Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM HUBUNGAN

INTRAPERSONAL DENGAN KLIEN, KELUARGA, KELOMPOK,


SESAMA PERAWAT DAN TENAGA KESEHATAN
KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II

Dosen Pembimbing:

Dr. Nentien Desri, M.Pd

Oleh:

Miftahul Jannah(1912142010065)
Nabila Natasya(1912142010072)
Rabiatul Adawiyah (1912142010081)
Rahma Zikra(1912142010083)
Rani Azef Leandri(1912142010085)
Regita Try Asmeida (1912142010086)
Rina Presti Utami(1912142010089)
S1 Keperawatan Tk. II B

STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI


2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Komunikasi Dalam Keperawatan mengenai “Komunikasi Efektif Dalam Hubungan
Intrapersonal Dengan Klien, Keluarga, Kelompok, Sesama Perawat Dan Tenaga Kesehatan”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. NentienDesri, M.Pd. selaku dosen yang
telah memberikan bimbingannya kepada penulis. Terima kasih juga kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
kelemahan, dan keterbatasan. Oleh karena itu penulis mengharapkan sumbangan pikiran, saran
dan kritikan yang konstruktif demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Semoga
dengan makalah yang sederhana ini dapat memenuhi harapan kita semua dan memberikan
manfaat bagi pembaca, sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan. Terima kasih.

Bukittinggi, 8 Desember 2020

( Penulis )
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
D. Manfaaat .......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Telemedicine..............................................................................3
B. Konsep Telemedicine...................................................................................4
C. Perkembangan Telemedicine di Indonesia...................................................4
D. Sejarah perkembangan Telemedicine di Indonesia......................................6
E. Manfaat Telemedicine..................................................................................7
F. Aplikasi Telemedicine..................................................................................7
G. Teknologi perangkat keras dan perangkat lunak Telemedicine...................8
H. Pihak-pihak yang terlibat dalam Telemedicine..........................................10
I. Hambatan dan kendala dalam Telemedicine..............................................10
J. Issu Telemedicine.......................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................13
3.2 Saran.........................................................................................………….13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang paling


banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Sejak bangun tidur di pagi hari
sampai tidur lagi di larut malam, sebagian besar dari waktu kita digunakan untuk
berkomunikasi dengan manusia yang lain. Dengan demikian kemampuan
berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling dasar. Akan tetapi dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mengalami perbedaan pendapat, ketidaknyamanan
situasi atau bahkan terjadi konflik yang terbuka yang disebabkan adanya
kesalahfahaman dalam berkomunikasi. Menghadapi situasi seperti ini, manusia baru
akan menyadari bahwa diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana cara
berkomunikasi yang baik dan efektif.yang harus dimiliki seorang manusia.
Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut sejauhmana tujuan-
tujuan tersebut dicapai. Persyaratan untuk keberhasilan komunikasi adalah mendapat
perhatian. Jika pesan disampaikan tetapi penerima mengabaikannya, maka usaha
komunikasi tersebut akan gagal. Keberhasilan komunikasi juga tergantung pada
pemahaman pesandan penerima. Jika penerima tidak mengerti pesan tersebut,maka
tidaklah mungkin akan berhasil dalam memberikan informasi atau mempengaruhinya.
Bahkan jika suatu pesan tidak dimengerti, penerima mungkin tidak meyakini bahwa
informasinya benar, sekalipun komunikator benar-benar memberikan arti apa yang
dikatakan.
Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat diperlukan
oleh manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan lancar. Terutama
ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi yang formal, misal dalam
lingkungan kerja. Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang adalah
berhadapan langsung dengan orang lain dimana sebagian besar kegiatannya
merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.
Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka dibutuhkan keahlian dalam
berkomunikasi(communication skill). Dan tidaklah semua orang memiliki
communication skill. Banyak orang yang berkomunikasi hanya mengandalkan gaya
yang dipakai sehari-hari. Mereka menganggap cara komunikasi yang mereka pakai
sudah benar. Padahal kalau dicermati masih banyak kesalahan dalam berkomunikasi.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal?


2. Apa pengertian komunikasi efektif?
3. Bagaimana hubungan komunikasi perawat dan klien?
4. Bagaimana hubungan komunikasi perawat dan keluarga klien?
5. Bagaimana hubungan komunikasi perawat dan tenaga kesehatan lainnya?

C. Tujuan

Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang :


1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal?
2. Apa pengertian komunikasi efektif?
3. Bagaimana hubungan komunikasi perawat dan klien?
4. Bagaimana hubungan komunikasi perawat dan keluarga klien?
5. Bagaimana hubungan komunikasi perawat dan tenaga kesehatan lainnya?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan
sikap pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Tujuan komunikasi efektif adalah
memberi kemudahan dalammemahami pesan yang disampaiakan antara pemberi dan
penerima pesan sehingga bahasanya lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik
seimbang, dan melatih penggunaan bahasa nonverbal yang baik.

Bentuk dan karakteristik komunikasi meliputi komunikasi verbal efektif dan


komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal efektif mempunyai karakteristik jelas
dan ringkas, perbendaharaan kata mudah dimengerti, mempunyai arti denotative
dan konotativ, intonasi mampu memengaruhi isi pesan, kecepatan bicara yang
memiliki tempo dan jeda yang tepat, serta ada unsur humor.

1. Jelas dan ringkas : Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek, dan


langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan, maka kecil kemungkinan
terjadi kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan
mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh membuat penjelasan
lebih mudah dipahami.
2. Perbendaharaan kata : penggunaan kata-kata dipilih yang mudah dimengerti
oleh klien. Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan
tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang
digunakan dalam keperawatan, kebidanan, kedokteran, dan ini digunakan oleh
perawat,  klien menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau
mempelajari informasi penting.
3. Arti denotative dan konotatif : dalam berkomunikasi dengan klien dan
keluarganya perawat harus mampu memilih kata-kata yang tidak banyak
disalah tafsirkan terutama sangat penting ketika menjelaskan kondisi pasien.
Arti denotative memberi pengertian yang sama tentang kata yang
digunakan. Sedangkan arti konotativ merupakan pikiran, perasaan, atau ide
yang terdapat dalam suatu kata.
4. Intonasi : suara komunikator mampu memengaruhi arti pesan. Nada suara
pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan
karena emosi seseorang secara alangsung dapat memengaruhi nada suaranya.
5. Kecepatan berbicara : keberhasilan komunikasi verbal dipengaruhi oleh
kecepatan bicara dan tempo bicara yang tepat selaan yang lama dan pengalihan
yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan
bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu dari klien.
6. Humor : meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberi dukungan,
emosional terhadap klien. Dugan (1988) menyatakan bahwa tertawa membantu
mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres sehingga
meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan, emosional
terhadap klien.

Komunikasi non verbal dapat disampaikan melalui beberapa cara yaitu


penampilan fisik, sikap tubuh dan cara berjalan, ekspresi wajah dan sentuhan.
1. Penampilan fisik : penampilan fisik perawat memengaruhi persepsi klien
terhadap pelayanan keperawatan yang diterima penanmpilan merupakan salah-
satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal.
Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama 84% dari kesan
terhadap seseorang berdasarkan penampilannya.
2. Sikap tubuh dan cara berjalan : sikap tubuh dan cara berjaan mencerminkan
konsep diri, alam perasaan, dan kesehatan perawat dapat menyimpulkan
informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien.
3. Ekspresi wajah : wajah merupakan bagian tubuh yang paling ekspresif. Hasil
penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui
ekspresi wajah yaitu terkejut, takut, marah, jijik, bahagia, dan sedih.
Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan
pendekatan interpersonal. Kontak mata juga sangat penting dalam komunikasi
interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan
depersepsikan sebagai orang yang dapat dipercaya.
4. Sentuhan : kasih sayang, dukungan emosi, dan perhatian diberikan melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan bagian penting dalam hubungan perawat dan
klien. Namaun harus memperhatikan norma sosial.
B. Penghalang Komunikasi Yang Efektif

Keterampilan komunikasi tertentu mungkin diperlukan pada beberapa keadaan.


Sebagai contoh pada saat :
1. Pasien bingung atau berbicara dengan bahasa yang berbeda. Pasien mengalami
kesulitan dalam memahami segala sesuatunya kecuali dengan kata-kata yang
sederhana atau pengarahan. 
2. Pendengnaran pasien terganggu. Pasien ini mungkin tidak dapat memahami
kata-kata anda. Mungkin anda perlu menggunakan isyarat atau pesan tertulis.
3. Pasien buta : pasien ini tidak dapat melihat ekspresi wajah anda. Kata-kata dan
nada suara anda akan menjadi suatau hal yang penting.
4. Pasien yang afasia dan tidak dapat memahami atau menyampaikan pikiran dan
pendapatnya secara efektif. Perilaku anda juga dapat mempengaruhi seberapa
baik anda mengerti dan mengirim pesan. Sebagai contoh, pada saat anda marah
atau cemas anda akan sulit menemukan kata-kata kunci yang tepat. Hal ini
berlaku juga pada pasien yang marah atau gelisah.

C. Memperbaiki komunikasi
Beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk memperbaiki komunkasi :

1) Mendengar 

2) Berusaha untuk tetap mengikuti percakapan. Jangan memaksa pasien untuk


melanjutkan jika ia cemas atau tampak ingin mengganti pokok
pembicaraan.

3) Gunakan bahasa tubuh dengan menunjukkan minat dan perhatian anda.

4) Tawarkan informasi factual.

5) Berusaha untuk merefleksikan perasaan dan pikiran yang dinyatakan


pasien dengan mengulang yang berkaitan dengan mengulang pernyataan
tersebut dalam bentuk pertanyaan.

6) Beri perhatian pada rekan kerja anda

D. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan interaksi antara perawat dan pihak lain
yang sering terjadi saat berhadapan langsung. Ini merupakan tingkat komunikasi yang
paling sering digunakan dalam proses keperawatan dan berada pada inti praktek.
Komunikasi ini terjadi dalam konteks sosial dan mencakup pengiriman berbagai
simbol dan petunjuk serta penerimaan arti. Arti terletak pada pribadi dan bukan pada
kata, sehingga interpretasi pesan dapat berbeda dari maksudnya. Perawat bekerja
dengan orang lain yang memilki pandangan berbeda, sehingga sangat penting untuk
memvalidasi makna atau menegosiasikannya. Sebagai contoh saat mengajarkan klien
tentang masalah kesehatan, anda menggunakan interaksi untuk mengkaji pemahanan
dan mengklarifikasi kesalahan interpretasi. Komunikasi interpersonal yang berarti
akan menghasilkan pertukaran ide, pemecahan masalah, ekspresi perasaan,
pengambilan keputusan, pencapaian tujuan, pembentukan
tim dan perkembanagna pribadi.

E. Komunikasi Hubungan Keperawatan Profesional
Hubungan profesional dibentuk oleh penerapan pengetahuan, pemahaman,
mengenai perilakudan komunikasi, serta komitmen pada perilaku etis. Memiliki
filosofi yang berdasarkan pada kepedulian dan penghormataan pada orang lain
akan membantu perawat untuk berhasil dalam membentuk hubungan ini.

1.Hubungan bantuan perawat dengan klien

Hubungan bantuan (helping relationship) merupakan fondasi dari praktik keperawatan


klinis. Di dalam hubungan ini, perawat memiliki peran sebagai penolong profesional
dan mengenali klien sebagai individu yang memiliki kebutuhan kesehatan, respons,
dan pola hidup yang unik. Hubungan bersifat teraupetik dan mendorong terbentuknya
iklim psikologis yang memfalitisi perubahan positif. Komunikasi teraupetik akan
membantu pencapaian tujuan yang berhubungan dengan kesehatan. Tujuan dari
hubungan teraupetik berfokus pada pencapaian pertumbuhan pribadi yang optimal
(stuart dan laraia, 2005). Terdapat batasan waktu ekspilisit, pendekataan yang
diarahkan oleh tujuan, dan harapan tinggi atas kerahasiaan. Perawat membentuk,
mengarahkan, dan mengambil tanggung jawab atas interaksi tersebut, dan kebutuhan
klien menempati prioritas yang lebih tinggi dibandingkan kebutuhan perawat.
Hubungan ini memiliki karakteristik adanya penerimaan tannpa prasangka oleh
perawat. Penerimaan ini mengandung makna kesediaan untuk mendengar pesan atau
mengakui perasaan. Namun, bukan berarti anda harus selalu menyetujui pihak lain
atau keputusan klien. Hubungan bantuan antara perawat dan klien tidak terbentuk
begitu saja. Anda menciptakannya dengan bantuan perhatian, ketrampilan, dan
kepercayaan. Kemajuan alamiah dari empat fase arahan tujuan merupakan
karakteristik hubungan perawat dengan klien. Hubungan ini sering dimulai sebelum
perawat bertemu dengan klien dan terus berlangsung sampai hubungan pelayan
berakhir (kotak 24-2).  Bahkan interaksi yang singkat juga menggunakan versi singkat
dari fase prainteraksi, orientasi, kerja, dan terminasi (Arnold dan Bogg, 2003) sebagai
contoh, para siswa keperawatan terlebih dulu mengumpulkan informasi klien untuk
mempersiapkan pelayaan, bertemu dengan klien untuk mempersiapkan pelayanaan,
bertemu dengan klien membangun kepercayaan, mencapai tujuan terkait kesehatan
melalui penggunaan proses keperawatan, dan mengucapkan selamat tinggal pada
penghujung hari.

Sosialisai merupkan komponen awal yang penting dari komunikasi antar-pribadi.


Proses ini membangun individu untuk saling mengenal dan lebih santai. Sosialisaasi
bersifat mudah, superfisial, dan tidak pribadi, sedangkan interaksi teraupetik lebih
dalam, berat, dan tidaknya aman. Perawat meenguunakan percakapaan sosial sebagai
dasar bagi terbentuknya hubungan yang lebih dekat. Contohnya : “halo, tuan simpson.
Anda hari ini berulang tahun, ya? Sudah berapa usia anda ?” suatu komunikasi ramah
dan non formal akan membantu terbentuknya kepercayaan, tetapi perawat perawat
harus menjangkau di luar percakapan sosial agar dapat membicarakan masalah yang
terkait dengan kesehataan klien. Selama percakapan sosial, beberapa klien
menanyakan pertanyaan pribadi tentang keluarga perawat, tempat tinggal, dan lain-
lainnya. Siswa masih meragukan apakah mereka harus menjawab pertanyaan seperti di
atas. Perawat yang terampil akan menggunakan pertimbangan tentang informasi yang
dapat diberikan, menghindar dengan menggunakan humor, dan mengembalikan fokus
percakapan kepada klien. Menciptakan lingkungan teraupetik berganti pada
kemampuan anda untuk berkomunikasi, memberi rasa nyamanan, dan menolong klien
memenuhi kebutuhannya. Kenyamanaan merupakan nilai kritis internal dalam praktik
keperawataan. Interaksi teraupetik meningkatkan perasaan pengendalian pribadi
dengan menolong individu untuk merasa aman, memiliki informasi yang cukup, dan
dihargai. Optimasilisasi pengendalian diri akan memfasilitasi kenyamanan emosinal,
meminimalisasi ketidaknyamanan fisik, dan meningkatkan kegiataan pemulihan
(Williams dan Irurita, 2006). Di dalam hubungan teraupetik, perawat sering
mendorong klien untuk bercerita tentang kisah pribadinya yang disebut interaksi
naratif. Melalui cara ini, perwat dapat memahami konteks kehidupan orang lain dan
mengetahui hal yang berharga dalam perspektif mereka (shattel dan Hogan, 2005).
Sebagai contoh, perawat meminta klien untuk menceritakan saat dia mengambil
keputusan besar.

2. Hubungan perawat dengan keluarga

Beberapa situasi keperawatan, terutama yang berada dilingkungan komunitas dan


rumah, membuat l perawat harus membentuk l hubungan bantuan dengan seluruh
keluarga klien. Prinsip yang sama pada hubungan pribadi juga dapat diterapkan jika
klien merupakan suatu unit keluarga. Perbedaannya adalah bahwa komunikasi dalam
keluarga membutuhkan pemahaman lebih lanjut tentang kompleksitas dinamika
keluarga, kebutuhan, dan hubungannya.

3. Hubungan perawat dengan tim pelayanan kesehatan

Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan berbagai anggota tim
pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan perawat klien juga dapat
diterapkan dalam hubungan sejawat yang berfokus pada pembentukan lingkungan
kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis(Triola 2006). Komunikasi disini
berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok, kolaborasi, konsultasi,
belegasi, superfisi, kepemimpinan, dan manajemen. Dibutuhkan banyak keterampilan
komunikasi, termasuk berbicara dalam presentasi, persuasi, pemecahan masalah
kelompok, pemberian tinjauan performa, dan penulisan laporan bisnis. Di dalam
lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan membutuhkan interaksi sosial dan
terapeutik untuk membangun kepercayaan dan memperkuat hubungan. Semua orang
memiliki kebutuhan interpribadi akan penerimaan, keterlibatan, identitas, privasi,
kekuatan, dan kontrol, serta perhatian. Perawat membutuhkan persahabatan,
dukungan, bimbingan, dan dorongan dari pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat
stress pekerjaan dan harus dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan klien,
sejawat, dan rekan kerja.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan


pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi
seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal , dan banyak
lagi. Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan
komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti
interaksi kelompok, dimana mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam
tindak komunikatif.
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan
sikap pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Tujuan komunikasi efektif adalah
memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaiakan antara pemberi dan
penerima pesan sehingga bahasanya lebih jelas, lengkap,pengiriman dan umpan balik
seimbang,dan melatih penggunaan bahasa non verbal yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai