Anda di halaman 1dari 83

BAB X POLA DAN PROSES KOMUIKASI DALAM KELUARGA A.

DEFINISI KOMUNIKASI Komunikasi adalah suatu proses pertukaran perasaan, keinginan, informasi, dan opini (maccubin & dahl,1985). Menurut Galvin dan Brommel, komunikasi keluarga adalah sebuah symbol proses transaksi dalam membuat dan membagikan arti dari keluarga tersebut dimana setiap anggota keluarga mempunyai pola dan cara yang unik dalam berkomunikasi.

B. ELEMEN DALAM KOMUNIKASI Komunikasi membutuhkan : 1. Pengirim pesan Seseorang yang berusaha mengirimkan pesan ke orang lain. 2. Penerima pesan Target dari pengirim pesan 3. Channel of the message Rute dari pesan yang dikirim 4. Pertemuan antar pengirim dan penerima pesan 5. Interaksi Interaksi merupakan bingkai dalam pengiriman dan penerimaan suatu pesan, termasuk di dalam nya respon dari penerima dan pengirim.

Interaksi dapat menjadi dimanis, dimana merubah proses komunikasi antar individu.

C. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI Watzlawick and co-workers (1967) menyebutkan dalam Pragmatics of Human Communication ada enam prinsip dasar komunikasi untuk memahami proses-proses komunikasi keluarga. 1. Semua perilaku adalah komunikasi. Dalam berbagai situasi, baik dua orang atau lebih, individu bisa atau tidak menggunakan komunikasi verbal, akan tetapi tidak dapat luput dari komunikasi nonverbal termasuk didalamnya seperti bahasa tubuh dalam mengekpresikan sesuatu.

2.

Bahwa komunikasi mempunyai dua tingkat yaitu informasi (isi) dan perintah (intruksi). Isi yaitu apa yang sebenarnya sedang dikatakan (bahasa verbal). Sedangkan intruksi adalah menyampaikan maksud dari pesan (Goldenberg, 2000). Isi suatu pesan dapat saja berupa pernyataan sederhana, tetapi mempunyai meta message atau intruksi bergantung pada variable seperti emosi dan alur bicara, gerakan dan posisi tubuh serta nada suara. Berhubungan dengan pemberian tanda baca (pungtuasi) (Watzlawick et al., 1967) atau rangkaian komunikasi (Bateson, 1979). Komunikasi melibatkan proses transaksi, dan dalam pertukaran tiap respon berisi komunikasi berikutnya, selain riwayat hubungan sebelumnya (Hartman & Laird, 1983).

3.

4.

Komunikasi diuraikan oleh Watzlick dan rekannya (1979) terdapat dua tipe komunikasi yaitu, digital dan analogik. Komunikasi digital adlah komunikasi verbal yang pada dasarnya menggunakan kata yang mudah dipahami. Sedangkan komunikasi analaogik yaitu ide atau suatu hal yang akan dikomunikasikan, dikirim secara nonverbal dan sikap yang representative (Hartman & Laird, 1983). Komunikasi analogik dikenal sebagai bahasa tubuh , ekspresi tubuh, ekspresi wajah, irama dan nada kata yang diucapkan (isyarat) berbagai manifestasi non verbal lainnya (non bahasa) yang dapat dilakukan oleh seseorang (Watzlick et al, hal 62).

5.

Diuraikan oleh kelompok yang sama dari beberapa ahli teori komunikasi keluarga (Watzlick, Beavin, & Jackson, 1967) yang disebut prinsip redundasi (kemubadziran). Prinsip ini merupakan dasar pengembangan penelitian keluarga yang menggunakan keterbatasan pengamatan interaksi keluarga sehingga dapat memberikan penghayatan yang valid kedalam pola umum komunikasi

6.

Semua interaksi komunikasi yang simetris atau komplementer. Pola komunikasi simetris adalah perilaku pelaku mencerminkan perilaku pelaku lainnya. Sedangkan komunikasi komplementer adalah perilaku seorang pelaku interaksi melengkapi perilaku pelaku interkasi lainnya. Jika satu dari dua tipe komunikasi tersebut digunakan secara konsisten dalam hubungan keluarga, tipe komunikasi ini mencerminkan nilai dan peran serta anggota keluarga dan pengaturan kekuasaan keluarga (Batson, dkk., 1963).

D. SALURAN KOMUNIKASI KELUARGA Saluran informasi adalah rute informasi yang sampai kepada penerima. Dalam jaringan komunikasi keluarga juga menggunakan saluran dalam menyampaikan pesan kepada anggota keluarga. Dalam keluarga, saluran informasi dapat bervariasi tergantung setting hubungan anggota keluarga.contohnya keluaga patriarchal akan memberikan komunikasi dengan jenis perintah yang berasal dari ayah ke ibu lalu ke anak, ini disebut jaringan komunikasi vertical. Keluarga biasanya menggunakan saluran komunikasi sesuai dengan struktur kekuatan keluarga, kedekatan dalam hubungan keluarga, peran keluarga, dan popularitas dalam keluarga. Popularitas berpusat pada individu mengindikasikan bahwa adanya konvergenitas saluran komunikasi pada satu orang. Orang ini biasanya orang penengah dalam keluarga. Sebaliknya, anggota keluarga yang lain akan merasa tidak popular, takut, menolak, dan mengesampingkan posisinya. E. PROSES PROSES KOMUNIKASI FUNGSIONAL Menurut sebagian besar terpi keluarga, komunikasi fungsional dipandang sebagia landasan keberhasilan, keluarga yang sehat (Watzlick & Goldberg, 2000) dan komunikasi fungsional didefinisikan sebagai pengiriman dan penerima pesan, baik isi maupun tingkat instruksi pesan yang lansung dan jelas (Sells,1973), serta sebagi sasaran antara isi dan tingkat instruksi. Dengan kata lain komunikasi fungsional dan sehat dalam suatu keluarga memerlukan pengirim untuk mengirimkan maksud pesan melalui saluran yang reltif jelas dan penerima pesan mempunyai pemahaman arti yang sama dengan apa yang dimaksud oleh pengirim (Sells). Proses komunikasi fungsional terdiri dari beberapa unsur, antara lain : 1. Pengirim Fungsional Satir (1967) menjelaskan bahwa pengiriman yang berkomunikasi secara fungsional dapat menyatakan maksudnya dengan tegas dan jelas, mengklarifikasi dan mengualifikasi apa yang ia katakan, meminta umpan balik dan terbuka terhadap umpan balik. a) Menyatakan kasus dengan tegas dan jelas

Salah satu landasan untuk secara tegas menyatakan maksud seseorang adalah penggunaan komunikasi yang selaras pada tingkat isi dan instruksi (satir,1975). Contohnya dalam hal mengekspresikan seseorang yang sedang marah maka nada suara, posisi tubuh dan gestur harus sesuai. b) Intensitas dan keterbukaan. Intensitas berkenaan dengan kemampuan pengirim dalam mengkomunikasikan persepsi internal dari perasaan, keinginan,dan kebutuhan secara efektif dengan intensitas yang sama dengan persepsi internal yang dialaminya. Agar terbuka, pengirim fungsional menginformasikan kepada penerima tentang keseriusan pesan dengan mengatakan bagaimana penerima seharusnya merespon pesan tersebut. Contohnya aku ingin pulang sekarang, aku sangat lelah. c) Mengklarifikasi dan mengualifikasi pesan Karakteristik penting kedua dari komunikasi yang fungsional menurut Satir adalah pernyataan klarifikaasi dan kualifikasi.

Pernyataan tersebut memungkinkan pengirim untuk lebih spesifik dan memastikan persepsinya terhadap kenyataan dengan persepsi orang lain. d) Meminta umpan balik Unsur ketiga dari pengirim fungsional adalah meminta umpan balik, yang memungkinkan ia untuk memverifikasi apakah pesan diterima secara akurat, dan memungkinkan pengirim untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mengklarifikasi maksud. e) Terbuka terhadap umpan balik Pengirim yang terbuka terhadap umpan balik akan menunjukkan kesediaan untuk mendengarkan, bereaksi tanpa ada perlawanan dan mencoba untuk memahami.

2. Penerima Fungsional Penerima fungsional mencoba untuk membuat pengkajian maksud suatu pesan secara akurat. Dengan melakukan ini, mereka akan lebih baik mempertimbangkan arti pesan dengan benar dan dapat lebih tepat mengkaji sikap dan maksud pengirim, serta perasaan yang diekspresikan dalam
4

metakomunikasi. Menurut Anderson (1972), penerima fungsional mencoba untuk memahami pesan secara penuh sebelum mengevaluasi. Ini berarti bahwa terdapat analisis motivasi dan metakomunikasi, serta isi. Informasi baru, diperiksa dengan informasi yang sudah ada, dan keputusan untuk bertindak secara seksama dioertimbangkan. Mendengar secara efektif, memberi umpan balik, dan memvalidasi tiga tekhnik komunikasi yang memungkinkan penerima untuk memahami dan merespons pesan pengirim sepenuhnya. a. Mendengarkan Kemampuan untuk mendengar secara efektif merupakan kualitas terpenting yang dimiliki oleh penerima fungsional. Mendengarkan secara efektif berarti memfokuskan perhatian penuh pada seseorang terhadap apa yang sedang dikomunikasikannya dan menutup semua hal yang aakan merusak pesan. Penerima secara penuh memperhatikan pesan lengkap dari pengirim bukan menyalahartikan arti dari suatu pesan. Pendengar pasif merespons dengan ekspresi datar dan tampak tidak peduli sedangkan pendengar aktif dengan sikap mengomunikasikan secara aktif bahwa ia mendengarkan. Mengajukan pertanyaan

merupakan bagian penting dari mendengarkan aktif (Gottman, Notarius, Gonso dan Markman, 1977). Mendengarkan secara aktif berarti menjadi empati, berpikir tentang kebutuhan, dan keinginan orang lain, serta menghindarkan terjadinya gangguan alur komunikasi pengirim. b. Memberikan umpan balik Karakteristik utam kedua dari penerima funbgsional adalah memberikan umpan balik kepada pengirim yang memberitahu pengirim bagaimana penerima menafsirkan pesan. Pernyataan ini mendorong pengirim untuk menggali lebih lengkap. Umpan balik juga dapat melalui suatu proses keterkaitan, yaitu penerima membuat suatu hubungan antara pengalaman pribadi terdahulu (Gottman et.al, 1877) atau kejadian terkait dengan komunikasi pengirim. c. Memberi validasi Dalam menggunakan validasi penerima menyampaikan

pemahamannya terhadap pemikiran dan perasaan pengirim. Validasi

tidak berarti penerima setuju dengan pesan yang dikomunikasikan pengirim, tetapi menunjukan penerimaan atas pesan tersebut berharga.

F. PROSES-PROSES KOMUNIKASI DISFUNGSIONAL Proses Komukasi keluarga yang tidak baik atau difungsional, meliputi: 1. Pengirim Disfungsional Komunikasi pengirim disfungsional sering tidak efektif pada satu atau lebih karakteristik dasar dari pengirim fungsional. Dalam menyatakan kasus, mengklarifikasi dan mengkulifikasi, dalam menguraikan dan keterbukaan terhadap umpan balik. Penerima sering kali ditinggalkan dalam kebingungan dan harus menebak apa yang menjadi pemikiran atau perasaan pengirim pesan. Komunikasi pengirim disfungsional dapat bersifat aktif atau defensif secara pasif serta sering menuntut untuk mendapatkan umpan balik yang jelas dari penerima. Komunikasi yang tidak sehat terdiri dari : a. Membuat asumsi Ketika asumsi dibuat, pengim mengandalkan apa yang penerima rasakan atau pikiran tentang suatu peristiwa atau seseorang tanpa menvalidasi persepsinya. Pengirim disfungsional biasanya tidak menyadari asumsi yang mereka buat, ia jarang mengklarifikasi isi atau maksud pesan sehingga dapat terjadi distorsi pesan. Apabila hal ini terjadi, dapat menimbulkan kemarahan pada penerima yang diberi pesan, yang pendapat serta perasaan yang tidak dianggap. b. Mengekspresikan perasaan secara tidak jelas Tipe lain dari komunikasi disfungsional oleh pengirim adalah pengungkapan perasaan tidak jelas, karena takut ditolak, ekspresi perasaan pengirim dilakukan dengan sikap terselubung dan sama sekali tertutup. Komunikasi tidak jelas adalah sangat beralasan (Satir, 1991) apabila kata kata pengirim tidak ada hubunganya dengan apa yang dirasakan. Pesan dinyatakan dengan cara yang tidak emosional. Berdiam diri merupakan kasus lain tentang pengungkapan perasaan tidak jelas. Pengirim merasa mudah tersinggung terhadap penerima yang tetap tidak mengungkapkan

kemarahannya secara terbuka atau mengalihkan perasaannya ke orang atau benda lain. c. Membuat respon yang menghakimi
6

Respon yang menhakimi adalah komunikasi disfungsional yang ditandai dengan kecenderungan untuk konstan untuk menbgevaluasi pesan yang menggunakan system nilai pengirim. Pernyataan yang menghakimi selalu mengandung moral tambahan. Pesan pernyataan tersebut jelas bagi penerima bahwa pengirim pesan mengevaluasi nilai dari pesan orang lain sebagai benar, atau salah, baik atau buruk, normal atau tidak normal. d. Ketidakmampuan untuk mendefinisikan kebutuhan sendiri Pengirim disfungsional tidak hanya tidak mampu untuk

menekspresikan kebutuhangnya. Namun juga karena takut ditolak menjadi tidak mampu mendefenisikan prilaku yang ia harapkan dari penerima untuk memenuhi kebutuhan mereka.sering kali pengirim disfungsional tidak sadar merasa tidak berharga, tidak berhak untuk mengungkapkan kebutuhan atau berharap kebutuhan pribadinya akan dipenuhi. e. Komunikasi yang tidak sesuai Penampilan komunikasi yang tidak sesuai merupakan jenis komunikasi yang disfungsional dan terjadi apabila dua pesan yang bertentangan atau lebih secara serentak dikirim (Goldenberg, 2000). Penerima ditinggalkan dengan teka-teki tentang bagaimana harus merespon. Dalam kasus ketidaksesuaian pesan verbal dan nonverbal, dua atau lebih pesan literal dikirim secara serentak bertentangan satu sama lain. Pada ketidaksesuaian verbal nonverbal pengirim mengkomunikasikan suatu pesan secara verbal, namun melakukan metakomunikasi nonverbal lyang bertentangan dengan pesan verbal. Ini biasanya diketahuin sebagai pesan campuran, misalnya saya tidak marah pada anda diucapakan dengan keras, nada suara tinggi dengan tangan menggempal.

2. Penerima Disfungsional Jika penerima disfungsional, terjadi komunikasi yang terputus karena pesan tidak diterima sebagaimana dimaksud, karena kegagalan penerima untuk mendengarkan, atau menggunakan diskualifikasi. Merespon secara ofensif, gagal menggali pesan pengirim, gagal memvalidas ipesan, merupakan karakterstik disfungsional lainnya. a. Gagal untuk mendengarkan
7

Dalam kasus gagal untuk mendengarkan, suatu pesan dikirim, namun penerima tidak memperhatikan atau mendengarkan pesan tersebut. Terdapat beberapa alasan terjadinya kegagalan untuk mendengarkan, berkisar dari tidak ingin memerhatikan hingga tidak memiliki kemampuan untuk

mendengarkan. Hal ini biasanya terjadi karena distraksi, seperti bising, waktu yang tidak tepat, kecemasan tinggi, atau hanya karena gangguan pendengaran. b. Penggunaan diskualifikasi Penerima disfungsional dapat menerapkan pengelakkan untuk

mendiskualifikasi suatu pesan dengan menghindari isu penting. Diskualifikasi adalah respon tidak langsung yang memungkinkan penerima untuk tidak menyetujui pesan tanpa memungkinkan penerima untuk tidak menyetujui pesan tanpa benar-benar tidak menyetujuinya. c. Menghina Sikap ofensif komunikasi menunjukkan bahwa penerima pesan bereaksi secara negatif, seperti sedang terancam. Penerima tampak bereaksi secara defensif terhadap pesan yang mengasumsikan sikap oposisi dan mengambil posisi menyerang. Pernyataan dan permintaan dibuat dengan konsisten dengan sikap negatif atau dengan harapan yang negatif. d. Gagal menggali pesan pengirim Untuk mengklarifikasi maksud atau arti dari suatu pesan, penerima fungsional mencari penjelasan lebih lanjut. Sebaliknya, penerima disfungsional

menggunkan respon tanpa menggali, seperti membuat asumsi. memberikan saran yang prematur, atau memutuskan komunikasi. e. Gagal memvalidasi pesan Validasi berkenaan dengan penyampaian penerimaan penerima. Oleh karena itu, kurangnya validasi menyiratkan bahwa penerima dapat merespon secara netral atau mendistorsi dan menyalah tafsirkan pesan. Mengasumsikan bukan mengklarifikasi pemikiran pengirim adalah suatu contoh kurangnya validasi. 3. Pengirim dan Penerima Disfungsional Dua jenis urutan intearksi komunikasi yang tidak sehat, melibatkan baik pengirim maupun penerima, juga secara luas didiskusikan dalam literatur komunikasi. Komunikasi yang tidak sehat merupakan kominikasi yang

mencerminkan pembicaraan parallel yang menunjukan ketidakmampuan untuk memfokuskan pada suatu isu. Dalam pembicraan parallel, setiap individu dalam interaksi secara konstan menyatakan kembali isunya tanpa betul-betul mendengarkan pandangan orang lain atau mengenali kebutuhan orang lain. Orang yang berinteraksi disfungsional, mungkin tidak mampu untuk memfokuskan pada satu isu. Tiap individu melantur dari satu isu ke isu lain bukannya menyelesaikan satu masalah atau meminta suatu pengungkapan.

G. POLA KOMUNIKASI KELUARGA FUNGSIONAL Pola Komunikasi Fungsional Dalam Keluarga 1. Berkomunikasi Secara Jelas dan Selaras Keselarasan komunikasi anggota keluarga pada kebanyakan kasus dalam keluarga yang sehat. Keselarasan merupakan kunci dalam model komunikasi dan pertumbuhan menurut satir. Keselarasan adalah suatun keadaan dan cara berkomunikasi dengan diri sendiri dan orang lain. Ketika keluarga berkomunikasi dengan selaras terdapat konsistensi antara konten dan level instruksi dalam komunikasi. Apa yang sedang diucapkan, sama dengan isi pesan. Kata-kata yang diucapkan, perasaan yang kita ekspresikan, dan prilaku yang kita tampilkan semuanya konsisten. Komunikasi pada kelurga yang sehat merupakan suatu proses yang sangat dinamis dan saling timbal balik. Pesan tidak hanya dikirim dan diterima.

2. Komunikasi Emosional Komunikasi emosional berkaitan dengan ekspresi emosi dan persaan dari persaan marah, terluka, sedih, cemburu hingga bahagia, kasih saying dan kemesraan (Wright & Leahey, 2000). Pada keluarga fungsional perasaan anggota keluarga diekspresikan. Komunikasi afektif pesan verbal dan nonverbal dari caring, sikapfisik sentuhan, belaian, menggandeng dan memandang sangat penting, ekspresi fisik dari kaisih saying pada kehidupan awal bayi dan anak-anak penting untuk perkembangan respon afektif yang normal. Pola komunikasi afektif verbal menjadi lebih nyata dalam menyampaikan pesan afeksional (kasih sayang), walaupun pola mungkin beragam dengan warisan kebudayaan individu.
9

3. Area Komunikasi Yang Terbuka dan Keterbukaan diri Keluarga dengan pola komunikasi fungsional menghargai keterbukaan, saling menghargai perasaan, pikiran, kepedulian, spontanitas, autentik dan keterbukaan diri. Selanjutnya keluarga ini mampu mendiskusikan bidang kehidupan isu personal, social, dan kepedulian serta tidak takut pada konflik. Area ini disebut komunikasi terbuka. Dengan rasa hormat terhadap keterbukaan diri. Satir (1972) menegaskan bahwa anggota keluarga yang terus terang dan jujur antar satu dengan yang lainnya adalah orang-orang yang merasa yakin untuk mempertaruhkan interaksi yang berarti dan cenderung untuk menghargai keterbukaan diri (mengungkapkan keterbukaan pemikiran dan persaan akrab).

4. Hirarki Kekuasaan dan Peraturan Keluarga System keluarga yang berlandaskan pada hirarki kekuasaan dan komunikai mengandung komando atau perintah secara umum mengalir kebawah dalam jaringan komunikasi keluarga. Interaksi fungsional dalam hirarki kekuasaan terjadi apabila kekuasaan terdistribusi menurut kebutuhan perkembangan anggota keluarga (Minuchin, 1974). Apabila kekuasaan diterpkan menurut kemampuan dan sumber anggota keluarga serta sesuai dengan ketentuan kebudayaan dari suatu hubungan kekuasaan keluarga. 5. Konflik Keluarga dan Resolusi Konflik Keluarga Konflik verbal merupakan bagian rutin dalam interaksi keluarga normal. Sumber konflik keluarga menunjukkan bahwa keluarga yang sehat tampak

mampu mengatasi konflik dan memetik manfaat yang positif, tetapi tidak terlalu banyak konflik yang dapat mengganggu hubungan keluarga. Resolusi konflik merupakan tugas interaksi yang vital dalam suatu keluarga (Vuchinich,1987). Orang dewasa dalam kelurga perlu belajar untuk mengalami konflik konstruktif. Walaupun orang dewasa menyelesaikan konflik dengan berbagai cara , resolusi konflik yang fungsional terjadi apabila konflik tersebut dibahas secara terbuka dan strategi diterapkan untuk menyelesaikan konflik dan ketika orang tua secara tepat menggunakan kewenangan mereka untuk mengakhiri konflik. 6. Pengamatan Dalam Interaksi Pernikahan Sejak tahun 1970, John Gottman telah menginvestigasiinteraksi pernikahan yang bahagia dan tidak bahagia menggunakan metode penelitian observasional. Ada
10

beberapa perbedaan yang dia temukan pada interaksi pernikahan yang bahagia dan tidak bahagia. a. Pasangan bahagia dalam interaksi mempertahankan respon-respon positif dan menurunkan proporsi dri respon-respon negativ. Respon posiitif contohnya validasi dan persetujuan. Respon negatif contohnya

menyalahkan dan konflik. b. Pasangan bahagia cenderung menggunakan cara yang baik untuk menyelesaikan konflik. c. Pasangan bahagia mengurangi perasaan negativ ketika berinteraksi d. Pada pernikahan bahagia yang bertahan lama, suami manghormati istrinya. e. Pernikahan yang betahan lama salah satu pasangan mampu menjadi penengah dalam permasalahan yang terjadi.

H. POLA KOMUNIKASI KELUARGA DISFUNGSIONAL Komunikasi disfungsional didefinisikan sebagai transmisi tidak jelas atau tidak langsung serta permintaan dari salah satu keluarga. Transmisi tidak lansung dari suatu pesan berkenaan dari pesan yang dibelokkan dari saran yang seharusnya kepada orang lain dalam keluarga. Transmisi langsung dari suatu pesan berarti pesan mengenai sasaran yang sesuai. Tiga pola komunikasi yang terkait terus menerus menyebabkan harga diri rendah adalah egosentris, kebutuhan akan persetujuan secara total dan kurangnya empati. 1. Harga Diri Rendah Egosentris Individu memfokuskan pada kebutuhan diri sendiri dan mengabaikan kebutuhan orang lain, perasaan atau perspektif yang mencirikan komunikasi egosentris. Dengan kata lain, anggota keluarga yang egosentris mencari sesuatu dari orang lain untuk memenuhu kebutuhan mereka. Apabila individu tersebut harus memberikan sesuatu, maka mereka akan melakukan dengan keengganan, dan rasa permusuhan,defensive atau sikap pengorbanan diri, jadi tawar-menawar atau negosiasi secara efektif sulit dilakukan, karena seseorang yang egosentris meyakini bahwa mereka tidak boleh kalah untuk sekecil apapun yang mereka berikan.

11

2. Kebutuhan Mendapatkan Persetujuan Total Nilai keluarga tentang mempertahankan persetujuan total dan menghindari konflik berawal ketika seseorang dewasa atau menikah menentukan bahwa mereka berada satu sama lain, walaupun perbedaan yang pasti mungkin sulit untuk dijelaskan seperti yang diekspresikan dalam pendapat, kebiasaan, kesukaan atauhrapan mungkin terlihat sebagai ancaman kerena ia dapat mengarah pada ketidaksetujuan dan kesadaran bahwa mereka merupakan dua individu yang terpisah

3. Kurang Empati Keluarga yang egosentris tidak dapat menteloransi perbedaan dan tidak akan mengenal akibat dari pemikiran, persaan dan perilaku mereka sendiri terhadap anggota keluarga yang lain. Mereka sangat terbenam dalam pemenuhan kebutuhan mereka sendiri saja bahwa mereka tidak mampu untuk berempati. Dibalik ketidakpedulian ini, individu dapat menderia akibat perasaan tidak berdaya. Tidak saja mereka tidak menghargai diri mereka sendiri tapi mereka juga tidak menghargai oaring lain. Hal ini menimbulakan suasana tegang, ketakutan atau menyalahkan. Kondisi ini terlihat pada komunikasi yang lebih membingungkan, samar, tidak langsung, terselubung dan defensif bukan memperlihatkan keterbukaan, kejelasan dan kejujuran.

4. Area Komunikasi Yang Tertutup Keluarga yang fungsional memiliki area komunikasi yang terbuka, keluarga yang sedikit fungsional sering kali menunjukkan area komunikasi yang semakin tertutup. Keluarga tidak mempunyai peraturan tidak tertulis tentang subjek apa yang disetujui atau tidak disetujui untuk dibahas. Peraturan tidak tertulis ini secara nyata terlihat ketika anggota keluarga melanggar peraturan dengan membahas subjek yang tidak disetujui atau mengungkapkan perasaan yang terlarang.

12

I. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA KOMUNIKASI KELUARGA Faktor yang mempengaruhi pola komunikasi keluarga antara lain: 1. Latar belakang etnis keluarga Etnis keluarga dengan orientasi tradisional biasanya menggunakan budaya aslinya dalam kehidupan sehari-hari termasuk bagaimana berkomunikasi dan dapat tergambarkan dalam jalan hidup masing-masing keluarga. Nilai dan orientasinya berasal dari turunan budaya. 3 area yang biasanya dipengaruhi etnis dalam pola kamunikasi keluarga adalah pembicaraan, ekspresi emosional, dan toleransi dalam konflik. 2. Life-cycle keluarga Pola Komunikasi keluarga berubah dan bervariasi tergantung tahap

perkembangan keluarga termasuk didalamnya umur dan isu yang berkembang dalam keluarga. Pola komunikasinya biasanya from a maximal reliance on explicit talk in courtship and early marriage to increase reliance unspoken understanding later on. 3. Perbedaan jenis kelamin Penelitian menyebutkan perbedaan sikap antara laki-laki dan perempuan dan pola percakapan, perbedaan dalam pembuatan keputusan, perbedaan dalam merespon antar satu sama lain. Perempuan menganggap percakapan adalah cara untuk membangun hubungan dan menciptakan kedekatan, sedangkan lakilaki menganggap percakapan untuk menunjukkan status dan pengetahuan mereka. 4. Bentuk keluarga Keluarga saat ini telah didefinisikan lebih luas daripada beberapa decade yang lalu termasuk didalamnya keikutsertaan keluarga dalam masyarakat. Bentuk keluarga bervariasi tergantung dari bentuk structural keluarga dari

tradisional/keluarga inti sampai keluarga homoseksual. bentuk/tipe keluarga berimbas pada Komunikasi keluarga. 5. Faktor idiosinkratic : mini budaya keluarga Fitzpatrick dan ricthie (1993) menyatakan bahwa keluarga adalah mini budaya privat. Biasanya pola komunikasi yang digunakan adalah konfigurasi pertalian keluarga.

13

J. KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN ALTERASI KESEHATAN Alterasi kesehatan merujuk pada segala perubahan yang

memepengaruhi proses hidup klien (fisiologis, psikologis, sosial budaya, dan spiritual) (Carpenito,2000). Perubahan-perubahan pada status kesehatan sering termasuk kronis dan penyakit yang mengancam nyawa dan lagi akut atau keterbelakangan mental atau fisik yang kronis tetapi juga termasuk perubahan pada area kesehatan lainnya. Penelitian menemukan dari beberapa studi tentang adaptasi keluarga pada penyakit kronis dan mengancam nyawa sudah di demonstrasikan secara konsisten bahwa faktor terpenting pada keluarga yang sehat dengan memfungsikan keterbuka, kejujuran, dan kejelasan komunikasi dalam menyepakati pengalaman kesehatan yang tidak baik dan isu-isu yang terkait. Ketika keluarga tidak mendiskusikan hal-hal penting yang mereka hadapi maka tingkat stres dalam keluarga itu akan semakin tinggi.

K. AREA PNEGKAJIAN Pernyataan berikut ini harus dipertimbangkan ketika menganalisis pola komunikasi keluarga. a) Dalam mengobservasi keluarga secara utuh atau serangkaian hubungan keluarga, sejauh mana pola komunikasi fungsional dan disfungsional yang digunakan?. diagram pola komunikasi sirkular yang terjadi berulang. Selain membuat diagram pola komunikasi sirkular, perilaku spesifik berikut ini harus dikaji: i. Seberapa tegas dan jelas anggota menyatakan kebutuhan dan perasaan interaksi? ii. Sejauh mana anggota menggunakan klerifikasi dan kualifikasi dalam interaksi? iii. Apakah anggoata keluarga mendapatkan dan merespon umpan balik secara baik, atau mereka secara umumtidak mendorong adanya umpan balik dan penggalian tentang suatu isu? iv. Sebera baik anggota keluarga mendengarkan dan memperhatikan ketika berkomunikasi? v. Apakah anggota mencari validasi satu sama lain?

14

vi. Sejauh mana anggota menggunakan asumsi dan pernyataan yang bersifat menghakimi dalam interksi? vii. Apakah anggota berinterksi dengan sikap menhina terhadap pesan? viii. Seberapa sering diskualifikasi digunakan? b) Bagimana pesan emosional disampaikan dalam keluarga dan subsistem keluarga? i. Seberapa sering pesan emosional disampaikan?

ii. Jenis emosi apa yang dikirimkan ke subsistem keluarga? Apakah emosi negatif, positif, atau kedua emosi yang dikirimkan? c) Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi didalam jaringan komunikasi dan rangkaian hubungan kekeluargaan? i. Bagaimana cara/sikap anggota kelurga (suami-istri, ayah-anak,anakanak) saling berkomunikasi? ii. Bagaimana pola pesan penting yang biasanya? Apakah terdapat perantar? iii. Apakah pesan sesuai dengan perkembangan usia anggota? d) Apakah pesan penting keluarga sesuai dengan isi instruksi ? apabila tidak, siapa yang menunjukkan ketidaksesuaian tersebut? e) Jenis proses disfungsional apa yang terdapat dalam pola komunikasi keluarga? f) Apa isu penting dari personal/keluarga yang terbuka dan tertutup untuk dibahas? g) Bagimana factor-faktor berikut mempengaruhi komunikasi keluarga? i. Konteks/situasi

ii. Tahap siklus kehidupan kelurga iii. Latar belakakang etnik kelurga iv. Bagaimana gender dalam keluarga v. Bentuk keluarga vi. Status sosioekonomi keluarga vii. Minibudaya unik keluarga

1. Diagnosa Keperawatan Keluarga Masalah komunikasi keluarga merupakan diagnosis keperawatn keluarga yang sangat bermakna, Nort American Diagnosis Assosiation (NANDA) belum

mengidentifikasi diagnosis komunikasi yang berorientasi keluarga.


15

NANDA menggunakan perilaku komunikasi sebagai bagian dari pendefisian karakteristik pada beberapa diagnosis mereka;seperti proses berduka disfungsional salah satu diagnosis keperawatan yang terdapat dalam daftar NANDA adalah hambatan komunikasi verbal, yang berfokus pada klien individu yang tidak mampu untuk berkomunikasi secara verbal. Giger & Davidhizar (1995) menegaskan bahwa hambatan komunikasi verbal tidak mempertimbangkan kjebudayaan klien sehingga secara kebuyaan tidak relevan dengan diagnosis keperawatan.

2. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan keluarga dalam area komunikasi terutama melibatkan pendidikan kesehatan dan konseling, serta kolaborasi sekunder, membuat kontrak, dan merujuk ke kelompok self-help, organisasi komunitas, dan klinik atau terapi keluarga. Konsling dibidang komunikasi keluarga melibatkan dorongan dan dukungan keluarga dalam upaya mereka untuk meningkatkan komunikasi diantara mereka sendiri. Perawat keluarga adalah sebagai fasilitator proses kelompok dan sebagi narasumber. Wright dan Leahey (2000) menklasifkasiikan tentang tiga intervensi keluarga secara lansung (berfokus pada tingkat kognitif, afektif, dan perilaku dari fungsi) membantu dalam pengorganisasian srategi komunikasi spesifik yang dapat diterapkan, strategi intervensi dalam masing-masing ketiga domain meliputi pendidikan kesehatan dan konsling. a) Intervensi keperawatan keluarga dengan focus kognitif Memberikan ide baru tentang komunikasi. Informasi adalah pendidikan yang dirancang untuk mendorong penyelesaian masalah keluarga. Apakah anggota mengubah perilaku komunikasi mereka pertama sangat bergantung pada bagiamana mereka mempersepsikan masalah. Wright & Laehey (2000) menegaskan peran penting dari persepsi dan keyakinan. b) Intervensi dalam area afektif Diarahkan pada perubahan ekspresi emosi anggota keluarga baik dengan meningkatkan maupun menurunkan tingkat komunikasi emosional dan modifikasi mutu komunikasi emosional. Tujuan keperawatan spesifik didalam

16

konteks kebudayaan keluarga, membantu anggota keluarga mengekspresikan dan membagi perasaan mereka satu sama lain sehingga: i. Kebutuhan emosi mereka dapat disampaikan dan ditanggapi dengan lebih baik. ii. Terjadi komunikasi yang lebih selaras dan jelas iii. Upaya penyelesaian masalah keluarga difasilitasi. c) Intervensi keperawatan keluarga berfokus pada perilaku Perubahan perilaku menstimulasi perubahan dalam persepsi realitas anggota keluarga dan persepsi menstimulasi perubahan perilaku (proses sirkular, rekursif). Oleh karena itu, ketika perawat keluarga menolong anggota keluarga belajar cara komunikasi yang lebih sehat. Ia juga akan membantu anggota keluarga untuk mengubah persepsi mereka atau membangun realitas tentang suatu situasi.

Intervensi pendidikan kesehatan dan konsling dirancang untuk mengubah komunikasi keluarga meliputi; i. Mengidentifikasi keinginan perubahan perilaku spesifik anggota keluarga dan menyusun rencana kolaboratif untuk suatu perubahan ii. Mengakui, mendukung, dan membimbing anggota keluarga ketika mereka mulai mencoba untuk berkomunikasi secar jelas dan selaras. iii. Memantau perubhan perilaku yang telah menjadi sasran sejak pertemuan terdahulu. Tanyakan bagimana perilaku komunikassi yang baru, apakah ada masalah yang terjadi, serta jika mereka mempunyai pertanyaan atau hal penting tentang perubahan tersebut.

17

BAB XI KEKUATAN KELUARGA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

A. KONSEP KEKUATAN DALAM KELUARGA 1. Kekuatan Kekuatan adalah kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif. Kekuatan juga merupakan hal yang multidimensi yang mana dapat mempengaruhi sosiobudaya dan interaksi dalam masyarakat. Kekuatan keluarga sebagai karakterisktik dalam system keluarga adalah kemampuan keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Komponen utama dalam kekuatan keluarga adalah pengaruh dan pengambilan keputusan. Pengaruh adalah sinonim parktik dari kekuatan, yang didefinisikan sebagai derajat tekanan baik formal maupun non formal yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarga ke anggota keluarga lainnya yang berhasil membuat kesan dalam pandangan orang lain, walaupun itu berlawanan. 2. Otoritas atau kekuasaan Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan

kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002). Menurut MC Donald (1980) dikutip oleh Friedman (1988), kekuasaan didefinisikan dengan kemampuan, baik kemampuan potensial maupun aktual dari seorang individu untuk mengontrol mempengaruhi dan merubah tingkah laku seseorang. Kekuasan dapat dihubungkan dengan bagian dari kepercayaan keluarga yang mana didasarkan dengan budaya dan norma-norma yang berlaku dan

18

di desain untuk anggota keluarga yang dibenarkan untuk membuat keputusan dan menentukan pendapat. 3. Dasar kekuatan a. Legitimate power/authority atau kekuasaan /wewenang yang sah (hak untuk mengontrol) Disebut juga sebagai wewenang primer yang merujuk pada

kepercayaan bersama dan persepsi dari anggota keluarga bahwa satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku anggota keluarga yang lain. Kekuasaan ini didukung oleh peran, posisi, hak-hak secra budaya atau tradisi seperti orang tua terhadap anak. b. Helpass or powerless power atau kekuasaan yang tidak berdaya atau putus asa. Tipe kekuasaan ini merupakan suatu bentuk penting dari kekuasaan yang sah yang didasarkan pada hak yang diterima secar umum dari mereka yang membutuhkan atau dari mereka yang tidak berdaya yang mengharapka dari mereka ynag mempunyai posisi untuk memberikan bantuan. Seperti kekuasaan orang yang sedang sakit, cacat atau lanjut usia. c. Referent Power (Seseorang Yang Ditiru) Kekuasaan yang dimiliki orng-orang tertentu terhadap orang lain karena identifikasi positif terhadap mereka, seperti identifikasi positif seorang anak dengan orang tua (sebagai role model). d. Resorce or expert power atau kekuasaan sumber atau ahli (pendapat ahli) Kekuasaan sumber adalah tipe dasar kekuasaan yang datangnya dari sumber-sumber berharga dalam jumlah yang lebih banyak dalam suatu hubungan seperti penggunaan teknik antar pribadi. Kekuasaan ahli adalah sumber kekuasaan yang ada dalam suatu hubungan jika seorang yang sedang dipengarihi merasa bahwa orang lain (ahli) memiliki pengetahuan khusus, ketrampilan/keahlian, atau pengalaman. e. Reward power atau kekuasaan penghargaan

19

Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima oleh seorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena kepatuhan seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap orang tua. f. Coercive power atau kekuasaan paksaan atau dominasi. Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untukmenghukum dengan paksaan, ancaman atau kekerasan bila mereka tidak mau taat. g. Informational power atau kekuasaan informational Dasar kekuasaan ini adalah melalui persuasi. Tipe kekuasaan ini sama dengan kekuasaan ahli tetapi lingkupnya lebih sempit. h. Effective power atau kekuasaan afektif Kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan sexual pasangan suami-istri. i. Tension management power atau kekuasaan managemen ketegangan Tipe dasar kekuasaan ini diturunkan dari kontrol yang dicapai oleh satupasangan dengan mengatasi ketegangan dan konflik yang ada dalam keluarga melalui perdebatan, ketidaksepakatan dalam

memasukkan anggota keluarga untuk mengalah. 4. Hasil dari kekuatan Area kedua dalam pengkajian hubungan kekuatan keluarga adalah hasil keputusan. Yang mana berfokus kepada siapa pembuat keputusan akhir atau yang berhasil mengontrol atau mempengaruhi. Tanggung jawab dan pengambilan keputusan dalam keluarga mungkin tidak ada hubungan dengan pola dominan dalam kekuatan keluarga. Perawat keluarga dapat dengan mudah mengambil tanggung jawab dan memberikan keputusan terhadap salah satu anggota keluarga daripada anggota keluarga lain yang lebih dominan dalam keluarga tersebut. 5. Pengambilan keputusan dalam keluarga Kekuatan keluarga biasanya digunakan untuk mengambil keputusan. Pengambilan mendapatkan keputusan persetujuan mengacu dan pada proses anggota langsung keluarga untuk dalam
20

komitmen

mempertahankan status quo. Proses pengambilan keputusan didasarkan pada Hasil dari kekuatan tersebut seperti: a. Konsensus Tindakan tertentu secara bersama disetujui oleh semua yang terlibat. Terdapat tanggung jawab seimbang pada keputusan serta kepuasan, oleh anggota keluarga atau rekanan. b. Tawar menawar atau akomodasi Suatu perjanjian untuk setuju menggunakan keputusan umum dalam menghadapi perbedaan yang tidak dapat disatukan. Akomodasi : tawar menawar (bargaining), kompromi, paksaan c. Kompromi atau de facto Hasil perdebatan dimana tidak terdapat resolusi bila isu tidak dibawa dan didiskusikan. Keputusan ini, kemudian dibuat dengan tak ada aktivitas daripada dengan perencanaan. d. Paksaan

B. VARIABLE YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN DALAM KELUARGA 1. Hirarki kekuasaan keluarga Dalam keluarga inti tradisional dan keluarga inti masa kini, struktur keluarga jelas merupakan sebuah hierarki yang berarti struktur kekuatan keluarga tersebut mengikat dan diturunkan. Laki-laki mempertahankan kekuatannya dari perempuan, begitu juga orang tua terhadap anaknya. 2. Tipe bentuk keluarga (orang tua tunggal, keluarga campuran, keluarga inti dua orang tua tradisional) Bentuk keluarga merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi dinamika kekuatan dalam sebuah keluarga. 3. Pembentukan koalisi Koalisi adalah salah satu aliansi sementara yang didasarkan isu atau aliansi jangka panjang untuk membentuk dominansi dari satu atau lebih anggota keluarga. Pembentukan koalisi anggota keluarga bisasnya didasarkan pada hubungan kekuatan masing-masing individu..koalisi dalam keluarga
21

merupakan hal yang paling menyehatkan untuk menaikkan derajat kekuatannya. 4. Jaringan komunikasi keluarga Jaringan komunikasi ini berhubungan dengan stuktur kekuatan. Umurm usia, personalitas anggota keluarga secara alami mempengaruhi jariangan komunikasi keluarga dan intensitasnya. 5. Perbedaan gender 6. Kelas social a. Lower class families Laki-laki dalam keluarga miskin lebih cenderung melakukan proclaim kekuaasaan untuk mendapatkan pengakuan atas kekuasan istrinya. Sedangkan istri cenderung lebih merasa bertanggungjawab

dibandingkan dengan istri dari kelas sosial yang lain. Biasanya mereka lebih bertangungjawab dalam mengatur keuangan yang diberikan suami. b. Working class families Edukasi dalam keluarga merupakan faktor penting dalam struktur kekuatan dan kekuasaan dalam keluraga ini. Biasanya suami lebih

dominan karena merasa mendapatkan pendidikan yang lebih baik. c. Middle class families Dalam keluarga ini biasanya mendasarkan pada perasaan atau egalitarian. Suami biasanya banyak memberikan waktu untuk berbagi dan bersikap penuh perasaan kepada istrinya. 7. Tahap perkembangan keluarga 8. Latar belakang budaya dan religious

C. KLASIFIKASI STRUKTUR KEKUATAN KELUARGA

Sistem klasifikasi yang biasanya digunakan adalah dominasi satu anggota keluaga yang memiliki stuktrur kekuatan egalitarian atau ketidakefektifan kepemimpinan. Dua tipe keluarga yang banyak di deskripsikan: 1. Patriakral, keluarga tradisional
22

Ayah adalah kepala keluarga dengan kekuatan keluarga berada di tangannya, sedangkan anggota keluarga lainnya berada dibawah

koordinasinya. 2. Demokratis, egalitarian atau keluarga modern. Dalam tipe ini lebih mendasarkan keseimbangan peran antara suami dan istri dengan pengambian keputusan melalui consensus dan meningkatkan partisipasi anak ketika mereka sudah lebih tua. Klasifikasi Kekuasaan dalam Subsistem Perkawinan (Herbert 1945) a. Pola kekuasaan otokrasi/ otoriter Apabila keluarga didominasi oleh satu orang anggota keluarga saja b. Pola kekuasaan sinkratis Apabila keputusan termasuk perkawinan dan keluarga, dilakukan oleh kedua pasangan menikah. c. Pola kekuasaan otonom Apabila kedua pasangan berfungsi secara mandiri satu sama lain, baik dalam pengambilan keputusan maupun aktivitas mereka. D. KEKUATAN DALAM KELURGA SEHAT Lewis dan asosianya (1976) melakukan penelitian yang menghasilkan analisis bahwa keluarga dinyatakan sehat berdasarkan tiga kategori dari severe disfungsional sampai sehat optimal. Dari severe disfungsional menunjukkan bahwa stuktur keluarganya chaotic. Sedangakan keluarga yang sehat dikarenakan strukturnya yang lebih fleksbel. Kekuatan dalam keluarga sehat antara lain; 1. Orang tua memerankan peran koalisi yang krusial dalam mengembangkan semua potensi keluarga 2. Kepemimpinan dikembangkan oleh orang tua melalui koalisi sebagai model pembelajaran nilai terhadap anak 3. Kepemimpinan diberikan oleh orang tua. 4. Pernikahan egalitarian memperkecil jarak dan dominasi. 5. Kekuatan dan peran yang jelas dalam keluarga.
23

E. KEKUATAN DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN Kekerasan dalam keluarga saat merupakan masaah kesehatan utama. Kekerasan alami termasuk didalamnya jarak yang besar, perlakuan kasar dan pengabaian. Kekerasan merupakan wujud dari penggunaan kekuata dalam keluarga yang tidak sehat. Beberapa teori mengenai kekerasan dalam keluarga, antara lain: a. Pandangan intraindividual : berfokus kepada karakteristik personal dan penyebab dari KDRT b. Pandangan sosiocultural : faktor sosiobudaya, dihubungkan dnegan perbedaaan sosial dan budaya dalam menyelesaikan, mendeskripsikan dan menganalisa masalah c. Pandangan sosial-psikologis : menjelaskan bahwa kekerasan dalam keluarga adalah fungsi yang menghubungkan individu dan masyarakat dengan menggunakan isu kekuatan, control, kelas sosial (kemiskinan), kesempatan kerja dan transfer kemiskinan. Steinmetz (1995) dan rekannya percaya bahwa kekuatan adalah komponen krisis dalam kekerasan yang disebabkan oleh a. Karakteristik dan legitimasi interaksi intrafamilial antar pasangan dan antara orang tua dan anak. b. Dikembangkan atas indikasi nilai sosial setempat oleh keluarga lain c. Kekuatan adalah kemapuan spesifik keluarga didasarkan pada nilai keluarga dalam komunitas keluarga 1. Intimate partner abuse Melakukan sebuah pukulan kepada pasangan saat ini akan sangat mudah diketahui oleh media massa dan para professional dan merupakan sebuah masalah sosial yang sangat signifikan terjadi. Straus (1990) menggunakan taktik untuk mengatasi frustasi dan stressor melalui kisah perjalanan yang telah dilalui. Biasanya wanita yang menjadi korban, akan tetapi laki-laki juga bisa menjadi korban, tetapi dianggap lebih biasa oleh masyarakat.

24

Kekerasan didefinisikan oleh Wallace sebagai tindakan yang disengaja atau tindakan yang berkelanjutan yang menyebabkan cedera pada pasangan. Bolton dan Bolton (1987) menemukan hubungan karakteristik personal dalam hubungan suami/istri dengan pelaku tindak kekerasan yaitu dibutuhkannya control terhadap kebiasaan suami/istri pelaku tindak kekerasan. Pengontrolan tersebut merupakan hal yang absolute harus dilakukan ketika berada di rumah. Wallae (1996) mempercayai bahwa abuse pada pasangan dikarenakan karena banyak penyebab dari masyarakat, seperti stress sosial, perbedaan kekuatan dalam pernikahan, kemandiarian istri, penggunaan alcohol oleh suami, kehamilan, ijin pernikahan, rendahnya penghargaan diri, masalah financial, dan lain-lain 2. Child abuse Peningkatan kejadian ini pada anak-anak akhir-akhir ini meningkat secara drastic, para peneliti mempercayai bahwa KDRT tidak begitu saja terjadi secara dramatikal, namun sudah ada sejak lama dalam keluarga, akan tetapi ksesadaran public dan penurunan toleransi pada kejadian ini meningkat pada akhir-akhir ini. Child abuse dapat berupa fisik, emosi, seksual, atau kombinasi. Kekerasan fisik didefinisikan sebagai tindakan yang dapat menghasilkan cedera fisik oleh seseorang yang melakukan penjagaan atau mengontrol seorang anak. Kekerasan ini banyak terjadi pada semua status sosial, ras, dan bentuk keluarga baik laki-laki maupun perempuan. Kebiasaan orang tua yang berhubungan dengan kekerasan fisik antara lain stress hidup, kesepian, depresi, kecemasan, kebiasaan dan tingkah laku buruk orang tua, konflik pernikahan dan penggunaan alcohol yang berlebih. Kekerasan seksual yang dilakukan orang tua biasanya dikarenakan oleh kondisi sosial dan masalah psikologis. Anak-anak dengan kondisi ini biasanya berubah melakukan kekerasan dalan kehidupan sehari-harinya. Perasaan bersalah, rasa malu, takut, marah biasanya ditunjukkan dalam kehidupannya di sekolah sebagai pelampiasannya.

25

3. Sibling abuse Kekerasan terhadap saudara kandung didefinisikan sebagai berbagai macam bentuk kekerasan fisik, mental, atau seksual yang dilakukan oleh anak dalam unit keluarga kepada anak yang lain. Biasanya dilakukan oleh anak yang lebih tua, kekerasan terhadap saudara yang banyak dilaporkan adalah kekerasan fisik (menggertak, memukul, dan menendang), kekerasan emosional (panggilan jelek, memberikan ketakutan berulang,

menghancurkan harapan personal, mengejek), dan kekerasan seksual. 4. Parent abuse Kekerasan terhadap orang tua banyak dilakukan oleh remaja untuk menunjukkan kemarahannya. 5. Elder abuse Kekerasan dan pengabaian lansia meningkat akhir-akhir ini yang

didefinisikan sebagai tingkah laku yang menghasilkan cedera fisik, psikologis, material yang menyebabkan kerugian, penyia-nyiaan pada lansia.

F. PROSES KEPERAWATAN 1. Area pengkajian Bagamana perawat mengukur kekuatan dalam sebuah keluarga? Ini merupakan pertanyaan kunci. Studi tentang kekuatan keluarga masih dibawah kritik karena ketidaksepahaman bagaimana cara mengukur kekuatan keluarga dalam metodelogi yang sangat terbatas. Namun, sekarang ini telah dipercaya bahwa kombinasi interaksi keluarga dengan pelaporan diri oleh anggota keluarga mungkin bisa didapatkan data yang valid mengenai kekuatan keluarga. Saffilos-rothschild (1976) menuliskan salah satu pasangan dalam keluarga mungkin memegang kekuatan mengatur, sedangkan yang lain mempunyai kekuatan untuk mengimplementasikannya. Sehingga dalam membuat keputusan dalam keluarganya didasarkan pada tahap

perkembangan keluarga tersebut dan karakteristik dari keluarga itu sendiri.

26

a. Hasil kekuatan Siapa yang mengatakan terakhir atau siapa yang menang. Siapa yang membuat keputusan. Bagaimana pentingnya pengambikan keputusan atau isu dalam keluarga. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang lebih spesifik dan diikuti validasi dan observasi bila memungkinkan. Pertanyaan spesifik yang mungkin membantu antara lain: Financial : siapa yang membuat budget, membayar bill dan bagaimana menyisihkan uang Sosial : siapa yang memutuskan bagaimana menghabiskan malam atau siapa teman atau hubungan Keputusan utama : siapa yang memutuska perubahan pekerjaaan dan tempat tinggal Membesarkan anak : siapa yang membuat aturan dan memutuskan kegiatan anak b. Proses pengambilan keputusan Apa teknik yang digunakan untuk mengambil keputusan dan seberapa luas keputusan tersebut Consensus Akomodasi : tawar menawar, kompromi, paksaan De facto

c. Dasar kekuatan Sumber-sumber kekuatan antara lain; Kekuatan legitimasi/kewenanga Helpless atau powerless power Referent power Resourse and expert power Reward power Coercive power Informational power direct and indirect Affective power Tension management power
27

Pertanyaan yang diajukan didasarkan pada sumber-sumber tersebut dan pertanyaan spesifik lainnya dalam membuat keputusan d. Variable yang mempengaruhi kekuatan keluarga Multiple variable dalam kekuatan keluarga, antara lain Hierarki kekuatan keluarga Bentuk keluarga Koalisi Jaringan komunikasi keluarga Perbedaan gender Usia dan tahap perkembangan keluarga Budaya dan interpersonal Kelas sosial pengaruh yang berkembang dalam keluarga dapat

Mengenali

membantu perawat memberikan intervensi dan interpretasi pada keluarga e. Sistem keluarga secara menyeluruh dan subsistem kekuatan Setelah melakukan pengkajian dalam area yang luas, perawat mungki bisa mengenali karakteristik mana yang lebih mendominasi seperti anggota keluarga yang dewasa, anak, atau kakek nenek, seperti egalitarian, sinkratik atau otonomi, seperti kurangnya kemampuan memimpin atau chaotic Untuk mengkaji pola kekuatan, bisa ditanyakan pertanyaan terbuka. Subsistem juga perlu dikaji melalui observasi interaksi orang dewasa, orangtua anak dan wawancara emngenai karakteristik kekuatan subsistem keluarga. 2. Diagnosa keperawatan Kepahaman dalam struktur kekuatan keluarga dibutuhkan untuk membuat formula yang tepat dalam mendiagnosa dan memberikan intervensi keperawatan yang efektif. Ketika keputusan dalam perawatan kesehatan dibuat oleh family, perawat harus tahu siapa yang memerang kekuatan dalam keputusan
28

mereka, pengetahuan bagaimana keputusan dibuat akan memberikan bimbingan kepada perawa untuk berbicara kepada orang yang tepat mengenai keputusan yang diambil oleh keluarga. Saat keluarga sudah mendapatkan kejelasan, kekuatan hierarki dalam keluarga akan berfungsi dnegan baik, sehingga perawat data mendukung, menguatkan, membantu menyusun kembali stuktur kesehatan kelauragda dengan menggunakan kekuatan hubungan dalam keluarga. 3. Intervensi keperawatan Intervensi yang diberikan perawat biasanya ditujukan kepada konflik pembuatan keputusan dan konflik kekuatan yang lain. Jika keluarga tertarik dalam konflik, perawt akan membantu memecahkan konflik tersebut. Apabila kekerasan dalam rumah tangga ditemukan, perawata akan memberikan bantuan dengan memberikan perlindungan anggota keluarga. Tujuan yang ingin dicapai antara lain: Mengenali dan melaporkan kekerasan anak Mendukung dan mengarahkan keluarga Koordinasi peraawatan keluarga dan kolaborasi dengan anggota keluarga Selain itu, perawat juga dapat memberikan kekuasaan kepada anggota keluarga yang lain untuk menjadi lebih kuat dan memandirikan hubungan keluarga dnegan otonomi dan respek mutual. G. KESIMPULAN Kekuatan dilihat dalam teks ini , adalah salah satu da ri empat dimensi struktural saling bergantung dari keluarga , dan seperti adalah refleksi dari aturan keluarga tidak tertulis keluarga dan sistem nilai yang mendasarinya Kekuatan adalah kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif. Kekuatan diwujudkan melalui proses pengambilan keputusan dalam keluarga . Pengambilan keputusan dan kekuasaan keluarga umumnya lebih
29

berbagi dalam keluarga sekarang dibandingkan dekade sebelumnya Karena orang-orang yang sangat tidak akurat dalam menggambarkan perilaku mereka sendiri , kombinasi dari pengamatan interaksi keluarga dengan diri - pelaporan oleh anggota keluarga dapat memberikan data yang lebih valid tentang kekuasaan keluarga daripada laporan diri sendiri Contoh sumber daya dalam keluarga termasuk autority sah, powerof berdaya , tak berdaya listrik , daya rujukan , sumber daya listrik , daya ahli , menghargai kekuasaan, kekuasaan koersif , kekuasaan afferctive , dan ketegangan manajemen daya . Tiga jenis proses pengambilan keputusan dalam keluarga adalah konsensus , akomodasi , dan de facto pengambilan keputusan . Pria sering mengembangkan atau mempertahankan kekuasaan atas perempuan , sering sebagai akibat dari ketidakadilan ekonomi . Orang tua hampir selalu memiliki lebih banyak kekuasaan daripada anak-anak lakukan . Dalam keluarga egaliter , bagaimanapun, jenis kelamin yang jelas dan hierarki kekuasaan berbasis usia mungkin tidak ada . Perbedaan etnis dan agama di kalangan keluarga dapat ditentukan struktur kekuasaan tertentu dalam keluarga . struktur kekuasaan keluarga juga dapat bervariasi karena pembentukan koalisi , jaringan komunikasi keluarga , perbedaan gender , tahap perkembangan keluarga , kelas sosial , dan bentuk-bentuk keluarga yang berbeda . struktur kekuasaan keluarga dapat diklasifikasikan beberapa cara ( lihat Gambar 11-1) , untuk menunjukkan apakah keluarga didominasi oleh salah satu anggota , memiliki struktur kekuasaan egaliter , atau tidak memiliki kepemimpinan yang efektif . Tiga perspektif teoritis tentang keluarga dan kekerasan pasangan intim adalah intraindividual , sosial budaya , dan prespektif sosial - psikologis . Semua penjelasan yang berbeda hadir untuk karakteristik listrik yang tidak sehat dalam keluarga kekerasan . Meskipun mekanisme dasar kekerasan ( penggunaan kekuatan fisik dengan salah satu anggota keluarga terhadap yang lain ) adalah sama , ada subtipe kekerasan keluarga , tergantung pada pelaku dan korban adalah : pasangan / penyalahgunaan pasangan intim ( termasuk kekerasan dalam gay dan
30

lesbian hubungan , pelecehan anak ( fisik dan seksual ) , kekerasan antara saudara kandung , pelecehan tua , dan penyalahgunaan induk. Memahami struktur kekuasaan dalam keluarga sangat penting dalam merumuskan diagnosis keperawatan dan intervensi keperawatan yang efektif .

31

BAB XIII NILAI KELUARGA

1. DEFINISI DASAR a. Nilai Nilai adalah idea atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh seseorang, biasanya mengacu kepada estetika (keindahan), etika pola prilaku dan logika benar salah (Fraenkel, 1977). Nilai berfungsi sebagai panduan umum untuk perilaku. Dalam keluarga, nilai-nilai memandu pengembangan kepercayaan keluarga, norma, atau aturan. Misalnya, jika seseorang meliki nilai-nilai kesehatan yang baik dan merasa itu adalah keadaan yang diinginkan, ia jauh lebih mungkin untuk terlibat dalam perawatan kesehatan preventif dan kebiasaan kesehatan menyehatkan. Ada beberapa sifat nilai yang mendasar. Beberapa nilai yang lebih sentral, akan mempengaruhi aspek yang paling penting dari kehidupan keluarga, sementara nilai-nilai lain yang lebih perifer dan memiliki lebih sedikit pengaruh, hanya melibatkan aspek tertentu dari lifesyle keluarga dan fungsi sehari-hari. b. Nilai keluarga Nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu kebudayaan lazim (Parad dan Caplan, 1965). Warisan budaya keluarga merupakan sumber utama dari nilai-nilai sistem keluarga dan norma. Pada gilirannya, kelompok keluarga merupakan sumber utama anggota keluarga sistem kepercayaan, nilai-nilai sistem, dan norma mengenai sifat dan bagaimana untuk mencapai tujuan dan aspirasi pribadi. Nilai-nilai keluarga tidak hanya refleksi dari masyarakat di mana seorang individu atau keluarga berada, tetapi juga dari subkultur dengan yang individu atau keluarga mengidentifikasi. Kebanyakan orang termasuk
32

sejumlah subkultur berdasarkan kelas sosial, latar belakang etnis, pekerjaan, jenis kelamin, kelompok sebaya, agama, dan sebagainya. Subkultur ada dalam besar, budaya yang dominan, sehingga aspek sistem nilai juga menyerap subkultur. Anggota respon subkultur tertentu untuk kedua sistem nilai subkultur dan dominan, meskipun pada saat yang berbeda nilai-nilai dari satu atau yang lain mungkin lebih relevan dengan individu atau keluarga. Jelas, semakin besar tingkat kesesuaian antara nilai-nilai subkultur keluarga dan nilai-nilai masyarakat, semakin mudah individu dan penyesuaian keluarga, dan tingkat keberhasilan yang lebih besar keluarga akan memiliki dalam berhubungan dengan masyarakat. c. Keyakinan Wright, Waston, dan Bell (1996) menyatakan bahwa "kepercayaan adalah lensa melalui mana kita melihat dunia. Keyakinan adalah fondasi dari perilaku kita dan esensi mempengaruhi kami. Keyakinan memandu tindakan individu dan keluarga (Wright & Leahey, 2000). Dengan demikian, keyakinan dan perilaku akan terkait dengan dan terhubung satu sama lain. Pilihan keluarga membuat berkembang dari keyakinan mereka, yang pada gilirannya berkembang dari sistem nilai mereka. Sistem kepercayaan Sebuah keluarga yang dipelajari, dibagi, dan berlanjut dari waktu ke waktu. Keyakinan memiliki akar sosial dan budaya yang mendalam. d. Norma Norma adalah pola perilaku yang dianggap tepat dalam suatu masyarakat tertentu dan, dengan demikian didasarkan pada sistem nilai keluarga. Dengan kata lain, norma-norma, meresepkan perilaku peran yang tepat untuk masing-masing posisi dalam keluarga dan masyarakat dan menentukan bagaimana hubungan timbal balik yang harus dipertahankan, serta bagaimana perilaku peran dapat berubah dengan perubahan usia. e. Aturan keluarga Aturan keluarga adalah cerminan lebih lanjut tentang nilai-nilai keluarga daripada norma keluarga. Aturan mengacu pada peraturan spesifik keluarga mempertahankan seperti apa perilaku yang dapat diterima dan apa yang tidak. Aturan keluarga, dipandu oleh nilai yang lebih abstrak, memberikan stabilitas, kesamaan, dan keluarga bimbingan anggota

butuhkan. Holman (1979) menyatakan bahwa aturan keluarga membentuk


33

miniculture keluarga, makna bersama yang menentukan karakter individu masing-masing keluarga yang berbeda dari semua keluarga lainnya.

2. DISPARITAS DALAM SISTEM NILAI a. Beragam Nilai Sosial Konflik pasti ada di antara keluarga dan masyarakat karena ada begitu banyak faktor dan pengalaman yang berfungsi untuk mengubah individu atau nilai dan norma keluarga. Masalah atau konflik yang belum terselesaikan sering hadir karena budaya tradisional yang muncul dari norma-norma yang ada secara simultan, baik di dalam komunitas, keyakinan kelompok dan individu menolak norma-norma yang muncul dan sudah melekat keras pada pola yang lebih tradisional, sedangkan orang lain dan kelompok menemukan pola tradisional tidak dapat diterima dan mematuhi satu budaya baru (normanorma dan nilai-nilai). Hasil perubahan sosial adalah bahwa wilayah-wilayah konflik utama muncul. Meskipun masyarakat kita menghargai prularism, di mana kedua sistem nilai tradisional muncul dan dapat hidup berdampingan, keragaman sosial ini dimainkan dalam hasil dalam konflik dan kebingungan. b. Perbedaan Nilai Antara Dominan Kebudayaan dan Subkultur Sumber lain yang umum konflik nilai adalah benturan antara nilai budaya yang dominan dan kelompok budaya keluarga. Ketika kita menganggap keluarga sebagai agen mediasi antara budaya (atau masyarakat yang lebih luas) dan individu, maka bahwa ketidakcocokan dasar nilai antara kelompok keluarga dan masyarakat yang lebih luas menghasilkan konflik nilai tertentu, yang meningkatkan stres dalam keluarga sebagai sistem dan juga negatif mempengaruhi anggota keluarga. c. Perbedaan nilai antar generasi Seperti disebutkan sebelumnya, sumber ketiga nilai konflik dalam keluarga terletak pada perbedaan generasi nilai. Sebuah keluarga dapat terdiri dari beberapa generasi individu, masing-masing membawa ke nilai-nilai kelompok keluarganya berdasarkan generasi. Konflik nilai yang tak terelakkan ketika kakek memegang nilai-nilai tradisional, ketika orang tua beroperasi dengan kombinasi (progresif) nilai-nilai tradisional dan muncul anak-anak dipengaruhi oleh nilai-nilai emergencing. Konflik antara generasi sangat lazim jika rumah tangga keluarga adalah keluarga besar.
34

d. Perbedaan antara anggota keluarga dan profesional perawatan kesehatan. Salah satu masalah utama dalam hubungan antara petugas kesehatan dan klien keluarga adalah jarak sosial diciptakan karena kelas sosial dan / atau perbedaan nilai budaya. Ketika profesional dan keluarga tidak memiliki keyakinan dasar yang sama dan nilai-nilai, hasilnya sering tujuan yang berbeda, komunikasi yang tidak jelas, dan masalah interaksional. Sebagai profesional yang bekerja dalam sistem perawatan kesehatan utama, perawat umumnya menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dominan yang sistem perawatan kesehatan merupakan bagian. Perawat Amerika, dididik di Amerika Serikat, termasuk dalam klasifikasi sistem nilai "Old Yanker". Perawat Amerika berorientasi pada masa depan, dimana seorang profesional melakukan perbuatan yang berorientasi individualis dalam pengambilan keputusan. Selain itu rata-rata dari usia tradisional perawat tradisional adalah sekitar 44. Nilai konflik mungkin timbul ketika perawat baru dari generasi muda (generasi x) berinteraksi dengan rekan-rekan mereka dan dengan populasi klien meningkatnya pasien usia lanjut. Ini gambar penyedia layanan kesehatan memiliki satu orientasi nilai umum tidak meniadakan kenyataan bahwa banyak perawat dan mahasiswa keperawatan berasal dari berbagai latar belakang kelas sosial dan budaya dan memiliki konfigurasi sendiri nilai-nilai yang lebih khusus dan tujuan. Sementara juga sesuai dengan nilai-nilai sentral sistem perawatan kesehatan yang mereka merupakan bagiannya. Keluarga, di sisi lain, datang dari semua lapisan masyarakat dan lebih sering daripada tidak, memegang nilai-nilai yang berbeda thn petugas kesehatan tidak. Karena latar belakang kelas dan budaya banyak klien berbeda dari orang-orang dari proffessional perawatan kesehatan, kemungkinan konflik nilai hadir ( Laufer , 1980)

3. PERUBAHAN NILAI DI AMERICAN SOCIETY Sejak tahun 1960, Amerika Serikat serta dunia pada umumnya, telah menyaksikan sebuah revolusi besar dalam ide, nilai, dan norma-norma. Sebagian besar literatur menunjukkan bahwa Gerakan Hak Sipil menandai awal revolusi kebudayaan Amerika. Karena peristiwa bergolak dalam masyarakat dan keluarga, stratifikasi sosial melebar, peningkatan kemiskinan, pertumbuhan
35

konsumerisme dan materialisme (Lebey, 2001: Samuelson, 1986), globalisasi ekonomi kita, dan yang terbaru adalah ancaman terorisme. Nilai-nilai budaya Amerika yang terus-menerus dibentuk dan dimodifikasi. Meskipun keluarga telah banyak dianggap sebagai terancam oleh beberapa peristiwa sosial dan pergeseran nilai-con comitant, membalikkan arus kembali ke "hari-hari tradisional tua yang baik" muncul sia-sia meskipun upaya sungguh-sungguh oleh beberapa kelompok fun damentalis dan reaksioner untuk melakukannya. Pergeseran nilai-nilai telah memicu perubahan kelembagaan seluruh masyarakat . Kedua layanan keluarga amerika (1984) dan scanzoni (1987) menggambarkan survei di mana orang Amerika , menurut nilai-nilai mereka melaporkan, dibagi menjadi tiga kelompok . Di salah satu ujung kontinum adalah " tradisionalis " , orang-orang yang mendukung nilai-nilai tradisional, seperti menjaga hari tua yang baik , tugas , kewajiban , dan kerja keras . Di ujung lain dari kontinum adalah " gelombang baru " , yang " progresif " , yang mengemban nilai-nilai yang muncul dari diri - pemenuhan , kebebasan , individualisme dan kewenangan. Bagian tengah kelompok kontinum terdiri dari sebagian besar orang Amerika. Mereka dihargai beberapa lama dan beberapa nilai-nilai dan tujuan-tujuan baru. 4. ORIENTASI NILAI UMUM American society membentuk nilai pokok kehidupan keluarga serta tingkah laku dalam perawatan kesehatan secara professional yang terdiri dari (americas core values) : Produktifitas/ penghargaan individu individualisme matrealisme etika kerja pendidikan perubahan dan penguasaan terhadap lingkungan efisiensi, dan praktik
36

kualitas hidup dan menjaga kesehatan toleransi terhada keberagaman

5. NILAI UMUM KELUARGA 1. Nilai Keluarga Besar. Hubungan Sanak Saudara. Anak membutuhkan kakak dan adik (sebaliknya anak tunggal

dimanjakan dan kesepian). Pilihan jenis kelamin. Mungkin orang tua mempunyai keinginan khusus untuk seorang anak laki -laki atau anak perempuan, atau suatu kombinasi tertentu. Kelangsungan Hidup Anak. Orang tua membutuhkan banyak anak untuk menjamin agar beberapa anak akan hidup terus sampai dewasa dan membantu mereka pada masa tua. 2. Nilai Keluarga Kecil. Kesehatan Ibu. Terlalu sering hamil tidak baik untuk kesehatan ibu. Beban masyarakat. Dunia ini menjadi terlalu padat.Terlalu banyak anak merupakan beban masyarakat. Sementara itu Hoffman dan Hoffman (1973) dalam studinya tentang hal-hal yang memotivasi seseorang sehingga ingin memiliki anak antara lain: a. Ingin membuktikan bahwa ia seorang dewasa. b. Memiliki beberapa perluasan pribadi dan mungkin dari seorang leluhur yang akan berakhir pada suatu waktu. c. Memuaskan sejumlah standard yang pasti oleh keluarganya sendiri maupun religi. d. Menciptakan suatu kemesraan, afeksi dalam kehidupan kelompok melebihi dari sekedar keluarganya sendiri. e. Mengalami petualangan dari kemampuan memiliki anak dan membesarkan anak. f. Menciptakan manusia baru.
37

g. Memiliki seseorang untuk bergantung dan merawat. h. Untuk memmjukkan bahwa seseorang mampu melakukan sesuatu dibanding orang lain. i. Memiliki anggota keluarga yang lain untuk berbagai kerja dan untuk menjamin di hari tua. Masalah yang timbul dalam mencapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera sebagaimana diuraikan diatas adalah menekankan dan menggiring jumlah ideal ke arab caturwarga ataupun keluarga dengan 2 anak. Dua anak dalam keluarga dua laki-laki, dua perempuan atau satu lakilaki dan satu perempuan sudah cukup.Disini terdapat dua permasalahan secara garis besar.yaitu: Masalah memasyarakatkan Norma Keluarga Kecil atan Norma Keluarga dua anak yang jelas rapat kaitannya dengan nilai-nilai sosial, ekonomi dan psikologi dari anak, begitu juga dengan tingkat kematian yang relatif masih tinggi. Bagaimana mencapainya secara teknis sekali norma itu sudah mulai berkembang. Dari sudut teknologi kontrasepsi yang ada sekarang dan yang dapat diterima oleh masyarakat, tidaklah begitu mudah untuk membatasinya pada 2 (dua) anak. Bagaimanapun juga keputusan untuk menambah anak atau tidak terserah pada keputusan pasangan suami istri dan keputusan tersebut tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya. Tetapi yang jelas, perubahan sosial mutlak diperlukan untuk mendukung NKKBS yang dikampanyekan dalam program Keluarga Berencana di Indonesia.

Nilai umum keluarga 1. Nilai kasih sayang Keluarga merupakan lingkungan primer bagi setiap individu, dan sejak masih balita mereka mulai menerima nilai-nilai yang akan menjadi pegangan sepanjang hidupnya. Dalam keluarga setiap individu membutuhkan pengayoman, perlindungan dan rasa cinta kasih untuk dapat mengembangkan dirinya secara optimal

(Megawangi, 1996). Agar anak secara psikososial dapat berkembang


38

spontan dan wajar, anak sangat perlu mendapatkan perhatian, pengertian, belaian kasih sayang, terutama sekali dari kedua orang tuanya. Anak yang berkembang tanpa bantuan manusia akan kehilangan hakekat kemanusiaanya (Gunarsa, 1980). 2. Nilai komunikasi Keluarga yang mempunyai budaya komunikasi dengan anak secara baik akan mampu menciptakan prakondisi bagi tumbuhnya

kecerdasan anak (Suyanto, 1998). Peran komunikasi yang penting dalam keluarga adalah membangun interaksi dalam keluarga meliputi : saling tukar informasi antar angota, sebagai sarana sosialisasi bagi anak dan melatih tugas-tugas yang ada didalam rumah tangga keluarga dan sebagai dasar untuk melakukan kerjasama dalam keluarga. 3. Nilai tanggung jawab Tugas-tugas keluarga merupakan tanggung jawab langsung setiap pribadi. Hampir tidak ada peran tanggung jawab keluarga yang dapat diwakilkan kepada orang lain, sehingga hampir semua orang menyesuaikan diri atau mengaku menyesuaikan diri kepada tuntutan keluarga. Menurut Taryati et.al (1994) pelatihan dan pembinaan tanggung jawab diberikan kepada anak sejak kecil, yaitu pada saat anak telah dapat diajak berkomunikasi, dapat berpikir, dan dapat melakukan suatu pekerjaan yang paling ringan (usia 5 tahun ke atas). 4. Nilai saling menghormati Setiap individu dianggap sebagai atasan dari bawahanya, dan harus menjadi panutan bagi bawahanya dengan memberi perlindungan kepada bawahanya. Sebaliknya bawahan akan memberi rasa hormaat kepada atasanya. Sifat yang menjadi panutan ini bersumber dari keluarga, yang masing-masing individu akan menempatkan dirinya sesuai dengan posisinya didalam keluarga. Anak yang terpanuhi kebutuhan rasa aman dan kasih sayangnya akan lebih menurut dan mudah dibentuk. Atas dasar ini orang tua menanamkan dasar-dasar kepribadian melalui penanaman nilai-nilai dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai keluarga dan lingkungan sosial maupun

39

masyarakat yaitu : anak menghormati orangtua, anak yang muda menghormati yang lebih tua (Megawangi, 1996) 5. Nilai komitmen Menurut Lukmansyah (1973) anak perlu mendapat latihan untuk makan, tidur dan bermain menurut waktunya, serta kebiasaankebiasaan lain sesuai dengan usianya sehingga anak dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku didalam lingkungan. Anak yang tidak dipersiapkan untuk menghadapi normanorma yang berlaku dalam masyarakat akan mengalami kesukaran dalam kehidupan sosialnya. 6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI KELUARGA Beberapa faktor penting yang mempengaruhi nilai dalam keluarga. Antara lain: a. Pendidikan orangtua Keterlibatan seseorang dalam proses pendidikan atau tingkat pendidikan yang dicapainya akan mempengaruhi dan membentuk cara, pola dan kerangka berfikir, presepsi, pemahaman dan kepribadianya yang

kesemuanya itu merupakan bagian integral sebagai bekal dalam berkomunikasi. Karena itu tingkat pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung akan menentukan baik buruknya pola komunikasi antar anggota keluarga (Gunarsa, 1991). b. Pendapatan keluarga atau orangtua Kondisi ekonomi yang kurang berpengaruh terhadap kondisi mental dan psikis individu yang hidup dalam keluarga dan menentukan corak kualitas hubungan antara pribadi dalam keluarga (Gunarsa 1991) c. Besar keluarga Kepadatan keluarga berpengaruh besaar kepada hubungan antar pribadi dalam keluarga. Adanya perbedaan secara baik mengenai umur, pendidikan, tugas dan kegiatan dan antanggung jawab akan mempersulit proses penyesuaian. Setiap sistem interaksi memiliki kualitas emosi tertentu yang mempuynyai pengaruh terhadap kepribadian dan sikap dari seluruh anggota keluarga. d. Status kerja ibu

40

Pada ibu pekerja yang terpenting adalah pembagian waktu antara pekerjaan dan perhatian anak. Kalau waktu untuk anak-anak digunakan seoptimal mungkin dengan mengikuti langkah-langkah yang dianjurkan, maka hal ini akan mengurangi persoalan yang timbul (Sobur,1986). e. Kepribadian orangtua Kepribadian orangtua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap orangtua dalam membina dan memelihara anak-anak yang mempunyai terhadap kepribadian anak. Orantua yang aktif cenderung aktif terhadap anak-anaknya, Ini tergantung dari kegiatan dan minat apa yang dilakukan orangtua (Littauer, 1992). f. Hubungan suami istri Dalam membina dan memelihara anak-anak, orangtua memperlihatkan dan menunjukkan sikap tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak. Hubungan suami istri yang mencapai kepuasan bagi kedua belah pihak, maka sikap orangtua lebih positif daripada bila tidak ada kepuasaan. g. Riwayat hidup ibu Menurut Freud (1986 dalam Hurlock (1993) bahwa apa yang dilakukan sseseorang saat ini mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwaperistiwa tertentu di masa lampau yang sangat mengesankan bagi seseorang. Faktor internal tersebut antara lain : 1. Kemauan kerja keras menghidupi keluarga. 2. Melindungi anggota keluarga. 3. Memberi contoh berbuat baik kepada keluarga dan lingkungan hidupnya. 4. Kemampuan menciptakan norma moral bagi kehidupan keluarga. 5. Ikatan suami-istri yang telah equal, dimana wanita atau istri memiliki posisi tawar (bargaining position) yang lebih baik akibat peningkatan pendidikan dan peningkatan akses terhadap informasi dan kemajuan-kemajuan global, serta kualitas dan kuantitas pengasuhan anak, terutama karena keputusan wanita untuk memasuki sektor publik.

41

6. Perubahan disiplin orang tua yang semula lebih menekankan pada hukuman fisik, terjadi toleransi nilai kepatuhan anak, serta lebih menekankan pada dimengertinya alasan-alasan suatu aturan, 7. Lebih perhatian dan lebih intimnya hubungan personal ayah-anak dengan berbagi rekreasi antara orang tua dan anak, 8. Dalam hal pendidikan, peningkatan penekanan pada tanggungjawab verbal dengan menggunakan penjelasan-penjelasan, daripada demonstrasi

kekuatan fisik. Faktor eksternal dapat mengubah sistem nilai keluarga menuju ke arah perbaikan dan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik daripada keadaan sebelumnya (perubahan sistem nilai positif). Faktor eksterenal tersebut antara lain adalah yang berikut ini : 1. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan. Faktor ini membekali keluarga dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketrampilan guna menjadi hidup berkualitas. 2. Kegiatan keagamaan Faktor ini membekali keluarga dengan iman dan takwa yang menjadi pedoman kehidupan etis dan berguna sebagai pencegah perbuatan mungkar yang merugikan diri sendiri dan keluarga. 3. Pergaulan dan komunikasi Faktor ini membekali keluarga dengan pengalaman hidup yang bermanfaat bagi perbaikan nasib dan menjadi sumber keberhasilan. 4. Pembauran dalam kelompok masyrakat Faktor ini membekali keluarga dengan pengalaman sistem nilai yang diperolehnya dari hubungan dan cara hidup masysdrakat setempat. 5. Adaptasi budaya setemopat dan budaya pendatang Faktor ini membekali keluarga dengan sitem nilai baru yang lebih baik dari keadaan sebelumnya karena perpaduan dan penyesuaian unsur-unsur positif dari kedua budaya yang berlainan. 6. Kelas sosial 7. Tahap perkembangan 8. Idiosinkrasi (keadaantidak normal / tidak sesuai) keluarga dan pribadi
42

9. Industrialisasi, Ilmu pengetahun, dan Teknologi, Transformasi ekonomi dari agraris ke industri telah mengubah kehidupan keluarga melalui perubahan nilai arti ikatan kekerabatan, dan semakin elastisitasnya ikatan keluarga. 10. Modernisasi menyebabkan komersialisasi pada berabgai aspek. Informasi global menyebabkan terjadinya globalisasi nilai standar hidup termasuk didalamnya perawatan kesehatan, gizi, pendidikan, dan Hak Azazi Manusia. 11. Migrasi penduduk, karena daya dorong desa (agrasi) dan daya tarik kota (industri). Migrasi penduduk baik urbanisasi ataupun transmigrasi, telah merubah gambaran keluarga dari keluarga luas (ektended) menjadi keluarga inti (nuklear), dan segala konsekuensi dari perubahan tersebut. 12. Perubahan permintaan tenaga kerja. Perkembangan ekonomi telah merubah peta bidang-bidang usaha dan jenis-jenis pekerjaan serta kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan masing-masing jenis

pekerjaan. Meningkatnya kebutuhan tenaga kerja yang memiliki ketekunan dan ketelitian, yang biasanya menjadi ciri keahlian wanita, telah mendorong wanita, bersaing dengan pria memasuki pasaran kerja. 13. Peningkatan pendidikan wanita. Semakin meningkatnya pendidikan wanita mendorong wanita (belum menikah dan telah menikah) untuk bekerja di luar rumah. 14. Perubahan Demografi penduduk dengan menurunnya tingkat pertambahan penduduk dan penurunan tingkat kematian. Penurunan laju pertambahan penduduk terjadi berkat program pengendalian pertambahan penduduk, yaitu program KB (di Indonesia). 7. PROSES KEPERAWATAN 1. Area Pengkajian a. Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : Nama kepala keluarga (KK) Umur Alamat dan telepon
43

Pekerjaan kepala keluarga Pendidikan kepala keluarga Komposisi keluarga dan genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi): Nama/inisial, Jenis kelamin, Tanggal lahir/ umur, Hubungan dengan kepala keluarga, Pendidikan, Pekerjaan.

Tipe keluarga: Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yangterjadi dengan jenis keluarga tersebut. Latar Belakang Keluarga: Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga: Tempat tinggal keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis besifat homogen). Kegiatan-kegiatan keagamaan, social, budaya, rekreasi, pendidikan Kebiasan-kebiasan diet dan berbusana (tradisional atau madern) Struktur keluarga tradisional atau madern Bahasa yang digunakan dirumah Penggunakan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi (Apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktisi, terlibat dalam praktisi-praktisi pelayanan kesehatan tradisional, atau

memilikikepercayaan tradisional asli dalam bidang kesehatan). Identifikasi Religius : Mengkaji agama yamg dianut serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan: Apakah anggota keluarga berada dalam praktek keyakinan beragamaan mereka. Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau oganisasi keagamaan. Agama yang dianut oleh keluarga. Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yamg dianut dalam kehidupan keluarga terutama dalam hal kesehatan. Status Ekonomi : Status ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluargamaupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluargaditentukan pula oleh kebutuhan44

kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga: Jumlah pendapatan per bulan Sumber-sumber pendapatan per bulan Jumlah peneluaran per bulan Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluarannya Aktivitas Rekreasi atau Waktu LuangAktivitas rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun juga penggunaan waktuluang/ senggang keluarga.

b. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga

berdasarkan tahap kehidupan keluarga berdasarkan Duvall, ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkajisejauh mana keluarga melaksanakan tugas sesuai tahapan perkembangan. Sedangkan

riwayatkeluarga adalah mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga: Tahapan perkembangan keluarga saat ini. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan saat ini. Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini, termasuk riwayat perkembangan dankejadian-kejadian dan pengalaman-pangalaman kesehatan (perceraian, yang unik atau yang berkaitandengan dll) yang kesehatan dalam

kematian,

hilang

terjadi

kehidupankeluarga. Riwayat keluarga sebelumnya: keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupankeluarga asalnya; hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua. c. Struktur Nilai Keluarga Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau

komunitasyang lebih luas


45

Pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar Konflik nilai yang menonjol dalam keluarga Kelas sosial keluarga, latar balakang kebudayaan mempengaruhi nilainilaikeluarga Bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga

d. Data Lingkungan Karakteristik Rumah Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, dll). Apakahkeluarga memiliki rumah ini sendiri atau menyewa? Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun ekterior rumah). Interior rumahmeliputi jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar tidur, dll), penggunaankamar tersebut dan bagaimana kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi dankecukupan perabot.

Penerangan, ventilasi, lantai, tangga, susunan dan kondisi bangunan. Dapur: suplai air minum, pengunaan alat-alat masak, pengamanan untuk kebakaran. Kamar mandi: sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan handuk. Mengkaji pengaturan tidur di dalam rumah. Apakah peraturan tersebut memadai bagi anggota keluarga, dengan pertimbangan usia mereka, hubungan dankebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya. Mengkaji keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah ada serbuanserangga-serangga kecil (khususnya di dalam) dan/ atau masalah-masalah sanitasiyang disebabkan oleh kehaduran binatang piaraan. Mengkaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah. Apakah keluargamenganggap rumahnya memadai bagi mereka.

46

Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga keluarga merasakan privasimereka memadai. Evaluasi ada dan tidak bahaya-bahaya terhadap keamanan rumah/ lingkungan. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah. Kaji perasaan puas/ tidak puas dari anggota keluarga secara keseluruhan dengan pengaturan/ penataan rumah. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal Tipe keluarga/ komunitas (desa, kota, subkota, kota). Tipe tempat tinggal (hunian, industri, campuran hunian dan industri kecil, agraris)di lingkungan. Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak, tidak terpelihara,semantara/ diperbaiki). Sanitasi jalan, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah dll). Adanya dan jenis-jenis industri di lingkungan (kebisingan, masalahmasalah polusiair dan udara). Bagaimana komunitas? Kelas sosial dan karakteristik etnis penghuni. Perubahan-perubahan secara demografis yang berlangsung karakteristik demografis dari lingkungan dan

belakangan ini dalamlingkungan/ komunitas. Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial apa yang ada dalamlingkungan dan komunitas? Fasilitas-fasilitas ekonomi (warung, took, apotek, pasar). Lembaga-lembaga kesehatan (klinik-klinik, rumah sakit, dan fasilitas gawatdarurat). Lembaga-lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling, pekerjaan) Bagaimana komunitas? Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah ini. Tersedianya transportasi umum. Bagaimana insiden kejahatan dilingkungan dan komunitas? Apakah adakeselamatan yang serius? mudahnya sekolah-sekolah dilingkungan atau

47

Mobilitas Geografi Keluarga Lama keluarga tinggal didaerah ini. Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal?

Hubungan Komunitasa.

Keluarga

dan

Fasilitas-fasilitas

Kesehatan

Dalam

Anggota keluarga yang sering menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dantempat pelayanan kesehatannya. Seberapa sering keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan? Sistem pendukung keluarga Fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk pemeliharaan kesehatan. Sumber pendukung keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan, (orang tua,keluarga dekat, teman-teman dekat, tetangga, lembaga: pemerintah maupunswasta/ LSM). Jaminan pemeliharan kesehatan yang dimiliki keluarga.

e. Struktur Keluarga Pola-pola komunikasi. Apakah mayoritas pesan anggota keluarga sesuai dengan isi dan instruksi? Apakah anggota kelumengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan

perasaanmeraka dengan jelas? Apakah anggota keluarga memberikan dan memperoleh respon dengan baik terhadap pesan? Apakah anggota keluarga mendengar dan mengikuti suatu pesan? Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga? Apakah keluarga berkomunikasi secara langsung ataupun tidak langsung? Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) disampaikan dalam keluarga?(langsung/ terbuka) Jenis-jenis emosi apa yang disampaikan dalam keluarga?

48

Apakah emosi-emosi yang disampaikan bersifat negatif, positif ataukeduanya? Bagaimana frekuensi dan kwalitas komunikasi yang berlangsung dalamkeluarga? Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesan-pesan penting?Langsung/ tidak langsung) Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang nampak dalam polapolakomunikasi keluarga? Adakah hal-hal/ masalah dalam keluarga yang tertutup untuk didiskusikan?

f. Struktur Kekuasaan Keputusan dalam kelurga Siapa yang membuat keputusan dalam keluarga? Siapa yang memutuskan dalam penggunaan keuangan keluarga? Siapa yang memutuskan dalam masalah pindah pekerjaanatau tempattinggal? Siapa yang mendisiplinkan dan memutuskan kegiatan-kegiatan anak? Bagaimana cara dalam mengambil diserahkan keputusan pada (otoriter,

musyawarah/kesepakatan,

masing-masing

individu)?Apakah keluarga merasa puas dengan pola pengambilan keputusan tersebut? Model kekuasaan yang digunakan keluarga dalam membuat

keputusan?(kekuasaan tak berdaya, keahlian, penhargaan, paksaan kekuasaan berdasarkankekuatan/ berpengaruh, kekuasaan aktif).

g. Struktur Peran Struktur peran formal : Posisi dan peran formal apa pada setiap anggota keluarga gambaran bagaimanakah setiap anggota keluarga melakukan peran-peran formalmereka. Adakah konflik peran dalam keluarga? Struktur peran informal Adakah peran-peran informal dalam keluarga?

49

Siapa yang memainkan peran-peran tersebut dan berapa kali peran-peran tersebut dilakukan atau bagaimana peran-peran tersebut dilaksanakansecara konsisten? Tujuan peran-peran yang dilaksanakan oleh keluarga. Peran-peran informal bersifat yang disfungsional, siapa yang melaksanakan peran-peran ini? Analisa metode peran Siapa yang menjadi model dalam menjalankan peran keluarga? Apakah status sosial keluarga mempengaruhi dalam pembagian perankeluarga? Apakah budaya masyarakat, agama mempengaruhi dalam pembagian perankeluarga? Apakah peran yang dijalankan oleh anggota keluarga sesuai dengan tahapan perkembangannya? Bagaimana masalah-masalah kesehatan mempengaruhi peran-

perankeluarga? Adakah pengaturan kembali peran-peran baru dalam keluarga (sehubungan dengan adanya yang sakit, meninggal, pindah, berpisah dll)? Bagaimana anggota keluarga menerima peran-peran baru/

menyesuaikandiri? Apakah ada bukti tentang stres atau konflik akibat peran? Bagaimana respon anggota keluarga yang sakit beraksi terhadap perubahanatau kehilangan peran? h. Struktur Nilai Keluarga Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau

komunitas yang lebih luas Pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar Konflik nilai yang menonjol dalam keluarga Kelas sosial keluarga, latar balakang kebudayaan mempengaruhi nilainilaikeluarga Bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga.
50

i. Fungsi Keluarga Fungsi Afektif : Pola Kebutuhan Keluarga-Respon Saling Memperhatikan (Mutual Naturance), keakraban, dan

indentifikasi. Keterampilan dan Keterkaitan. Fungsi sosialisasi : Adakah otonomi setiap anggota dalam keluarga? Adakah saling ketergantungan dalam keluarga?c Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak ataufungsi sosialisasi? Apakah fungsi ini dipikul bersama? Adakah faktor sosial-budaya yang mempengaruhi pola-pola membesarkananak? Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/ resiko dalam mengasuh anak? Apakah lingkungan rumah cukup memadahi bagi anak-anak bermain? (cocok dengan perkembangan anak). Apakah ada peralatan/ permainan anak-anak yang cocok dengan usia. Fungsi perawatan kesehatan Keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga. Konsep dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat/ sakit. Pratek diet keluarga. Kebiasaan tidur dan istirahat. Latihan dan rekreasi. Kebiasaan pengunaan obat-obatan dalam keluarga. Peran keluarga dalam perawatan diri. Praktek lingkungan. Cara-cara pencegahan penyakit. Riwayat kesehatan keluarga.

51

Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima dan dimanfaatkan keluarga. Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan dan perawatan kesehatan. Pelayanan kesehatan darurat. Sumber pembiayaan. Fasilitas transfortasi untuk perawata kesehatan. Fungsi Reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: Jumlah anak yang diinginkan keluarga. Bagaimanakah keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlahanggota keluarga. j. Stres dan Koping Keluarga Stressor jangka pendek (<>) Stressor jangka panjang (> 6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga. Cara keluarga dalam menghadapi stressor.

8. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada PES dimana untuk problem dapat digunakan rumusan NANDA. Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari : o Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan) o Resiko (ancaman kesehatan) o Keadaan sejahtera (wellness) Contoh diagnosa keperawatan keluarga a) Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual Contoh 1 :

52

1. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak Rberhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah kekurangan nutrisi. 2. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R berhubungan dengan ketidakmauan keluarga mengambil keputusan/tindakan untukmengatasi masalah kekurangan nutrisi. 3. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga danganmasalah kekurangan nutrisi.

Pada

contoh

diatas,

yang

menjadi

etiologi

(tugas

keluarga)

mengandung 3 unsur yaitu ketidaktahuan (tidak mengenal masalah), ketidak mauan mengambil keputusan dan ketidakmampuan merawat, maka dari 3 diagnosa tersebut cukup hanya menentukan 1 (satu) diagnosa yaitu diagnosa yg ketiga, akan tetapi dalam merumuskan tujuan dan intervensi harus melibatkan ketiga etiologi tersebut. Contoh 2 Perubahan peran dalam keluarga (bapak S) berhubungan dengan ketidakmampuan Keluarga mengenal masalah peran suami. Contoh 3 Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (ibu A) keluarga bapak B berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak (rematik). b) Diagnosa Keperawatan Keluarga Resiko (ancaman) Sudah ada data yang menunjangtapi belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan rumah kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidakadekuat, dsb. Contoh : 1. Resiko terjadi konflik pada keluarga bapak B berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah komunikasib. 2. Resiko gangguan perkembangan pada Balita (Anak S) keluarga bapak B berhubungan dengan ketidakmauan keluarga mellakukan stimulasi terhadap Balita.

53

c) Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluargadapat ditingkatkan. Khusus untuk diagnosa keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidakmenggunakan etiologi. Contoh : 1. Potensial terjadinya kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu M) keluarga bapak R 2. Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi (Anak L) keluarga bapak R 3. Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah keluarga bapak R

9. Intervensi Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan mengenaidiagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini : a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dankebutuhan kesehatan dengan cara : Memberikan informasi Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara : Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengancara : Mendemonstrasikan cara perawatan Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah Mengawasi keluarga melakukan perawatan

54

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadisehat, dengan cara : Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara : Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

10. Ringkasan : Nilai keluarga di definisikan sebagai sebagai system dari ide, perbuatan, dan kepercayaan unntuk menjadi satu kesatuan atau konsep secara sadar atau tidak sadar mempunyai ikatan bersama antar sesama anggota keluarga pada suatu kebudayaan yang umum. Nilai digunakan sebagai penuntun tingkah laku. Termasuk dalam keluarga, nilai menuntun perkembangan dari keyakinan, norma, dan peraturan dalam suatu keluarga. Perbedaan tentang nilai sering terjadi pada hubungan klien dengan tenaga kesehatan. Jika ini terjadi maka biasanya mengakibatkan perbedaan tujuan, kesalahan persepsi dari komunikasi, dan menimbulkan masalah dalam interaksi perawatan. Sistem nilai dan kepercayaan dari suatu keluarga biasanya terbentuk dari pola dari masalah kesehatannya. Jadi kepercayaan dan nilai suatu keluarga bergantung pada bagaimana keluarga menghadapi masalah kesehatan dan mengatasi faktor-faktor stress yang dihadapinya. Diagnosa keperawatan pada keluarga khususnya pada area nilai dari suatu keluarga biasanya jarang terjadi. Ini karna permasalahan nilai dari suatu keluarga umumnya dianggap menjadi faktor yang berhubungan dari masalah pada area yang lain yang lebih bersifat tingkah laku.

55

BAB XVII FAMILY STRESS, COPING, AND ADAPTATION

How Well Families are Coping Tuntutan yang terjadi secara terus-menerus memaksa keluarga beradaptasi untuk survive, continue, dan grow. Proses dan strategi koping keluarga sangatlah penting untuk membuat semua itu menjadi mungkin. Tanpa koping keluarga yang efektif, afektif, sosialisasi, ekonomi, dan fungsi health care tidak akan bisa dicapai. Oleh karena itu, proses dan strategi koping keluarga yang mendasari fungsi keluarga dapat dilakukan dengan baik. Mengkaji family resources, coping strategies, dan proses menyediakan dasar untuk membantu mereka beradaptasi dan mencapai higher level of wellness. Mencapai higher level of wellness merupakan tujuan dari praktik keperawatan keluarga. Memperkuat dan mendorong tanggapan yang adaptif dan kapasitas, serta mengurangi stres aktual dan potensial dari dalam dan luar keluarga, merupakan bagian dari tujuan yang luas ini. Basic Stress and Coping Concepts Stres adalah respon atau keadaan ketegangan yang dihasilkan oleh stressor atau dengan permintaan aktual / dirasakan tidak bisa dikelola. Agen pencetus yang mengaktifkan stres dalam keluarga adalah peristiwa kehidupan atau kejadian cukup besar untuk membawa perubahan dalam sistem keluarga. Stressors keluarga dapat antarpribadi (dalam atau di luar keluarga), peristiwa lingkungan, ekonomi, sosial budaya atau pengalaman. Stressor yang dianggap sebagai kerugian dan ambigu (tidak jelas) memiliki efek negatif lebih besar pada keluarga; berkurang moral keluarga dan konflik keluarga yang lebih besar disebutkan dalam hal ini. Kerugian ambigu termasuk tidak adanya fisik anggota keluarga-"leaving without saying goodbye", hilangnya terduga diciptakan oleh perang, bencana alam, relokasi, penjara, desersi, bioterorisme, atau masalah kesehatan (demensia, penyakit mental kronis, kecanduan), urusan, adopsi , dan perceraian. Anggota keluarga / persepsi keluarga mengacu pada interpretasi anggota keluarga tunggal atau kolektif membuat pengalaman mereka. Persepsi keluarga
56

adalah sangat penting. Penting untuk dicatat bahwa keluarga yang rentan krisis konsisten cenderung untuk melihat peristiwa dalam terdistorsi, secara subyektif. Dalam kasus ini, stres yang luas merupakan pengalaman, yang pada gilirannya berpengaruh pada kapasitas adaptif keluarga. Koping adalah istilah yang terbatas pada perilaku aktual atau kognisi orang yang menggunakan, bukan untuk sumber daya yang berpotensi untuk mereka menggunakan. Koping keluarga didefinisikan sebagai proses aktif di mana keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada dan mengembangkan perilaku dan sumber daya baru yang akan memperkuat unit keluarga dan mengurangi dampak dari peristiwa kehidupan yang penuh stres. Strategi keluarga dan koping individu berkembang dan berubah dari waktu ke waktu, dalam menanggapi tuntutan atau stres yang dialami. Krisis keluarga telah didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terus-menerus disruptiveness,

disorganisasi, atau menderita cacat dalam sistem keluarga. Hasil krisis ketika sumber daya keluarga saat ini dan strategi adaptif tidak efektif dalam menangani stres. Ada dua jenis situasi yang dapat membuat keluarga menjadi krisis, perkembangan dan situasional event. Perkembangan atau pematangan adalah mereka yang berasal dari pengalaman keluarga dalam proses pertumbuhan psikososial anggota (misalnya, menjadi orang tua, anak tumbuh sebagai remaja, pensiun). Mereka berada dalam tahap siklus kehidupan normal dari sebuah keluarga. Situasional event yang tidak umum atau biasanya diharapkan, seperti kematian seorang anak atau penyakit yang serius dari salah satu anggota keluarga. Tergantung pada sumber daya keluarga, kemampuan koping, dan presepsi peristiwa ini, perkembangan dan situasional event dapat menjadi krisis bagi keluarga. Berbeda dengan pandangan negatif krisis keluarga, krisis juga telah dilihat sebagai "wake up" call, untuk menyadarkan keluarga bagaimana cara berperilaku. Adaptasi adalah suatu proses mengelola tuntutan stressor melalui

penggunaan sumber daya, koping, dan strategi pemecahan masalah. Hasilnya adalah sebuah keadaan yang berubah fungsi yang mungkin positif atau negatif, menghasilkan kenaikan atau penurunan dari keadaan kesehatan keluarga. Adaptasi keluarga secara fungsional didefinisikan sebagai suatu proses di mana keluarga terlibat dalam respon langsung terhadap tuntutan stressor, dan menyadari bahwa perubahan sistemik diperlukan dalam unit keluarga, untuk memulihkan stabilitas
57

fungsional dan meningkatkan kepuasan keluarga dan kesejahteraan. Ketika keluarga berhasil dalam respon terhadap stres, bergerak melalui situasi dengan relatif mudah dan hasil yang positif. ini disebut bonadaptation. Koherensi keluarga mengacu pada kunci sumber daya resistensi alami dalam individu dan keluarga. Keluarga yang memiliki rasa koherensi yang kuat dan memiliki keyakinan bahwa dunia bersifat komprehensif (stimuli internal dan eksternal dapat diprediksi dan terstruktur), dikelola (tersedia, sumber daya yang hadir untuk menjawab tuntutan), dan bermakna (tuntutan dipandang sebagai chalenges investasi berharga dalam ). Ketahanan keluarga didefinisikan sebagai proses adaptasi dalam sistem keluarga. Time Phases of Stress and Coping Strategies Perawat perlu menyadari dari fase saat stres, serta strategi coping anggota keluarga dan unit keluarga bisa menggunakan selama tiga periode waktu, yaitu: a. Antestress Period Pada periode sebelum benar-benar menghadapi stressor (seperti rawat inap anak), antisipasi kadang-kadang mungkin, bisa ada kesadaran bahaya yang akan datang atau ancaman yang dirasakan dari situasi. Jika keluarga atau membantu orang dapat mengidentifikasi stressor masa depan, bimbingan antisipatif serta strategi penanganan pencegahan dapat dicari atau disediakan untuk melemahkan atau mengurangi dampak dari stressor. b. Actual Stress Period Strategi coping selama periode stres biasanya berbeda dalam intensitas dan jenis dari yang digunakan sebelum terjadinya stressor dan stres. Mungkin ada keberlangsungan hidup yang sangat dasar, strategi defensif yang digunakan selama periode ini jika stres dalam keluarga yang ekstrim. Contoh situasi adalah ketika keluarga benar-benar mengatur kehidupan keluarga mereka di sekitar perawatan anggota dengan penyakit kronis. Dalam situasi ini mereka dapat menjadi sangat disfungsional dari waktu ke waktu. Respon koping yang paling membantu selama periode stres sering intrafamilial dan mencari dukungan spiritual.
58

c. Poststress Period Strategi koping setelah periode stres akut awal, disebut fase posttrauma, terdiri dari strategi untuk mengembalikan keluarga ke

hemeostatic, keadaan seimbang. Untuk mempromosikan kesehatan keluarga selama fase ini, keluarga perlu bekerja sama, saling mengungkapkan perasaan, dan memecahkan masalah atau mencari dan memanfaatkan dukungan keluarga untuk menyelesaikan situasi stres. Empat kemungkinan hasil poststress telah dikutip: 1) Keluarga berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya 2) Keluarga berfungsi pada tingkat prestress sama 3) Keluarga berfungsi pada tingkat yang lebih rendah dari sebelumnya 4) Pembubaran keluarga (misalnya , pemisahan, perceraian, abandoment). ketika keluarga berakhir pembubaran keluarga, anggota keluarga sering perlu bantuan profesional untuk membantu mereka meningkatkan strategi koping yang efektif. Family Stress Theories Dua teori stres keluarga, satu menekankan tahap sebelum krisis (model ABCX) dan satu menekankan postcrisis (model Resiliency) dibahas dalam teks ini sebagai panduan yang berguna bagi perawat yang bekerja dengan keluarga mengelola situasi stres. Salah satu perbedaan antara dua model ini adalah bahwa dalam model ABCX situasi krisis dipandang sebagai hasil negatif untuk keluarga, tetapi dalam model Resiliency, krisis dipandang sebagai tantangan-sebagai indikasi bahwa keluarga harus membuat beberapa perubahan mendasar bagaimana biasanya berfungsi untuk beradaptasi dengan stressor peristiwa.

59

Hills Family Stress Theory Kerangka model ABCX memiliki dua bagian. Yang pertama adalah proposisi yang berhubungan dengan faktor-faktor penentu krisis keluarga: A (acara dan kesulitan terkait) berinteraksi dengan B (sumber daya keluarga krisis pertemuan) berinteraksi dengan (definisi keluarga mengenai stressor event) C menghasilkan X (krisis). Bagian kedua adalah pernyataan yang berorientasi pada proses lebih lanjut mengenai program penyesuaian setelah krisis. Hills (1965) menjelaskan bahwa proses penyesuaian keluarga setelah krisis melibatkan (1) periode disorganisasi, (2) sudut pemulihan, dan (3) reorganisasi dan tingkat baru fungsi keluarga.

60

The Resiliency Model of Family Stress, Adjustment, and Adaptation Model Resiliency didasarkan pada empat asumsi mendasar tentang kehidupan keluarga: a. Keluarga menghadapi kesulitan dan perubahan sebagai aspek alami dan dapat diprediksi dari kehidupan keluarga selama siklus hidup b. Keluarga mengembangkan kekuatan dasar dan kemampuan yang dirancang untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga dan unit keluarga dan untuk melindungi keluarga dari gangguan utama dalam menghadapi transisi keluarga dan perubahan c. Keluarga mengembangkan kekuatan dasar dan unik dan kemampuan yang dirancang untuk melindungi keluarga dari stressor dan strain tak terduga atau normatif dan untuk mendorong adaptasi keluarga setelah krisis keluarga atau transisi besar dan perubahan dan d. Keluarga memanfaatkan dan berkontribusi terhadap jaringan hubungan dan sumber daya dalam masyarakat, khususnya selama periode stres keluarga dan krisis Dalam model Resiliency, tanggapan keluarga terhadap peristiwa kehidupan yang penuh stres dan transisi terjadi dalam dua tahap: 1. Tahap Penyesuaian

61

Tahap penyesuaian model menggambarkan respon keluarga terhadap peristiwa yang tidak ada kesulitan utama dan hanya membutuhkan perubahan kecil dalam bagaimana unit keluarga saat ini berfungsi atau respon awal keluarga untuk kejadian yang lebih besar. 2. Tahap Adaptasi Dalam model ini, situasi krisis tidak selalu dipandang sebagai patologis atau merugikan keluarga, melainkan menunjukkan bahwa keluarga perlu membuat perubahan struktural atau sistemik mendasar untuk beradaptasi dengan situasi. Dengan kata lain, cara lama tidak lagi memadai dan solusi baru harus ditemukan. Baik perkembangan dan situasional stressor dapat menciptakan krisis dan membutuhkan adaptasi oleh keluarga. Dalam tahap adaptasi dari model, respon terhadap situasi krisis ditentukan oleh tabrakan beruntun dari tuntutan, stres, trasitions, dan strain, serta kekuatan dan kemampuan dari unit keluarga.

62

63

Stressors and Their Impact

64

Keluarga dengan akumulasi yang lebih tinggi dari peristiwa kehidupan (misalnya, skor yang lebih tinggi pada FILE) telah ditemukan memiliki fungsi keluarga yang lebih rendah dan kesehatan yang lebih buruk dari anggota keluarga. Ketegangan kehidupan keluarga dan stres berasal dari beberapa faktor,

menunjukkan betapa sulitnya untuk menilai keluarga. Kita cenderung berpikir bahwa untuk menghilangkan masalah satu akan perlu untuk menemukan cara untuk
65

menghilangkan atau mengobati faktor penyebab tertentu, daripada melihat situasi secara lebih luas. Dengan menilai dengan keseimbangan antara stres (durasi dan kekuatan mereka), sifat, dan kekuatan yang mendukung atau pelindung elemen, baik intrafamilial dan extrafamilial, satu dapat mencoba untuk menghilangkan atau mengurangi potensi stres atau untuk membangun dan memperkuat sumber daya keluarga. Strategi koping keluarga Keluarga dan individu memiliki koping strategi perilaku, kesadaran, dan emosional yang dikonseptualisasikan sebagai masalah atau situasi tertentu. Keadaan yang berbeda dan masalah yang berbeda menuntut solusi yang berbeda, hal ini juga perlu menggunakan respon penanganan yang berbeda.

A. Strategi Mengatasi Hal Internal Keluarga A.Strategi hubungan 1. Kelompok keluarga ketergantungan Keluarga tertentu ketika sedang stres akan mengatasinya dengan menjadi lebih bergantung pada sumber daya mereka sendiri. Keluarga mencapai hal ini dengan menciptakan struktur dan organisasi yang lebih besar dalam rumah dan keluarga. Menciptakan waktu keluarga dan rutinitas seperti yang melibatkan waktu makan, waktu tidur, pekerjaan rumah tangga, kunjungan dengan keluarga dan rutinitas ini dapat menjadi sumber kekuatan dan prediktabilitas ketika keluarga sedang mmengalami stres. Keluarga memanfaatkan kontrol yang lebih besar, jika berhasil maka akan mencapai integrasi yang lebih besar dan terbentuklah kekompakan. 2.Greater berbagi bersama ( penguatan kohesi keluarga Salah satu cara untuk membawa keluarga semakin dekat yaitu bersamasama menjaga dan mengatur level stress bersama, moral keluarga, hal yang diperlukan adalah dengan berbagi perasaan dan pikiran, dan terlibat dalam pengalaman keluarga bersama atau kegiatan. Berbagi cerita bersama-sama menghasilkan kohesi keluarga yang lebih tinggi, sebuah atribut keluarga yang telah menerima perhatian luas untuk menjadi atribut keluarga. Ketika keluarga memiliki kohesi tingkat tinggi maka keluarga dikatakan terperangkap dan adanya sedikit

individual indepence atau otonomi. Ketika keluarga yang terlepas atau memiliki
66

kohesi yang sangat rendah, anggota keluarga tidak dekat satu sama lain dan memiliki komitmen kecil ke unit keluarga. Keluarga yang memiliki kohesi level soft moderat cenderung lebih fungsional dan lebih mampu beradaptasi dengan stress .Kohesi yang lebih besar dan berbagi keprihatinan dan perasaan juga

menguntungkan dalam mengurangi tingkat ketegangan keluarga yang akut atau serius ataupun dari stressor utama lainnya . 3 . Peran Fleksibilitas Peran Fleksibilitas adalah salah satu dimensi utama adaptasi keluarga. Sebuah keluarga harus mampu beradaptasi dengan perubahan perkembangan dan Lingkungan. Keluarga berhasil ialah keluarga yang mampu menjaga keseimbangan dinamis antara perubahan dan stabilitas. Peran fleksibilitas memungkinkan untuk melanjutkan keseimbangan ini

B . Strategi kognitif 1 . Normalisasi Sebuah keluarga fungsional dengan strategi coping adalah kecenderungan bagi keluarga untuk menormalkan hal sebanyak mungkin ketika mereka menghadapi stressor jangka panjang yang cenderung mengganggu aktivitas kehidupan keluarga dan rumah tangga . Beberapa penulis telah menggunakan istilah " normalisasi " untuk konsep bagaimana cara keluarga mengelola kesulitan dalam anggotanya. Normalisasi adalah proses manajemen keluarga yang sering disukai dalam keluarga dengan masalah kesehatan chonic . 2 . Mengontrol makna permasalah dengan reframing dan penilaian pasif Dari sumber-sumber di Amerika ditemukan bahwa terdapat keefektifan dalam mengatasi adalah dengan menggunakan mekanisme mental yang mengendalikan makna masalah. Strategi coping kognitif ameliorates ini atau kognitif yang menetralkan rangsangan stressor yang dialami dalam kehidupan . Dalam literatur kesehatan mental keluarga, reframing kognitif dianjurkan paling sering sebagai coping jangka panjang untuk mengendalikan makna stressor . Reframing adalah cara individu atau persepsi mengatasi dan sering dipengaruhi oleh kepercayaan dalam keluarga. Keluarga yang telah berbagi persepsi atau berbagi realitis subyektif, dan proses reframing akan dipengaruhi oleh persepsi tersebut .

67

3 . Masalah Bersama Pemecahan masalah di antara anggota keluarga bersama adalah kognitif keluarga dan komunikasi strategi coping telah dipelajari secara ekstensif melalui Mtode penelitian laboratorium oleh beberapa peneliti. Pemecahan masalah bersama dapat digambarkan sebagai situasi di mana sebuah keluarga bersamasama mampu membahas masalah dan ditangani bersama, mencari solusi dengan logika bersama-sam, dan mencapai konsensus tentang apa yang harus dilakukan berdasarkan mufakat bersama sesua dengan isyarat, persepsi, dan, sugesti dari seluruh anggota keluarga . 4 . Mendapatkan Informasi dan pengetahuan . Dalam Keluarga ada respon dasar yang lebih kognitif yang menekankan mencari pengetahuan dan informasi mengenai stressor atau stressor potensial. Orangtua mencari informasi baru dan sumber daya lainnya menunjukkan hasil yang positif dan perasaan mampu mengatasi stressor dengan penuh tanggung jawab sebagai orangtua .

C . Strategi komunikasi 1 . Menjadi Terbuka dan Jujur Komunikasi yang baik sangat penting untuk fungsi keluarga . Komunikasi dalam keluarga fungsional bersifat langsung, terbuka, jujur dan jelas . Namun hal ini menjadi lebih penting selama periode stres dalam keluarga dan krisis dalam keluarga. Anggota keluarga yang menunjukkan keterbukaan , kejujuran , pesan yang jelas, dan perasaan dan kasih sayang yang dibutuhkan pada saat-saat tersebut. 2 . Penggunaan Humor dan Tertawa Humor tidak hanya dapat meningkatkan semangat , juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh seseorang untuk mendorong penyembuhan . Bagi keluarga rasa humor merupakan aset penting . Hal ini dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan sikap keluarga terhadap masalah itu dan perawatan kesehatan untuk menghilangkan kecemasan dan ketegangan diantara mereka.

B. Eksternal Keluarga Strategi Penanganan A . Strategi Komunitas : Memelihara hubungan aktif dengan masyarakat Kategori ini mengacu pada jangka panjang dan upaya koping umum, bukan salah satu diarahkan untuk mengurangi salah satu stressor. Dalam hal ini anggota
68

keluarga yang menjadi peserta aktif ( sebagai anggota aktif atau dalam posisi kepemimpinan ) di klub , organisasi , dan kelompok masyarakat . Secara rasional pentingnya hubungan ini adalah sebagai upaya mengatasi stressor didasarkan pada teori sistem , yang menyatakan bahwa setiap sistem sosial harus memiliki pergerakan informasi dan aktivitas melintasi batas-batas jika menjalankan fungsinya

B.Penggunaan sistem pendukung sosial Menggunakan sistem pendukung sosial dalam jaringan sosialkeluarga sangat besar dan penting. Strategi coping keluarga eksternal. Berhubungan dengan dunia sosial terutama penting untuk keluarga dengan masalah kesehatan . Selain keluarga besar dan seluruh jaringan layanan profesional , ahli , dan organisasi , terdapat reservoir besar bantuan potensial : kerabat , teman , tetangga , majikan , teman sekelas , dll

Definisi konsep 1. Jaringan Social : Jaringan Sosial mengacu pada struktur yang terdiri dari hubungan seseorang . Keluarga yang sangat dipengaruhi oleh struktur ini hubungan dan mereka adalah agen-agen aktif dalam memodifikasi dan mengadaptasi komunitas ini hubungan personal untuk memenuhi keadaan everchanging . Dalam jaringan sosial keluarga, teman, dan rekan kerja, tetangga, dan jaringan komunitas . 2. Dukungansocial : Dukungan sosial berfokus pada sifat interaksi yang terjadi dalam hubungan sosial seperti ini dievaluasi oleh individu dan nilai yang mendukung mereka, sebagai dievaluasi oleh individul atau keluarga. Dalam literatur jaringan / dukungan sosial sosial istilah-istilah ini mengacu pada individu, bukan kelompokkelompok keluarga . 3. Dukungan Sosial Keluarga : Dukungan sosial keluarga mengacu pada dukungan sosial yang dirasakan oleh anggota keluarga akan tersedia / accesible untuk keluarga ( kemungkinan sosial boleh atau tidak boleh digunakan), tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang-orang yang mendukung siap untuk memberikan bantuan dan bantuan jika diperlukan.

69

C. Sumber dukungan sosial Ada tiga sumber umum dukungan sosial . Ini terdiri dari spontan , jaringan informal, dukungan terorganisir tidak diarahkan oleh petugas kesehatan profesional, dan terorganisir upaya oleh ahli kesehatan .

D.Tujuan sistem dukungan sosial Yaitu diterima secara luas bahwa orang-orang yang pada lingkungan yang sosial yang mendukung umumnya dalam kondisi yang lebih baik daripada bagian counter mereka tanpa keuntungan ini. Lebih khususnya lagi karena dukungan sosial dianggap melemahkan atau buffer (penahan) pengaruh stres serta meningkatkan kesehatan keluarga dalam hal ini kesehatan mental individu secara langsung, dukungan sosial merupakan strategi coping yang penting bagi keluarga untuk memiliki pertahanan pada saat stres.

E.Ketidakadekuatan jaringan sosial Ada beberapa hal yang menjadi bukti bahwa banyak orang tidak mencari bantuan eksternal yang dibutuhkan. Beberapa faktor menghambat keluarga, khususnya keluarga-keluarga dengan warisan Anglo-Saxon, dari sepenuhnya memanfaatkan sumber daya tersebut. Pertama, keyakinan bahwa ada layanan profesional sering terbaik, tetapi mereka sangat mahal dan sering di luar kemampuan keluarga, sehingga tidak mencari bantuan dari luar. Kedua sementara keluarga dianggap sebagai tempat dimana individu dapat dikecewakan pertahanan mereka dan menerima dan memberikan dukungan dan perawatan, beberapa percaya bahwa dalam menghadapi dunia di luar keluarga seharusnya pameran kemerdekaan dan kemandirian .

F . Kelompok Swadaya Masyarakat Self-Help atau saling mendukung kelompok didefinisikan sebagai kelompokkelompok kecil dari rekan-rekan yang datang bersama-sama untuk berbagi masalah umum dan saling membantu melalui untuk menyelesaikan masalah. Meskipun keluarga dan jaringan sosial informal lainnya biasanya berfungsi sebagai sumber utama dukungan bagi banyak individu dan keluarga, kelompok self-help adalah sumber yang sangat penting dari dukungan sosial . Individu dan keluarga saling

70

membantu bersama sebagai strategi coping untuk memenuhi berbagai kebutuhan khusus dan hampir setiap masalah dibayangkan .

G. Spiritual mendukung Meskipun kebanyakan orang berpikir mencari dan mengandalkan dukungan spiritual sebagai respon koping individu, beberapa studi telah melaporkan bahwa anggota keluarga menemukan cara keluarga mengatasi juga. Spiritual dan agama, keyakinan, seringkali hal yang paling mendasar dalam keluarga, kepercayaan

diadakan individu dan keluarga, adalah inti dari semua keluarga dalam mengatasi masalah melalui adaptasi dengan keyakinan.Hal tersebut adalah kekuatan yang kuat dalam meningkatkan ketahanan keluarga . Inti kepercayaan sekuler dan sakral dalam jangkar kita luasnya tidak ada yang diketahui seberapa besar yang kita sebut realitas, dan dengan demikian keyakinan kita dapat mendefinisikan realitas yang ada.

Disfungsional Strategi Penanganan Keluarga Dimana keluarga fungsional mengatasi stres cenderung bertindak ke arah mengurangi stres, keluarga yang disfungsional cenderung menggunakan strategi defensif kebiasaan yang cenderung tidak digunakan untuk mengusir stres menghilangkan atau melemahkan stressor . Strategi Penanganan disfungsional sesungguhnya dapat mengurangi stres, namun stres kembali karena stressor yang mendasari tidak ditangani. Strategi pengurangan stres tidak dapat berfungsi disfungsional . Keluarga menggunakan berbagai strategi disfungsional spesifik dalam upaya untuk mengatasi masalah mereka. Dalam kebanyakan kasus strategi ini dipilih tanpa disadari sering dilakukan dan sebagai respon bahwa keluarga asal mereka mencoba untuk beradaptasi .

A. Penolakan Masalah keluarga Denial adalah mekanisme pertahanan yang digunakan oleh anggota keluarga dan keluarga secara keseluruhan. Pada penolakan dasar keluarga jangka pendek sering fungsional, karena memungkinkan keluarga untuk " membeli waktu " yaitu untuk melindungi diri sementara secara bertahap menerima peristiwa yang menyakitkan .
71

B . Denial dan eksploitasi emosional anggota keluarga Ada beberapa cara eksploitatif jelas bahwa keluarga dapat mengurangi ketegangan bagi keluarga sebagai kelompok dengan mengorbankan emosional dari satu atau lebih anggota keluarga . 1.Scapegoating Pengkambinghitaman adalah mekanisme koping disfungsional karena meskipun mengurangi tingkat ketegangan dalam sistem keluarga dan membuat kelanjutan keluarga homeostasis yang mungkin terjadi, hal ini ini dengan mengorbankan yang kesehatan emosional salah satu anggotanya yang kambing hitam atau " korban diidentifikasi ". Mekanisme kambing hitam dapat dipandang sebagai fungsional untuk keluarga secara jangka pendek, pengkambinghitaman yang menghasilkan keseimbangan keluarga, tetapi disfungsional dalam jangka panjang bagi kesehatan emosional dari anggota yang dieksploitasi, dan

disfungsional dalam hal kesehatan mental semua anggota keluarga dan keutuhan keluarga. 2.Menggunakan ancaman Ancaman adalah strategi bertahan disfungsional yang digunakan untuk menjaga keluarga bersama-sama dengan mengorbankan para kesehatan emosional anggota keluarga. Ancaman dapat dilihat sebagai sebuah keluarga recurent dinamis dalam beberapa keluarga.Masalah ini menjadi teknik yang digunakan oleh keluarga yang sangat terjerat untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan dan mencegah anggota usaha untuk individu dan sparateness dapat tercapai. Tujuan untuk melakukannya adalah untuk menjamin kelangsungan hidup keluarga .

B . Penolakan dilihat melalui sistem kepercayaan keluarga: Mitos keluarga Melalui sistem kepercayaan keluarga , mitos dapat dibuat tentang keluarga bahwa realitas jelas dan menyangkal beberapa isu nyata dan masalah dalam kelompok . Masalah ini dianggap terlalu menyakitkan untuk dibawa di tempat terbuka atau sebagai tidak perlu untuk membahas karena melakukannya hanya akan memperburuk keadaan.

C.Penolakan dilihat melalui pola komunikasi : triangling Cara lain untuk mengurangi stres pada jangka pendek atau jangka panjang dalam keluarga adalah melalui penggunaan triangling . Konsep ini berkembang oleh
72

Bowen ( 1976), seorang terapis keluarga dicatat dan berlaku untuk pengurangan dalam hubungan dyadic. Triangling disertakan di sini sebagai strategi bertahan disfungsional karena umumnya digunakan cara di mana untuk mengurangi ketegangan interpersonal dalam keluarga withoout mengobati penyakit yang mendasari situasi.

D.Penolakan dijaga melalui distacing emosional : pseudomutuality Pseudomutuality dapat diklasifikasikan sebagai strategi bertahan

disfungsional jangka panjang karena merupakan perilaku mempertahankan homeostasis keluarga dengan mengorbankan pertemuan keluarga yang efektif dan fungsional yaitu, mengenali dan merespon kebutuhan sosioemosional dari itu

anggota keluarga. Pseudomutuality telah didefinisikan sebagai " macam keterkaitan yang ada dalam anggota keluarga dengan berkumpul saat ke dalam peran formal dengan mengorbankan identitas individu . Pseudomutuality adalah strategi bertahan jangka panjang yang digunakan oleh keluarga.

E . Ekstrim Pola Dominasi / Submission : Authoritharianism Submission dominasi ditandai adalah termasuk dalam bagian ini sebagai strategi jangka panjang mengatasi disfungsional, karena melalui pengajuan anggota keluarga untuk dominan, berkuasa tokoh, biasanya suami / ayah , keseimbangan keluarga dicapai . Authoritharianism mengacu pada kecenderungan untuk menyerah pada kemerdekaan seseorang karena perasaan powerlesness (tidak berdaya) dan untuk memadukan diri dengan seseorang atau sesuatu dari sisi luar seseorang dalam rangka memperoleh kekuasaan diri..

B. Pembubaran dan kecanduan Keluarga Untuk mengurangi ketegangan atau stres dalam keluarga, anggota keluarga mungkin secara fisik atau psychosocial terpisah dari satu sama lain. Yaitu guna untuk menghindari dan mengurangi stressor dengan melakukan tindak kekerasan maupun dengan kecanduan suatu hal. 1. Kecanduan dalam keluarga Kecanduan anggota keluarga sedang dipahami hari ini sebagai masalah sistem keluarga bersama daripada masalah sebagai individu. Menggunakan alkohol dan obat-obatan telah ditemukan dan memiliki pola antargenerasi . Minum alkohol
73

pada orang dewasa muda telah ditemukan yaitu dipengaruhi oleh disfungsi dalam keluarga asal . 2. Kekekrasan dalam keluarga Penggunaan ekstrim ancaman, kambing hitam, dan otoritarianisme dapat mengakibatkan kekerasan dalam keluarga. Keluarga kekerasan diakui sebagai salah satu masalah utama kesehatan masyarakat kita hari ini . Wallace (1996 ) mendefinisikan kekerasan keluarga sebagai " setiap tindakan atau komisi oleh orang-orang yang hidup bersama dengan adanya hasil cedera serius ( kerusakan fisik atau emosional ) kepada anggota lain dari keluarga yaitu dalam hal ini terdapat beberapa kekerasan dalam keluarga : a. Penganiayaan partner Meskipun penggunaan kekuatan fisik dengan salah satu pasangan terhadap yang lain ( terutama suami terhadap istri ) baru-baru ini telah diakui oleh media massa dan profesional sebagai masalah sosial yang signifikan . b . Penganiayaan Anak ( penyalahgunaan dan penelantaran anak ) Pelecehan anak dapat secara fisik , emosional , atau seksual , atau kombinasi dari dua atau semua pelecehan tersebut. Dimana termasuk cedera fisik , anak terlantar melibatkan pemberian perawatan yang tidak memadai secara emmotional dan fisik yang seharusnya penting untuk anak . c . Penganiayaan Saudara Penganiayaan saudara telah didefinisikan sebagai bentuk fisik, mental, atau pelecehan seksual infleksi satu anak di unit keluarga yang lain. Sering penganiayaan saudara terjadi ketika saudara yang lebih tua atau saudara yang lebih kuat memiliki kontrol atas saudara lain ( sebagai korban ) . d . Penganiayaan terhadap yang lebih tua Penganiayaan terhadap yang lebih tua didefinisikan sebagai perilaku yang mengakibatkan fisik , physicological , atau material, kelalaian, kerusakan, atau cedera pada penatua . e. Penganiayaan Orang tua Merupakan penganiayaan dengan hal tersembunyi adalah bahwa di mana anak-anak cukup tua untuk sekarang memperbuat kekekrasan terhadap orang tua mereka .

74

f.Gay dan Lesbian Abuse Kekerasan dalam keluarga Gay dan Lesbian diyakini oleh beberapa peneliti untuk berada di tingkat yang sama di antara pasangan heteroseksual atau sekitar 25 sampai 35 % . Keluarga Gay dan Lesbian berbagi emosi dan tanggung jawab keuangan dalam hubungan mereka yang dapat menyebabkan situasi konflik.

Faktor yang mempengaruhi koping A.Perbedaan gender dalam mengatasi masalah Pria dan wanita menggunakan srategies penanganan yang berbeda. Dari 80 srategies coping diperiksa oleh Burr dan rekan (1994) , pria dan wanita memiliki berbeda secara signifikan dalam penggunaan sepuluh strategi coping. Wanita menemukan lebih banyak hal berguna untuk mencari jalan keluar, berbagi keprihatinan mereka atau kesulitan dengan teman dan kerabat secara terbuka mengekpresikan perasaan positif dan negatif dan emosi dan tepat waktu pada pengembangan diri dan hobi . Di sisi lain , laki-laki cenderung menggunakan strategi penarikan lebih seperti mencoba tetap merasa didalam, berusaha untuk menjaga orang lain dari mengetahui bagaimana hal-hal buruk itu, dan menggunakan alkohol lagi. Ditemukan bahwa perempuan menempatkan nilai kebersamaan pada kedekatan, berbagi, dan keintiman dalam hubungan mereka.

B.Sociocultural Variasi Dalam Family Coping Hal ini jelas bahwa keluarga mengatasi masalah yang berbeda-beda di budaya dan kelas sosial. Contoh dari keluarga koping yang berbeda di Latino dibandingkan keluarga Anglo sebelumnya menjelaskan bahwa Dukungan Spriritual . Ingatlah bahwa keluarga Latin lebih mengandalkan kepentingan agama ( Iman kepada Allah dan Doa ) dibandingkan dengan keluarga Anglo . Dalam banyak cultur memiliki peran dan beberapa keluarga ingin penyedia layanan kesehatan bukan anggota keluarga untuk membuat keputusan kesehatan. Variasi kelas sosial dalam mengatasi keluarga juga ada. Untuk contoh, lebih kaya , keluarga berpendidikan memiliki kebutuhan untuk mengelola dan mengendalikan perawatan kesehatan mereka sendiri dan karena itu lebih mengupayakan strategi coping keluarga untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan.

75

C.Dampak Perubahan Kesehatan Seperti disebutkan sebelumnya, jenis koping individu dan keluarga dalam bekerja adalah situasi tertentu, dengan tuntutan yang lebih rendah ditempatkan pada keluarga (misalnya, semuanya berjalan dengan baik anggota keluarga sehat), beberapa lama jenis penegakan pola coping biasanya dapat berlaku seperti mengatur hubungan aktif dengan comunitas tersebut . Tetapi dengan kedatangan dari kesulitan ( baik dari stressors kesehatan atau jenis lain dari enviromental stres ekonomi , dll). Metode dengan coping biasa yang tidak cukup dan susunan yang lebih luas dari strategi coping keluarga yang dibawa kembali pada asal yang

menantang, semua keluarga memiliki strategi coping yang berbeda-beda. Telah dijelaskan, meskipun strategi coping keluarga tertentu lebih banyak diidentifikasi dalam literatur. Hal ini adalah penggunaan dari kepercayaan keluarga, penggunaan dukungan spiritual mendapatkan informasi dan pengetahuan, normalisasi dan kerja strategi coginitive seperti reframing dan apparsial pasif . Area Pengkajian Keluarga Tabel 17-6 Alat Pengkajian Koping Keluarga Alat Teori/ Model Pendukun g CHIP Coping Inventory Parents -Teori Health dukungan for sosial -Teori stress keluarga -Teori koping -Koping keluarga -Koping orangtua -Koping komunika si perawata n kesehata n Ukuran Konsep Administrasi dan Pemberian Skor -45 tingkah -Tiap laku koping orangtua laporan diri -Membuat dapat melengkapi -tidak ada Keuntungan Keterbatasa n

rancangan untuk mengevalua persepsi

skor tulisan alat tangan

untuk si

mendapat gambar bagaimana kegunaan strategi koping keluarga

anak-anak dalam bantuan bermanfaat koping keluarga

76

-dapat digunakan sebagai pre dan post

test dengan program intervensi yang bertujuan meningkatk an koping CICI : PQ Chronicity Impact Coping Instrument:Pare nt Questionnaire -teori krisis and -teori koping pengaruh sakit kronik anak -persepsi stressor -strategi koping -48 materi -penilaian tidak diketahui -identifikasi -hanya

area relevan untuk untuk intervensi perawat -dapat digunakan untuk mengukur hasil strategi intervensi dari keluarga dengan anak kronik sakit

F-Copes Family Oriented Personal Evaluation Scale

-Model Crisis ABCX dobel

-sumber keluarga tersedia di dan untuk keluarga pada koping dengan

-30

materi -indentifikasi -dapat laporan keluarga dari dipakai untuk digunakan dengan kelurga

skala Likert -mudah

dalam administrasi luar -3

skala kelakuan koping

mengevalua si koping internal kelurga

pola (internal dan yang krisis eksternal)

77

krisis keluarga

-5

skala

pola koping eksternal kelurga

Sumber: Bowden, Dickey & Greenberg (1998) and Touliatas, Perlmutter & Strous (1990) Pertanyaan pengkajian, dimana informasi didapatkan dari anggota keluarga lewat wawancara, observasi dan laporan data dari sumber lain.

Stressor, Kekuatan dan Persepsi Keluarga 1. Stressor apa yang dialami keluarga (masa panjang maupun singkat). 2. Kekuatan apa yang mengimbangi stressor 3. Bagaimana keluarga mendefinisikan situasi ini

Strategi Koping Keluarga 4. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap stressor yang dialami? Strategi koping apa yang digunakan? 5. Sejauh mana keluarga menggunakan strategi koping internal berikut Ketergantungan grup keluarga Berbagi perasaan, pikiran dan aktivitas (penguatan kekompakan) Peran fleksibilitas Normalisasi Mengendalikan makna masalah dengan reframing dan penilaian pasif Pemecahan masalah bersama Memperoleh informasi dan pengetahuan Menjadi terbuka dan jujur pada komunikasi keluarga Menggunakan humor dan tawa

6. Sejauh mana keluarga menggunakan strategi koping eksternal berikut Mempertahankan hubungan aktif dengan masyarakat Menggunakan dukungan spiritual Menggunakan system dukungan social

Untuk mendapatkan lebih lanjut dukungan social jaringan informasi, genogram dan ecomap disarankan.

78

Gambar 17-4 contoh ecomap keluarga Grafik ecomap menggambarkan hubungan keluarga dan interaksi dengan lingkungan eksternal yang dekat. Untuk melengkapi ecomap, tempatkan keluarga di pertengahan lingkaran dan orang yang penting, organisasi, dan agensi di garis luar lingkaran. Sifat hubungan antara keluarga dan kontak yang bermacam-macam tersebut ditandai oleh garis. Garis lurus menunjukkan hubungan yang kuat, garis titik-titik menunjukkan hubungan yang renggang, dan potongan garis menunjukkan hubungan yang penuh tekanan. Tanda panah digunakan untuk menunjukkan energy langsung dan sumber dalam fakta-fakta hubungan (Hartman, 1978; Wright & Leahey, 1994). 7. Apa strategi koping disfungsional yang digunakan keluarga? Scapegoating Menggunakan ancaman Dongeng keluarga Triangling Pseudomutuality Authoritarianism Terputusnya keluarga Penyalahgunaan alcohol dan obat Kekerasan keluarga
79

Adaptasi

Penggabaian anak

8. Bagaimana keluarga mengatur atau berfungsi? Apakah stressor dapat diatur oleh keluarga? Apa dampak stressor pada? 9. Apakah keluarga pada situasi krisis? Tracking stressors, koping, adaptasi waktu yang lebih Ketika perawat keluarga bekerja dengan keluarga waktu yang lebih, ini berguna untuk monitor bagaimana keluarga melakukan sanak keluarga untuk stressor, persepsi, koping, dan adaptasi. Apakah keluarga mulai pulih, membantu proses koping, atau itu tinggal di tingkat yang sama dari adaptasi. Atau menunjukkan bukti adaptasi berkurang? Diagnosa keluarga keperawatan Berdasarkan NANDA, ada 12 daignosa keperawatan yang berhubungan erat dengan stress,koping dan masalah adaptasi keluarga : 1. Ketidakefektifan managemen keluarga dari cara therapeutic 2. Kecepatan meningkatkan koping keluarga 3. Bersepakat koping keluarga 4. Ketidaksanggupan koping keluarga 5. Resiko untuk kekerasan langsung 6. Menyela proses keluarga 7. Proses keluarga disfungsi: alkoholisme 8. Disfungsi berduka cita 9. Kegagalan pemeliharaan rumah 10. Distress spiritual 11. Resiko untuk distress spiritual 12. Kecepatan untuk meningkatkan spiritual menjadi baik Diagnosa kecepatan meningkatkan koping keluarga adalah system keluarga mendasar dan tepat untuk situasi dimana perawat keluarga bertujuan membantu keluarga dalam koping yang efektif dengan stressor keluarga. Keluarga mungkin sukses beradaptasi dalam waktu ini, tetapi antisipasi pasti diperlukan dalam stressor kesehatan mendatang dan di butuhkan informasi untuk promosi kesehatan dan menjaga masalah di masa datang. Diagnosa ketidaksanggupan koping keluarga digunakan ketika tingkah laku dari 1 atau lebih anggota keluarga menjadikan keluarga tidak mampu untuk adaptasi
80

dengan pengobatan untuk perubahan kesehatan (McFarland & MCFarlane, 1993, p.943).

Intervensi Keperawatan Keluarga Intervensi berdasarkan data pengkajian keluarga yang menyinggung untuk stressor keluarga, persepsi stressor, kekuatan keluarga, koping dan adaptasi. a. Membantu keluarga untuk menurunkan factor resiko Dalam hal ini, perawat keluarga dapat membantu keluarga untuk menolong mereka untuk mengharapkan dan mempersiapkan untuk situasi yang mengancam. Caranya memberikan mereka informasi tentang antisipasi kejadian. b. Membantu keluarga untuk mengatasi resiko Mendorong semua anggota keluarga terlibat. Cara untuk melibatkan anggota keluarga sebagai berikut : mendorong kepedulian oleh anggota keluarga selama opname, libatkan keluarga dalam keputusan perawatan kesehatan, mendorong anggota keluarga untuk memelihara hubungan keluarga yang dekat, ajarkan caregiver, mendorong istirahat untuk primary
81

caregiver, mendorong anggota keluarga untuk menceritakan kisah hidupnya dengan yang lain. Mengerahkan keluarga untuk menolong keluarganya, mengakui,

identifikasi dan mempergunakan kekuatan keluarga. Kasih pujian atas usaha/prestasi yang dilakukan keluarga. Ajarkan keluarga cara efektif koping untuk promosi dan memelihara kesehatan keluarga. Program psychoeducational sangat berguna untuk edukasi keluarga. Program ini berfokus pada keadaan sakit dan koping keluarga. Program ini mengakui tidak hanya semata-mata untuk mendapatkan pengetahuan kesehatan tetapi juga aspek psikosocial. Mendorong keluarga untuk membuat normal kehidupan keluarga mereka dan distress keluarga. Mendorong anggota keluarga untuk memelihara kebiasaan, ritual dan rutin, menolong distress mereka. Menolong keluarga menerima dukungan spiritual yang dibutuhkan. Menolong keluarga membingkai ulang dan relabel situasi masalah mereka. Merujuk keluarga yang rawan krisis. Menolong keluarga meningkatkan dan menggunakan system dukungan social mereka. Dukungan social dapat diarahkan oleh: menguatkan pola positif keluarga dalam mencari pertolongan, menolong anggota keluarga memperbaiki kualitas dukungan yang diterima oleh jaringan social keluarga, menolong mereka explore dan akses dukungan social yang belum dipergunakan. c. Melindungi Anggota Keluarga yang Beresiko Mengalami Kekerasan Menghargai dan melaporkan siksaan terhadap anak Dukungan terhadap siksaan pasangan, sibling, orangtua, gay, lesbian dan unit keluarga Koordinasi perawatan untuk keluarga dan anggota keluarga, bekerjasama dengan kesehatan lain. d. Merujuk keluarga yang menunjukkan masalah koping keluarga yang lebih kompleks dan dysfungsi Ketika stres keluarga dan masalah koping keluarga berada di luar layanan, perawat keluarga dapat memberikan, arahan dan menindaklanjuti konseling keluarga yang sedang berlangsung atau terapi sering ditunjukkan.
82

Rujukan ke seorang konselor yang menggunakan pendekatan sistem keluarga ini sering cukup membantu.

83

Anda mungkin juga menyukai