Anda di halaman 1dari 72

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING


(ADL) DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI DESA KARANGANYAR
KECAMATAN KEDUNGBANTENG

Disusun Oleh

ANIK ARIFFIANI

C1O17056

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI MANDALA HUSADA

2021
PENGESAHAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING


DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI DESA KARANGANYAR

Dipersiapkan dan disusun oleh

ANIK ARIFFIANI

C1017056

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 24 Maret 2021 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Penguji I,

Susi Muryani, S. Kep. Ns.,M.Kep

NIPY: 198.05.05.10.052

Penguji II,

Wisnu Widyantoro, S.Kep.,M.Kep

NIPY: 1972.02.08.97.006

Penguji III,

Ratna Widhiastuti, M.Kep

NIPY: 1988.02.04.18.115
HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DILY LIVING
(ADL) DENGAN KUALITS HIDUP LANSIA DI DESA KARANGANYAR
KECAMATAN KEDUNGBANTENG

Anik Ariffiani1), Wisnu Widyantoro2), Ratna Widhiastuti3)


1)
Mahasiswa Prodi Sarjana Keperaawtaan dan Ners STIKes Bhakti Mandala
Husada Slawi 52416, Tegal, Indonesia, 2)Dosen STIKes Bhakti Mandala Husada
Slawi 52416, Tegal, Indonesia

E-mail: anikariffiani28@gmail.com

ABSTRAC

Seseorang yang telah memasuki usia diatas 60 tahun, atau biasa disebut dengan
lanjut usia (lansia), kemungkinan besar akan mengalami permasalah fisik, jiwa,
spiritual, ekonomi dan social. Secara umum semakin menua seseorang maka
kesehatan fisik dan kemandirian dalam beraktivitas mulai menurun. Tingkat
kemandirian lansia kemungkinan besar akan mempengaruhi kualitas hidupnya.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat kemandirian ADL
dengan kualitas hidup lansia di desa karanganyar kecamatan kedungabanteng.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
lansia yang tinggal di desa karanganyar dengan jumalah 522 lansia. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 84 lansia yang di peroleh dengan teknik random
sampling dan 5 diantaranya termasuk dalam kriteria eksklusi. Pengumpulan data
yang digunakan menggunakan kuesioner Indeks Katz dan kuesioner Kualitas
Hidup yang dibuat sendiri oleh peneliti, sedangkan analisis data megguanakan
kendall’s Tau. Hasil uji Kendall’s Tau diperoleh nilai p value 0,000, dengan nilai
signifikansi (0,05) maka ρ<α maka H 0: ditolak dan H 1 : diterima. Kesimpulan
dalam penelitian ini adalah tingkat kemandirian lansia sebagian besar adalah
mandiri, sebagaian besar kualitas hidup lansia tinggi dan terdapat Hubungan
Tingkat Kemandirin ADL dengan Kualitas Hidup Lansia di desa Karanganyar
Keacamatan Kedungbanteng, dimana semakin tinggi tingkat kemandirin lansia
maka kulitas hidupnya tinggi.

Kata kunci : tingkat kemandirian activity daily living (ADL), kualitas hidup
lansia, lansia
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE LEVEL OF ACTIVITY DAILY
LIVING (ADL) WITH THE QUALITY OF LIFE THEN ELDERLY IN
KARANGANYAR VILLAGE, KEDUNGBANTENG DISTRICT

Anik Ariffiani1), Wisnu Widyantoro2), Ratna Widhiastuti3)


1)
Mahasiswa Prodi Sarjana Keperaawtaan dan Ners STIKes Bhakti Mandala
Husada Slawi 52416, Tegal, Indonesia, 2)Dosen STIKes Bhakti Mandala Husada
Slawi 52416, Tegal, Indonesia

E-mail: anikariffiani28@gmail.com

ABSTRAC

Someone who hs entered the age of 60 years or commonly referred to as the


elderly, is likely to experience phbisical, mental, spiritual, economic and social
problems. The level independence of the elderly will most likely affecet the kualiti
of life of the elderly. This stdy aims to see the relationship between the level of
ADL independence with the quality of life of the elderly in Karanganyar village,
Kedungbanteng sub –district. The type of research is quantitative e research with
a creoss sectional approach. The population in this study were all elderly living
in Karanganyar village with a total of 522 elderly. The sample ini this study
amounted to 84 elderly who were obtained by random sampling technique and 5
of them were included in the exclusion criteria. The data colle3ction ued the Katz
Index Questionnaire and the Quality of Life Questionnaire which were made by
the research himself, while the data analysis used Kendall’S Tau test obtained a
value of (0,000), with a significance value of (0,05) then ρ<α, it was H 0: rejected
and H 1 : accepted. The conclusion in this study is that the level of independence of
the elderly is mostly independence, most of the quality of the life of the elderly is
high and there is a relashionship between the level of ADL independence with the
quality of life of the elderly in Karanganyar village, Kedungbanteng district.

Keywords : level of indepentdence activity daily living, quality of life, eldery


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah, rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Hubungan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Dengan Kualitas
Hidup Lansia Di Desa Karanganyar”. Dalam penulisan skripsi ini peneliti
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Wisnu
Widyantoro, S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing I dan Ibu Ratna
Widhiastuti, M.Kep selaku pembimbing II yang telah membimbing dengan sabar
dan ikhlas serta mengarahkan peneliti dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi
ini. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti juga banyak mendapatkan bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. Risnanto, M.Kes. Selaku Ketua STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi
2. Dwi Budi P, M.Kep. Nes., Sp. Kep. Kom. Selaku Ketua Prodi Sarjana
Ilmu Keperawatan & Ners STIKes Bhamada Slawi
3. Seluruh dosen Prodi Sarjana Keperawatan & Ners STIKes Bhamada Slawi
4. Kedua orang tua tercinta, terimakasih atas dukungan moral serta dukungan
spiritual yang diberikan, sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini.
Semoga hasil dari penelitian ini menjadi titik awal yang baik untuk saya
dan memenuhi harapan kalian
5. Terimakasih kepada kakak-kakakku dan adik-adikku tercinta
6. Teman-teman seperjuangan, terimakasih atas hari-hari yang telah kita lalui
bersama semoga sukses menyertai kita dan semua pihak yang telah
membantu penulis tidak bisa disebutkan satu-persatu
Tidak ada sesuatu yang dapat diberikan atas jasa tersebut selain do’a semoga
Tuhan Yang Maha Esa membalas amal dan jasa baik kalian semua. Peneliti
menyadari bahwa penyusunan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak akan diterima sebagai perbaikan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Anik Ariffiani
DAFTAR ISI

Halaman

COVER DALAM

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

PERSETUJUAN SKRIPSI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR SINGKATAN

LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan Penelitian
1.3 Manfaat Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tingkat Pengetahuan


2.2 Kepatuhan Minum obat kemoprofilaksis
2.3 Kerangka Teori
2.4 Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Metode Penelitian


3.2 Alat Penelitian dan Cara Mengumpulkan Data
3.3 Populasi dan Sampel
3.4 Besar Sampel
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
3.6 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran
3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
3.8 Etika Penelitian
3.9 Jadwal Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 (Lembar Informasi Penelitian)

Lampiran 2 (Lembar Persetujuan Penelitian)

Lampiran 3 (Lembar Permohonan Menjadi Responden)

Lampiran 4 (Lembar kuesioner Tingkat Kemandirian ADL dan Kualitas


Hidup)
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Definisi Operasional
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori


2.2 Kerangka Konsep
DAFTAR SINGKATAN

ADL (Activity Daily Living)

WHOQOL (World Health Organization Quality of Life)

WHOQOL-BREF (World Health Organization Quality of Life-BREF)

APD (alat perlindungan diri)


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap individu pasti akan mengalami masa tua, dimana masa tersebut merupakan
tahap akhir dari tahap perkembangan. Proses menua ditandai dengan adanya
perubahan-perubahan baik anatomis, biologis maupun psikologis (Selo,
Candrawati & Putri, 2017). Jumlah penduduk lanjut usia secara global pada tahun
2019 adalah 9,1% dan akan terjadi peningkatan pada tahun 2030 dengan jumlah
persentase 11,37% (WPP, 2019). Berdasarkan data sensus 2015, jumlah
keseluruhan lansia di Indonesia adalah 8,5% dari keseluruhan jumlah penduduk
dan perkiraan pada tahun 2025 mencapai 11,8% dari total keseluruhan jumlah
penduduk (Kemenkes, 2015). Provinsi Jawa Tengah sendiri jumlah penduduk
lansia sekitar 4,68 juta jiwa atau 13,48% (BPS, 2019), kemudian di kabupaten
Tegal jumlah penduduk lansia dari usia 60-64 tahun sekitar 61.180 juta jiwa, usia
65-69 tahun sekitar 39.258 juta jiwa, usia 70-74 tahun sekitar 27.867 juta jiwa dan
usia lebih dari 75 tahun ada sekitar 33.954 juta jiwa (BPS, 2018).

Peningkatan jumlah lansia di Indonesia tentunya perlu mendapat perhatian khusus


dalam hal kesehatan, perawatan, penghargaan serta dalam hal kemandirian.
Kemandirian berasal dari kata independen yang diartikan sebagai suatu kondisi
dimana seorang lansia tidak bergantung pada orang lain dalam menentukan sikap
dan keputusan serta adanya sikap percaya diri (Chaplin, 2011). Secara umum
semakin menua seseorang, kondisi kesehatan juga akan mengalami penurunan, hal
itu dikarenakan menurunnya fungsi-fungsi organ dalam tubuh, penurunan fungsi
tersebut dialami lansia secara alamiah (Holmes, 2017).

Tingkat kemandirian lansia dipengaruhi oleh perubahan situasi kehidupan, aturan


sosial serta usia. Lansia akan berangsur-angsur mengalami keterbatasan dalam
kemampuan fisik dan peningkatan kerentanan terhadap gangguan kesehatan yang

1
2

menyerang tubuhnya (Putri, 2011). Dalam hal kemandirian sebaiknya lansia


mampu memilih sendiri hal yang ingin diputuskan untuk dirinya sendiri, tanpa
harus menuruti pilihan dari orang lain maka lansia dapat dikatakan sebagai lansia
yang mandiri. Apabila lansia yang sudah mengalami penurunan dalam beberapa
hal untuk melakukan kegiatan sehari-hari, mereka akan membutuhkan bantuan
dari orang sekitar (Husain, 2013).

Kegiatan yang dilakukan oleh setiap individu atau lansia seperti berbelanja,
memasak, menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, mencuci, menggunakan
telepon, menggunakan transportasi, mampu menggunakan obat yang benar, serta
memanajemen keuangan secara mandiri merupakan tingkat kemandirian Activity
Daily Living (ADL). Dimana dalam kegiatan sehari-hari tersebut, lansia akan
sedikit mengalami ketergantungan. Timbulnya ketergantungan tingkat
kemandirian ADL pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor seperti umur,
kesehatan fisiologis, fungsi kognitif dan psikososial. Seiring bertambahnya usia,
masalah kesehatan terganggu, kemunduran fungsi tubuh sangat mempengaruhi
ADL lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Mereka akan lebih bergantung
pada orang lain jika melakukan aktivitas yang berat (Hafilah, 2018).

Setiap manusia dapat melakukan aktivitas bila organ tubuh dan daya tahan
tubuhnya baik, apabila seseorang mengalami kemunduran daya tahan tubuh itu
artinya dalam aktivitas perlu bantuan dari orang lain. Setiap individu dalam
kesehariannya akan melakukan aktivitas seperti makan, mandi, berbelanja,
berpindah tempat bahkan melakukan kegiatan dengan alat transportasi. Pada usia
muda mungkin seseorang akan sangat mudah melakukan kegiatannya, namun
ketika usia sudah mulai menua mereka mungkin akan merasa kesulitan dan
merasa terganggu dalam melakukan aktivitas baik ringan maupun berat
(Ritonga,2018)
3

Hal yang harus tetap dijaga terutama keluarga bahwa walaupun usia semakin
bertambah sebaiknya lansia tetap mendapatkan quality of life yang baik dan tetap
melakukan aktivitas fungsional dengan mandiri (Murwanti & Hikmawati, 2021).
Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) bahwa kualitas
hidup merupakan persepsi seseorang terhadap kehidupan dirinya sendiri di
masyarakat dan dalam konteks budaya dan kesehatan serta aktivitas sehari-
harinya. Kondisi fungsional lansia yang meliputi kesehatan fisik yaitu aktivitas
sehari-hari, ketergantungan pada bantuan medis seperti rutin minum obat karena
sakit, kebutuhan istirahat, kegelisahan tidur, energi dan kelelahan, mobilitas,
kapasitas pekerjaan, kesehatan psikologis yaitu perasaan positif, penampilan dan
gambaran jasmani, perasaan negatif, berfikir, belajar, mengingat, dan kepercayaan
individu, hubungan pribadi, serta aktivitas seksual dan kondisi lingkungan,
kendaraan, keamanan, sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian sosial. Secara
umum makna kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh kondisi fisik, psikologis,
kemandirian dan hubungan sosial (Amalia, 2014).

Menurut Delwien (2018) kualitas hidup sangat berkaitan dengan menua yang
sukses, kemandirian, kesehatan fisik dan kemampuan fungsional. Masalah yang
mencakup kualitas hidup sangat luas dan kompleks, termasuk masalah kesehatan
fisik, status psikologi, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan lingkungan dimana
mereka berada. Persepsi lansia terhadap kehidupannya perlu sekali berpikiran
positif dengan hidup dan kehidupannya, agar fisik yang sudah menurun tetap
berada dalam kesehatan yang optimal. Kualitas hidup yang optimal sebagai
kondisi fungsional lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga
memungkinkan mereka dapat menikmati masa tuanya dengan penuh makna,
membahagiakan, berguna dan berkualitas yang berkaitan dengan lingkungan
tempat lansia tinggal (Ratnawati dkk, 2019).

Seorang lansia akan mengalami beberapa gangguan psikologis dan mental,


perubahan ini mengakibatkan lansia tidak mampu beraktivitas secara optimal,
munculnya stres, ketidakpuasan dalam hidup bahkan penurunan harga diri.
4

Apabila timbul ketidakpuasan dalam hidup maka akan dapat berpengaruh pada
kualitas hidupnya. Kualitas hidup lansia dapat dikatakan kurang baik jika
kesejahteraan dalam hidup kurang (Putri dkk, 2014). Pada usia lanjut bukan
hanya usia harapan hidup yang penting tetapi juga bagaimana pada seorang lansia
dalam menjalani sisa hidupnya dengan baik dan optimal. Berbagai penyakit akan
menyerang imunitas tubuh lansia karena daya tahan tubuhnya berkurang. Maka
dari itu lansia perlu menjaga, dijaga dan diperhatikan supaya kesehatannya tetap
terjaga, karena pada usia ini kesehatan lansia sangat rentan (DIRSECU, 2017).

Kualitas hidup lansia yang tinggi dikarenakan faktor fisik, psikologis, lingkungan
dan hubungan sosial yang baik, sedangkan kualitas hidup lansia yang rendah
disebabkan oleh kondisi fisik yang semakin menurun akibat faktor usia sehingga
kinerja tubuh juga menurun. Dampak dari kualitas hidup yang rendah bagi lansia
timbul karena lansia mengalami perubahan-perubahan diantaranya interaksi sosial
menurun, derajat kesehatan menurun, sehingga lansia mengalami kesepian,
kekurangan informasi terkait kesehatan lansia, menurunnya produktivitas lansia,
aktivitas sehari-hari lansia terganggu baik dari segi fisik, sosial maupun ekonomi.
Penurunan kapasitas mental, perubahan sosial kepikunan serta depresi (Samper
dkk, 2017).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Slamet Roehadi,dkk
(2016) dengan judul Tingkat Kemandirian Lansia ADL di Panti Sosial Tresna
Werdha Senja Sari, dengan hasil lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Senja Sari
memiliki tingkat kemandirian yang cenderung rendah. Hal tersebut diperkuat
dengan didapatkan data bahwa dari jumlah keseluruhan lansia yang berjumlah 77
orang terdapat 30 lansia yang ditempatkan di ruang bangsal yaitu ruang dimana
para lansia membutuhkan bantuan tenaga kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
sehari-harinya seperti makan, berpindah dari kursi roda ke tempat tidur,
kebersihan diri, aktivitas toilet, mandi, berpakaian, mengontrol defekasi dan
mengontrol berkemih.
5

Berdasarkan jurnal penelitian oleh Rohmah, Purwaningsih & Bariyah (2012) yang
berjudul Kualitas Hidup Lansia, menyatakan bahwa hasil penelitiannya sebagian
besar responden memiliki kualitas hidup sedang, yaitu sebanyak 58%, faktor fisik
yang kurang baik sebanyak 52%, faktor psikologis yang stabil sebanyak 42%,
faktor sosial yang kurang aktif sebanyak 42% dan faktor lingkungan yang cukup
memadai sebesar 47%. Dari hasil kedua penelitian yang telah disampaikan di atas,
ada perbedaan antara penelitian sekarang dengan sebelumnya. Dalam penelitian
ini membahas dua variabel, variabel bebas tingkat kemandirian ADL dan variabel
terikatnya kualitas hidup lansia dan perbedaan juga terdapat pada kuesionernya.

Dari hasil studi pendahuluan, didapatkan data jumlah lansia sebesar 3.717 jiwa di
wilayah kecamatan kedungbanteng dan di desa karanganyar sendiri ada sebesar
522 jiwa. Peneliti akan melakukan penelitian tentang tingkat kemandirian ADL
dan kualitas hidup lansia. Tertariknya peneliti melakukan penelitian tersebut
karena ingin mengetahui bagaimana aktivitas masyarakat desa di usia 60 tahun
keatas. Seperti yang kita ketahui usia diatas 60 tahun akan mengalami beberapa
kemunduran dalam melakukan berbagai aktivitas apalagi untuk melakukan
aktivitas yang berat dan peneliti ingin mengetahui bagaimana kualitas hidup lansia
di desa karanganyar serta ada hubungan atau tidak antara tingkat kemandirian
ADL dengan kualitas hidup.

Dari hasil studi pendahuluan melalui metode wawancara dengan 10 responden,


hasil wawancara mengenai aktivitas sehari-hari lansia didapatkan bahwa 7 dari 10
lansia masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi,
berbelanja, melepas pakaian, melakukan toileting dan 3 diantaranya
membutuhkan sebagian bantuan dari orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-
hari seperti melepas pakaian, aktivitas toileting. Hasil studi pendahuluan tentang
kualitas hidup, 8 dari 10 lansia mampu melakukan interaksi sosial dengan baik
dan nyaman dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, menerima jika usia
dan fisiknya tampak tua, 6 dari 10 lansia mengatakan kesehatan fisiknya mulai
terganggu. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan
6

Tingkat Kemandirian ADL dengan Kualitas Hidup Lansia di desa Karanganyar.


Apakah ada hubungan Tingkat Kemandirian ADL dengan Kualitas Hidup Lansia .

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya hubungan tingkat kemandirian ADL dengan kualitas
hidup lansia di desa Karanganyar.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengidentifikasi tingkat kemandirian ADL pada lansia di desa
karanganyar
1.2.2.2 Mengidentifikasi kualitas hidup lansia di desa karanganyar
1.2.2.3 Menganalisa hubungan tingkat kemandirian ADL dengan kualitas hidup
lansia di desa karanganyar.

1.3 Manfaat Penelitian


1.3.2 Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk para lansia untuk lebih
termotivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri dan lebih
mengekspresikan diri dengan lingkungannya agar mendapatkan kualitas hidup
yang baik
1.3.3 Manfaat Keilmuan
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi dunia keperawatan Gerontik
tentang “Tingkat Kemandirian ADL dengan Kualitas Hidup Lansia”
1.3.4 Manfaat Metodologi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pertimbangan untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya terkait dengan aktivitas sehari-hari lansia.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori dan Konsep Penelitian

2.1.1 Definisi Kualitas Hidup Lansia


Kualitas Hidup lansia adalah sebuah persepsi dari individu dalam kehidupannya
sebagai suatu terminologi yang menunjukan kondisi kesehatan fisik, sosial,
mental individu serta kemampuan dalam melaksanakan tugas sehari-hari,
termasuk tingkat kemandirian, privacy, pilihan, penghargaan dan kebebasan
bertindak (Imanda, 2016). Kualitas Hidup menurut Pujiani (2017) mengatakan
bahwa salah satu yang dimiliki setiap individu, dimana setiap individu memiliki
kualitas hidup yang berbeda-beda tergantung dari kepribadian masing-masing
individu dalam menyikapi suatu masalah yang terjadi pada hidup seseorang. Jika
individu menghadapi masalah tersebut dengan positif maka kualitas hidupnya
akan baik, sebaliknya jika seseorang menyikapinya dengan negatif maka kualitas
hidupnya negatif.
Kualitas hidup lansia dapat dilihat dari kemampuan lansia dalam melakukan
aktivitas sehari-hari yang meliputi kemampuan makan, berpakaian, buang air
besar dan kecil serta mandi. Seseorang yang mandiri akan mampu untuk
mengaktualisasikan dirinya tidak menggantungkan dirinya pada orang lain atau
lingkungan sekitarnya (Fatma, 2018). Kualitas Hidup merupakan persepsi
seseorang akan dirinya dalam konteks budaya norma atau aturan sesuai dengan
tempat hidup seseorang yang berkaitan dengan tujuan dan standar kualitas hidup
antara satu dan lainnya (Utari, 2018).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup merupakan
persepsi hidup individu terhadap kesehatan fisik, sosial dan emosi yang
dimilikinya. Kebebasan dalam melakukan suatu kegiatan serta hak untuk memiliki

7
8

kesejahteraan hidup tergantung bagaimana seorang individu dapat menempatkan


dirinya di kehidupannya.

2.1.2.1 Aspek-aspek Kualitas Hidup Lansia

Menurut WHO, indikator kualitas hidup terdiri dari empat aspek yaitu kesehatan
fisik, kesehatan psikologis,hubungan sosial dan lingkungannya (Lara dkk, 2017).
Aspek kualitas hidup lansia yang pertama adalah kesehatan fisik, berdasarkan
kondisi fisik yang semakin rentan membuat lanjut usia merasa kehidupannya
sudah tidak berarti lagi, merasa tidak berharga dan tidak ada apa-apanya lagi. Ini
menjadi salah satu tanda rendahnya kualitas hidup seorang lansia dikarenakan
lansia tidak dapat menikmati masa tuanya. Sehingga pelayanan kesehatan bagi
penduduk lansia sangat menuntut perhatian, agar lansia dapat menghabiskan sisa
usia dengan optimal (Anggun, 2018).

Aspek kualitas hidup lansia yang kedua adalah aspek psikologis, aspek psikologis
juga berkaitan dengan aspek kesehatan fisik, seseorang dapat melakukan suatu
aktivitas jika seseorang tersebut sehat secara mental. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2019), mengungkapkan bahwa gangguan
mental akan menimbulkan gangguan dalam vitalitas hidup, fungsi sosial, keadaan
emosional dan kesehatan mental secara umum. Apabila seseorang mampu
mencapai kesejahteraan yang baik maka akan berpengaruh pada peningkatan
kualitas hidupnya (Setyorini, 2018).

Aspek kualitas hidup lansia yang ketiga adalah hubungan sosial, hubungan sosial
lansia akan berdampak pada peningkatan kualitas hidupnya. Lansia yang aktif
dalam aktivitas sosial seperti tergabung dalam paguyuban atau posyandu lansia,
memiliki ruang atau kesempatan untuk saling bertukar pikiran, berbagi
pengalaman dan saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan saling
memberikan perhatian. Aspek kualitas hidup yang terakhir adalah lingkungan,
keadaan tempat tinggal lansia dimana rumah merupakan struktur fisik atau
9

bangunan untuk berlindung. Lingkungan rumah mendukung untuk meningkatkan


kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan dalam menjalin hubungan yang baik
untuk kesehatan keluarga atau lansia (Setyorini, 2018).

2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia

Menurut Penelitian Ardiani, Lismayanti & Rosnawaty (2014), faktor-faktor


yang mempengaruhi kualitas hidup lansia adalah jenis kelamin, usia, pendidikan,
perkawinan dan pekerjaan. Berikut faktor-faktor dari kualitas hidup lansia :

Jenis kelamin merupakan faktor kualitas hidup lansia, dimana lansia perempuan
lebih banyak daripada lansia laki-laki. Banyaknya lansia perempuan dikarenakan
adanya pengaruh hormon estrogen yang mempunyai peran sebagai pelindung,
sehingga menyebabkan angka harapan hidup perempuan lebih tinggi. Lansia laki-
laki memiliki hormon estrogen yang sangat sedikit dan juga memiliki beban kerja
fisik yang lebih berat ditambah dengan perilaku merokok dan kebiasaan makan
yang kurang berimbang menjadikan angka harapan hidup laki-laki rendah. Faktor
yang kedua adalah usia, peneliti menyatakan bahwa ternyata usia lansia sangat
banyak, karena keberhasilan pembangunan pemerintah khususnya dibidang
kesehatan, yang mana semakin majunya pengobatan dan medis menyebabkan
angka harapan hidup di indonesia semakin tinggi. Tetapi, walaupun angka
harapan hidup semakin tinggi tidak menjamin kualitas hidup lansia sendiri tinggi.

Faktor yang ketiga adalah pendidikan, mayoritas lansia di indonesia


berpendidikan rendah, hal ini dikarenakan pada saat usia sekolah mereka berada
di jaman perang atau penjajahan. Besar kemungkinan hanya sedikit dari mereka
harus ikut perang, selain itu juga sarana pendidikan sangat terbatas dibanding
sekarang. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada perubahan sikap dan
perilaku hidup sehat. Apabila seseorang berpendidikan tinggi kemungkinan untuk
memahami arti kesehatan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan semakin baik.
Faktor yang keempat adalah status perkawinan, lansia yang ditinggalkan
pasangannya kebanyakan tidak menikah lagi dan kebanyakan terjadi pada lansia
10

perempuan. Lansia yang tidak menikah lagi setelah ditinggal pasangannya


beranggapan bahwa lansia tersebut mampu mengatasi kondisi hidupnya dengan
sendiri.

Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia, memasuki


masa lansia kebanyakan sudah berhenti bekerja karena umumnya ditunjang
dengan kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan mereka untuk bekerja.
Faktor yang terakhir adalah penghasilan, banyak lansia yang berpenghasilan
rendah karena sebagian besar lansia berpendidikan rendah sehingga lansia tidak
mendapat pekerjaan yang tinggi. Tidak hanya itu saja pada lansia juga terjadi
beberapa perubahan seperti kemunduran fisik, kognitif, pekerjaan dan tempat
tinggal. Kemunduran fisik menyebabkan aktivitas untuk bekerja juga menurun,
sehingga semakin banyak lansia tidak potensial.

2.1.1.3 Alat Ukur Kualitas Hidup Lansia

Kualitas Hidup pada lansia dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan 25 pertanyaan, kuesioner ini
mengukur 4 komponen penting yaitu komponen kesehatan fisik, psikologis,
hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan berdasarkan teori dari World
Health Organization Quality of Life-BREF (WHOQOL-BREF). Perubahan fisik
pada lansia erat kaitannya dengan perubahan psikososialnya. Pengaruh yang
muncul akibat beberapa perubahan pada lansia tersebut jika tidak teratasi dengan
baik, cenderung akan mempengaruhi kesehatan lansia secara menyeluruh.
Permasalahan psikologis yang dialami lansia merupakan bagian dari komponen
kualitas hidup seorang lansia, kemudian hubungan sosial lansia dalam keluarga
dan orang sekitar dapat berjalan dengan baik apabila keluarga menjalankan fungsi
keluarga dengan baik terutama dalam fungsi pokok kemitraan (partnership), kasih
sayang dan kebersamaan. Lingkungan tempat tinggal menjadi faktor penting yang
berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia, lingkungan rumah mendukung untuk
meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan dalam menjalin
11

hubungan yang baik untuk kesehatan keluarga atau lansia (Amalia Yulianti dkk,
2014).

2.1.2 Definisi Tingkat Kemandirian ADL

Kemandirian lansia merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki


hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu mengambil keputusan
dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri
dalam mengerjakan tugas-tugasnya, bertanggung jawab terhadap apa yang
dilakukannya (Darmaja, 2013).

ADL merupakan pengukuran kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas


sehari-hari secara mandiri. Penentuan secara fungsional dapat mengidentifikasi
kemampuan dan keterbatasan dalam memudahkan pemilihan intervensi yang tepat
(Anggraini, 2016). ADL pada lansia merupakan suatu alat pengukuran untuk
menilai kegiatan sehari-hari. Aktivitas yang dimaksud antara lain makan, mandi,
berjalan, berpakaian, buang air besar dan kecil. Kegiatan sehari-hari tersebut
normalnya mudah dilakukan oleh lansia. Namun untuk usia lanjut memiliki
kemunduran fisiologis akan lebih sulit dalam melakukan aktivitas sehari-hari
( Stanley dkk, 2014).

Proses menua dapat menimbulkan beberapa masalah, baik fisik, biologis, mental
maupun ekonomi. Salah satu masalah yang timbul adalah penurunan ADL,
penurunan ADL pada lansia merupakan keadaan yang terjadi dalam kehidupan
yang dapat diartikan sebagai kemunduran. Dampak dari kemunduran ADL pada
lansia dapat menyebabkan kerentanan fisik dan beresiko terhadap penyakit
(Inayah, 2017).

2.1.2.1 Faktor-faktor Tingkat Kemandirian ADL

Menurut Roehadi, dkk (2016) faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian


lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari adalah usia, imobilitas dan resiko
jatuh. Faktor yang pertama adalah usia, berdasarkan indeks ADL menurut Katz,
12

dapat diprediksi beberapa usia harapan hidup aktif pada suatu masyarakat.
Hasilnya bahwa lansia setelah melewati kategori usia 65-69 tahun hanya memiliki
10 tahun harapan hidup dalam keadaan aktif, sementara mereka yang berusia
diatasnya periodenya lebih singkat. Bagi mereka yang berusia 85 tahun keatas (di
Amerika Serikat), waktu aktifnya tinggal 2,5 tahun.

Faktor yang kedua adalah imobilisasi, imobilisasi pada lansia imobilisasi


diakibatkan oleh gangguan nyeri, kekakuan otot, ketidakseimbangan serta
psikologis. Penyebab imobilisasi yang utama adalah takut jatuh dan tindakan
penting yang harus dilakukan adalah pencegahan jatuh. Perlu juga adanya
pemberian nutrisi secara adekuat juga exercise secukupnya. Faktor mudah jatuh
merupakan faktor yang ketiga, jika seseorang usianya bertambah tua kemampuan
fisik dan mentalnya perlahan menurun. Kemampuan fisik dan mental yang
menurun menyebabkan lansia mudah sekali terjatuh, akibatnya adalah akan
berdampak pada menurunnya aktivitas dalam kemandirian lansia.

2.1.2.2 Macam-macam ADL

Menurut Sugiarto dalam (Ratnawati, 2019) terdapat beberapa macam ADL yaitu :
ADL dasar, ADL instrumental, ADL vokasional dan non vokasional. ADL dasar
atau sering disebut ADL saja adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan dan minum,
toileting, mandi, berhias dan melakukan mobilisasi. Ada juga yang
mengkategorikan buang air besar dan kecil termasuk ADL dasar. ADL
Instrumental adalah ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda
penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan
telefon, menulis mengetik, mengelola uang kertas. ADL vokasional adalah ADL
yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah, dan ADL non
vokasional yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.

2.1.2.3 Alat Ukur Tingkat Kemandirian ADL


13

Tingkat kemandirian lansia dapat diukur menggunakan indeks katz. Indeks katz
merupakan alat ukur yang dikelompokan menjadi dua pilihan yaitu mandiri dan
ketergantungan, indekz katz merupakan alat ukur yang sudah banyak digunakan
dan berstandarisasi. Indeks Katz mengukur tugas perawatan diri seperti mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah, kontinen dan makan (Maryam, 2010).

Pertama, lansia dikatakan mandiri jika lansia mampu mandi tanpa bantuan dari
orang lain, jika lansia mandi dibantu orang lain seperti membantu membasuh
punggung atau bagian tubuh lainnya maka lansia dikatakan ketergantungan.
Kedua, lansia dikatakan mandiri jika lansia mampu mengambil pakaian dari
lemari, mampu mengenakan dan melepas pakaian sendiri, jika lansia memerlukan
bantuan dalam mengambil dan mengenakan pakaian atau melepas pakaian maka
lansia dikatakan ketergantungan.

Ketiga aktivitas kekamar kecil, jika lansia mampu keluar masuk kamar mandi
dengan mandiri tanpa bantuan dan tanpa alat bantu makan lansia dikatakan
mandiri, bergantung jika lansia dibantu dalam melakukan aktivitas keluar masuk
kamar mandi. Berpindah, lansia dikatakan mandiri jika lansia mampu berpindah
dari tempat satu ketempat lainnya tanpa bantuan, jika bergantung artinya lansia
dalam berpindah tempat dibantu oleh orang lain atau menggunakan kursi roda.
Kontinen (BAK dan BAB), mandiri jika lansia mampu mengontrol kontinen dan
jika bergantung lansia tidak mampu mengontrol atau menggunakan alat bantu.
Aktivitas yang terakhir adalah makan, lansia dikatakan mandiri jika lansia mampu
mengambil makan minum serta menyuapi makanan ke mulutnya tanpa dibantu
orang lain.
14

2.2 Kerangka Teori

Tingkat Kemandirian Kualitas Hidup Lansia


ADL

Faktor-faktor yang Aspek-aspek Kualitas Hidup


mempengaruhi tingkat Lansia :
kemandirian dalam 1. Aspek Kesehtan
pemenuhan ADL : fisik
1. Usia 2. Aspek. Psikologis
2. Imobiltas 3. Aspek Hubungan
3. Mudah jatuh Sosial
4. Aspek
Lingkungan

Macam-macam ADL Faktor-faktor yang


1. ADL dasar mempengaruhi Kualitas
2. ADL instrumental Hidup Lansia :
3. ADL vokasional 1. Usia
4. Non vokasional 2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Status Perkawinan
5. Pekerjaan
6. Penghasilan
Aktivitas Sehari-hari
(Indeks Katz ) :
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Ke kamar kecil
4. Berpindah
5. Kontinen
6. Makan

Gambar 2.2 Kerangka Teori


15

Sumber: Roehadi (2016), Sugiarto dalam Ratnawati (2019), Maryam (2010), Lara
dkk (2017), Ardiani, Lismayanti & Rosnawaty (2014)

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Tingakt Kemandirian Kualitas Hidup


ADL Lansia

Gambar 2.3 : Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis

Hasil analisis diketahui p value (0,000) yang artinya lebih kecil dari p value 0,05,
maka hasil uji hipotesis dengan uji Kendall’s Tau adalah H 0ditolak dan H 1
diterima maka ada hubungan yang signifikan antara Tingkat Kemandirian ADL
dengan Kualitas Hidup Lansia didesa karanganyar.
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, disebut metode kuantitatif karena
data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono,
2018). Dalam penelitian ini digunakan pendekatan cross sectional, yaitu
pengumpulan data dilakukan dengan cara bersamaan atau serentak di waktu yang
sama. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian korelasional bertujuan
untuk menemukan ada atau tidak adanya hubungan dari variabel bebas dan terkait.
3.2 Alat penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.2.1 Alat penelitian
Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
kuesioner, kuesioner adalah seperangkat alat tes atau alat pengambilan data
(KBBI, 2019). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan terdiri atas 2
bagian yaitu sebagai berikut :
3.2.1.1 Kuesioner Tingkat Kemandirian ADL
Pengukuran tingkat kemandirian ADL menggunakan alat ukur Indeks katz yang
merupakan alat ukur baku dan telah teruji validitas dengan nilai 0,001 serta teruji
reliabilitas dengan nilai yang tinggi yaitu antara 0,87-0,94. Indeks Katz mengukur
tugas perawatan diri seperti mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah,
kontinen dan makan. Katz ADL dikelompokan menjadi dua pilihan mandiri dan
ketergantungan, skor tertinggi adalah 6 menandakan kemandirian pada semua
indikator, untuk skor terendah adalah 0 artinya lansia membutuhkan pertolongan
dalam setiap aktivitasnya (Wallace & Shelkey, 2008).

16
17

3.2.1.2 Kuesioner Kualitas Hidup Lansia

Pengukuran kualitas hidup lansia menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri


oleh peneliti yang terdiri dari 25 pertanyaan. Pembuatan kuesioner ini berdasarkan
teori dari WHOQOL-BREF dimana kuesioner terdiri dari 4 domain yaitu
kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan (Salim dalam
Resmiya & Misbach, 2019). Kuesioner kualitas hidup lansia sudah di uji validitas
dan reliabilitas di desa kendal serut kecamatan pangkah kabupaten tegal. Nilai uji
validitas dibawah nilai sig (0,05), yaitu 0,000 dan uji reliabilitas dengan nilai α
(0,850)

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini memiliki dua tahap yaitu tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan.

3.2.2.1 Tahap persiapan

Pada tahap persiapan peneliti menentukan tempat untuk penelitian serta


menentukan judul yang tepat untuk dijadikan penelitian. Setelah menyusun
proposal dengan judul yang tepat dan proposal disetujui oleh pembimbing dan
penguji melalui sidang seminar proposal pada tanggal 24 maret 2021, peneliti
mendapat surat ijin untuk melaksanakan penelitian dari Kaprodi STIKes Bhamada
Slawi sebagai surat pengantar yang ditujukan kepada kepala Puskesmas wilayah
kerja kecamatan kedungbanteng supaya peneliti mendapat izin untuk melakukan
penelitian di desa karanganyar. Setelah mendapat izin dari kepala Puskesmas
Kecamatan Kedungbanteng, peneliti juga mendatangi kantor kelurahan desa
Karanganyar untuk meminta izin kepada Kepala desa Karanganyar. Setelah
mendapat ijin, peneliti mendatangi kader dengan membawa surat ijin dari Kepala
desa Karanganyar supaya mendapat dampingan untuk terjun ke rumah-rumah
warga. Pada saat berkunjung untuk kontrak waktu dengan calon responden
peneliti beserta pendamping menggunakan alat perlindungan diri (APD) seperti
masker serta membawa hand sanitizer atau dengan mencuci tangan, karena saat
18

ini sedang terjadi pandemi covid-19. Penggunaan APD bukan hanya oleh peneliti
dan pendamping, tetapi juga digunakan oleh calon responden.

Setelah dilakukan kontrak waktu dengan calon responden dan calon responden
bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian, pada waktu yang telah
ditentukan peneliti dan pendamping penelitian kembali lagi untuk melakukan
penelitian. Jumlah sampel atau responden dalam penelitian ini berjumlah 84 lansia
dari 522 lansia, maka cara mengambil sampel yaitu dengan teknik random
sampling yaitu pengambilan sampel secara acak menggunakan undian. Undian
dibuat peneliti, jika lansia mendapat undian kertas yang bertuliskan responden
maka lansia tersebut merupakan calon responden dalam penelitian. Sebelum
lansia menandatangani surat persetujuan, peneliti menjelaskan terlebih dahulu
maksud serta tujuan dilakukannya penelitian. Lansia yang menerima undian
bertuliskan responden diberi surat persetujuan menjadi responden, calon
responden berhak untuk menerima dan menolak untuk dijadikan responden dalam
penelitian ini. Dari 84 calon responden, hanya tersisa 79 responden, ada 5 lansia
yang tidak bersedia menjadi responden dikarenakan lansia merasa cemas karena
takut dengan pandemic yang sedang terjadi, sebagian lansia sedang dalam
keadaan kurang sehat.

3.2.2.2 Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan peneliti dan pembantu peneliti (enemurator) melakukan


kunjungan rumah untuk siap melakukan penelitian dengan datang ke rumah-
rumah lansia yang ada di desa Karanganyar dengan menggunakan APD. Sasaran
dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di desa Karanganyar dan yang
menerima undian bertuliskan responden serta lansia tersebut berkenan dan telah
menandatangani surat persetujuan menjadi responden. Pada hari pertama
melakukan penelitian dengan berkunjung ke rumah warga dan memperkenalkan
diri dan menyampaikan maksud serta tujuan dilakukan penelitian tersebut kepada
responden. Peneliti memberikan pertanyaan kepada responden dan responden
dapat menjawab sesuai dengan daya ingat dan kemampuan responden.
19

Responden yang tidak dapat membaca dan menulis maka akan dibacakan dan
dituliskan oleh peneliti dan pendamping penelitian atau enumerator dengan
kriteria mahasiswa tingkat akhir yang sudah mempelajari tentang keperawatan
gerontik, metodologi penelitian dan menguasai isi dari kuesioner. Peneliti
memberikan 2 kuesioner yaitu kuesioner variabel tingkat kemandirian ADL dan
kuesioner kualitas hidup lansia.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kriteria dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2015). Populasi dalam
penelitian ini adalah lansia yang keseluruhan berjumlah 522 jiwa (Puskesmas
Kedungbanteng, 2020). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2015).

3.4 Besar Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel probability sampling.


probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel (Sugiyono, 2017). Pada pengambilan sampel digunakan teknik simple
random sistematik, menurut Sugiyono (2014), simple random sampling adalah
teknik metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu
sehingga setiap anggota populasi tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih
atau terambil. Pengambilan sampel dengan memberi undian kepada setiap lansia,
jika lansia mendapat undian bertuliskan responden, maka lansia tersebut
merupakan calon responden dalam penelitian. Adapun rumus yang digunakan
untuk mencari jumlah responden dari populasi digunakan rumus slovin
(Sugiyono, 2015).
20

N
n=
N . ( e )2+1

Keterangan
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
E : margin of error, yaitu persen kelonggaran ketidaktelitian sebesar 10%

Berikut penerapan rumus slovin dalam penelitian ini :

N
n= 2
N . ( e ) +1

522
n=
522 ¿ ¿

522
n= = 83,9
6,22

Menurut Sugiyono (2017) bila terdapat koma maka angka dibulatkan, jadi jumlah
sampel dalam penelitian di desa karanganyar (lansia) berjumlah 84 sampel.
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini harus memiliki kriteria
sebagai berikut :

3.4.1 kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target dan terjangkau yang akan diteliti (Setiadi, 2013). Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah masyarakat desa karanganyar yang usianya mencapai 60
tahun yang bersedia menjadi responden.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah subjek yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak boleh
ada dalam penelitian, maka akan dikeluarkan (Setiadi, 2013). Kriteria eksklusi
21

dalam penelitian ini adalah lansia yang sedang sakit, lansia yang merasa cemas
dan ketakutan karena penelitian dilakukan pada masa pandemic.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2021 di desa Karanganyar Kecamatan
Kedungbanteng Kab. Tegal.

3.6 Definisi operasional variabel penelitian dan skala pengukuran

Variabel Definisi Hasil Ukur skala


Operasional
Variabel Kemampuan Tingkat Kemandirian Tinggi
Bebas seseorang dalam
melakukan aktivitas Tingkat Kemandirian Ordinal
Tingkat sehari-hari seperti Rendah
Kemandirian mandi, berpakaian, ke
ADL kamar kecil,
berpindah, kontinen
dan makan

Variabel Kesejahteraan hidup Kualitas hidup


Terikat lansia meliputi empat Tinggi : 68 - 100 Ordinal
Kualitas aspek yaitu kesehatan Sedang : 34 – 67
Hidup Lansia fisik, psikologis, Rendah : 0 - 33
hubungan sosial dan
lingkungan
22

3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data


3.7.1 Teknik pengolahan data

Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh


diantaranya : Editing, editing merupakan suatu upaya untuk memeriksa kembali
kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Pemeriksaan daftar pertanyaan
yang telah sesuai dilakukan terhadap: kelengkapan jawaban, keterbatasan tulisan,
revalensi jawaban (Setiadi, 2013). Coding (pemberian kode) untuk mempermudah
pengolahan, sebaiknya semua variabel diberi kode dan dapat dilakukan sebelum
atau sesudah pengumpulan data dilakukan (Setiadi, 2013). Variabel bebas yaitu
tingkat kemandirian ADL jika jawaban ketergantungan (0) dan mandiri (1).
Kuesioner variabel kualitas hidup bila jawaban tidak pernah (0), kurang (1),
kadang-kadang (2), sering (3) dan selalu (4).

Entry data, entry data merupakan suatu proses pemasukan data tiap variabel ke
dalam komputer untuk selanjutnya dilakukan analisis menggunakan uji statistik
dengan korelasi spearman rank. Tabulation, kegiatan dengan memasukan data
yang dikumpulkan ke dalam master tabel atau base komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau membuat tabel kontingensi. Kemudian
melakukan analisis data sesuai statistika deskriptif (menggambarkan), yaitu
statistika yang membahas cara-cara meringkas, menyajikan dan mendeskripsikan
suatu data dengan tujuan agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna
(Setiadi, 2013).

3.7.2 Analisa Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
mengungkap fenomena. Data mentah yang didapat tidak dapat menggambarkan
informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah penelitian (Nursalam, 2015).
23

3.7.2.1 Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing


variabel (Taufik, Kataren & Salmah, 2017). Analisis univariat digunakan untuk
mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti, variabel bebas adalah
tingkat kemandirian ADL dan variabel terikat adalah kualitas hidup lansia. Skala
ukur dalam penelitian ini adalah ordinal, artinya bersifat kategorik sehingga
disajikan data dalam bentuk frekuensi.

3.7.2.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh antara
faktor independen dengan faktor dependen (Taufik, Kataren & Salmah, 2017).
Uji statistik yang digunakan adalah kendall’s Tau, pengujian ini digunakan untuk
menguji dua variabel apakah ada hubungan atau tidak, dengan jenis data dari
masing-masing variabel adalah ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus
sama serta berdistribusi normal.

3.8 Etika Penelitian

Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang memiliki arti kebiasaan dan
peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Etika membantu peneliti
untuk melihat secara kritis moralitas dari sisi subjek penelitian. Etika juga
membantu untuk adanya perubahan yang dinamis dalam suatu penelitian
(Masturoh & Anggita T., 2018). Berikut adalah beberapa etika dalam penelitian :

3.8.1 Prinsip Manfaat


Peneliti melaksanakan penelitian tidak menimbulkan kerugian baik fisik, psikis,
maupun materil. Alat penelitian ini menggunakan kuesioner yang tidak
menimbulkan kerusakan responden dalam melaksanakan hasil yang bermanfaat
(benefit ratio). Manfaat dari hasil penelitian diharapkan dapat menambah
wawasan, pengetahuan serta dapat diterapkan.
3.8.2 Prinsip Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)
24

Dalam penelitian ini, responden diperlakukan secara manusiawi. Responden


berhak memutuskan apakah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian atau
tidak, tanpa adanya sanksi atau paksaan. Dalam penelitian ini responden berhak
untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan formulir persetujuan,
peneliti juga memberikan penjelasan kepada responden meliputi manfaat
penelitian, kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan dan
manfaat yang akan didapat.
3.8.3 Kerahasiaan Data (Confidentiality)
Informasi yang telah diperoleh dari semua responden akan dirahasiakan oleh
peneliti dan menyimpannya hanya untuk keperluan pelaporan hasil penelitian.
Untuk identitas responden juga akan dirahasiakan oleh peneliti, peneliti tidak akan
menyebutkan identits responden yang telh terlibat dalam penelitian. Hasil
rekaman dari responden diberikan kode responden tanpa nama atau inisial.
3.8.4 Prinsip Keadilan (Right to Justice)
Dalam penelitian ini dilakukan dengan jujur, berhati-hati, profesional dan
berperikemanusiaan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti membina hubungan
saling percaya dengan semua responden lansia. Semua responden mendapat
perlakuan yang sama, baik sebelum, sesudah maupun saat penelitian dilakukan.
3.8.5 Menghitung manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm and
beefits)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin baik
oleh peneliti, subjek penelitian maupun masyarakat pada umumnya. Peneliti
hendaknya meminimalisir dampak yang merugikan bagi subjek.
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Tempat Penelitian

Desa Karanganyar adalah salah satu desa yang berada dibagian barat Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Desa Karanganyar terkenal dengan obyek
wisatanya yaitu obyek wisata waduk cacaban. Desa Karanganyar jumlah
lansianya ada 522 jiwa yang menjadi populasi dari penelitian. Penelitian di desa
karanganyar dilakukan pada bulan mei sampai juni 2021 dengan cara peneliti
mendatangi rumah-rumah warga desa karanganyar khususnya lansia yang telah
bersedia menjadi responden, untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan
peneliti. Berikut ini merupakan hasil penelitian yang didapat:
4.1.2 Analisa Univariat

4.1.2.1 Tingkat Kemandirian ADL

Tingkat kemandirian ADL pada lansia desa karanganyar dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.1 distribusi frekuensi responden Tingkat Kemandirian ADL
Tingkat Kemandirian ADL Frekuensi Persentase (%)
Kemandirian Tinggi 77 97,5%
Kemandirian Rendah 2 2,5%
Total 79 100%

Tabel 4.1 menjelaskan tingkat kemandirian lansia di desa Karanganyar


berdasarkan Indeks Katz.. Sebanyak (97,5%) dari 82 respoden, memiliki tingkat
kemandirian yang tinggi pada aktivitas kemandirian yaitu makan, kontinen,
berpindah tempat, kekakamar kecil, berpakaian dan mandi. Responden dengan
tingkat kemandirian rendah berjumalah (2,5%).

25
26

4.1.2.2 Kualitas Hidup Lansia

Kualitas hidup lansia desa karanganyar dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kualitas Hidup
Kualitas Hidup Lansia Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 61 77,2%
Sedang 18 22,8%
Rendah 0 0
Jumlah 79 100%

Tingkat kualitas hidup lansia dikategorikan dalam kualitas hidup tinggi (52-76),
kategori kualitas hidup sedang (26-51) da kategori kualitas hidup rendah (1-25).
Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 82 responden sebagian kualitas hidupnya
tinggi yaitu dengan jumlah 61 orang (77,2%), kualitas hidup lansia sedang
berjumlah 18 lansia (22,8%) dan kualitas hidup lansia rendah berjumlah 0. Jadi
kualitas hidup lansia di desa karanganyar dapat dikatakan memiliki kualitas hidup
yang tinggi

4.1.3 Analisa Bivariat

Penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara


kedua variabel, yaitu variabel independen tingkat kemandirian ADL dan variabel
dependen kualitas hidup lansia. Analisis bivariat ini menggunakan uji kendall’s
tau untuk menguji hipotesis antara tingkat kemandirian ADL dengan kualitas
hidup lansia di desa karanganyar.
27

Tabel 4.3 Uji hipotesis Tingkat Kemandirian ADL dengan Kualitas Hidup Lansia
di desa Karangnyar Kecamatan Kedungbanteng
Kualitas Hidup
Tingakt
Lansia
Kemandirian
Rendah sedang tinggi Total % p value ¿ ¿):

Rendah 1 1 1 2 2,5% 0,000 0,513


Tinggi 0 18 59 77 97,5%

Jumlah 0 19 60 79 100%

Berdasarkan hasil uji statistic menggunakan Kendll’s Tau diperooleh hasil p value
0,000, dengan nilai signifikansi (0,05) maka ρ<α maka H 0: ditolak dan H 1 :
diterima yang berate ada hubungan antara tingkat kemandirian ADL dengan
kualitas hidup lansia dengan koefisien korelasi ¿ ¿): 0,513 yang bermakna
kekuatan hubungan positif, semakin baik lansia dalam pemenuhan tingkat
kemandirian ADL maka kualitas hidupnya semakin tinggi. Table diatas
menunjukkan adanya 1 lansia dengan tingkat kemandirian rendah memiliki
kualitas hidup sedang dan ada 1 lansia dengan tingkat kemandirian rendah namun
memiliki kualitas hidup tinggi. Sebanayak 18 lansia dengan tingkat kemandirian
tinggi memiliki kualitas hidup sedang dan sebanayak 59 lansia dengan tingkat
kemandirian tinggi memiliki kualitas hidup tinggi.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tingkat Kemandirian ADL

Hasil penelitian menunjukan distribusi kemandirian ADL dengan tingkat


kemandirian yang tinggi, dengan jumlah (97,5%) dari total keseluruhan indeks
katz A,B,C,D yang meliputi 6 aktivitas yaitu mandi, berpakaian, toileting,
berpindah tempat, kontinen dan makan.
28

Kemandirian ADL lansia diukur menurut aktivitas keseharian lansia, bagaimana


seorang lansia mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri di masa dimana
segala kekuatan yang ada didalam tubuh nya berkurang serta dilihat dari
bagaimana lansia mengurus atau mengatasi kepentingannya sendiri tanpa
bergantung pada orang lain (Maryam, 2018).

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di desa karanganyar


dikatakan mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sebagian besar lansia
masih mampu mandi, mengambil pakaian dan berpakaian dengan mandiri,
kemudian sebagian besar lansia masih mampu untuk pergi ke toilet dan berpindah
tempat sendiri tanpa alat bantu. Pengendalian dalam BAK/BAB serta dalam
kegiatan makan masih mampu dilakukan oleh sebagian besar lansia desa
karanganyar.

Hal ini sesuai dengan Palestin (2016), lansia yang mandiri adalah lansia yang
kondisinya sehat dalam arti luas masih mampu untuk menjalankan kehidupan
pribadinya. Lansia yang sehat berarti lansia yang mampu melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa bantuan orang lain, aktivitas tersebut meliputi mandi, berpakaian
rapi, pergi ke toilet, berpindah tempat, dapat mengontrol buang air kecil dan
besar serta dapat makan sendiri. Lansia yang memiliki tingkat kemandirian yang
tinggi adalah mereka yang secara fisik dan psikologis memiliki kesehatan yang
cukup prima. Persentase yang paling tinggi adalah mereka yang mempunyai
kesehatan baik. Status kesehatan yang baik akan berdampak pada kemampuan
melakukan aktivitas apa saja dalam kehidupan sehari-hari seperti mengurus diri
sendiri, bekerja dan rekreasi (Darmawati & Kurniawan, 2021).

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari
(2014), penelitian ini menunjukkan sebesar 864% termasuk dalam kategori katz
A, yaitu mandiri untuk 6 aktivitas. 11,4% termasuk kategori katz B yaitu mandiri
untuk 5 aktifitas. 2,3% katz C yaitu mandiri kecuali mandi dan 1 fungsi lain,
dalam melaksanakan ADL. Kemandirian yang kurang dapat disebabkan karena
kurangnya aktivitas pada lansia dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dapat
29

dikarenakan lansia jarang melakukan aktivitas dan cenderung kurang aktif


sehingga menimbulkan kekakuan otot.

Tingkat kemandirian lansia yang tinggal di pedesaan disebabkan karena faktor


dari dalam, seperti sudah terbiasa lansia ditinggal oleh sanak saudara untuk
merantau, jadi mau tidak mau lansia harus mampu mengatasi masalah hidupnya
dan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Kemandirian lansia yang
tinggi juga dikarenakan lansia desa masih melakukan pekerjaan berat di masa
senjanya, seperti bertani. Jadi kegiatan berat tersebut yang menjadikan otot lansia
masih terbilang kuat, karena terbiasa melakukan aktivitas yang berat. Berdasarkan
observasi peneliti banyak lansia yang tetap memaksa untuk berusaha melakukan
ADL-nya secara mandiri seperti pergi ke toilet atau mengambil makan walau
sudah tidak mampu berjalan dengan normal. Pada beberapa lansia juga tetap
berusaha untuk memasukan makanan lebih banyak ke mulut karena penyakit dan
kelemahan yang mereka miliki.

4.2.2 Kualitas Hidup Lansia

Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hidup lansia di desa Karanganyar


kecamatan kedungbanteng kabupaten tegal memiliki kualitas hidup yang tinggi
dari 79 responden mayoritas responden merasakan kualitas hidup tinggi dengan
jumlah skor 64 (78%).

Lansia yang memiliki kualitas hidup cukup baik adalah lansia yang menerima
hidup dengan apa adanya, merasa puas terhadap kondisi tempat tinggalnya dan
terhadap dirinya sendiri serta menerima penampilan tubuh apa adanya (Murwani,
2011). Kualitas hidup merupakan persepsi individu sesuai dengan posisinya saat
ini, baik dalam konteks budaya, sistem nilai yang berkembang berhubungan pada
tujuan pengharapan standar, perhatian yang aspeknya meliputi fisik, psikologis,
sosial, dari bidang kesehatan yang dipengaruhi oleh pengalaman pribadi
seseorang, kepercayaan harapan serta persepsi sehubungan dengan penyakit
tertentu dan pengobatan. Kualitas hidup yang optimal atau Optimum aging
30

sebagai kondisi fungsional lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal,
sehingga memungkinkan mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh
makna, membahagiakan, berguna, dan berkualitas yang berkaitan dengan
lingkungan tempat individu tersebut tinggal (Ratnawati, Wahyudi and Zetira,
2019).

Lansia yang memiliki kualitas hidup baik dikarenakan adanya rasa sejahtera yang
dialami baik dari segi ekonomi maupun spiritual. Kualitas hidup merupakan
sejauh mana lansia dapat merasakan dan menikmati terjadinya segala peristiwa
penting dalam kehidupannya sehingga menjadi sejahtera (Nofitri, 2019). Jika
lansia dapat mencapai kualitas hidup yang tinggi, maka kehidupan lansia
mengarah pada keadaan sejahtera, sebaliknya jika lansia mencapai kualitas hidup
yang rendah, maka kehidupan lansia mengarah pada keadaan tidak sejahtera. Hal
ini juga disebutkan oleh Pujiani (2017), bahwa setiap individu (lansia) memiliki
kualitas hidup yang berbeda-beda tergantung dari kepribadian masing-masing
individu dalam menyikapi suatu masalah yang terjadi pada hidup seseorang. Jika
individu menghadapi masalah tersebut dengan positif maka kualitas hidupnya
akan baik, sebaliknya jika seseorang menyikapinya dengan negatif maka kualitas
hidupnya negative.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arisandy (2019)
dari 40 responden yang memiliki kualitas kategori berkualitas sebanyak 38
responden (95,9%), lebih banyak jika dibandingkan dengan kategori tidak
berkualitas sebanyak 2 responden (5,0%). Ini juga didukung oleh penelitian lain
yaitu penelitian dari Yuzefo, dkk (2015), hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam kategori baik atau tinggi yaitu sebanyak 50 responden (51,5%) dan yang
buruk yaitu sebanyak 47 orang (48,5%) dari 97 responden). Hasil penelitian lain
yang dilakukan oleh Adina (2017) diketahui dari 52 responden yang diteliti,
persentase paling banyak untuk kualitas hidup lansia yaitu pada kategori tinggi
sebesar 42 responden (80,8%) dan persentase paling sedikit yaitu kategori rendah
sebesar 3 responden (5,8%). Banyaknya responden yang memiliki kualitas hidup
31

tinggi disebabkan karena lanjut usia tinggal dirumah dan masih bersama keluarga
sehingga kualitas hidup lansia lebih terjamin.

Kualitas hidup lansia di desa karanganyar yang tinggi dilihat dari hasil penelitian
melalui kuesioner kualitas hidup lansia, pada aspek kesehatan fisik lansia
sebgaian besar lansia dapat melakukan ADLnya dengan baik dan tidak bergantung
dengan orang lain maupun dengan alat medis. Lansia dapat melakukan suatu
aktivitas jika lansia tersebut sehat secara mental, ini berkaitan dengan psikologis
lansia. Sebagaian besar lansia menyaakan bahwa mereka merasa puas dengan
kehidupannya. Lansia desa karanganyar sebagian besar memiliki hubungan sosial
yang baik dengan masyarakat sekitar, ada lansia yang masih mengikuti kegiatan
sosial di desa. Lansia mengatakan aktif dalam aktivitas sosial seperti tergabung
dalam paguyuban atau posyandu lansia, sehingga memiliki ruang atau kesempatan
untuk saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan saling memberikan
perhatian.

Kualitas hidup lansia yang tinggi juga dilihat dari hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa sebaagian besar lansia merasa puas dengan keaadaan yang
aman dilingkungan tempat tinggal serta fasilitas yang ada dilingkungan tempat
tingalnya. Hal tersebut yang menjadikan lansia merasa percaya diri dengan
kehidupannya. lingkungan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
lansia, Setyorini (2018) mengungkapkan bahwa lingkungan rumah mendukung
untuk meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan dalam menjalin
hubungan yang baik untuk kesehatan keluarga atau lansia.
32

4.2.3 Hubungan Tingkat Kemandirian ADL dengan Kualitas Hidup Lansia di desa
Karanganyar

Hasil uji kendall's Tau menunjukkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa
sebagian besar lansia dengan tingkat kemandirian tinggi memiliki kualitas hidup
yang tinggi yaitu sebesar (77,2%), diperoleh nilai r s ¿0,543) dengan nilai
signifikansi (p-value) sebesar 0,000 sehingga disimpulkan ada hubungan
kemandirian activity daily living (ADL) dengan kualitas hidup lansia di desa
karanganyar. Berdasarkan hasil uji dalam penelitian ini digunakan tingkat
kesalahan 5% atau sebanding dengan p value 0,005 dan didapatkan hasil
confidence level atau tingkat kepercayaan sebesar 95% yang artinya bahwa hasil
penelitian pada 79 sampel yang diambil kemungkinan 75 sample saya akan
menckup nilai populasi mean sesungguhnya.

Kualitas hidup lansia dapat dilihat dari kemampuan lansia dalam melakukan
aktivitas sehari-hari yang meliputi kemampuan makan, berpakaian, buang air
besar dan kecil serta mandi. Seseorang yang mandiri akan mampu untuk
mengaktualisasikan dirinya pada orang lain dan lingkungannya (Fatma, 2018).
Kualitas hidup lebih menekankan pada persepsi terkait dengan kepuasan terhadap
posisi dan keadaan lansia di dalam hidupnya, dan cenderung dipengaruhi oleh
sejauh mana kebutuhan ekonomi dan sosialnya terpenuhi, serta perkembangan
lansia dalam kehidupannya. Adanya kualitas hidup yang baik pada lansia desa
karanganyar dikarenakan mereka di usia senja masih mampu melakukan aktivitas
yang berat demi memenuhi kebutuhan hidup. Kebiasaan sehari-hari dengan
melakukan aktivitas berat membuat lansia lebih mandiri dalam melakukan ADL
nya.

Semakin bertambah usia seseorang maka terjadi proses perubahan dalam sistem
tubuhnya yang berkembang secara terus-menerus dengan berbagai perubahan
yang terdiri atas perubahan fisik, perubahan perilaku dan sikap, perubahan
psikologi, perubahan sosial dan perubahan lingkungan. Semua perubahan tersebut
akan berdampak besar bagi kesehatan seseorang terutama bagi lansia, hal ini
33

terjadi karena dengan adanya perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi


kualitas hidup yang mereka miliki dalam menjalankan kesehariannya (Muhith,
2016). Lansia yang memiliki kondisi fisik yang baik akan memiliki tingkat
kemandirian ADL mandiri yang akan mempengaruhi kualitas hidup lansia,
dengan tingkat kemandirian ADL mandiri kemungkinan lansia akan memiliki
kualitas hidup baik. Kualitas hidup lansia dikatakan baik jika kesehatan fisik,
psikologis dan sosialnya baik. Jadi ketika seorang lansia memiliki kualitas hidup
baik hal itu akan mempengaruhi tingkat kemandirian ADL pada lansia (Setyani,
Asih, & Dewi, 2016).

Kualitas hidup lansia yang tinggi dikarenakan kesehatan fisiknya yang baik,
psikologis, lingkungan dan hubungan sosial yang baik, sedangkan kualitas hidup
lansia yang rendah disebabkan oleh kondisi fisik yang semakin menurun akibat
faktor usia sehingga kinerja tubuh juga menurun. Dampak dari kualitas hidup
yang rendah bagi lansia timbul karena lansia mengalami perubahan-perubahan
diantaranya interaksi sosial menurun, derajat kesehatan menurun, sehingga lansia
mengalami kesepian, kekurangan informasi terkait kesehatan lansia, menurunnya
produktivitas lansia, aktivitas sehari-hari lansia terganggu baik dari segi fisik,
sosial maupun ekonomi. Penurunan kapasitas mental, perubahan sosial kepikunan
serta depresi (Samper dkk, 2017).

Dari data yang didapat bahwa sebagian besar lansia memiliki kemandirian yang
tinggi serta kualitas hidup yang tinggi pula. Kualitas hidup lansia yang tinggi
karena pada kesehatan fisik, psikologis dan sosialnya baik. Kualitas fisik tersebut
berhubungan dengan ADL dasar yang dilakukan lansia dalam kehidupan sehari-
harinya seperti mandi, berjalan, makan, toileting serta berpakaian. Lansia yang
memiliki kondisi fisik yang baik akan memiliki tingkat kemandirian ADL mandiri
yang akan mempengaruhi kualitas hidupnya, apabila tingkat kemandirian ADL
yang mandiri kemungkinan lansia akan memiliki kualitas hidup yang tinggi.
Lansia yang memiliki kondisi fisik yang menurun memungkinkan untuk
34

bergantung dengan orang lain dalam melakukan ADL hal tersebut akan
memungkinkan lansia memiliki kualitas hidup yang kurang.

Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan kemandirian ADL dengan kualitas


hidup lansia, yang didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Horowitz and
Vanner (2010) yang meneliti hubungan kemampuan aktivitas daily living dengan
kualitas hidup pada lansia yang menetap di rumah. Penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara aktivitas daily living dengan kualitas hidup lansia
yang menetap di rumah.Penelitian lainnya dilakukan oleh Vegetti et.al (2014)
yang meneliti hubungan antara aktivitas fisik dan kualitas hidup pada
lansia.Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup lansia, dimana semakin
tinggi aktivitas fisik lansia maka kualitas hidupnya semakin baik.

Penelitian lain dilakukan oleh Byeon and Koh (2016) yang meneliti hubungan
antara kemampuan mengkomunikasikan aktivitas daily living dengan kualitas
hidup lansia yang mengalami stroke. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan kemampuan mengkomunikasikan
kemampuan aktivitas daily living lansia dengan kualitas hidup lansia, dimana
lansia yang mampu mengkomunikasikan keterbatasan aktivitas daily livingnya
akan mendapatkan perlakuan yang tepat sehingga meningkatkan kualitas
hidupnya. Penelitian Habsari (2014), yang menyimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara aktivitas fisik dan kualitas hidup yaitu dengan melakukan
aktivitas fisik, dapat meningkatkan harapan hidup yang lebih panjang. Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2018) mengatakan bahwa level aktivitas
fisik yang tinggi berhubungan dengan kualitas hidup yang baik pada lansia, baik
dalam skala kualitas kesehatan fisik maupun kualitas kesehatan mental.

Faktor yang mempengaruhi tingginya kualitas hidup lansia salah satunya adalah
factor social, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahya, dkk
(2018), berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 28 responden
didapatkan dukungan sosial kurang 17 (60,7%), dukungan cukup 1 (3,6%) serta
35

dukungan baik 10 (35,7%). Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 28 responden


didapatkan kualitas hidup kurang sebanyak 17 (60,7 %), kualitas hidup baik 1
(3,6%) serta kualitas hidup sangat baik sebanyak 10 (35,7%). Setelah dilakukan
penelitian tentang hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup
lansia,didapatkan ada hubungan antara hubungan dukungan sosial dengan kualitas
hidup lansia di posyandu lansia Wiguna Karya Kebonsari Kota Surabaya.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kualitas hidup yang baik akan
memiliki tingkat kemandirian yang baik pula, hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan lansia dalam menjalankan kehidupannya sesuai dengan kondisi lansia
dalam kesehariannya. Hal ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Faqih (2017) yang menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat
kemandirian dengan kualitas hidup dengan korelasi sedang (0,525), semakin
mandiri seseorang dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari semakin baik pula
kualitas hidupnya.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa jika lansia memiliki tingkat kemndirian
tinggi maka kualitas hidpnya akan tinggi, namun dari hasil table silang yang
diperoleh dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa ada 1 lansia dengan tingkat
kemandirian rendah memiliki kualitas hidup yang tinggi. Lansia dengan
kemandirian rendah namun memiliki kualitas hidup yang tinggi karena pada hasil
pengisian kuesioner pada aspek psikologis, lansia merasa puas dengan
kehidupannya dan merasa hidupnya berarti serta merasa hubungan social baik.
Sebanayak 18 lansia dengan tingkat kemandirian tinggi memiliki kualitas hidup
sedang, hal tersebut dikarenakan pada aspek psikologis lansia kadang-kadang
merasa puas dengan hidupannya dan terkadang merasa tidak berarti dalam
kehidupannya. Lansia yang mandiri terkadang kurang dalam bersosialisasi, karena
beberapa hal tersebut menjadikan lansia memiliki kualitas hidup sedang.
36

4.3 Keterbatasan Penelitian

4.3.1 Metode

Keterbatasan dalam penelitian ini terletak pada metode yang digunakan, dimana
peneliti melakukan penelitian dengan door to door sehingga penelitian berjalan
cukup lama dengan responden yang banyak.

4.3.2 Sampel

Penelitian dilakukan pada saat pandemic, dengan sampel atau responden lanjut
usia menjadikan peneliti harus lebih bisa mendekatkan diri pada lansia, karena
lansia cenderung cemas dan takut kepada tenaga kesehatan.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan tingkat


kemandirian activity daily living (ADL) dengan kualitas hidup lansia di desa
karanganyar dapat disimpulkan sebagai berikut:

5.1.1 Sebagian besar lansia di desa Karanganyar mengalami tingkat kemandirian


mandiri tinggi

5.1.2 Sebagian besar kualitas hidup lansia di desa Karanganyar kualitas hidupnya
tinggi

5.1.3 Ada hubungan tingkat kemandirian ADL dengan kualitas hidup lansia di
desa Karanganyar kecamatan Kedungbanteng, Tegal

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan tingkat


kemandirian ADL dengan kualitas hidup lansia di desa karanganyar, saran peneliti
sebagai berikut:

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bagi institusi pendidikan untuk selalu memberikan motivasi dan ilmu
kepada mahasiswa, agar mahasiswa dapat memberikan informasi yang baik
melalui ilmu yang telah diperoleh khususnya penyuluhan kesehatan tentang
activity daily living (ADL) dan kualitas hidup.

37
38
38

5.2.2 Bagi Responden

Diharapkannya pihak keluarga memahami dan menyadari pentingnya ADL dan


kualitas hidup bagi lansia dalam kehidupan sehari-hari serta untuk para lansia agar
tetap menjaga kualitas hidupnya serta tetap melakukan aktivitas sehari-hari agar
lansia lebih bersemangat dalam kehidupannya.

5.2.3 Bagi Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian tentang hubungan tingkat kemandirian activity daily living (ADL)


dengan kualitas hidup lansia dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya,
peneliti menyarankan bahwa peneliti masa depan dapat memperdalam lebih
banyak tentang teori tentang tingkat kemandirian ADL dan kualitas hidup, dan
dapat melanjutkan penelitian dengan lebih luas tentang tingkat kemandirian ADL
dan kualitas hidup.
39
DAFTAR PUSTAKA

Adina, A. F. & Suratini. (2017). Hubungan Tingkat Kemandirian dengan Kualitas


Hidup Lansia di padukuhan Karang Tengah Nogotirto Gamping Sleman
Yogyakarta. Skripsi. Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Ardiani, H., Lismayanti, L. & Rosmawati, R. (2014). Faktor-faktor yang


berhubungan dengan kualitas hidup lansia di kelurahan mugarsari
tamansari tasikmalaya tahun 2014.

Arisandy W, 2019. Hubungan antara Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intellegency)


dengan Kualitas Hidup Lansia. Jurnal Aisyiyah Medika. 3(2). ISSN 2355-
6846.

Byeon, Haewon& Koh, Hyeung., Woo. (2016). The relatoinship between


communication activities of daily living and quality of life among the
elderly suffering from stroke. The Journal of Physical Therapy Science.
28(5), 1450-1453.

Cahya, E., Harnida, H., Indrianita, V. (2018). Hubungan Dukungan Sosial Dengan
Kualitas Hidup Lansia Di Posyandu Lansia Wiguna Karya Kebonsari
Surabaya. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan. 33-47. ISSN : 2621-0231.

Darmaja & Ketut. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kemandirian


Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari di Banjar Menesa
Kampial. Jurnal Stikes Bina Usada Bali

Darmawati, I., & Kurniawan, F. A. (2021). Hubungan Antara Grade Hipertensi


Dengan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Activities Of Daily Living
(ADLs). Faletehan Health Journal, 8(1), 31-35.
Delwien, E. J. (201. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Masyarakat Karubaga District Sub District Tolikara Provinsi Papua.
Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan.

Dewi, S. K. (2018). Level Aktivitas Fisik dan Kualitas Hidup Warga Lanjut Usia.
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia.

DIRSECIU, P. (2017). Hubungan Antara Tingkat Aktivitas Fisik Dengan


Kebugaran Jasmani Siswa Kelas X Tahun Ajaran 2016/2017 Di SMK
Muhammadiyah 1 Wates Kabupaten Kulon Progo DIY. 1-14.

Fatma, Mia, dkk. (2018). Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia Konsep Dan
Berbagai Intervensi. Malang : Wineka Media.

Faqih, A. (2017) Hubungan Tingkat Keamandirian dengan Kualitas Hidup Lansia


di Padukuhan Karang Tengah Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta.

Fitriyanti. (2020). Pengaruh Kemampuan Interaksi Sosial Dan Kemandirian


Belajar Terhadap Penguasaan Konsep Kearsipan Bagi Siswa SMK Swasta
Di Jakarta Pusat. Jurnal Pendidikan IPS, 3 (1), 61-68.

Giawa, A., Ginting, C. N., Telaumbanua, A., Laia, I., & Manao, T. C. (2019).
Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Terapi Hemodialisa Melalui Strategi Koping Di Rsu Royal
Prima Medan Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, 5(2), 661-
667.

Habsari, D. (2014). Hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup pada lansia di
desa Margoagung Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman Yogyakarta
Skripsi. Yogyakarta (ID): Universitasgajah mada.
Horwoitz, Beverly., P & Vanner, Elizabeth. (2010). Relationships Among Active
Engagement In Life Activities and Quality of Life for qssited-living
Residents. Journal of Housing For the Elderly. May 24(2), 130-150.

KBBI. (2019). Kuesioner. Retrieved from https://kbbi.web.id/kuesioner.

Kemenkes. (2015). Rencana Strategis Kemenkes Kesehatan Tahun 2015-2019.


Jakarta.

Maryam. (2018). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta; Salemba


Medika.

Maryam R. S., Ekasari M. f, dkk. (2010). Mengenal Usia Lanjut Dan


Perawatannya. Jakarta: Salemba.

Mashudi. (2020). Hubungan Kualitas Tidur dan Tingkat Kemandirian Activity of


Daily Living dengan Resiko Jatuh Lanjut Usia di Puskesmas Simpang IV
Sipin Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 237-242.

Murwani, A., & Hikmawati, A. N. (2021). Pendidikan Kesehatan Tentang


Pemberdayaan Keluarga Berpengaruh Terhadap Kemandirian Lansia.
Jurnal Keperawatan, 13(1), 259-266.

Murwani, A.,& Priyantari, W. (2011). Gerontik Konsep Dasar dan Asuhan


Keperawatan Home Care.

Nauli, F. A., Yuliatri, E., & Savita, R. (2014). Hubungan Tingkat Depresi Dengan
Tingkat Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari-hari Pada Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu. Jurnal Keperawatan
Soedirman, 9(2), 103-110.

Nofitri, 2019. Gambaran Kualitas Hidup Orang Dewasa pada Lima Wilayah di
Jakarta. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Nursalam, (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Panjaitan, B. S., & Perangin, M. A. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga


Dengan Kualitas Hidup Lansia. Klabat Journal Of Nursing, 2(1), 35-43.

Prima Medan Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, 5(2), 661-667.

Rahmad, R. E., Asih, S. W., & Dewi, S. R. (2020). Hubungan Interaksi Sosial
Dengan Tingkat Kemandirian Dalam Pemenuhan Activity Of Daily Living
(ADL) Pada Lansia Di UPT PSTW Jember. 1-11.

Rahmawati, I., Effendi , E., & Reko, R. (2020). Hubungan Katarak Dengan
Tingkat Kemandirian Lansia Di Balai Pelayanan Dan Penyantunan Lanjut
Usia Provinsi Bengkulu. Jurnal Ners Lentera, 8(1), 17-24.

Rahmawati, I., Effendi , E., & Reko, R. (2020). Hubungan Katarak Dengan
Tingkat Kemandirian Lansia Di Balai Pelayanan Dan Penyantunan Lanjut
Usia Provinsi Bengkulu. Jurnal Ners Lentera, 8(1), 17-24.

Ratnawati, D., Wahyudi, C. Zetira G. (2019). Dukungan Keluarga Berpengaruh


Kualitas Hidup Pada Lansia Dengan Diagnosa Diabetes Melitus, Jurnal
Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, Vol 9 No 2. 585-593. doi : 10.33221.

Ratnawati, S. D. (2019). Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan Activity Daily Living


(ADL) Penerima Manfaat Di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
Prof. Dr. Soeharso Surakarta (Doctoral Dissertation, IAIN Surakarta).

Resmiya, L., Misbach, I H. (2019). Pengembangan Alat Ukur Kualitas Hidup


Indonesia. Jurnal Psikologis Insight, 3, 20-31.

Rohaedi, S., Putri, S. T., & Karimah, A. D. (2016). Tingkat Kemandirian Lansia
Dalam Activities Daily Living Di panti Sosial Tresna Werdha Senjarawi.
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 2(1), 16-21.
Rohmah, A I., Purwaningsih., Bariyah, K. (2012). Kualitas Hidup Lansia. Jurnal
Keperawatan, 120-132.

Samper, T., Pinontoan, O. Katuk, M. (2017). Hubungan Interaksi Sosial Dengan


Kualitas Hidup Lansia Di Bplu Senja Cerah Provinsi Sulawesi Utara,
Jurnal Keperawatan UNSRAT, (Vol 5 No 1).

Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta. Graha


Ilmu.

Sugiyono. (2014). Statistika Untuk Penelitian. Buku. Penerbit ALFABETA.


Bandung.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian dan Pengembangan. Cetakan Alfabeta:


Bandung.

Sugiyono. (2107). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi


(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Selo, J., Candrawati, E., Putri, R M. (2017). Perbedaan Tingkat Stres Pada Lansia
Di Dalam Dan Di Luar Panti Werdha Pangesti Lawang. Nursing News,
2(3), 522-533.

Taufik, R; Kataren, O; Salmah, M U. (2018). Faktor-faktor yang Berpengaruh


Terhadap Musculoskeletal Disorders pada Perawat di Rumah Sakit Umum
Sari Mutiara Medan tahun 2017. Jurnal Riset Hesti Medan, 3, 31-40.

Utami, P. A. (2018). Pengalaman Berwisata Meningkatkan Kualitas Hidup


Lansia. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 5(3), 420-427.
Vagetti, Gislaine., C. Et al. (2014) Association between physical activity and
quality of life in the elderly: a systematic review, 2000-2012. Revista
Brasileira de Psiquiatria, (36), 76–88.

Wallace, M., Shelkey, M. (2008). Katz Index of Independence in Activities of


Daily Living (ADL). 108(2), 68-70.

WPP. (2019). World Population Prospects 2019.

Wulandari, R. (2014). Gambaran Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan


ADL (Activity Daily Living). Jurnal Ners dan Kebidanan, 1(2).

Yuliati, Amalia, Baroya & Ririanty. (2014). Perbedaan Kualitas Hidup Lansia
Yang Tinggal Di Komunitas Dengan Di Pelayanan Sosial Lanjut Usia, e-
Jurnal Pustaka Kesehatan, 2(1).

Yuzefo M. A., Sabrian F., Novayelinda R. (2015). Hubungan Status Spiritual


dengan Kualitas Hidup Pada Lansia. Program Studi Ilmu Keperawatan
Univ Riau. Jurnal Keperawatan. 2(2); ISSN 2355-6846.
LAMPIRAN 1

PRODI SARJANA LEMBAR


KEPERAWATAN DAN NERS INFORMASI
STIKes BHAMADA SLAWI PENELITIAN

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN


Saya Anik Ariffiani, mahasiswa Sarjana Ilmu Keperawatan dan Ners angkatan
tahun 2017, akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat
Kemandirian Activity Daily Living Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Desa
Karanganyar Kecamatan Kedungbanteng” saya meminta dengan hormat kepada
saudara/i sebagai responden dalam penelitian ini dan terimakasih atas
partisipasinya dalam penelitian yang saya lakukan. Saya akan menjelaskan
beberapa tahap dari penelitian ini :
1. Tujuan penelitian dan manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kemandirian
ADL dengan kualitas hidup lansia, guna mengetahui bagaimana kualitas hidup
lansia di desa karanganyar. Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah
memberikan pemahaman tentang kualitas hidup yang dipengaruhi oleh aktivitas
sehari-hari.
2. Pengisian kuesioner
Saudara/i yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini akan diminta untuk
mengisi kuesioner penelitian yang terdiri dari nama (inisial), umur, pendidikan,
pekerjaan dan memberi tanda centang (√) di lembar kuesioner. Saudara/i wajib
mengisi dan menjawab dengan jujur untuk kebenaran data.
3. Etika penelitian
a. Saudara/i yang bersedia berpartisipasi atau tidak tanpa adanya paksaan.
b. Seluruh informasi tentang saudara/i pada penelitian ini adalah rahasia baik
identitas maupun gambar.
Jika ada kritik dan saran tentang penelitian ini bisa hubungi saya pada nomor :
082265477819 atau kirim email : anikariffiani28@gmail.com. Jika saudara/i
setuju dalam penelitian ini, mohon untuk mengisi persetujuan yang disediakan.
Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Peneliti

Anik Ariffiani

LAMPIRAN 2
PRODI SARJANA KEPERAWATAN LEMBAR
DAN NERS STIKes BHAMADA INFORMASI
SLAWI PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Alamat :
Umur :
No. Telp/HP :

Setelah mendapat persetujuan dari peneliti tentang tujuan, manfaat dan prosedur
penelitian ini, saya menyatakan bersedia ikut dalam penelitian tentang “Hubungan
Tingkat Kemandirian Activity Daily Living dengan Kualitas Hidup Lansia di
Desa Karanganyar Kecamatan Kedungbanteng”. Apabila saya sewaktu-waktu
mengundurkan diri dari penelitian ini, saya tidak akan dituntut apapun.

Demikian surat persetujuan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini saya buat
untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Tegal, 2021

( )

LAMPIRAN 3
PRODI SARJANA KEPERAWATAN LEMBAR
DAN NERS STIKes BHAMADA INFORMASI
SLAWI PENELITIAN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Sdr. Calon Responden Penelitian
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program, Studi S1 Ilmu
Keperawatan dan Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada
Slawi.
Nama : Anik Ariffiani
NIM : C1017056

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Kemandirian


Activity Daily Living dengan Kualitas Hidup Lansia di Desa Karanganyar
Kecamatan Kedungbanteng”. Peneliti tidak akan menimbulkan akibat yang
merugikan saudara/i sebagai responden penelitian. Kerahasiaan semua informasi
yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Jika terjadi hal-hal yang merugikan selama penelitian ini maka saudara/i
diperbolehkan mengundurkan diri dalam penelitian ini. Apabila saudara/i
menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar
persetujuan yang telah saya sediakan. Atas kesediaan dan kerjasamanya saya
ucapkan terimakasih.
Peneliti
Anik Ariffiani

LAMPIRAN 4
PRODI SARJANA KEPERAWATAN LEMBAR
DAN NERS STIKes BHAMADA INFORMASI
SLAWI PENELITIAN

KUESIONER

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING


( ADL) DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI DESA
KARANGANYAR KECAMATAN KEDUNGBANTENG

Petunjuk Pengisian

1. Daftar pertanyaan dibawah ini hanya semata-mata untuk data penelitian dalam
rangka penyelesaian studi, sehingga jawaban jujur dari saudara/i sangat
mendukung bagi perkembangan penelitian ini
2. Untuk pengisian kuesioner pada poin A di beri tanda centang (√) untuk
pengisian identitas, seperti nama, usia, jenis kelamin, pendidikan akhir dan
pekerjaan
3. Untuk poin B isi dengan memberikan skor atau penilaian terhadap aktivitas
yang dapat anda lakukan secara mandiri dan tergantung
4. Untuk poin C beri tanda centang (√) untuk pengisian jawaban kuesioner yang
anda pilih

A. Identitas Responden
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Akhir :
Pekerjaan :

B. Kuesioner Indeks Katz

Berilah poin atau nilai 1 untuk mandiri dan 0 untuk ketergantungan pada kolom
poin !

Poin kegiatan Mandiri Ketergantungan


(1 point)
(1 atau 0) (0 point)
tanpa pengawasan, arahan atau
bantuan dengan pengawasan , arahan,
bantuan atau perawatan total
MANDI (1 POIN) Mandi sendiri (0 POIN) Membutuhkan
sepenuhnya atau membutuhkan bantuan untuk mandi lebih dari
Point : bantuan dalam memandikan satu bagian tubuh. Masuk atau
hanya satu bagian tubuh seperti keluar dari bak mandi atau
area genital belakang pancuran, membutuhkan
ekstremitas yang cacat bantuan total
BERPAKAIAN (1 POIN) Mengambil pakaian (0 POIN) Perlu bantuan untuk
dari lemari dan laci serta berpakaian sendiri atau harus
Point : memakai pakaian luar lengkap berpakaian lengkap
dengan pengencang. Mungkin
ada bantuan untuk mengikat
sepatu
TOILETING (1 POIN) Pergi ke toilet, (0 POIN) Perlu bantuan untuk
membersihkan area genital ke toilet, menggunakan pispot
Point : tanpa bantuan
BERPINDAH (1 POIN) Masuk dan keluar dari (0 POIN) Membutuhkan
tempat tidur atau kursi tanpa bantuan untuk berpindah dari
Point : bantuan tempat tidur ke kursi atau
membutuhkan bantuan
pemindahan total
KONTINEN (1 POIN) Pengendalian diri (0 POIN) Mengalami
penuh atas buang air kecil dan inkontenensia sebagian atau
Point : air besar penuh dari usus atau kandung
kemih
MAKAN (1 POIN) Memasukan makanan (0 POIN) Membutuhkan
dari piring ke mulut tanpa bantuan sebagian atau total
Point : bantuan. Penyiapan makanan dengan pemberian makan atau
bisa dilakukan orang lain memerlukan pemberian makan
parental

Keteangan:
Mandiri :6
Tergantung ringan :5
Tergantung paling ringan :4
Tergantung sedang :3
Tergantung berat :2
Tergantung paling berat :1
Tergantung total :0
Hasil :
Tingkat kemandirian tinggi:

Indeks Katz A (mandiri dalam 6 aktivitas)


Indeks Katz B (mandiri dalam 5 aktivitas)
Indeks Katz C (mandiri dalam 4 aktivitas)
Indeks Katz D (mandiri dalam 3 aktivitas)
Tingkat kemandirian rendah:
Indeks Katz E (kemandirian dalam 2 aktivitas)
Indeks Katz F (kemandirian dalam 1 aktivitas)
Indeks Katz G (ketergantungan total)

C. Kuesioner kualitas Hidup Lansia

Beri tanda centang (√) pada jawaban yang anda pilih !


Pertanyaan-pertanyaan berikut ini merujuk pada seberapa sering anda merasakan
hal-hal berikut dalam 1 minggu terakhir. Selalu (setiap hari/senin-minggu), sering
(5-7 hari), kadang kadang (3-4 hari), jarang (1 hari) dan tidak pernah (0).
Kadang- Tidak
Selalu Sering Jarang
No Pertanyaan kadang pernah
4 3 2 1 0
Kesehatan Fisik

1 Apakah anda dapat menerima


penampilan tubuh anda?

2 Apakah aktivitas fisik sehari-


hari dapat anda lakukan
dengan normal?
3 Apakah dalam aktivitas sehari-
hari dapat anda lakukan
dengan normal tanpa bantuan
medis?
4 Apakah anda merasa puas
dengan kesehatan anda?
5 Apakah dalam istirahat tidur,
anda merasa puas?
Psikologis
6 Apakah anda merasa puas
dengan kehidupan anda?
7 Apakah anda merasa hidup
anda berarti?
Sosial
8 Apakah anda adalah orang
yang peduli dengan lingkungan
sekitar?
9 Apakah hubungan anda dengan
orang sekitar baik?
10 Apakah anda dapat
berinteraksi sosial dengan
baik?
11 Apakah anda mengikuti
kegiatan sosial di lingkungan
tempat tinggal anda?

12 Apakah dukungan dari orang


sekitar untuk kehidupan anda
baik?
Lingkungan
13 Apakah lingkungan tempat
tinggal membuat anda
nyaman?
14 Apakah fasilitas di lingkungan
tempat tinggal anda terpenuhi?

15 Puaskah anda dengan fasilitas


transportasi di lingkungan
tempat tinggal anda?

16 Apakah anda merasa aman


dengan tempat tinggal anda?
17 Puaskah anda dengan
ketersediaan fasilitas yang ada
di rumah anda?
18 Puaskah anda dengan fasilitas
kesehatan yang ada di
lingkungan tempat tinggal
anda?
19 Apakah anda dapat
menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar?

Skor
Kualitas Hidup Tinggi : 52 – 76
Kualitas Hidup Sedang : 26 – 51
Kualitas Hidup Rendah : 1 – 25

Frequencies

Notes

Output Created 28-JUN-2021 19:49:53


Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
79
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data.
Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=TingkatKemandirianADL
KualitasHidupLansia

/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,02

Elapsed Time 00:00:00,02

Statistics
TingkatKemandir KualitasHidupLa
ianADL nsia

N Valid 79 79

Missing 0 0

Frequency Table

TingkatKemandirianADL

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rendah 2 2,5 2,5 2,5

tinggi 77 97,5 97,5 100,0

Total 79 100,0 100,0

KualitasHidupLansia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sedang 19 24,1 24,1 24,1

tinggi 60 75,9 75,9 100,0

Total 79 100,0 100,0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

TingkatKemandirianADL *
79 100,0% 0 0,0% 79 100,0%
KualitasHidupLansia

TingkatKemandirianADL * KualitasHidupLansia Crosstabulation


KualitasHidupLansia

sedang tinggi Total

TingkatKemandirianADL rendah Count 1 1 2

% within
50,0% 50,0% 100,0%
TingkatKemandirianADL

tinggi Count 18 59 77

% within
23,4% 76,6% 100,0%
TingkatKemandirianADL
Total Count 19 60 79

% within
24,1% 75,9% 100,0%
TingkatKemandirianADL

Correlations

Tingkat
kemandirian Kualitas hidup
ADL lansia

Kendall's tau_b Tingkat kemandirian ADL Correlation Coefficient 1,000 ,543**

Sig. (2-tailed) . ,000

N 82 82

kualitashiduplansia Correlation Coefficient ,543** 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 82 82
One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the
Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
ADL 40,500 78 ,000 5,12658 4,8746 5,3786

Kualitas 58,043 78 ,000 55,41772 53,5169 57,3185


Hidup0

Anda mungkin juga menyukai