Anda di halaman 1dari 27

TEORI STRUKTUR, FUNGSI DAN STRESS KELUARGA

DOSEN PENGAMPU : NS. SISKA EVI, S.KEP.MNS

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Audyna Riski (200204004)


2. Fitri Laras Martanti Br Zega (200204020)
3. Oswald Hutagalung (200204089)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadiran tuhan yang maha esa atas berkat dan rahmat
karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah “TEORI STRUKTUR, FUNGSI DAN
STRESS KELUARGA” dengan baik selesainya penyusunannya berkat bantuan moral
maupun material dari berbagai pihak pada kesempatan ini kelompok mengucapkan
terimakasih kepada NS. SISKA EVI, S.KEP.MNS selaku dosen pengajar yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dari isi
maupun susunannya, untuk itu kami membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dibidang keperawatan, akhir kata tim kelompok mengucapkan
terimakasih.

Medan, 30 September 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...…………………………………………………………………..

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...……….

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………..

A. Latar Belakang…………………………………………………………………..

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………..
C. Tujuan Makalah…………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………..

A. TEORI STRUKTUR .………………...………………....………………………

B. TEORI FUNGSI ……………....……………………...…………………………


C. STRESS KELUARGA ………………………………………………………….
D. PENGUKURAN TINGKAT STRESS…………………………………………

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………..

A. Kesimpulan……………………………………………………………………..

B. Saran……………..……….……………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. ..
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Struktur keluarga mencerminkan hubungan biologi, status perkawinan dan kemitraan dan
pengaturan (Paisley & Petren, 2015). Pengetahuan tentang struktur, fungsi, dan proses
keluarga sangat penting untuk memahami interaksi keluarga yang memengaruhi kesehatan,
penyakit, dan kesejahteraan.

Pengetahuan tentang struktur keluarga, fungsi, dan proses keluarga merupakan konsep dan
kerangka kerja yang dapat digunakan perawat dalam memberikanpengkajian dan intervensi
keperawatan yang efektif untuk keluarga. Terdapat faktor internal dan cksternal yang
memengaruhi anggota keluarga baikindividu maupun keluarga secara keseluruhan. Faktor
internal keluarga meliputi karakteristik individu, komunikasi, dan interaksi, sedangkan faktor
eksternal keluarga meliputi lokasi rumah tangga keluarga, kebijakan sosial, dan tren ckonomi.
Anggota keluarga memiliki tanggapan yang berbeda terhadap faktor-faktor tersebut.
Meskipun beberapa faktor ekstenal mungkin tidak dapat dimodifikasi dengan mudah, perawat
dapat membantu anggota keluarga untuk mengelola perubahan, konflik, dan kebutuhan
perawatan dengan keterampilan koping, pola komunikasi, lokasi sumber daya yang

dibutuhkan, penggunaan infornmasi yang efektif, atau pembuatan ritual atau rutinitas
keluarga (Kaakinen et al., 2015). Perawat yang bekerja dengan keluarga dapat membantu
mereka dengan transisi hidup yang dibutuhkan. Misalnya, ketika seorang anggota keluarga
mengalami kondisi kronis seperti diabetes, peran keluarga, rutinitas, dan hierarki kekuasaan
mungkin dipertanyakan. Perawat harus siap untuk mengatasi masalah keluarga yang
kompleks dan holistis akibat penyakit serta memenuhi kebutuhan medis individu tersebut
(Kaakinen et al., 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori struktur keluarga?
2. Apa saja teori fungsi keluarga?
3. Apa itu stress keluarga?
4. Bagaiamana cara pengukuran tingkat stress?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami teori struktur keluarga
2. Menegtahui dan memahami teori fungsi keluarga
3. Mengetahui dan memahami stress keluarga
4. Mengetahui dan memahami cara pengukuran tingkat stress
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Struktur Keluarga

Struktur keluarga adalah rangkaian hubungan yang teratur di dalam keluarga,

antara keluarga dan sistem sosial lainnya. Dalam menentukan struktur

keluarga, perawat perlu mengidentifikasi hal-hal berikut (Kaakinen et al.

2015):

1. Individu yang termasuk dalam keluarga

2. Hubungan di antara anggota keluarga

3. Interaksi antara anggota keluarga

4. Interaksi dengan sistem sosial lain

Memahami struktur keluarga memungkinkan perawat membantu keluarga

mengidentifikasi strategi koping yang efektif untuk gangguan kehidupan

sehari-hari, krisis perawatan kesehatan, promosi kesehatan, dan pencegahan

penyakit. Selain itu, perawat berperan penting dalam mengadvokasi dan

mengembangkan kebijakan sosial yang relevan dengan kebutuhan perawatan

kesehatan keluarga. Informasi struktur keluarga yang lengkap memudahkan

perawat mengidentifikasi kebutuhan khusus dari keluarga yang unik,

memberikan perawatan klinis yang sesuai untuk meningkatkan ketahanan

keluarga, dan bertindak sebagai agen perubahan untuk memberlakukan

kebijakan sosial yang mengurangi beban keluarga (Kaakinen et al., 2015).

Keluarga terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran. Struktur atau komposisi

keluarga yang bervariasi tersebut membentuk karakteristik kolektif individu

yang membentuk satu kesatuan keluarga (usia, jenis kelamin, dan jumlah).

Penelitian yang berkembang tentang struktur dan fungsi keluarga menemukan

bahwa keluarga telah berubah karena penurunan jumlah perkawinan,


peningkatan pasangan belum menikah yang tinggal bersama, tingkat

ceraian, dan peningkatan kelahiran di luar nikah. Struktur keluarga terbagi

dalam dua kategori umum: tradisional dan non tradisional atau kontemporer

(Allender, Rector & Warmer, 2010).

B. Fungsi Struktur Keluarga

A. Strukur legalisasi

Masing masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapar
(demokrasi)

b. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi

c. Struktur yang terbuka dan anggota kelurga yang terbuka : mendorong kejujuran dan
kebenaran (hon- esty dan authenticit)

d. Struktur : suka melawan dan tergantung pada peraturan.

e. Strukrur yang bebas : tidak ada peraturan yang memaksa (permissiveness)

f. Strukrur yang kasar :abuse (menyiksa, sukar berteman)

g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)

h. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress eosiona)

Friedmann (1986) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut:

1. Fungsi afektif

Fungsi afekrif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yarng merupakan basis
kekuatarn keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psiko sosial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.
Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam
keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah:

a. Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka,
kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya
tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga
merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar
keluarga/masyarakat.

b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan
dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi
afektif akan tercapai.

c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup
baru. Ikatan antarnanggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anakanak dapat meniru tingkah
laku yang positif dari kedua orang tuanya.

Fungsi afektif merupakan "sumber energi" yang menentukan kebahagian keluarga. Keretakan
keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afekrif di dalam
keluarga tidak dapat terpenuhi.

2. Fungsi sosialisasi.

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan sosial
(Friedmann1986). Sosalisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi,

misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang di
sekitarnya.Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.
Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan
antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.Anggota keluarga belajar disiplin,
belajar norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.

3. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka
dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada
pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.

4. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi keburuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak
pasangan sekarang kita lihat dengan pernghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri
hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.

5. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfugsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
untuk mencegah terjadinya gangguarn kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang
sakit. Kemampuan keluarga dalamn memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat
dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan
tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:

(Friedmann 1998)

1. Mengenal masalah kesehatan.

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

5. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan mnasyarakat.

Fungsi keluarga menurut Allender 1998

1. Affection

A.menciptakan suasana persaudaraan atau menjaga perasaan

b. mengembangkan kehidupan sexual dan kebutuhan sexual

c. menambah anggota baru.

2. Security and acceptance

a. mempertahankan kebutuhan fisik

b. menerima individu sebagai anggota

3. ldentity and satisfaction

a. mempertahankan motivasi

b. mengembangkan peran dan self image

c mengidentifikasi tingkat sosial dan kepuasan aktifitas.

4. Affiliation and companionship

a. mengembangkan pola komunikasi

b. mempertahankan hubungan yang harmonis

5. Socialization

a. mengenal kultur (nilai dan perilaku)


b. aturan atau pedoman hubungan internal dan eksternal

c melepas anggota

6. Controls

a. mempertahankan kontrol sosial

b. adanya pembagian kerja

c. penempatan darn menggunakan sumber daya yang ada.

C.DIMENSI DASAR STRUKTUR KELUARGA

Dasar dasar kekuasaan keluarga adalah seperti dibawah

a. Legitimate power/ authority atau kekuasaan/ wewenang yang sah (hak untuk mengontrol)

Disebut juga sebagai wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama dan
persepsi dari anggota keluarga bahwa satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah
laku anggota keluarga yang lain. Kekuasaan ini didukung oleh peran, posisi, hakhak secara
budaya atau tradisi seperti orang tua terhadap anak.

b. Helpass or powerless power atau kekuasaan yang tidak berdaya atau putus asa.

Tipe kekuasaan ini merupakan suatu bentuk penting dari kekuasaan yang sah yang didasarkan
pada hak yang diterima secara umum dari mereka yang membutuhkan atau dari mereka yang
tidak berdaya yang mengharapkan dari mereka yang mempunyai posisi untuk memberikan
bantuan. Seperti kekuasaan orang yang sedang sakit, cacat atau lanjut usia.

c. Referent power (seseorang yang ditiru)

Kekuasaan yang dimilki orangorang tertentu terhadap orang lain karena identifikasi positif
terhadap mereka, seperti identifikasi positif seorang anak dengan orang tua (sebagai role
model)

d. Resource or expert power atau kekuasaan sumber atau ahli (pendapat ahli)

Kekuasaan sumber adalah tipe dasar kekuasaan yang datangnya dari sumbersumber berharga
dalam jumlah yang lebih banyak dalam suatu hubungan seperti penggunaan teknik antar
pribadi. Kekuasaan ahli adalah sebuah sumber kekuasaan yang ada dalam suatu hubungan
jika seorang yang sedang dipengaruhi merasa bahwa orang lain (ahli) memiliki pengetahuan
khusus, keterampilan/keahlian, atau pengalaman.

e. Reward power atau kekuasaan penghargaan.


Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima oleh seseorang dari orang
yang mempunyai pengaruh karena kepatuhan seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap
orang tua.

f. Coercive power atau kekuasaan paksaan atau dominasi.

Sumber kekauasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum dengan paksaan, ancaman,


atau kekerasan bila mereka tidak mau taat.

g. Informational power atau kekuasaan informasional

Dasar kekuasaan inií adalah melalui persuasi. Tipe kekuasaan ini sama dengan kekuasaan
ahli tetapi lingkupnya lebih sempit.

h. Affective power atau kekuasaan afektif

Kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan atau tidak memberikan
afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan sexual pasangan suami-istri.

i. Tension management power atau kekuasaan manajemen ketegangan.

Tipe dasar kekuasaan ini diturunkan darí control yang dicapai oleh satu pasangan dengan
mengatasi ketegangan dan konflik yang ada dalam keluarga melalui perdebatan,
ketidaksepakatan dalam memasukkan anggota keluarga untuk mengalah.

Hasil kekuasaan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan kepurusan
dalam keluarga seperti :

1. Konsensus

Merupkan cara yang sehat dalam pengambilan keputusan karena langkah-langkahnya


disetujui oleh anggota keluarga yang terlibat. Saling ketergantungan dan egalitarianisme,
kemampuan untuk mendiskusikan dan mengatasi masalah sangat diperlukan diantara anggota
keluarga.

2. Akomodasi

Pengambilan keputusan melalui suatu perjanjian untuk setuju, untuk menggunakan keputusan
umum dalam menghadapi perbedaan yang tidak dapat disatukan. Keputusan tersebut diambil
melalui beberapa cara seperti cara seperti kecurigaan, penawaran, dan paksaan.

3. Defacto

Pada pengambilan keputusan ini sesuatu dibiarkan terjadi tanpa perencanaan. Keputusan
diambil dengan dipaksakan oleh kejadian-kejadian karena tidak adanya pembuatan keputusan
yang aktif, sukarela atau efektif. Keputusan ini bisa juga dibuat pada saat terjadi perdebatan
keluarga yang belum ada solusinya. Biasanya keluarga yang menggunakan cara ini
mempunyai ciri : disorganisasi, keluarga banyak masalah, dan anggota keluarga meyakini
dan merasa tidak mampu mengendalikan diri.
Menurut Friedmann struktur keluarga terdiri atas:

1. Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) bersifat terbuka dan jujur, (2) selalu
menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikiran positif, dan (4) tidak mengulang-ulang isu dan
pendapat sendiri.

Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk:

A. Karakteristik pengirim:

. Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat. Apa yang disampaikan jelas dan
berkualitas. Selalu mneminta dan menerima umpan balik.

B. Karakteristik penerima:

• Siap mendengarkan.

• Memberikan umpan balik.

• Melakukan validasi.

2. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat
misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat
dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua
mereka entah ke mana atau malah berdiam diri di rumah.

3. Stuktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan
atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.

Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan:

a. Legitimati power.

b. Referentpower.

c. Rewardpower.

d. Coercivepower.

e. Affective Power.

4. Nilainilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga

D. Macam-macam Struktur Keluarga

Struktur keluarga berdasarkan tipenya terdiri atas bermacam-macam, diantaranya adalah :

1. Patrilinier

Patrilinier adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilinier

Matrilinier adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrilokal

Matrilokal adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri.

4. Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami

5. Keluarga Kawinan.

Adalah hubungan suami isteri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami isteri.

Berdasarkan hubungannya dengan fungsi-fungsi keluarga, struktur keluarga terdiri dari:

1. Struktur eligasi : masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam


menyampaikan pendapat
2. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi
3. Struktur yang terbukan dan anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan
kebenaran
4. Struktur yang kaku : suka melawan dan tergantung pada peraturan
5. Struktur yang bebas : tidak adanya peraturan yang memaksakan
6. Struktur yang kasar : menyiksa, kejam dan kasar
7. Suasana emosi yang dingin
E. Ciri-Ciri Struktur Keluarga

Adapun cirri-ciri struktur keluarga anatara lain;

1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota


keluarga.
2. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsi masing-masing.

F. Elemen atau Dimensi dalam Struktur Keluarga

Parad dan caplan (1965) yang diadopsi oleh friedman mengatakan ada empat elemen struktur
keluarga, yaitu:

1. Struktur kekuatan keluarga

a. Definisi

Kekuasaan adalah kemampuan, baik kemampuan potensial maupun actual dari seorang
individu untuk mengontrol, mempengaruhi, dan mengubah tingkah laku seseorang.
Kekuasaan selalu melibatkan hubungan antar pribadi yang asimetris (satu interakten)
menggunakan pengaruh yang lebih besar dalam hubungan. Komponen utama dari kekuasaan
keluarga adalah pengaruh dan pengambilan keputusan. Pembuatan keputusan ini merujuk
pada proses pencapaian persetujuan dan komitmen anggota keluarga untuk melakukan
serangkain tindakan atau menjaga status quo.

b. Mengukur kekuasan keluarga

• Hubungan alokasi tugas dengan kekuasaan kelurga

Menurut Blood dan wolfe (1955) berasumsi bahwa terdapat suatu hubungan positif antara
siapa yang ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu dan kekuasaan dalam bidang tersebut.
Selain itu terdapat penelitian pula bahwa hal ini merupakan pembagian tanggung jawab di
dalam keluarga.

• Berfokus pada hasil pembuatan keputusan

Dalam hal ini kekuasaan kelurga secara khusus telah di teliti dalam memusatkan perhatian
pada pengambilan keputusan

c. Bidang – bidang pengkajian umum

1. Dasar – dasar kekuasaan


• Kekuasaan atau wewenag yang sah

Contohnya adalah control dominasi orang tua pada anak.

• Kekuasaan yang tak berdaya atau putus asa

Contohnya dimana salah satu anggota keluarga sakit secara kronis, cacat, atau lansia. Seorang
suami atau istri atau anggota keluarga yang cacat dapat mengontrol anggota keluarga atas
dasar ketidakberdayaannya atau kelemahannya.

• Kekuasaan referen

Contohnya anak – anak meniru tingkah laku anggota keluarga.

• Kekuasaan ahli dan sumber

Suami dominan karena ia mengontrol uang belanja, atau istri dominan karena ia lebih praktis
dan terarah pada tujuan daripada suami

• Kekuasaan penghargaan

Misalnya anak sering menggunakan tingkah laku yang baik untuk memperoleh keuntungan
yang diinginkan.

• Kekuasaan memaksa

• Kekuasaan afektif

Wanita menjadi sumber kekuasaan karena ia dicintai oleh suaminya.

• Kekuasaan menejemen ketengan

Contohnya adalah mengalah dalam perdebatan keluarga

2. Variabel Yang Mepengaruhi Struktur Kekuasaan Keluarga

• Hirarki kekuasaan keluarga

• Tipe bentuk keluarga(orang tua tunggal,keluarga tunggal,keluarga campuran,keluarga inti


kedua orang tua tradisional,dll)

• Pembentukan koalisi/persatuan

• Jaringan komunikasi keluarga

• Kelas sosial

• Tahap perkembangan keluarga.

• Latar belakang budaya dan religious.

• Kelompok situasuonal
• Variable individu (jenis kelamin anggota,usia,harga diri,dan ketrampilan interpersonal)

• Saling ketergantungan emosi pasangan dan tanggung jawab untuk menikah

d. Kekuasaan Keluarga Keseluruhan

Agar mampu mengklasifikasikan sebuah keluarga sebagai struktur kekuasaan menyeluruh

2. Struktur Peran Keluarga

a. Teori dan Definisi Peran Keluarga

• Definisi

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Selain itu peran juga
adalah orientasi strukturalis yang menekankan pengruh normatif (cultural), yaitu pengaruh
yang berkaitan dengan status-status tertentu dan peran-peran terkaitnya (Linton, 1945) dan
orientasi interaksi dari Turner (1970) yang menekankan timbulnya kualitas peran yang lahir
dari interaksi sosial.

• Posisi atau Status

Sebagai tempat seseorang dalam suatu sistem sosial. Sementara peran-peran adalah perilaku-
perilaku yang berkenan dengan siapa yang memegang suatu posisi tertentu.

• Okupan Peran

Okupan peran atau role okupan adalah seorang yang memegang suatu posisi dalam struktur
sosial.

• Perilaku Peran

Perilaku peran, performa peran, dan penetapan peran (role enactment) adalah istilah yang
digunakan secara bergantian yang menyatakan apa yang sebenarnya seseorang lakukan
didalam posisi tertentu sebagai respon terhadap harapan harapan peran.

• Konflik Peran

Konflik antar peran adalah konflik yang terjadi jika pola-pola perilaku atau norma-norma dari
satu peran tidak kongruen dengan peran lain yang dimainkan secara bersamaan oleh individu.

• Dimensi-dimensi Normative Peran

Peran didefinisikan secara normative atau kultur adalah budaya dimanan seseorang
berpartisipasi dan atau dimana individu mengindentifikasi ketentuan-ketentuan dan larangan-
larangan perilaku okupan-okupan dari berbagai posisi.

• Kebersamaan Peran
Menunjukkan kepada keikutsertaan atau partisipasi dari dua orang atau lebih dalam peran-
peran yang sama meskipun mereka memegang peran yang sama.

• Pemeranan

• Peran respiprokal atau Komplementer

Sebuah peran saling bergantung satu sama lain dan berkaitan dengan peran dari pasangannya.

b. Peran-peran formal keluarga

Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga yaitu pencari nafkah, ibu rumah tangga,
tukang perbaiki rumah, juru masak dan sebagainya.

Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami (ayah), isteri (ibu) antara lain :
peran sebagai provider, sebagai pengatur rumah tangga, perawatan anak, sosialisasi anak,
reksreasi, persaudaraan, peran terapeutik, dan peran seksual.

c. Peran informal keluarga

Peran-peran informal biasanya tidak tampak, dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan emosional individu dan/ atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran
informal mempunyai tuntunan yang berbeda tidak terlalu didasarkan pada usia ataupun jenis
kelamin, melainkan lebih didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau kepribadian
individu dalam keluarga.

3. struktur atau Pola Komunikasi

Komunikasi di dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka,
melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi
pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan
menerima umpan balik, dan valid.

Komunikasi yang jelas dan fungsional di kalangan keluarga merupakan sarana yang penting,
yang mana melalui sarana ini perasaan penting menyangkut makna diri berkembang dan
menjadi terinternalisasi. Sebaliknya komunikasi-komunikasi yang tidak jelas diyakini sebagai
penyebab utama berfungsinya keluarga yang sangat memperihatinkan (Holman, 1983; Satir,
1983)

Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu atau berita
negative, tidak terfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri.
Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas,
judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerimaan pesan gagal mendengar,
diskualifiksi, ofensif (bersifat negative), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.
a. Elemen-elemen komunikasi

Komunikasi berfungsi sebagai alat yang penting untuk mengikat

subsistem-subsistem secara bersama-sama dalam rangka membentuk ikatan (kohesif)


menyeluruh dan memelihara seluruh sistem.

Dalam bahasa pemrosesan informasi, komunikasi memberikan seseorang pengirim suatu


pesan, suatu pesan, suatu bentuk saluran pesan, seorang penerima, dan sejumlah interaksi
anatara pengirim dan penerima.

b. Prinsip-prinsip Komunikasi

• Tidak mungkin melakukan komunikasi, karena semua perilaku adalah bentuk komunikasi.

• Komunikasi tidak hanya menghantar informasi atau isi, tetapi disertai juga dengan perintah
(intruksi).

• Komunikasi meliputi suatu prose transaksi, dan dalam setiap tukar-menukar respon,
terdapat komunikasi yang mendahuluinya, di samping sejarah hubungan yang
mendahuluinya.

c. Komunikasi Fungsional dalam Keluarga

Komunikasi fungsional dalam keluarga menuntut bahwa maksud dan arti dari pengirim yang
dikirim lewat saluran-saluran yang relative jelas dan bahwa penerima pesan mempunyai
suatu pemahaman terhadap arti dari pesan itu yang mirip dengan pengirim.

d. Pola-Pola Fungsional dari Komunikasi

Pola-pola komunikasi keluarga adalah karakteristik pola-pola interaksi dari keluarga yang di
samping mempengaruhi dan mengorganisir anggota keluarga, pola-pola ini juga
menghasilkan arti transaksi di antara para anggota keluarga. Adapun pola komunikasi
fungsional antara lain, komunikasi emosional, komunikasi terbuka, adanya hierarki
kekuasaan dan aturan-aturan keluarga dalam komunikasi, konflik keluarga dan resolusi
konflik.

e. Komunikasi Disfungsional

Komunikasi dari seorang yang disfungsional seringkali tidak efektif. Diantaranya


komunikasi tersebut dapat berupa asumsi-asumsi (tanpa ada validasi), ekspresi perasaan tak
jelas, ketidakmampuan mengungkapkan kebutuhan, diskualifikasi (membolehkan penerima
untuk tidak setuju terhadap suatu pesan).

f. Pola-pola Komunikasi Disfungsional

Pola-pola ini dapat berupa sindrom mengabdikan diri dan area komunikasi tertutup.
4. Struktur Nilai atau Norma Keluarga

Nilai keluarga didefiniskan sebagai suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan tentang nilai
suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota
keluarga dalam suatu budaya lazim (Parad dan Caplan, 1965). Kebudayaan keluarga
merupakan sumber sistem nilai dan norma-norma utama dari sebuah keluarga. Sebaliknya
kelompok keluarga merupakan sumber-sumber utama sistem kepercayaan-kepercayaan, nilai-
nilai dan norma-norma yang menetukan pemahaman individu-individu terhadap sifat dan
makna dari dunia, tempat mereka dalam kelompok keluarga, dan bagaimana mencapai
tujuan-tujuan dan aspirasi mereka.

Nilai-nilai berfungsi sebagai pedoman umum bagi perilaku dan dalam keluarga nilai-nilai
tersebut membimbing perkembangan aturan-aturan dan nilai-nilai dari keluarga.

G. TEORI STRESS KELUARGA

Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu
untuk merespon atau melakukan tindakan ( Selye, 1976 ).

Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis. Stresor adalah stimulus
yang mengawali atau mencetuskan perubahan.

1. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi seperti kehamilan,
menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah )

2. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan bermakna dalam suhu
lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau tress, atau tekanan dari pasangan ).

Beberapa pengertian stress sebagai berikut:

1. Menurut Hans Style, "stress adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap
setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya." (Pusdiknakes, Dep.Kes.RI, 1989)

2. "Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap reseptor tubuh terhadap strestor psiko-
sosial (tekanan mental atau beban kehidupan)." (Dadang Hawari, 2001).

3. "Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu
ketegangan dalam diri seseorang." (Soeharto Heerdjan, 1987).

Stress juga harus dibedakan dengan stressor. Stressor adalah sesuatu yang menyebabkan
stress. Stress itu sendiri adalah akibat dari interaksi (timbal-balik) antara rangsangan
lingkungan dan respon individu.
Penyebab Stress

Adapun menurut Brench Grand (2000), tress ditinjau dari penyebabnya dibedakan menjadi
dua macam:

a. Penyebab makro, yaitu menyankut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian,
perceraian, penyakit, luka batin, dan kebangkrutan.
b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari- hari, seperti pertengkaran
rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, antri.

Teori stres keluarga berasal dari karya Rueben Hill (1949), yang melakukan penelitian
tentang efek pada keluarga pemisahan perang diinduksi dan reuni, selama perang dunia II.
Hill menemukan pengalaman keluarga menghadapi perpisahan selama perang kadang-kadang
menyerupai roller coaster.

Stres pemisahan sering menyebabkan krisis, dan krisis menyebabkan penurunan fungsi
keluarga atau bahkan keluarga disorganisasi, tapi ini diikuti oleh kurva pemulihan ke atas dan
tingkat baru organisasi keluarga.

Stres dan Koping Keluarga

1) Stresor jangka pendek dan panjang

a) Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu ± 6 bulan

b) Stresor jangka panjang yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi/stresot.

3) Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

4) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila


menghadapt permasalahan.
Berdasarkan penelitiannya, Hill (1965) mengembangkan "ABCX" model stress keluarga.

Dalam model ini :

"A" adalah peristiwa atau stressor yang, dengan kesulitan yang terkait, menyebabkan
perubahan dalam sistem keluarga.

"B" mengacu pada kekuatan atau sumber daya, dukungan sosial, kesehatan fisik, fleksibilitas
keluarga, dan mekanisme koping keluarga.

"C" mengacu pada cara keluarga menilai keseriusan peristiwa stressor atau arti subjektif
bahwa keluarga menempel pada peristiwa tersebut.

Perubahan yang dibuat oleh stres dapat menyebabkan krisis, yang "X" atau jumlah gangguan
dari sistem keluarga yang disebabkan oleh peristiwa stres.

Keluarga lebih rentan terhadap krisis jika mereka tidak memiliki sumber daya keluarga dan
juga jika mereka cenderung untuk menilai atau menentukan stres atau kesulitan karena krisis-
producting.

Menurut model stres keluarga (Artinian, 1994), kejadian tak terduga atau tidak direncanakan
biasanya dianggap sebagai stres dan mereka memiliki potensi untuk menjadi mengganggu
keluarga. Namun, peristiwa stres dalam keluarga, seperti penyakit serius, lebih mengganggu
daripada stres yang terjadi di luar keluarga, seperti banjir, depresi ekonomi, atau perang.

Selanjutnya, peristiwa ambigu, yaitu, peristiwa yang maknanya bagi keluarga tidak jelas,
lebih stres daripada peristiwa yang dapat dengan mudah ditafsirkan. Akhirnya, jika sebuah
keluarga tidak memiliki pengalaman sebelumnya dengan peristiwa stressor, keluarga lebih
cenderung melihat peristiwa seperti stres.

Model Hill ABCX telah diperluas oleh McCubbin dan Patterson (1983) untuk menyertakan
gagasan mengatasi predictor utama dari adaptasi keluarga.

Bekerja dari perspektif stres keluarga, perawat menilai stres, definisi keluarga secara stressor,
sumber keluarga, koping keluarga, dan sejauh mana stres telah mengganggu keluarga
berfungsi. Perawat pertanyaan keluarga bisa meminta menyertakan: apakah keluarga
memiliki waktu untuk mempersiapkan acara tersebut, atau apakah itu tak terduga? (misalnya,
apakah anggota keluarga mati mendadak atau adalah kematian yang diharapkan setelah lama
sakit?) telah keluarga mengalami peristiwa stressor yang sama? Dari perspektif ini, perawat
mungkin campur tangan untuk membantu keluarga selaku sumber daya mereka dan sistem
pendukung atau membuat lebih efektif menggunakan mereka.

Teori stres keluarga menjelaskan bahwa sebuah krisis timbul karena sumber-sumber dan
Model stres keluarga berhubungan dengan situasi pelayanan kesehatan karena penyebaran
penyakit yang berkaitan dengan stres yang dialami keluarga (Artinian, 1994 dalam Friedman,
2010). Model ini menjelaskan apa yang dapat mencetuskan krisis dalam sebuah keluarga dan
bukan keluarga yang lain (Friedman, 2010). Ada tiga faktor yang terlibat yaitu, stresor
keluarga (Faktor A). Faktor kedua yang mempengaruhi hasil akhir-krisis atau bukan krisis
adalah sumber koping (Faktor B). Yang ketiga adalah persepsi stresor (Faktor C) (Hill, 1949
dalam Friedman, 2010).

Model ABCX dari McCubbin dan Patterson (1987) merupakan bentuk pengembangan dari
teori ABCX-nya Hill. Mengingat teori Hill meliputi variabelvariabel krisis, teori McCubbin
dan Patterson menjelaskan perbedaan dalam adaptasi keluarga pasca krisis. Setiap variabel
asli (ABCX) diuji kembali dan definisi-definisinya dimodifikasi.

Dalam Model ABCX T ganda setumpuk stresor keluarga (AA) yaitu beberapa stresor utama,
yang bertumpuk menjadi “stresor keluarga", ini berpengaruh penting dalam tingkat adaptasi
keluarga, karena krisis keluarga berkembang dan berubah dalam satu kurun waktu,
penumpukan stresor (AA) juga diakibatkan oleh perubahan siklus hidup dan ketegangan yang
tidak terselesaikan. Persepsi keluarga terhadap stresor (CC) pada dasarnya menyangkut
penilaian keluarga terhadap stres yang dialami. Penilaian dan adanya tuntutan keluarga,
secara sadar atau tidak sadar memunculkan interpretasi dari pengalaman sebelumnya. Untuk
memenuhi berbagai tuntutan, keluarga memiliki potensi yaitu sumberdaya dan kemampuan.
Dalam model ABCX T ganda, sumberdaya dan kemampuan keluarga terdiri dari sumberdaya
pribadi anggota keluarga dan sumber-sumber internal dan sistem keluarga (faktor BBB)
mencakup semua karakteristik, kompetensi dan makna personal termasuk pendidikan,
kesehatan, karakteristik kepribadian dan dukungan masyarakat yang merupakan lembaga di
luar keluarga yang dapat diakses untuk memenuhi tuntutan keluarga. Dalam model ABCX T
ganda, faktor tipologi keluarga menjadi suatu hal penting karena tipologi keluarga (faktor T)
merupakan suatu kekuatan yang dapat mempengaruhi bagaimana penyesuaian dan adaptasi
keluarga dilakukan, karena keluarga memegang teguh kepercayaan atau asumsi-asumsi yang
disebut skema keluarga yakni hubungan satu sama lain dan hubungan keluarga dengan
masyarakat dan sistem. Untuk mengatasi berbagai stresor dan krisis, keluarga melakukan
coping adaptif (PSC). Dalam proses coping keluarga mengalokasikan sumberdaya dan
kemampuan semua anggota keluarganya untuk memenuhi berbagai tuntutan yang dihadapi
keluarga. Adaptasi Keluarga (XX) dalam model ABCX Ganda terdiri dari tiga tingkat
analisis yaitu anggota keluarga (individu), unit keluarga dan komunitas. Masing-masing unit
ini memiliki tuntutan dan kemampuan. Adaptasi keluarga dicapai lewat hubungan timbal
balik, tuntutan dari satu unit keluarga dipenuhi lewat kemampuan dari yang lain, untuk
mencapai suatu keseimbangan secara simultan pada dua tingkat interaksi primer antara
individu dan sistem keluarga dan antara sistem keluarga dengan komunitas diperlukan adanya
adaptasi keluarga. Adaptasi keluarga (faktor XX) merupakan outcome dari upaya keluarga
untuk mencapai tingkatan baru dari keseimbangan dan penyesuaian setelah krisis keluarga.

D. Pengukuran Tingkat Stres

Skala Stres Holmes & Rahe untuk Dewasa

Untuk mengukur stres menurut Skala Stres Holmes dan Rahe, ada istilah “Life Change
Units” di mana ini adalah jumlah “Unit Perubahan Kehidupan” yang dialami. “Life Change
Units” yang terjadi di tahun lalu ditambahkan untuk memberikan perkiraan kasar dari
bagaimana stres yang terjadi mempengaruhi kesehatan yang bersangkutan di tahun ini.
Berikut Skala Stres untuk dewasa:

1. Death of a spouse / Kematian pasangan 100


2. Divorce / perceraian 73
3. Marital separation / pemisahan perkawinan 65
4. Imprisonment / masuk penjara 63
5. Death of a close family member / kematian keluarag dekat 63
6. Personal injury or illness / Cedera atau sakit pribadi 53
7. Marriage / perkawinan 50
8. Dismissal from work / dipecat 47
9. Retirement / pensiun 45
10 Marital reconciliation /rekonsiliasi perkawinan 45
.
11 Change in health of family member / perubahan kesehatan anggota keluarga 44
.
12 Pregnancy / hamil 40
.
13 Sexual difficulties / hambatan seksual 39
.
14 Gain a new family member / Anggota keluarga baru 39
.
15 Business readjustment / Penyesuaian bisnis 39
.
16 Change in financial state / perubahan kondisi keuangan 38
.
17 Death of a close friend / kematian teman dekat 37
.
18 Change to different line of work / Perubahan dalam pekerjaan 36
.
19 Change in frequency of arguments / perubahan frekuensi perdebatan 35
.
20 Major mortgage / jaminan/hipotek yang besar 32
.
21 Foreclosure of mortgage or loan / penyitaan jaminan 30
.
22 Trouble with in-laws / masalah dengan mertua 29
.
23 Child leaving home / anak minggat 29
.
24 Change in responsibilities at work / perubahan tanggung jawab dlm pekerjaan 29
.
25 Outstanding personal achievement / berprestasi luar biasa 28
.
26 Spouse starts or stops work / pasangan mulai atau berhenti bekerja 26
.
27 Begin or end school / awal atau akhir sekolah 26
.
28 Change in living conditions / perubahan kondisi kehidupan 25
.
29 Revision of personal habits / merubah kebiasaan 24
.
30 Trouble with boss / masalah dengan atasan 23
.
31 Change in working hours or conditions / perubahan kondisi atau jam kerja 20
.
32 Change in schools / perubahan di sekolah 20
.
33 Change in residence / perubahan di rumah 20
.
34 Change in recreation / perubahan rekreasi 19
.
35 Change in church activities / perubahan aktivitas gereja 19
.
36 Change in social activities / perubahan aktivitas sosial 18
.
37 Minor mortgage or loan / pinjaman kecil 17
.
38 Change in sleeping habits / perubahan kebiasaan tidur 16
.
39 Change in number of family reunions / perubahan jumlah reuni keluarga 15
.
40 Change in eating habits / perubahan kebiasaan makan 15
.
41 Vacation / liburan 13
.
42 Christmas / natal 12
.
43 Minor violation of law / pelanggaran hukum kecil 11
.

Catatan:

Jika Anda mengalami stres lebih dari sekali pada poin poin tertentu, tambahkanlah
jumlahnya sesuai kejadiannya.

Misal: stres dalam liburan (no 41) 3 kali. maka skornya: 3 x 41 = 123

Kesehatan Anda bisa dilihat dari skor skala stres yang diperoleh:

Skor 300 + : risiko terkena penyakit.

Skor 150-299 + : Resiko penyakit moderat (berkurang 30% dari risiko di atas).

Skor 150 - : memiliki sedikit risiko penyakit.

Jika Anda menemukan bahwa Anda berada pada tingkat stres moderat atau resiko yang
tinggi, maka hal pertama yang bisa dilakukan adalah mencoba untuk menghindari stres di
masa depan. Skala stres dewasa berbeda dengan anak-anak. Namun demikian cara
menghitung nilai dalam skala stres nya sama.

Catatan:

1. Skala stres ini menurut beberapa ilmuwan mempunyai beberapa kelemahan terutama
menyangkut budaya. Berbeda budaya dapat menyebabkan reaksi terhadap suatu masalah
berbeda.
2. Skala Stres Holmes dan Rahe adalah alat yang terkenal untuk mengukur jumlah stres yang
Anda alami dalam satu tahun terakhir. Melakukan tes ini dapat membantu Anda melihat
apakah Anda berisiko terkena penyakit akibat stres.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sikap dan pola perilaku keluarga dapat dipengaruhi oleh dunia tanpa batas (global village).
Kemajuan teknologi di bidang transportasi mengakibatkan tingkat mobilisasi penduduk yang
tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang
berubah.
Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi DEPKES sudah menyusun
pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperawatan keluarga rumah tapi perlu
disosialisasikan serta munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah
kesehatan masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi
kesehatan lainnya bagi keluarga yang tidak mampu. Rendahnya minat perawat untuk bekerja
dengan keluarga akibat system yang belum berkembang.

Struktur keluarga merupakan susunanan atau pola yang dibangun di dalam keluarga.. struktur
dalam keluarga juga menyatakan cara-cara yang digunakan untuk menata unit-unit di dalam
keluarga sehingga keluarga mampu memenuhi fungsi-fungsi keluaraga.

Struktur keluarga sangat penting dalam keberlangsungan pemberian asuhan keperawatan


keluarga, karena ia mengacu kepada elemen inti dalam keluarga yaitu berupa kekuasaan,
peran, komunikasi dan nilai yang merupakan elemen pembentuk struktur atau pola-pola
dalam kehidupan keluarga, yang menetukan harmonis atau tidaknya sebuah keluarga.

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. EGC: Jakarta

Mubarak, Wahid Iqbal dkk.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Salemba Medika:Jakarta

Allen, T. 2001. “Job Stress, the Individual, and the Organization.” .

Alva, I. 2003. Stres. .com/article/ stres.htm.


Atwater, E. 1983. Psychology of Adjustment. (2 nd ed) New Jersey: Prentice-Hall.,

Englewood Cliffs.

Coddington, R. D. 1972. “The significance of life events as an etiologic factor in the

diseases of children II : A study of the normal population”.Journal of

Psychosomatic Research, 16, 205-213.

Cox, T dan E. Ferguson. 1991. “Individual Differences, Stress and Coping” dalam

Personality and Stres : Individual Differences in the Stres Process. Diedit

oleh C. L Cooper dan R. Payne. England : John Wiley & Son.

Dohrenwend, B.S., L. Krasnoff., ASR. Askenasy., BP. Dohrenwend. 1978.

Exemplification of a method of scaling life events : the PERI life events

Lazarus, R.S. 1976. “Pattern of Adjustment (2nd ed)”. Kogakhusha : McGraw-Hill,

Inc.

McCubbin, H.I dan J.M. Patterson. 1987. Family Inventory of Live Events and

York

Anda mungkin juga menyukai