Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

UPAYA PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER


“PERSIAPAN OPERASI, PERSIAPAN KEMOTERAPI DAN PERSIAPAN
RADIOTERAPI”

OLEH :
JULY HERYANTI
NIM : 152112006
NURASIAH
NIM : 152112012

DOSEN PENGASUH :
WASIS PUJIATI, S.Kep,Ns.,M.Kep

JURUSAN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul Upaya Pencegahan Primer,
Sekunder dan Tersier yaitu Persiapan Operasi, Persiapan Kemoterapi dan Persiapan
Radioterapi . Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Keperawatan Maternitas di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah
Keperawatan Maternitas yang telah memberikan tugas kepada kami dan juga kami
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.
            Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik pada penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu penulis mengharapkan,
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Tanjungpinang,  Juni 2022

                                                                                                          
     Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP PRE OPERASI ................................................................... 3


2. KEMOTERAPI.................................................................................... 8
3. RADIOTERAPI.................................................................................. 12
BAB III PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
19

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah keadaan kesehatan yang sempurna baik
secara fisik, mental, dan sosial. Bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya
(Rohan dan Siyoto, 2013). Kesehatan reproduksi menjadi cukup misterius sepanjang hidup,
terutama bagi perempuan, selain karena rawan terpapar penyakit, juga berhubungan dengan
kehidupan soaialnya, misalnya kekurangan pendidikan yang cukup, kawin muda, kematian
ibu, masalah kesehatan reproduksi perempuan, masalah kesehatan kerja, menopause dan
masalah gizi (Manuaba,2005).

Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria dan wanita,
tetapi lebih dititik beratkan pada wanita. Keadaan penyakit pada wanita lebih banyak
dihubungkan dengan fungsi dan kemampuan bereproduksi serta tekanan sosial pada wanita
karena masalah gender.

Kesehatan bagi wanita adalah lebih dari kesehatan reproduksi. Wanita memiliki
kebutuhan kesehatan khusus yang berhubungan dengan fungsi seksual dan reproduksi.
Wanita mempunyai sistem reproduksi yang sensitive terhadap kerusakan yang dapat terjadi
disfungsi atau penyakit. Wanita adalah subjek dari beberapa penyakit terhadap fungsi tubuh
oleh karena pengaruh laki-laki, pola penyakit pun berbeda dengan laki-laki karena adanya
perbedaan bntuk genetik, hormonal, ataupun perilaku gaya hidup. Penyakit pada sistem tubuh
ataupun pengobatan dapat berinteraksi dengan keadaan sistem reproduksi ataupun fungsinya.

Kebutuhan kesehatan bagi wanita dapat dikelompokan dalam dalam empat kategori.
Pertama, wanita memiliki kebutuhan kesehatan khusus yang berhubungan dengan fungsi
seksual dan reproduksi. Kedua, wanita memiliki sistem reproduksi yang mudah cedera untuk
menjadi tidak berfungsi atau sakit, apakah terjadi sebelum sistem preproduksi tersebut
berfungsi atau sesudah berfungsi. Ketiga, wanita dapat terkena penyakit pada organ
reproduksi yang sama seperti pada pria, tetapi pola penyakit akan berbeda dari pria karena
struktur genetik wanita, lingkungan hormonal, serta perilaku gaya hidup yang berhubungan
dengan gender. Keempat, karena wanita sebagai subjek dari disfungsi sosial.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Operasi dan bagaimana persiapan sebelum
melakukan operasi ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Kemoterapi dan bagaimana persiapan sebelum
melakukan kemoterapi?
3. Apakah yang dimaksud dengan Kemoterapi dan bagaimana persiapan sebelum
melakukan Radioterapi?

C. TUJUAN MASALAH
1. Mendeskripsikan persiapan sebelum melakukan operasi
2. Mendeskripsikan persiapan sebelum melakukan kemoterapi
3. Mendeskripsikan persiapan sebelum melakukan Radioterapi

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. KONSEP PRE OPERASI


A. Definisi
Menurut Himpunan Kamar Bedah Indonesia (HIPKABI) mendefinisikan
tindakan operasi sebagai prosedur medis yang bersifat invasif untuk diagnosis,
pengobatan penyakit, trauma dan deformitas (HIPKABI, 2014). Definisi lain
menyatakan bahwa operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian
tubuh (Smeltzer, dkk., 2008).
Konsep pre operasi adalah bagian dari keperawatan perioperatif dan merupakan
persiapan awal sebelum melakukan tindakan operasi. Dalam kosep pre operasi
membahas tentang pengertian pre operasi, persiapan pre operasi, indikasi dan
klasifikasi Pembedahan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada
pasien pre operasi.
Pre operasi adalah tahap yang dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan
intervensi bedah dan diakhiri ketika klien dikirim ke meja operasi. Keperawatan pre
operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Tahap ini
merupakan awalan yang menjadi kesuksesan tahap-tahap berikutnya. Kesalahan
yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya
(HIPKABI, 2014).

B. Persiapan Operasi
Keperawatan pre operasi merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Perawatan pre operasi merupakan tahap pertama dari perawatan
perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan
berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan
pembedahan (Mirianti, 2011).
Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik, biologis
dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
Dalam hal ini persiapan sebelum operasi sangat penting dilakukan untuk mendukung
kesuksesan tindakan operasi. Persiapan operasi yang dapat dilakukan diantaranya
persiapan fisiologis, dimana persiapan ini merupakan persiapan yang dilakukan
mulai dari persiapan fisik, persiapan penunjang, pemerikaan status anastesi sampai

3
informed consent. Selain persiapan fisiologis, persiapan psikologis atau persiapan
mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi
karena mental pasien yang tidak siap atau lebih dapat berpengaruh terhadap kondisi
fisik pasien (Smeltzer, dkk., 2008). Persiapan klien di unit perawatan, diantaranya
(Ilmu Bedah, 2010):
a. Persiapan fisik
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi
antara lain: 1) Status Kesehatan Fisik Secara Umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi
ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain- lain. Selain itu
pasien harus istirahat yang cukup karena dengan istirahat yang cukup pasien
tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang
memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan pasien wanita
tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,
lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin)
dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan
jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai
komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat
di rumah sakit.
3) Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal.
Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana
ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolik obat-
obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan
baik.
4) Pencukuran Daerah Operasi

4
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi
pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur
dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/ menghambat
proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa
kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya
pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus
dilakukan dengan hati- hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang
dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar
pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung
pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi.
5) Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh
yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi
pada daerah yang di operasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan
untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama.
Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene
secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan
personal hygiene.
6) Pengosongan Kandung Kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter.
Selain untuk pengosongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk
mengobservasi balance cairan.
7) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat
penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi,
seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan- latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi, antara lain :
a) Latihan Nafas
Dalam Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi
nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien
lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas
tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik
nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera

5
mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien.

b) Latihan Batuk Efektif


Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang
mengalami operasi dengan anestesi general. Karena pasien akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranestesi. Sehingga
ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan.
Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan.Latihan batuk efektif
sangat bermanfaat bagi pasien setelah operasi untuk mengeluarkan lendir
atau sekret tersebut.
c) Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga
setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang
diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Pasien/keluarga pasien
seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien
setelah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena
takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh.
Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan
segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik
usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/ flatus. Keuntungan lain adalah
menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar
dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah
memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi
pernafasan optimal.

b. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter
bedah tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan
pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai
pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti EKG, dan
lain-lain. Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada

6
pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit
pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien.
Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi
berperan untuk menentukan apakah kondisi pasien layak menjalani operasi.
Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemerikasaan
laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa
pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum, hemoglobin, protein
darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
c. Pemeriksaan Status Anestesi
Pemeriksaan status fisik untuk pembiusan perlu dilakukan untuk keselamatan
selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan
pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan
untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan
yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA
(American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat
dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan,
peredaran darah dan sistem saraf.
d. Inform Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien,
hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab
dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya
harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai
resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib
menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan
dan anastesi). Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung
tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab
terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan
operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan
pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan
konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat
pernyataan tersebut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan
segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan
dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/
keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul- betul paham. Hal

7
ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan
dialami oleh pasien/ keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata
tidak sesuai dengan gambaran
keluarga.
e. Persiapan Mental/ Psikis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan merupakan
ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat
membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long,
2000). Contoh: perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan
ketakutan misalkan pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan
sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya
akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan. Ketakutan dan kecemasan
yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya perubahan-
perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi denyut jantung dan pernafasan,
tekanan darah, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan
yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit
tidur, dan sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang
biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat
perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam
menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang
terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.

2. KEMOTERAPI
A. Definisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah salah satu prosedur pengobatan dengan menggunakan bahan
kimia yang sangat kuat untuk menghentikan atau menghambat pertumbuhan sel
kanker dalam tubuh. Terapi ini mengandalkan kemampuan dari obat-obat khusus
untuk menghancurkan sel-sel kanker yang menyerang tubuh. Obat tesebut bekerja
dengan memperlambat maupun menghentikan pertumbuhan sel kanker.
Bagaimanapun, pasien kanker perlu mempertimbangkan terapi dengan cermat
sebelum mereka menjalani tindakan tersebut. Ini karena kemoterapi juga dapat
membahayakan sel-sel sehat yang membagi diri dengan cepat, tidak hanya sel ganas.

8
Termasuk sel yang membuat rambut untuk dapat tumbuh serta sel-sel yang melapisi
mulut dan usus. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya efek samping seperti
hilangnya rambut dan nyeri perut berat selama menjalani pengobatan.

B. Indikasi Kemoterapi
Pelaksanaan kemoterapi menjadi metode pengobatan utama kanker yang dianjurkan
oleh dokter karena bertujuan untuk:
 Menghambat penyebaran kanker.
 Menyembuhkan kanker secara keseluruhan. Kemoterapi ini juga digunakan
pasca prosedur operasi guna membunuh sel kanker yang masih tersisa dalam
tubuh.
 Meningkatkan keberhasilan metode pengobatan lain, praoperasi atau kemoterapi
yang dikombinasikan dengan radioterapi.
 Meringankan gejala yang diderita.

C. Kapan Dilakukan Kemoterapi?

Kemoterapi terkadang dilakukan sebagai satu-satunya upaya penyembuhan kanker.


Namun, sering kali tindakan ini dilakukan bersamaan dengan operasi, terapi radiasi,
atau terapi biologis lain. Umumnya kemoterapi dilakukan pada saat:

 Sebelum operasi atau terapi radiasi. Tujuannya agar ukuran tumor menjadi lebih
kecil.
 Setelah operasi atau terapi radiasi. Ini dilakukan untuk menghancurkan sel
kanker yang tersisa.
 Ketika dilakukan terapi radiasi dan terapi biologis. Tujuannya adalah untuk
memaksimalkan efek pengobatan.

D. Persiapan Kemoterapi
Kemoterapi adalah salah satu jenis pengobatan kanker yang dilakukan dengan
menggunakan beberapa jenis obat-obatan. Tidak seperti pengobatan radiasi atau
operasi, kemoterapi dapat bekerja di seluruh bagian tubuh. Namun, hal ini juga dapat
menyebabkan gangguan pada sel sehat yang tumbuh cepat, seperti rambut, kulit,
hingga sumsum tulang.

9
Pengobatan kemoterapi bukan hanya digunakan sebagai pengobatan. Kemoterapi
juga bisa dilakukan sebagai langkah mengontrol sel kanker agar tidak menyebar ke
beberapa bagian tubuh lainnya. Selain itu, dengan melakukan kemoterapi pengidap
kanker juga bisa menurunkan risiko perburukan gejala yang dialami.
Lama proses kemoterapi yang akan dijalankan pun berbeda pada tiap pengidap
kanker. Hal ini akan dipengaruhi oleh tingkat keparahan, tujuan proses kemoterapi,
jenis kemoterapi yang digunakan, hingga reaksi tubuh memproses obat-obatan
kemoterapi.
Pengobatan ini bukanlah proses yang mudah untuk dilalui bagi sebagian
pengidap kanker. Untuk itu, sangat penting melakukan persiapan agar proses
kemoterapi dapat berjalan lancar. Berikut ini hal-hal yang perlu dipersiapkan
sebelum menjalani kemoterapi, yaitu:
1. Pemeriksaan kesehatan
Dokter akan menganjurkan beberapa pemeriksaan medis untuk mengetahui
kesiapan tubuh sebelum melakukan kemoterapi. Beberapa pemeriksaan yang
mungkin dilakukan sebelum kemoterapi, seperti tes darah untuk mengevaluasi
fungsi hati dan ginjal, serta pemeriksaan kesehatan jantung. Apabila terdapat
masalah dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter bisa menunda pengobatan atau
memilih obat kemoterapi lain.
2. Pemeriksaan kesehatan gigi
Dokter juga akan merekomendasikan pasien untuk pergi ke dokter gigi dan
mengecek kesehatan giginya. Berbagai masalah gigi seperti infeksi gusi, gigi
berlubang yang perlu ditambal, gigi palsu yang tidak pas, atau sariawan perlu
dirawat terlebih dahulu sebelum menjalani kemoterapi. Hal ini dilakukan untuk
menghindari komplikasi lebih lanjut dari kemoterapi. Dokter gigi juga akan
memberi tahu langkah perawatan gigi saat menjalani kemoterapi dan efek
samping yang mungkin ditimbulkan pada gigi dan mulut.
3. Mengetahui efek samping kemoterapi yang mungkin terjadi
Persiapan sebelum kemoterapi juga meliputi penjelasan mengenai efek samping
kemoterapi yang mungkin akan dialami. Jika berisiko mengalami infertilitas
(kesuburan) sebagai salah satu efek terapi kanker ini, padahal sedang
merencanakan kehamilan, ada beberapa pilihan yang dapat dipertimbangkan.
Misalnya, menyimpan dan membekukan sperma, sel telur, maupun embrio.

10
Namun, tentu saja prosedur ini harus dilakukan oleh tim medis. Ataupun mungkin
ingin membeli penutup kepala maupun rambut palsu, apabila berisiko mengalami
kerontokan rambut akibat efek samping kemoterapi.

4. Menjadwalkan kemoterapi dan aktivitas sehari-hari


Sebagian besar pengobatan kemoterapi dilakukan secara rawat jalan. Itu
sebabnya, kebanyakan pasien masih bisa bekerja dan melakukan aktivitas seperti
biasa selama menjalaninya. Namun, respons tubuh terhadap pengobatan berbeda-
beda pada tiap penderita dan sulit diprediksi. Jadi, diskusikan dengan dokter jika
Anda membutuhkan waktu untuk bekerja atau melakukan aktivitas lainnya.
5. Persiapan untuk jadwal kemoterapi pertama
Pasien disarankan untuk cukup beristirahat sebelum melakukan kemoterapi.
Konsumsi makanan ringan juga dianjurkan sebelum prosedur. Pasalnya, beberapa
obat kemoterapi dapat memicu rasa mual. Pasien pun sebaiknya meminta bantuan
keluarga atau teman untuk menemani setelah kemoterapi. Beberapa jenis obat
dapat memicu rasa kantuk sehingga pasien akan kesulitan untuk berkendara
sendiri pascapengobatan.
6. Operasi pemasangan alat sebelum kemoterapi intravena
Jika kemoterapi dilakukan lewat intravena (obat langsung dimasukkan ke dalam
pembuluh darah vena), dokter dapat merekomendasikan pemasangan alat tertentu,
seperti kateter. Kateter akan dipasang ke dalam vena besar melalui prosedur
operasi. Obat kemoterapi lalu dimasukkan ke dalam tubuh lewat alat ini.

E. Prosedur Kemoterapi
Ada beberapa cara melakukan kemoterapi, di antaranya:

1. Intravena

Kemoterapi intravena paling umum dilakukan. Metode ini umumnya dilakukan di


rumah sakit dengan menyalurkan sekantung cairan obat kemoterapi ke dalam vena
(intravena) pasien, persis seperti infus rumah sakit. Selain dengan cara seperti infus,
cara pemberian obat ke dalam vena dapat diberikan melalui beberapa cara, antara
lain:

11
 Kanula, yakni tabung pendek dan tipis yang dimasukkan ke dalam pembuluh
darah di lengan atau punggung tangan pasien.
 PICC (kateter vena sentral perifer) yang dimasukkan ke dalam vena di lengan dan
disambungkan ke vena di dada
 Port implan (portacath) yang dimasukkan ke dalam vena dengan lubang (port) di
bawah kulit di dada atau lengan pasien.

Ketika kanula, PICC atau port telah terpasang, obat kemoterapi akan dimasukkan ke
dalamnya melalui suntikan, sebagai infus atau melalui pompa. Perawat akan
memeriksa apakah kanula, saluran atau port berfungsi dengan baik sebelum memberi
kemoterapi.

2. Langsung ke area tubuh tertentu


Menggunakan metode yang sama dengan intravena, sebagian obat kemoterapi
bisa diberikan langsung ke perut (intraperitoneal), rongga dada (intrapleural),
sistem saraf pusat (intraarterial), atau kantung kemih (intravesikal).
3. Suntikan
Obat kemoterapi cair dapat diberikan dalam bentuk suntikan. Biasanya, suntikan
diberikan di otot atau bawah kulit pada area lengan, kaki, atau perut.
4. Obat minum
Dokter bisa meresepkan obat kemoterapi dalam bentuk pil atau kapsul yang akan
diminum oleh penderita.
5. Krim
Beberapa obat kemoterapi untuk mengobati kanker kulit dapat berbentuk krim.
Obat ini diberikan dengan cara mengoleskannya ke area kulit yang terjangkit.
6. Intraarterial
Kemoterapi dapat diberikan langsung ke sel kanker, atau pada bagian tubuh yang
menjadi tempat sel-sel kanker. Biasanya obat ini diberikan secara intra-arteri,
yaitu pemberian obat dengan mengalirkan obat ke arteri terdekat dengan tumor.
Prosedur ini lebih sering untuk menangani tumor otak.

Dengan begitu, obat dapat bekerja lebih efektif karena tidak perlu melewati jantung dan paru-
paru seperti pada kemoterapi biasa.

12
3. RADIOTERAPI
A. Definisi Radioterapi
Radioterapi adalah teknik pengobatan yang menggunakan radiasi berenergi
tinggi untuk membunuh sel kanker di dalam tubuh pasien. Radioterapi biasanya
diberikan setiap hari (5 kali dalam 1 minggu) dengan total 20-35 kali tergantung
jenis kanker dan tujuan pengobatannya. Tujuan radioterapi adalah untuk membunuh
sel-sel kanker, menghentikan pertumbuhan dan penyebaran sel kanker, serta
mencegah kambuhnya penyakit kanker.
Radioterapi bisa diberikan melalui pemaparan sinar-X, penanaman implan di
dalam tubuh, serta melalui obat minum dan suntik. Untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, radioterapi sering digunakan bersamaan dengan kemoterapi dan operasi
pengangkatan kanker. Perlu diketahui, meski dapat membasmi dan menghambat
pertumbuhan sel kanker, radioterapi juga bisa merusak sel-sel yang sehat. Akan
tetapi, efek samping ini umumnya tidak permanen. Untuk meminimalkan efek
samping tersebut, radioterapi perlu dilakukan dengan hati-hati dan hanya pada area
tubuh yang terserang kanker. Radioterapi umumnya dilakukan untuk menangani
kanker di bagian kepala dan leher, payudara, serviks, prostat, tiroid, atau mata.

B. Cara Kerja Radioterapi


Dalam keadaan normal dan sehat, sel dalam tubuh akan berkembang dengan
cara membelah diri. Pada pasien yang mengalami kanker, sel kanker juga
melakukan pembelahan yang sama, namun dalam tempo yang sangat cepat dan
tidak normal. Hal ini akibat DNA yang ada dalam sel normal bermutasi kemudian
menjadi sel kanker, sehingga sel-sel tersebut berkembang secara abnormal.
Radioterapi bekerja dengan cara merusak DNA yang mengatur pembelahan
diri sel kanker, sehingga sel tidak lagi bisa berkembang dan bahkan mati. Namun
karena radioterapi biasanya dalam dosis yang tinggi (agar bisa mematikan sel
kanker), sel-sel normal yang ada pada area sekitar terkadang juga ikut rusak. Kabar
baiknya, kerusakan tersebut akan berhenti sejalan dengan berhentinya terapi radiasi.

Tidak seperti kemoterapi yang mempengaruhi seluruh bagian tubuh karena


menggunakan aliran darah sebagai perantaranya, radioterapi adalah pengobatan
lokal yang bertujuan untuk menurunkan jumlah sel kanker tanpa harus merusak sel-
sel serta jaringan yang ada di sekitar sel kanker.

13
Walaupun begitu, dokter akan mengusahakan untuk memberikan dosis yang
tinggi untuk bagian tubuh yang terkena kanker dan dosis yang sangat rendah untuk
bagian yang tidak terkena kanker. Terapi ini akan bekerja dengan cara merusak
DNA dari sel kanker yang kemudian menghentikan pertumbuhannya.

Terdapat dua jenis radioterapi untuk menyembuhkan penyakit kanker, yaitu:

 Radioterapi eksternal, yaitu sinar radiasi menggunakan sinar X, atau berbagai


mesin yang digunakan di luar tubuh.
 Radioterapi internal, yaitu cara memberikan radiasi melalui bagian dalam
tubuh pasien. Zat yang mengandung radiasi biasanya melalui suntikan ke
pembuluh darah atau langsung pasien minum hingga zat tersebut dapat
menjangkau tempat sel kanker tumbuh.

C. Indikasi Radioterapi
Dokter akan mempertimbangkan tindakan radioterapi dengan tujuan sebagai
berikut:
 Meredakan gejala kanker stadium lanjut
 Menyusutkan ukuran tumor sebelum prosedur operasi
 Mengobati kanker, baik sebagai pengobatan tunggal maupun dikombinasikan
dengan pengobatan lain, seperti kemoterapi
 Membunuh dan membersihkan sel-sel kanker setelah operasi pengangkatan
kanker, agar kanker tidak kembali menyerang

D. Persiapan Radioterapi
1. Perencanaan radioterapi
Sebelum radioterapi dilaksanakan, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan
pasien secara keseluruhan. Bagi pasien wanita, dokter akan memastikan bahwa
pasien tidak sedang hamil. Pasien akan diminta untuk melakukan tes urine untuk
mengkonfirmasi hal ini. Selama terapi berlangsung, pasien harus menghindari
terjadinya kehamilan. Informasikan pada dokter jika memakai alat pacu jantung
atau implan koklea karena radioterapi dapat memengaruhi cara kerja berbagai
perangkat tersebut.

14
Setelah dokter memutuskan dapat menjalani radioterapi, dokter akan
melakukan simulasi radiasi untuk menentukan lokasi terapi yang tepat.
Prosedur simulasi terapi radiasi, antara lain:
 Pasien berbaring pada meja pemeriksaan. Pasien akan diposisikan agar
radioterapi dapat dilakukan dengan baik. Dokter mungkin akan menggunakan
bantal atau alat pengikat lainnya untuk memosisikan pasien.
 Pasien akan menjalani CT-Scan atau pemeriksaan pencitraan dengan sinar-X
agar dokter mengetahui seberapa luas kanker dan di mana radiasi perlu
difokuskan.

Setelah menentukan lokasi terbaik untuk radioterapi, dokter akan menandai lokasi
tersebut dengan penanda khusus. Dokter akan mempertimbangkan jenis kanker,
ukuran, lokasi, usia, serta kondisi kesehatan secara umum untuk menentukan jenis
perawatan yang tepat. Dokter juga akan menentukan dosis dan frekuensi terapi
radiasi untuk jenis dan stadium kanker pasien. Sering kali radioterapi menjadi
pilihan terapi pada stadium akhir, sehingga pasien akan mendapatkan metode
terapi lain terlebih dahulu.

2. Persiapan sebelum menjalani radioterapi


Sebelum perawatan radiasi dimulai, disarankan untuk melakukan sejumlah
persiapan berikut:
 Tidak merokok dari sebelum dan selama terapi berlangsung. Rokok dapat
menyebabkan radioterapi jadi tidak efektif dan meningkatkan kemungkinan
terjadinya efek samping.
 Rutin merawat kulit agar tetap lembap untuk menghindari iritasi yang
mungkin terjadi karena radioterapi. Pilih pelembap yang tidak mengandung
wewangian dan bahan iritan lain.
 Jangan gunakan losion, krim, parfum, bedak, kosmetik, plester atau deodoran
pada area kulit yang akan ditembak sinar radiasi.
 Jangan mencuci atau menghapus tanda atau tato yang sudah dibuat oleh
dokter untuk menandakan target area.
 Mintalah orang terdekat untuk mengantar dan menjemput setelah terapi.
 Atur cuti atau izin dari tempat kerja atau sekolah agar dapat beristirahat
setelah sesi radioterapi selesai.

15
 Tergantung pada jenis radioterapi dan kanker yang dimiliki, pasien mungkin
membutuhkan persiapan khusus lainnya. Tanyakan dengan detail mengenai
hal ini pada dokter.

E. Prosedur Radioterapi
Ada tiga jenis radioterapi yang sering digunakan untuk menangani penyakit
kanker. Penerapannya pun berbeda-beda, tergantung kondisi pasien serta ukuran
dan jenis kankernya. Berikut adalah jenis-jenis radioterapi yang dimaksud dan
penjelasannya:
1. Radioterapi eksternal
Radioterapi eksternal adalah terapi yang dilakukan dengan mengarahkan sinar-X
atau sinar proton ke bagian tubuh yang terserang kanker. Terapi ini tidak
menimbulkan rasa sakit sehingga pasien umumnya bisa langsung pulang setelah
pengobatan selesai dilakukan.Radioterapi eksternal biasanya berlangsung selama
10–30 menit setiap sesinya. Terapi ini dapat dilakukan dua kali dalam seminggu.
2. Radioterapi internal
Radioterapi internal atau brachytherapy dilakukan dengan cara memasukkan implan
radioaktif ke dalam tubuh pasien, tepatnya di dekat lokasi tumbuhnya sel-sel
kanker. Implan ini bisa dibiarkan di dalam tubuh selama beberapa hari atau
permanen, tergantung pada jenis kanker yang diderita pasien. Perlu diketahui bahwa
implan yang dibiarkan permanen di dalam tubuh tidak perlu dikhawatirkan, karena
kadar radiasi dari implan akan menurun seiring waktu.
3. Radioterapi sistemik
Radioterapi sistemik adalah terapi radiasi yang dilakukan dengan memasukkan obat
ke dalam tubuh pasien. Obat ini dapat ditelan oleh pasien atau disuntikkan melalui
pembuluh darah. Radioterapi sistemik atau terapi radioisotop sering digunakan pada
pasien kanker tiroid dan kanker prostat. Radioterapi ini mengharuskan pasien untuk
dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lebih lama.

F. Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah Radioterapi


Setelah terapi radiasi selesai, tim perawatan akan memberi tahu cara merawat area
perawatan dan cara mengatasi efek samping yang mungkin muncul.
Berikut ini adalah beberapa perawatan pasca radioterapi yang perlu dilakukan
sekaligus mengatasi efek samping:

16
1. Banyak istirahat karena tubuh akan gampang letih.
2. Makan makanan bergizi
3. Bergantung pada area tubuh yang mendapatkan radiasi (misalnya, perut atau
area panggul), dokter atau perawat mungkin menyarankan perubahan pola
makan.
4. Perawatan kulit di area terapi karena akan jadi lebih sensitif. Tanyakan produk
perawatan kulit, seperti sabun atau pelembap yang tepat pada dokter.
5. Jangan mengenakan pakaian ketat di sekitar area yang diterapi. Kenakan
pakaian katun yang longgar dan lembut.
6. Jangan menggosok atau memasang plester pada kulit yang diterapi. Jika kulit
harus diperban, gunakan selotip kertas atau selotip lain untuk kulit sensitif.
7. Jangan terpapar panas atau dingin, seperti menggunakan bantal pemanas, lampu
pemanas, atau kompres es di area yang diterapi.
8. Lindungi area yang dirawat dari sinar matahari.
9. Bagi yang terbiasa untuk berolahraga, sesuaikan jenis dan tingkat aktivitas yang
dilakukan karena tubuh cepat lelah setelah menjalani radioterapi.
Di samping itu, selama perawatan kanker, mungkin akan mengalami
serangkaian emosi, termasuk kecemasan, depresi, rasa takut, atau keputusasaan.
Membicarakan perasaan dengan anggota keluarga, teman dekat, perawat, pemuka
agama, atau psikolog dapat membantu meringankannya.
Dalam pengobatan kanker ini, dokter juga mungkin saja bekerja sama dengan
tenaga kesehatan mental lainnya untuk membantu pasien dari sisi psikologis.
Beberapa spesialis lain yang juga mungkin turut serta, antara lain fisioterapi, dokter
rehab medik, dan terapis wicara. Umumnya, pasien boleh pulang dan melanjutkan
aktivitas seperti biasa saat radioterapi sudah selesai.

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer juga
diartikan sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada seseorang
dengan faktor risiko.
Pencegahan sekunder berfokus pada individu yang mengalami masalah kesehatan
atau penyakit, dan individu yang beresiko mengalami komplikasi atau kondisi yang lebih
buruk. Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan penyakit pada
tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan cara menghindarkan atau menunda akibat
yang timbul dari perkembangan penyakit.
Pencegahan tersier dilakukan ketika terjadi kecacatan atau ketidakmampuan yang
permanen dan tidak dapat disembuhkan. Kegiatan ini ditujukan untuk melaksanakan
tindakan rehabilitasi yang bertujuan membantu klien mencapai tingkat fungsi setinggi
mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang ada akibat penyakit atau kecacatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Admin Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara, 2020. Mengenal Radioterapi Sebagai
Salah Satu Layanan Unggulan Rumah Sakit Bali Mandara, https://rsbm.baliprov.go.id/?
p=753, diakses pada 17 Juni 2022

dr. Marianti, 2017. Kemoterapi, Ini yang Harus Anda Ketahui


https://www.alodokter.com/kemoterapi-ini-yang-harus-anda-ketahui diakses pada 16 Juni
2022

dr. Pittara, 2022. Radioterapi, Ini yang Harus Anda Ketahui,


https://www.alodokter.com/radioterapi-ini-yang-harus-anda-ketahui, diakses pada 17 Juni
2022

F, Levina. 2020. Kemoterapi, https://www.sehatq.com/tindakan-medis/kemoterapi diakses


pada 16 Juni 2022

M, Fadhli Rizal. 2022. Apa yang Perlu Disiapkan sebelum Menjalani Kemoterapi?,
https://www.halodoc.com/artikel/apa-yang-perlu-disiapkan-sebelum-menjalani-kemoterapi,
diakses pada 16 Juni 2022

R, Nurul. 2020. Radioterapi , https://www.sehatq.com/tindakan-medis/radioterapi, diakses


pada 17 Juni 2022

19
20

Anda mungkin juga menyukai