabolik

Pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat mual dan

muntah.

c) Pola eliminasi

Eliminasi urin berwarna kuning kecoklatan akibat kurangnya

kebutuhan cairan tubuh karena peningkatan suhu tubuh dan

eliminasi fekal pasien mengalmi masalah yaitu mengalami

kontipasi akibat tirah baring yang lama (Nirmala, 2017).

d) Pola Aktivitas dan kebersihan diri

Aktivitas pasien terganggu akibat tirang baring total untuk

mencegah terjadinya komplikasi seperti perdarahan dan

perforasi, terutama pada pasien dengan gejala klinis berat


42

(Kemenkes RI, 2015).

e) Pola istirahat tidur

Pola istirahat dan tidur terganggu akibat peningkatan suhu

tubuh (Nirmala, 2017).

f) Pola kognitif dan persepsi sensori

Pada kognitif pasien tidak mengalami kelainan kecuali jika

berada dalam penurunan kesadaran dan pada fungsi indra

pengecap, pembau, penglihatan, pendengaran, dan peraba

tidak terdapat kelainan (Nirmala, 2017).

g) Pola konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan pada orangtua terhadap penyakit

anaknya (Nirmala, 2017).

h) Pola peran dan hubungan

Hubungan dengan orang lain terganggu akibat hospitalisasi

dan tirah baring total (Nirmala, 2017).

i) Pola seksual dan seksualitas

j) Pada pola ini dapat diidentifikasi apakah anak masih

mengompol, apakah sudah mengalami menstruasi dan

sirkumsisi (Rohmah, 2014).

k) Pola mekanisme koping

Pada pola ini dapat diidentifikasi cara yang dilakukan oleh

anak saat menghadapi masalah, apakah dengan menangis

memanggil ibunya, bercerita dengan ibunya dan sebagainya


43

(Rohmah, 2014).

l) Pola nilai dan kepercayaan

Pada pola ini dapat diidentifikasi nilai dan kepercayaan

pasien yang dapat berdampak pada kesehatan pasien

(Rohmah, 2014).

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Biasanya akan terjadi peningkatan suhu tubuh secara

bertahap hingga mencapai suhu 40oC pada minggu pertama

(Mubarak, 2015). Gejala demam terjadi sekitar 7-14 hari atau

dapat mencapai 3-30 hari dengan gejala secara perlahan dan

mulai muncul demam remitten dan terjadi secara bertahap yang

akan mencapai titik tertinggi pada minggu pertama dengan suhu

38oC atau lebih. Demam biasanya akan turun pada pagi hari dan

meningkat pada sore atau malam hari dan demam sulit turun

meskipun telah diberikan obat antipiretik. Pada minggu ke-2

masih berada dalam keadaan demam dan pada minggu ke-3

suhu badan berangsur turun kecuali jika terdapat infeksi dalam

tubuh (Ghassani, 2014).

2) Sistem Pernafasan

Pada sistem pernafasan dapat ditemui gejala batuk kering

dan pada kasus yang lebih berat dapat ditemukan pneumonia

(Nirmala, 2017).
44

3) Sistem Kardiovaskuler

Pada sistem kardiovaskuler ditemukan penurunan

tekanan darah, keringat dingin, kulit pucat, akral dingin. Pada

minggu ketiga dapat terjadi miokarditis dengan penurunan curah

jantung yang ditandai dengan denyut nadi lemah, nyeri dada,

dan kelemahan fisik (Nirmala, 2017).

4) Sistem Persarafan

Pada pasien dengan dehidrasi berat dapat mengakibatkan

penurunan perfusi serebral yang dapat berakibat syok dan

penurunan kesadaran serta gangguan mental halusinasi dan

delirium (Nirmala, 2017).

5) Sistem Perkemihan

Pada sistem ini biasanya terjadi penurunan produksi urin

akibat penurunan curah jantung (Nirmala, 2017).

6) Sistem Gastrointestinal

Pada sistem ini ditemukan bau mulut yang tidak sedap,

lidah kotor, bibir kering dan pecah-pecah, terdapat nyeri perut

regio epigastrik (nyeri ulu hati), mual dan muntah, diare dan

kontipasi (Kemenkes RI, 2006).

Inspeksi : terdapat mual dan muntah, nafsu makan pasien

menurun, mukosa mulut kering, kebiasaan BAB 1x sehari,

konsistensinya padat, berwarna kuning, berbau khas, perut

kembung.
45

Palpasi : ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : terdengar suara thympani.

Auskultasi : peristaltik usus meningkat >35x/ menit

7) Sistem muskuloskeletal

Pada sistem ini ditemukan kelemahan fisik umum, nyeri

otot dan malaise (Nirmala, 2017).

d. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada anak dengan

demam typhoid menurut Susilaningrum (2013) adalah sebagai

berikut:

1) Pemeriksaan darah tepi

2) Pemeriksaan serologi terhadap spesimen darah: terdapat

Salmonella typhi yang ditemukan di minggu pertama dan pada

minggu berikut akan ditemukan di feses dan urin.

3) Pemeriksaan widal: hasil titer antigen O 1/200 atau lebih

menunjukkan kenaikan secara progesif.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang

menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan

pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas

dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan


46

mengubah.(Nurarif .A.H, 2015).Berdasarkan Nanda NIC NOC 2015

diagnosa keperawatan yang muncul pada demam typhoid yaitu :.

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

d. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan cairan

e. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan tahap

ketiga dari proses keperawatan dimana perawat menetapkan tujuan dan

hasil yang diharapkan bagi pasien yang ditentukan. Selama tahap

intervensi keperawatan, dibuat prioritas dengan kolaborasi pasien dan

keluarga, konsultasi tim kesehatan lain, telah literature, modifikasi

asuhan keperawatan dan cacat informasi yang relavan tentang

kebutuhan perawatan kesehatan pasien dan penatalaksanaan klinis pada

pelaksanaan intervensi keperawatan demam typhoid(Muttaqin, 2008).


Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan pada Pasien Demam Typhoid (NANDA NICNOC, 2016)

Diagnosa / Batasan
No Karakteristik / Faktor Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
yang Berhubungan
1 Hipertermia NOC : NIC : Temperature regulation
Definisi : Suhu inti tubuh a. Hidration Temperature regulation (pengaturan suhu)
diatas kisaran normal karena b. Adherence behavior (pengaturan suhu) 1. Mengetahui suhu tubuh pasien
kegagalan termoregulasi. c. Immune status 1. Monitor suhu minimal tiap 2 2. Mengetahui suhu tubuh secara
Batasan Karakteristik : d. Risk control jam pasti dan mengetahui
a. Postur abnormal e. Risk detection 2. Rencanakan monitoring suhu perkembangan pasien
b. Apnea secara kontinu 3. Mengetahui perubahan nadi,
c. Koma Kriteria Hasil : 3. Monitor nadi dan RR RR secara continue
d. Kulit kemerahan 1. Keseimbangan antara 4. Monitor warna dan suhu kulit 4. Perubahan pada warna dan
e. Hipotensi produksi panas, panas yang 5. Monitor tanda-tanda suhu kulit merupakan indikasi
f. Bayi tidak dapat diterima, dan kehilangan hipertermi dan hipotermi demam
mempertahankan panas 6. Tingkatkan intake cairan dan 5. Unruk mengetahui kebutuhan
menyusu 2. Seimbang antara produksi nutrisi cairan
g. Gelisah panas, panas yang diterima, 7. Selimuti pasien untuk 6. Untuk mengganti cairan tubuh
h. Latergi dan kehilangan panas mencegah hilangnya yang hilang akibat evaporasi
i. Kejang selama 28hari pertama kehangatan tubuh 7. Menurunkan panas
j. Kulit terasa hangat kehidupan 8. Ajarkan pada pasien dan 8. Untuk mencegah dehidrasi
k. Supor 3. Temperature stabil 36,5 - keluarga cara mencegah 9. Mencegah meningkatnya suhu
l. Takikardia 37,5 derajat celcius keletihan akibat panas tubuh secara drastis dan
m. Takipnea 9. Diskusikan kepada keluarga menambah pengetahuan
n. Vasodilatasi tentang pentingnya pengaturan keluarga tentang penyakit
suhu dan kemungkinan efek pasien
Faktor yang berhubungan negative dari kedinginan 10. Membantu menurunkan suhu
: 10. Beritahu keluarga tentag tubuh
a. Dehidrasi indikasi terjadinya keletihan 11. Dengan diberikan penjelasan
b. Pakaian yang tidak dan penanganan emergency diharapkan akan menambah
sesuai yang diperlukan pengetahuan keluarga tentang
c. Aktivitas berlebihan 11. Ajarkan kepada keluarga penyakit pasien
Populasi yang indikasidari hipotermi dan 12. Membantu menurunkan suhu
berhubungan : penangananyang diperlukan tubuh
a. Pemajanan suhu 12. Beri kompres air hangat/dingin 13. Memberi rasa nyaman, pakaina
lingkungan tinggi 13. Anjurkan kepada keluarga tipis membantu mengurangi
agar pasien memakai pakaian penguapan tubuh
Kondisi terkait : yang tipis dan menyerap 14. Dapat menurunkan panas
a. Penurunan perspirasi keringat
b. Penyakit 14. Berikan antipiretik jika perlu
c. Peningkatan laju
metabolism
d. Iskemia
e. Agens farmaseutika
f. Sepsis
g. Trauma
2 Nyeri akut NOC : NIC : Pain Management
a. Pain level Pain Management (Manajemen nyeri)
Definisi : Pengalaman b. Pain control (Manajemen nyeri) 1. Mengidentifikasi kebutuhan
sensori dan emosional yang c. Comfort level 1. Lakukan pengkajian nyeri untuk intervensi dan juga
tidak menyenangkan yang secara komprehensif, termasuk tanda-tanda perkembangan
muncul akibat kerusakan Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi, 2. Pernyataan memungkinkan
jaringan yang actual atau 1. Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan factor pengungkapan emosi dan
potensial atau digambarkan (tahu penyebab nyeri, prepitasi meningkatkan mekanisme
dalam hal kerusakan mampu menggunakan 2. Observasi reaksi nonverbal koping
sedemikian rupa : awitan teknik nonfarmakologi dan ketidaknyamanan 3. Untuk mengalihkan rasa nyeri
yang tiba-tiba atau lambat untuk mengurangi nyeri, 3. Gunakan teknik komunikasi pasien
dari intensitas ringan hingga mencari bantuan) terapeutik untuk mengetahui 4. Untuk mengetahui proses nyeri
berat dengan akhir yang 2. Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien terjadi
dapat diantisipasi atau berkurang dengan 4. Kaji kultur yang 5. Untuk mengetahui tingkat
berlangsung <6 bulan. menggunakan manajemen mempengaruhi respon nyeri nyeri sebelumnya
nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri 6. Untuk mengetahui terjadinya
Batasan Karakteristik : 3. Mampu mengenali nyeri masa lampau nyeri terdahulu
a. Perubajan selera (skala, intensitas, frekuensi 6. Evaluasi bersama pasien dan 7. Untuk mendukung
makanan dan tanda nyeri) tim kesehatan lain tentang kesembuhan pasien
b. Perubahan tekanan darah 4. Menyatakan rasa nyaman ketedakefektifan kontrol nyeri 8. Menurunkan reaksi terhadap
c. Perubahan frekuensi setelah nyeri berkurang di masa lampau stimulus dari luar atau
jantung 7. Bantu pasien dan keluarga sensivitas pada suara-suara
d. Perubahan frekuensi untuk mencari dan bising dan meningkatkan
pernapasan menemukan dukungan istirahat atau relaksasi
e. Laporan isyarat 8. Kontrol lingkungan yang dapat 9. Meningkatkan relaksasi dan
f. Siaforesis mempengaruhi nyeri seperti perasaan sehat
g. Perilaku distraksi (mis. suhu ruangan, pencahayaan, 10. Pemberian obat mungkin
Berjalan mondar-mandir dan kebisingan diperlukan untuk mengiurangi
mencari orang lain dan 9. Ajarkan tentang teknik non nyeri yang berat serta
atau aktivitas lain, farmakologis seperti teknik meningkatkan kenyamanan
aktivitas yag berulang) relaksasi dan perubahan posisi istirahat.
h. Mengekspresikan dengan sering 11. Untuk mengetahui sejauh mana
perilaku (mis.gelisah, 10. Kolaborasikan dalam keberhasilan pengurangan
merengek, menangis) pemberian analgetik nyeri
i. Masker wajah (mis. Mata 11. Evaluasi keefektifan control 12. Untuk mempercepat
kurang bercahaya, nyeri penyembuhan
tampak kacau, gerakan 12. Tingkatkan istirahat 13. Untuk mengatasi nyeri
mata berpencar atau tetap 13. Kolaborasi dengan dokter jika 14. Untuk mengurangi terjadinya
pada satu fokus ada keluhan dan tindakan nyeri
meringis) nyeri tidak berhasil
j. Sikap melindungi nyeri 14. Monitor penerimaan pasien
k. Fokus menyempit (mis. tentang manajemen nyeri
Gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses,
berpikir, penurunan
interaksi dengan orang
dan lingkungan)
l. Indikasi nyeri yang dapat
diamati
m. Perubahan posisi untuk
menghindar nyeri
n. Sikap tubuh melindungi
o. Dilatasi pupil
p. Melaporkan nyeri secara
verbal
q. Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan


:
a. Agen cedera (mis.
Biologis, zat kimia, fisik,
psikologis)

3 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC : Aspiration precaution


kurang dari kebutuhan Nutritional status : Food and Nutrition Management 1. Mengetahui pemberian nutrisi
tubuh fluid intake 1. Kaji adanya alergi makanan yang sesuai dan tidak
Nutritional status : Nutrient 2. Anjurkan kepada orang tua menimbulkan alergi
Definisi : Asupan nutrisi intake untuk memberikan makanan 2. Meningkatkan jumlah masukan
tidak cukup untuk memenuhi Weight control dengan teknik porsi kecil tapi secara bertahap
kebutuhan metabolic sering 3. Diet yang sesuai dapat
Kriteria Hasil : 3. Berikan makanan sesuai membantu proses
Batasan Karakteristik : 1. Adanya peningkatan berat dengan diet yang penyembuhan dan pemenuhan
a. Kram abdomen badan sesuai dengan tujuan diberikan/tidak merangsang nutrisi
b. Nyeri abdomen 2. Berat badan ideal sesuai usus 4. Untuk mencegah terjadinya
c. Menghindari makanan dengan tinggi badan 4. Yakinkan diet yang dimakan perdarahan usus
d. Berat badan 20% atau 3. Mampu mengidentifikasi mengandung redah serat untuk 5. Substansi gula dapat
lebih dibawah berat kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi meningkatkan energy pasien
badan ideal 4. Tidak ada tanda malnutrisi 5. Berikan substansi gula 6. Meningkatkan selera makan
e. Kerapuhan kapiler 5. Menunjukkan peningkatan 6. Sajikan makanan dalam 7. Mulut yang bersih dapat
f. Diare fungsi pengecapan dari keadaan hangat meningkatkan nafsu makan
g. Kehilangan rambut menelan 7. Jaga kebersihan mulut 8. Memberikan asupan diet yang
berlebihan 6. Tidak terjadi penurunan 8. Kolaborasi dengan ahli gizi tepat.
h. Bising usus hiperaktif berat badan berarti untuk menenukan jumlah
i. Kurang makanan kalori dan nutrisi yang Nutrition Monitoring
j. Kuran informasi dibutuhkan pasien 1. Memberikan rasa control
k. Kurang minat pada 2. Mengetahui perubahan BB
makanan Nutrition Monitoring 3. Mempermudah dalam
l. Penurunan berat badan 1. BB pasien dalam batas pemenuhan nutrisi
dengan asupan makanan normal 4. Libatkan keluarga dalam
adekuat 2. Monitor adanya penurunan pemberian nutrisi
m. Kesalahan konsepsi berat badan 5. Mempermudah dalam
n. Kesalahan informasi 3. Monitor tipe dan jumlah pemenuhan nutrisi
o. Membrane mukosa pucat aktivitas yang biasa ilakukan 6. Mengetahui kekurangan
p. Ketidakmampuan 4. Monitor interaksi anak dan kebutuhan nutrisi pasien
memakan makanan orang tua selama makan 7. Mengetahui kekurangan
q. Tonus otot menurun 5. Monitor lingkungan selama energi
r. Mengeluh gangguan makan jadwalkan pengobatan 8. Mual dan muntah
sensasi rasa dan makan selama jam makan mempengaruhi pemenuhan
s. Mengeluh asupan 6. Monitor kulit kering dan nutrisi
makanan kurang dari pigmentasi 9. Mengetahui adanya penurunan
RDA (recommended 7. Monitor turgor kulit, pemenuhan nutrisi
daily allowance) kekeringan, rambut kusam 10. Mengetahui jumlah kalori dan
t. Cepat kenyang setelah 8. Monitor mual dan muntah nutrisi yang masuk
makan 9. Monitor pucat, kemerahan
u. Sariawan rongga mulut dan kekeringan jaringan
v. Steatorea konjungtiva
w. Kelemahan otot 10. Monitor kalori dan intake
mengunyah nutrisi
x. Kelemahan otot menelan

Faktor yang berhubungan


:
a. Faktor biologis
b. Factor ekonomi
c. Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrient
d. Ketidakmampuan untuk
mencerna makan
e. Ketidakmampuan
menelan

4 Konstipasi NOC : NIC : Constipasi / Impaction


Bowel elimination Constipasi / Impaction Management
Definisi : penurunan pada Management 1. Memberikan tindakan yang
frekuensi normal defekasi Kriteria Hasil : 1. Monitor tanda dan gejala tepat pada penderita konstipasi
yang disertai oleh kesulitan 1. Mempertahankan bentuk konstipasi 2. Bising usus refleksi dari
atau pengeluaran tidak feses lunak setiap 1-3 hari 2. Monitor bising usus peristaltic usus. peristaltik usus
lengkap feses atau 2. Bebas dari 3. Anjurkan pasien / keluarga yang lambat menyebabkan
pengeluaran feses tidak ketidaknyamanan dari mencatat warna, volume, konstipasi karena penyerapan
kering, keras banyak. konstipasi frekuensi dan konsistensi tinja air di usus lebih banyak
3. Mengidentifikasi indicator 4. Menyusun jadwal ketoilet 3. Mengetahui warna, volume
Batasan Karakteristik untuk mencegah konstipasi 5. Mendorong meningkatkan frekuensi dan konsistensi tinja
a. Nyeri abdomen 4. Feses lunak dan berbentuk asupa cairan, kecuali 4. Membantu mengingatkan
b. Nyeri tekan abdomen dikontraindikasi pasien jadwal ke toilet
dengan teraba resistensi 6. Kolaborasi dengan tim medis 5. Membantu proses defekasi
otot dalam pemberian laksatif 6. Obat anti konstipasi bekerja
c. Nyeri tekan abdomen 7. Konsultasi dengan dokteer dengan meningkatkan
tanpa teraba resistensi tentang peurunan dan peristaltic atau melunakkan
otot peningkatan bising usus feses.
d. Anoreksia 8. Monitor tanda dan gejala 7. Mendiskusikan tanda dan
e. Penampilan tidak khas rupture usus/peritonitis gejala pasien
f. Borbogirigmi 9. Anjurkan pasien/keluarga 8. Mengetahui adanya injuri
g. Darah merah tanpa feses untuk diet tinggi serat 9. Memudahkan proses defekasi
h. Perubahan pada pola 10. Anjurkan pasien/keluarga pada 10. Memberikan edukasi pada
defekasi hubungan asupan diet, keluarga
i. Penurunan volume feses olahragadan cairan 11. Meminimalisis rupture usus
j. Distensi abdomen sembelit/impaksi
k. Rasa tekanan rectal 11. Ajarkan pasien/keluarga
l. Keletihan umum tentang proses pencernaan
m. Feses keras dan yang normal
berbentuk
n. Sakit kepala
o. Bisisng usus hiperaktif
p. Bisisng usus hipoaktif
q. Tidak dapat makan, mual
dan muntah
r. Nyeri pada saat defekasi
s. Perkusi abdomen pekak
t. Sering flatus
u. Tidak dapat
mengeluatlan feses
5. Intoleransi Aktivitas NOC : NIC : Activity Therapy( Terapi
a. Energy conservation Activity Therapy (terapi aktivitas)
Definisi : ketidakcukupan b. Activity tolerance aktivitas) 1. Memberikan terapi program
energy psikologis atau c. Self care : ADLs 1. Kolaborasi dengan tenaga yang tepat bagi pasien
fisiologis untuk melanjutkn rehabilitaasi medic dalam 2. Membantu pasien untuk
atau menyelesaikan aktivitas Kriteria Hasil : merencanakan program terapi memilih aktivitas yang mampu
kehidupan sehari-hari yang 1. Berpartisipasi dalam yang tepat dilakukan
harus atau yang ingin aktivitas fisik tanpa disertai 2. Bantu pasien untuk 3. Memberikan aktivitas yang
dilakukan. peningkatan tekanan darah, mengidentifikasi aktivitas sesuai kemampuan dengan
nadi, RR yang mampu dilakukan kemampuan fisik, psikologi dan
Batasan Karakteristik 2. Mampu melakukan 3. Bantu untuk memilih aktivitas social pasien
a. Respon tekanan darah aktivitas sehari-hari (ADLs) konsisten yang sesuai dengan 4. Membantu pasien untuk
abnormal terhadap secara mandiri kemampuan fisik, psikologi mendapatkan sumber aktivitas
aktivitas 3. Tanda-tanda vital normal dan social yang diperlukan
b. Respon frekuensi jantunh 4. Energy psikomotor 4. Bantu untuk mengidentifikasi 5. Membantu pasien dalam
abnormal terhadap 5. Level kelemahan dan mendapatkan sumber yang melakukan aktivitas yang ingin
aktivitas 6. Mampu berpindah dengan diperlukan untuk aktivitas dilakukan
c. Perubahan EKG yang atau tanpa banuan alat yang diinginkan 6. Membantu pasien menentukan
mencerminkan aritmia 7. Status kardiopulmunari 5. Bantu untuk mendapatkan alat aktivitas yang disukai
d. Perubahan EKG yang adekuat bantuan aktivitas seperti kursi 7. Membantu pasien membuat
mencerminkan iskemia 8. Sirkulasi status baik roda,kruk jadwal latihan agar terapi dapat
e. Ketidaknyamanan 9. Status respirasi : pertukaran 6. Bantu untuk mengidentifikasi ilakukan dengan baik
setelah beraktivitas gas dan ventilasi adekuat aktivitas yang disukai 8. Membantu pasien atau keluarga
f. Dispnea setelah 7. Bantu pasien untuk membuat memahami kekurangan yang
beraktivitas jadwal latihan di waktu luang ada dalam aktivitas yang akan
g. Menyatakan merasa letih 8. Bantu pasien/keluarga untuk dilakukan
dan lemah mengidentifikasi kekurangan 9. Meningkatkan aktivitas
dalam beraktivitas individual
Faktor yang berhubungan : 9. Sediakan penguatan positif 10. Mengetahui respon pasien
a. Tirah baring atau bagi yang aktif beraktivitas terhadap stress aktivitas
imobilisasi 10. Monitor respon fisik, emosi, 11. Memberikan motivasi dan
b. Kelelahan umum social dan spiritual semangat agar pasien mampu
c. Ketidakseimbangan 11. Bantu pasien untuk melakukan aktivitas kembali
antara suplai dan mengembangkan motivasi diri
kebutuhan oksigen dan penguatan
d. Gaya hidup monoton

6. Resiko kekurangan volume NOC : NIC : Fluid management


cairan a. Fluid balance Fluid management 1. Mengidentifikasi kebutuhan
b. Hydration 1. Pertahankan catatan intake cairan
Definisi : Beresiko c. Nutrition status : food and output yang akurat 2. Mengetahui derajat status
mengalami dehidrasi fluid intake 2. Monitor status hidrasi dehidrasi
vascular, selular atau (kelembaban, membrane 3. Mengetahui suhu, nadi dan
intraselular. Kriteria Hasil : mokussa, nadi adekuat, pernafasan
1. Mempertahankan urine tekanan darah) 4. Mengontrol keseimbangan
Faktor resiko : output sesuai dengan usia, 3. Monitor vital sign cairan
a. Kehilangan volume BB, BJ urine normal, HT 4. Monitor masukan 5. Untuk mengganti cairan tubh
cairan aktif normal makanan/cairan yang hilang
b. Kurang pengetahuan 2. Tekanan darah, nadi, suhu 5. Kolaborasikan pemberian 6. Mengetahui status nutrisi
c. Penyimpanan yang tubuh dalam batas normal cairan IV 7. Membantu dalam pemenuhan
mempengaruhi akses 3. Tidak ada tanda-tanda 6. Monitor status nutrisi kebutuhan cairan
cairan dehidrasi, elastisitas turgor 7. Dorong masukan oral 8. Membantu pasien dalam
d. Penyimpangan yang kulit baik, membrane 8. Dorong keluarga untuk pemenuhan kebutuhan cairan
mempengaruhi akses mokusa lembab, tidak ada membantu makan pasien 9. Membantu dalam pemenuhan
cairan rasa haus yang berlebihan 9. Tawarkan snack (jus buah, kebutuhan cairan
e. Penyimpanan yang buah segar) 10. Menentukan tindakan yang
mempengaruhi asupan 10. Kolaborasi dengan dokter tepat dan membantu pemulihan
cairan untuk membantu pemulihan optimal
f. Kehilangan cairan optimal
berlebihan melalui rute
normal (mis. Diare)
g. Usia lanjut
h. Berat badan ekstrim
i. Factor yang
mempengaruhi
kebutuhan cairan (mis.
Status hipermetabolik)
j. Kegagalan fungsi
regulator
k. Kehilangan cairan
berlebihan melalui rute
abnormal (mis. Slang
menetap)
l. Agens fermasutikal (mis.
Diuretik)

Sumber : NANDA NICNOC, 2016


56

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah proses membantu pasien untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah rencana

tindakan disusun. Perawat mengimplementasi tindakan yang telah

diindentifikasi dalam rencana asuhan keperawtan. Dimana tujuan

implementasi keperawatan adalah meningkatkan kesehatan pasien,

mencegah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi koping pasien

(Hutahaean Serri, 2010).

Dalam implementasi rencana tindakan keperawatan pada anak

demam typhoid adalah mengkaji keadaan pasien, melibatkan keluarga

dalam pemberian kompres hangat, menganjurkan pasien memakai

pakaian tipis, mengobservasi reaksi non verbal, mengkaji intake dan

output pasien, dan membantu keluarga dalam memberikan asupan/

kepada pasien.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan

merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat

mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawtan dalam

mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan (Hutahaean

Serri, 2010). Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien

dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakajn

hubungan dengan pasien, macam-macam evaluasi:


57

a. Evaluasi formatif

Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera

pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan, dan ditulis pada

catatan perawatan.

b. Evaluasi sumatif SOAP

Kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai

waktu pada tujuan, ditulis pada catatan perkembangan.

Hasil yang diharapkan pada anak setelah dilakukan tindakan

keperawatan adalah orang tua mengatakan demam berkurang dengan

suhu 36,5 °C, orang tua mengatakan nyeri sudah berkurang dan

membantu mengontrol nyeri dengan tehnik non farmakologi, orang tua

mengatakan tidak terjadi penurunan BB secara signifikan. Tindakan

selanjutnya mengobservasi keluhan pasien dan pemeriksaan tanda-

tanda vital pasien.


BAB III

METODE PENULISAN

A. Rancangan

Rancangan pada Karya Tulis Ilmiah ini dalam bentuk Laporan

Asuhan Keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan yaitu dengan cara mengumpulkan data dimulai dari

pengkajian, menentukan diagnosa, melakukan perencanaan, melaksanakan

tindakan dan melakukan evaluasi kepada pasien/pasien. Laporan Asuhan

Keperawatan ini bertujuan untuk mengeksplorasi asuhan keperawatan

Pasien/Pasien dengan masalah Tuberkulosis Paru di wilayah

kerja Puskesmas. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan proses

keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subjek Asuhan Keperawatan

Subjek dalam laporan asuhan keperawatan ini adalah pasien anak

dengan demam typhoid di Rumah Sakit Idaman Kota Banjarbaru. Dengan

kriteria sebagai berikut:

1. Anak yang mengalami demam tifoid berdasarkan diagnosa medic

2. Jumlah anak yang akan dijadikan subjek dalam asuhan keperawatan

sebanyak 1 anak

3. Anak yang mengalami demam tifoid dengan kesadaran composmentis.

4. Anak yang mengalami demam tifoid dengan rentang usia 5-10 tahun.
59

5. Bersedia dikunjungi minimal 3 hari dilakukan tindakan

asuhan keperawatan anak

6. Pasien sudah menjalani Rapid Test Covid-19 dan dinyatakan negatif

atau nonreaktif.

7. Bersedia menjadi responden dan sudah mengisi inform consent.

C. Fokus Asuhan Keperawatan

Fokus laporan asuhan keperawatan ini adalah Asuhan Keperawatan

pada anak dengan demam typhoid di Rumah Sakit Idaman Kota

Banjarbaru yang meliputi tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Nursalam (2017) adalah definisi

berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan

tersebut. Untuk mempermudah dalam memahami proses pembuatan

Laporan Asuhan Keperawatan ini, maka penulis membuat penjelasan

sebagai berikut:

1. Anak adalah seseorang yang belum 18 tahun, termasuk anak yang

masih dalam kandungan terdapat dalam undang-undang No.23 Tahun

2002 tentang perlindungan anak. Asuhan keperawatan anak dilakukan

pada anak yang berusia antara 5-18 tahun.


60

2. Demam typhoid merupakan penyakit infeksi akut yang mengganggu

system pencernaan dan apabila tidak ditangani dengan benar akan

menyebabkan perforasi atau perdarahan usus.

3. Asuhan keperawatan pada anak dengan demam tyhpoid merupakan

kegiatan dimana perawat melakukan sebuah tahapan dari pengkajian,

perumusan diagnosa, intervensi, implementasi hingga evaluasi

terhadap implementasi yang telah dilakukan kepada pasien.

a. Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengidentifikasi status kesehatan pasien dan

keluarga.

b. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon anak

dengan demam typhoid terhadap masalah kesehatan terutama

mengenai perawatan demam typhoid.

c. Intervensi keperawatan adalah serangkaian tindakan yang akan

dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang telah

teridentifikasi pada anak demam typhoid

d. Implementasi keperawatan adalah realisasi intervensi

keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

e. Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara

membandingkan perubahan keadaaan pasien setelah dilakukan

intervensi dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap

intervensi.
61

E. Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen Asuhan Keperawatan

Instrumen yang digunakan meliputi format pengkajian keluarga,

lembar observasi, alat perekam suara dan kamera. Dokumen responden

untuk melihat data responden yang akan diteliti.

2. Cara Pengumpulan Data

a. Wawancara

Pada asuhan keperawatan ini sumber data didapatkan dari hasil

wawancara dengan pasien dan keluarga yang berisi tentang

identitas anak, identitas kepala keluarga, identitas anggota

keluarga, riwayat keluarga inti, tahap

perkembangan keluarga, keluhan utama pasien, riwayat penyakit

sekarang, riwayat penyakit dahulu serta riwayat penyakit keluarga.

b. Observasi

Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara

langsung dengan mengamati perilaku dan keadaan pasien.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi

pada tubuh pasien.

d. Studi literatur

Studi literature dengan mempelajari dan mengumpulkan referensi

yang berhubungan dengan Demam Typhoid.

e. Studi Dokumentasi
62

Studi dokumentasi diperoleh dengan melihat dokumen-dokumen

hasil pemeriksaan diagnostik pasien.

F. Tempat dan Waktu Asuhan Keperawatan

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSD Idaman Banjarbaru Jl. Trikora No.115,

Guntung Manggis, Kec. Landasan Ulin, Kota Banjarbaru.

2. Waktu Asuhan Keperawatab

No Agenda Kegiatan Waktu


.
1. Penyelesaian Proposal Oktober-Februari 2020
2. Ujian Proposal Februari 2021
3. Penyelesaian Kasus/Pelaksanaan Asuhan Februari-Maret 2021
4. Penyelesaian LTA Maret-April 2021
5. Ujian Sidang LTA April 2021
Tabel 3.1 Agenda Kegiatan dan Waktu Studi Kasus

G. Penyajian Data Studi Kasus

1. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak studi kasus di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Dalam tahap

ini data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu

(Notoatmodjo, 2014). Analisis data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang

ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan

jawaban-jawaban dari studi kasus yang diperoleh dari hasil intrepetasi

wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan

masalah studi kasus ini. Teknik analisis digunakan dengan cara


63

observasi oleh penulis dan studi dokumentasi yang menghasilkan data

untuk selanjutnya di interpretasikan dan dibandingkan dengan teori

yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam

intervensi tersebut.

2. Penyajian Data

a. Data disajikan secara tekstual/narasi dan dapat disertai dengan

cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang merupakan

data pendukungnya sesuai dengan format asuhan keperawatan

anak.

b. Tabel untuk analisa data, diagnosis, perencanaan, implementasi dan

evaluasi.

H. Etika Studi Kasus

Dalam melaksanakan studi kasus ini penulis menekankan masalah

etika yang meliputi (Hidayat, 2008; Nursalam, 2017):

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Inforemed consent merupakan bentuk persetujuan antara

penulis dan responden studi kasusdengan memberikan lembar

persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum studi

kasusdilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek

mengerti maksud dan tujuan studi kasus, mengetahui dampaknya. Jika

subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan. Jika responden tidak bersedia maka penulis harus


64

menghormati hak Pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam

informed consent tersebut antara lain: partisipasi responden, tujuan

dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek studi kasusdengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil studi kasusyang akan disajikan. Untuk

menjaga kerahasiaan pada lembar yang telah diisi oleh responden,

penulis tidak mencantumkan nama secara lengkap, responden cukup

mencantumkan nama inisial saja.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil studi kasus, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh penulis, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset. Penulis menjelaskan bahwa data yang

diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaannya oleh penulis.

4. Protokol Kesehatan Pencegahan Covid-19

Penelitian ini dilakukan pada masa pandemi covid-19, jadi

protokol kesehatan menjadi salah satu etika dalam memberikan


65

asuhan keperawatan pada penelitian ini. Protokol meliputi skrining

covid-19 pasien yang dapat dibuktikan dengan data Rumah Sakit dan

penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti menggunakan masker

bedah atau N95, faceshield, dan handscoon.


DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad 2013. Medikal Bedah. Yogyakarta : Diva Press

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Pedoman Pengendalian


Demam Tifoid. Menteri Kesehatan Repubik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Informatorium Obat Nasional


Indonesia, Depkes RI, Jakarta

Evelyn C .Pearce, 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedik. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka utama.

Hasta, Handayani I. 2020 Buku Demam Tifoid Hasta 2020, Diakses pada tanggal
5 Januari 2021 dari https://www.researchgate. net/publication
/343110976_BUKU_DEMAM_ TIFOID_HASTA_2020

Herdman, T.H., Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis


Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2016, Ed. 10. Jakarta: EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan.. Jakarta. Salemba Medika

Internasional, NANDA,2016. Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi(2016). Jakarta : EGC

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Hasil Utama Riskesdas 2013,


Diakses pada tanggal 5 Januari 2021 dari
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015, Pedoman penggunaan


antibiotik, Kemenkes RI, Jakarta

Lestari Titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogjakarta: Nuha Medika

Lestari, Y., & Nirmala, F.2017. Analisis Dampak Kepadatan Lalat, Sanitasi
Lingkungan Dan Personal Higiene Terhadap Kejadian Demam Tifoid Di
Pemukiman Uptd Rumah Pemotongan Hewan (Rph) Kota Kendari Tahun
2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(6).

Marni. 2016. Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis. Wonogiri :


Erlangga

Ngastiyah. 2006. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.


Nugraheni, S. W., Ruslinawati, Y. 2013.Tinjauan Kelengkapan Dokumen
Rekam Medis Pasien Rawat Inap Penyakit Typhoid Fever di RSUD
Banyudono Boyolali Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan
Informatika Kesehatan, Vol. 3(3), 51-54.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi, 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan
NANDA NIC-NOC, Jakarta, Media Action Publishing.

Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak( Untuk Perawat dan
Bidan).Jakarta : Selemba Medika Pearce.

Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Jakarta: Salemba Medika.

Purba, I. E., Wandra, T., Nugrahini, N., Nawawi, S., & Kandun, N. 2016.
Program pengendalian demam tifoid di Indonesia: tantangan dan
peluang. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 26(2), 99-108.
Diakses pada tanggal 5 Januari 2021 dari
http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/MPK/article/view/5447/448
3

Ranuh, 2013. Beberapa Catatan Kesehatan Anak. Jakarta: CVS Agung Seto.

Sari, 2016. Asuhan Keperawatan Pada Anak Demam Typoid Usia Sekolah.

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal


dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogjakarta: Pustaka


Pelajar

Sudoyo Aru, 2013. Asuhan Keperawatan Nanda Nic-Noc. Jilid 1. Yogyakarta :


Medication Publishing.

WHO, 2019. Diakses pada tanggal 5 Januari 2021 https://www.who.int /bulletin


/volumes /86/4/06 -039818/en/

Wibisono Elita et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media


Aesculapius.
Widagdo. 2011. Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:
Sagung Seto.
Wulandari, I. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Demam Tifoid Di
RSD Idaman Banjarbaru. KTI Polieknik Kesehatan Kemenkes
Banjarmasin 
Lampiran 1

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI STUDI KASUS

1. Saya adalah penulis berasal dari Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan


Keperawatan Program Studi Diploma III Reguler dengan ini meminta anda
untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam studi kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Typhoid Di Rumah
Sakit Idaman Banjarbaru”
2. Tujuan dari Studi Kasus LTA ini adalah untuk mengeksplorasi Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Typhoid Di Rumah Sakit Idaman
Kota Banjarbaru yang dapat memberikan manfaat berupa menjadi rujukan
dan sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
lama studi kasus ini minimal 3 hari dan akan berlangsung satu bulan sekitar
bulan Februari 2021 sampai Maret 2021.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, studi literatur, dan studi dokumentasi. Cara ini mungkin
menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu khawatir karena
studi kasus ini untuk kepentingan pengembangan asuhan / pelayan
keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada studi kasus
ini adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan /
tindakan yang diberikan.
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
akan tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan studi kasus ini,
silahkan menghubungi penulis pada nomor HP : 082251507049

Penulis

(Sophia Al Hady)
Lampiran 2

INFORMED CONSENT
(Persetujuan menjadi Partisipan)

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah


mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai studi kasus yang
akan dilakukan oleh (Sophia Al Hady) (P07120118116) dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Typhoid Di Rumah Sakit Idaman
Banjarbaru”.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada studi kasus ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama studi kasus ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa
sanksi apapun.

Banjarbaru, Februari 2020

Saksi Partisipan/ Pasien

(......................................) (......................................)

Penulis

(Sophia Al Hady)
Lampiran 3
FORMAT PENGKAJIAN DI RUANG ANAK

I. Biodata
a. Identitas Pasien
1.      Nama/Nama panggilan :
2.      Tempat tanggal lahir / Usia :
3.      Jenis Kelamin :
4.      A g a m a :
5.      Pendidikan :
6.      A l a m a t :
7.     Tanggal masuk :
8.     Tanggal pengkajian :
9.     Diagnosa Medik :
10.   Rencana therapi :
b. Identitas Orang Tua
1.   Ayah
a.       Nama :
b.       Usia :
c.       Pendidikan :
d.       Pekerjaan :
e.       Agama :
f.        Alamat :
2.   Ibu
a.       Nama :
b.       Usia :
c.       Pendidikan :
d.       Pekerjaan :
e.       Agama :
f.        Alamat :
c. Identitas Saudara Kandung

No NAMA USIA HUBUNGAN KETERANGAN

II. Keluhan Utama / Alasan Masuk RS.

III. Riwayat Sekarang


A. Riwayat Kesehatan sekarang
B. Riwayat Kesehatan lalu
( Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun )
1.     Pre Natal Care
a. Mulai melakukan perawatan selama hamil, sejak .....bln
sebanyak .....kali
b. Keluhan ibu selama hamil :
c. Tidak ada/ Ada riwayat terkena sinar X
d. Kenaikan BB selama hamil .....kg
e.  Imunisasi :.... pemberian (jenis...... )
f.  Golongan darah ibu dan ayah ?
2.   Natal
a.  Tempat melahirkan di .....
b.  Lama dan jenis persalinan ......
c.  Menolong persalinan adalah ..........
d.  Cara untuk memudahkan persalinan ........
3.    Post Natal
a.  Kondisi bayi ( BB : ..... gr dan PB : ...... cm )
b.  Keadaan anak setelah 28 hari :..................
c.  Ada penyakit hiperbilirubinemia, kulit kebiruan, Ada/ tidak
problem menyusui, masalah BB
( Untuk semua usia )
-  Penyakit yang pernah dialami :.......
-  Pernah mengalami Kecelakaan termasuk keracunan.
-  Prosedur operasi dan perawatan RS :
-  Alergi ( makanan, obat-obatan, zat/substansi, tekstil ) :
-  Pengobatan dini ( komsumsi obat-obatan bebas ) :
C.  Riwayat Kesehatan keluarga
-  Penyakit anggota keluarga :
- Genogram
IV. Riwayat imunisasi
Waktu Reaksi setelah
No Jenis Imunisasi
pemberaian pemberian

BCG

DPT
Polio
Campak
Hepatitis
lain – lain

V. Riwayat Tumbuh Kembang.


1. Pertumbuhan Fisik
a. Berat Badan : BB lahir : ..... Kg masuk RS : .....kg.
b. Tinggi Badan : PB lahir : ..... cm, PB masuk RS :..... Cm
c.Waktu tumbuh :....... bulan dan tanggalnya gigi :
2. Perkembangan Tiap tahap
a.       Berguling : .....bulan
b.       Duduk : .....bulan
c.       Merangkak : ......bulan
d.       Berdiri : ......bulan
e.       Berjalan : ......bulan
f.       Senyum kepada orang lain : .....bulan
g.       Bicara pertama kali : ...... tahun
h.       Berpakaian tanpa bantuan : ....... tahun
VI. Riwayat Nutrisi
A.     Pemberian ASI
1.       Pertama kali disusui : .... jam setelah melahirkan
2.       Waktu dan cara pemberian : ...................
3.       Lama pemberian : ...................
4.       ASI diberikan sampai usia : ...................
B.     Pemberian Susu tambahan
C.     Pemberian makanan tambahan
D.     Pola perubahan Nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis nutrisi Lama pemberian
0 – 3 bulan
4 – 12 bulan
24 bulan keatas

VII. Riwayat Psichososial


-    Anak tinggal di rumah bersama ........
-    Lingkungan berada di
-    Hubungan antar anggota keluarga :
-    Yang mengasuh anaknya adalah ..............
VIII. Riwayat Spritual
IX. Reaksi Hospitalisasi
A.     Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
-    Ibunya membawa anaknya ke RS karena........
-    Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak :................
-    Bagaimana perasaan orang tua saat ini :..................
-    Orang tua selalu mengunjungi anaknya ? ayah/ibu, waktunya .......
-    Siapa yang akan tinggal dengan anak :...........................
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

X. Aktivitas sehari-hari
A.  Nutrisi
Sebelum sakit :
Saat sakit :
B.  Cairan
Sebelum sakit :
Saat Sakit :
C. Eliminasi (bak/bab)
Tempat pembuangan :
Frekwensi :
Konsistensi :
Pada saat pengkajian ................
D.  Istirahat /tidur :
Sebelum sakit :
Saat Sakit :
E.  Olah raga :
F.   Personal Hygine :
-          Mandi : Frekuensi .....x/ hari, mandiri/dibantu
-          Cuci rambut : Frekwensi .....x/mgg, mandiri/ dibantu
-          Gunting kuku : ......................., mandiri/ dibantu
G.     Rekreasi

XI.   Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum Pasien : lemah
b. Tanda – tanda vital :
Suhu : ........°C
Nadi : ........x kali / menit
Respirasi : ........x/ menit
Tekanan Darah : ........mmHg
c. Antropometri :
Panjang badan : ....... cm
Berat Badan : ....... kg.
Lingkar lengan atas : ....... cm
Lingkar kepala : ........ cm
Lingkar dada : ........ cm
Lingkar perut : ......... cm
d. Sistem Pernafasan
Hidung : Simetris/ tidak, pernafasan cuping hidung : ada/ tidak ada,
secret : ada/tidak ada
Leher : Pembesaran kelenjar dan tumor : ada/tidak ada
Dada :
Bentuk dada :
Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal :
Gerakan dada : retraksi dada : ada / tidak ada
Suara nafas :
Clubbling finger : ada/ tidak ada
e. Sistem kardiovaskuler :
Conjungtiva : pucat/merah muda, bibir : tidak pucat/cyanosis, arteri carotis
: kuat/ lemah, tekanan vena jugularis : meningkat/tidak meningk
Ukuran Jantung :ada/ tidak ada pembesaran
Suara jantung :ada/tidak ada bunyi abnormal
Capillary refilling time :.....detik
f. Sistem Pencernaan
Sklera :ikterus/tidak ikterus, Bibir : lembab/ kering
Mulut : Lidah ......., stomatitis : ada/tidak ada, kemampuan menelan
baik/tidak baik, gerakan lidah ........, jumlah gigi lengkap/tidak lengkap,
ada caries/tidak.
Gaster : gerakan paristaltik ....x/menit, kembung tidak/ada
Abdomen : pada pemeriksaan 4 kuadran ada/ tidak ada ditemukan adanya
nyeri tekan, ataupun pembesaran organ, permukaan perut ........, ikterik/
tidak ikterik, keadaan kulit.
Anus :ada/ tidak ada lecet, hemoroid : ada/ tidak ada.
g. Sistem indra
Mata : kelopak mata ada/tidak ada kemerahan ataupun ptosis,
Visus.......,
Lapang pandang :
Hidung :Fungsi Penciuman......, ada/ tidak ada secret, trauma hidung:
pernah/tidak pernah, mimisan:pernah/tidak pernah.
Telinga : keadaan daun telingan baik, operasi telinga tidak pernah,
membrane tympani baik, fungsi pendengran baik dapat mendengar bunyi
gesekan rambut.
h. Sistem syaraf
1. Fungsi cerebral :
Status mental : Orientasi terhadap waktu / tempat/ orang : ...............
Memory : ..........................
Kesadaran :...................., GCS : E.....V......M.........
Perhatian dan perhitungan :.........................................................
Bahasa : pasien dapat mengikuti perintah/ tidak.
Bicara : respon terhadap pertanyaan tepat/ tidak*, bicara lancar/
tidak*, ekspresi saat bicara baik/ tidak*.
2. Fungsi cranial :
Nervus 1 : dapat/ tidak dapat membedakan
Nervus II : Visus ........., lapang pandang ...........
Nervus III : pupil mampu/ tidak* mengecil/ miosis dan membesar/
midriasis,
Nervus IV : ketajaman penglihatan ..........,
Nervus VI : dapat/ tidak dapat * menggerakkan bola mata kekiri dan
ke kanan
Nervus V : sensasi .........................motorik :.......................
Nervus VII : dapat/tidak dapat * membedakan rasa
Nervus VIII :...........................
Nervus IX :........................
Nervus X : Gerakan ovula baik/ tidak *, reflek menelan baik/ tidak*.
Nervus XI :..................................., pasien mampu/ tidak* melawan
tahanan
Nervus XII : gerakan lidah: ...................................
3. Fungsi Motorik : massa otot : otropi ada/tidak*, tonus otot : baik/
tidak*, Kekuatan : ....
4. Fungsi sensorik : suhu..........,Nyeri....., getaran ............
5. Fungsi cerebellum : koordinasi jari hidung baik/tidak baik*
6. Reflek :................
7. Iritasi meningen : kaku kuduk : (-/+), lesaque : ...... o,Kernig : ......0,
Brudzinski : (-/+), Babinski : (-/+), supervisial (-/+)
i.    Sistem Muskulo Skeletal
 Kepala : ubun – ubun besar terbuka/tertutup*, ubun-ubun kecil
terbuka/tertutup*
 Vertebrae: khyposis/ lordosis/ skoliosis*, gerakan baik/tidak baik*,
ROM : bebas/terbatas*
 Pelvis : ka-ki sejajar/tidak*
 Lutut : balotemen test (+/-), ROM : bebas/terbatas*
 Kaki : ROM : bebas/ terbatas*
 Bahu : Pergerakan baik/tidak baik*
 Tangan : pergerakan baik/ tidak baik*
j.         Sistem Integumen
 Rambut : warna : .........., mudah/tidak mudah* tercabut, bersih/
kurang bersih*
 Kulit : warna : ................., temperatur : .......0C , kelembaban :
kering/ lembab*
 Kuku : warna : ..............., permukaan kuku datar/ cembung*,
mudah/tidak mudah* patah bersih/ kotor*.
k.       Sistem Endokrine :
 Kelenjar thyroid : ada/Tidak ada* pembesaran
 Ekskresi urine : .............cc/ sekali berkemih
 Ada/Tidak ada riwayat urine dikelilingi semut
l.         Sistem perkemihan
m.     Sistem imun ( ada riwayat alergi dingin ).

XII.  Test diagnostik


 Laboratorium Nilai Normal
 Ro. Photo
XIII.   Teraphi saat ini
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

Diagnosa Keperawatan Tgl. ditemukan Tgl. Teratasi


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji MistarCokrokusumo No. 1 ABanjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773267 – 4780516 – 4781619 Fax. (0511) 4772288
e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekkesbjm@yahoo.co.id
JurusanKesehatanLingkungan (0511) 4781131 ;Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511)
4772517 ; Gizi (0511) 4368621 ;Keperawatan Gigi (0511) 4781356 : AnalisKesehatan (0511)
4772718

KARTU KONSULTASI

Nama : Sophia Al Hady


Foto 4x6
Nim : P07120118116

Pembimbing : I. Ainun Sajidah, S.Kep, Ns, M.Biomed

II. Hj. Zainab, S.ST, M.Kes

Judul : Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam

Typhoid di Rumah Sakit Idaman Banjarbaru

No Tanggal Saran Perbaikan Paraf


1. 10 September 2020 - Judul acc, lanjutkan bab 1

2. 21 September 2020 - Pada bab 1 kata negara, provinsi,


perbaiki menggunakan huruf besar
pada awal kata
- Uraikan pada latar belakang apa
masalahnya, kronologi masalah,
skala masalah(berupa data-data,
jumlah kasus-kasus bisa secara
umum, misal dari Indonesia
spesifik ke provinsi kalsel dan
tempat yang akan diteliti)
- Manfaat terlalu umum sebagai
bacaan, buat manfaat yang lebih.

3. 7 Oktober 2020 - Pertimbangkan tempat penelitian,


sebutkan dalam judul, rumusan
masalah dan tujuan
- Lanjutkan ke Bab 2

4. 5 November 2020 - Berikan keterangan gambar di


pathway dan beri nomor
- Upayakan referensi terbaru

5. 20 Desember 2020 - Pathway disinkronkan dengan


diagnosa yang muncul di rumusan
diagnosa teori NIC NOC
- Bab 2 Acc, lanjutkan ke bab
berikutnya
6. Januari 2021 - Bab 3 Acc
- Lengkapi proposal dengan daftar
pustaka, kata pengantar, dll

7. 0 Januari 2021 - Proposal acc, siapkan untuk


seminar proposal

Pembimbing I

(Ainun Sajidah, S.Kep, Ns, M.Biomed)


NIP.197608082003122002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji MistarCokrokusumo No. 1 ABanjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773267 – 4780516 – 4781619 Fax. (0511) 4772288
e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekkesbjm@yahoo.co.id
JurusanKesehatanLingkungan (0511) 4781131 ;Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511)
4772517 ;Gizi (0511) 4368621 ;Keperawatan Gigi (0511) 4781356 : AnalisKesehatan (0511)4772718

KARTU KONSULTASI

Nama : Sophia Al Hady

Nim : P07120118116 Foto 4x6

Pembimbing : I. Ainun Sajidah, S.Kep, Ns, M.Biomed

II. Hj. Zainab, S.ST, M.Kes

Judul : Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam

Typhoid di Rumah Sakit Idaman Banjarbaru

No Tanggal Saran Perbaikan Paraf


1. 20 September 2020 - Judul Acc, lanjut bab 1

2. 12 November 2020 - Sistematika pengetikan tolong


diperhatikan. Margin sesuaikan
dengan pedoman LTA, spasi
diperhatikan, dll.
- Penulisan sumber pustaka yang
digunakan tolong dicek kembali,
besar huruf tolong diperhatikan
- Tentukan apakah LTA ini studi
literature/penelitian
3. 25 Desember 2020 - Perbaiki ukuran huruf, sesuaikan
dengan pedoman
- Gunakan data Riskesdas terbaru
4. 2 Januari 2021 - Bab 2 Acc, lanjutkan ke bab 3
5 21 Januari 2021 - Proposal acc, siapkan untuk
seminar proposal

Pembimbing II

Hj. Zainab, S.ST, M.Kes


NIP. 197603222002122001

Anda mungkin juga menyukai