Oleh :
Elin Nur Annisa NIM. 132013143067
Dosen Pembimbing :
Eka Mishbahatul M.Has, S.Kep., Ns., M.Kep.
2020
I. TINJAUAN TEORI
A. Konsep Lanjut Usia (Lansia) dan Proses Penuaan
1. Definisi Lansia
Lansia merupakan orang dengan usia lebih dari 60 tahun, pada usia lansia
secara normal tubuh akan mengalami beberapa kemunduran baik secara
fungsi fisiologis, psikologis maupun fisik (Dahroni et al., 2019). Penurunan
kemampuan fisiologis tersebut dapat menyebabkan mereka tidak mampu
diberikan tugas-tugas dan tanggung jawab yang berat dan beresiko tinggi.
Pada usia lanjut daya tahan fisik sudah mengalami kemunduran fungsi
sehingga mudah terserang beragam jenis penyakit, masalah yang terjadi
disebabkan karena imunitas dan kekuatan fisik ikut melemah begitu juga
dengan kemampuan tubuh dalam menangkal serangan penyakit yang semakin
melemah, sehingga lebih sering mengalami masalah kesehatan (Siregar,
2018).
2. Batasan Lansia
Lansia dapat digolongkan menjadi empat kategori menurut (Pratiwi,
2017) yaitu:
a. Pertengahan (midle age ) :ialah batas usia 45-59 tahun.
b. Lansia (eldeny):ialah batas usia 60-75 tahun
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia.
4. Perkembangan Lansia
1. Teori-teori
5) Teori stres
3) Status kesehatan
4) Lingkungan
5) Stres
- IQ (Intellegent Quotient)
- dan lain-lain.
3) Perubahan mental
4) Perubahan spiritual
5) Perubahan psikososial
2. Etiologi
c. Khorea hungtington
c. Gangguan nutrisi
3. Manifestasi Klinis
4. Patofisiologi
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wahjudi (2008), berikut adalah pemeriksaan diagnostik untuk klien
demensia.
a. CT Scan untuk melihat serebral ventrikel dan pembesaran ruang subaraknoid,
atropi otak.
b. MRI sama dengan CT Scan.
c. Biopsi otak untuk membuktikan adanya neurofibrillary tangles dan neuritis
plague
d. Pemeriksaan skrinning neuropsikologis atau kognitif MMSE (Mini Mental
State Examination), skrinning selama 7 menit. Pemeriksaan SPMSQ (Short
Portable Mental Status Questionnaire) juga bisa dilakukan
6. Penatalaksaan
3. Terapi simtomatik
Teori ini merupakan teori Midle Range Theory of Carol Ann Miller
yang dikenal dengan functional consequencies theory. Teori ini dibangun dari
penelitian, praktik pengembangan beberapa teori berdasarkan penelitian
penuaan, kesehatan dan memberikan asuhan keperawatan kepada lansia.
Teori ini menjelaskan hubungan individu , kesehatan, keperawatan dan
lingkungan bertujuan menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi
keperawatan pengembangan teori ini mengacu pada teori konsep
kesejahteraan, kesehatan dan keperawatan holistik (Miller, 2009 dalam
Pitaloka, 2018).
Fungtional Consequences Theory terdiri dari teori tentang penuaan,
lansia, dan keperawatan holistik. Konsep domain keperawatan adalah orang,
lingkungan, kesehatan, dan keperawatan dihubungkan bersama secara khusus
dalam kaitannya dengan lansia. Inti dasar dari teori ini adalah
1. Asuhan keperawatan holistik merupakan hubungan semangat
pikiran tubuh lansia mencakup semua fungsi termasuk psikologis.
2. Faktor risiko merupakan penyebab masalah terbesar lansia dari
perubahan terkait usia.
3. Gabungan perubahan terkait usia dan faktor risiko menimbulkan
konsekuensi fungsional positif atau negatif pada lansia.
4. Konsekuensi funsional negatif dilakuakan tindakan mengurangi atau
memodifikasi efek faktor risiko.
5. Meningkatkan kesejahteraan lansia melalui tindakan keperawatan
terhadap konsekuensi fungsional negatif.
6. Tindakan keperawtan mengakibatkan konsekuensi fungsional positif
lansia berfungsi optimal meskipun dipengaruhi perubahan terkait usia
dan faktor risiko (Miller, 2012 dalam Pitaloka, 2018).
II. Komponen Functional Consequences
1. Risk factor
8. Welness
Wellness adalah kondisi sehat mental dan fisik pada lansia (Miller, 2012
dalam Pitaloka, 2018). Indikatornya adalah kemandirian dalam pemenuhan
sehari-hari dan tindakan keselamatan pada lansia. Kemandirian lansia dalam
melakuka aktivitas yang tetap dipertahankan pada lansia akan membentuk
konsep diri positif. Faktor yang mempengaruhi kemandirian adalah faktor
kesehatan dan faktor sosial (Hadywinoto, Setiabudhi 2007 dalam Pitaloka,
2018). Faktor kesehatan meliputi kondisi fisik sedangkan faktor sosial meliputi
penyesuaian terhadap kondisi lansia.
B. Fokus Pengkajian
1. Nama Wisma dan Tanggal Pengkajian
2. Identitas Klien
Berisi nama, umur, dan alamat pasien sesuai kartu identitas. Tanggal datang di
panti dan lama tinggal. Penyesuaian dapat dilihat dari rekam medik milik
panti.
3. Data Keluarga
Berisi identitas anggota keluarga klien yang bertanggung jawab terhadap diri
klien dalam pengambilan keputusan terkait pembiayaan, tindakan medis dan
perawatan.
4. Status Kesehatan Sekarang
Keluhan utama : Pada umumnya klien mengalami hilang ingatan atau lupa
pada suatu hal
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:
informasi mengeni pengobatan, aktifitas dan terapi dalam mengatasi keluhan
yang telah diketahui atau dilakukan oleh klien
Obat-obatan : obat-obatan, herbal dan jamu yang dikonsumsi oleh klien
dalam kurun waktu 2 minggu terakhir dan pada saat pengkajian dilakukan
5. Age Related Changes
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Harlina, R. P. (2020). Gambaran Kadar Asam Urat Pada Lansia (Studi Di Puskesmas
Maospati, Kabupaten Magetan) (Doctoral dissertation, STIKes Insan Cendekia Medika
Jombang).
Kholifah, Siti N. 2016. Keperawatan Gerontik (Modul). Jakarta Selatan: Pusdik SDM
Kesehatan, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pitaloka, Melisa D. 2019. Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. B dan Tn. M yang
Mengalami Demensia Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri di UPT
PSTW Jember Tahun 2019 (Laporan Tugas Akhir). Jember: Fakultas Keperawatan,
Universitas Jember.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st edn.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st edn.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1st edn.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.