Disusun oleh :
Kelompok 4
MEDAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur kehadiran tuhan yang maha esa atas berkat dan rahmat
karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah “TEORI STRUKTUR, FUNGSI DAN
STRESS KELUARGA” dengan baik selesainya penyusunannya berkat bantuan moral
maupun material dari berbagai pihak pada kesempatan ini kelompok mengucapkan
terimakasih kepada NS. SISKA EVI, S.KEP.MNS selaku dosen pengajar yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dari isi
maupun susunannya, untuk itu kami membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dibidang keperawatan, akhir kata tim kelompok mengucapkan
terimakasih.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...…………………………………………………………………..
A. Latar Belakang…………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………..
C. Tujuan Makalah…………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………..
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..
B. Saran……………..……….……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. ..
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur keluarga mencerminkan hubungan biologi, status perkawinan dan kemitraan dan
pengaturan (Paisley & Petren, 2015). Pengetahuan tentang struktur, fungsi, dan proses
keluarga sangat penting untuk memahami interaksi keluarga yang memengaruhi kesehatan,
penyakit, dan kesejahteraan.
Pengetahuan tentang struktur keluarga, fungsi, dan proses keluarga merupakan konsep dan
kerangka kerja yang dapat digunakan perawat dalam memberikanpengkajian dan intervensi
keperawatan yang efektif untuk keluarga. Terdapat faktor internal dan cksternal yang
memengaruhi anggota keluarga baikindividu maupun keluarga secara keseluruhan. Faktor
internal keluarga meliputi karakteristik individu, komunikasi, dan interaksi, sedangkan faktor
eksternal keluarga meliputi lokasi rumah tangga keluarga, kebijakan sosial, dan tren ckonomi.
Anggota keluarga memiliki tanggapan yang berbeda terhadap faktor-faktor tersebut.
Meskipun beberapa faktor ekstenal mungkin tidak dapat dimodifikasi dengan mudah, perawat
dapat membantu anggota keluarga untuk mengelola perubahan, konflik, dan kebutuhan
perawatan dengan keterampilan koping, pola komunikasi, lokasi sumber daya yang
dibutuhkan, penggunaan infornmasi yang efektif, atau pembuatan ritual atau rutinitas
keluarga (Kaakinen et al., 2015). Perawat yang bekerja dengan keluarga dapat membantu
mereka dengan transisi hidup yang dibutuhkan. Misalnya, ketika seorang anggota keluarga
mengalami kondisi kronis seperti diabetes, peran keluarga, rutinitas, dan hierarki kekuasaan
mungkin dipertanyakan. Perawat harus siap untuk mengatasi masalah keluarga yang
kompleks dan holistis akibat penyakit serta memenuhi kebutuhan medis individu tersebut
(Kaakinen et al., 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori struktur keluarga?
2. Apa saja teori fungsi keluarga?
3. Apa itu stress keluarga?
4. Bagaiamana cara pengukuran tingkat stress?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami teori struktur keluarga
2. Menegtahui dan memahami teori fungsi keluarga
3. Mengetahui dan memahami stress keluarga
4. Mengetahui dan memahami cara pengukuran tingkat stress
BAB II
PEMBAHASAN
2015):
Keluarga terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran. Struktur atau komposisi
yang membentuk satu kesatuan keluarga (usia, jenis kelamin, dan jumlah).
dalam dua kategori umum: tradisional dan non tradisional atau kontemporer
A. Strukur legalisasi
Masing masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapar
(demokrasi)
c. Struktur yang terbuka dan anggota kelurga yang terbuka : mendorong kejujuran dan
kebenaran (hon- esty dan authenticit)
1. Fungsi afektif
Fungsi afekrif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yarng merupakan basis
kekuatarn keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psiko sosial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.
Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam
keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah:
a. Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka,
kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya
tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga
merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar
keluarga/masyarakat.
b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan
dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi
afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup
baru. Ikatan antarnanggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anakanak dapat meniru tingkah
laku yang positif dari kedua orang tuanya.
Fungsi afektif merupakan "sumber energi" yang menentukan kebahagian keluarga. Keretakan
keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afekrif di dalam
keluarga tidak dapat terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi.
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan sosial
(Friedmann1986). Sosalisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi,
misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang di
sekitarnya.Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.
Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan
antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.Anggota keluarga belajar disiplin,
belajar norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka
dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada
pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi keburuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak
pasangan sekarang kita lihat dengan pernghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri
hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
Keluarga juga berperan atau berfugsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
untuk mencegah terjadinya gangguarn kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang
sakit. Kemampuan keluarga dalamn memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat
dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan
tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
(Friedmann 1998)
1. Affection
a. mempertahankan motivasi
5. Socialization
c melepas anggota
6. Controls
a. Legitimate power/ authority atau kekuasaan/ wewenang yang sah (hak untuk mengontrol)
Disebut juga sebagai wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama dan
persepsi dari anggota keluarga bahwa satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah
laku anggota keluarga yang lain. Kekuasaan ini didukung oleh peran, posisi, hakhak secara
budaya atau tradisi seperti orang tua terhadap anak.
b. Helpass or powerless power atau kekuasaan yang tidak berdaya atau putus asa.
Tipe kekuasaan ini merupakan suatu bentuk penting dari kekuasaan yang sah yang didasarkan
pada hak yang diterima secara umum dari mereka yang membutuhkan atau dari mereka yang
tidak berdaya yang mengharapkan dari mereka yang mempunyai posisi untuk memberikan
bantuan. Seperti kekuasaan orang yang sedang sakit, cacat atau lanjut usia.
Kekuasaan yang dimilki orangorang tertentu terhadap orang lain karena identifikasi positif
terhadap mereka, seperti identifikasi positif seorang anak dengan orang tua (sebagai role
model)
d. Resource or expert power atau kekuasaan sumber atau ahli (pendapat ahli)
Kekuasaan sumber adalah tipe dasar kekuasaan yang datangnya dari sumbersumber berharga
dalam jumlah yang lebih banyak dalam suatu hubungan seperti penggunaan teknik antar
pribadi. Kekuasaan ahli adalah sebuah sumber kekuasaan yang ada dalam suatu hubungan
jika seorang yang sedang dipengaruhi merasa bahwa orang lain (ahli) memiliki pengetahuan
khusus, keterampilan/keahlian, atau pengalaman.
Dasar kekuasaan inií adalah melalui persuasi. Tipe kekuasaan ini sama dengan kekuasaan
ahli tetapi lingkupnya lebih sempit.
Kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan atau tidak memberikan
afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan sexual pasangan suami-istri.
Tipe dasar kekuasaan ini diturunkan darí control yang dicapai oleh satu pasangan dengan
mengatasi ketegangan dan konflik yang ada dalam keluarga melalui perdebatan,
ketidaksepakatan dalam memasukkan anggota keluarga untuk mengalah.
Hasil kekuasaan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan kepurusan
dalam keluarga seperti :
1. Konsensus
2. Akomodasi
Pengambilan keputusan melalui suatu perjanjian untuk setuju, untuk menggunakan keputusan
umum dalam menghadapi perbedaan yang tidak dapat disatukan. Keputusan tersebut diambil
melalui beberapa cara seperti cara seperti kecurigaan, penawaran, dan paksaan.
3. Defacto
Pada pengambilan keputusan ini sesuatu dibiarkan terjadi tanpa perencanaan. Keputusan
diambil dengan dipaksakan oleh kejadian-kejadian karena tidak adanya pembuatan keputusan
yang aktif, sukarela atau efektif. Keputusan ini bisa juga dibuat pada saat terjadi perdebatan
keluarga yang belum ada solusinya. Biasanya keluarga yang menggunakan cara ini
mempunyai ciri : disorganisasi, keluarga banyak masalah, dan anggota keluarga meyakini
dan merasa tidak mampu mengendalikan diri.
Menurut Friedmann struktur keluarga terdiri atas:
Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) bersifat terbuka dan jujur, (2) selalu
menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikiran positif, dan (4) tidak mengulang-ulang isu dan
pendapat sendiri.
A. Karakteristik pengirim:
. Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat. Apa yang disampaikan jelas dan
berkualitas. Selalu mneminta dan menerima umpan balik.
B. Karakteristik penerima:
• Siap mendengarkan.
• Melakukan validasi.
2. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat
misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat
dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua
mereka entah ke mana atau malah berdiam diri di rumah.
3. Stuktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan
atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.
a. Legitimati power.
b. Referentpower.
c. Rewardpower.
d. Coercivepower.
e. Affective Power.
4. Nilainilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga
1. Patrilinier
Patrilinier adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilinier
Matrilinier adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri.
4. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
5. Keluarga Kawinan.
Adalah hubungan suami isteri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami isteri.
Parad dan caplan (1965) yang diadopsi oleh friedman mengatakan ada empat elemen struktur
keluarga, yaitu:
a. Definisi
Kekuasaan adalah kemampuan, baik kemampuan potensial maupun actual dari seorang
individu untuk mengontrol, mempengaruhi, dan mengubah tingkah laku seseorang.
Kekuasaan selalu melibatkan hubungan antar pribadi yang asimetris (satu interakten)
menggunakan pengaruh yang lebih besar dalam hubungan. Komponen utama dari kekuasaan
keluarga adalah pengaruh dan pengambilan keputusan. Pembuatan keputusan ini merujuk
pada proses pencapaian persetujuan dan komitmen anggota keluarga untuk melakukan
serangkain tindakan atau menjaga status quo.
Menurut Blood dan wolfe (1955) berasumsi bahwa terdapat suatu hubungan positif antara
siapa yang ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu dan kekuasaan dalam bidang tersebut.
Selain itu terdapat penelitian pula bahwa hal ini merupakan pembagian tanggung jawab di
dalam keluarga.
Dalam hal ini kekuasaan kelurga secara khusus telah di teliti dalam memusatkan perhatian
pada pengambilan keputusan
Contohnya dimana salah satu anggota keluarga sakit secara kronis, cacat, atau lansia. Seorang
suami atau istri atau anggota keluarga yang cacat dapat mengontrol anggota keluarga atas
dasar ketidakberdayaannya atau kelemahannya.
• Kekuasaan referen
Suami dominan karena ia mengontrol uang belanja, atau istri dominan karena ia lebih praktis
dan terarah pada tujuan daripada suami
• Kekuasaan penghargaan
Misalnya anak sering menggunakan tingkah laku yang baik untuk memperoleh keuntungan
yang diinginkan.
• Kekuasaan memaksa
• Kekuasaan afektif
• Pembentukan koalisi/persatuan
• Kelas sosial
• Kelompok situasuonal
• Variable individu (jenis kelamin anggota,usia,harga diri,dan ketrampilan interpersonal)
• Definisi
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Selain itu peran juga
adalah orientasi strukturalis yang menekankan pengruh normatif (cultural), yaitu pengaruh
yang berkaitan dengan status-status tertentu dan peran-peran terkaitnya (Linton, 1945) dan
orientasi interaksi dari Turner (1970) yang menekankan timbulnya kualitas peran yang lahir
dari interaksi sosial.
Sebagai tempat seseorang dalam suatu sistem sosial. Sementara peran-peran adalah perilaku-
perilaku yang berkenan dengan siapa yang memegang suatu posisi tertentu.
• Okupan Peran
Okupan peran atau role okupan adalah seorang yang memegang suatu posisi dalam struktur
sosial.
• Perilaku Peran
Perilaku peran, performa peran, dan penetapan peran (role enactment) adalah istilah yang
digunakan secara bergantian yang menyatakan apa yang sebenarnya seseorang lakukan
didalam posisi tertentu sebagai respon terhadap harapan harapan peran.
• Konflik Peran
Konflik antar peran adalah konflik yang terjadi jika pola-pola perilaku atau norma-norma dari
satu peran tidak kongruen dengan peran lain yang dimainkan secara bersamaan oleh individu.
Peran didefinisikan secara normative atau kultur adalah budaya dimanan seseorang
berpartisipasi dan atau dimana individu mengindentifikasi ketentuan-ketentuan dan larangan-
larangan perilaku okupan-okupan dari berbagai posisi.
• Kebersamaan Peran
Menunjukkan kepada keikutsertaan atau partisipasi dari dua orang atau lebih dalam peran-
peran yang sama meskipun mereka memegang peran yang sama.
• Pemeranan
Sebuah peran saling bergantung satu sama lain dan berkaitan dengan peran dari pasangannya.
Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga yaitu pencari nafkah, ibu rumah tangga,
tukang perbaiki rumah, juru masak dan sebagainya.
Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami (ayah), isteri (ibu) antara lain :
peran sebagai provider, sebagai pengatur rumah tangga, perawatan anak, sosialisasi anak,
reksreasi, persaudaraan, peran terapeutik, dan peran seksual.
Peran-peran informal biasanya tidak tampak, dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan emosional individu dan/ atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran
informal mempunyai tuntunan yang berbeda tidak terlalu didasarkan pada usia ataupun jenis
kelamin, melainkan lebih didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau kepribadian
individu dalam keluarga.
Komunikasi di dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka,
melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi
pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan
menerima umpan balik, dan valid.
Komunikasi yang jelas dan fungsional di kalangan keluarga merupakan sarana yang penting,
yang mana melalui sarana ini perasaan penting menyangkut makna diri berkembang dan
menjadi terinternalisasi. Sebaliknya komunikasi-komunikasi yang tidak jelas diyakini sebagai
penyebab utama berfungsinya keluarga yang sangat memperihatinkan (Holman, 1983; Satir,
1983)
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu atau berita
negative, tidak terfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri.
Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas,
judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerimaan pesan gagal mendengar,
diskualifiksi, ofensif (bersifat negative), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.
a. Elemen-elemen komunikasi
b. Prinsip-prinsip Komunikasi
• Tidak mungkin melakukan komunikasi, karena semua perilaku adalah bentuk komunikasi.
• Komunikasi tidak hanya menghantar informasi atau isi, tetapi disertai juga dengan perintah
(intruksi).
• Komunikasi meliputi suatu prose transaksi, dan dalam setiap tukar-menukar respon,
terdapat komunikasi yang mendahuluinya, di samping sejarah hubungan yang
mendahuluinya.
Komunikasi fungsional dalam keluarga menuntut bahwa maksud dan arti dari pengirim yang
dikirim lewat saluran-saluran yang relative jelas dan bahwa penerima pesan mempunyai
suatu pemahaman terhadap arti dari pesan itu yang mirip dengan pengirim.
Pola-pola komunikasi keluarga adalah karakteristik pola-pola interaksi dari keluarga yang di
samping mempengaruhi dan mengorganisir anggota keluarga, pola-pola ini juga
menghasilkan arti transaksi di antara para anggota keluarga. Adapun pola komunikasi
fungsional antara lain, komunikasi emosional, komunikasi terbuka, adanya hierarki
kekuasaan dan aturan-aturan keluarga dalam komunikasi, konflik keluarga dan resolusi
konflik.
e. Komunikasi Disfungsional
Pola-pola ini dapat berupa sindrom mengabdikan diri dan area komunikasi tertutup.
4. Struktur Nilai atau Norma Keluarga
Nilai keluarga didefiniskan sebagai suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan tentang nilai
suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota
keluarga dalam suatu budaya lazim (Parad dan Caplan, 1965). Kebudayaan keluarga
merupakan sumber sistem nilai dan norma-norma utama dari sebuah keluarga. Sebaliknya
kelompok keluarga merupakan sumber-sumber utama sistem kepercayaan-kepercayaan, nilai-
nilai dan norma-norma yang menetukan pemahaman individu-individu terhadap sifat dan
makna dari dunia, tempat mereka dalam kelompok keluarga, dan bagaimana mencapai
tujuan-tujuan dan aspirasi mereka.
Nilai-nilai berfungsi sebagai pedoman umum bagi perilaku dan dalam keluarga nilai-nilai
tersebut membimbing perkembangan aturan-aturan dan nilai-nilai dari keluarga.
Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu
untuk merespon atau melakukan tindakan ( Selye, 1976 ).
Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis. Stresor adalah stimulus
yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
1. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi seperti kehamilan,
menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah )
2. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan bermakna dalam suhu
lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau tress, atau tekanan dari pasangan ).
1. Menurut Hans Style, "stress adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap
setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya." (Pusdiknakes, Dep.Kes.RI, 1989)
2. "Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap reseptor tubuh terhadap strestor psiko-
sosial (tekanan mental atau beban kehidupan)." (Dadang Hawari, 2001).
3. "Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu
ketegangan dalam diri seseorang." (Soeharto Heerdjan, 1987).
Stress juga harus dibedakan dengan stressor. Stressor adalah sesuatu yang menyebabkan
stress. Stress itu sendiri adalah akibat dari interaksi (timbal-balik) antara rangsangan
lingkungan dan respon individu.
Penyebab Stress
Adapun menurut Brench Grand (2000), tress ditinjau dari penyebabnya dibedakan menjadi
dua macam:
a. Penyebab makro, yaitu menyankut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian,
perceraian, penyakit, luka batin, dan kebangkrutan.
b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari- hari, seperti pertengkaran
rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, antri.
Teori stres keluarga berasal dari karya Rueben Hill (1949), yang melakukan penelitian
tentang efek pada keluarga pemisahan perang diinduksi dan reuni, selama perang dunia II.
Hill menemukan pengalaman keluarga menghadapi perpisahan selama perang kadang-kadang
menyerupai roller coaster.
Stres pemisahan sering menyebabkan krisis, dan krisis menyebabkan penurunan fungsi
keluarga atau bahkan keluarga disorganisasi, tapi ini diikuti oleh kurva pemulihan ke atas dan
tingkat baru organisasi keluarga.
a) Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu ± 6 bulan
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi/stresot.
"A" adalah peristiwa atau stressor yang, dengan kesulitan yang terkait, menyebabkan
perubahan dalam sistem keluarga.
"B" mengacu pada kekuatan atau sumber daya, dukungan sosial, kesehatan fisik, fleksibilitas
keluarga, dan mekanisme koping keluarga.
"C" mengacu pada cara keluarga menilai keseriusan peristiwa stressor atau arti subjektif
bahwa keluarga menempel pada peristiwa tersebut.
Perubahan yang dibuat oleh stres dapat menyebabkan krisis, yang "X" atau jumlah gangguan
dari sistem keluarga yang disebabkan oleh peristiwa stres.
Keluarga lebih rentan terhadap krisis jika mereka tidak memiliki sumber daya keluarga dan
juga jika mereka cenderung untuk menilai atau menentukan stres atau kesulitan karena krisis-
producting.
Menurut model stres keluarga (Artinian, 1994), kejadian tak terduga atau tidak direncanakan
biasanya dianggap sebagai stres dan mereka memiliki potensi untuk menjadi mengganggu
keluarga. Namun, peristiwa stres dalam keluarga, seperti penyakit serius, lebih mengganggu
daripada stres yang terjadi di luar keluarga, seperti banjir, depresi ekonomi, atau perang.
Selanjutnya, peristiwa ambigu, yaitu, peristiwa yang maknanya bagi keluarga tidak jelas,
lebih stres daripada peristiwa yang dapat dengan mudah ditafsirkan. Akhirnya, jika sebuah
keluarga tidak memiliki pengalaman sebelumnya dengan peristiwa stressor, keluarga lebih
cenderung melihat peristiwa seperti stres.
Model Hill ABCX telah diperluas oleh McCubbin dan Patterson (1983) untuk menyertakan
gagasan mengatasi predictor utama dari adaptasi keluarga.
Bekerja dari perspektif stres keluarga, perawat menilai stres, definisi keluarga secara stressor,
sumber keluarga, koping keluarga, dan sejauh mana stres telah mengganggu keluarga
berfungsi. Perawat pertanyaan keluarga bisa meminta menyertakan: apakah keluarga
memiliki waktu untuk mempersiapkan acara tersebut, atau apakah itu tak terduga? (misalnya,
apakah anggota keluarga mati mendadak atau adalah kematian yang diharapkan setelah lama
sakit?) telah keluarga mengalami peristiwa stressor yang sama? Dari perspektif ini, perawat
mungkin campur tangan untuk membantu keluarga selaku sumber daya mereka dan sistem
pendukung atau membuat lebih efektif menggunakan mereka.
Teori stres keluarga menjelaskan bahwa sebuah krisis timbul karena sumber-sumber dan
Model stres keluarga berhubungan dengan situasi pelayanan kesehatan karena penyebaran
penyakit yang berkaitan dengan stres yang dialami keluarga (Artinian, 1994 dalam Friedman,
2010). Model ini menjelaskan apa yang dapat mencetuskan krisis dalam sebuah keluarga dan
bukan keluarga yang lain (Friedman, 2010). Ada tiga faktor yang terlibat yaitu, stresor
keluarga (Faktor A). Faktor kedua yang mempengaruhi hasil akhir-krisis atau bukan krisis
adalah sumber koping (Faktor B). Yang ketiga adalah persepsi stresor (Faktor C) (Hill, 1949
dalam Friedman, 2010).
Model ABCX dari McCubbin dan Patterson (1987) merupakan bentuk pengembangan dari
teori ABCX-nya Hill. Mengingat teori Hill meliputi variabelvariabel krisis, teori McCubbin
dan Patterson menjelaskan perbedaan dalam adaptasi keluarga pasca krisis. Setiap variabel
asli (ABCX) diuji kembali dan definisi-definisinya dimodifikasi.
Dalam Model ABCX T ganda setumpuk stresor keluarga (AA) yaitu beberapa stresor utama,
yang bertumpuk menjadi “stresor keluarga", ini berpengaruh penting dalam tingkat adaptasi
keluarga, karena krisis keluarga berkembang dan berubah dalam satu kurun waktu,
penumpukan stresor (AA) juga diakibatkan oleh perubahan siklus hidup dan ketegangan yang
tidak terselesaikan. Persepsi keluarga terhadap stresor (CC) pada dasarnya menyangkut
penilaian keluarga terhadap stres yang dialami. Penilaian dan adanya tuntutan keluarga,
secara sadar atau tidak sadar memunculkan interpretasi dari pengalaman sebelumnya. Untuk
memenuhi berbagai tuntutan, keluarga memiliki potensi yaitu sumberdaya dan kemampuan.
Dalam model ABCX T ganda, sumberdaya dan kemampuan keluarga terdiri dari sumberdaya
pribadi anggota keluarga dan sumber-sumber internal dan sistem keluarga (faktor BBB)
mencakup semua karakteristik, kompetensi dan makna personal termasuk pendidikan,
kesehatan, karakteristik kepribadian dan dukungan masyarakat yang merupakan lembaga di
luar keluarga yang dapat diakses untuk memenuhi tuntutan keluarga. Dalam model ABCX T
ganda, faktor tipologi keluarga menjadi suatu hal penting karena tipologi keluarga (faktor T)
merupakan suatu kekuatan yang dapat mempengaruhi bagaimana penyesuaian dan adaptasi
keluarga dilakukan, karena keluarga memegang teguh kepercayaan atau asumsi-asumsi yang
disebut skema keluarga yakni hubungan satu sama lain dan hubungan keluarga dengan
masyarakat dan sistem. Untuk mengatasi berbagai stresor dan krisis, keluarga melakukan
coping adaptif (PSC). Dalam proses coping keluarga mengalokasikan sumberdaya dan
kemampuan semua anggota keluarganya untuk memenuhi berbagai tuntutan yang dihadapi
keluarga. Adaptasi Keluarga (XX) dalam model ABCX Ganda terdiri dari tiga tingkat
analisis yaitu anggota keluarga (individu), unit keluarga dan komunitas. Masing-masing unit
ini memiliki tuntutan dan kemampuan. Adaptasi keluarga dicapai lewat hubungan timbal
balik, tuntutan dari satu unit keluarga dipenuhi lewat kemampuan dari yang lain, untuk
mencapai suatu keseimbangan secara simultan pada dua tingkat interaksi primer antara
individu dan sistem keluarga dan antara sistem keluarga dengan komunitas diperlukan adanya
adaptasi keluarga. Adaptasi keluarga (faktor XX) merupakan outcome dari upaya keluarga
untuk mencapai tingkatan baru dari keseimbangan dan penyesuaian setelah krisis keluarga.
Untuk mengukur stres menurut Skala Stres Holmes dan Rahe, ada istilah “Life Change
Units” di mana ini adalah jumlah “Unit Perubahan Kehidupan” yang dialami. “Life Change
Units” yang terjadi di tahun lalu ditambahkan untuk memberikan perkiraan kasar dari
bagaimana stres yang terjadi mempengaruhi kesehatan yang bersangkutan di tahun ini.
Berikut Skala Stres untuk dewasa:
Catatan:
Jika Anda mengalami stres lebih dari sekali pada poin poin tertentu, tambahkanlah
jumlahnya sesuai kejadiannya.
Misal: stres dalam liburan (no 41) 3 kali. maka skornya: 3 x 41 = 123
Kesehatan Anda bisa dilihat dari skor skala stres yang diperoleh:
Skor 150-299 + : Resiko penyakit moderat (berkurang 30% dari risiko di atas).
Jika Anda menemukan bahwa Anda berada pada tingkat stres moderat atau resiko yang
tinggi, maka hal pertama yang bisa dilakukan adalah mencoba untuk menghindari stres di
masa depan. Skala stres dewasa berbeda dengan anak-anak. Namun demikian cara
menghitung nilai dalam skala stres nya sama.
Catatan:
1. Skala stres ini menurut beberapa ilmuwan mempunyai beberapa kelemahan terutama
menyangkut budaya. Berbeda budaya dapat menyebabkan reaksi terhadap suatu masalah
berbeda.
2. Skala Stres Holmes dan Rahe adalah alat yang terkenal untuk mengukur jumlah stres yang
Anda alami dalam satu tahun terakhir. Melakukan tes ini dapat membantu Anda melihat
apakah Anda berisiko terkena penyakit akibat stres.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sikap dan pola perilaku keluarga dapat dipengaruhi oleh dunia tanpa batas (global village).
Kemajuan teknologi di bidang transportasi mengakibatkan tingkat mobilisasi penduduk yang
tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang
berubah.
Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi DEPKES sudah menyusun
pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperawatan keluarga rumah tapi perlu
disosialisasikan serta munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah
kesehatan masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi
kesehatan lainnya bagi keluarga yang tidak mampu. Rendahnya minat perawat untuk bekerja
dengan keluarga akibat system yang belum berkembang.
Struktur keluarga merupakan susunanan atau pola yang dibangun di dalam keluarga.. struktur
dalam keluarga juga menyatakan cara-cara yang digunakan untuk menata unit-unit di dalam
keluarga sehingga keluarga mampu memenuhi fungsi-fungsi keluaraga.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. EGC: Jakarta
Mubarak, Wahid Iqbal dkk.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Salemba Medika:Jakarta
Englewood Cliffs.
Cox, T dan E. Ferguson. 1991. “Individual Differences, Stress and Coping” dalam
Inc.
McCubbin, H.I dan J.M. Patterson. 1987. Family Inventory of Live Events and
York