Anda di halaman 1dari 12

Visi

Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan ketrampilan
keperawatan lansia berbasis IPTEK keperawatan.

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI


GANGGUAN CITRA TUBUH
PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA

Disusun oleh :
Kelompok 2 / 2 Reguler A

1. Cindy Putri Karisma/ P3.73.20.1.19.007


2. Dindan Julianis Kartika/ P3.73.20.1.19.008
3. Dita Kartika / P3.73.20.1.19.009
4. Diva Nurvaida / P3.73.20.1.19.010
5. Eka Sari Ayu Utami / P3.73.20.1.19.011
6. Farha Annisa / P3.73.20.1.19.012

Pembimbing : Ns. Nurhalimah, M.Kep., Sp.Kep.J.

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2020
Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Gangguan Citra Tubuh

A. Pengertian Gangguan Citra Tubuh


Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari
status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis artinya dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang ada. Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial
maupun organisasi untuk dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat
menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu (Hidayat, 2007).
Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara
sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh
berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu,
baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering
kontak dengan tubuh.
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang
penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan ketidaknyamanan
sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku menghindar sering digunakan
untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti visual menghindari kontak dengan bagian
tubuh yang berubah dan mengabaikan kebutuhan perawatan diri. Pada akhirnya reaksi
negatif ini dapat mengganggu proses perawatan dan penyembuhan serta rehabilitasi dan
berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).
Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan
mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra
tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan
fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan anggota
penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya (Kozier, 2004).
B. Manifestasi Klinis Gangguan Citra Tubuh
Pasien dengan gangguan citra tubuh dapat diketahui bila menunjukkan tanda dan
gejala sebagai berikut:
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif pada tubuh
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Citra Tubuh


Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai
efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari
konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh.
Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan
pandangan orang lain.
Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian
tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif perubahan
perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek
penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari
konsep diri (Potter, 2005).
1. Faktor predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan
teramati serta bersifat subjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku
berhubungan dengan harga diri rendah, keracunan, dan deporsonalisasi.
b. Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan
pekerjaan, dan harapan peran kultural.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang
tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.
2. Faktor presipitasi
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadia
mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran hubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada 3 jenis transisi peran :
1) Transisi peran perkembangan
2) Transisi peran situasi
3) Transisi peran sehat/sakit

D. Mekanisme Koping Gangguan Citra Tubuh


1. Pertahanan jangka pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti kerja
keras, nonton, dan lain-lain.
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, seperti ikut
kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain.
c. Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti kompetisi
pencapaian akademik.
d. Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas
menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti penyalahgunaan obat.
2. Pertahanan jangka panjang
a. Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi
individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu.
b. Identitas negative
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan
masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego
1) Fantasi
Kemampuan menggunakan tanggapan-tanggapan yang sudah ada
(dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru
2) Disosiasi
Respons yang tidak sesuai dengan stimulus
3) Isolasi
Menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar
4) Proyeksi
Kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri di lontarkan pada orang
lain.
5) Displacement
Mengeluarkan perasaan-perasaan yang tertekan pada orang lain yang
kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi
6) Marah/amuk pada diri sendiri

E. Asuhan KeperawatanGangguan Citra Tubuh


1. Pengkajian
Untuk mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
citra tubuh, langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengkajian.
Pengkajian pada pasien gangguan citra tubuh dilakukan dengan cara wawancara
dan observasi. Berikut ini adalah observasi pada saat pengkajian yang harus
dilakukan :
a. Tanda dan Gejala: Data obyektif yang dapat diobservasi:
1) Perubahan dan hilangnya anggota tubuh, baik struktur, bentuk dan fungsi
2) Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu
3) Menolak melihat bagian tubuh
4) Menolak menyentuh bagian tubuh
5) Aktifitas social menurun
b. Data Subyektif : Data subyektif didapat dari hasil wawancara, pasien dengan
gangguan citra tubuh, biasanya mengungkapkan
1) Penolakkan terhadap : Perubahan anggota tubuh saat ini, (misalnya tidak
puas dengan hasil operasi), Anggota tubuhnya yang tidak berfungsi,
Interaksi dengan orang lain
2) Perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan
3) Keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu
4) Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi
5) Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan setelah melakukan pengkajian adalah
melakukan pengelompokkan data dan melakukan analisa data.
2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra tubuh
yang berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang berhubungan
dengan perubahan penampilan (Keliat, 1998). Adapun Diagnosa yang mungkin
muncul diantaranya:
a. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
b. Isolasi sosial : menarik diri
c. Defisit perawatan diri

POHON MASALAH

HARGA DIRI RENDAH

GANGGUAN CITRA TUBUH

KEHILANGAN ANGGOTA TUBUH

Gambar 1.1 Contoh Pohon Masalah Gangguan Citra Tubuh


3. Tindakan Keperawatan
Langkah selanjutnya setelah menegakkan diagnosa keperawatan adalah
melakukan tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan untuk pasien dengan
gangguan citra tubuh bertujuan agar pasien mampu :
a. Mengidentifikasi citra tubuhnya
b. Meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuhnya
c. Mengidentifikasi aspek positif diri
d. Mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
e. Melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
f. Berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu.
Agar tujuan pemberian asuhan keperawatan pasien gangguan citra tubuh
berhasil, maka tindakan keperawatan yang dilakukan adalah :
a. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya, dulu dan saat ini, perasaan
tentang citra tubuhnya dan harapan tentang citra tubuhnya saat ini
b. Motivasi Pasien untuk melihat/meminta bantuan keluarga dan perawat untuk
melihat dan menyentuh bagian tubuh secara bertahap
c. Diskusikan aspek positif diri
d. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu
(misalnya menggunakan anus buatan dari hasil kolostomi)
e. Ajarkan Pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara:
1) Motivasi Pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada
pembentukkan tubuh yang ideal
2) Gunakan protese, wig (rambut palsu), kosmetik atau yang lainnya
sesegera mungkin, gunakan pakaian yang baru.
3) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
4) Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
f. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara:
1) Susun jadual kegiatan sehari-hari
2) Motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam
aktivitas keluarga dan social
3) Motivasi untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti atau
mempunyai peran penting baginya
4) Berikan pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi

4. Evaluasi Keperawatan
Setelah melakukan tindakan keperawatan. Langkah selanjutnya adalah
melakukan evaluasi keperawatan. Keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien
dengan gangguan citra tubuh tampak dari kemampuan pasien untuk:

a. Mengungkapkan persepsi tentang citra tubuhnya, dulu dan saat ini.

b. Mengungkapkan perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan tentang citra


tubuhnya saat ini

c. Meminta bantuan keluarga dan perawat untuk melihat dan menyentuh bagian
tubuh secara bertahap

d. Mendiskusikan aspek positif diri

e. Pasien meminta untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu


(misalnya menggunakan anus buatan dari hasil kolostomi)

5. Pendokumentasian
Langkah terakhir dari asuhan keperawatan adalah melakukan dokumentasi
asuhan keperawatan. Dokumentasi dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan
yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi.
TAHAP ORIENTASI
Perawat : “ Selamat pagi, perkenalkan, nama saya perawat Dita Kartika , panggil
saja perawat Dita. mahasiswa keperawatan dari Poltekkes Jakarta III. Saya
datang untuk merawat mbak. Nama mbak siapa? Senang di panggil apa?”
Pasien : “Nama saya Erna Lestari. Panggil saja erna sus.”
Perawat : “Bagaimana perasaan mbak hari ini? Bagaimana penyembuhan
lukanya?”
Pasien : “Alhamdulillah baik sus. Dalam proses penyembuhan sekarang sus.”
Perawat : “Syukurlah mbak. Bagaimana kalau kita berbincang bincang perasaan
terhadap kaki mbak yg mengalami gangguan?” (perhatikan data-data
tentang gangguan citra tubuh)
Pasien : “Iya sus. Silahkan.”
Perawat : “Untuk waktunya bagaimana kalau 30 menit? Mau di mana kita
berbincang bincang?”
Pasien : “Baiklah sus. Mungkin di ruangan tamu saja sus.”
Perawat : “Baiklah mbak.”
TAHAP KERJA
Perawat : “Bagaimana perasaan mbak terhadap kaki mbak yang sudah mulai
sembuh? Apa harapan mbak untuk penyembuhan ini?”
Pasien : “Alhamdulillah mbak saya bersyukur karena kaki saya yang membaik
walaupun saya pribadi merasa sedih, malu dan kurang percaya diri dengan keadaan saya
sekarang sus. Harapan saya mungkin kaki saya bisa digunakan dengan normal lagi sus”
Perawat : “Bagus sekali, mbak erna sudah mengungkapkan perasaan dan harapan.
Mulai sekarang mbak dapat mencoba melihat kaki mabk erna yang sakit.
Pasien : “Iya sus.”
Perawat : “Baik, bagaimana kalau kita membicarakan bagian tubuh mbak yang
lain yang masih dapat di gunakan? (boleh mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki).Nah, mata mbak masih berfungsi juga kan ? Bagaimana dengan kedua tangan mbak
?”
(buat daftar potensial tubuh yang masih prima)
Pasien : “Alhamdulillah sus, mata saya masih berfungsi sera kedua tangan saya
masih bisa mengangkat beban yang agak berat.”
Perawat : “Wah, ternyata banyak sekali bagian tubuh mbak yang masih berfungsi
dengan baik yang perlu disyukuri oleh mbak erna.”
TAHAP TERMINASI
Perawat : “Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang bincang?”
Pasien : “Saya bersyukur sus karena bagian tubuh saya masih bisa saya gunakan
dengan optimal.”
Perawat : ”Wah, banyak sekali bagian tubuh mbak yang masih berfungsi dengan
baik. Terutama bagian mata, tangan dan anggota yang lainnya.”
Pasien : “Iya sus.”
Perawat : “Baiklah mbak, bagaimana kalau kita buat jadwal kegiatan untuk
menggunakanatau melatih anggota tubuh yang masih berfungsi dengan baik. Seperti
melatih kaki mbak yang sakit dengan latihan atau olahraga. Mungkin dua hari lagi setelah
pertemuan pertama ini yah mbak?”
Pasien : “Baiklah sus.”
Perawat : “Baik, seminggu lagi kita bertemu untuk membicarakan cara
meningkatkan citra tubuh mbak. Mau jam berapa?”
Pasien : “Mungkin setelah sholat dzuhur sus.”
Perawat : “ Baik, sampai jumpa.”
1. Strategi Pelaksanaan Pasien 2
a. Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada pembentukan
tubuh yang ideal
b. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
1) Susun jadwal kegiatan sehari-hari
2) Dorong melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam aktivitas keluarga
serta sosial
3) Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai
peran penting baginya
4) Beri pujian terhadap keberhasilan pasien dalam melakukan interaksi
TAHAP ORIENTASI
Perawat : “Selamat siang, mbak erna. Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apakah
mbak sudah mencoba melakukan kegiatan yang sudah di jadwalkan?
Pasien : “Alhamdulillah sudah sus.”
Perawat : “Bagaimana perasaannya setelah mencoba kegiatan yang dijadwalkan?”
Pasien : “Keadaan kaki saya mungkin tidak terlalu kaku lagi sus setelah saya
melatih dan olahraga sesuai arahan yang suster berikan.”
Perawat : “Baik, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara
meningkatkan fungsi kaki?
Pasien : “Baiklah suster.”
Perawat : “Mau berapa lama mbak? Bagaimana kalu 30 menit? Mau bicara di
mana?.”
Pasien : “Oke suster. Diruang tamu saja sus.”
Perawat : “Baiklah, kita bicara di ruangan tamu.”
TAHAP KERJA
Perawat : “Mbak Erna selama ini apa yang sudah di lakukan agar kaki mbak
berfungsi kembali?”
Pasien : “Saya biasanya sus melatih menggerakkannya dan olahraga yang ringan
agar kaki saya tidak kaku.”
Perawat : “Bagus sekali mbak apabila mbak mengikuti arahan dari saya. Lalu apa
yang mbak lakukan untuk mengurangi rasa malu terhadap kaki mbak tersebut?”
Pasien : “Saya hanya keluar dari rumah seperlunya saja mbak karena saya malu
jika sering keluar.”
Perawat : “Baiklah mbak, mungkin ada beberapa cara yang dapat di lakukan yang
bisa sarankan ke mbak erna, yaitu untuk mengurangi rasa malu yang di lihat sama orang
lain. Mbak erna dapat menutupi bagian tubuh yang berubah misalnya pakai rok panjang,
lalu apabila mbak ingin mengembalikan fungsi bagian tubuh, mbak dapat menggantinya
dengan yang palsu, misalnya kaki palsu.
Pasien : “Baiklah saya akan mencoba seperti arahan suster.”
Perawat : “Selain itu, mbak dapat bersosialisasi dengan keluarga dan teman-teman
lain melalui berbagai aktivitas, mengunjungi teman atau keluarga yang dekat dengan
mbak. Mbak Erna dapat memasukan kegiatan tersebut dalam jadwal yang ada.”
TAHAP TERMINASI
Perawat : “Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang? Dan berapa
cara yang dapat di coba?”
Pasien : “Cukup baik sus. Tadi mungkin saya bisa megggunakan rok panjang
ataupun celana panjang serta memakai kaki palsu bila saya menginginkannya.”
Perawat : “Bagus. Nah, silahkan mencoba memakai rok yang panjang. Bisa kan
mbak?
Pasien : “Bisa kok mbak.”
Perawat : “Baik, dua hari lagi kita bertemu. Kita akan berbicara tentang cara
bercakap-cakap dengan orang lain.” (Gunakan Modul Isolasi Sosial.) “untuk informasi
kaki palsu, saya akan cari dulu dan segera saya beri tahu. Sampai jumpa.”

Anda mungkin juga menyukai