Disusun Oleh
ANIK ARIFFIANI
C1O17056
2021
PENGESAHAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
ANIK ARIFFIANI
C1017056
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 24 Maret 2021 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Penguji I,
NIPY: 198.05.05.10.052
Penguji II,
NIPY: 1972.02.08.97.006
Penguji III,
NIPY: 1988.02.04.18.115
HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DILY LIVING
(ADL) DENGAN KUALITS HIDUP LANSIA DI DESA KARANGANYAR
KECAMATAN KEDUNGBANTENG
E-mail: anikariffiani28@gmail.com
ABSTRAC
Seseorang yang telah memasuki usia diatas 60 tahun, atau biasa disebut dengan
lanjut usia (lansia), kemungkinan besar akan mengalami permasalah fisik, jiwa,
spiritual, ekonomi dan social. Secara umum semakin menua seseorang maka
kesehatan fisik dan kemandirian dalam beraktivitas mulai menurun. Tingkat
kemandirian lansia kemungkinan besar akan mempengaruhi kualitas hidupnya.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat kemandirian ADL
dengan kualitas hidup lansia di desa karanganyar kecamatan kedungabanteng.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
lansia yang tinggal di desa karanganyar dengan jumalah 522 lansia. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 84 lansia yang di peroleh dengan teknik random
sampling dan 5 diantaranya termasuk dalam kriteria eksklusi. Pengumpulan data
yang digunakan menggunakan kuesioner Indeks Katz dan kuesioner Kualitas
Hidup yang dibuat sendiri oleh peneliti, sedangkan analisis data megguanakan
kendall’s Tau. Hasil uji Kendall’s Tau diperoleh nilai p value 0,000, dengan nilai
signifikansi (0,05) maka ρ<α maka H 0: ditolak dan H 1 : diterima. Kesimpulan
dalam penelitian ini adalah tingkat kemandirian lansia sebagian besar adalah
mandiri, sebagaian besar kualitas hidup lansia tinggi dan terdapat Hubungan
Tingkat Kemandirin ADL dengan Kualitas Hidup Lansia di desa Karanganyar
Keacamatan Kedungbanteng, dimana semakin tinggi tingkat kemandirin lansia
maka kulitas hidupnya tinggi.
Kata kunci : tingkat kemandirian activity daily living (ADL), kualitas hidup
lansia, lansia
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE LEVEL OF ACTIVITY DAILY
LIVING (ADL) WITH THE QUALITY OF LIFE THEN ELDERLY IN
KARANGANYAR VILLAGE, KEDUNGBANTENG DISTRICT
E-mail: anikariffiani28@gmail.com
ABSTRAC
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah, rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Hubungan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Dengan Kualitas
Hidup Lansia Di Desa Karanganyar”. Dalam penulisan skripsi ini peneliti
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Wisnu
Widyantoro, S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing I dan Ibu Ratna
Widhiastuti, M.Kep selaku pembimbing II yang telah membimbing dengan sabar
dan ikhlas serta mengarahkan peneliti dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi
ini. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti juga banyak mendapatkan bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. Risnanto, M.Kes. Selaku Ketua STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi
2. Dwi Budi P, M.Kep. Nes., Sp. Kep. Kom. Selaku Ketua Prodi Sarjana
Ilmu Keperawatan & Ners STIKes Bhamada Slawi
3. Seluruh dosen Prodi Sarjana Keperawatan & Ners STIKes Bhamada Slawi
4. Kedua orang tua tercinta, terimakasih atas dukungan moral serta dukungan
spiritual yang diberikan, sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini.
Semoga hasil dari penelitian ini menjadi titik awal yang baik untuk saya
dan memenuhi harapan kalian
5. Terimakasih kepada kakak-kakakku dan adik-adikku tercinta
6. Teman-teman seperjuangan, terimakasih atas hari-hari yang telah kita lalui
bersama semoga sukses menyertai kita dan semua pihak yang telah
membantu penulis tidak bisa disebutkan satu-persatu
Tidak ada sesuatu yang dapat diberikan atas jasa tersebut selain do’a semoga
Tuhan Yang Maha Esa membalas amal dan jasa baik kalian semua. Peneliti
menyadari bahwa penyusunan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak akan diterima sebagai perbaikan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Anik Ariffiani
DAFTAR ISI
Halaman
COVER DALAM
PERSETUJUAN SKRIPSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Tabel Halaman
Definisi Operasional
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
PENDAHULUAN
Setiap individu pasti akan mengalami masa tua, dimana masa tersebut merupakan
tahap akhir dari tahap perkembangan. Proses menua ditandai dengan adanya
perubahan-perubahan baik anatomis, biologis maupun psikologis (Selo,
Candrawati & Putri, 2017). Jumlah penduduk lanjut usia secara global pada tahun
2019 adalah 9,1% dan akan terjadi peningkatan pada tahun 2030 dengan jumlah
persentase 11,37% (WPP, 2019). Berdasarkan data sensus 2015, jumlah
keseluruhan lansia di Indonesia adalah 8,5% dari keseluruhan jumlah penduduk
dan perkiraan pada tahun 2025 mencapai 11,8% dari total keseluruhan jumlah
penduduk (Kemenkes, 2015). Provinsi Jawa Tengah sendiri jumlah penduduk
lansia sekitar 4,68 juta jiwa atau 13,48% (BPS, 2019), kemudian di kabupaten
Tegal jumlah penduduk lansia dari usia 60-64 tahun sekitar 61.180 juta jiwa, usia
65-69 tahun sekitar 39.258 juta jiwa, usia 70-74 tahun sekitar 27.867 juta jiwa dan
usia lebih dari 75 tahun ada sekitar 33.954 juta jiwa (BPS, 2018).
1
2
Kegiatan yang dilakukan oleh setiap individu atau lansia seperti berbelanja,
memasak, menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, mencuci, menggunakan
telepon, menggunakan transportasi, mampu menggunakan obat yang benar, serta
memanajemen keuangan secara mandiri merupakan tingkat kemandirian Activity
Daily Living (ADL). Dimana dalam kegiatan sehari-hari tersebut, lansia akan
sedikit mengalami ketergantungan. Timbulnya ketergantungan tingkat
kemandirian ADL pada lansia disebabkan oleh beberapa faktor seperti umur,
kesehatan fisiologis, fungsi kognitif dan psikososial. Seiring bertambahnya usia,
masalah kesehatan terganggu, kemunduran fungsi tubuh sangat mempengaruhi
ADL lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Mereka akan lebih bergantung
pada orang lain jika melakukan aktivitas yang berat (Hafilah, 2018).
Setiap manusia dapat melakukan aktivitas bila organ tubuh dan daya tahan
tubuhnya baik, apabila seseorang mengalami kemunduran daya tahan tubuh itu
artinya dalam aktivitas perlu bantuan dari orang lain. Setiap individu dalam
kesehariannya akan melakukan aktivitas seperti makan, mandi, berbelanja,
berpindah tempat bahkan melakukan kegiatan dengan alat transportasi. Pada usia
muda mungkin seseorang akan sangat mudah melakukan kegiatannya, namun
ketika usia sudah mulai menua mereka mungkin akan merasa kesulitan dan
merasa terganggu dalam melakukan aktivitas baik ringan maupun berat
(Ritonga,2018)
3
Hal yang harus tetap dijaga terutama keluarga bahwa walaupun usia semakin
bertambah sebaiknya lansia tetap mendapatkan quality of life yang baik dan tetap
melakukan aktivitas fungsional dengan mandiri (Murwanti & Hikmawati, 2021).
Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) bahwa kualitas
hidup merupakan persepsi seseorang terhadap kehidupan dirinya sendiri di
masyarakat dan dalam konteks budaya dan kesehatan serta aktivitas sehari-
harinya. Kondisi fungsional lansia yang meliputi kesehatan fisik yaitu aktivitas
sehari-hari, ketergantungan pada bantuan medis seperti rutin minum obat karena
sakit, kebutuhan istirahat, kegelisahan tidur, energi dan kelelahan, mobilitas,
kapasitas pekerjaan, kesehatan psikologis yaitu perasaan positif, penampilan dan
gambaran jasmani, perasaan negatif, berfikir, belajar, mengingat, dan kepercayaan
individu, hubungan pribadi, serta aktivitas seksual dan kondisi lingkungan,
kendaraan, keamanan, sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian sosial. Secara
umum makna kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh kondisi fisik, psikologis,
kemandirian dan hubungan sosial (Amalia, 2014).
Menurut Delwien (2018) kualitas hidup sangat berkaitan dengan menua yang
sukses, kemandirian, kesehatan fisik dan kemampuan fungsional. Masalah yang
mencakup kualitas hidup sangat luas dan kompleks, termasuk masalah kesehatan
fisik, status psikologi, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan lingkungan dimana
mereka berada. Persepsi lansia terhadap kehidupannya perlu sekali berpikiran
positif dengan hidup dan kehidupannya, agar fisik yang sudah menurun tetap
berada dalam kesehatan yang optimal. Kualitas hidup yang optimal sebagai
kondisi fungsional lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga
memungkinkan mereka dapat menikmati masa tuanya dengan penuh makna,
membahagiakan, berguna dan berkualitas yang berkaitan dengan lingkungan
tempat lansia tinggal (Ratnawati dkk, 2019).
Apabila timbul ketidakpuasan dalam hidup maka akan dapat berpengaruh pada
kualitas hidupnya. Kualitas hidup lansia dapat dikatakan kurang baik jika
kesejahteraan dalam hidup kurang (Putri dkk, 2014). Pada usia lanjut bukan
hanya usia harapan hidup yang penting tetapi juga bagaimana pada seorang lansia
dalam menjalani sisa hidupnya dengan baik dan optimal. Berbagai penyakit akan
menyerang imunitas tubuh lansia karena daya tahan tubuhnya berkurang. Maka
dari itu lansia perlu menjaga, dijaga dan diperhatikan supaya kesehatannya tetap
terjaga, karena pada usia ini kesehatan lansia sangat rentan (DIRSECU, 2017).
Kualitas hidup lansia yang tinggi dikarenakan faktor fisik, psikologis, lingkungan
dan hubungan sosial yang baik, sedangkan kualitas hidup lansia yang rendah
disebabkan oleh kondisi fisik yang semakin menurun akibat faktor usia sehingga
kinerja tubuh juga menurun. Dampak dari kualitas hidup yang rendah bagi lansia
timbul karena lansia mengalami perubahan-perubahan diantaranya interaksi sosial
menurun, derajat kesehatan menurun, sehingga lansia mengalami kesepian,
kekurangan informasi terkait kesehatan lansia, menurunnya produktivitas lansia,
aktivitas sehari-hari lansia terganggu baik dari segi fisik, sosial maupun ekonomi.
Penurunan kapasitas mental, perubahan sosial kepikunan serta depresi (Samper
dkk, 2017).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Slamet Roehadi,dkk
(2016) dengan judul Tingkat Kemandirian Lansia ADL di Panti Sosial Tresna
Werdha Senja Sari, dengan hasil lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Senja Sari
memiliki tingkat kemandirian yang cenderung rendah. Hal tersebut diperkuat
dengan didapatkan data bahwa dari jumlah keseluruhan lansia yang berjumlah 77
orang terdapat 30 lansia yang ditempatkan di ruang bangsal yaitu ruang dimana
para lansia membutuhkan bantuan tenaga kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
sehari-harinya seperti makan, berpindah dari kursi roda ke tempat tidur,
kebersihan diri, aktivitas toilet, mandi, berpakaian, mengontrol defekasi dan
mengontrol berkemih.
5
Berdasarkan jurnal penelitian oleh Rohmah, Purwaningsih & Bariyah (2012) yang
berjudul Kualitas Hidup Lansia, menyatakan bahwa hasil penelitiannya sebagian
besar responden memiliki kualitas hidup sedang, yaitu sebanyak 58%, faktor fisik
yang kurang baik sebanyak 52%, faktor psikologis yang stabil sebanyak 42%,
faktor sosial yang kurang aktif sebanyak 42% dan faktor lingkungan yang cukup
memadai sebesar 47%. Dari hasil kedua penelitian yang telah disampaikan di atas,
ada perbedaan antara penelitian sekarang dengan sebelumnya. Dalam penelitian
ini membahas dua variabel, variabel bebas tingkat kemandirian ADL dan variabel
terikatnya kualitas hidup lansia dan perbedaan juga terdapat pada kuesionernya.
Dari hasil studi pendahuluan, didapatkan data jumlah lansia sebesar 3.717 jiwa di
wilayah kecamatan kedungbanteng dan di desa karanganyar sendiri ada sebesar
522 jiwa. Peneliti akan melakukan penelitian tentang tingkat kemandirian ADL
dan kualitas hidup lansia. Tertariknya peneliti melakukan penelitian tersebut
karena ingin mengetahui bagaimana aktivitas masyarakat desa di usia 60 tahun
keatas. Seperti yang kita ketahui usia diatas 60 tahun akan mengalami beberapa
kemunduran dalam melakukan berbagai aktivitas apalagi untuk melakukan
aktivitas yang berat dan peneliti ingin mengetahui bagaimana kualitas hidup lansia
di desa karanganyar serta ada hubungan atau tidak antara tingkat kemandirian
ADL dengan kualitas hidup.
TINJAUAN PUSTAKA
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup merupakan
persepsi hidup individu terhadap kesehatan fisik, sosial dan emosi yang
dimilikinya. Kebebasan dalam melakukan suatu kegiatan serta hak untuk memiliki
7
8
Menurut WHO, indikator kualitas hidup terdiri dari empat aspek yaitu kesehatan
fisik, kesehatan psikologis,hubungan sosial dan lingkungannya (Lara dkk, 2017).
Aspek kualitas hidup lansia yang pertama adalah kesehatan fisik, berdasarkan
kondisi fisik yang semakin rentan membuat lanjut usia merasa kehidupannya
sudah tidak berarti lagi, merasa tidak berharga dan tidak ada apa-apanya lagi. Ini
menjadi salah satu tanda rendahnya kualitas hidup seorang lansia dikarenakan
lansia tidak dapat menikmati masa tuanya. Sehingga pelayanan kesehatan bagi
penduduk lansia sangat menuntut perhatian, agar lansia dapat menghabiskan sisa
usia dengan optimal (Anggun, 2018).
Aspek kualitas hidup lansia yang kedua adalah aspek psikologis, aspek psikologis
juga berkaitan dengan aspek kesehatan fisik, seseorang dapat melakukan suatu
aktivitas jika seseorang tersebut sehat secara mental. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2019), mengungkapkan bahwa gangguan
mental akan menimbulkan gangguan dalam vitalitas hidup, fungsi sosial, keadaan
emosional dan kesehatan mental secara umum. Apabila seseorang mampu
mencapai kesejahteraan yang baik maka akan berpengaruh pada peningkatan
kualitas hidupnya (Setyorini, 2018).
Aspek kualitas hidup lansia yang ketiga adalah hubungan sosial, hubungan sosial
lansia akan berdampak pada peningkatan kualitas hidupnya. Lansia yang aktif
dalam aktivitas sosial seperti tergabung dalam paguyuban atau posyandu lansia,
memiliki ruang atau kesempatan untuk saling bertukar pikiran, berbagi
pengalaman dan saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan saling
memberikan perhatian. Aspek kualitas hidup yang terakhir adalah lingkungan,
keadaan tempat tinggal lansia dimana rumah merupakan struktur fisik atau
9
Jenis kelamin merupakan faktor kualitas hidup lansia, dimana lansia perempuan
lebih banyak daripada lansia laki-laki. Banyaknya lansia perempuan dikarenakan
adanya pengaruh hormon estrogen yang mempunyai peran sebagai pelindung,
sehingga menyebabkan angka harapan hidup perempuan lebih tinggi. Lansia laki-
laki memiliki hormon estrogen yang sangat sedikit dan juga memiliki beban kerja
fisik yang lebih berat ditambah dengan perilaku merokok dan kebiasaan makan
yang kurang berimbang menjadikan angka harapan hidup laki-laki rendah. Faktor
yang kedua adalah usia, peneliti menyatakan bahwa ternyata usia lansia sangat
banyak, karena keberhasilan pembangunan pemerintah khususnya dibidang
kesehatan, yang mana semakin majunya pengobatan dan medis menyebabkan
angka harapan hidup di indonesia semakin tinggi. Tetapi, walaupun angka
harapan hidup semakin tinggi tidak menjamin kualitas hidup lansia sendiri tinggi.
Kualitas Hidup pada lansia dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan 25 pertanyaan, kuesioner ini
mengukur 4 komponen penting yaitu komponen kesehatan fisik, psikologis,
hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan berdasarkan teori dari World
Health Organization Quality of Life-BREF (WHOQOL-BREF). Perubahan fisik
pada lansia erat kaitannya dengan perubahan psikososialnya. Pengaruh yang
muncul akibat beberapa perubahan pada lansia tersebut jika tidak teratasi dengan
baik, cenderung akan mempengaruhi kesehatan lansia secara menyeluruh.
Permasalahan psikologis yang dialami lansia merupakan bagian dari komponen
kualitas hidup seorang lansia, kemudian hubungan sosial lansia dalam keluarga
dan orang sekitar dapat berjalan dengan baik apabila keluarga menjalankan fungsi
keluarga dengan baik terutama dalam fungsi pokok kemitraan (partnership), kasih
sayang dan kebersamaan. Lingkungan tempat tinggal menjadi faktor penting yang
berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia, lingkungan rumah mendukung untuk
meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan dalam menjalin
11
hubungan yang baik untuk kesehatan keluarga atau lansia (Amalia Yulianti dkk,
2014).
Proses menua dapat menimbulkan beberapa masalah, baik fisik, biologis, mental
maupun ekonomi. Salah satu masalah yang timbul adalah penurunan ADL,
penurunan ADL pada lansia merupakan keadaan yang terjadi dalam kehidupan
yang dapat diartikan sebagai kemunduran. Dampak dari kemunduran ADL pada
lansia dapat menyebabkan kerentanan fisik dan beresiko terhadap penyakit
(Inayah, 2017).
dapat diprediksi beberapa usia harapan hidup aktif pada suatu masyarakat.
Hasilnya bahwa lansia setelah melewati kategori usia 65-69 tahun hanya memiliki
10 tahun harapan hidup dalam keadaan aktif, sementara mereka yang berusia
diatasnya periodenya lebih singkat. Bagi mereka yang berusia 85 tahun keatas (di
Amerika Serikat), waktu aktifnya tinggal 2,5 tahun.
Menurut Sugiarto dalam (Ratnawati, 2019) terdapat beberapa macam ADL yaitu :
ADL dasar, ADL instrumental, ADL vokasional dan non vokasional. ADL dasar
atau sering disebut ADL saja adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan dan minum,
toileting, mandi, berhias dan melakukan mobilisasi. Ada juga yang
mengkategorikan buang air besar dan kecil termasuk ADL dasar. ADL
Instrumental adalah ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda
penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan
telefon, menulis mengetik, mengelola uang kertas. ADL vokasional adalah ADL
yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah, dan ADL non
vokasional yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.
Tingkat kemandirian lansia dapat diukur menggunakan indeks katz. Indeks katz
merupakan alat ukur yang dikelompokan menjadi dua pilihan yaitu mandiri dan
ketergantungan, indekz katz merupakan alat ukur yang sudah banyak digunakan
dan berstandarisasi. Indeks Katz mengukur tugas perawatan diri seperti mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah, kontinen dan makan (Maryam, 2010).
Pertama, lansia dikatakan mandiri jika lansia mampu mandi tanpa bantuan dari
orang lain, jika lansia mandi dibantu orang lain seperti membantu membasuh
punggung atau bagian tubuh lainnya maka lansia dikatakan ketergantungan.
Kedua, lansia dikatakan mandiri jika lansia mampu mengambil pakaian dari
lemari, mampu mengenakan dan melepas pakaian sendiri, jika lansia memerlukan
bantuan dalam mengambil dan mengenakan pakaian atau melepas pakaian maka
lansia dikatakan ketergantungan.
Ketiga aktivitas kekamar kecil, jika lansia mampu keluar masuk kamar mandi
dengan mandiri tanpa bantuan dan tanpa alat bantu makan lansia dikatakan
mandiri, bergantung jika lansia dibantu dalam melakukan aktivitas keluar masuk
kamar mandi. Berpindah, lansia dikatakan mandiri jika lansia mampu berpindah
dari tempat satu ketempat lainnya tanpa bantuan, jika bergantung artinya lansia
dalam berpindah tempat dibantu oleh orang lain atau menggunakan kursi roda.
Kontinen (BAK dan BAB), mandiri jika lansia mampu mengontrol kontinen dan
jika bergantung lansia tidak mampu mengontrol atau menggunakan alat bantu.
Aktivitas yang terakhir adalah makan, lansia dikatakan mandiri jika lansia mampu
mengambil makan minum serta menyuapi makanan ke mulutnya tanpa dibantu
orang lain.
14
Sumber: Roehadi (2016), Sugiarto dalam Ratnawati (2019), Maryam (2010), Lara
dkk (2017), Ardiani, Lismayanti & Rosnawaty (2014)
2.4 Hipotesis
Hasil analisis diketahui p value (0,000) yang artinya lebih kecil dari p value 0,05,
maka hasil uji hipotesis dengan uji Kendall’s Tau adalah H 0ditolak dan H 1
diterima maka ada hubungan yang signifikan antara Tingkat Kemandirian ADL
dengan Kualitas Hidup Lansia didesa karanganyar.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
16
17
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini memiliki dua tahap yaitu tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan.
ini sedang terjadi pandemi covid-19. Penggunaan APD bukan hanya oleh peneliti
dan pendamping, tetapi juga digunakan oleh calon responden.
Setelah dilakukan kontrak waktu dengan calon responden dan calon responden
bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian, pada waktu yang telah
ditentukan peneliti dan pendamping penelitian kembali lagi untuk melakukan
penelitian. Jumlah sampel atau responden dalam penelitian ini berjumlah 84 lansia
dari 522 lansia, maka cara mengambil sampel yaitu dengan teknik random
sampling yaitu pengambilan sampel secara acak menggunakan undian. Undian
dibuat peneliti, jika lansia mendapat undian kertas yang bertuliskan responden
maka lansia tersebut merupakan calon responden dalam penelitian. Sebelum
lansia menandatangani surat persetujuan, peneliti menjelaskan terlebih dahulu
maksud serta tujuan dilakukannya penelitian. Lansia yang menerima undian
bertuliskan responden diberi surat persetujuan menjadi responden, calon
responden berhak untuk menerima dan menolak untuk dijadikan responden dalam
penelitian ini. Dari 84 calon responden, hanya tersisa 79 responden, ada 5 lansia
yang tidak bersedia menjadi responden dikarenakan lansia merasa cemas karena
takut dengan pandemic yang sedang terjadi, sebagian lansia sedang dalam
keadaan kurang sehat.
Responden yang tidak dapat membaca dan menulis maka akan dibacakan dan
dituliskan oleh peneliti dan pendamping penelitian atau enumerator dengan
kriteria mahasiswa tingkat akhir yang sudah mempelajari tentang keperawatan
gerontik, metodologi penelitian dan menguasai isi dari kuesioner. Peneliti
memberikan 2 kuesioner yaitu kuesioner variabel tingkat kemandirian ADL dan
kuesioner kualitas hidup lansia.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kriteria dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2015). Populasi dalam
penelitian ini adalah lansia yang keseluruhan berjumlah 522 jiwa (Puskesmas
Kedungbanteng, 2020). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2015).
N
n=
N . ( e )2+1
Keterangan
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
E : margin of error, yaitu persen kelonggaran ketidaktelitian sebesar 10%
N
n= 2
N . ( e ) +1
522
n=
522 ¿ ¿
522
n= = 83,9
6,22
Menurut Sugiyono (2017) bila terdapat koma maka angka dibulatkan, jadi jumlah
sampel dalam penelitian di desa karanganyar (lansia) berjumlah 84 sampel.
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini harus memiliki kriteria
sebagai berikut :
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target dan terjangkau yang akan diteliti (Setiadi, 2013). Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah masyarakat desa karanganyar yang usianya mencapai 60
tahun yang bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi adalah subjek yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak boleh
ada dalam penelitian, maka akan dikeluarkan (Setiadi, 2013). Kriteria eksklusi
21
dalam penelitian ini adalah lansia yang sedang sakit, lansia yang merasa cemas
dan ketakutan karena penelitian dilakukan pada masa pandemic.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2021 di desa Karanganyar Kecamatan
Kedungbanteng Kab. Tegal.
Entry data, entry data merupakan suatu proses pemasukan data tiap variabel ke
dalam komputer untuk selanjutnya dilakukan analisis menggunakan uji statistik
dengan korelasi spearman rank. Tabulation, kegiatan dengan memasukan data
yang dikumpulkan ke dalam master tabel atau base komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau membuat tabel kontingensi. Kemudian
melakukan analisis data sesuai statistika deskriptif (menggambarkan), yaitu
statistika yang membahas cara-cara meringkas, menyajikan dan mendeskripsikan
suatu data dengan tujuan agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna
(Setiadi, 2013).
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
mengungkap fenomena. Data mentah yang didapat tidak dapat menggambarkan
informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah penelitian (Nursalam, 2015).
23
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh antara
faktor independen dengan faktor dependen (Taufik, Kataren & Salmah, 2017).
Uji statistik yang digunakan adalah kendall’s Tau, pengujian ini digunakan untuk
menguji dua variabel apakah ada hubungan atau tidak, dengan jenis data dari
masing-masing variabel adalah ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus
sama serta berdistribusi normal.
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang memiliki arti kebiasaan dan
peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Etika membantu peneliti
untuk melihat secara kritis moralitas dari sisi subjek penelitian. Etika juga
membantu untuk adanya perubahan yang dinamis dalam suatu penelitian
(Masturoh & Anggita T., 2018). Berikut adalah beberapa etika dalam penelitian :
Desa Karanganyar adalah salah satu desa yang berada dibagian barat Kecamatan
Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Desa Karanganyar terkenal dengan obyek
wisatanya yaitu obyek wisata waduk cacaban. Desa Karanganyar jumlah
lansianya ada 522 jiwa yang menjadi populasi dari penelitian. Penelitian di desa
karanganyar dilakukan pada bulan mei sampai juni 2021 dengan cara peneliti
mendatangi rumah-rumah warga desa karanganyar khususnya lansia yang telah
bersedia menjadi responden, untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan
peneliti. Berikut ini merupakan hasil penelitian yang didapat:
4.1.2 Analisa Univariat
Tingkat kemandirian ADL pada lansia desa karanganyar dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.1 distribusi frekuensi responden Tingkat Kemandirian ADL
Tingkat Kemandirian ADL Frekuensi Persentase (%)
Kemandirian Tinggi 77 97,5%
Kemandirian Rendah 2 2,5%
Total 79 100%
25
26
Kualitas hidup lansia desa karanganyar dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kualitas Hidup
Kualitas Hidup Lansia Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 61 77,2%
Sedang 18 22,8%
Rendah 0 0
Jumlah 79 100%
Tingkat kualitas hidup lansia dikategorikan dalam kualitas hidup tinggi (52-76),
kategori kualitas hidup sedang (26-51) da kategori kualitas hidup rendah (1-25).
Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 82 responden sebagian kualitas hidupnya
tinggi yaitu dengan jumlah 61 orang (77,2%), kualitas hidup lansia sedang
berjumlah 18 lansia (22,8%) dan kualitas hidup lansia rendah berjumlah 0. Jadi
kualitas hidup lansia di desa karanganyar dapat dikatakan memiliki kualitas hidup
yang tinggi
Tabel 4.3 Uji hipotesis Tingkat Kemandirian ADL dengan Kualitas Hidup Lansia
di desa Karangnyar Kecamatan Kedungbanteng
Kualitas Hidup
Tingakt
Lansia
Kemandirian
Rendah sedang tinggi Total % p value ¿ ¿):
Jumlah 0 19 60 79 100%
Berdasarkan hasil uji statistic menggunakan Kendll’s Tau diperooleh hasil p value
0,000, dengan nilai signifikansi (0,05) maka ρ<α maka H 0: ditolak dan H 1 :
diterima yang berate ada hubungan antara tingkat kemandirian ADL dengan
kualitas hidup lansia dengan koefisien korelasi ¿ ¿): 0,513 yang bermakna
kekuatan hubungan positif, semakin baik lansia dalam pemenuhan tingkat
kemandirian ADL maka kualitas hidupnya semakin tinggi. Table diatas
menunjukkan adanya 1 lansia dengan tingkat kemandirian rendah memiliki
kualitas hidup sedang dan ada 1 lansia dengan tingkat kemandirian rendah namun
memiliki kualitas hidup tinggi. Sebanayak 18 lansia dengan tingkat kemandirian
tinggi memiliki kualitas hidup sedang dan sebanayak 59 lansia dengan tingkat
kemandirian tinggi memiliki kualitas hidup tinggi.
4.2 Pembahasan
Hal ini sesuai dengan Palestin (2016), lansia yang mandiri adalah lansia yang
kondisinya sehat dalam arti luas masih mampu untuk menjalankan kehidupan
pribadinya. Lansia yang sehat berarti lansia yang mampu melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa bantuan orang lain, aktivitas tersebut meliputi mandi, berpakaian
rapi, pergi ke toilet, berpindah tempat, dapat mengontrol buang air kecil dan
besar serta dapat makan sendiri. Lansia yang memiliki tingkat kemandirian yang
tinggi adalah mereka yang secara fisik dan psikologis memiliki kesehatan yang
cukup prima. Persentase yang paling tinggi adalah mereka yang mempunyai
kesehatan baik. Status kesehatan yang baik akan berdampak pada kemampuan
melakukan aktivitas apa saja dalam kehidupan sehari-hari seperti mengurus diri
sendiri, bekerja dan rekreasi (Darmawati & Kurniawan, 2021).
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari
(2014), penelitian ini menunjukkan sebesar 864% termasuk dalam kategori katz
A, yaitu mandiri untuk 6 aktivitas. 11,4% termasuk kategori katz B yaitu mandiri
untuk 5 aktifitas. 2,3% katz C yaitu mandiri kecuali mandi dan 1 fungsi lain,
dalam melaksanakan ADL. Kemandirian yang kurang dapat disebabkan karena
kurangnya aktivitas pada lansia dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dapat
29
Lansia yang memiliki kualitas hidup cukup baik adalah lansia yang menerima
hidup dengan apa adanya, merasa puas terhadap kondisi tempat tinggalnya dan
terhadap dirinya sendiri serta menerima penampilan tubuh apa adanya (Murwani,
2011). Kualitas hidup merupakan persepsi individu sesuai dengan posisinya saat
ini, baik dalam konteks budaya, sistem nilai yang berkembang berhubungan pada
tujuan pengharapan standar, perhatian yang aspeknya meliputi fisik, psikologis,
sosial, dari bidang kesehatan yang dipengaruhi oleh pengalaman pribadi
seseorang, kepercayaan harapan serta persepsi sehubungan dengan penyakit
tertentu dan pengobatan. Kualitas hidup yang optimal atau Optimum aging
30
sebagai kondisi fungsional lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal,
sehingga memungkinkan mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh
makna, membahagiakan, berguna, dan berkualitas yang berkaitan dengan
lingkungan tempat individu tersebut tinggal (Ratnawati, Wahyudi and Zetira,
2019).
Lansia yang memiliki kualitas hidup baik dikarenakan adanya rasa sejahtera yang
dialami baik dari segi ekonomi maupun spiritual. Kualitas hidup merupakan
sejauh mana lansia dapat merasakan dan menikmati terjadinya segala peristiwa
penting dalam kehidupannya sehingga menjadi sejahtera (Nofitri, 2019). Jika
lansia dapat mencapai kualitas hidup yang tinggi, maka kehidupan lansia
mengarah pada keadaan sejahtera, sebaliknya jika lansia mencapai kualitas hidup
yang rendah, maka kehidupan lansia mengarah pada keadaan tidak sejahtera. Hal
ini juga disebutkan oleh Pujiani (2017), bahwa setiap individu (lansia) memiliki
kualitas hidup yang berbeda-beda tergantung dari kepribadian masing-masing
individu dalam menyikapi suatu masalah yang terjadi pada hidup seseorang. Jika
individu menghadapi masalah tersebut dengan positif maka kualitas hidupnya
akan baik, sebaliknya jika seseorang menyikapinya dengan negatif maka kualitas
hidupnya negative.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arisandy (2019)
dari 40 responden yang memiliki kualitas kategori berkualitas sebanyak 38
responden (95,9%), lebih banyak jika dibandingkan dengan kategori tidak
berkualitas sebanyak 2 responden (5,0%). Ini juga didukung oleh penelitian lain
yaitu penelitian dari Yuzefo, dkk (2015), hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam kategori baik atau tinggi yaitu sebanyak 50 responden (51,5%) dan yang
buruk yaitu sebanyak 47 orang (48,5%) dari 97 responden). Hasil penelitian lain
yang dilakukan oleh Adina (2017) diketahui dari 52 responden yang diteliti,
persentase paling banyak untuk kualitas hidup lansia yaitu pada kategori tinggi
sebesar 42 responden (80,8%) dan persentase paling sedikit yaitu kategori rendah
sebesar 3 responden (5,8%). Banyaknya responden yang memiliki kualitas hidup
31
tinggi disebabkan karena lanjut usia tinggal dirumah dan masih bersama keluarga
sehingga kualitas hidup lansia lebih terjamin.
Kualitas hidup lansia di desa karanganyar yang tinggi dilihat dari hasil penelitian
melalui kuesioner kualitas hidup lansia, pada aspek kesehatan fisik lansia
sebgaian besar lansia dapat melakukan ADLnya dengan baik dan tidak bergantung
dengan orang lain maupun dengan alat medis. Lansia dapat melakukan suatu
aktivitas jika lansia tersebut sehat secara mental, ini berkaitan dengan psikologis
lansia. Sebagaian besar lansia menyaakan bahwa mereka merasa puas dengan
kehidupannya. Lansia desa karanganyar sebagian besar memiliki hubungan sosial
yang baik dengan masyarakat sekitar, ada lansia yang masih mengikuti kegiatan
sosial di desa. Lansia mengatakan aktif dalam aktivitas sosial seperti tergabung
dalam paguyuban atau posyandu lansia, sehingga memiliki ruang atau kesempatan
untuk saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan saling memberikan
perhatian.
Kualitas hidup lansia yang tinggi juga dilihat dari hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa sebaagian besar lansia merasa puas dengan keaadaan yang
aman dilingkungan tempat tinggal serta fasilitas yang ada dilingkungan tempat
tingalnya. Hal tersebut yang menjadikan lansia merasa percaya diri dengan
kehidupannya. lingkungan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
lansia, Setyorini (2018) mengungkapkan bahwa lingkungan rumah mendukung
untuk meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan dalam menjalin
hubungan yang baik untuk kesehatan keluarga atau lansia.
32
4.2.3 Hubungan Tingkat Kemandirian ADL dengan Kualitas Hidup Lansia di desa
Karanganyar
Hasil uji kendall's Tau menunjukkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa
sebagian besar lansia dengan tingkat kemandirian tinggi memiliki kualitas hidup
yang tinggi yaitu sebesar (77,2%), diperoleh nilai r s ¿0,543) dengan nilai
signifikansi (p-value) sebesar 0,000 sehingga disimpulkan ada hubungan
kemandirian activity daily living (ADL) dengan kualitas hidup lansia di desa
karanganyar. Berdasarkan hasil uji dalam penelitian ini digunakan tingkat
kesalahan 5% atau sebanding dengan p value 0,005 dan didapatkan hasil
confidence level atau tingkat kepercayaan sebesar 95% yang artinya bahwa hasil
penelitian pada 79 sampel yang diambil kemungkinan 75 sample saya akan
menckup nilai populasi mean sesungguhnya.
Kualitas hidup lansia dapat dilihat dari kemampuan lansia dalam melakukan
aktivitas sehari-hari yang meliputi kemampuan makan, berpakaian, buang air
besar dan kecil serta mandi. Seseorang yang mandiri akan mampu untuk
mengaktualisasikan dirinya pada orang lain dan lingkungannya (Fatma, 2018).
Kualitas hidup lebih menekankan pada persepsi terkait dengan kepuasan terhadap
posisi dan keadaan lansia di dalam hidupnya, dan cenderung dipengaruhi oleh
sejauh mana kebutuhan ekonomi dan sosialnya terpenuhi, serta perkembangan
lansia dalam kehidupannya. Adanya kualitas hidup yang baik pada lansia desa
karanganyar dikarenakan mereka di usia senja masih mampu melakukan aktivitas
yang berat demi memenuhi kebutuhan hidup. Kebiasaan sehari-hari dengan
melakukan aktivitas berat membuat lansia lebih mandiri dalam melakukan ADL
nya.
Semakin bertambah usia seseorang maka terjadi proses perubahan dalam sistem
tubuhnya yang berkembang secara terus-menerus dengan berbagai perubahan
yang terdiri atas perubahan fisik, perubahan perilaku dan sikap, perubahan
psikologi, perubahan sosial dan perubahan lingkungan. Semua perubahan tersebut
akan berdampak besar bagi kesehatan seseorang terutama bagi lansia, hal ini
33
Kualitas hidup lansia yang tinggi dikarenakan kesehatan fisiknya yang baik,
psikologis, lingkungan dan hubungan sosial yang baik, sedangkan kualitas hidup
lansia yang rendah disebabkan oleh kondisi fisik yang semakin menurun akibat
faktor usia sehingga kinerja tubuh juga menurun. Dampak dari kualitas hidup
yang rendah bagi lansia timbul karena lansia mengalami perubahan-perubahan
diantaranya interaksi sosial menurun, derajat kesehatan menurun, sehingga lansia
mengalami kesepian, kekurangan informasi terkait kesehatan lansia, menurunnya
produktivitas lansia, aktivitas sehari-hari lansia terganggu baik dari segi fisik,
sosial maupun ekonomi. Penurunan kapasitas mental, perubahan sosial kepikunan
serta depresi (Samper dkk, 2017).
Dari data yang didapat bahwa sebagian besar lansia memiliki kemandirian yang
tinggi serta kualitas hidup yang tinggi pula. Kualitas hidup lansia yang tinggi
karena pada kesehatan fisik, psikologis dan sosialnya baik. Kualitas fisik tersebut
berhubungan dengan ADL dasar yang dilakukan lansia dalam kehidupan sehari-
harinya seperti mandi, berjalan, makan, toileting serta berpakaian. Lansia yang
memiliki kondisi fisik yang baik akan memiliki tingkat kemandirian ADL mandiri
yang akan mempengaruhi kualitas hidupnya, apabila tingkat kemandirian ADL
yang mandiri kemungkinan lansia akan memiliki kualitas hidup yang tinggi.
Lansia yang memiliki kondisi fisik yang menurun memungkinkan untuk
34
bergantung dengan orang lain dalam melakukan ADL hal tersebut akan
memungkinkan lansia memiliki kualitas hidup yang kurang.
Penelitian lain dilakukan oleh Byeon and Koh (2016) yang meneliti hubungan
antara kemampuan mengkomunikasikan aktivitas daily living dengan kualitas
hidup lansia yang mengalami stroke. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan kemampuan mengkomunikasikan
kemampuan aktivitas daily living lansia dengan kualitas hidup lansia, dimana
lansia yang mampu mengkomunikasikan keterbatasan aktivitas daily livingnya
akan mendapatkan perlakuan yang tepat sehingga meningkatkan kualitas
hidupnya. Penelitian Habsari (2014), yang menyimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara aktivitas fisik dan kualitas hidup yaitu dengan melakukan
aktivitas fisik, dapat meningkatkan harapan hidup yang lebih panjang. Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2018) mengatakan bahwa level aktivitas
fisik yang tinggi berhubungan dengan kualitas hidup yang baik pada lansia, baik
dalam skala kualitas kesehatan fisik maupun kualitas kesehatan mental.
Faktor yang mempengaruhi tingginya kualitas hidup lansia salah satunya adalah
factor social, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahya, dkk
(2018), berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 28 responden
didapatkan dukungan sosial kurang 17 (60,7%), dukungan cukup 1 (3,6%) serta
35
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kualitas hidup yang baik akan
memiliki tingkat kemandirian yang baik pula, hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan lansia dalam menjalankan kehidupannya sesuai dengan kondisi lansia
dalam kesehariannya. Hal ini diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Faqih (2017) yang menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat
kemandirian dengan kualitas hidup dengan korelasi sedang (0,525), semakin
mandiri seseorang dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari semakin baik pula
kualitas hidupnya.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa jika lansia memiliki tingkat kemndirian
tinggi maka kualitas hidpnya akan tinggi, namun dari hasil table silang yang
diperoleh dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa ada 1 lansia dengan tingkat
kemandirian rendah memiliki kualitas hidup yang tinggi. Lansia dengan
kemandirian rendah namun memiliki kualitas hidup yang tinggi karena pada hasil
pengisian kuesioner pada aspek psikologis, lansia merasa puas dengan
kehidupannya dan merasa hidupnya berarti serta merasa hubungan social baik.
Sebanayak 18 lansia dengan tingkat kemandirian tinggi memiliki kualitas hidup
sedang, hal tersebut dikarenakan pada aspek psikologis lansia kadang-kadang
merasa puas dengan hidupannya dan terkadang merasa tidak berarti dalam
kehidupannya. Lansia yang mandiri terkadang kurang dalam bersosialisasi, karena
beberapa hal tersebut menjadikan lansia memiliki kualitas hidup sedang.
36
4.3.1 Metode
Keterbatasan dalam penelitian ini terletak pada metode yang digunakan, dimana
peneliti melakukan penelitian dengan door to door sehingga penelitian berjalan
cukup lama dengan responden yang banyak.
4.3.2 Sampel
Penelitian dilakukan pada saat pandemic, dengan sampel atau responden lanjut
usia menjadikan peneliti harus lebih bisa mendekatkan diri pada lansia, karena
lansia cenderung cemas dan takut kepada tenaga kesehatan.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
5.1.2 Sebagian besar kualitas hidup lansia di desa Karanganyar kualitas hidupnya
tinggi
5.1.3 Ada hubungan tingkat kemandirian ADL dengan kualitas hidup lansia di
desa Karanganyar kecamatan Kedungbanteng, Tegal
5.2 Saran
Diharapkan bagi institusi pendidikan untuk selalu memberikan motivasi dan ilmu
kepada mahasiswa, agar mahasiswa dapat memberikan informasi yang baik
melalui ilmu yang telah diperoleh khususnya penyuluhan kesehatan tentang
activity daily living (ADL) dan kualitas hidup.
37
38
38
Cahya, E., Harnida, H., Indrianita, V. (2018). Hubungan Dukungan Sosial Dengan
Kualitas Hidup Lansia Di Posyandu Lansia Wiguna Karya Kebonsari
Surabaya. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan. 33-47. ISSN : 2621-0231.
Dewi, S. K. (2018). Level Aktivitas Fisik dan Kualitas Hidup Warga Lanjut Usia.
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia.
Fatma, Mia, dkk. (2018). Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia Konsep Dan
Berbagai Intervensi. Malang : Wineka Media.
Giawa, A., Ginting, C. N., Telaumbanua, A., Laia, I., & Manao, T. C. (2019).
Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Terapi Hemodialisa Melalui Strategi Koping Di Rsu Royal
Prima Medan Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, 5(2), 661-
667.
Habsari, D. (2014). Hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup pada lansia di
desa Margoagung Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman Yogyakarta
Skripsi. Yogyakarta (ID): Universitasgajah mada.
Horwoitz, Beverly., P & Vanner, Elizabeth. (2010). Relationships Among Active
Engagement In Life Activities and Quality of Life for qssited-living
Residents. Journal of Housing For the Elderly. May 24(2), 130-150.
Nauli, F. A., Yuliatri, E., & Savita, R. (2014). Hubungan Tingkat Depresi Dengan
Tingkat Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari-hari Pada Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tembilahan Hulu. Jurnal Keperawatan
Soedirman, 9(2), 103-110.
Nofitri, 2019. Gambaran Kualitas Hidup Orang Dewasa pada Lima Wilayah di
Jakarta. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Nursalam, (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Prima Medan Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, 5(2), 661-667.
Rahmad, R. E., Asih, S. W., & Dewi, S. R. (2020). Hubungan Interaksi Sosial
Dengan Tingkat Kemandirian Dalam Pemenuhan Activity Of Daily Living
(ADL) Pada Lansia Di UPT PSTW Jember. 1-11.
Rahmawati, I., Effendi , E., & Reko, R. (2020). Hubungan Katarak Dengan
Tingkat Kemandirian Lansia Di Balai Pelayanan Dan Penyantunan Lanjut
Usia Provinsi Bengkulu. Jurnal Ners Lentera, 8(1), 17-24.
Rahmawati, I., Effendi , E., & Reko, R. (2020). Hubungan Katarak Dengan
Tingkat Kemandirian Lansia Di Balai Pelayanan Dan Penyantunan Lanjut
Usia Provinsi Bengkulu. Jurnal Ners Lentera, 8(1), 17-24.
Rohaedi, S., Putri, S. T., & Karimah, A. D. (2016). Tingkat Kemandirian Lansia
Dalam Activities Daily Living Di panti Sosial Tresna Werdha Senjarawi.
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 2(1), 16-21.
Rohmah, A I., Purwaningsih., Bariyah, K. (2012). Kualitas Hidup Lansia. Jurnal
Keperawatan, 120-132.
Selo, J., Candrawati, E., Putri, R M. (2017). Perbedaan Tingkat Stres Pada Lansia
Di Dalam Dan Di Luar Panti Werdha Pangesti Lawang. Nursing News,
2(3), 522-533.
Yuliati, Amalia, Baroya & Ririanty. (2014). Perbedaan Kualitas Hidup Lansia
Yang Tinggal Di Komunitas Dengan Di Pelayanan Sosial Lanjut Usia, e-
Jurnal Pustaka Kesehatan, 2(1).
Peneliti
Anik Ariffiani
LAMPIRAN 2
PRODI SARJANA KEPERAWATAN LEMBAR
DAN NERS STIKes BHAMADA INFORMASI
SLAWI PENELITIAN
Setelah mendapat persetujuan dari peneliti tentang tujuan, manfaat dan prosedur
penelitian ini, saya menyatakan bersedia ikut dalam penelitian tentang “Hubungan
Tingkat Kemandirian Activity Daily Living dengan Kualitas Hidup Lansia di
Desa Karanganyar Kecamatan Kedungbanteng”. Apabila saya sewaktu-waktu
mengundurkan diri dari penelitian ini, saya tidak akan dituntut apapun.
Demikian surat persetujuan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini saya buat
untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Tegal, 2021
( )
LAMPIRAN 3
PRODI SARJANA KEPERAWATAN LEMBAR
DAN NERS STIKes BHAMADA INFORMASI
SLAWI PENELITIAN
Kepada Yth.
Sdr. Calon Responden Penelitian
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program, Studi S1 Ilmu
Keperawatan dan Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada
Slawi.
Nama : Anik Ariffiani
NIM : C1017056
LAMPIRAN 4
PRODI SARJANA KEPERAWATAN LEMBAR
DAN NERS STIKes BHAMADA INFORMASI
SLAWI PENELITIAN
KUESIONER
Petunjuk Pengisian
1. Daftar pertanyaan dibawah ini hanya semata-mata untuk data penelitian dalam
rangka penyelesaian studi, sehingga jawaban jujur dari saudara/i sangat
mendukung bagi perkembangan penelitian ini
2. Untuk pengisian kuesioner pada poin A di beri tanda centang (√) untuk
pengisian identitas, seperti nama, usia, jenis kelamin, pendidikan akhir dan
pekerjaan
3. Untuk poin B isi dengan memberikan skor atau penilaian terhadap aktivitas
yang dapat anda lakukan secara mandiri dan tergantung
4. Untuk poin C beri tanda centang (√) untuk pengisian jawaban kuesioner yang
anda pilih
A. Identitas Responden
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Akhir :
Pekerjaan :
Berilah poin atau nilai 1 untuk mandiri dan 0 untuk ketergantungan pada kolom
poin !
Keteangan:
Mandiri :6
Tergantung ringan :5
Tergantung paling ringan :4
Tergantung sedang :3
Tergantung berat :2
Tergantung paling berat :1
Tergantung total :0
Hasil :
Tingkat kemandirian tinggi:
Skor
Kualitas Hidup Tinggi : 52 – 76
Kualitas Hidup Sedang : 26 – 51
Kualitas Hidup Rendah : 1 – 25
Frequencies
Notes
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,02
Statistics
TingkatKemandir KualitasHidupLa
ianADL nsia
N Valid 79 79
Missing 0 0
Frequency Table
TingkatKemandirianADL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rendah 2 2,5 2,5 2,5
KualitasHidupLansia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
Cases
TingkatKemandirianADL *
79 100,0% 0 0,0% 79 100,0%
KualitasHidupLansia
% within
50,0% 50,0% 100,0%
TingkatKemandirianADL
tinggi Count 18 59 77
% within
23,4% 76,6% 100,0%
TingkatKemandirianADL
Total Count 19 60 79
% within
24,1% 75,9% 100,0%
TingkatKemandirianADL
Correlations
Tingkat
kemandirian Kualitas hidup
ADL lansia
N 82 82
N 82 82
One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the
Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
ADL 40,500 78 ,000 5,12658 4,8746 5,3786