Anda di halaman 1dari 9

Satuan Acara Penyuluhan Tentang HIV/AIDS pada Narapidana

di Lapas Sukamiskin

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS

Oleh:

Kelompok 4

Program Transfer 2016

Eva Puspawati 220110160146


Udi Usnadi 220110160147
Anne Cintya Afriliani 220110160167
Fahmi Wanadi H. 220110160176

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Pencegahan Penyakit Menular


Sub Pokok Bahasan : HIV/AIDS
Topik : HIV
Sasaran : Narapidana
Pertemuan ke- :1
Hari/Tanggal :
Waktu : 1 x 50 menit
Tempat : Lapas Sukamiskin
Narasumber :

I. Tujuan Instruksional
A. Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit diharapkan narapidana Lapas
Sukamiskin dapat memahami tentang penyakit HIV/AIDS dengan benar.

B. Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, narapidana Lapas Sukamiskin diharapkan dapat:
1. Memaparkan kembali pengertian HIV/AIDS dengan benar tanpa melihat
catatan/leaflet.
2. Menyebutkan kembali 3 dari 5 tanda dan gejala HIV/AIDS dengan benar
tanpa melihat catatan/leaflet.
3. Menjelaskan kembali 3 dari 4 cara penularan HIV/AIDS dengan benar tanpa
melihat catatan/leaflet.
4. Menjelaskan kembali alasan mengapa narapidana mudah terkena atau
terpapar dengan HIV/AIDS tanpa melihat catatan/leaflet.
5. Mengidentifikasi kembali 3 dari 5 cara pencegahan HIV/AIDS secara
umum serta di Lapas dengan benar tanpa melihat catatan/leaflet.
6. Menyebutkan kembali cara-cara deteksi dini penyakit HIV/AIDS dengan
benar tanpa melihat catatan/leaflet.

7. Menyebutkan kembali apa yang harus dilakukan jika tertular atau terpapar
dengan virus HIV positif tanpa melihat catatan/leaflet.

II. Alokasi Waktu


A. Apersepsi/ Pembukaan : 10 menit
B. Penjelasan / Uraian Materi : 30 menit
2
C. Rangkuman Kecil/ Tanya Jawab : 10 menit
D. Rangkuman Akhir/ Penutup : 10 menit

III. Strategi Instruksional


IV. Kegiatan Belajar Mengajar (P & PD)

Waktu Kegiatan Uraian Kegiatan


Penyuluh Peserta
09.00- Pembukaan a. Mengucapkan salam dan a. Menjawab salam
09.10 (Ice Breaking) memperkenalkan diri
b. Menanyakan kabar b. Menjawab
kepada narapidana yang pertanyaaan penyuluh
hadir c. Mengikuti ice
c. Mencairkan suasana breaking
dengan melakukan ice
breaking dengan cara:
memanggil 2 orang peserta
untuk memimpin temannya
senam penguin d. Mengikuti apersepsi
d. Mengajak peserta untuk
apersepsi (agar sasaran tahu
e. Menyimak penyuluh
pentingnya materi yang
diberikan)
e. Menyampaikan tujuan
penyuluhan

3
09.10- Penyampaian Materi a. Memaparkan pengertian a. Menyimak pemaparan
09.40 HIV/AIDS penyuluh
b. Menjelaskan tanda dan b. Menyimak penjelasan
gejala HIV/AIDS penyuluh
c. Menyebutkan cara penularan c. Menyimak penjelasan
HIV/AIDS penyuluh
d. Menjelaskan mengapa d. Menyimak penjelasan
narapidana mudah terinfeksi penyuluh
HIV/AIDS

e. Menjelaskan cara e. Menyimak penjelasan


pencegahan HIV/AIDS
penyuluh
f. Menjelaskan promosi f. Menyimak pemaparan
kesehatan dan pencegahan
penyuluh
HIV/ AIDS di Lapas

g. Memaparkan cara-cara
g. Menyimak pemaparan
deteksi dini penyakit
HIV/AIDS penyuluh
h. Menyimak pemaparan
h. Menjelaskan apa saja yang
harus dilakukan jika terkena penyuluh
atau terpapar dengan
HIV/AIDS

09.40- Rangkuman Kecil/ a. Menyatak a. Menyimak penyuluh


09.50 Tanya Jawab an jika materi penyuluhan
telah selesai
b. Menyampaikan
b. Mengkonf pertanyaan dan hal-
irmasi kepada peserta apakah
hal yang ingin
ada yang ingin ditanyakan
atau diklarifikasi diklarifikasi kepada
penyuluh
c. Menyimak jawaban
c. Menangga dari penyuluh
pi pertanyaan dan klarifikasi
dari peserta

09.50- Penutup a. Melakukan evaluasi a. Menjawab pertanyaan


10.00 b. Menyimpulkan materi b. Menyimak kesimpulan
penyuluhan dan hasil diskusi
c. Mengucapkan salam c. Menjawab salam

V. Metode & Media Pengajaran


A. Metode

4
Metode yang digunakan adalah Ceramah dan Diskusi

B. Media
Power Point, Leaflet dan Alat Peraga

VI. Evaluasi
A. Materi
Terlampir
B. Bentuk Test/ Soal : essay (isian)
1. Jelaskan pengertian HIV/AIDS dengan benar?
2. Sebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala HIV/AIDS!
3. Jelaskan mengapa narapidana memiliki resiko tinggi terkena HIV/AIDS!
4. Paparkan 3 dari 4 cara penularan HIV/AIDS!
5. Sebutkan 3 dari 5 cara pencegahan HIV/AIDS!
6. Sebutkan promosi kesehatan dan pencegahan HIV/ AIDS di Lapas!
7. Jelaskan cara-cara deteksi dini penyakit HIV/AIDS?
8. Apa saja yang harus dilakukan jika terkena atau terpapar HIV/AIDS?

VII. Buku Sumber


1) Averting HIV and AIDS. 2017. Prisoners, HIV and AIDS. Available at
https://www.avert.org/professionals/hiv-social-issues/key-affected-
populations/prisoners (diakses pada tanggal 7 September 2017)
2) Centers for Disease Control and Prevention. (2017). HIV among incarcerated
populations. Atlanta. Retrieved from http://www. Cdc. Gov/hiv/group/correctional.
Html. (diakses tanggal 7 September 2017)
3) Dolan, K., Moazen, B., Noori, A., Rahimzadeh, S., Farzadfar, F., & Hariga, F.
(2015). People who inject drugs in prison: HIV prevalence, transmission and
prevention. International Journal of Drug Policy, 26, S12-S15.
4) Kementrian Kesehatan RI dan Kementrian Hukum dan HAM. 2012. Pedoman HIV
Lapas. Jakarta: The Global Fund.
5) 5ewi set al. 2014. Medical Surgical Nursing Assessment and Management of
Clinical Problems. USA: Elsevier.
6) Saliu, A., & Akintunde, B. (2014). Knowledge, Attitude, and Preventive Practices
among Prison Inmates in Ogbomoso Prison at Oyo State, South West
Nigeria. International journal of reproductive medicine, 2014.
7) Riskiyani, Shanti. 2016. Perlakuan di Lapas, Interaksi Sosial, dan Harapan
Pengguna Narkoba Mantan Narapidana. UI: Jurnal Etnosia Vol. 01 No. 01 Juni
2016.

Lampiran Materi
5
Pencegahan Penularan HIV / AIDS di LAPAS

1. Pengertian HIV/AIDS
Menurut Lewis et al. (2014), HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency
Virus yang merupakan retrovirus sehingga menyebabkan imunosupresi pada tubuh. Infeksi
virus tersebut menyebabkan orang tersebut rentan terkena berbagai infeksi yang biasanya
dikendalikan melalui respons kekebalan.
Sedangkan AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome yang
merupakan kumpulan gejala penyakit akibat seseorang mengalami kekurangan sistem
kekebalan tubuh karena kerusakan yang ditimbulkan oleh virus HIV.

2. Tanda dan Gejala HIV/AIDS


Berdasarkan buku Medical Surgical Nursing (2014), tanda dan gejala HIV/AIDS dibagi
menjadi:
a. Acute Infections
1) Demam
2) Pembengkakan kelenjar getah bening
3) Sakit kepala
4) Sakit tenggorokan
5) Mual
6) Nyeri otot dan sendi
7) Diare
b. Chronic Infections
1) Asymptomatic infection
a) Sel CD4 T masih di atas 500
b) Lelah
c) Sakit kepala
d) Demam
e) Keringat malam
2) Symptomatic infection
a) Sel CD4 T menurun ke 200
b) Demam yang tidak turun
c) Diare kronik
d) Keringat malam yang berlebih
e) Sakit kepala yang sering muncul
f) Kelelahan
g) Infeksi lokal
h) Pembesaran kelenjar getah bening

6
i) Oropharyngeal candidiasis atau sariawan
j) Kaposi sarcoma
k) Ruam di kulit karena virus varicella-zoster

3. Cara Penularah HIV/AIDS


HIV/AIDS dapat ditularkan melalui cairan yang keluar dari organ intim (genitalia),
darah dan penggunaan jarum suntik secara bersama-sama dengan orang yang terkena
HIV/AIDS.
1) Penularan melalui cairan yang keluar dari organ intim (sperma, lendir vagina) bisa
ditularkan kepada semua orang dikarenakan free sex (hubungan intim secara bebas)
dengan orang yang terkena HIV/AIDS, berganti-ganti pasangan hubungan intim,
dan cara hubungan intim yang tidak benar seperti oral sex dan anal sex serta LGBT.
2) Penularan melalui darah dapat terjadi melalui transfusi darah dan produknya
(plasma, trombosis) dan perilaku menyuntik yang tidak aman pada pengguna
NAPZA suntik (penasun). Pada transplantasi organ yang tercemar virus HIV juga
dapat menularkan HIV pada penerima donor.
3) Penggunaan jarum suntik secara bersama-sama.
4) Melalui ibu hamil serta pemberian ASI (Air Susu Ibu) dari ibu yang terinfeksi HIV.
5) Kontak dengan produk darah terutama saat transfusi darah atau penggunaan alat-
alat suntik yang tidak steril.

4. HIV/AIDS Pada Tahanan


Di dunia secara global terdapat sekitar 3% tahanan yang terkena HIV, bahkan
prevalensi HIV di penjara 15 kali lebih tinggi dibandingkan populasi dewasa secara umum.
Prevalensi HIV/AIDS pada narapidana 24x lebih besar dari populasi umum di Indonesia.
Tahanan di Lapas/Rutan memiliki resiko tinggi terkena HIV/AIDS karena kondisi di
lapas/rutan seringkali penuh sesak sehingga menjadi tempat berkembang biak yang ideal
untuk transmisi infeksi HIV. Para tahanan pada umumnya beroperasi dalam suasana
kekerasan dan ketakutan, terjadi juga ketegangan seksual. Melepaskan dari ketegangan ini
dan dari kebosanan hidup di penjara, sering ditemukan perilaku beresiko seperti konsumsi
narkoba suntik, seks tidak aman, adiksi, pembuatan tato dan pemasangan asesoris kelamin.
Selain itu, lebih dari 70% pengguna narkoba suntik dilaporkan terdapat di penjara
Indonesia. Sistem penjara di Indonesia sendiri menerapkan tersedianya kondom namun
tidak semua Lapas/Rutan menerapkan hal tersebut karena sebagian beranggapan bahwa
tersedianya kondom di penjara berarti membenarkan perilaku seks bebas tersebut sehingga
berpotensi terjadi peningkatan aktivitas seks bebas.
Beberapa hal yang menyebabkan tingginya risiko HIV/AIDS di tahanan yaitu:
a. Penggunaan narkoba suntik, berbagi jarum suntik

7
b. Kekerasan seksual dan pelecehan seksual
c. Tidak tersedianya kondom atau ketidaktahuan akan program ketersediaan kondom
d. Pemerkosaan dan seks tidak aman
e. Tato
f. Tindik
g. Kepadatan jumlah narapidana
h. Penggunaan alat cukur yang tidak steril
i. Tuberculosis dan HIV
j. Penolakan akses terhadap layanan pencegahan dan pengobatan
k. Kurangnya kewaspadaan mengenai HIV

5. Cara Pencegahan Penularan Penyakit HIV/AIDS


Cara pencegahan penularan HIV dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) A: Abstinence (puasa , tidak berhubungan sex),
2) B: Be Faithful: saling setia dengan satu pasangan, tidak berganti-ganti (monogami),
3) C: Condom, selalu memakai kondom saat berhubungan sex yang mengandung
resiko,
4) D: Drugs, tidak mengkonsumsi narkoba, dan
5) E: Education, aktif mencari informasi yang benar.

6. Promosi dan Pencegahan HIV/ AIDS di LAPAS (Layanan Komprehensif HIV)


1) Promosi Kesehatan (KIE/ Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
2) Ketersediaan dan akses alat pencegahan (kondom, alat suntik steril)
3) PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon), PTRB (Program Terapi Rumatan
Bupenorfin), PABM (Pemulihan Adiksi Berbasis Masyarakat)
4) Penapisan darah donor
5) Life skills education
6) Dukungan kepatuhan berobat (adherence)
7) PPIA (Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak)
8) Layanan IMS, KIA, KB dan Kesehatan reproduksi remaja
9) Tatalaksanan IMS (Infeksi Menular Seksual)
10) Vaksinasi hepatitis B para penasun (bila tersedia)
11) Pencegahan Pasca Pajanan

7. Cara-Cara Deteksi Dini


Cara-cara yang dapat dilakukan untuk upaya deteksi dini penyakit HIV/AIDS yaitu
melakukan Pemeriksaan ke fasilitas kesehatan seperti RS ketika mengalami 1-2 tanda

8
dan gejala HIV yang telah dipaparkan sebelumnya (Amiruddin, 2013), dengan
melakukan:
1) Deteksi Infeksi Menular Seksual
2) Konseling Sebelum Test HIV
3) Test HIV
4) Konseling Setelah Test HIV

8. Tindakan Yang Harus Dilakukan Jika Terkena Atau Terpapar Dengan HIV/AIDS
1) Lapor sesegera mungkin ke petugas kesehatan di LAPAS
2) Konseling pre-test HIV
3) Melakukan pemeriksaan HIV, Hepatitis B dan C
4) Konseling pasca-test HIV
5) Konseling sebelum pemberian obat Anti Retroviral Prophylaxis
6) Pemberian obat dalam 2-4 jam pasca paparan atau kurang dari 72 jam, obat ini
dikonsumsi selama satu bulan penuh
7) Test HIV ulang pada saat bulan ketiga dan keenam

Anda mungkin juga menyukai