Anda di halaman 1dari 165

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DEMAM TYPHOID DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS BANJARBARU UTARA
KOTA BANJARBARU

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh
predikat Ahli Madya Keperawatan

Oleh :
Sophia Al Hady
NIM P07120118116

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PROGRAM DIPLOMA TIGA
2021
@ 2021
Hak Cipta pada Penulis

ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Sophia Al Hady


Nama Panggilan : Al Hady
TTL : Sungai Pinang, 10 Januari 2000
NIM : P07120118116
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar
Alamat : Jl.Alabio-Danau Panggang, RT.001 RW.001 No.024 Desa
Rantau Bujur Tengah Kec. Sungai Tabukan Kab. Hulu
Sungai Utara, Kalimantan Selatan
No.Hp/WA : 082251507049
Email : sophiaalhady09@gmail.com
Nama Orang Tua
Ayah : Fauzi
Ibu : Jahrah
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Swasta
Ibu : Swasta
Riwayat Pendidikan :
1. TK RA Darun Najah (Tahun 2003-2005)
2. MINU Darun Najah (Tahun 2005-2011)
3. MTsN 4 Hulu Sungai Utara (Tahun 2011-2014)
4. MAN 2 Hulu Sungai Utara (Tahun 2014-2017)
5. Politeknik Banjarmasin Program Studi Diploma III Jurusan Keperawatan
(2018– Sekarang)

v
Prestasi/Pencapaian
1. SD :
- Juara 3 lomba Menggambar Tingkat SD/MI se- se-Kabupaten Hulu
Sungai Selatan tahun 2010
2. SMA :
- Juara 1 OSN Biologi tingkat SMA/MA se-Kabupaten Hulu Sungai
Utara tahun 2016
- Juara 2 KSM Biologi tingkat SMA/MA se-Kabupaten Hulu Sungai
Utara tahun 2016
- Juara 4 Lomba Statistika dan Matematika tingkat SMA/MA se-
Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2016

Organisasi/Kegiatan
1. SD : Pramuka, Silat
2. MTs : Pramuka, Silat
3. SMA : Pramuka (Tahun 2014-2016)
PMR (Tahun 2014-2016)
Ekstrakurikuler Futsal dan Habsyi (Tahun 2014-2016)
4. PT : UKM Futsal (Tahun 2018-2019)
Koordinor Divisi Sosial Masyarakat BEM (Tahun 2019-2020)
Dewan Perwakilan Mahasiswa (Tahun 2020-Sekarang)
5. Ekternal : Tidak ada

vi
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan kasih-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Demam Typhoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara
Kota Banjarbaru” dapat diselesaikan dengan baik. Karya Tulis Ilmiah ini dibuat
sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III
Jurusan Keperawatan di Politeknik Kesehatan Banjarmasin.
Keterbatasan kemampuan penulisan dan kesulitan dalam pencarian
literatur membuat penulis tidak sedikit mengalami hambatan, namun berkat dari
bantuan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
selesai dengan tepat waktu. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Mahpolah, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Banjarmasin.
2. Bapak Dr. Agus Rachmadi, S.Pd., A.Kep.,M.Si,Med selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin.
3. Ibu. Hj. Zainab, S.ST., M.Kes selaku ketua Prodi Diploma III Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin serta selaku pembimbing II
yang sangat berperan dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
4. Ibu Hj. Ainun Sajidah, S.Kep., Ns., M.Biomed selaku pembimbing I yang
sangat berperan dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu. Evy Marlinda, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An selaku Penguji Karya
Tulis Ilmiah ini.
6. Dosen-dosen pengajar serta staf pendidikan Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Banjarmasin.
7. Seluruh jajaran staf akademik dan administrasi kemahasiswaan Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin atas kerjasama, dukungan
dan bantuan yang telah diberikan selama ini.

vii
8. Kepala Puskesmas Banjarbaru Utara beserta semua pihak Puskesmas
Banjarbau Utara.
9. Kedua Orang tua dan adik-adik saya yang selalu mendoakan kesuksesan dan
kelancaran urusan saya selama ini.
10. Semua keluarga saya yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun
material dan doa yang selalu dipanjatkan untuk kelancaran pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini
11. Semua orang yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
12. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2018 dan semua pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang secara langsung maupun tidak langsung
dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Semoga seluruh bantuan dan kerjasama yang diberikan semua pihak
mendapatkan ridho dan nilai amal yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan c ini, karena itu penulis
mohon arahan saran dan kritik yang sifatnya menyempurnakan penelitian ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, April 2021

Penulis

viii
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
TAHUN 2021
ABSTRAK
Karya Tulis Ilmiah
SOPHIA AL HADY
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM TYPHOID
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARBARU UTARA
KOTA BANJARBARU
Ainun Sajidah & Zainab
ix +112 halaman ; + 2 tabel ; 2 gambar + 11 lampiran

Demam typhoid merupakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan


oleh bakteri Salmonella typhi yang menular melalui makanan atau air yang
sudah terkontaminasi. Penyakit ini bersifat mudah menular dan menjadi salah
satu masalah kesehatan utama di negara berkembang serta sangat erat
kaitannya dengan sanitasi yang jelek di suatu masyarakat. Tujuan penelitian ini,
untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien anak dengan demam typhoid.
Penelitian ini berupa laporan asuhan keperawatan pada klien anak
dengan demam typhoid yang bersedia dilakukan asuhan dengan pendekatan
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi, &
dokumentasi. Metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi &
pemeriksaan fisik, studi dokumentasi format pengkajian keperawatan.
Hasil pengkajian didapatkan anak berusia 8 tahun dangan keluhan
demam, pusing, mual-mual, muntah, badan terasa lemah lesu dan susah tidur
pada malam hari. Penulis mendapatkan 4 diagnosa keperawatan berdasarkan
hasil pengkajiannya yaitu hipertermia berhubungan dengan proses penyakit,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya nafsu makan dan gangguan pemenuhan istirahat dan tidur
berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, serta kurangnya pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
Dari keempat diagnosa, semua diagnosa dapat teratasi secara
keseluruhan sesuai dengan kriteria hasil pada perencanaan dan implementasi
keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan. Diharapkan penelitian
ini menjadi salah satu bahan edukasi & intervensi keperawatan yang dapat
diterapkan di puskesmas sebagai standar operasional dalam penatalaksanaan
klien anak dengan demam typhoid.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Demam Typhoid


Kepustakaan : (2005 – 2020)

ix
MINISTRY OF HEALTH REPUBLIC INDONESIA
HEALTH POLYTECHNIC OF BANJARMASIN
DIPLOMA III STUDY PROGRAM NURSING
YEAR 2021
ABSTRACT
Final Task Report
SOPHIA AL HADY
NURSING CARE FOR CHILDREN WITH TYPHOID FEVER IN THE
WORKING AREA OF PHC NORTH BANJARBARU
BANJARBARU CITY
Ainun Sajidah & Zainab
x +112 pages ; + 2 tables ; 2 images + 11 attachments

Typhoid fever is a systemic infectious disease caused by Salmonella


typhi bacteria which is transmitted through contaminated food or water. This
disease is contagious and is one of the main health problems in developing
countries and is closely related to poor sanitation in a society. The purpose of
this study was to provide nursing care to child clients with typhoid fever.
This research is in the form of a nursing care report for a child client with
typhoid fever who is willing to be treated with an approach including
assessment, diagnosis, planning, implementation, evaluation, and
documentation. Methods of data collection by interview, observation & physical
examination, study documentation of nursing assessment formats.
The results of the study showed that children aged 8 years with
complaints of fever, dizziness, nausea, vomiting, weakness, and difficulty
sleeping at night. The author obtained 4 nursing diagnoses based on the results
of his assessment, namely hyperthermia associated with the disease process,
nutritional imbalances less than body needs related to lack of appetite and
impaired fulfillment of rest and sleep associated with increased body
temperature, and lack of knowledge related to lack of exposure to information.
Of the four diagnoses, all diagnoses can be resolved as a whole in
accordance with the outcome criteria for nursing planning and implementation
carried out in accordance with the action plan. It is hoped that this research will
become one of the educational materials & nursing interventions that can be
applied in the primary health care as an operational standard in the management
of child clients with typhoid fever.

Keywords : Nursing Care, Typhoid Fever


Bibliography : (2005 - 2020)

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN HAK CIPTA ..................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................iv
HALAMAN

RIWAYAT HIDUP.................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
ABSTRAK..............................................................................................................ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xvi
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH..........................xvii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..……..1
A. Latar Belakang.........................................................................................7
B. Rumusan Masalah...................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................7
1. Tujuan Umum.....................................................................................7
2. Tujuan Khusus....................................................................................7
D. Manfaat Penelitian...................................................................................8
1. Secara Teoritis....................................................................................8
2. Secara Praktis......................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................10
A. Konsep Dasar Penyakit..........................................................................10
1. Definisi..............................................................................................10
2. Anatomi dan Fisiologi.......................................................................12
3. Klasifikasi.........................................................................................21
4. Etiologi.............................................................................................22
5. Epideomologi....................................................................................24
6. Manifestasi klinis..............................................................................26
7. Patofisiologi......................................................................................29
8. Pathway.............................................................................................32
9. Penatalaksanaan................................................................................33
10.Pemeriksaan Penunjang....................................................................34

xi
11.Komplikasi.......................................................................................37
B. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................39
1. Pengkajian Keperawatan...................................................................39
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul................................45
3. Intervensi dan Rasional Penelitian....................................................46
4. Implementasi Keperawatan...............................................................55
5. Evaluasi Keperawatan.......................................................................55
BAB III Metode Penulisan.....................................................................................57
A. Rancangan.............................................................................................57
B. Subjek Asuhan keperawatan..................................................................57
C. Fokus Asuhan keperawatan...................................................................58
D. Definisi Operasional Asuhan keperawatan...........................................58
E. Metode Pengumpulan Data...................................................................60
F. Tempat dan Waktu Asuhan keperawatan..............................................61
G. Analisis dan Penyajian Data Asuhan keperawatan...............................61
1. Analisa Data......................................................................................61
2. Penyajian Data..................................................................................62
H. Etika Penelitian......................................................................................62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................65
A. Hasil Penelitian......................................................................................65
1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data................................................65
2. Pengkajian Keperawatan...................................................................65
3. Analisa Data......................................................................................80
4. Diagnosa Keperawatan......................................................................82
5. Intervensi Keperawatan.....................................................................82
6. Implementasi Keperawatan...............................................................87
7. Evaluasi/Catatan Perkembangan Keperawatan.................................97
B. Pembahasan Penelitian........................................................................100
1. Pengkajian Keperawatan.................................................................100
2. Diagnosa Keperawatan....................................................................105
3. Intervensi Keperawatan...................................................................109
4. Implementasi Keperawatan.............................................................113
5. Evaluasi Keperawatan.....................................................................115
C. Keterbatasan Penelitian.......................................................................117
BAB V PENUTUP...............................................................................................118

xii
A. Kesimpulan..........................................................................................118
B. Saran....................................................................................................120
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................122
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan pada Klien Demam Typhoid ....................... 47


Tabel 3.1 Agenda Kegiatan dan Waktu Asuhan keperawatan............................ 61
Tabel 4.1 Riwayat imunisasi An.M .................................................................... 69
Tabel 4.2 Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia An.M ................................. 70
Tabel 4.3 Hasil laboratorium An.M.................................................................... 79
Tabel 4.4 Terapi saat ini An.M........................................................................... 80
Tabel 4.5 Tabel analisa data An.M..................................................................... 80
Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan An.M............................................................ 83
Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan An.M...................................................... 87
Tabel 4.8 Catatan Perkembangan An.M............................................................. 97

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan .................................13


Gambar 2.2 Pathway Demam typhoid.............................................................32
Gambar 4.1 Genogram 3 generasi keluarga An.M..........................................68

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Mengikuti Asuhan keperawatan


Lampiran 2 Form Informed Consent / Lembar Persetujuan Klien
Lampiran 3 Lembar Format Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Demam Typhoid
Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data (Kampus)
Lampiran 5 Surat Izin Pengambilan Data (RS)
Lampiran 6 Data (RS)
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian (Kampus)
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian (Puskesmas)
Lampiran 9 Lembar Konsultasi LTA Pembimbing I
Lampiran 10 Lembar Konsultasi LTA Pembimbing II
Lampiran 11 Foto Kunjungan Rumah klien

xvi
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

Daftar Singkatan

WHO = World Health Organization

Kemenkes = Kementerian Kesehatan

Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar

NIC = Nursing Interventions Classification

NOC = Nursing Outcomes Classification

PHC = Public Health Care

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam typhoid (Typhoid fever) adalah penyakit infeksi

sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Biasanya

bakteri ini menular melalui makanan atau air yang sudah

terkontaminasi. Penyakit ini bersifat mudah menular dan dapat

menyerang banyak orang terutama pada wilayah dengan sanitasi buruk

dan kurangnya sumber air minum yang bersih. Pada demam typhoid

gejala yang ditimbulkan seringkali bersifat tidak spesifik dan secara

klinis tidak dapat dibedakan dari penyakit demam lainnya. Namun,

tingkat keparahan dari demam ini bervariasi dan pada kasus yang parah

dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan kematian (WHO, 2019).

Kasus demam typhoid lazim ditemui pada daerah tropis dan

subtropis dan sangat erat kaitannya dengan sanitasi yang jelek di suatu

masyarakat. Penularan penyakit ini lebih mudah terjadi di masyarakat

yang padat seperti urbanisasi di negara yang sedang berkembang

dimana sarana kebersihan lingkungan dan air minum bersih belum

terpenuhi dengan baik. Demam typhoid termasuk penyakit menular

yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang

wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang

1
2

mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat

menimbulkan wabah (Ranuh, 2013).

Menurut perkiraan terbaru World Health Organization (WHO),

di seluruh dunia terdapat 11 hingga 21 juta kasus demam typhoid

dengan angka kematian sekitar 128 ribu hingga 161 ribu setiap

tahunnya. Dari data tersebut, Asia menempati urutan tertinggi kasus

demam typhoid dengan angka 13 juta kasus yang terjadi setiap tahun

(WHO, 2019).

Kasus demam typhoid di Indonesia sendiri tergolong masih

tinggi yaitu dengan insidens rate 358 kasus per 100.000 penduduk

pedesaan dan 810 kasus per 100.000 penduduk perkotaan per tahun

dengan rata-rata kasus per tahun 600.000 – 1.500.000 penderita.

Sedangkan angka kematiannya juga tergolong masih tinggi dengan

CFR sebesar 10%. Tingginya kasus penyakit demam typhoid di negara

berkembang sangat erat kaitannya dengan status ekonomi serta

keadaan sanitasi lingkungan di negara yang bersangkutan (Riskesdas,

2013). Penyakit demam typhoid di Indonesia bersifat endemic

(penyakit yang selalu ada dimasyarakat sepanjang waktu walaupun

dengan angka kejadian yang kecil). Prevalensi nasional untuk demam

typhoid (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan) adalah 1,60%.

Sebanyak 14 Provinsi mempunyai prevalensi demam typhoid diatas

prevalensi nasional yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (2,96%),

Bengkulu (1,60%), Jawa Barat (2,14%), Jawa Tengah (1,61%), Banten


3

(2,24%), NTB (1,93%), NTT (2,33%), Kalimantan Selatan (1,95%),

Kalimantan Timur (1,80%), Sulawesi Selatan (1,80%), Sulawesi

Tengah (1,65%), Gorontalo (2,25%), Papua Barat (2,39%), dan Papua

(2,11%) (Riskesdas, 2013).

Menurut Wulandari (2018) demam typhoid termasuk dalam 10

penyakit tertinggi di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Angka

kejadian demam typhoid di Provinsi Kalimantan Selatan tercatat

sebanyak 2991 kasus terhitung dari bulan Januari 2018 sampai dengan

September 2018, Berdasarkan data rekam medik di RSD Idaman

Banjarbaru di ruang anak dalam 2 tahun terakhir, demam typhoid

menempati urutan kelima dari 10 besar penyakit umum di RSD Idaman

Banjarbaru dengan angka kejadian di tahun 2019 sebanyak 466 kasus

dan pada tahun 2020 sebanyak 195 kasus. Sedangkan dari data

Puskesmas Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru tahun 2020, angka

kejadian kasus demam typhoid sebanyak 229 orang tercatat dalam

laporan kunjungan puskesmas dan pada tahun 2021 tercatat ada 17

orang laporan kunjungan terhitung dari bulan Januari sampai Maret

2021. Hal ini menandakan bahwa terdapat penurunan kasus demam

typhoid dalam setahun terakhir, namun kasus demam typhoid pada

anak bersifat endemik di kawasan kota Banjarbaru sehingga

berdasarkan kasus tersebut maka perlu diberikan asuhan keperawatan

anak yang komprehensif dari pengkajian sampai evaluasi untuk

menghindari kejadian berulang dan komplikasi demam typhoid.


4

Prevalensi tertinggi demam typhoid di Indonesia terjadi pada

kelompok usia anak 5-14 tahun. Pada usia 5-14 tahun merupakan usia

anak yang kurang memperhatikan kebersihan diri dan sering

melakukan kebiasaan jajan yang sembarangan sehingga resiko tinggi

tertular penyakit demam typhoid. Tingginya prevalensi kasus demam

typhoid di usia anak 5-14 tahun menandakan bahwa masalah kesehatan

anak di usia tersebut belum dapat teratasi dengan baik. Kesehatan anak

merupakan salah satu masalah utama bidang kesehatan yang saat ini

menjadi masalah utama di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hal

ini dikarenakan anak adalah generasi penerus bangsa, maka derajat

kesehatan anak merupakan cerminan langsung derajat kesehatan

sebuah bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa

mempunyai kemampuan dan potensi yang dapat dikembangkan dalam

meneruskan dan meningkatkan pembangunan bangsa. Anak yang

kesehatannya terganggu akibat demam typhoid dapat menghambat

proses tumbuh kembangnya, menurunkan produktivitasnya,

meningkatkan angka ketidakhadiran anak sekolah dikarenakan masa

penyembuhan dan pemulihannya yang cukup lama, dan dari aspek

ekonomi, biaya yang dikeluarkan tidak sedikit (Elisabeth Purba, dkk

2016).

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Sari di Mojokerto

ditemukan pada penderita demam typhoid yang melakukan

pemeriksaan test Widal mengalami masalah hipertermia sebesar 100%


5

(Sari 2016). Berdasarkan masalah diatas Peningkatan suhu tubuh

(hipertermia) pada demam typhoid merupakan keluhan utama yang

harus diatasi. Demam yang tidak segera di atasi atau berkepanjangan

akan menyebabkan kejang demam pada anak, dehidrasi bahkan terjadi

syok, selain itu demam typhoid pada anak dapat memberikan dampak

terhadap tumbuh kembangnya. Hal ini terjadi dikarenakan pada anak,

terutama di usia sekolah (usia 5 sampai 14 tahun), merupakan salah

satu masa yang mengalami tumbuh kembang yang cepat. Pada usia ini

aktifitas fisik terus meningkat. Asupan gizi yang baik dari segi

kuantitas maupun kualitas diperlukan agar tumbuh kembang anak

dapat optimal. Pemberian gizi dan nutrisi ini dapat berjalan secara

tidak sempurna pada anak yang menderita demam typhoid, Bakteri

S.Typhi yang masuk ke saluran pencernanan lewat minuman dan

makanan yang terinfeksi meningkatkan asam lambung sehingga terjadi

anoreksia dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan,

dimana anak mengalami atau beresiko penurunan berat badan yang

berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme

nutrisi yang tidak adekuat (Nurarif & Kusuma, 2015).

Peran perawat beserta orang tua tentunya sangat diperlukan

guna membantu permasalahan yang timbul akibat penyakit demam

typhoid yang diderita oleh anak. Tindakan preventif sebagai upaya

pencegahan penularan demam typhoid mencakup banyak aspek mulai

dari segi kuman Salmonella typhi sebagai agen penyakit dan faktor
6

penjamu serta faktor lingkungan tempat tinggal anak. Tindakan

promotif sebagai upaya penyuluhan kepada masyarakat tentang

penyakit typhoid, mengajarkan kebersihan pribadi pada anak serta

tindakan-tindakan sanitasi selain itu, memberi makanan sesuai

kebutuhan dan memberikan obat sesuai indikasi medis. Tindakan

rehabilitasi perawat berperan memulihkan kondisi anak dan

menganjurkan anak untuk kontrol kembali bila ada keluhan (Aru,

2013).

Peran perawat dalam asuhan keperawatan pada anak dengan

demam typhoid adalah mengobservasi suhu tubuh setiap 2-4 jam,

ajarkan pada keluarga untuk membatasi aktifitas klien, memberikan

kompres hangat pada dahi, axila, dan lipat paha, anjurkan klien untuk

tirah baring (bed rest), anjurkan klien untuk memakai pakaian yang

tipis /pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun, kolaborasi

dalam pemberian antipiretik (Ardiansyah, 2013).

Berdasarkan data studi pendahulan yang dilakukan oleh peneliti

(2021) di Puskesmas Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru pada bulan

Januari - Maret 2021 terdapat 17 kejadian kasus demam typhoid.

Berdasarkan data dan permasalahan yang diuraikan tersebut maka

peneliti tertarik untuk mengangkat karya tulis ilmiah yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Anak Dengan Demam Typhoid Di Wilayah

Puskesmas Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru” dengan harapan dapat


7

mengurang dan mencegah terjadinya komplikasi serta kejadian demam

typhoid berulang pada anak.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan demam typhoid di

wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengeksplorasi asuhan keperawatan pada Anak

dengan demam typhoid di wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara

Kota Banjarbaru.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengkajian pada asuhan keperawatan anak

demam typhoid di wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara Kota

Banjarbaru.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan

anak demam typhoid di wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara

Kota Banjarbaru.

c. Menentukan / menyusun intervensi keperawatan asuhan

keperawatan anak demam typhoid di wilayah Puskesmas

Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru.


8

d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada asuhan

keperawatan anak demam typhoid di wilayah Puskesmas

Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada asuhan keperawatan

anak demam typhoid di wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara

Kota Banjarbaru.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Selain itu hasil asuhan keperawatan ini dapat memberikan metode

dan penanganan yang efektif dalam menurunkan suhu tubuh klien

demam typhoid baik yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah

klien.

2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti

Manfaat hasil asuhan keperawatan ini dapat menambahkan

pengetahuan, wawasan, dan pengalaman mengenai asuhan

keperawatan anak dengan masalah demam typhoid. Selain itu

peneliti dapat mengaplikasikan hasil riset keperawatan,

khususnya pelaksanaan asuhan keperawatan anak dengan

demam typhoid.

b. Bagi Klien dan Keluarga

Manfaat hasil asuhan keperawatan ini bagi klien yaitu klien

mendapatkan pelayanan asuhan keperawatan secara


9

komprehensif dan bagi keluarga dapat mengerti tentang penyakit

demam typhoid pada anak dan bagaimana cara penanganan yang

baik dan benar.

c. Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai bahan

bacaan dan referensi dalam upaya tindakan pelayanan kesehatan

di bidang keperawatan anak dengan demam typhoid serta

pengembangan ilmu keperawatan sebagai pedoman dalam

melaksanakan perawatan terhadap klien agar kebutuhan masing

masing klien dapat terwujud.

d. Bagi Rumah Sakit Umum atau Puskesmas

Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan dan bacaan bagi RS atau Puskesmas terkait dalam

mengambil keputusan dan kebijakan untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan dan kualitas asuhan keperawatan yang

diberikan pada klien anak dengan demam typhoid.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjadi bahan

referensi dan sebagai acuan bagi peneliti lanjutan terutama

dalam membahas tentang asuhan keperawatan anak dengan

demam typhoid.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Demam typhoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri Salmonella typhi. Biasanya bakteri tersebut menyebar melalui

makanan atau air yang sudah terkontaminasi. Tanda dan gejala berupa

demam yang berkepanjangan, kelelahan, sakit kepala, mual, sakit perut,

sembelit dan diare. Pada kasus yang parah dapat menyebabkan komplikasi

serius bahkan kematian (WHO, 2019)

Demam typhoid merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik

yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi

yang dikenal dengan Salmonella typhi (S. Typhi). Mikroorganisme tersebut

menyerang saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari,

gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak

menyerang anak usia 12-13 tahun (70%-80%), pada usia 30-40 tahun

(10%-20%) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%).

Penyakit ini masih sering dijumpai di negara berkembang yang terletak di

subtropis dan daerah tropis seperti Indonesia (Hasta H, 2020).

Penyakit ini jarang ditemukan secara epidemik, lebih bersifat

sporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang terjadi lebih dari

satu kasus pada orang-orang serumah. Di Indonesia demam typhoid dapat

10
11

ditemukan sepanjang tahun dan insidens tertinggi pada daerah endemik

terjadi pada anak-anak. Terdapat dua sumber penularan S.typhi, yaitu klien

dengan demam typhoid dan lebih sering, karier. Di daerah endemik,

transmisi terjadi melalui air yang tercemar S. typhi, sedangkan makanan

yang tercemar oleh karier merupakan sumber penularan di daerah non

endemik (Nugraheni, 2013).

Menurut Elisabeth Purba et al, 2016, Demam typhoid (tifus

abdominalis, enteric fever) merupakan penyakit infeksi akut yang

menyerang saluran cerna dan disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.

Demam typhoid akan sangat berbahaya jika tidak segera ditangani secara

baik dan benar, bahkan menyebabkan kematian. Prognosis menjadi tidak

baik apabila terdapat gambaran klinik yang berat, seperti demam tinggi

(hiperpireksia), febris kontinua, kesadaran sangat menurun (stupor,

koma, atau delirium), terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi

dan asidosis, perforasi.

Selama terjadi infeksi, bakteri Salmonella typhi bermultiplikasi

dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke

aliran darah . Demam typhoid termasuk penyakit menular yang tercantum

dalam Undang undang nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok

penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat

menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. Demam

typhoid dikenal juga dengan sebutan typhus abdominalis, typhoid fever,

atau enteric fever. Istilah typhoid ini berasal dari bahasa Yunani yaitu
12

typhos yang berarti kabut, karena umumnya penderita sering disertai

gangguan kesadaran dari yang ringan sampai yang berat.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa demam

typhoid merupakan penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhi yang

menyerang saluran pencernaan dan bersifat menular dengan gejala

demam lebih dari 7 hari, gangguan saluran cerna, gangguan kesadaran,

mual, sakit perut, sembelit dan diare. Jika tidak segera ditangani secara

baik dan benar, dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan kematian.

2. Anatomi dan Fisiologi

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal merupakan sistem

Gambar 2.1 Sistem pencernaan (Sumber; Chaffee, Lytle. (2014 )

organ dalam manusia yang memiliki fungsi untuk untuk menerima


13

makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat

gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak

dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. 

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem

pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran

pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. Organ

Pencernaan utama terdiri atas :

a. Mulut

Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas

dalam proses pencernaan, fungsi utama mulut adalah untuk

menghancurkan makannan sehingga ukurannya cukup kecil untuk

dapat ditelan kedalam perut (Pearce, 2011). Bagian atas mulut

dibatasi oleh palatum, sedangkan bagian bawah dibatasi oleh

mandibula, lidah dan struktur lain pada dasar mulut. Bagian leteral

mulut dibatasi oleh pipi. Sementara itu, bagian depan mulut

dibatasi oleh bibir dan bagian belakang oleh lubang yang menuju

faring. Palatum memisahkan mulut dari hidung dan bagian atas

faring.Pada mulut terdapat tiga pasang kelenjar liur, yaitu kelenjar

parotis, submandibular, dan sublingual. Diluar mulut ditutupi oleh

kulit dan didalamnya ditutupi oleh selaput lendir (mukosa).

Didalam rongga mulut terdapat gigi, kelenjar ludah, dan lidah.

Kelenjar liur dipersyarafi oleh serabut parasimpatis dan simpatis.


14

Kelenjar liur bertanggung jawab, terutama pada proses mekanis,

membantu proses bicara, mastikasi, dan menelan.

b. Faring dan Esofagus

Faring atau tekak terletak di belakang hidung, mulut dan

laring (tenggorokan). Faring merupakan saluran yang berbentuk

kerucut dan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.

Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar

limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan sebagai

pertahanan terhadap infeksi, tonsil terletak bersimpangan antara

jalan nafas dan jalan makanan, dibelakang rongga mulut dan

rongga hidung. Faring terdiri dari 3 bagian, yaitu superior , media

dan inferior. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring

bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang

telinga, Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas

kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring

yang menghubungkan orofaring dengan laring. Bagian superior

disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang

menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. Pada bagian

media, faring bertemu dengan Esofagus (Kerongkongan) pada ruas

ke-6 tulang belakang, Esofagus/ Kerongkongan merupakan saluran

tipis dan panjang ( kurang lebih 25 cm) berbentuk tabung (tube)

berfungsi sebagai saluran pencernaan yang menghubungan antara

mulut dan lambung. Pada saat melewati esofagus, makanan


15

didorong kelambung oleh adanya gerak peristaltik pada otot

esofagus. Gerak peristaltik dapat terjadi karena adanya kontraksi

otot secara bergantian pada lapisan otot yang tersusun secara

melingkar dan memanjang serta berkontraksi secara bergantian.

Akibatnya, makanan berangsur-angsur terdorong masuk ke

lambung. Di esofagus / kerongkongan makanan hanya lewat saja

dan tidak mengalami pencernaan (Pearce, 2011).

Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu

bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah

(campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior

(terutama terdiri dari otot halus).

c. Lambung

Lambung (ventrikulus) merupakan kantong besar yang

terletak di sebelah kiri rongga perut. Terdiri atas tiga bagian, yaitu

bagian atas (kardiak), bagian tengah yang membulat (fundus), dan

bagian bawah (pilorus). Lambung terhubung langsung dengan

esofagus melalui orifisium atau kardia dan dengan usus dua belas

jari (duodenum) melalui orifisium pilorik. Lambung berfungsi

sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk

mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi

lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida

(HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein).

Lendir melindungi sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam


16

lambung, asam klorida menciptakan suasana asam yang diperlukan

oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi

juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara

membunuh berbagai bakteri yang masuk bersama makanan.

d. Usus Halus

Usus halus merupakan sakuran berkelok-kelok yang

panjangnya sekitar 6-8 meter dan lebar 25 mm yang terletak di

antara lambung dan usus besar. Dinding usus halus terbagi menjadi

4 lapisan, yaitu mukosa, submukosa, muscular dan serosa. Dinding

usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang

diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir

yang melumasi isi usus dan air yang membantu melarutkan

pecahan-pecahan makanan yang dicerna. Dinding usus juga

melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan

lemak. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari

(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

1) Usus dua belas jari (doudenum) adalah bagian dari usus halus

yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus

kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan

bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale

dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari

merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus

seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari


17

yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua

belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan

kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam

usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian

pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum

melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh

usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal

kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

2) Usus Kosong (Jejenum) merupakan bagian kedua dari usus

halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus

penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang

keseluruhan usus halus antara 6-8 meter, dan 1-2 meter adalah

bagian usus kosong. Permukaan dalam usus kosong berupa

membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), Vili berfungsi

memperluas permukaan usus sehingga proses penyerapan zat

makanan akan lebih sempuna.

3) Usus penyerapan (Ileum) adalah bagian terakhir dari usus

halus. Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki

panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan

jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH

antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi

menyerap vitamin B12 dan garam empedu. Apabila seseorang

menelan makanan atau minuman yang tercemar bakteri


18

Salmonella typhi, sebagian bakteri akan dimusnahkan dalam

lambung oleh asam lambung. Bakteri yang dapat bertahan pada

pH lambung akan masuk ke usus penyerapan (ileum) bagian

distal, mencapai jaringan limfoid lalu berkembang biak, dan

menyebabkan hiperplasia  Peyeri patches / Plak Peyeri. Plak

Peyeri merupakan tempat bertahan hidup dan multiplikasi

bakteri Salmonella Typhi.

e. Usus besar

Usus besar atau kolon memiliki panjang kurang lebih 1

meter dan merupakan bagian usus antara usus buntu dan rektum.

Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar

terdiri dari kolon ascendens (kanan), kolon transversum, kolon

desendens (kiri), dan kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

Di antara intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crassum

(usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung sekum

terdapat tonjolan kecil yang disebut apendiks (umbai cacing) yang

berisi massa sel darah putih yang berperan dalam imunitas. Sisa

makanan hasil pencernaan di usus halus masuk ke usus besar, di

usus besar terjadi proses pembusukan sisa makanan menjadi feses

oleh bakteri Escherichia Coli. Selain membusukkan makanan

bakteri E.coli juga menghasilkan vitamin K dan vitamin B12

(Amrizal, 2017).

f. Rektum dan anus


19

Rektum merupakan lanjutan dari kolon signoid yang

menghubungkan intestinum mayor dengan anus, panjangnya 12

cm, dimulai dari pertengahan sacrum sampai kanalis anus. Rektum

terletak pada rongga pelvis didepan os sacrum dan os koksigis dan

berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya

rektum kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,

yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja

masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air

besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena

penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf

yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Feses

dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar –

BAB), yang merupakan fungsi utama anus. Anus merupakan

bagian dari saluran pencernaan yang berhubungan dengan dunia

luar terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 otot

sfingter. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sfingter.

Sedangkan organ pencernaan tambahan, terdiri dari hati, kantung

empedu, dan prankeas. Ke tiga organ ini membantu terlaksananya sistem

pencernaan makanan secara kimia.

a. Hati

Hati terletak di bawah diafragma. Hati dibagi menjadi 2

lobus utama yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Hati dihubungkan

oleh rangkaian duktus. Bermula dari duktus hepatikus kanan dan


20

kiri, lalu bergabung menjadi satu pada duktus hepatikus utama.

Duktus hepatikus utama bergabung dengan duktus kistikus dari

kandung empedu, keduanya membentuk duktus empedu. Duktus

empedu menuju duodenum dan bermuara di ampula

hepatopankreatikus bersama-sama dengan duktus pankreatikus.

Hati memainkan peran penting dalam system pencernaan,

metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk

penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan

obat.

Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang

kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini

mengalirkan darah ke dalam vena yang lebih besar dan pada

akhirnya masuk ke dalam hati melalui vena porta hepatica. Vena

porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati,

dimana darah yang masuk akan diolah. Hati melakukan proses

tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan

zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi peredaran ke seluruh

tubuh.

b. Kandung empedu

Merupakan organ yang berbentuk seperti buah pir yang dapat

menyimpan sekitar 50 ml empedu. Pada manusia, panjang kandung

empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap. Organ ini

terhubung dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran
21

empedu. Empedu berperan dalam membantu pencernaan dan

penyerapan lemak serta pembuangan limbah tertentu dari tubuh,

terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel

darah merah dan kelebihan kolesterol.

c. Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki

dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta

beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada

bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum

(usus dua belas jari). Pankreas terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu

Asini (menghasilkan enzim-enzim pencernaan) dan Pulau pankreas

(menghasilkan hormon). Pankreas melepaskan enzim pencernaan

ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah.

Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein,

karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke

dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan

dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah

mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah

besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum

dengan cara menetralkan asam lambung.

3. Klasifikasi

Menurut WHO, ada 3 macam klasifikasi demam typhoid dengan

perbedaan gejala klinik, yaitu :


22

a. Demam typhoid akut non komplikasi

Demam typhoid akut dikarakterisasi dengan adanya demam

berkepanjangan abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada klien

dewasa, dan diare pada anak- anak), sakit kepala, malaise, dan

anoksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi pada fase awal penyakit

selama periode demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya

rose spot pada dada abdomen dan punggung

b. Demam typhoid dengan komplikasi

Pada demam typhoid akut keadaan mungkin dapat

berkembang menjadi komplikasi parah. Hal ini tergantung pada

kualitas pengobatan dan keadaan kliniknya, hingga 10% klien dapat

mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi, dan

peningkatan ketidaknyamanan abdomen.

c. Keadaan karier

Keadaan karier typhoid terjadi pada 1- 5% klien, tergantung

umur klien. Karier typhoid bersifat kronis dalam hal sekresi bakteri

Salmonella typhi di feses.

4. Etiologi

Penyebab utama demam typhoid ini adalah bakteri salmonella

thypi yang berhasil diisolasi pertama kali dari seorang klien demam

typhoid oleh Gaffkey di Jerman pada tahun 1884. Mikroorganisme ini

merupakan bakteri gram negative yang motil, bersifat aerob dan tidak

membentuk spora. Menurut Widagdo (2011), Etiologi dari demam


23

typhoid adalah Salmonella typhi, termasuk genus Salmonella yang

tergolong dalam family Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat

bergerak, berbentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap

berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari/minggu pada suhu kamar,

bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi, dan tinja.

Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1 jam atau 60º C dalam 15

menit. Bakteri ini mempunyai beberapa komponen antigen, yaitu :

a. Antigen dinding sel (O) yang merupakan lipopolisakarida dan

bersifat spesifik grup.

b. Antigen flagella (H) yang merupakan komponen protein berada

dalam flagella dan bersifat spesifik spesies.

c. Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida dan berada di kapsul

yang melindungi seluruh permukaan sel. Antigen Vi dapat

menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti serum O dan

melindungi antigen O dari proses fagositosis. Antigen Vi

berhubungan dengan daya invasive bakteri dan efektivitas vaksin. S.

typhi menghasilkan endotoksin yang merupakan bagian terluar dari

dinding sel, terdiri dari antigen O yang sudah dilepaskan,

lipopolisakarida dan lipid A. Ketiga antigen di atas di dalam tubuh

akan membentuk aglutinin.

d. Outer Membrane Protein (OMP). Antigen OMP S. typhi merupakan

bagian dari dinding sel terluar yang terletak di luar membrane

sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel dengan


24

lingkungan sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang

mengendalikan masuknya zat dan cairan ke dalam membrane

sitoplasma. Selain itu OMP juga berfungsi reseptor untuk

bakteriofag dan bakteriosin. OMP sebagian besar terdiri dari protein

purin, berperan pada patogenesis demam typhoid dan merupakan

antigen yang penting dalam mekanisme respon imun penjamu.

Sedangkan protein nonpurin hingga kini fungsinya belum diketahui

secara pasti.

Salmonella typhi hanya dapat hidup pada tubuh manusia. Ada

dua sumber penularan Salmonella typhi yaitu klien dengan demam

typhoid dan klien dengan carier. Carier typhoid adalah orang yang

sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekskresi Salmonella

typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun, sehingga

dapat menular dan menginfeksi orang lain (Rahmania, S. N. 2018)

5. Epidemiologi

Demam typhoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai

secara luas di daerah tropis dan subtropics terutama di daerah dengan

kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan

sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang dapat mempercepat terjadinya

penyebaran demam typhoid adalah urbanisasi, kepadatan penduduk,

sumber air minum dan standar hygiene industri pengolahan makanan

yang rendah. Menurut Pang, selain karena meningkatnya urbanisasi,

demam typhoid masih terus menjadi masalah karena beberapa faktor


25

lain yaitu, penyediaan air bersih yang tidak memadai, adanya strain

yang resisten terhadap antibiotic, masalah pada identifikasi dan

penatalaksanaan karier, keterlambatan membuat diagnosa yang pasti,

pathogenesis dan faktor virulensi yang belum dimengerti sepenuhnya.

Manusia merupakan satu-satunya sumber penularan alami

Salmonella typhi, melalui kontak langsung maupun tidak langsung

dengan seorang penderita demam typhoid atau karier kronis. Transmisi

kuman Salmonella typhi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang

dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jaritangan/kuku),

Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan Feces. Epidemi demam typhoid yang

berasal dari sumber air yang tercemar merupakan masalah utama.

Transmisi secara kongenital dapat terjadi secara transplasental dari

seorang ibu yang mengalami bakteriemia kepada bayi dalam kandungan

atau tertular pada saat dilahirkan oleh seorang ibu yang merupakan

karier typhoid dengan rute fekal oral. Seseorang yang telah terinfeksi

Salmonella typhi dapat menjadi karier kronis den mengekskresikan

mikroorganisme selama beberapa tahun.

Menurut Kepmenkes (2011), faktor risiko yang meningkatkan

insiden terjadinya demam typhoid adalah:

a. Higiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci tangan yang

tidak terbiasa pada penyaji makanan serta pengasuh anak.

b. Higiene makanan dan minuman yang rendah. Faktor ini paling

berperan pada penularan typhoid. Contohnya: makanan yang dicuci


26

dengan air terkontaminasi (seperti sayur-sayuran dan buah-buahan),

sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia, makanan yang

tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat, air minum yang

tidak dimasak, dan sebagainya.

c. Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah,

kotoran dan sampah tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.

d. Penyediaan air bersih yang tidak memadai.

e. Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat.

f. Klien atau karier demam typhoid yang tidak diobati secara

sempurna.

6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis demam typhoid pada anak biasanya lebih

ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4

hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui

minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin

ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,

nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat (Lestari Titik, 2016).

Gambaran klinis yang biasa ditemukan adalah :

a. Demam. Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3

minggu, bersifat febris remiten. Selama minggu pertama, suhu

tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun

pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.

Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan


27

demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun

dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

b. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat nafas

yang berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden).

Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepi

lidah berwarna kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen

dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan

limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering

terjadi konstipasi, tetapi juga bisa terjadi diare atau normal.

c. Gangguan Kesadaran. Umumnya kesadaran penderita menurun dan

tidak terlalu dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi

sopor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat

mendapatkan pengobatan). Di samping gejala tersebut mungkin

terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat

ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli

basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu

pertama demam.

Sedangkan Menurut Wibisono et al (2014) menifestasi klinis pada

demam typhoid yaitu:

a. Nyeri kepala, lemah, lesu, nyeri otot pada minggu pertama,

b. Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu,

minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya

suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pagi hari.
28

Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, dan minggu ketiga

suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.

c. Gangguan pada saluran pencernaan: halitosis (bau nafas yang

menusuk), bibir kering dan pecah-pecah lidah di tutupi selaput

putih kotor (coated tongue), metorismus, mual, tidak nafsu makan,

hepatomegali, splenomegali yang disertai nyeri perabaan.

d. Gangguan kesadaran: penurunan kesadaran (apatis, somnolen).

Menurut Ngastiyah (2005), Manifestasi klinis demam typhoid pada

anak yaitu :

a. Anak usia sekolah dan remaja

Mula-mula tanda dan gejalanya ialah demam, lesu, anoreksia,

nyeri otot, sakit kepala, dan sakit perut yang berlangsung selama 2-

3 hari. Mula- mula bisa terjadi diare dengan tinja seperti sup

kacang, tetapi bisa juga terjadi konstipasi. Selain itu mungkin saja

dijumpai gejala mimisan, batuk, dan kelelahan berat. Suhu badan

naik secara remiten dan makin meningkat dalam 1 minggu.

Kemudian menetap pada suhu 40◦C. Dalam minggu kedua, suhu

bertahan tinggi dan gejala yang ada tampak makin berat. Anak

tampak sakit akut dengan disorientasi, letargi, delirium, dan stupor.

Tanda fisik yang biasa ditemukan adalah bradikardi relatif,

hepatosplenomegali, dan distensi abdomen disertai nyeri.

b. Bayi dan Anak umur <5tahun

Pada usia ini biasanya penyakit berlangsung ringan dengan demam

ringan dan wajah tampak lesu. Sehingga diagnosa sulit ditegakkan.


29

Pada pemeriksaan klinis dan laboratorium ditemukan adanya S.

Typhi. Gejala diare lebih sering ditemukan hingga diagnosis

mengarah ke gastreoenteritis.

c. Bayi baru lahir

Pada Bayi baru lahir gejala demam typhoid timbul pada malam hari

ketiga, biasanya berupa muntah, diare, dan peningkatan suhu tubuh.

Suhu tubuh bervariasi, bisa mencapai 40◦C, dan bisa disertai

kejang. Gejala lainnya berupa hepatomegali ikterus, anoreksia,

berat badan sangat menurun.

7. Patofisiologi

Menurut Nursalam (2008) mekanisme masuknya kuman diawali

dengan infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan. Infeksi didapat

dengan cara menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi

Salmonella typhi dan dapat pula dengan kontak langsung tangan yang

terkontaminasi tinja, urine, secret saluran nafas, atau dengan pus

penderita yang terinfeksi.). Ketika makanan atau minuman yang

terkontaminasi oleh salmonella (biasanya ˃10.000 basil) masuk ke

sistem pencernaan, Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl

lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Saat kuman mencapai

usus halus, Salmonella typhi akan menemui dua mekanisme non

spesifik yaitu motilitas dan flora normal usus berupa

bakteri-bakteri anaerob. Motilitas usus bersifat fisik berupa kekuatan

peristaltik usus untuk menghanyutkan kuman keluar. Di usus halus


30

kuman akan menembus mukosa usus diperantarai microbial binding

terhadap epitel menghancurkan Microfold cells (M cells) sehingga sel-

sel epitel mengalami deskuamasi, menembus epitel mukosa usus,

masuk dalam lamina propria, menetap dan berkembang biak. Kuman

akan berkembang biak dalam sel mononuklear sebelum menyebar ke

dalam aliran darah

Di dalam sel fagosit mononuklear, kuman masuk menginfeksi

Plak peyeri, yaitu jaringan limfoid yang terdapat di ileum terminal dan

bermultiplikasi, kemudian kuman menembus kelenjar limfoid intestinal

dan duktus torasikus masuk ke dalam aliran darah sistemik. Setelah 24-

72 jam terjadi bakteremia primer namun jumlah kuman belum terlalu

banyak maka gejala klinis belum tampa. Bakteriemia primer berakhir

setelah kuman masuk ke dalam organ retikuloendotelial system (RES)

di hati limpa, kelenjar getah bening mesenterium dan kelenjar limfoid

intestinal untuk berkembang biak. Di organ ini kuman menjalani masa

inkubasi selama 10-14 hari, dalam organ RES kuman berkembang pesat

dan kembali masuk ke peredaran darah dan menimbulkan bakteriemia

sekunder. Pada saat terjadi bakteriemia sekunder, dapat ditemukan

tanda dan gejala infeksi sistemik demam typhoid (demam, malaise,

mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan gangguan

mental koagulasi) (Lestari Titik, 2016).

Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di

sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia.

Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa


31

basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan

komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler,

pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama

timbulnya penyakit, terjadi hyperplasia plak peyeri. Disusul kemudian,

terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada

minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses

penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut)

(Lestari Titik, 2016).

8. Pathway
Kuman Salmonella
typhi yang masuk ke Dimusnahkan oleh
Lolos dari asam
saluran pencernaan Asam lambung
lambung

Pembuluh limfe Bakteri masuk usus


halus

Peredaran darah Masuk Retikulo


(Bakteremia primer) endothelial (RES)
terutama hati dan limfe
hati dan limfe (Bakteremia sekunder)

Empedu Endotoksin
32

Rongga usus pada kel. Terjadi kerusakan sel


Limfoid halus

Merangsang melepas
zat epirogen oleh
Pembesaran hati Pembesaran limfe
leukosit
Mempengaruhi pusat
Hepatomegali Splenomegali Thermoregulator
dihipotalamus

Lase plak peyer Penurunan


Motilitas usus Hipertermia

Erosi
Penurunan Resiko kekurangan
Peristaltik usus Volume cairan
Nyeri

Perdarahan masif Konstipasi Peningkatan asam lamabung

Komplikasi Perforasi Anoreksia mual muntah


Lemah
Dan perdarahan usus
Ketidakseimbangan nutrisi
Intoleransi Aktivitas kurang dari kebutuhan
tubuh

Gambar 2.2 Pathway Demam Typhoid (Sumber : NANDA,2016)


33

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan demam typhoid adalah sebagai berikut :

a. Tirah baring

Tujuan dilakukan tirah baring atau bed rest adalah untuk

mencegah terjadinya komplikasi seperti perdarahan dan perforasi,

terutama pada klien dengan gejala klinis berat (Kemenkes RI, 2015).

Setelah dilakukan tirah baring dapat dilakukan pemberian kompres

pada area axilla, leher, dan lipatan tubuh lainnya (Marni, 2016).

Klien istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu

normal kembali, kemudian boleh duduk, jika suhu tidak panas lagi

boleh berdiri kemudian bejalan di ruangan.

b. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan

Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada klien sadar dapat

diberikan makanan bubur saring atau saat kondisi klien dalam

keadaan normal diberikan nasi tim dan nasi biasa dengan

memperhatikan kandungan kalori dan protein. Jika keadaan terus

membaik dapat diberikan bubur kasar. Sedangkan pada klien dengan

gangguan kesadaran dapat diberikan makanan cair menggunakan

sonde lambung. Pemenuhan kebutuhan cairan dapat dilakukan

dengan cairan oral dan cairan parenteral. Pemenuhan cairan oral

dapat dilakukan dengan memberikan susu 2 gelas sehari, sedangkan

untuk pemenuhan cairan parenteral biasaya diberikan dengan kondisi


34

sakit berat, komplikasi, dan penurunan kesadaran dengan dosis

sesuai dengan kebutuhan harian klien (Kemenkes RI, 2015).

c. Terapi simptomatik

Terapi simptomatik dilakukan sesuai dengan gejala yang

dialami oleh klien meliputi pemberian antipiretik, antiemetik, dan

roboransia atau vitamin (Kemenkes RI, 2015).

d. Pemberian antibiotik

Pemberian antibiotik pada klien demam typhoid biasanya

akan diberikan kloramfenikol, kotrimoksazol, ampisilin, amoksilin,

dan seftriakson (Marni, 2016). Pengobatan pertama pada demam

typhoid dengan menggunakan kloramfenikol dengan dosis 50-100

mg/kgBB/hari dibagi menjadi 4 dosis per oral atau IV selama 10-14

hari. Jika tidak dapat menggunakan kloramfenikol, dapat diganti

dengan amoksisilin, ampisilin, kotrimosazol. Apabila pengobatan

tersebut tidak menunjukkan perbaikan dapat menggunakan pilihan

tahap akhir yaitu dengan pemberian seftriaxon atau sefixime.

10. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Kemenkes RI (2006) dari

demam typhoid meliputi :

a. Pemeriksaan leukosit

Pada pemeriksaan leukosit biasanya pada kasus demam typhoid

jumlah leokosit pada darah dalam batas normal terkadang terdapat

leukosis akan tetapi tidak ada infeksi sekunder atau komplikasi.


35

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

Jumlah SGOT dan SDPT akan terjadi peningkatan namun akan

normal kembali setelah sembuh dari infeksi typhoid.

c. Biakan darah

Hasil biakan darah positif menandakan terkena demam typhoid,

tetapi bila biakan darah negative tidak menutup kemungkinan akan

terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah

tergantung dari beberapa faktor :

1) Teknik pemeriksaan laboratorium Hasil pemeriksaan satu

laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini

disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang

digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat

demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit. Biakan darah

terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama

dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu

kambuh biakan darah dapat positif kembali.

3) Vaksinasi di masa lampau. Vaksinasi terhadap demam typhoid di

masa lampau dpat menimbulkan antibodi dalam darah klien,

antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah

negative.

4) Pengobatan dengan obat anti mikroba. Bila klien sebelum

melakukan pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti


36

mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan akan terhambat

dan hasil biakan mungkin negative.

d. Uji widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan

antibodi (aglutinin). Aglutini yang spesifik terhadap Salmonella

Thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada

orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji

widal adalah suspense salmonella yang sudah dimatikan dan diolah

di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan

adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita

typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella typhi, klien membuat

antibodi atau aglutinin yaitu :

1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal

dari tubuh kuman).

2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal

dari flagel kuman).

3) Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan antigen VI

(berasal dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut

hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk

diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita

typhoid.

Pemeriksaan aglutinin O akan ditemukan peningkatan pada

hari ke 6-8 sedangkan pada aglutinin H akan ditemukan peningkatan


37

pada hari 10-12. Apabila terjadi kenaikan 4 kali pada pemeriksaan

ulang 5-7 hari atau titer widal O > 1/320 dan titer H > 1/60 pada

satu kali pemeriksaan. Pada Propable Case didapatkan gejala klinis

yang lengkap dengan titer widal O > 1/160 atau H > 1/160 pada satu

kali pemeriksaan, sedangkan pada Definite Case Diagnosis pasti

ditemukan bakteri Salmonella typhi dengan kenaikan titer widal O >

1/320 dan titer H > 1/640 pada satu kali pemeriksaan (Widodo,

2007).

11. Komplikasi

Komplikasi demam typhoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :

a. Komplikasi Intestinal

1) Perdarahan Usus, Sekitar 25% penderita demam typhoid dapat

mengalami perdarahan minor yang tidak membutuhkan tranfusi

darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita

mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah

ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.

2) Perforasi Usus, Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang

dirawat. Biasanya timbul pada minggu ketiga namun dapat pula

terjadi pada minggu pertama. Penderita demam typhoid

dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama

di daerah kuadran kanan bawah yang kemudian meyebar ke

seluruh perut. Tanda perforasi lainnya adalah nadi cepat,

tekanan darah turun dan bahkan sampai syok.


38

b. Komplikasi Ekstraintestinal

1) Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (syok,

sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.

2) Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia,

koaguolasi intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia

hemolitik.

3) Komplikasi paru: pneumoni, empiema, dan pleuritis.

4) Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dankolelitiasis.

5) Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis,dan

perinefritis.

6) Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan

artritis.

7) Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis,

polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia.


39

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Proses asuhan keperawatan pada klien dengan demam typhoid

merupakan beberapa tindakan yang diawali dengan pengkajian, diagnosis

keperawatan, intevensi keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi keperawatan yang dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan (Rohmah, 2014).

1. Pengkajian

Pengkajian menurut NANDA (2018), melibatkan pengumpulan

data subjektif dan obyektif (misalnya, tanda-tanda vital, wawancara

klien/keluarga, pemeriksaan fisik) dan peninjauan riwayat kesehatan.

Informasi yang diberikan oleh klien/keluarga, atau ditemukan dalam

bagan klien. Pengkajian dapat didasarkan pada teori keperawatan

tertentu, seperti yang dikembangkan oleh Florence Nightingale, Wanda

Horta, atau Sr. Callista Roy, atau pada standar kerangka penilaian

seperti Pola Kesehatan Fungsional Marjory Gordon. Pengkajian yang

dilakukan pada klien dengan demam typhoid meliputi:

a. Data Klien

Data klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,

suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, ruangan dirawat, no. Reg,

status perkawinan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa

medis, dan alamat. Identitas penanggung jawab meliputi nama,

umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, agama,

alamat dan hubungan dengan klien.


40

b. Riwayat Penyakit

1) Keluhan utama

Keluhan utama pada pada demam typhoid adalah demam

yang akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh secara

bertahap hingga mencapai suhu 40oC pada minggu pertama

(Sucipta, 2015). Selain itu Biasanya klien datang dengan

keluhan demam diatas 36-37,5̊C pada malam hari dan biasanya

turun pada pagi hari (Muttaqin & Sari, 2011)

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengatakan badannya terasa panas, mual, nyeri

abdomen. Klien juga tampak lemah dan pucat serta terasa panas

diseluruh tubuh (Wijaya A. S., 2013)

3) Riwayat Kesehatan dahulu

Merupakan riwayat penyakit yang pernah dialami oleh

klien, dalam hal ini terdapat kasus carrier atau klien pernah

mengalami demam typhoid sebelumnya dan terulang lagi atau

relaps (Kemenkes RI, 2006).

4) Riwayat kesehatan keluarga

a) Penyakit yang pernah diderita keluarga : kemungkinan ada

keluarga yang pernah menderita penyakit demam typhoid

(Wijaya A.,S, 2013)

b) Lingkungan rumah & komunitas : mengkaji kondisi

lingkungan disekitar rumah yang mempengaruhi demam


41

typhoid yaitu rendahnya hygine perorangan, hygine makanan,

lingkungan rumah yang kumuh, serta perilaku masyarakat

yang tidak mendukung untuk hidup sehat.

c) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : tidak melakukan

cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas, jajan

sembarangan.

5) Pola Fungsi Kesehatan

a) Pola persepsi dan tata laksana kesehatan

Pada pola ini dapat diidentifikasi persepsi klien atau keluarga

tentang konsep sehat sakit (Rohmah, 2014).

b) Pola nutrisi atau metabolik

Klien mengalami penurunan nafsu makan akibat mual dan

muntah.

c) Pola eliminasi

Eliminasi urin berwarna kuning kecoklatan akibat kurangnya

kebutuhan cairan tubuh karena peningkatan suhu tubuh dan

eliminasi fekal klien mengalmi masalah yaitu mengalami

kontipasi akibat tirah baring yang lama (Nirmala, 2017).

d) Pola Aktivitas dan kebersihan diri

Aktivitas klien terganggu akibat tirang baring total untuk

mencegah terjadinya komplikasi seperti perdarahan dan

perforasi, terutama pada klien dengan gejala klinis berat

(Kemenkes RI, 2015).


42

e) Pola istirahat tidur

Pola istirahat dan tidur terganggu akibat peningkatan suhu

tubuh (Nirmala, 2017).

f) Pola kognitif dan persepsi sensori

Pada kognitif klien tidak mengalami kelainan kecuali jika

berada dalam penurunan kesadaran dan pada fungsi indra

pengecap, pembau, penglihatan, pendengaran, dan peraba

tidak terdapat kelainan (Nirmala, 2017).

g) Pola konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan pada orangtua terhadap penyakit

anaknya (Nirmala, 2017).

h) Pola peran dan hubungan

Hubungan dengan orang lain terganggu akibat hospitalisasi

dan tirah baring total (Nirmala, 2017).

i) Pola seksual dan seksualitas

j) Pada pola ini dapat diidentifikasi apakah anak masih

mengompol, apakah sudah mengalami menstruasi dan

sirkumsisi (Rohmah, 2014).

k) Pola mekanisme koping

Pada pola ini dapat diidentifikasi cara yang dilakukan oleh

anak saat menghadapi masalah, apakah dengan menangis

memanggil ibunya, bercerita dengan ibunya dan sebagainya

(Rohmah, 2014).
43

l) Pola nilai dan kepercayaan

Pada pola ini dapat diidentifikasi nilai dan kepercayaan klien

yang dapat berdampak pada kesehatan klien (Rohmah, 2014).

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Biasanya akan terjadi peningkatan suhu tubuh secara

bertahap hingga mencapai suhu 40oC pada minggu pertama

(Mubarak, 2015). Gejala demam terjadi sekitar 7-14 hari atau

dapat mencapai 3-30 hari dengan gejala secara perlahan dan

mulai muncul demam remitten dan terjadi secara bertahap yang

akan mencapai titik tertinggi pada minggu pertama dengan suhu

38oC atau lebih. Demam biasanya akan turun pada pagi hari dan

meningkat pada sore atau malam hari dan demam sulit turun

meskipun telah diberikan obat antipiretik. Pada minggu ke-2

masih berada dalam keadaan demam dan pada minggu ke-3

suhu badan berangsur turun kecuali jika terdapat infeksi dalam

tubuh (Ghassani, 2014).

2) Sistem Pernafasan

Pada sistem pernafasan dapat ditemui gejala batuk kering

dan pada kasus yang lebih berat dapat ditemukan pneumonia

(Nirmala, 2017).

3) Sistem Kardiovaskuler

Pada sistem kardiovaskuler ditemukan penurunan


44

tekanan darah, keringat dingin, kulit pucat, akral dingin. Pada

minggu ketiga dapat terjadi miokarditis dengan penurunan curah

jantung yang ditandai dengan denyut nadi lemah, nyeri dada,

dan kelemahan fisik (Nirmala, 2017).

4) Sistem Persarafan

Pada klien dengan dehidrasi berat dapat mengakibatkan

penurunan perfusi serebral yang dapat berakibat syok dan

penurunan kesadaran serta gangguan mental halusinasi dan

delirium (Nirmala, 2017).

5) Sistem Perkemihan

Pada sistem ini biasanya terjadi penurunan produksi urin

akibat penurunan curah jantung (Nirmala, 2017).

6) Sistem Gastrointestinal

Pada sistem ini ditemukan bau mulut yang tidak sedap,

lidah kotor, bibir kering dan pecah-pecah, terdapat nyeri perut

regio epigastrik (nyeri ulu hati), mual dan muntah, diare dan

kontipasi (Kemenkes RI, 2006).

Inspeksi : terdapat mual dan muntah, nafsu makan klien

menurun, mukosa mulut kering, kebiasaan BAB 1x sehari,

konsistensinya padat, berwarna kuning, berbau khas, perut

kembung.

Palpasi : ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : terdengar suara thympani.


45

Auskultasi : peristaltik usus meningkat >35x/ menit

7) Sistem muskuloskeletal

Pada sistem ini ditemukan kelemahan fisik umum, nyeri

otot dan malaise (Nirmala, 2017).

d. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada anak dengan

demam typhoid menurut Susilaningrum (2013) adalah sebagai

berikut:

1) Pemeriksaan darah tepi

2) Pemeriksaan serologi terhadap spesimen darah: terdapat

Salmonella typhi yang ditemukan di minggu pertama dan pada

minggu berikut akan ditemukan di feses dan urin.

3) Pemeriksaan widal: hasil titer antigen O 1/200 atau lebih

menunjukkan kenaikan secara progesif.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang

menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan

pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas

dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan

mengubah (Nurarif .A.H, 2015).Berdasarkan Nanda NIC NOC 2016

diagnosa keperawatan yang muncul pada demam typhoid yaitu :.

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit


46

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

d. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan cairan

e. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan tahap

ketiga dari proses keperawatan dimana perawat menetapkan tujuan dan

hasil yang diharapkan bagi klien yang ditentukan. Selama tahap

intervensi keperawatan, dibuat prioritas dengan kolaborasi klien dan

keluarga, konsultasi tim kesehatan lain, telah literature, modifikasi

asuhan keperawatan dan cacat informasi yang relavan tentang

kebutuhan perawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinis pada

pelaksanaan intervensi keperawatan demam typhoid (Muttaqin, 2008).


Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan pada Klien Demam Typhoid (NANDA NIC NOC, 2016)

Diagnosa / Batasan
No Karakteristik / Faktor Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
yang Berhubungan
1 Hipertermia NOC : NIC : Temperature regulation
Definisi : Suhu inti tubuh a. Hidration Temperature regulation (pengaturan suhu)
diatas kisaran normal karena b. Adherence behavior (pengaturan suhu) 1. Mengetahui suhu tubuh klien
kegagalan termoregulasi. c. Immune status 1. Monitor suhu minimal tiap 2 2. Mengetahui suhu tubuh secara
Batasan Karakteristik : d. Risk control jam pasti dan mengetahui
a. Kenaikan suhu tubuh e. Risk detection 2. Rencanakan monitoring suhu perkembangan klien
diatas rentang normal secara kontinu 3. Mengetahui perubahan nadi,
b. Kulit kemerahan Kriteria Hasil : 3. Monitor nadi dan RR RR secara continue
c. Pertambahan RR 1. Keseimbangan antara 4. Monitor warna dan suhu kulit 4. Perubahan pada warna dan
d. Gelisah produksi panas, panas yang 5. Monitor tanda-tanda suhu kulit merupakan indikasi
e. Latergi diterima, dan kehilangan hipertermi dan hipotermi demam
f. Kejang panas 6. Tingkatkan intake cairan dan 5. Unruk mengetahui kebutuhan
g. Kulit terasa hangat 2. Seimbang antara produksi nutrisi cairan
h. Supor panas, panas yang diterima, 7. Selimuti klien untuk mencegah 6. Untuk mengganti cairan tubuh
i. Takikardia dan kehilangan panas hilangnya kehangatan tubuh yang hilang akibat evaporasi
j. Takipnea selama 28hari pertama 8. Ajarkan pada klien dan 7. Menurunkan panas
k. Vasodilatasi kehidupan keluarga cara mencegah 8. Untuk mencegah dehidrasi
3. Temperature stabil 36,5 - keletihan akibat panas 9. Mencegah meningkatnya suhu
Faktor yang berhubungan 37,5 derajat celcius 9. Diskusikan kepada keluarga tubuh secara drastis dan
: tentang pentingnya pengaturan menambah pengetahuan
a. Peningkatan suhu dan kemungkinan efek keluarga tentang penyakit klien
metabolisme negative dari kedinginan 10. Membantu menurunkan suhu
b. Dehidrasi 10. Beritahu keluarga tentag tubuh
c. Pakaian yang tidak indikasi terjadinya keletihan 11. Dengan diberikan penjelasan
sesuai dan penanganan emergency diharapkan akan menambah
d. Aktivitas berlebihan yang diperlukan pengetahuan keluarga tentang
e. Ketidakmampuan/penuru 11. Ajarkan kepada keluarga penyakit klien
nan kemampuan untuk indikasidari hipotermi dan 12. Membantu menurunkan suhu
berkeringat terpapar penangananyang diperlukan tubuh
dilingkungan panas 12. Beri kompres air hangat/dingin 13. Memberi rasa nyaman, pakaina
Populasi yang 13. Anjurkan kepada keluarga tipis membantu mengurangi
berhubungan : agar klien memakai pakaian penguapan tubuh
a. Pemajanan suhu yang tipis dan menyerap 14. Dapat menurunkan panas
lingkungan tinggi keringat
14. Berikan antipiretik jika perlu
Kondisi terkait :
a. Penurunan perspirasi
b. Penyakit
c. Peningkatan laju
metabolism
d. Iskemia
e. Agens farmaseutika
2 Nyeri akut NOC : NIC : Pain Management
a. Pain level Pain Management (Manajemen nyeri)
Definisi : Pengalaman b. Pain control (Manajemen nyeri) 1. Mengidentifikasi kebutuhan
sensori dan emosional yang c. Comfort level 1. Lakukan pengkajian nyeri untuk intervensi dan juga
tidak menyenangkan yang secara komprehensif, termasuk tanda-tanda perkembangan
muncul akibat kerusakan Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi, 2. Pernyataan memungkinkan
jaringan yang actual atau 1. Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan faktor pengungkapan emosi dan
potensial atau digambarkan (tahu penyebab nyeri, prepitasi meningkatkan mekanisme
dalam hal kerusakan mampu menggunakan 2. Observasi reaksi nonverbal koping
sedemikian rupa : awitan teknik nonfarmakologi dan ketidaknyamanan 3. Untuk mengalihkan rasa nyeri
yang tiba-tiba atau lambat untuk mengurangi nyeri, 3. Gunakan teknik komunikasi klien
dari intensitas ringan hingga mencari bantuan) terapeutik untuk mengetahui 4. Untuk mengetahui proses nyeri
berat dengan akhir yang 2. Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri klien terjadi
dapat diantisipasi atau berkurang dengan 4. Kaji kultur yang 5. Untuk mengetahui tingkat
berlangsung <6 bulan. menggunakan manajemen mempengaruhi respon nyeri nyeri sebelumnya
nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri 6. Untuk mengetahui terjadinya
Batasan Karakteristik : 3. Mampu mengenali nyeri masa lampau nyeri terdahulu
a. Perubahan selera (skala, intensitas, frekuensi 6. Evaluasi bersama klien dan 7. Untuk mendukung
makanan dan tanda nyeri) tim kesehatan lain tentang kesembuhan klien
b. Perubahan tekanan darah 4. Menyatakan rasa nyaman ketedakefektifan kontrol nyeri 8. Menurunkan reaksi terhadap
c. Perubahan frekuensi setelah nyeri berkurang di masa lampau stimulus dari luar atau
jantung 7. Bantu klien dan keluarga sensivitas pada suara-suara
d. Perubahan frekuensi untuk mencari dan bising dan meningkatkan
pernapasan menemukan dukungan istirahat atau relaksasi
e. Laporan isyarat 8. Kontrol lingkungan yang dapat 9. Meningkatkan relaksasi dan
f. Perilaku distraksi mempengaruhi nyeri seperti perasaan sehat
g. Mengekspresikan suhu ruangan, pencahayaan, 10. Pemberian obat mungkin
perilaku (mis.gelisah, dan kebisingan diperlukan untuk mengiurangi
merengek, menangis) 9. Ajarkan tentang teknik non nyeri yang berat serta
h. Sikap melindungi nyeri farmakologis seperti teknik meningkatkan kenyamanan
i. Fokus menyempit (mis. relaksasi dan perubahan posisi istirahat.
Gangguan persepsi nyeri, dengan sering 11. Untuk mengetahui sejauh mana
hambatan proses, 10. Kolaborasikan dalam keberhasilan pengurangan
berpikir, penurunan pemberian analgetik nyeri
interaksi dengan orang 11. Evaluasi keefektifan control 12. Untuk mempercepat
dan lingkungan) nyeri penyembuhan
j. Indikasi nyeri yang dapat 12. Tingkatkan istirahat 13. Untuk mengatasi nyeri
diamati 13. Kolaborasi dengan dokter jika 14. Untuk mengurangi terjadinya
k. Perubahan posisi untuk ada keluhan dan tindakan nyeri
menghindar nyeri nyeri tidak berhasil
l. Sikap tubuh melindungi 14. Monitor penerimaan klien
m. Melaporkan nyeri secara tentang manajemen nyeri
verbal
n. Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan


:
a. Agen cedera (mis.
Biologis, zat kimia, fisik,
psikologis)
3 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC : Aspiration precaution
kurang dari kebutuhan Nutritional status : Food and Nutrition Management 1. Mengetahui pemberian nutrisi
tubuh fluid intake 1. Kaji adanya alergi makanan yang sesuai dan tidak
Nutritional status : Nutrient 2. Anjurkan kepada orang tua menimbulkan alergi
Definisi : Asupan nutrisi intake untuk memberikan makanan 2. Meningkatkan jumlah masukan
tidak cukup untuk memenuhi Weight control dengan teknik porsi kecil tapi secara bertahap
kebutuhan metabolic sering 3. Diet yang sesuai dapat
Kriteria Hasil : 3. Berikan makanan sesuai membantu proses
Batasan Karakteristik : 1. Adanya peningkatan berat dengan diet yang penyembuhan dan pemenuhan
a. Kram abdomen badan sesuai dengan tujuan diberikan/tidak merangsang nutrisi
b. Nyeri abdomen 2. Berat badan ideal sesuai usus 4. Untuk mencegah terjadinya
c. Menghindari makanan dengan tinggi badan 4. Yakinkan diet yang dimakan perdarahan usus
d. Berat badan 20% atau 3. Mampu mengidentifikasi mengandung redah serat untuk 5. Substansi gula dapat
lebih dibawah berat kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi meningkatkan energy klien
badan ideal 4. Tidak ada tanda malnutrisi 5. Berikan substansi gula 6. Meningkatkan selera makan
e. Bising usus hiperaktif 5. Menunjukkan peningkatan 6. Sajikan makanan dalam 7. Mulut yang bersih dapat
f. Kurang makanan fungsi pengecapan dari keadaan hangat meningkatkan nafsu makan
g. Kurang minat pada menelan 7. Jaga kebersihan mulut 8. Memberikan asupan diet yang
makanan 6. Tidak terjadi penurunan 8. Kolaborasi dengan ahli gizi tepat.
h. Penurunan berat badan berat badan berarti untuk menenukan jumlah
dengan asupan makanan kalori dan nutrisi yang Nutrition Monitoring
adekuat dibutuhkan klien 1. Memberikan rasa control
i. Membrane mukosa pucat 2. Mengetahui perubahan BB
j. Ketidakmampuan Nutrition Monitoring 3. Mempermudah dalam
memakan makanan 1. BB klien dalam batas normal pemenuhan nutrisi
k. Tonus otot menurun 2. Monitor adanya penurunan 4. Libatkan keluarga dalam
l. Mengeluh gangguan berat badan pemberian nutrisi
sensasi rasa 3. Monitor tipe dan jumlah 5. Mempermudah dalam
m. Mengeluh asupan aktivitas yang biasa ilakukan pemenuhan nutrisi
makanan kurang dari 4. Monitor interaksi anak dan 6. Mengetahui kekurangan
RDA (recommended orang tua selama makan kebutuhan nutrisi klien
daily allowance) 5. Monitor lingkungan selama 7. Mengetahui kekurangan
n. Cepat kenyang setelah makan jadwalkan pengobatan energi
makan dan makan selama jam makan 8. Mual dan muntah
6. Monitor kulit kering dan mempengaruhi pemenuhan
Faktor yang berhubungan pigmentasi nutrisi
: 7. Monitor turgor kulit, 9. Mengetahui adanya penurunan
a. Faktor biologis kekeringan, rambut kusam pemenuhan nutrisi
b. Faktor ekonomi 8. Monitor mual dan muntah 10. Mengetahui jumlah kalori dan
c. Ketidakmampuan untuk 9. Monitor pucat, kemerahan nutrisi yang masuk
mengabsorbsi nutrient dan kekeringan jaringan
d. Ketidakmampuan untuk konjungtiva
mencerna makan 10. Monitor kalori dan intake
e. Ketidakmampuan nutrisi
menelan

4 Konstipasi NOC : NIC : Constipasi / Impaction


Bowel elimination Constipasi / Impaction Management
Definisi : penurunan pada Management 1. Memberikan tindakan yang
frekuensi normal defekasi Kriteria Hasil : 1. Monitor tanda dan gejala tepat pada penderita konstipasi
yang disertai oleh kesulitan 1. Mempertahankan bentuk konstipasi 2. Bising usus refleksi dari
atau pengeluaran tidak feses lunak setiap 1-3 hari 2. Monitor bising usus peristaltic usus. peristaltik usus
lengkap feses atau 2. Bebas dari 3. Anjurkan klien / keluarga yang lambat menyebabkan
pengeluaran feses tidak ketidaknyamanan dari mencatat warna, volume, konstipasi karena penyerapan
kering, keras banyak. konstipasi frekuensi dan konsistensi tinja air di usus lebih banyak
3. Mengidentifikasi indicator 4. Menyusun jadwal ketoilet 3. Mengetahui warna, volume
Batasan Karakteristik untuk mencegah konstipasi 5. Mendorong meningkatkan frekuensi dan konsistensi tinja
a. Nyeri abdomen 4. Feses lunak dan berbentuk asupa cairan, kecuali 4. Membantu mengingatkan klien
b. Nyeri tekan abdomen dikontraindikasi jadwal ke toilet
dengan teraba resistensi 6. Kolaborasi dengan tim medis 5. Membantu proses defekasi
otot dalam pemberian laksatif 6. Obat anti konstipasi bekerja
c. Nyeri tekan abdomen 7. Konsultasi dengan dokteer dengan meningkatkan
tanpa teraba resistensi tentang peurunan dan peristaltic atau melunakkan
otot peningkatan bising usus feses.
d. Anoreksia 8. Monitor tanda dan gejala 7. Mendiskusikan tanda dan
e. Penampilan tidak khas rupture usus/peritonitis gejala klien
f. Darah merah tanpa feses 9. Anjurkan klien/keluarga untuk 8. Mengetahui adanya injuri
g. Perubahan pada pola diet tinggi serat 9. Memudahkan proses defekasi
defekasi 10. Anjurkan klien/keluarga pada 10. Memberikan edukasi pada
h. Penurunan volume feses hubungan asupan diet, keluarga
i. Distensi abdomen olahragadan cairan 11. Meminimalisis rupture usus
j. Rasa tekanan rectal sembelit/impaksi
k. Keletihan umum 11. Ajarkan klien/keluarga tentang
l. Feses keras dan proses pencernaan yang
berbentuk normal
m. Sakit kepala
n. Bising usus hiperaktif
o. Bising usus hipoaktif
p. Tidak dapat makan, mual
dan muntah
q. Nyeri pada saat defekasi
r. Perkusi abdomen pekak
s. Sering flatus
t. Tidak dapat
mengeluarkan feses
5. Intoleransi Aktivitas NOC : NIC : Activity Therapy( Terapi
a. Energy conservation Activity Therapy (terapi aktivitas)
Definisi : ketidakcukupan b. Activity tolerance aktivitas) 1. Memberikan terapi program
energy psikologis atau c. Self care : ADLs 1. Kolaborasi dengan tenaga yang tepat bagi klien
fisiologis untuk melanjutkn rehabilitaasi medic dalam 2. Membantu klien untuk memilih
atau menyelesaikan aktivitas Kriteria Hasil : merencanakan program terapi aktivitas yang mampu dilakukan
kehidupan sehari-hari yang 1. Berpartisipasi dalam yang tepat 3. Memberikan aktivitas yang
harus atau yang ingin aktivitas fisik tanpa disertai 2. Bantu klien untuk sesuai kemampuan dengan
dilakukan. peningkatan tekanan darah, mengidentifikasi aktivitas kemampuan fisik, psikologi dan
nadi, RR yang mampu dilakukan social klien
Batasan Karakteristik 2. Mampu melakukan 3. Bantu untuk memilih aktivitas 4. Membantu klien untuk
a. Respon tekanan darah aktivitas sehari-hari (ADLs) konsisten yang sesuai dengan mendapatkan sumber aktivitas
abnormal terhadap secara mandiri kemampuan fisik, psikologi yang diperlukan
aktivitas 3. Tanda-tanda vital normal dan social 5. Membantu klien dalam
b. Respon frekuensi jantunh 4. Energy psikomotor 4. Bantu untuk mengidentifikasi melakukan aktivitas yang ingin
abnormal terhadap 5. Level kelemahan dan mendapatkan sumber yang dilakukan
aktivitas 6. Mampu berpindah dengan diperlukan untuk aktivitas 6. Membantu klien menentukan
c. Ketidaknyamanan atau tanpa banuan alat yang diinginkan aktivitas yang disukai
setelah beraktivitas 7. Status kardiopulmunari 5. Bantu untuk mendapatkan alat 7. Membantu klien membuat
d. Dispnea setelah adekuat bantuan aktivitas seperti kursi jadwal latihan agar terapi dapat
beraktivitas 8. Sirkulasi status baik roda,kruk ilakukan dengan baik
e. Menyatakan merasa letih 9. Status respirasi : pertukaran 6. Bantu untuk mengidentifikasi 8. Membantu klien atau keluarga
dan lemah gas dan ventilasi adekuat aktivitas yang disukai memahami kekurangan yang
7. Bantu klien untuk membuat ada dalam aktivitas yang akan
Faktor yang berhubungan : jadwal latihan di waktu luang dilakukan
a. Tirah baring atau 8. Bantu klien/keluarga untuk 9. Meningkatkan aktivitas
imobilisasi mengidentifikasi kekurangan individual
b. Kelelahan umum dalam beraktivitas 10. Mengetahui respon klien
c. Ketidakseimbangan 9. Sediakan penguatan positif terhadap stress aktivitas
antara suplai dan bagi yang aktif beraktivitas 11. Memberikan motivasi dan
kebutuhan oksigen 10. Monitor respon fisik, emosi, semangat agar klien mampu
social dan spiritual melakukan aktivitas kembali
11. Bantu klien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan

6. Resiko kekurangan volume NOC : NIC : Fluid management


cairan a. Fluid balance Fluid management 1. Mengidentifikasi kebutuhan
b. Hydration 1. Pertahankan catatan intake cairan
Definisi : Beresiko c. Nutrition status : food and output yang akurat 2. Mengetahui derajat status
mengalami dehidrasi fluid intake 2. Monitor status hidrasi dehidrasi
vascular, selular atau (kelembaban, membrane 3. Mengetahui suhu, nadi dan
intraselular. Kriteria Hasil : mokussa, nadi adekuat, pernafasan
1. Mempertahankan urine tekanan darah) 4. Mengontrol keseimbangan
Faktor resiko : output sesuai dengan usia, 3. Monitor vital sign cairan
a. Kehilangan volume BB, BJ urine normal, HT 4. Monitor masukan 5. Untuk mengganti cairan tubh
cairan aktif normal makanan/cairan yang hilang
b. Penyimpanan yang 2. Tekanan darah, nadi, suhu 5. Kolaborasikan pemberian 6. Mengetahui status nutrisi
mempengaruhi akses tubuh dalam batas normal cairan IV 7. Membantu dalam pemenuhan
cairan 3. Tidak ada tanda-tanda 6. Monitor status nutrisi kebutuhan cairan
c. Penyimpangan yang dehidrasi, elastisitas turgor 7. Dorong masukan oral 8. Membantu klien dalam
mempengaruhi akses kulit baik, membrane 8. Dorong keluarga untuk pemenuhan kebutuhan cairan
cairan mokusa lembab, tidak ada membantu makan klien 9. Membantu dalam pemenuhan
d. Penyimpanan yang rasa haus yang berlebihan 9. Tawarkan snack (jus buah, kebutuhan cairan
mempengaruhi asupan buah segar) 10. Menentukan tindakan yang
cairan 10. Kolaborasi dengan dokter tepat dan membantu pemulihan
e. Kehilangan cairan untuk membantu pemulihan optimal
berlebihan melalui rute optimal
normal (mis. Diare)
f. Berat badan ekstrim
g. Faktor yang
mempengaruhi
kebutuhan cairan (mis.
Status hipermetabolik)
h. Kegagalan fungsi
regulator

Sumber : NANDA NICNOC, 2016


55

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah proses membantu klien untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah rencana

tindakan disusun. Perawat mengimplementasi tindakan yang telah

diindentifikasi dalam rencana asuhan keperawtan. Dimana tujuan

implementasi keperawatan adalah meningkatkan kesehatan klien,

mencegah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi koping klien

(Hutahaean Serri, 2010).

Dalam implementasi rencana tindakan keperawatan pada anak

demam typhoid adalah mengkaji keadaan klien, melibatkan keluarga

dalam pemberian kompres hangat, menganjurkan klien memakai

pakaian tipis, mengobservasi reaksi non verbal, mengkaji intake dan

output klien, dan membantu keluarga dalam memberikan asupan/

kepada klien.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan

merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat

mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawtan dalam

mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Tujuan

evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan.

Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakajn hubungan dengan klien,

macam-macam evaluasi:
56

a. Evaluasi formatif

Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon klien segera

pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan, dan ditulis pada

catatan perawatan.

b. Evaluasi sumatif SOAP

Kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai

waktu pada tujuan, ditulis pada catatan perkembangan.

Hasil yang diharapkan pada anak setelah dilakukan tindakan

keperawatan adalah orang tua mengatakan demam berkurang dengan

suhu 36,5 °C, orang tua mengatakan nyeri sudah berkurang dan

membantu mengontrol nyeri dengan tehnik non farmakologi, orang tua

mengatakan tidak terjadi penurunan BB secara signifikan. Tindakan

selanjutnya mengobservasi keluhan klien dan pemeriksaan tanda-tanda

vital klien.
BAB III

METODE PENULISAN

A. Rancangan

Rancangan pada Karya Tulis Ilmiah ini dalam bentuk Laporan

Asuhan Keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan yaitu dengan cara mengumpulkan data dimulai dari

pengkajian, menentukan diagnosa, melakukan perencanaan, melaksanakan

tindakan dan melakukan evaluasi kepada klien. Laporan Asuhan

Keperawatan ini bertujuan untuk mengeksplorasi asuhan keperawatan

klien dengan masalah demam typhoid di wilayah kerja Puskesmas

Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru. Pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subjek Asuhan Keperawatan

Subjek dalam laporan asuhan keperawatan ini adalah klien anak

dengan demam typhoid di wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara Kota

Banjarbaru. Dengan kriteria sebagai berikut:

1. Anak yang mengalami demam typhoid berdasarkan diagnosa medik

2. Jumlah anak yang akan dijadikan subjek dalam asuhan keperawatan

sebanyak 1 anak

3. Anak yang mengalami demam typhoid dengan kesadaran

composmentis.

4. Anak yang mengalami demam typhoid dengan rentang usia 5-10 tahun.
58

5. Bersedia dikunjungi minimal 3 hari dilakukan tindakan

asuhan keperawatan anak

6. Klien sudah menjalani Rapid Test Covid-19 dan dinyatakan negatif atau

nonreaktif.

7. Bersedia menjadi responden dan sudah mengisi inform consent.

C. Fokus Asuhan Keperawatan

Fokus laporan asuhan keperawatan ini adalah Asuhan Keperawatan

pada anak dengan demam typhoid di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru

Utara Kota Banjarbaru yang meliputi tahap pengkajian, diagnosa,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Nursalam (2017) adalah definisi

berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan

tersebut. Untuk mempermudah dalam memahami proses pembuatan

Laporan Asuhan Keperawatan ini, maka penulis membuat penjelasan

sebagai berikut:

1. Anak adalah seseorang yang belum 18 tahun, termasuk anak yang

masih dalam kandungan terdapat dalam undang-undang No.23 Tahun

2002 tentang perlindungan anak. Asuhan keperawatan anak dilakukan

pada anak yang berusia antara 5-18 tahun.

2. Demam typhoid atau sering disebut dengan Tipes oleh masyarakat

awam, merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella


59

thypi. Penyakit ini ditularkan melalui makanan dan minuman yang

dikonsumsi. Gejala yang ditimbulkan seperti demam yang lebih terasa

pada sore atau malam hari, nyeri kepala, nafsu makan berkurang,

lemas, dan gejabla sistem pencernaan.

3. Asuhan keperawatan pada anak dengan demam tyhpoid merupakan

kegiatan dimana perawat melakukan sebuah tahapan dari pengkajian,

perumusan diagnosa, intervensi, implementasi hingga evaluasi

terhadap implementasi yang telah dilakukan kepada klien.

a. Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengidentifikasi status kesehatan klien dan

keluarga.

b. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon anak

dengan demam typhoid terhadap masalah kesehatan terutama

mengenai perawatan demam typhoid.

c. Intervensi keperawatan adalah serangkaian tindakan yang akan

dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang telah

teridentifikasi pada anak demam typhoid

d. Implementasi keperawatan adalah realisasi intervensi

keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

e. Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara

membandingkan perubahan keadaaan klien setelah dilakukan


60

intervensi dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap

intervensi.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen Asuhan Keperawatan

Instrumen yang digunakan meliputi format pengkajian anak,

lembar observasi, dan status klien. Dokumen responden untuk melihat

data responden yang akan diteliti.

2. Cara Pengumpulan Data

a. Wawancara

Pada asuhan keperawatan ini sumber data didapatkan dari hasil

wawancara dengan klien dan keluarga yang berisi tentang identitas

anak, identitas kepala keluarga, identitas anggota keluarga, riwayat

keluarga inti, tahap perkembangan keluarga, keluhan utama klien,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu serta riwayat

penyakit keluarga.

b. Observasi

Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara

langsung dengan mengamati perilaku dan keadaan klien.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi

pada tubuh klien.

d. Studi literatur

Studi literature dengan mempelajari dan mengumpulkan referensi

yang berhubungan dengan Demam Typhoid.


61

e. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi diperoleh dengan melihat dokumen-dokumen

hasil pemeriksaan diagnostik klien.

F. Tempat dan Waktu Asuhan Keperawatan

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru

Jl. Karang Anyar 2 RT. 20 RW.11 Loktabat Utara, Banjarbaru Utara,

Kota Banjarbaru.

2. Waktu Asuhan Keperawatan

Tabel 3.1 Agenda Kegiatan dan Waktu

No Agenda Kegiatan Waktu


.
1. Penyelesaian Proposal Oktober-Februari 2020
2. Ujian Proposal Februari 2021
3. Penyelesaian Kasus/Pelaksanaan Asuhan Maret 2021
4. Penyelesaian LTA Maret-April 2021
5. Ujian Sidang LTA April 2021

G. Penyajian Data

1. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak melakukan asuhan keperawatan

di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data

terkumpul. Dalam tahap ini data diolah dan dianalisis dengan teknik-

teknik tertentu (Notoatmodjo, 2014). Analisis data dilakukan dengan

cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori

yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan

jawaban-jawaban dari asuhan keperawatan yang diperoleh dari hasil


62

intrepetasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah asuhan keperawatan ini. Teknik analisis digunakan

dengan cara observasi oleh penulis dan studi dokumentasi yang

menghasilkan data untuk selanjutnya di interpretasikan dan

dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut.

2. Penyajian Data

a. Data disajikan secara tekstual/narasi dan dapat disertai dengan

cuplikan ungkapan verbal dari subyek yang merupakan data

pendukungnya sesuai dengan format asuhan keperawatan anak.

b. Tabel untuk analisa data, diagnosis, perencanaan, implementasi dan

evaluasi.

H. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini penulis menekankan

masalah etika yang meliputi (Hidayat, 2008; Nursalam, 2017):

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Inforemed consent merupakan bentuk persetujuan antara

penulis dan responden dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum asuhan keperawatan

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan asuhan keperawatan, mengetahui dampaknya. Jika

subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan. Jika responden tidak bersedia maka penulis harus


63

menghormati hak Klien. Beberapa informasi yang harus ada dalam

informed consent tersebut antara lain: partisipasi responden, tujuan

dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek asuhan keperawatan

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden

pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil yang akan disajikan. Untuk menjaga

kerahasiaan pada lembar yang telah diisi oleh responden, penulis tidak

mencantumkan nama secara lengkap, responden cukup

mencantumkan nama inisial saja.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil asuhan keperawatan, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh penulis, hanya kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan pada hasil riset. Penulis menjelaskan bahwa data

yang diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaannya oleh

penulis.
64

4. Protokol Kesehatan Pencegahan Covid-19

Penelitian ini dilakukan pada masa pandemi covid-19, jadi

protokol kesehatan menjadi salah satu etika dalam memberikan

asuhan keperawatan pada penelitian ini. Protokol meliputi skrining

covid-19 klien yang dapat dibuktikan dengan data Rumah Sakit dan

penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti menggunakan masker

bedah atau N95, faceshield, dan handscoon.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Asuhan Keperawatan

1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Puskesmas Banjarbaru Utara adalah salah satu pusksmas yang

beralamatkan di Jl. Karang Anyar 2, RT.20/RW.11, Loktabat Utara,

Banjarbaru Utara, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70714. Luas

wilayah 24.22 Km2. Kecamatan Banjarbaru Utara berbatasan dengan

wilayah lain kecamatan lain di wilayah Kabupaten Banjar dan Kota

Banjarbaru yaitu :

Sebelah Utara : Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar

Sebelah Timur : Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar

Sebelah Selatan : Kecamatan Banjarbaru Selatan Kota Banjarbaru

Sebelah Barat : Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru

Pengambilan lokasi asuhan keperawatan dilakukan di wilayah

kerja Puskesmas Banjarbaru Utara yang tepatnya di Loktabat Utara.

2. Pengkajian Keperawatan Anak

( Tanggal 26-28 Maret 2021 )

a. Biodata

1) Identitas Klien

a) Nama/Nama panggilan : An. M

b) Tempat tanggal lahir / Usia : Banjarbaru, 5 Mei 2012 (8)

c) Jenis Kelamin : Perempuan

d) Agama : Islam
66

e) Pendidikan : SD

f) Alamat : Loktabat Utara

g) Tanggal masuk : 25 Maret 2021

h) Tanggal pengkajian : 26 Maret 2021

i) Diagnosa Medik : Demam Typhoid

j) Rencana therapi : Thiampenicol sirup 3 x 1 cth

Paracetamol 3 x 1/2

Antasida 3 x 1/2

BC 1 x 1

a. Identitas Orang Tua

Ayah

a) Nama : Tn. M

b) Usia : 35 Tahun

c) Pendidikan : SLTA

d) Pekerjaan : Swasta

e) Agama : Islam

f) Alamat : Loktabat Utara

Ibu

a) Nama : Ny. N

b) Usia : 35 Tahun

c) Pendidikan : S1

d) Pekerjaan : Guru TK

e) Agama : Islam

f) Alamat : Loktabat Utara


67

b. Identitas Saudara Kandung

Klien merupakan anak pertama dan tidak mempunyai saudara

kandung.

b. Keluhan Utama / Alasan Masuk Puskesmas

1) Keluhan saat masuk Puskesmas

Pada tanggal 25 Maret 2021 klien dibawa ibunya ke Puskesmas

Banjarbaru Utara dengan keluhan demam yang suhunya kadang

naik kadang turun tidak menentu sejak 3 hari yang lalu, serta sakit

perut, muntah sebanyak 2 kali, pusing-pusing dan badan meriang.

2) Keluhan saat pengkajian

Klien mengatakan badannya demam dan tidak enak, menurut

ibunya suhu badan anaknya turun naik, pada pagi hari suhu badan

anaknya turun dan meningkat pada malam hari, selain itu klien

juga mengeluh kepala terasa pusing serta tidak nafsu makan.

c. Riwayat Sekarang

1) Riwayat Kesehatan sekarang

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 Maret 2021 dirumah

klien, ibu klien mengatakan anaknya demam dengan suhu yang

turun naik sejak 3 hari yang lalu, demam cenderung naik pada

malam hari dan cenderung turun pada pagi harinya. Selain itu,

anak juga mual-mual dan muntah 2 kali sebelum ibunya membawa

ke puskesmas.
68

2) Riwayat Kesehatan lalu

Pada saat TK (umur 5 tahun) klien pernah mengalami demam

typhoid dan suhu badannya hampir mencapai 40 derajat, keluarga

membawa klien ke puskesmas untuk mendapatkan penanganan

dan dapat teratasi. Klien mempunyai alergi terhadap daging ayam

yang mana apabila klien mengonsumsi daging ayam maka akan

timbul bercak-bercak merah di area kulitnya.

3) Riwayat Kesehatan keluarga

a) Penyakit anggota keluarga :

Ayah klien mempunyai riwayat penyakit hipotensi dan

mempunyai alergi dengan daging ayam, sedangkan ibu klien

pernah mempunyai riwayat penyakit bronchitis serta kejang-

kejang saat masih mengandung anaknya. Kakek dan bibi klien

mempunyai riwayat penyakit demam typhoid seperti klien.

b) Genogram

Gambar 4.1 Genogram 3 generasi keluarga An.M


Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
69

: Klien
: Meninggal
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
: Mempunyai penyakit yang sama dengan klien

d. Riwayat Imunisasi

Tabel 4.1 Riwayat imunisasi An.M

Reaksi setelah
No Jenis Imunisasi Waktu pemberaian
pemberian
1. BCG Usia 3 bulan -
2. DPT Usia 2 bulan -
3. Polio Usia 1 bulan -
4. Campak Usia 9 bulan Badan panas
5. Hepatitis Baru lahir -

e. Riwayat Tumbuh Kembang

1) Pertumbuhan Fisik

a) Berat Badan : BB lahir : 2,8 Kg, sebelum sakit : 21 Kg, masuk

Puskesmas : 20 kg.

b) Tinggi Badan : PB lahir : 51 cm, PB masuk Puskesmas :

130 cm

c) Waktu tumbuh gigi : 7 bulan dan tanggalnya gigi : 6 tahun

2) Perkembangan Tiap tahap

a) Berguling : 5 bulan

b) Duduk : 9 bulan

c) Merangkak : 10 bulan

d) Berdiri : 12 bulan

e) Berjalan : 14 bulan

f) Senyum kepada orang lain : 6-7 bulan


70

g) Bicara pertama kali : 2 tahun

h) Berpakaian tanpa bantuan : 4 tahun

f. Riwayat Nutrisi

1)Pemberian ASI

a) Pertama kali disusui : Langsung setelah melahirkan

b) Waktu dan cara pemberian : Setiap kali bayi menangis dan lapar,

langsung disusui lewat payudara ibu

c) Lama pemberian : 15-20 menit

d) ASI diberikan sampai usia : 1 tahun 7 bulan

2) Pemberian Susu tambahan : Susu Formula (Morinaga)

3) Pemberian makanan tambahan : Bubur Bayi (Milna)

4) Pola perubahan Nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini

Tabel 4.2 Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia An.M

Usia Jenis nutrisi Lama Pemberian


0 – 3 bulan ASI 19 bulan
4 – 12 bulan ASI, susu formula dan bubur 19 bulan
bayi
1-2 tahun ke ASI, Susu formula dan 1 Tahun
atas bubur (bubur merah), dan
buah tekstur lembek (pisang)
2-5 tahun ke Susu formula, bubur, sayur, 3 Tahun
atas lauk dan buah
5 tahun keatas Susu formula, bubur, nasi, Dari usia 5 tahun
lauk pauk, sayur dan buah hingga sekarang

g. Riwayat Psikososial

Klien tinggal di rumah bersama ayah dan ibunya, Hubungan antar

anggota keluarga baik, yang mengasuh anaknya adalah ayah dan ibunya

sendiri.
71

h. Riwayat Spiritual

Klien beragama Islam dan selama sakit ia tidak menjalankan

ibadah shalat. Orang tuanya selalu beribadah shalat 5 waktu an mendoakan

kesembuhan klien.

i. Reaksi Hospitalisasi

1) Pemahaman keluarga tentang sakit

Ibu klien membawa klien ke Puskesmas karena demam dengan

suhu naik turun sejak 3 hari yang lalu, selain itu ibunya juga sempat

curiga kalau anaknya terkena covid 19 karena gejala demam tersebut.

Setelah dibawa ke puskesmas dan didiagnosa demam typhoid, orang

tuanya cemas dan khawatir karena anaknya mengalami demam typhoid

untuk kedua kalinya dan dokter menjelaskan kondisi klien kepada orang

tuanya dengan baik dan jelas.

2) Pemahaman anak tentang sakit

Klien paham tentang kondisi kesehatannya sekarang, klien

tenang saat dilakukan tindakan serta mengharapkan agar ia dapat

sembuh dan pulih secepatnya.

j. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

An. M memiliki perilaku personal higiene yang buruk berupa

kebiasaan sering tidak mencuci tangannya sebelum makan. Selain itu ia

juga memiliki perilaku kebiasaan jajan sembarangan yang belum tentu

terjamin kebersihan dan kesehatannya. Kedua perilaku tersebut merupakan

faktor resiko terjadinya demam typhoid berupa faktor personal higiene dan

higiene makanan minuman yang dikonsumsi.


72

k. Pola aktivitas sehari-hari

1) Nutrisi

Sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit ia makan teratur

tiga kali sehari.waktu makan klien : pagi sebelum

melakukan aktifitas belajar online, siang saat

istirahat, dan malam setelah shalat magrib, selera

makannya cukup baik, klien mempunyai alergi

terhadap daging ayam. Selain itu klien juga memiliki

kebiasaan membeli jajanan sembarangan. Jajanan

yang sering ia beli seperti pentol, gorengan dan

aneka snack.

Saat sakit : Ibu klien mengatakan selama anaknya sakit nafsu

makannya menurun, makanan yang dimakan selama

sakit yaitu bubur dan nasi lunak, klien hanya

menghabiskan setengah porsi piring kecil bubur

yang disediakan oleh ibunya saat pagi tadi.

2) Cairan

Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan anaknya minum 6-8

gelas perharinya, klien suka minum susu dan

es campur.

Saat sakit : Selama sakit ibu klien mengatakan anaknya

minum antara 5-7 gelas perhari, berupa air

putih dan terkadang dicampurkan dengan

gula.
73

3) Eliminasi (BAK/BAB)

Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB/BAK secara mandiri

di WC, frekuensi BAB sekali sehari dengan

konsistensi lembek berwarna kuning

kecoklatan. Frekuensi BAK 6-7 kali sehari,

urine berwarna kuning muda dan jernih.

Saat sakit : Selama sakit klien dapat BAB/BAK di WC

dengan mandiri. Frekuensi BAB klien selama

sakit 2 hari sekali, konsistensi feses embek

berwarna kuning kecoklatan, BAK ± 4 kali

sehari, urine berwarna kuning dan terkadang

kuning kecoklatan. Klien mengatakan tidak

ada masalah dengan BAB/BAK selama ia

sakit.

4) Istirahat/tidur

Sebelum sakit : Klien mengatakan tidur nyenyak 8 jam di

malam hari, terkadang klien juga tidur siang

sekitar 1-2 jam dan tidak ada keluhan/masalah

mengenai pola istirahat/tidurnya.

Saat sakit : Ibu klien mengatakan pada malam hari selama

klien sakit saat tidur sering gelisah dan

mengigau serta terbangun tiba-tiba. Klien tidur

malam sekitar 5 jam dan tidur siang sekitar 2-3

jam.
74

5) Pola aktivitas/olahraga

Sebelum sakit : Aktivitas klien sebelum sakit setiap harinya

seperti belajar secara daring, mengisi

kegiatan waktu luangnya dengan bermain

bersama teman-temannya dan membantu

orang tuanya, Klien berolahraga jalan pagi

setiap hari minggu bersama orang tuanya.

Makan/minum dilakukan secara mandiri,

berpakaian dan berhias juga dilakukan secara

mandiri. Tidak ada keluhan ataupun

hambatan dalam menjalankan aktivitas.

Saat sakit : Selama sakit klien hanya terbaring lemas di

tempat tidurnya, makan/minum disuapi

ibunya. Berpakaian mandiri, terkadang juga

dibantu oleh ibunya. Aktivitas seperti

berpindah tempat dibantu oleh orang tuanya.

6) Personal Hygine

Sebelum sakit : Klien mengatakan mandi 2 kali sehari pada

pagi dan sore hari serta menggunakan

shampoo untuk mencuci rambutnya. Klien

menggosok gigi sesudah makan saat pagi dan

malam hari.
75

Saat sakit : Selama sakit klien dibantu ibunya mandi

dengan hanya membasahi area wajah tangan

dan kakinya, serta tidak menggosok gigi.

l.  Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum Klien : Lemah

Kesadaran : Composmentis

GCS : E:4,V:5,M:6

Eye : (4) Spontan

Verbal : (5) Orientasi baik, mampu berbicara

Motorik : (6) Mematuhi perintah

Tanda – tanda vital :

Suhu : 38,6°C

Nadi : 100 x/ menit

Respirasi : 24x/ menit

Panjang badan : 130 cm

Berat Badan : 20 kg.

2) Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala normal, rambut lurus berwarna hitam,

persebaran rambut merata, kondisi kepala bersih, tidak ada ketombe,

lessi atau massa.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat benjolan

3) Mata

Inspeksi : Mata bersih, fungsi penglihatan normal, tidak terdapat

peradangan, sclera jernih, pupil isokor, gerak bola mata normal ke


76

arah 8 mata angin, konjungtiva anemis, lapang pandang normal, tidak

menggunakan alat bantu penglihatan.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

4) Hidung

Inspeksi : Hidung bersih, struktur hidung simetris, tidak terdapat

perdarahan, tidak ada peradangan, lubang hidung bersih tidak ada

kotoran atau secret ataupun benda asing. Fungsi penciuman normal,

klien dapat membedakan bau antara minyak kayu putih dengan

alkohol.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

5) Telinga

Inspeksi : Telinga bersih, bentuk simetris kanan dan kiri, tidak

terdapat peradangan dan cairan, fungsi pendengaran baik dapat

mendengar apa yang disampaikan oleh peneliti.

Palpasi: Tidak ada nyeri, tidak terdapat benjolan

6) Mulut

Inspeksi : Mulut kering dan bau, kadaan mukosa bibir kering dan

pucat, lidah kotor dan berwarna putih, gerakan lidah baik, tidak ada

peradangan pada gusi, bicara normal.

7) Leher

Inspeksi : Tidak ada masalah pada leher, tidak ada lesi

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan, arteri karotis

teraba, tidak ada pembesaran tiroid dan limfe.

8) Dada
77

Inspeksi : Bentuk dada simetris, irama pernafasan regular, tidak ada

otot bantu pernafasan, frekuensi pernafasan 24x/menit.

Palpasi : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba

massa, taktil fremitus tidak terkaji, tidak ada retraksi dada.

Perkusi : Sonor/resonan

Auskultasi: Bunyi suara nafas normal/vesikuler

9) Jantung

Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada keluhan nyeri dada

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba benjolan

Perkusi: Pekak

Auskultasi:Bunyi jantung lub-dub

10) Abdomen

Inspeksi : Warna kulit sawo matang

Palpasi : Tidak ada benjolan ataupun nyeri tekan pada area abdomen

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bunyi peristaltic usus 11x/menit

11) Genitalia

Klien mengatakan genitalianya bersih dan tidak ada masalah pada

genitalianya.

12) Ekstremitas atas dan bawah

Inspeksi : Tidak ada kelainan pada struktur ekstermitas atas maupun

bawah, tidak ada lesi

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat edema, akral hangat

Kekuatan otot
78

5 5

5 5

Keterangan :

0 : Lumpuh total.

1 : Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot 2

2 : Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi.

3 : Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan atau melawan

tahanan pemeriksa.

4 : Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya

berkurang.

5 : Dapat melawan tahanan pemeriksa kekuatan maksimal

13) Integumen

a) Kulit

Inspeksi : Kulit bersih, warna kulit sawo matang, tidak terdapat lesi,

kulit tampak pucat dan kering

Palpasi : teraba hangat, temperatur 38,6°C, turgor kulit baik kembali

dalam 2 detik.

b) Kuku

Inspeksi : Warna kuku merah muda, kuku pendek bersih, permukaan

kuku datar, tidak ada trauma pada kuku, tidak ada kebiasaan

menggigit kuku.

Palpasi : Setelah ditekan, CRT < 2 detik.


79

m. Test diagnostik

Hasil Laboratorium tanggal 25 Maret 2021

Tabel 4.3 Hasil laboratorium An.M


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13,6 Lk 12,0-16,0 gr/dl
Pr 12,0-14,6 gr/dl
Hematokrit 38,2 36 – 55%
Trombosit 311.000 150.000-300.000/mm3
Leukosit 9.350 4.000-10.000/mm3
IMUNOLOGI
Widal
S. typhi O - Negatif
S. typhi H - Negatif
S. paratyphi AO - Negatif
S. paratyphi BO +1/80 Negatif

n. Teraphi saat ini

Tabel 4.4 Terapi saat ini An.M


Nama Obat Dosis Indikasi
80

Thiampenicol sirup 3 x 1 cth Obat antibiotik untuk mengatasi


(sendok teh) penyakit akibat berbagai infeksi
bakteri dengan cara menghambat
pertumbuhan dan sel bakteri
penyebab infeksi
Paracetamol 3 x ½ tablet Untuk meredakan gejala demam
dan nyeri pada berbagai penyakit
seperti demam dengue dan
typhoid
Antasida 3 x ½ tablet Untuk mengatasi gejala produksi
asam lambung yang berlebih,
mual mual dan perut kembung.
B Complex 1 x 1 tablet Mengatasi kekurangan Vitamin B
dan C serta meningkatkan daya
tahan tubuh

3. Analisa Data

Tabel 4.5 Tabel analisa data An.M

No Data Etiologi Masalah


1. Subjektif : Proses penyakit Hipertermia
- Klien mengeluh badan (Infeksi bakteri
nya demam dan tidak salmonella
enak, kepalanya terasa typhi)
pusing
- Ibu klien mengatakan
anaknya demam sejak 3
hari yang lalu, suhu
badan anaknya turun
naik, pada pagi hari suhu
badan anaknya turun dan
meningkat pada malam
hari
Objektif :
- Klien terlihat lemah dan
terbaring di tempat
tidurnya
- Kulit klien terasa hangat
dan wajahnya tampak
gelisah
- TTV :
S : 38,6°C
N : 100 x/ menit
R : 24x/ menit
2. Subjektif : Faktor biologis, Ketidakseimbangan
- Klien mengatakan nafsu Intake yang nutrisi kurang dari
81

makannya menurun dan kurang adekuat kebutuhan tubuh


pagi tadi hanya mengha
biskan setengah porsi
piring kecil bubur.
- Klien mengeluh pagi tadi
mual-mual sehingga
tidak menghabiskan
makanannya.
Objektif :
- Klien tampak lemas,
menolak makanan yang
disediakan ibunya (roti),
lidah klien tampak kotor
dan mulutnya
mengeluarkan bau yang
tidak enak.
- BB sekarang 20 Kg
- TB 130 cm
- BMI :11,83 (kurus)
Subjektif : Peningkatan Gangguan
- Klien mengatakan pada suhu tubuh pemenuhan
malam hari menangis, istirahat dan tidur
gelisah dan susah untuk
tidur.
- Ibu klien mengatakan
anaknya tidur malam
tadi sekitar 5 jam, saat
tidur sering mengigau
dan terbangun secara
tiba-tiba.
- Ibu klien mengatakan
3.
pada malam hari suhu
demam anaknya mening
kat dan turun pada pagi
harinya.
Objektif :
- Klien tampak lemas dan
mengantuk
- Jumlah tidur klien
kurang dari kebutuhan
sesuai umurnya, kebutu
han tidur usia klien
adalah 9-12 jam perhari
Subjektif : Kurang terpapar Kurangnya
4. - Ibu klien mengatakan informasi. pengetahuan
kurang tau tentang
penyebab, cara merawat,
dan pencegahan tentang
82

penyakit anaknya.
- Klien mengatakan
memiliki kebiasaan jajan
sembarangan dan kurang
memperhatikan personal
hygienenya seperti cuci
tangan sebelum makan
Objektif :
- Ibu klien tampak
bingung dan kurang
yakin dengan jawaban
saat ditanya
- Penjelasan ibu klien
kurang tepat
- Ibu klien nampak
khawatir.

4. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data di tabel diatas, prioritas diagnosa keperawatan pada

An. M, yaitu :

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan Intake yang kurang adekuat.

3. Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan peningkatan

suhu tubuh

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

5. Intervensi Keperawatan

Pada tahap keperawatan selanjutnya, sebelum tindakan keperawatan

yang akan dilakukan maka dirumuskan terlebih dahulu rencana tindakan

keperawatan. Rencana tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa yang

muncul pada An.M sesuai dengan intervensi menurut NANDA (2016), yaitu :

Tabel 4.6 Intervensi keperawatan An.M


83

Diagnosa Perencanaan
No
Keperawata Tujuan dan
Intervensi Rasional
n Kriteria Hasil
1. Hipertermia NOC : NIC : Temperature
berhubungan Setelah Temperature regulation
dengan dilakukan regulation (pengaturan
Proses tindakan (pengaturan suhu)
Penyakit keperawatan suhu)
selama 3x24 jam 1. Mengetahui
diharapkan 1. Monitor suhu suhu tubuh,
masalah nadi dan RR, nadi dan RR
hipertermia rentang klien
teratasi dengan normal suhu 2. Perubahan
kriteria hasil : mulai dari pada warna
1. Suhu dalam 36,2°C kulit
rentang -37,7°C merupakan
normal mulai 2. Monitor indikasi
dari 36,2°C warna kulit demam
-37,7°C dan tanda- 3. Membantu
2. Respirasi dan tanda menurunkan
nadi dalam hipertermi suhu tubuh
batas normal 3. Berikan 4. Memberi
respirasi kompres rasa nyaman,
normal = 18- hangat pada pakaina tipis
30 kali area dahi, membantu
permenit ketiak, atau mengurangi
nadi normal lipatan paha penguapan
= 75-120 kali 4. Anjurkan tubuh
per menit kepada 5. Membantu
3. Membran keluarga agar mengganti
mukosa klien cairan tubuh
lembab memakai yang hilang
4. Tidak pusing pakaian yang dan klien
dan tidak ada tipis dan men tidak
perubahan yerap mengalami
warna kulit keringat dehidrasi
5. Anjurkan 6. Dapat
klien minum menurunkan
air putih panas
6. Berikan
antipiretik
untuk
mengatasi
demam

2. Ketidakseimb NOC : NIC : Aspiration


angan nutrisi Setelah Nutrition precaution
kurang dari dilakukan Management
84

kebutuhan tindakan
tubuh keperawatan 1. Kaji adanya 1. Mengetahui
berhubungan selama 3x24 jam alergi pemberian
dengan diharapkan makanan nutrisi yang
Intake yang nafsu makan 2. Anjurkan sesuai dan
kurang klien meningkat kepada orang tidak
adekuat. dan tidak merasa tua untuk menimbulka
mual dengan memberikan n alergi
kriteria hasil : makanan 2. Meningkatk
1. Mampu dengan teknik an jumlah
mengidentif porsi kecil masukan
ikasi tapi sering secara
kebutuhan 3. Berikan bertahap
nutrisi makanan 3. Untuk
2. Frekuensi sesuai dengan mencegah
makan diet yang terjadinya
membaik diberikan/tida perdarahan
3. Menunjukk k merangsang usus
an fungsi usus 4. Substansi
pengecapan 4. Berikan gula dapat
dari substansi gula meningkatk
menelan 5. Sajikan an energi
4. Porsi makan makanan klien
yang dalam 5. Meningkatk
dihabiskan keadaan an selera
meningkat hangat makan
5. Tidak 6. Jaga 6. Mulut yang
terjadi kebersihan bersih dapat
penurunan mulut meningkatk
berat badan an nafsu
yang berarti makan
7. Memberika
n asupan
diet yang
tepat.

3. Gangguan NOC : NIC Sleep


pemenuhan Setelah Sleep Enhancement
istirahat dan dilakukan Enhancement
tidur tindakan 1. Memberi
berhubungan keperawatan 1. Jelaskan kan
dengan selama 2x24 jam pentingnya pemahaman
peningkatan diharapkan tidur yang pada klien
suhu tubuh Gangguan adekuat mengenai
pemenuhan 2. Identifikasi pentingnya
istirahat dan pola aktivitas istirahat/
tidur teratasi dan tidur tidur.
dengan kriteria 3. Kaji faktor 2. Mengkaji
85

hasil : yang perlunya


1. Perasaan menyebabkan dan
nyaman gangguan tidur mengidentif
2. Tidur sesuai (nyeri, ikasi
dengan pola takut,stress,an intervensi
kebiasaan sietas,temperat yang tepat.
3. Klien dapat ur, dan lingku 3. Membantu
tidur sesuai ngan). dalam
dengan 4. Identifikasi mengidentif
kebutuhan makanan dan ikasi
usia : anak minuman yang masalah
sekolah 9- mengganggu yang
12 jam. tidur dapat
4. Klien 5. Ciptakan menggangg
mengutarak lingkungan u tidur
an merasa yang nyaman 4. Identifikasi
segar dan (misalnya makanan
puas mengatur dan
5. Istirahat dan pencahayaan, minuman
tidur cukup kebisingan, yang
suhu, matras, menggangg
dan tempat u tidur
tidur) 5. Meningkatk
6. Lakukan an
prosedur untuk kenyamanan
meningkatkan istirahat
kenyamanan serta
tidur dukungan
(misalnya fisik/psikolo
pijat, gis
pengaturan 6. memberikan
posisi, situasi
7. Gunakan alat kondusif
bantu tidur untuk tidur
(misal air 7. Memudahka
hangat untuk n dalam
kompres mendapatka
relaksasi otot, n tidur yang
pijatan optimal
lembut) 8. memberikan
8. Ajarkan cara situasi
nonfarmakolo kondusif
gi untuk mem untuk tidur
permudah tanpa
proses penggunaan
tidur cara
farmakologi
4. Kurangnya NOC: NIC : Teaching:
86

pengetahuan Setelah Teaching: disease


berhubungan dilakukan disease Process 1. M
dengan tindakan 1. Kaji tingkat engetahui
kurang keperawatan 3 x pengetahuan tingkat
terpapar 24 jam klien klien dan pengetahuan
informasi diharapkan keluarga klien dan
kurangnya 2. Gambarkan keluarga.
pengetahuan tanda dan 2. U
teratasi dengan gejala yang ntuk
kriteria hasil : biasa muncul memberikan
1. Keluarga pada penyakit pengetahuan
memahami 3. Gambarkan tanda dan
akan proses gejala yang
penyakit penyakit biasa timbul.
klien dengan cara 3. U
2. Keluarga yang tepat ntuk
mampu 4. Berikan menggambar
memberikan informasi kan proses
perawatan penyebab, penyakit
mandiri penanganan yang terjadi
kepada klien dan 4. M
selama pengobatan emperbaiki
dirumah. serta implikasi kesalahan
3. Mengungkap dari Demam konsep,
kan typhoid meningkatka
pemahaman 5. Ulangi n
tentang informasi pemahaman
penyebab, penting dan dan
tindakan dan beri menurunkan
pencegahan, kesempatan rasa takut
serta bagi klien atau serta
pengobatan keluarga untuk perasaan
deman bertanya cemas
typhoid 6. Ajarkan 5. U
4. Keluarga strategi yang ntuk
mampu dapat memudahkan
menjelaskan dilakukan pengertian
kembali apa untuk klien dan
yang melawan keluarga
dijelaskan kebiasaan dalam
perawat/tim hidup tidak pemberian
kesehatan sehat dan lebih 6. A
lainnya memberikan gar klien
saran untuk mengetahui
mencegah atau cara hidup
merubah sehat dan
kebiasaan pentingnya
menjaga
87

kebersihan

6. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah proses membantu klien untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah rencana tindakan

keperawatan disusun. Perawat mengimplementasi tindakan yang telah

diindentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Adapun implementasi

keperawatan yang dilakukan oleh penulis dalam proses asuhan keperawatan

meliputi :

Tabel 4.7 Implementasi keperawatan An.M

Tangga Diagnosa
No. l& Keperawa Implementasi Evaluasi
Waktu tan
1. Jum’at Hipertermi Temperature S:
26 a regulation Klien mengeluh badan
Maret berhubung (pengaturan suhu) nya demam dan tidak
2021 an dengan 1. Memonitor suhu enak, kepalanya terasa
(16.00 Proses nadi dan RR, pusing.
WITA) Penyakit apakah suhu sudah O:
dalam rentang - Klien terlihat
normal yaitu lemah dan
36,2°C -37,7°C terbaring di tempat
2. Memonitor warna tidurnya
kulit klien dan - Kulit klien terasa
tanda-tanda hangat dan
hipertermi wajahnya tampak
3. Memberikan gelisah
kompres hangat - TTV :
pada area dahi, S : 38,6°C
ketiak, atau lipatan N : 100 x/ menit
paha R : 24x/ menit
4. Menganjurkan - Laboratorium Tes
kepada keluarga Widal
agar klien memakai S. Paratyphi BO :
pakaian yang tipis 1/80
dan menyerap A : Hipertemi teratasi
keringat sebagian
5. Menganjurkan
P : Lanjutkan
88

klien minum air intervensi


putih
6. Memberikan
antipiretik untuk
menurunkan
demam
(Paracetamol oral
3x½ tablet)

2. Jum’at Ketidaksei Nutrition S:


26 mbangan Management - Klien mengatakan
Maret nutrisi nafsu makannya
2021 kurang 1. Mengkaji adanya menurun dan pagi
(16.00 dari alergi makanan tadi mual-mual
WITA) kebutuhan 2. Menganjurkan - Ibu klien
tubuh kepada orang tua mengatakan pagi
berhubung untuk memberikan tadi klien hanya
an dengan makanan dengan menghabiskan
Intake teknik porsi kecil setengah porsi piring
yang tapi sering kecil bubur.
kurang 3. Memberikan O :.
adekuat. makanan sesuai - Klien tampak lemas,
dengan diet yang menolak makanan
diberikan/tidak yang disediakan
merangsang usus, ibunya (roti), lidah
seperti nasi tim, klien tampak kotor
bubur, hati, telur, dan mulutnya
ikan halus, tahu , mengeluarkan bau
bayam, tomat, yang tidak enak.
semangka dan
alpukat A:
4. Memberikan Ketidakseimbangan
substansi gula nutrisi kurang dari
5. Menyajikan kebutuhan tubuh
makanan dalam belum teratasi
keadaan hangat
6. Menjaga P : Intervensi
kebersihan mulut dilanjutkan

3 Jum’at Gangguan Sleep Enhancement S:


26 pemenuha - Klien mengatakan
Maret n istirahat 1. Menjelaskan pada malam hari
2021 dan tidur pentingnya tidur menangis, gelisah
(16.00 berhubung yang adekuat saat dan susah untuk
WITA) an dengan sakit tidur.
peningkata 2. Mengkaji faktor - Ibu klien
n suhu yang menyebabkan mengatakan
tubuh gangguan tidur anaknya tidur
89

(nyeri,takut,stress, malam tadi sekitar 5


ansietas,temperatur, jam, saat tidur sering
dan lingkungan). mengigau dan
3. Mengidentifikasi terbangun secara
makanan dan minu tiba-tiba.
man yang meng - Ibu klien menga
ganggu tidur takan pada malam
4. Menciptakan hari suhu demam
lingkungan yang anaknya meningkat
nyaman dengan dan turun pada pagi
cara (menjauhkan harinya.
dari kebisingan,
mengatur O:
pencahayaan, - Klien tampak lemas
menciptakan dan mengantuk
kondisi tenang dan - Jumlah tidur klien
nyaman saat klien kurang dari
mau tidur) kebutuhan sesuai
meningkatkan umurnya, kebutu
kenyamanan tidur, han tidur sesuai usia
seperti mengatur klien yaitu 9-12 jam
posisi tidur perhari.
senyaman dan
serileks mungkin A : Gangguan
bagi klien. pemenuhan istirahat
5. Menggunakan alat dan tidur belum
bantu tidur (misal teratasi
air hangat untuk
kompres relaksasi P : Lanjutkan
otot, pijatan lembut intervensi Sleep
6. Mengajarkan cara Enhancement
non farmakologi,
seperti teknik
relaksasi untuk
mempermudah
proses tidur
4 Jum’at Kurangny Teaching: disease
S:
26 a Process - Ibu klien
Maret pengetahu mengatakan
2021 an 1. Mengkaji tingkat kurang tau tentang
(16.30 berhubung pengetahuan klien penyebab, cara
WITA) an dengan dan keluarga merawat, dan
kurang mengenai penyakit pencegahan
terpapar demam typhoid tentang penyakit
informasi 2. Menggambarkan anaknya.
tanda dan gejala - Klien mengatakan
yang biasa muncul memiliki kebiasaan
pada penyakit jajan sembarangan
90

demam typhoid dan kurang


3. Menggambarkan memperhatikan
proses penyakit personal
dengan cara yang hygienenya seperti
tepat dan mudah cuci tangan
dipahami oleh sebelum makan
keluarga seta klien O:
4. Memberikan - Ibu klien tampak
informasi mengenai bingung dan
penyebab, kurang yakin
penanganan dan dengan jawaban
pengobatan serta saat ditanya
implikasi demam - Penjelasan ibu
typhoid klien kurang tepat
5. Mengulangi - Ibu klien nampak
informasi penting khawatir.
dan beri kesempatan A : Kurangnya
bagi klien atau pengetahuan
keluarga untuk berhubungan dengan
bertanya kurangnya informasi
6. Mengajarkan belum teratasi
strategi yang dapat
dilakukan untuk P : Lanjutkan
melawan kebiasaan intervensi teaching:
hidup tidak sehat, disease process
yaitu jajan
sembarangan
dengan cara
mengolah sendiri
jajanan rumah yang
tentunya dapat
menjamin
kebersihan dan
kandungan
didalamnya lebih
sehat.
7. Memberikan saran
untuk mencegah
demam typhoid
dengan cara
menjaga personal
hygiene dan
menerapkan
kebiasaan mencuci
tangan sebelum
makan.

5 Sabtu, Hipertermi Temperature S:


91

27 a regulation - Klien mengatakan


Maret berhubung (pengaturan suhu) badannya masih
2021 an dengan demam, pusing
(15.00 Proses 1. Memonitor suhu sudah berkurang
WITA) Penyakit nadi dan RR, - Ibu klien
rentang suhu mengatakan
normal yaitu anaknya masih
36,2°C -37,7°C demam namun
2. Memonitor warna panasnya tidak
kulit dan tanda- seperti hari
tanda hipertermi sebelumnya
3. Memberikan - Ibu klien
kompres hangat mengatakan suhu
pada area dahi, demam anaknya
ketiak, atau lipatan masih naik pada
paha malam hari dan
4. Menganjurkan turun pagi hari dan
untuk memakai pada malam tadi
pakaian yang tipis klien sudah diberi
dan menyerap dikompres hangat
keringat O:
5. Menganjurkan - Klien tampak
klien minum air lemah
putih - Kulit kemerahan
7. Memberikan dan akral teraba
antipiretik untuk hangat
menurunkan - TTV
demam S : 37,8°C
(Paracetamol oral N : 104x/menit
3x½ tablet) RR : 19x/menit

A : Hipertermi teratasi
sebagian

P : Lanjutkan
intervensi
Temperature
regulation (pengaturan
suhu)
6 Sabtu, Ketidaksei Nutrition S:
27 mbangan Management - Klien mengatakan
Maret nutrisi 1. Menganjurkan tidak merasa mual-
2021 kurang kepada orang tua mual namun nafsu
(15.00 dari untuk memberikan makan masih
WITA) kebutuhan makanan dengan kurang
tubuh teknik porsi kecil - Ibu klien
berhubung tapi sering mengatakan
an dengan 2. Memberikan anaknya dapat
92

Intake makanan sesuai menghabiskan


yang dengan diet yang sepiring kecil porsi
kurang diberikan/tidak bubur pada pagi
adekuat. merangsang usus dan siang hari
seperti nasi tim, - Klien mengatakan
bubur, hati, telur, menjaga
ikan halus, tahu , kebersihan
bayam, tomat, mulutnya dengan
semangka dan menggosok gigi
alpukat. O:
3. Memberikan - Klien tampak
substansi gula lemah
4. Menyajikan - Membran mukosa
makanan dalam agak sedikit
keadaan hangat lembab
5. Menjaga - Mulut klien terlihat
kebersihan mulut tampak bersih
- BB sekarang 20
Kg
- TB 130 cm
- BMI :11,83
(kurus)
A:
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
teratasi sebagian

P : Lanjutkan
Intervensi Nutrition
monitoring
7 Sabtu, Gangguan Sleep Enhancement S:
27 pemenuha
Maret n istirahat 1. Mengidentifikasi - Ibu klien menga
2021 dan tidur pola tidur klien takan anaknya masih
(15.00 berhubung 2. Mengkaji faktor agak sedikit gelisah
WITA) an dengan yang menyebabkan saat tidur malam
peningkata gangguan tidur tadi
n suhu (nyeri,takut,stress, - Ibu klien menga
tubuh ansietas,temperatur, takan anaknya tidur
dan lingkungan). sekitar 7 jam malam
3. Menciptakan tadi, klien tidak lagi
lingkungan yang mengigau dan ter
nyaman dengan bangun tiba-tiba saat
cara (menjauhkan tidur
dari kebisingan, O:
mengatur - Klien tertidur di
pencahayaan, siang hari selama 2
93

menciptakan jam
kondisi tenang dan - Jumlah tidur klien 9
nyaman saat klien jam dalam sehari.
mau tidur)
meningkatkan A : Gangguan
kenyamanan tidur, pemenuhan istirahat
seperti mengatur dan tidur teratasi
posisi tidur sebagian
senyaman dan
serileks mungkin P : Lanjutkan
bagi klien. intervensi Sleep
4. Menggunakan Enhancement
kompres air hangat
saat tidur untuk
menurunkan suhu
tubuh dan relaksasi
otot
5. Mengajarkan cara
non farmakologi,
seperti teknik
relaksasi untuk
mempermudah
proses tidur
8 Sabtu, Kurangny Teaching: disease S:
27 a Process - Ibu klien
Maret pengetahu mengatakan mulai
2021 an 1. Mengkaji ulang sedikit memahami
(16.00 berhubung pengetahuan klien mengenai penyakit
WITA) an dengan dan keluarga demam typhoid
kurang mengenai penyakit dan menanyakan
terpapar demam typhoid beberapa
informasi 2. Mengulangi pertanyaan yang
informasi penting belum ia pahami.
yang sudah O:
disampaikan terkait - Ibu klien dapat
demam typhoid dan menjawab
memberi beberapa pertanyan
kesempatan bagi dengan benar saat
klien atau keluarga ditanya dan aktif
untuk bertanya dalam bertanya
3. Mengajarkan - Ibu klien masih
strategi yang dapat nampak khawatir.
dilakukan untuk A : Kurangnya
melawan kebiasaan pengetahuan
hidup tidak sehat, berhubungan dengan
yaitu jajan kurangnya informasi
sembarangan teratasi sebagian
dengan cara
94

mengolah sendiri P : Lanjutkan


jajanan rumah yang intervensi teaching:
tentunya lebih sehat disease process
dan cara membuat
jajanan tersebut.
4. Memberikan saran
untuk mencegah
demam typhoid
dengan cara
menjaga personal
hygiene dan
mengajarkan cara
cuci tangan 6
langkah dengan baik
dan benar
9 Minggu Hipertermi Temperature S:
,28 a regulation - Klien mengatakan
Maret berhubung (pengaturan suhu) tidak demam lagi,
2021 an dengan 1. Memonitor suhu badan terasa lebih
(15.00 Proses nadi dan RR, enak
WITA) Penyakit rentang suhu - Ibu klien
normal yaitu 36,2 mengatakan malam
°C -37,7°C tadi suhunya
2. Memonitor warna normal dan tidak
kulit dan tanda- turun naik lagi
tanda hipertermi O:
3. Menganjurkan - Klien tampak
klien minum air tenang
putih - Kulit klien tidak
4. Mengajarkan teraba demam
kepada keluarga - TTV
indikasi dari S : 36,9°C
hipertermi dan N : 100x/menit
penanganan yang RR : 17x/menit
tepat
5. Memberikan A : Hipertermi teratasi
antipiretik untuk
menurunkan P : Intervensi
demam dihentikan
(Paracetamol oral
3x½ tablet)
10 Minggu Ketidaksei Nutrition S:
,28 mbangan Management - Klien mengatakan
Maret nutrisi 1. Menganjurkan tidak ada mual-
2021 kurang kepada orang tua mual dan nafsu
(15.00 dari untuk memberikan makan membaik
WITA) kebutuhan makanan dengan - Ibu klien
tubuh teknik porsi kecil mengatakan pagi
95

berhubung tapi sering dan siang tadi


an dengan 2. Memberikan anaknya dapat
Intake makanan sesuai menghabiskan
yang dengan diet yang seporsi bubur
kurang diberikan/tidak dengan lahap
adekuat. merangsang usus O:
seperti nasi tim, - Klien tampak
bubur, hati, telur, menghabiskan
ikan halus, tahu , makanan yang
bayam, tomat, disediakan ibunya
semangka dan - Membran mukosa
alpukat. lembab
3. Menyajikan - BB sekarang 20
makanan dalam Kg
keadaan hangat - TB 130 cm
4. Menjaga - BMI :11,83
kebersihan mulut (kurus)

A :
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
teratasi

P : Intervensi
dihentikan
11 Minggu Gangguan Sleep Enhancement S:
,28 pemenuha - Klien mengatakan
Maret n istirahat 1. Mengidentifikasi malam tadi dapat
2021 dan tidur pola tidur klien tertidur puas dan
(15.00 berhubung 2. Menciptakan nyenyak
WITA an dengan lingkungan yang - Ibu klien menga
peningkata nyaman takan anaknya tidur
n suhu (menjauhkan dari malam tadi selama 9
tubuh kebisingan, jam dan cukup
mengatur nyenyak
pencahayaan, - Klien mengatakan
menciptakan merasa lebih
kondisi tenang dan nyaman dan tidak
nyaman saat klien gelisah saat tidur
mau tidur) dan
meningkatkan O:
kenyamanan tidur - Klien terlihat lebih
klien. segar
3. Menggunakan - Jumlah tidur klien
kompres air hangat sesuai dengan
saat tidur untuk kebutuhannya
menurunkan suhu
96

tubuh dan relaksasi A : Gangguan


otot pemenuhan istirahat
4. Mengajarkan cara dan tidur teratasi
non farmakologi
seperti teknik P : Pertahankan
relaksasi untuk intervensi Sleep
mempermudah Enhancement
proses tidur
12 Minggu Kurangny Teaching: disease S:
,28 a Process - Ibu klien
Maret pengetahu mengatakan dapat
2021 an 1. Mengkaji ulang memahami
(15.00 berhubung pengetahuan klien penyakit anaknya
WITA an dengan dan keluarga dan penanganan
kurang mengenai penyakit serta
terpapar demam typhoid pencegahannya.
informasi 2. Mengulangi O:
informasi penting - Ibu klien dapat
yang sudah menjawab
disampaikan terkait beberapa pertanyan
demam typhoid dan dengan benar saat
memberi ditanya dan aktif
kesempatan bagi dalam bertanya
klien atau keluarga - Ibu klien nampak
untuk bertanya tenang bersama
anaknya.
- Klien dapat
memperagakan
cara cuci tangan 6
langkah dengan
bantuan.
A : Kurangnya
pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya informasi
teratasi

P : Pertahankan
Intervensi teaching:
disease process

7. Evaluasi Keperawatan / Catatan Perkembangan Keperawatan


97

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan

tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan

seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya

sudah berhasil dicapai. Pelaksanaan evaluasi yang penulis lakukan sesuai

dengan format asuhan keperawatan yang menggunakan metode SOAP

sehingga dapat ditarik kesimpulan berhasil tidaknya asuhan keperawatan

yang diberikan. Metode SOAP memuat data-data perkembangan yang bersifat

subjektif, objektif, assessment dan planning keperawatan selanjutnya

terhadap intervensi yang akan dilanjutkan atau dihentikan.

Hasil dari evaluasi keperawatan pada An.M disajikan dalam bentuk

catatan perkembangan SOAP pada tabel format asuhan keperawatan berikut :

Tabel 4.8 Catatan perkembangan/Evaluasi An.M

Tangga TT
No. l& Diagnosa Evaluasi Ket.
Waktu D
1. Senin Hipertermia S :
29 berhubunga - Klien mengatakan badannya
Maret n dengan sudah nyaman. Keluhan
2021 Proses demam dan pusing sudah
(11.00 Penyakit tidak ada
WITA) - Ibu klien mengatakan suhu
badan anaknya pada malam
hari tidak naik lagi
O:
- Klien tampak tenang dan
ceria
- Kulit klien tidak teraba
demam
- TTV
S : 36,6°C
N : 85x/menit
RR : 20x/menit

A : Hipertermi teratasi

P : Intervensi dihentikan
98

2. Senin Ketidakseim S :
29 bangan - Klien mengatakan tidak ada
Maret nutrisi lagi merasa mual-mual dan
2021 kurang dari nafsu makan sudah membaik
(11.00 kebutuhan - Klien mengatakan pagi tadi
WITA) tubuh makan dengan lahap
berhubunga O :
n dengan - Klien tampak menghabiskan
Intake yang makanan yang disediakan
kurang ibunya
adekuat. - Membran mukosa lembab
- BB sekarang 20 Kg
- TB 130 cm
- BMI :11,83 (kurus)

A : Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi

P : Intervensi dihentikan
3. Senin Gangguan S:
29 pemenuhan - Klien mengatakan saat tidur
Maret istirahat dan lebih nyaman dan tidak
2021 tidur gelisah
(11.00 berhubunga - Klien mengatakan tidurnya
WITA) n dengan cukup nyenyak dan puas
peningkatan O :
suhu tubuh - Klien terlihat segar dan tidak
. mengantuk

A : Gangguan pemenuhan
istirahat dan tidur berhubungan
dengan pening katan suhu tubuh
teratasi

P : Intervensi dihentikan
4. Senin Kurangnya S:
29 pengetahuan - Klien mengatakan akan
Maret berhubunga selalu mencuci tangannya
2021 n dengan sebelum makan
(11.00 kurang - Ibu klien mengatakan
WITA terpapar mengerti mengenai demam
informasi typhoid
O:
- Ibu dan klien nampak tenang
dan tidak bertanya lagi
- Ibu klien paham dengan apa
99

yeng sudah dijelaskan


A : Kurangnya pengetahuan
berhubungan dengan kurang
terpapar
informasi
P : Intervensi health education
dipertahankan
- Hindari tempat yang tidak
sehat
- Cuci tangan dengan sabun dan
air bersih
- Cuci tangan sebelum dan
sesudah makan, sesudah
bak/bab.
- Makan makanan bernutrisi
lengkap dan seimbang dan
masak/panaskan beberapa
menit secara merata karena
bakteri Salmonella typhiakan
mati apabila dipanaskan dalam
beberapa menit.
- Konsumsi air yang bersih dan
direbus dengan baik.
- Cegah/jauhkan lalat untuk
hinggap di makanan dan
minuman
- Istirahat yang cukup
- Hindari anak bermain diluar
rumah terlalu lama/ditempat
yang tidak bersih
- Perbanyak makan buah-
buahan
- Buang sampah pada tempatnya
dan selalu menjaga kebersihan.

B. Pembahasan Asuhan Keperawatan


100

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan anak yang telah

dilakukan pada An.M dengan demam typhoid di wilayah kerja Puskesmas

Banjarbaru Utara sejak tanggal 26 Maret 2021 sebanyak 4 kali kunjungan,

penulis akan menjabarkan adanya kesesuaian maupun kesenjangan yang

terdapat pada klien antara teori dan kasus. Tahapan pembahasan sesuai

dengan tahapan asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian,

merumuskan diagnosa, merumuskan rencana tindakan, pelaksanaan

tindakan dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses perawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

kesehatan klien .Tahap pengkajian merupaksan sasaran utama dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kenyataan. Kebenaran

data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan

dan menberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu

(Nursalam,2017). Pengumpulan data menurut NANDA (2018),

melibatkan pengumpulan data subjektif dan obyektif (misalnya, tanda-

tanda vital, wawancara klien/keluarga, pemeriksaan fisik) dan

peninjauan riwayat kesehatan. Informasi yang diberikan oleh

klien/keluarga, atau ditemukan dalam bagan klien.

Pada tahap ini penulis menggunakan metode wawancara

kepada klien dan keluarga, metode observasi dan studi dokumentasi

yang mana penulis mengambil data dari catatan rekam medik klien.
101

Catatan rekam medik tersebut berisi tentang riwayat kesehatan klien,

dan data penunjang lainnya yang berhubungan dengan perkembangan

kesehatan klien.

Pada kasus An. M data subjektif didapatkan dari klien dan

keluarga sedangkan data objektif didapat saat melaksanakan

pengkajian langsung ke klien. Dari data subjektif yang penulis peroleh

dari studi dokumentasi pada catatan medis didapatkan data tanda-tanda

anak dengan demam typhoid yaitu demam, lidah kotor dan penurunan

nafsu makan, saat dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan

hasil Tes Widal : S.paratyphi BO +1/80.

Pada pengkajian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh data

bahwa klien berusia 8 tahun dengan jenis kelamin perempuan dan

memiliki kebiasaan jajan sembarangan. Usia 8 tahun dalam

perkembangan termasuk dalam usia anak sekolah. Hal ini sesuai

dengan teori yang dinyatakan oleh Nurarif (2015) bahwa anak yang

paling rentan terkena demam thypoid biasanya terjadi pada anak laki-

laki maupun perempuan, kelompok umur yang terbanyak adalah diatas

5 tahun karena pada usia tersebut mereka cenderung kurang

memperhatikan kebersihan atau higine perseorangan yang mungkin

diakibatkan karena ketidaktahuannya bahwa jajan sembarangan dapat

menyebabkan tertularnya penyakit demam tifoid. Keluarga klien juga

mengatakan sewaktu klien berumur 5 tahun pernah mengalami demam

typhoid dan sekarang diusia 8 tahun penyakit demam typhoidnya

muncul lagi. Menurut Lubis (2009) kejadian kekambuhan demam


102

typhoid ini dapat terjadi apabila pengobatan sebelumnya tidak adekuat,

keadaan imunitas atau daya tahan tubuh orang tersebut sehingga dalam

keadaan seperti itu kuman dapat meningkatkan aktivitasnya kembali,

kebersihan perorangan yang kurang meskipun lingkungan umumnya

adalah baik, konsumsi makanan dan minuman yang beresiko (belum

dimasak/direbus, dihinggapi lalat, tidak diperhatikan kebersihannya),

gaya hidup, stress, dan sebagainya. Kekambuhan demam typhoid pada

klien tersebut disebabkan oleh kebiasaan jajan sembarangan yang tidak

memperhatikan dan menjamin kebersihan makanan dan minuman.

Ketika penulis melakukan pengkajian fisik persistem klien

terlihat lemah, badan teraba hangat dan nafsu makan menurun.

Menurut Wibisono (2014) gejala demam typhoid yaitu :

a. Nyeri kepala, lemah, lesu, sakit perut yang berlangsung selama

minggu pertama.

b. Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu,

minggu pertama peningkatan suhu tubuh berflukutasi. Biasanya

suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pagi hari.

c. Gangguan pada saluran pencernaan: halitosis (bau nafas yang

menusuk), bibir kering dan pecah-pecah lidah di tutupi selaput

putih kotor (coated tongue), metorismus, mual, tidak nafsu makan,

hepatomegali, splenomegali yang disertai nyeri perabaan. Hati dan

limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering

terjadi konstipasi, tetapi juga bisa normal.

d. Gangguan kesadaran: penurunan kesadaran (apatis, somnolen).


103

Berdasarkan data yang diperoleh dari kasus An.M

menunjukkan bahwa penulis mendapatkan kesenjangan tanda dan

gejala antara teori dan hasil pengkajian kasus yang dilakukan penulis,

dimana dari hasil penelitian didapatkan tanda dan gejala demam

dengan suhu tubuh yang meningkat pada malam hari dan menurun

pagi hari, pusing, mual-mual, muntah, lidah ditutupi selaput putih

kotor, badan terasa lemah lesu dan penurunan nafsu makan. Tanda dan

gejala yang tidak muncul antara lain :

a. Nyeri perut,  nyeri disebabkan oleh infeksi bakteri salmonella typhi

yang menyerang pencernaan dibagian usus halus. Gejala nyeri

perut ini tidak muncul pada klien dan klien hanya mengalami

pusing pada kepalanya.

b. Konstipasi, gejala ini tidak muncul pada klien. Konstipasi pada

klien dengan demam typhoid disebabkan oleh penurunan peristaltic

usus.

c. Gangguan kesadaran, saat pengkajian tidak terdapat tanda-tanda

tersebut karena saat pengkajian didapatkan data bahwa klien dalam

keadaan composmentis, gangguan kesadaran somnollen dapat

terjadi bila penyakit berat dan koma atau dengan gejala-gejala

psychosis (organis brain syndrome)

Kesenjangan lainnya yang ditemukan yaitu pada pemeriksaan

laboratorium berupa tes widal dilakukan hanya satu kali oleh pihak

puskesmas. Cara membaca tes widal dari satu kali tes saja tidak cukup

akurat untuk memastikan diagnosa demam typhoid dan pada


104

kenyataannya di lapangan, tes widal seringkali dilakukan hanya satu

kali, yaitu pada fase demam akut. Tes widal dapat bereaksi silang

dengan penyakit infeksi lain. Karena itu, bisa terjadi reaksi positif

palsu. Misalnya hasil tes widal klien pada pemeriksaan pertama

menunjukkan hasil positif, tetapi sebenarnya bisa jadi bukan

disebabkan oleh demam typhoid. Beberapa penyakit dapat

menunjukkan hasil positif terhadap tes widal seperti demam berdarah,

malaria, dan endokarditis. Jika tes widal menunjukkan hasil negatif,

kemungkinan terserang demam typhoid tidak dapat langsung

disingkirkan. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan

terjadinya hasil negatif seperti jumlah bakteri yang kurang banyak

untuk mencetuskan reaksi antibodi (reaksi negatif palsu), klien telah

menjalani pengobatan antibiotik sebelum tes widal dilakukan dan

kondisi karier, yaitu adanya bakteri Salmonella typhi dalam darah,

namun tanpa menimbulkan gejala klinis. Oleh karena keterbatasan tes

widal itulah, interpretasi sulit dilakukan hanya dari satu kali

pemeriksaan. Idealnya, tes ini harus diulang 5-7 hari setelah tes

pertama dilakukan untuk mengetahui adanya kenaikan titer antibodi O

atau H. Tes widal dinyatakan positif dan akurat jika titer antibodi O

atau H naik hingga empat kali lipat. Misalnya, dari 1/80 menjadi

1/320.

Dari keseluruhan hasil pengkajian sudah ditemukan kesamaan

dengan teori yang diuraikan, namun beberapa tanda dan gejala dari
105

demam tyhpoid yang tidak ditemukan dalam pengkajian disebabkan

karena penyakit klien masih dalam tahap/fase awal penyakit.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang

menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan

pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas

dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan

mengubah (Nurarif .A.H, 2015).

Diagnosa keperawatan yang didapatkan dari analisa data klien

berjumlah 4 dengan diagnosa : Hipertermia berhubungan dengan

proses penyakit, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan Intake yang kurang adekuat, Gangguan

pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan peningkatan suhu

tubuh dan kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang

terpapar informasi.

Diagnosa keperawatan pertama Hipertermia berhubungan

dengan proses penyakit diangkat karena ditemukan tanda yang

mendukung yaitu klien mengalami demam 3 hari sebelum dibawa ke

puskesmas dan demam bersifat turun naik, cenderung naik pada malam

hari dan cenderung turun pada pagi hari, S : 38,6°C, N : 100 x/ menit,

R : 24x/ menit dan hasil Laboratorium Test Widal : S.paratyphi BO

+1/80. Pada saat pengkajian penulis juga mendapatkan data respon

verbal klien mengeluh badannya demam, pusing dan terasa tidak enak.
106

Diagnosa keperawatan kedua yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake yang kurang

adekuat. Dari hasil pengkajian didapatkan data yang sesuai dengan

batasan karakteristik untuk menegakkan diagnosa tersebut yaitu klien

lemah, membran mukosa pucat, mual-mual, klien hanya menghabiskan

setengah porsi piring kecil bubur, lidah tampak kotor, BB sekarang 20

Kg, TB 130 cm, dan BMI :11,83 (kurus).

Diagnosa keperawatan ketiga yaitu gangguan pemenuhan

istirahat dan tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.

Diagnosa ini diangkat dikarenakan dari hasil pengkajian istirahat/tidur

ditemukan bahwa klien gelisah, susah tidur, saat tidur sering mengigau

dan terbangun secara tiba-tiba serta jumlah tidur klien kurang dari

kebutuhan sesuai usianya, kebutuhan tidur usia klien adalah 9-12 jam

perhari sedangkan klien hanya tidur ± 7 jam perharinya.

Diagnosa keperawatan keempat yaitu kurangnya pengetahuan

berhubungan dengan kurang terpapar informasi. Diagnosa ini diangkat

dikarenakan dari hasil pengkajian dasar ditemukan bahwa ibu klien

kurang mengerti tentang penyakit anaknya dan perilaku buruk anaknya

yaitu kebiasaan jajan sembaragan dan sering tidak cuci tangan sebelum

makan/minum.

Diagnosa keperawatan yang terdapat dalam teori berjumlah 6

dengan diagnosa dari NANDA NIC NOC, 2016: .

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


107

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

d. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan cairan

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat dan /peningkatan suhu tubuh.

Berdasarkan data yang didapat dari kasus An. M menunjukan

bahwa terdapat kesenjangan antara teori dengan hasil diagnosa kasus

yang didapat penulis, di dalam teori dijelaskan bahwa klien demam

typhoid didapatkan diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis, pada saat pengkajian tidak ada data yang

menunjang untuk menegakkan diagnosa tersebut karena klien tidak

mengeluh adanya nyeri.

Kesenjangan lainnya antara teori dengan hasil diagnosa kasus

yang dilakukan penulis yaitu diagnosa intoleransi aktivitas b.d

kelemahan umum, berdasarkan pengkajian yang didapat tidak ada data

yang dapat menunjang untuk menegakkan diagnosa tersebut dalam

batasan karakteristik seperti dispnea setelah beraktivitas, respon

frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas, perubahan EKG yang

mencerminkan aritmia/iskemia sehingga diagnosa tersebut tidak dapat

ditegakkan.

Kesenjangan lainnya antara teori dengan hasil konstipasi b.d

ketidakcukupan asupan cairan, tidak dapat ditegakkan dalam asuhan

keperawatan ini karena pada saat pengkajian tidak ada data yang
108

menunjang untuk menegakkan diagnosa tersebut. Selama sakit klien

BAB 2 hari sekali dan tidak ditemukan keluhan saat klien BAB. antara

keseharian klien sebelum sakit dan saat sakit. Kesenjangan lainnya

antara teori dengan hasil diagnosa kasus yang dilakukan penulis dimana

dalam teori terdapat diagnosa resiko kekurangan volume cairan pada

saat pengkajian tidak ditemukan data yang dapat menunjukan adanya

masalah dalam resiko kekurangan volume cairan, tidak ada perubahan

konsumsi cairan, klien sering minum air putih 5-7 gelas perhari.

Kesenjangan lainnya antara teori dengan hasil diagnosa kasus

yang dilakukan penulis yaitu ditemukan adanya dua diagnosa

keperawatan yang diangkat bertambah dari diagnosa keperawatan pada

teori sebelumnya yaitu diagnosa gangguan pemenuhan istirahat dan

tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, dan kurangnya

pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

.berdasarkan pengkajian pada istirahat/tidur klien ditemukan bahwa

klien gelisah, susah tidur, saat tidur sering mengigau dan terbangun

secara tiba-tiba. Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur disebabkan

oleh kenaikan suhu tubuh klien di malam hari yang membuat klien

merasa gelisah dan susah untuk tertidur. Sedangkan berdasarkan

pengkajian yang didapat dari kebiasaan anak serta pengetahuan

keluarga mengenai penyakit demam typhoid ini ditemukan data yang

dapat menunjang untuk menegakkan diagnosa tersebut seperti ibu klien

yang kurang mengerti tentang penyakit anaknya dan perilaku buruk


109

anaknya berupa kebiasaan jajan sembaragan dan sering tidak cuci

tangan sebelum makan/minum.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan tahap

ketiga dari proses keperawatan dimana perawat menetapkan tujuan dan

hasil yang diharapkan bagi klien yang ditentukan.Proses penyusunan

intervensi keperawatan pada masalah yang muncul dan masalah lain

yang beresiko muncul. Sebelum menyusun intervensi, terlebih dahulu

harus merumuskan tujuan dan krteria hasil beracuan pada metode

SMART (Spesific, Measureable. Achievable, Realistic, dan Time-

Bound) yang akan dicapai dalam melakukan asuhan keperawatan.

Pada tahap ini, intervensi disusun menurut prioritas masalah

keperawatan berdasarkan kebutuhan klien vang mengacu pada

NANDA NIC NOC, 2016.

Dari empat diagnosa keperawatan yang di dapat selanjutnya

dibuat intervensi keperawatan sebagai tindakan pemecahan masalah

keperawatan đimana penulis membuat intervensi keperawatan

berdasarkan diagnosa keperawatan kemudian membuat tujuan dan

kriteria hasil, selanjutnya menerapkan tindakan yang tepat.

Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil

dan tindakan yaitu pada diagnosa keperawatan : Hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit. Peneliti melakukan rencana

3x24 jam, diharapkan akan didapatkan kriteria hasil : suhu dalam

rentang normal mulai dari 36,5°C -37,5°C, RR dan nadi dalam batas
110

normal, membran mukosa lembab, tidak pusing dan tidak ada

perubahan warna kulit. Intervensi yang dilakukan adalah monitor suhu

nadi, RR warna kulit dan tanda-tanda hipertermia, berikan kompres

hangat pada area dahi, ketiak, atau lipatan paha, anjurkan klien

memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat serta minum air

putih, serta pemberian obat antipiretik. Tidak ada kendala dalam

perencanaannya baik dari penulis, klien, maupun fasilitas yang tersedia

dan tidak ada kesenjangan yang signifikan antara tinjauan teori dan

tinjauan kasus dimana intervensi keperawatan yang ada pada teori juga

ada dalam intervensi keperawatan yang ada pada kasus.

Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil

dan tindakan yaitu pada diagnosa keperawatan : Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake yang

kurang adekuat. Peneliti melakukan rencana 3x24 jam, diharapkan

akan didapatkan kriteria hasil : nafsu makan klien meningkat dan tidak

merasa mual, Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, frekuensi

makan membaik, menunjukkan fungsi pengecapan dari menelan, porsi

makan yang dihabiskan meningkat, tidak terjadi penurunan berat

badan. Intervensi yang dilakukan adalah kaji adanya alergi makanan,

anjurkan kepada orang tua anak untuk memberikan makanan dengan

teknik porsi kecil tapi sering, berikan makanan sesuai dengan diet yang

diberikan/tidak merangsang usus, sajikan makanan dalam keadaan

hangat dan berikan substansi gula, serta jaga kebersihan mulut.


111

Tidak ada kendala dalam perencanaan diagnosa

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh baik dari

penulis, klien, maupun fasilitas yang tersedia dan tidak terdapat

kesenjangan yang signifikan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus

dimana intervensi keperawatan yang ada pada teori juga ada dalam

intervensi keperawatan yang ada pada kasus.

Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil

dan tindakan yaitu pada diagnosa keperawatan : Gangguan pemenuhan

istirahat dan tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.

Peneliti melakukan rencana 2x24 jam, diharapkan akan didapatkan

kriteria hasil : Perasaan klien nyaman, klien tidur sesuai dengan pola

kebiasaan, klien dapat tidur sesuai dengan kebutuhan usianya : anak

sekolah 9-12 jam dan klien mengutarakan merasa lebih segar serta

puas. Intervensi yang dilakukan adalah jelaskan pentingnya tidur yang

adekuat, kaji faktor yang menyebabkan gangguan tidur, identifikasi

makanan dan minuman yang mengganggu tidur, ciptakan lingkungan

yang nyaman untuk tidur,lakukan prosedur untuk meningkatkan

kenyamanan tidur, ajarkan cara nonfarmakologi dan gunakan alat

bantu tidur (misal air hangat untuk kompres relaksasi otot dan pijatan

lembut)

Tidak ada kendala dalam perencanaan diagnosa Gangguan

pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan peningkatan suhu

tubuh dari penulis, klien, maupun fasilitas yang tersedia dan tidak

terdapat kesenjangan yang signifikan antara tinjauan teori dan tinjauan


112

kasus dimana intervensi keperawatan yang ada pada teori juga ada

dalam intervensi keperawatan yang ada pada kasus.

Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil

dan tindakan yaitu pada diagnosa keperawatan : Kurangnya

pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi. Peneliti

melakukan rencana 3x24 jam, diharapkan akan didapatkan kriteria

hasil : keluarga memahami akan penyakit klien, keluarga mampu

memberikan perawatan mandiri kepada klien selama dirumah,

mengungkapkan pemahaman tentang penyebab, tindakan dan

pencegahan, serta pengobatan deman typhoid, dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan

lainnya. Intervensi yang dilakukan adalah kaji tingkat pengetahuan

klien dan keluarga, gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul

pada penyakit, gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat,

berikan informasi penyebab, penanganan dan pengobatan serta

implikasi dari demam typhoid, ulangi informasi penting dan beri

kesempatan bagi klien atau keluarga untuk bertanya, ajarkan strategi

yang dapat dilakukan untuk melawan kebiasaan hidup tidak sehat dan

lebih memberikan saran untuk mencegah atau merubah kebiasaan.

Tidak ada kendala dalam perencanaan diagnosa Kurangnya

pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dari

penulis, klien, maupun fasilitas yang tersedia dan tidak terdapat

kesenjangan yang signifikan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus


113

dimana intervensi keperawatan yang ada pada teori juga ada dalam

intervensi keperawatan yang ada pada kasus.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilaksanakan selalu berorientasi

pada intervensi keperawatan yang telah dibuat terdahulu. Pada asuhan

keperawatan ini, implementasi keperawatan yang penulis lakukan

mengikuti intervensi keperawatan yang sudah disusun mengacu pada

NANDA NIC NOC, 2016, Diagnosa pertama yaitu Hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit. Tindakan keperawatan untuk

mengatasi masalah diagnosa ini adalah memonitor suhu nadi, RR

warna kulit dan tanda-tanda hipertermi, memberikan kompres hangat

pada area dahi, ketiak, atau lipatan paha,menganjurkan klien memakai

pakaian yang tipis dan menyerap keringat serta minum air putih, dan

memberikan obat antipiretik. Tidak ada kendala yang berarti dalam

melakukan semua intervensi pada hipertermia yang sudah

direncanakan oleh penulis.

Diagnosa kedua yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake yang kurang adekuat.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini adalah Mengkaji

adanya alergi makanan, menganjurkan kepada orang tua anak untuk

memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering,

memberikan makanan sesuai dengan diet yang diberikan/tidak

merangsang usus, menyajikan makanan dalam keadaan hangat dan

memberikan substansi gula, serta menjaga kebersihan mulut. Tidak ada


114

kendala yang berarti dalam melakukan semua intervensi pada

ketidakseimbangan nutrisi yang sudah direncanakan oleh penulis.

Diagnosa ketiga yaitu Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur

berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh. Tindakan keperawatan

untuk mengatasi diagnosa ini adalah menjelaskan pentingnya tidur

yang adekuat saat sakit, mengkaji faktor yang menyebabkan gangguan

tidur mengidentifikasi makanan dan minuman yang meng ganggu

tidur, menciptakan lingkungan yang nyaman dan meningkatkan

kenyamanan tidur, menggunakan alat bantu tidur (misal air hangat

untuk kompres relaksasi otot, pijatan lembut), serta mengajarkan cara

non farmakologi untuk mempermudah proses tidur. Tidak ada kendala

yang berarti dalam melakukan semua intervensi pada Gangguan

pemenuhan istirahat dan tidur yang sudah direncanakan oleh penulis.

Diagnosa keempat kurangnya pengetahuan berhubungan

dengan kurang terpapar informasi yaitu mengkaji tingkat pengetahuan

klien dan keluarga mengenai penyakit demam typhoid ,

menggambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit

demam typhoid, menggambarkan proses penyakit dengan cara yang

tepat dan mudah dipahami oleh keluarga seta klien, memberikan

informasi mengenai penyebab, penanganan dan pengobatan serta

implikasi demam typhoid, mengulangi informasi penting dan memberi

kesempatan bagi klien atau keluarga untuk bertanya, Mengajarkan

strategi yang dapat dilakukan untuk melawan kebiasaan hidup tidak

sehat, yaitu jajan sembarangan dengan cara mengolah sendiri jajanan


115

rumah yang tentunya dapat menjamin kebersihan dan kandungan

didalamnya lebih sehat serta memberikan saran untuk mencegah

demam typhoid dengan cara menjaga personal hygiene dan

menerapkan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan. Tidak ada

kendala yang berarti dalam melakukan semua intervensi pada

kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi Keperawatan Evaluasi yang dilakukan oleh penulis di

sesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga

rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP (Subjective,

Objektive, Analisa, Planning). Diagnosa pertama yaitu Hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit, Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diperoleh hasil subjektif : klien dan ibu klien mengatakan

sudah tidak demam, badan terasa lebih enak.objektif : tanda-tanda vital

klien dalam hatas normal. Suhu tubuh : 36,9°C, hal tersebut

menandakan diagnosa pertama teratasi sehingga tindakan tidak

dilanjutkan dan klien dinyatakan sembuh dari hipertermia.

Diagnosa kedua yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake yang kurang adekuat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh hasil subjektif :

klien mengatakan dapat menghabiskan 1 porsi makanan yang

disediakan ibunya dan nafsu makan klien meningkat. Hal tersebut


116

menandakan diagnosa kedua teratasi sehingga tindakan tidak perlu

dilanjutkan.

Diagnosa ketiga yaitu yaitu Gangguan pemenuhan istirahat dan

tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan diperoleh hasil subjektif : Klien mengatakan saat

tidur lebih nyaman, tidak gelisah, tidur cukup nyenyak dan lebih puas.

Hal tersebut menandakan diagnosa ketiga teratasi.

Diagnosa keempat yaitu yaitu kurangnya pengetahuan

berhubungan dengan kurang terpapar informasi. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan diperoleh hasil subjektif : Ibu klien mengatakan

mengerti mengenai penyakit demam typhoid dan akan selalu

menerapkan pola hidup sehat dan bersih untuk pencegahan demam

typhoid. Hal tersebut menandakan diagnosa keempat teratasi.


117

C. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat keterbatasan penelitian dimana penulis

menunggu cukup lama adanya klien anak dengan diagnosa demam typhoid

yang datang ke tempat layanan kesehatan di wilayah kota Banjarbaru,

setelah sekitar kurang lebih satu bulan alhamdulillah akhirnya ada seorang

klien anak yang masuk ke Puskesmas Banjarbaru Utara dengan diagnosa

demam typhoid. Selain itu adanya pandemi covid-19 juga mengharuskan

peneliti menerapkan protokol kesehatan yang ketat dalam melakukan

asuhan keperawatan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada An. M dengan demam

typhoid di wilayah Puskesmas Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru penulis

dapat mengambil kesimpulan, yaitu:

1. Pengkajian

Berdasarkan pengkajian fisik yang telah dilakukan, didapatkan

data tanda-tanda anak dengan demam typhoid yaitu keadaan umum

lemah, demam 38,6°C, suhu tubuh meningkat pada malam hari dan

menurun pagi hari, pusing, mual-mual, muntah, lidah ditutupi selaput

putih kotor, badan terasa lemah lesu dan penurunan nafsu makan, saat

dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Test Widal :

S.paratyphi BO +1/80.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ditemukan ada 4 yaitu :

Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake yang

kurang adekuat, gangguan pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan

dengan peningkatan suhu tubuh dan kurangnya pengetahuan

berhubungan dengan kurang terpapar informasi.


119

3. Intervensi Keperawatan

Dalam intervensi keperawatan sudah direncanakan dan dibuat

sesuai dengan sumber dan acuan yang terpercaya dalam pemberian

asuhan keperawatan.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan sudah mampu dilakukan dengan

baik pada semua diagnosa keperawatan dan telah disesuaikan dengan

keadaan klien. Klien dapat bekerjasama dengan baik dan kooperatif

dengan penulis

5. Evaluasi keperawatan

Setelah dilakukan evaluasi terhadap implementasi yang telah

dilaksanakan terhadap diagnosa keperawatan, didapatkan hasil:

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit teratasi

keseluruhan.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan Intake yang kurang adekuat teratasi

keseluruhan.

c. Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan

peningkatan suhu tubuh teratasi keseluruhan.

d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi

Tidak ada masalah ataupun kendala yang berarti karena klien

sangat kooperatif kepada petugas kesehatan yang melayani klien,

sehingga dapat terjalin hubungan yang baik antara klien dengan


120

petugas kesehatan.

B. Saran

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada An. M dengan demam

typhoid di wilayah puskesmas Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru maka

penulis memberikan beberapa saran, antara lain :

1. Bagi Rumah Sakit Umum atau Puskesmas

Diharapkan Rumah Sakit Umum atau Puskesmas dapat

meningkatkan pelayanan kesehatan dan kualitas asuhan keperawatan

yang diberikan pada klien anak dengan demam typhoid dengan

menjadikan hasil asuhan keperawatan ini sebagai bahan masukan dan

bacaan bagi RS atau Puskesmas terkait dalam mengambil keputusan

dan kebijakan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan anak dengan

demam typhoid.

2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan referensi dalam

upaya tindakan pelayanan kesehatan di bidang keperawatan anak

dengan demam typhoid serta pengembangan ilmu keperawatan sebagai

pedoman dalam melaksanakan perawatan terhadap klien serta institusi

pendidikan mampu menyediakan dan memperbanyak sumber bacaan

yang terbaru, terutama sumber bacaan berkaitan dengan asuhan

keperawatan anak dengan demam typhoid.

3. Bagi Klien dan Keluarga

Diharapkan klien mendapatkan pelayanan asuhan keperawatan

secara komprehensif dan bagi keluarga untuk lebih memperhatikan


121

makanan yang di konsumsi klien, sehingga tidak jajan sembarang

tempat dan selalu menjaga kebersihan diri dan juga lingkungan.

4. Bagi Peneliti sendiri

Diharapkan peneliti dapat menggali lebih banyak lagi

pengetahuan dan wawasan di bidang keperawatan guna

mengembangkan kemampuannya, khususnya dalam mengaplikasikan

asuhan keperawatan pada anak dengan Demam typhoid.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian

selanjutnya dapat menambah dan memperbanyak data-data dan

pengetahuan dalam membandingkan kasus demam typhoid ini.


DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. 2013. Medikal Bedah. Yogyakarta : Diva Press

Amrizal. 2017. Asuhan Keperawatan Pada An. Z dengan Typhoid Fever di


Ruang Cempaka RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Diploma Thesis Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006, Pedoman Pengendalian


Demam Tifoid. Menteri Kesehatan Repubik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008, Informatorium Obat


Nasional Indonesia, Depkes RI, Jakarta

Pearce, E.C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedik. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka utama.

Hasta, H.I. 2020 Buku Demam Tifoid Hasta 2020, Diakses pada tanggal 5
Januari 2021 dari https://www.researchgate. net/publication
/343110976_BUKU_DEMAM_ TIFOID_HASTA_2020

Herdman, T.H., Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis


Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2016, Ed. 10. Jakarta: EGC

Hidayat, A.A.A. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan..


Jakarta. Salemba Medika

Internasional, NANDA. 2016. Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi(2016). Jakarta : EGC

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Hasil Utama Riskesdas


2013, Diakses pada tanggal 5 Januari 2021 dari
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS 2013. Jakarta:


Balitbang, Kemenkes RI

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015, Pedoman penggunaan


antibiotik, Kemenkes RI, Jakarta

Lestari Titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika

Lestari, Y., & Nirmala, F. 2017. Analisis Dampak Kepadatan Lalat, Sanitasi
Lingkungan Dan Personal Higiene Terhadap Kejadian Demam Tifoid Di
Pemukiman Uptd Rumah Pemotongan Hewan (Rph) Kota Kendari Tahun
2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(6).
Lubis R. 2009. Faktor Resiko Kejadian Penyakit demam Tifoid Penderita yang
Dirawat di RSUD DR. Soetomo Surabaya. Tesis. Surabaya

Marni. 2016. Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis. Wonogiri :


Erlangga

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba medika.

Ngastiyah. 2006. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Nirmala. 2017. Asuhan Keperawatan Pada An. A Usia Sekolah dengan


Diagnosa Medis Demam Tifoid di Ruang D-1 Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya. Karya Tulis Ilmiah. Surabaya : Program Studi D-III
Keperawatan Stikes Adi Husada.

Notoatmodjo, 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugraheni, S. W., Ruslinawati, Y. 2013. Tinjauan Kelengkapan Dokumen


Rekam Medis Klien Rawat Inap Penyakit Typhoid Fever di RSUD
Banyudono Boyolali Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan
Informatika Kesehatan, Vol. 3(3), 51-54.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi, 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan
NANDA NIC-NOC, Jakarta, Media Action Publishing.

Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak( Untuk Perawat dan
Bidan).Jakarta : Selemba Medika Pearce.

Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Jakarta: Salemba Medika.

Purba, I. E., Wandra, T., Nugrahini, N., Nawawi, S., & Kandun, N. 2016.
Program pengendalian demam tifoid di Indonesia: tantangan dan
peluang. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 26(2), 99-108.
Diakses pada tanggal 5 Januari 2021 dari
http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/MPK/article/view/5447/448
3

Ranuh, 2013. Beberapa Catatan Kesehatan Anak. Jakarta: CVS Agung Seto

Sari, 2016. Asuhan Keperawatan Pada Anak Demam Typoid Usia Sekolah.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal
dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogjakarta: Pustaka


Pelajar

Sudoyo Aru, 2013. Asuhan Keperawatan Nanda Nic-Noc. Jilid 1. Yogyakarta :


Medication Publishing.

WHO, 2019. Diakses pada tanggal 5 Januari 2021 https://www.who.int /bulletin


/volumes /86/4/06 -039818/en/

Wibisono Elita et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media


Aesculapius.

Widagdo. 2011. Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:
Sagung Seto.

Wijaya. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wulandari, I. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Demam Tifoid Di


RSD Idaman Banjarbaru. KTI Politeknik Kesehatan Kemenkes
Banjarmasin 
Lampiran 1

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI ASUHAN KEPERAWATAN

1. Saya adalah penulis berasal dari Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan


Keperawatan Program Studi Diploma III Reguler dengan ini meminta anda
untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam asuhan keperawatan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Demam Typhoid Di Wilayah
Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru”
2. Tujuan dari Asuhan Keperawatan LTA ini adalah untuk mengeksplorasi
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Typhoid Di Wilayah
Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru yang dapat
memberikan manfaat berupa menjadi rujukan dan sumber informasi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan, lama asuhan keperawatan ini
minimal 3 hari dan akan berlangsung satu bulan sekitar bulan Februari 2021
sampai Maret 2021.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, studi literatur, dan studi dokumentasi. Cara ini mungkin
menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu khawatir karena
asuhan keperawatan ini untuk kepentingan pengembangan asuhan / pelayan
keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada asuhan
keperawatan ini adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan
asuhan / tindakan yang diberikan.
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
akan tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan asuhan
keperawatan ini, silahkan menghubungi penulis pada nomor HP :
082251507049

Penulis

(Sophia Al Hady)
Lampiran 2
Lampiran 3
FORMAT PENGKAJIAN DI RUANG ANAK

I. Biodata
a. Identitas Klien
1.      Nama/Nama panggilan :
2.      Tempat tanggal lahir / Usia :
3.      Jenis Kelamin :
4.      A g a m a :
5.      Pendidikan :
6.      A l a m a t :
7.     Tanggal masuk :
8.     Tanggal pengkajian :
9.     Diagnosa Medik :
10.   Rencana therapi :
b. Identitas Orang Tua
1.   Ayah
a.       Nama :
b.       Usia :
c.       Pendidikan :
d.       Pekerjaan :
e.       Agama :
f.        Alamat :
2.   Ibu
a.       Nama :
b.       Usia :
c.       Pendidikan :
d.       Pekerjaan :
e.       Agama :
f.        Alamat :
c. Identitas Saudara Kandung

No NAMA USIA HUBUNGAN KETERANGAN

II. Keluhan Utama / Alasan Masuk RS.

III. Riwayat Sekarang


A. Riwayat Kesehatan sekarang
B. Riwayat Kesehatan lalu
( Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun )
1.     Pre Natal Care
a. Mulai melakukan perawatan selama hamil, sejak .....bln sebanyak .....kali
b. Keluhan ibu selama hamil :
c. Tidak ada/ Ada riwayat terkena sinar X
d. Kenaikan BB selama hamil .....kg
e.  Imunisasi :.... pemberian (jenis...... )
f.  Golongan darah ibu dan ayah ?
2.   Natal
a.  Tempat melahirkan di .....
b.  Lama dan jenis persalinan ......
c.  Menolong persalinan adalah ..........
d.  Cara untuk memudahkan persalinan ........
3.    Post Natal
a.  Kondisi bayi ( BB : ..... gr dan PB : ...... cm )
b.  Keadaan anak setelah 28 hari :..................
c.  Ada penyakit hiperbilirubinemia, kulit kebiruan, Ada/ tidak problem
menyusui, masalah BB
( Untuk semua usia )
-  Penyakit yang pernah dialami :.......
-  Pernah mengalami Kecelakaan termasuk keracunan.
-  Prosedur operasi dan perawatan RS :
-  Alergi ( makanan, obat-obatan, zat/substansi, tekstil ) :
-  Pengobatan dini ( komsumsi obat-obatan bebas ) :
C.  Riwayat Kesehatan keluarga
-  Penyakit anggota keluarga :
- Genogram
IV. Riwayat imunisasi
Waktu Reaksi setelah
No Jenis Imunisasi
pemberaian pemberian

BCG

DPT
Polio
Campak
Hepatitis
lain – lain

V. Riwayat Tumbuh Kembang.


1. Pertumbuhan Fisik
a. Berat Badan : BB lahir : ..... Kg masuk RS : .....kg.
b. Tinggi Badan : PB lahir : ..... cm, PB masuk RS :..... Cm
c.Waktu tumbuh :....... bulan dan tanggalnya gigi :
2. Perkembangan Tiap tahap
a.       Berguling : .....bulan
b.       Duduk : .....bulan
c.       Merangkak : ......bulan
d.       Berdiri : ......bulan
e.       Berjalan : ......bulan
f.       Senyum kepada orang lain : .....bulan
g.       Bicara pertama kali : ...... tahun
h.       Berpakaian tanpa bantuan : ....... tahun

VI. Riwayat Nutrisi


A.     Pemberian ASI
1.       Pertama kali disusui : .... jam setelah melahirkan
2.       Waktu dan cara pemberian : ...................
3.       Lama pemberian : ...................
4.       ASI diberikan sampai usia : ...................
B.     Pemberian Susu tambahan
C.     Pemberian makanan tambahan
D.     Pola perubahan Nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis nutrisi Lama pemberian
0 – 3 bulan
4 – 12 bulan
24 bulan keatas

VII. Riwayat Psichososial


-    Anak tinggal di rumah bersama ........
-    Lingkungan berada di
-    Hubungan antar anggota keluarga :
-    Yang mengasuh anaknya adalah ..............
VIII. Riwayat Spritual
IX. Reaksi Hospitalisasi
A.     Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
-    Ibunya membawa anaknya ke RS karena........
-    Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak :................
-    Bagaimana perasaan orang tua saat ini :..................
-    Orang tua selalu mengunjungi anaknya ? ayah/ibu, waktunya .......
-    Siapa yang akan tinggal dengan anak :...........................
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

X. Aktivitas sehari-hari
A.  Nutrisi
Sebelum sakit :
Saat sakit :
B.  Cairan
Sebelum sakit :
Saat Sakit :
C. Eliminasi (bak/bab)
Tempat pembuangan :
Frekwensi :
Konsistensi :
Pada saat pengkajian ................
D.  Istirahat /tidur :
Sebelum sakit :
Saat Sakit :
E.  Olah raga :
F.   Personal Hygine :
-          Mandi : Frekuensi .....x/ hari, mandiri/dibantu
-          Cuci rambut : Frekwensi .....x/mgg, mandiri/ dibantu
-          Gunting kuku : ......................., mandiri/ dibantu
G.     Rekreasi

XI.   Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum Klien : lemah
b. Tanda – tanda vital :
Suhu : ........°C
Nadi : ........x kali / menit
Respirasi : ........x/ menit
Tekanan Darah : ........mmHg
c. Antropometri :
Panjang badan : ....... cm
Berat Badan : ....... kg.
Lingkar lengan atas : ....... cm
Lingkar kepala : ........ cm
Lingkar dada : ........ cm
Lingkar perut : ......... cm
d. Sistem Pernafasan
Hidung : Simetris/ tidak, pernafasan cuping hidung : ada/ tidak ada,
secret : ada/tidak ada
Leher : Pembesaran kelenjar dan tumor : ada/tidak ada
Dada :
Bentuk dada :
Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal :
Gerakan dada : retraksi dada : ada / tidak ada
Suara nafas :
Clubbling finger : ada/ tidak ada
e. Sistem kardiovaskuler :
Conjungtiva : pucat/merah muda, bibir : tidak pucat/cyanosis, arteri carotis
: kuat/ lemah, tekanan vena jugularis : meningkat/tidak meningk
Ukuran Jantung :ada/ tidak ada pembesaran
Suara jantung :ada/tidak ada bunyi abnormal
Capillary refilling time :.....detik
f. Sistem Pencernaan
Sklera :ikterus/tidak ikterus, Bibir : lembab/ kering
Mulut : Lidah ......., stomatitis : ada/tidak ada, kemampuan menelan
baik/tidak baik, gerakan lidah ........, jumlah gigi lengkap/tidak lengkap,
ada caries/tidak.
Gaster : gerakan paristaltik ....x/menit, kembung tidak/ada
Abdomen : pada pemeriksaan 4 kuadran ada/ tidak ada ditemukan adanya
nyeri tekan, ataupun pembesaran organ, permukaan perut ........, ikterik/
tidak ikterik, keadaan kulit.
Anus :ada/ tidak ada lecet, hemoroid : ada/ tidak ada.
g. Sistem indra
Mata : kelopak mata ada/tidak ada kemerahan ataupun ptosis,
Visus.......,
Lapang pandang :
Hidung :Fungsi Penciuman......, ada/ tidak ada secret, trauma hidung:
pernah/tidak pernah, mimisan:pernah/tidak pernah.
Telinga : keadaan daun telingan baik, operasi telinga tidak pernah,
membrane tympani baik, fungsi pendengran baik dapat mendengar bunyi
gesekan rambut.
h. Sistem syaraf
1. Fungsi cerebral :
Status mental : Orientasi terhadap waktu / tempat/ orang : ...............
Memory : ..........................
Kesadaran :...................., GCS : E.....V......M.........
Perhatian dan perhitungan :.........................................................
Bahasa : klien dapat mengikuti perintah/ tidak.
Bicara : respon terhadap pertanyaan tepat/ tidak*, bicara lancar/
tidak*, ekspresi saat bicara baik/ tidak*.
2. Fungsi cranial :
Nervus 1 : dapat/ tidak dapat membedakan
Nervus II : Visus ........., lapang pandang ...........
Nervus III : pupil mampu/ tidak* mengecil/ miosis dan membesar/
midriasis,
Nervus IV : ketajaman penglihatan ..........,
Nervus VI : dapat/ tidak dapat * menggerakkan bola mata kekiri dan ke
kanan
Nervus V : sensasi .........................motorik :.......................
Nervus VII : dapat/tidak dapat * membedakan rasa
Nervus VIII :...........................
Nervus IX :........................
Nervus X : Gerakan ovula baik/ tidak *, reflek menelan baik/ tidak*.
Nervus XI :..................................., klien mampu/ tidak* melawan tahanan
Nervus XII : gerakan lidah: ...................................
3. Fungsi Motorik : massa otot : otropi ada/tidak*, tonus otot : baik/ tidak*,
Kekuatan : ....
4. Fungsi sensorik : suhu..........,Nyeri....., getaran ............
5. Fungsi cerebellum : koordinasi jari hidung baik/tidak baik*
6. Reflek :................
7. Iritasi meningen : kaku kuduk : (-/+), lesaque : ......o,Kernig : ......0,
Brudzinski : (-/+), Babinski : (-/+), supervisial (-/+)
i.    Sistem Muskulo Skeletal
 Kepala : ubun – ubun besar terbuka/tertutup*, ubun-ubun kecil
terbuka/tertutup*
 Vertebrae: khyposis/ lordosis/ skoliosis*, gerakan baik/tidak baik*,
ROM : bebas/terbatas*
 Pelvis : ka-ki sejajar/tidak*
 Lutut : balotemen test (+/-), ROM : bebas/terbatas*
 Kaki : ROM : bebas/ terbatas*
 Bahu : Pergerakan baik/tidak baik*
 Tangan : pergerakan baik/ tidak baik*
j.         Sistem Integumen
 Rambut : warna : .........., mudah/tidak mudah* tercabut, bersih/ kurang
bersih*
 Kulit : warna : ................., temperatur : .......0C , kelembaban : kering/
lembab*
 Kuku : warna : ..............., permukaan kuku datar/ cembung*, mudah/tidak
mudah* patah bersih/ kotor*.
k.       Sistem Endokrine :
 Kelenjar thyroid : ada/Tidak ada* pembesaran
 Ekskresi urine : .............cc/ sekali berkemih
 Ada/Tidak ada riwayat urine dikelilingi semut
l.         Sistem perkemihan
m.     Sistem imun ( ada riwayat alergi dingin ).

XII.  Test diagnostik


 Laboratorium Nilai Normal
 Ro. Photo
XIII.   Teraphi saat ini
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

Diagnosa Keperawatan Tgl. ditemukan Tgl. Teratasi

Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data (Kampus)


Lampiran 5 Surat Izin Penelitian (Kampus)
Lampiran 6 Surat Izin (RS)
Lampiran 7 Data (RS)
10 besar penyakit umum di RSD Idaman Banjarbaru Tahun 2019

Data 10 besar penyakit umum di RSD Idaman Banjarbaru tahun 2020


Lampiran 8 Hasil rapid tes
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji MistarCokrokusumo No. 1 ABanjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773267 – 4780516 – 4781619 Fax. (0511) 4772288
e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekkesbjm@yahoo.co.id
JurusanKesehatanLingkungan (0511) 4781131 ;Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511)
4772517 ; Gizi (0511) 4368621 ;Keperawatan Gigi (0511) 4781356 : AnalisKesehatan (0511)
4772718

KARTU KONSULTASI

Nama : Sophia Al Hady

Nim : P07120118116

Pembimbing : I. Ainun Sajidah, S.Kep, Ns, M.Biomed

II. Hj. Zainab, S.ST, M.Kes

Judul : Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam 4x6


Typhoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Kota

Banjarbaru

No Tanggal Saran Perbaikan Paraf


1. 10 September 2020 - Judul acc, lanjutkan bab 1

2. 21 September 2020 - Pada bab 1 kata negara, provinsi,


perbaiki menggunakan huruf besar
pada awal kata
- Uraikan pada latar belakang apa
masalahnya, kronologi masalah,
skala masalah(berupa data-data,
jumlah kasus-kasus bisa secara
umum, misal dari Indonesia
spesifik ke provinsi kalsel dan
tempat yang akan diteliti)
- Manfaat terlalu umum sebagai
bacaan, buat manfaat yang lebih.

3. 7 Oktober 2020 - Pertimbangkan tempat penelitian,


sebutkan dalam judul, rumusan
masalah dan tujuan
- Lanjutkan ke Bab 2

4. 5 November 2020 - Berikan keterangan gambar di


pathway dan beri nomor
- Upayakan referensi terbaru

5. 20 Desember 2020 - Pathway disinkronkan dengan


diagnosa yang muncul di rumusan
diagnosa teori NIC NOC
- Bab 2 Acc, lanjutkan ke bab
berikutnya
6. 15 Januari 2021 - Bab 3 Acc
- Lengkapi proposal dengan daftar
pustaka, kata pengantar, dll

7. 21 Januari 2021 - Proposal acc, siapkan untuk


seminar proposal

8. 1 Maret 2021 - Konsul revisi proposal acc

9. 13 April 2021 - Pada bab 4 sesuaikan format askep


anak
- Tambahkan pola aktivitas dan cek
datanya sebelum dan saat di RS

10. 15 April 2021 - Pada bab 4 tambahkan data pola


eliminasi sebelum dan saat di RS
- Diagnosa ke dua pakai etiologi lain

11. 19 April 2021 - Tambahkan referensi pada


pembahasan, tambahkan opini juga
- Buat abstrak

12. 21 April 2021 - Bab 4 dan Abstrak Acc


- Bab 5 Acc
- Persiapkan seminar hasil KTI

13. 10 Juni 2021 - Acc seminar hasil KTI

Pembimbing I

(Ainun Sajidah, S.Kep, Ns, M.Biomed)


NIP.197608082003122002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji MistarCokrokusumo No. 1 ABanjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773267 – 4780516 – 4781619 Fax. (0511) 4772288
e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekkesbjm@yahoo.co.id
JurusanKesehatanLingkungan (0511) 4781131 ;Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511)
4772517 ;Gizi (0511) 4368621 ;Keperawatan Gigi (0511) 4781356 : AnalisKesehatan (0511)4772718

KARTU KONSULTASI

Nama : Sophia Al Hady

Nim : P07120118116

Pembimbing : I. Ainun Sajidah, S.Kep, Ns, M.Biomed

II. Hj. Zainab, S.ST, M.Kes

Judul : Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam

Typhoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Utara Kota

Banjarbaru

No Tanggal Saran Perbaikan Paraf


1. 20 September 2020 - Judul Acc, lanjut bab 1

2. 12 November 2020 - Sistematika pengetikan tolong


diperhatikan. Margin sesuaikan
dengan pedoman LTA, spasi
diperhatikan, dll.
- Penulisan sumber pustaka yang
digunakan tolong dicek kembali,
besar huruf tolong diperhatikan
- Tentukan apakah LTA ini studi
literature/penelitian
3. 25 Desember 2020 - Perbaiki ukuran huruf, sesuaikan
dengan pedoman
- Gunakan data Riskesdas terbaru
4. 2 Januari 2021 - Bab 2 Acc, lanjutkan ke bab 3
5 21 Januari 2021 - Proposal acc, siapkan untuk
seminar proposal

6 3 Maret 2021 - Konsul revisi proposal


- Perbaiki sesuai saran

7 5 Maret 2021 - Acc revisi proposal

8 14 April 2021 - Konsul Bab 4


- Perbaiki sesuai saran di bagian
askep
9 20 April 2021 - Buat tabel implementasi minimal 3
hari

10 22 April 2021 - Bab 4 Acc

11 23 April 2021 - Pada Bab 5 sinkronkan saran


dengan manfaat penelitian
Persiapkan seminar hasil KTI
12 9 Juni 2021 - Acc revisi seminar hasil KTI

Pembimbing II

Hj. Zainab, S.ST, M.Kes


NIP. 197603222002122001
Lampiran 11 Foto Kunjungan Rumah Pasien

Anda mungkin juga menyukai